• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARATIF HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL CHALLENGE INQUIRY DENGAN MODEL KONVENSIONAL PADA KOMPETENSI MENGOPERASIKAN PERALATAN PENGALIH DAYA TEGANGAN RENDAH (MP2DTR) DI SMK AL-FALAH DAGO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI KOMPARATIF HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL CHALLENGE INQUIRY DENGAN MODEL KONVENSIONAL PADA KOMPETENSI MENGOPERASIKAN PERALATAN PENGALIH DAYA TEGANGAN RENDAH (MP2DTR) DI SMK AL-FALAH DAGO."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Pembatasan Masalah ... 4

1.4. Tujuan Penelitian ... 5

1.5. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

1.6. Metode Penelitian ... 6

1.7. Asumsi dan Hipotesis ... 7

BAB II MODEL PEMBELAJARAN 2.1. Model Pembelajaran Challenge Inquiry ... 10

2.2. Model Pembelajaran Konvensional ... 16

2.3. Hasil Belajar... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional ... 25

3.2. Metode dan Desain Penelitian ... 26

(2)

3.4. Instrumen Penelitian ... 29

3.5. Uji Instrumen Penelitian ... 31

3.6. Prosedur Pengumpulan Data ... 35

3.7. Analisis dan Pengolahan Data ... 36

3.8. Analisis Varians (ANAVA) ... 42

3.9. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 46

3.10. Alur Penelitian ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Instrumen ... 48

4.2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 52

4.3. Analisis Data ... 55

4.4. Anava 2 Jalur ... 66

4.5. Temuan Hasil Penelitian ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 74

5.2. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(3)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pencapaian hasil belajar yang baik dan sesuai tujuan pada siswa tidak terlepas dari peran guru mulai dari persiapan, proses sampai tindak lanjut setelah kegiatan pembelajaran dilakukan. Untuk itu para lulusan SMK khususnya diharapkan mampu menguasai semua bidang sesuai dengan jurusan masing-masing. Namun permasalahan sekarang adalah kemampuan berpikir mereka dalam memecahkan suatu permasalahan relatif kurang, hal ini dikemukakan oleh salah satu pengajar yang mengajar mata diklat MP2DTR (Purwanto S.Pd), “dalam hal praktikum mereka kadang-kadang sulit untuk menyelesaikan sebuah job dalam praktikum tanpa bimbingan, siswa terlalu kurang percaya diri dalam menyelesaikan job praktikum”. Dari pendapat guru di atas maka para guru harus dapat menemukan solusi yang tepat untuk merubah cara berfikir siswa ini agar siswa lebih percaya diri dan mandiri. Siswa harus dapat berfikir aktif dalam menyaring informasi dan araha, jadi siswa dituntut lebih tanggap dalam menyaring informasi. Untuk itu para guru harus menemukan cara agar dapat merubah cara berfikir siswa lebih aktif dan mandiri.

(4)

siswa harus benar-benar menguasai teori dasar mengenai praktikum. Teori dasar ini sangat penting peranannya dalam pencapaian suatu tujuan. Untuk itu penulis mencoba menggunakan metode pembelajaran challenge inquiry (inquiry tantangan), dengan asumsi metode ini dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh siswa, yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.

Pemantapan teori dalam praktikum sangat penting karena siswa akan mengalami dan menemukan sendiri bukti dari konsep yang dipelajari serta dengan pengalaman ini konsep yang didapat akan lebih lama dalam ingatan siswa setelah mereka melakukan praktikum. Metode eksperimen ini paling tepat apabila digunakan atau dilaksanakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri/ penemuan. (Rustaman,2003 dalam Dida,2005:2). Trowbridge menjelaskan inkuiri sebagai proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut.

(5)

praktikum, tujuan praktikum dan dalam penyajian masalahnya berupa identifikasi masalah, merancang langkah kerja, melaksanakan percobaan, mengumpulan data, menganalisis data, menginterprestasikan data, memberikan alternatif penanggulangan masalah dan menarik kesimpulan.

Dari data yang terdapat pada guru mata diklat, bahwa rata-rata nilai MP2DTR adalah 56,68. Sedangkan pada mata diklat ini terdapat kegiatan praktikum dan sebelum siswa dapat melakukan kegiatan praktikum siswa harus lulus teorinya terlebih dahulu yaitu harus memenuhi syarat minimal 70% atau batas nilai minimal 70,00 menurut kurikulum yang berlaku di SMK Al-Falah Dago.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti berusaha ingin mengungkapkan sampai sejauh mana pengaruh yang ditimbulkan oleh model pembelajaran inquiry tantangan (Challenge Inquiry) dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional yang menggunakan modul dalam kegiatan belajar mengajar terhadap hasil belajar siswa, dalam judul :

“ Study Komparatif Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Challenge Inquiry Dengan Model Konvensional Pada Kompetensi Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR) “

1.2. Rumusan Masalah

(6)

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam penguasaan materi dalam menerima pembelajaran menggunakan model praktikum inquiry tantangan (challenge inquiry) dengan model praktikum konvensional? 2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada penguasaan materi

(prestasi belajar) antara siswa kelompok pandai (tinggi), sedang dan kurang (rendah) dalam menerima pembelajaran menggunakan model praktikum inquiry tantangan (challenge inquiry) dengan model praktikum konvensional?

3. Apakah terdapat interaksi antara model praktikum inquiry tantangan (challenge inquiry) dengan model praktikum konvensional dengan pengelompokan siswa pandai (tinggi), sedang dan kurang (rendah)?

1.3. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah agar dalam pembahasannya tepat menuju sasaran dan tidak menyimpang. Pembatasan masalah ini sebagai berikut :

1. Perbedaan penguasaan materi dengan penerapan model inquiry tantangan (challenge inquiry) dan model konvensional pada kompetensi Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR) sub pokok bahasan mengenai catu daya, mencakup tingkat pengetahuan, pemahaman , dan aplikasi disesuai dengan program diklat listrik tenaga. 2. Perbedaan penguasaan materi antara siswa kelompok pandai (tinggi),

(7)

modul pada kompetensi Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR) pada sub pokok bahasan catu daya.

3. Gambaran efek interaksi dengan pengelompokan siswa pandai (tinggi), sedang dan kurang (rendah) pada model praktikum Inquiry tantangan (challenge inquiry) dengan model praktikum konvensional pada kompetensi Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR).

1.4.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui perbedaan penguasaan materi pada kelas model inquiry tantangan (challenge inquiry) dan konvensional pada kompetensi Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR) b. Untuk mengetahui perbedaan penguasaan materi pada kelompok tinggi,

sedang dan rendah antara kelas dengan penerapan model inquiry tantangan (challenge inquiry) dan model konvensional pada kompetensi Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR). c. Untuk mengetahui efek interaksi antara pengelompokan siswa tinggi,

(8)

1.5.Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui seberapa besar perbedaan penguasaan materi siswa yang menggunakan penerapan model inquiry tantangan(challenge inquiry) dan konvensional.

2. Mengetahui seberapa besar perbedaan penguasaan materi pada siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah antara penerapan model pembelajaran inquiry tantangan(challenge inquiry) dengan model konvensional.

3. Mengetahui gambaran efek interaksi dengan tingkat penguasaan materi pada kelompok tinggi, sedang dan rendah dengan model praktikum inquiry tantangan (challenge inquiry) dan model praktikum konvensional.

1.6. Metode Penelitian

Dalam melaksanakan suatu penelitian, seorang peneliti harus menentukan metode apa yang akan dipakai karena menyangkut langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengarahkan dan sebagai pedoman dalam kegiatan penelitian. Pemilihan dan penentuan metode yang dipergunakan dalam suatu penelitian sangat berguna bagi peneliti karena dengan pemilihan dan penentuan metode penelitian yang tepat dapat membantu dalam mencapai tujuan penelitian.

(9)

Variabel yang ada dalam penelitian ini adalah siswa pada kelas yang menggunakan metode inquiry tantangan(challenge inquiry) sebagai variabel (X), dan siswa pada kelas konvensional yang menggunakan modul dalam kompetensi MP2DTR di SMK Al-Falah Dago sebagai variabel terikatnya (Y).

1.7.Asumsi dan Hipotesis 1. Asumsi

Menurut Suharsimi Arikunto (1992 : 56), asumsi adalah :

1. Suatu tempat berpijak yang kuat bagi masalah yang akan kita teliti. 2. Untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian.

Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, maka penulis merumuskan asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Proses belajar mengajar yang dilaksanakan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Proses ini dilakukan dengan materi, guru, dan lama waktu yang sama terhadap kelas eksperimen dan kelas control.

b. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal yang datang dari individu itu sendiri dan faktor eksternal yang datang dari luar.

c. Untuk tes-tes yang dilakukan menggunakan alat instrumen yang sama dengan kemampuan subjek masing-masing dianggap sama.

(10)

mengembangkan konsep diri secara lebih baik (Sund & Trowbrige dalam Sudirman, 1988: 169).

e. Pengajaran inquiry mengembangkan bakat. Makin besar kebebasan yang dimiliki seseorang makin banyak kesempatan yang dimilikinya untuk mengembangkan bakat-bakat lainnya seperti kreatif, dan rasa sosial (Sund & Trowbrige dalam Sudirman, 1988: 169).

2. Hipotesis

Hipotesis digunakan untuk mengarahkan kegiatan penelitian terhadap masalah yang diteliti. Suharsimi Arikunto (2002 : 64), mengemukakan bahwa, hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

Adapun hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam penguasaan materi antara model pembelajaran konvensional yang menggunakan modul dengan penerapan model inquiry tantangan (challenge inquiry) pada Program Diklat Kompetensi MP2DTR pada sub pokok bahasan catu daya, di SMK Al-Falah Dago.

(11)
(12)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Definisi Operasional

1. Model pembelajaran inquiry tantangan (challenge inquiry) merupakan model pembelajaran yang diberikan sebagai metode pembelajaran dimana siswa akan mengenal, mengidentifikasi atau memulai permasalahan yang akan ditelitinya. Pada model pembelajaran ini setiap teori yang disampaikan harus dikaitkan dengan praktiknya. Siswa diminta untuk menentukan judul praktikum, tujuan praktikum, menggambar rangkaian dan penyajian masalah berupa identifikasi masalah, merancang langkah kerja, melaksanakan percobaan, mengumpulan data, menganalisis data, menginterprestasikan data, memberikan alternatif penanggulangan masalah dan menarik kesimpulan.

2. Model pembelajaran konvensional yang menggunakan modul, yaitu pengajaran dilakukan dengan pemberian modul yang berisi tujuan belajar, bahan belajar, metode belajar, alat dan sumber belajar serta evaluasi dalam belajar. Disini siswa dituntut untuk memahami sendiri isi dari modul yang diberikan sesuai dengan tingkat pemahaman masing-masing siswa.

3. Hasil belajar

(13)

3.2.Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan hipotesis yang sebelumnya telah dirumuskan oleh penulis, maka dalam penelitian ini metode yang digunakan oleh penulis adalah metode eksperimen. Menurut Nana Sudjana (1989 : 19) metode eksperimen adalah “Metode yang mengungkap hubungan dua variabel atau lebih dan mencari pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Moh. Nazir, (1983 : 74) mengemukakan bahwa “eksperimen adalah observasi dibawah kondisi buatan (artificial conditioning), di mana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti ”.

(14)

2. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari kelas atau kelompok eksperimen (E) dan kelas atau kelompok kontrol (K). Proses belajar mengajar E menggunakan model pembelajaran inquiry tantangan(challenge inquiry) sedangkan K menggunakan model pembelajaran konvensional yang menggunakan modul.

Dalam desain ini kelompok eksperimen dan kontrol diberi tes awal (Pretest) sebelum perlakuan diberikan kepada kelas eksperimen untuk waktu tertentu, setelah itu kedua kelompok diukur variabel terikatnya.

Perbedaan rata-rata skor tes akhir pada setiap kelompok dibandingkan untuk menentukan apakah perlakuan eksperimen menghasilkan perubahan lebih besar daripada situasi/perlakuan pada kelas kontrol. Desain penelitian yang akan dilakukan dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 3.1. Desain Penelitian A

B

CHALLENGE INQUIRY KONVENSIONAL

TINGGI Xe1 Ye1

SEDANG Xe2 Ye2

RENDAH Xe3 Ye3

Dimana :

(15)

3.3.Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Setiap penelitian selalu berhubungan dengan objek yang akan diteliti, baik berupa benda maupun manusia. Objek yang diteliti itu disebut dengan populasi. Menurut Winarno Surakhmad (1990 : 91), yang dimaksud populasi adalah :

“Sejumlah individu atau subjek yang terdapat di daerah tertentu yang dijadikan sumber data yang berada dalam daerah yang batas-batas, pola-pola yang memiliki keragaman ciri di dalamnya yang dapat diukur secara kualitatif untuk memperoleh kesimpulan penelitian”.

Populasi penelitian dalam penelitian ini dilakukan di SMK AL-FALAH Dago yang berlokasi di Jl. Cisitu Baru No.52 Simpang Dago telf. 0222504284 Bandung 40135. Adapun yang akan menjadi sampel penelitian ini adalah siswa kelas 2 Program Keahlian Teknik Tenaga Listrik yang mengikuti Program Diklat Mengoperasikan Peralatan pengalih Daya Tegangan Rendah (MP2DTR) pokok bahasan catu daya, pada tahun ajaran 2009/2010 di SMK AL-FALAH Dago. Dimana untuk kelas 2 Program Keahlian Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik (PTL) dibagi menjadi 2 kelas yaitu kelas XI Listrik 1 (25 siswa) dan XI Listrik 2 (25 siswa) berjumlah 50 siswa.

2. Sampel

(16)

sampel terletak pada sifat dan karakteristiknya, mendekati populasi atau tidak, bukan pada jumlah atau banyaknya. Nana Sudajana (2001 : 85)

Dalam penelitian ini penarikan sampel dilakukan dengan teknik sampling jenuh. Teknik sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.Hal ini sering digunakan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Teknik tersebut sangat cocok untuk digunakan dalam penelitian ini, karena populasi yang ada telah dikelompok-kelompokkan berdasarkan kelas. Dengan demikian, analisis sampel ini bukan individu, tetapi kelompok, yaitu berupa kelas yang terdiri dari beberapa individu. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang yang terbagi dalam dua kelas, yaitu kelas XI Listrik 1 sebanyak 25 orang dan XI Listrik 2 sebanyak 25 orang.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini : Tabel 3.2. Sampel Penelitian

Kelas Σ Siswa

XI Listrik 1 XI Listrik 2

25 orang 25 orang

Σ 50 orang

Jenis penelitian ini dalah pnelitian populasi, jadi sampel penelitiannya adalah seluruh populasi yang ada di sekolah tersebut.

3.4.Instrumen Penelitian

(17)

penelitian berupa tes hasil belajar. Tes harus berlandaskan pada tujuan, masalah, serta hal-hal yang menunjang terhadap perolehan data penelitian.

Instrumen tes dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa data yang dikehendaki adalah berupa hasil belajar yang menunjukkan penguasaan sub kompetensi catu daya pada program mata diklat MP2DTR siswa kelas 2 jurusan Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik di SMK AL-FALAH Dago.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan tes ini adalah sebagai berikut:

1) Perumusan kisi-kisi untuk penelitian dan aspek yang akan diungkapkan. 2) Pada penyusunan item-item, berpedoman pada aspek-aspek yang akan

diungkapkan.

3) Untuk mempermudah dalam teknis pengisian disertakan petunjuk-petunjuk pengisian.

4) Melakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda pada hasil uji coba dan melakukan penyeleksian soal instrumen.

(18)

3.5. Uji Instrumen Penelitian 3.5.1. Uji Validitas Instrumen

Uji validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur. Menurut Suharsimi Arikunto (2005 : 109) menjelaskan : “Validitas adalah suatu ukuran menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.”

Dalam penelitian ini, untuk menghitung validitas instrumen yaitu dengan cara menghitung koefisien validitas, menggunakan rumus Korelasi Point Biserial sebagai berikut:

q p SD

rpbi

M

p

M

t

− =

(Suharsimi Arikunto, 2007: 337-338) Keterangan : rpbi = Koefisien korelasi point biserial

Mp = Rerata nilai untuk kelompok yang berskor 1 Mt = Rerata skor total

SD = Standar deviasi skor total p = Proporsi subjek yang berskor 1

q = Proporsi subjek yang berskor 0 (q = 1-p)

( )

( )

N N

X

SD

X

=

2 2

Keterangan : SD = Standar deviasi skor total X = Skor total

(19)

2 1

2 r n r t

− − =

Setelah diketahui koefisien korelasi (r), kemudian dilanjutkan dengan taraf signifikasi korelasi dengan menggunakan rumus distribusi tstudent, yaitu :

(Suharsimi Arikunto, 2002: 263)

dimana : t = nilai t hitung

r = koefisien korelasi/validitas tes

n = jumlah responden yang diujicoba/banyaknya peserta tes

Kemudian jika thitung > ttabel pada taraf signifikasi α= 0,05, maka dapat disimpulkan item soal tersebut valid pada taraf yang ditentukan.

Uji validitas dikenakan pada tiap-tiap item tes dan validitas item akan terbukti jika harga thitung > ttabel dengan tingkat kepercayaan 95 % dan derajat kebebasan (dk = n – 2). Apabila hasil thitung < ttabel maka item tes tersebut dikatakan tidak valid.

Uji validitas dihitung tiap item pertanyaan. Tingkat validitas setiap item dikonfirmasikan dengan tabel interpretasi nilai r untuk korelasi. Dibawah ini diberikan tabel interpretasi nilai validitas sebagai berikut :

Tabel 3.3. Interpretasi Nilai Korelasi r Besarnya Nilai r Interpretasi 0.800 ≤ r < 1.000 Sangat Tinggi 0.600 ≤ r < 0.800 Tinggi 0.400 ≤ r < 0.600 Cukup 0.200 ≤ r < 0.400 Rendah

0.000 ≤ r < 0.200 Sangat Rendah (tak berkorelasi)

(20)

3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Menurut Nasution, S (2005: 104), “Realibilitas dari alat ukur adalah penting, karena apabila alat ukur yang digunakan tidak realible dengan sendirinya tidak valid”. Uji realibilitas bertujuan untuk menguji ketepatan atau keajegan alat dalam mengukur apa yang akan diukur.

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20) sebagai berikut :

      ∑     − = t t V pq V k k r 1 11

(Suharsimi Arikunto, 2002: 163) Keterangan : r11 = realibilitas instrument

k = banyaknya butir pertanyaan Vt = varian total

p = proporsi subjek yang menjawab butir dengan betul (proporsi subjek yang mempunyai skor 1)

q = proporsi subjek yang mendapatkan skor 0 Harga varians total (Vt) dihitung dengan menggunakan rumus :

N N Y Y Vt

− = 2

2 ( )

(Suharsimi Arikunto, 2002: 160)

Dimana : ΣX = Jumlah skor total

(21)

S

J B P =

Hasilnya yang diperoleh yaitu r11 dibandingkan dengan nilai dari tabel r-Product Moment. Jika r11 > rtabel maka instrumen tersebut reliabel, sebaliknya r11 < rtabel maka instrumen tersebut tidak reliabel.

3.5.3. Uji Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah suatu parameter untuk menyatakan bahwa item soal adalah mudah, sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus :

(Suharsimi Arikunto, 2002: 208) dimana : P = Indeks Kesukaran

B = Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Untuk menentukan apakah soal tersebut dikatakan baik atau tidak baik sehingga perlu direvisi, digunakan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.4. Tingkat Kesukaran dan Kriteria

No. Rentang Nilai Tingkat Kesukaran Klasifikasi

1. 0,70 ≤ TK ≤ 1,00 Mudah

2. 0,30 ≤ TK < 0,70 Sedang

3. 0,00 ≤ TK < 0,30 Sukar

(22)

3.5.4. Uji Daya Pembeda

Daya pembeda suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal. Daya pembeda suatu soal tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

B A B B

A A

P P J B J B

D= − = −

(Suharsimi Arikunto, 2002: 213) dimana : D = indeks diskriminasi (daya pembeda)

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PA = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.5. Klasifikasi Daya Pembeda

No. Rentang Nilai D Klasifikasi

1. D < 0,20 Jelek (harus diganti)

2. 0,20 ≤ D < 0,40 Cukup

3. 0,40 ≤ D < 0,70 Baik

4. 0,70 ≤ D ≤ 1,00 Baik sekali

(Sudjana, 1996 : 458) 3.6.Prosedur Pengumpulan Data

(23)

yang diperoleh didapatkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik Dokumentasi, berguna untuk mengetahui data-data yang tertulis. 2. Tes, yaitu cara pengumpulan data melalui sejumlah soal mengenai materi

yang telah dipelajari oleh siswa dan disampaikan kepada siswa selaku responden secara tertulis. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah tes prestasi, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian siswa setelah mempelajari program diklat Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah pada sub pokok catu daya. Bentuk tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes objektif dengan bentuk pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban. Pengolahan data untuk mengukur prestasi belajar siswa diolah secara kuantitatif langsung melalui penskoran dalam skala ordinal.

3. Metode Observasi langsung, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti. Observasi dilakukan oleh penulis di SMK Al-Falah Dago.

4. Studi literatur, dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan memanfaatkan literatur yang relevan dengan penelitian ini yaitu dengan cara membaca, mempelajari, menelaah, mengutip pendapat dari berbagai sumber berupa buku, diktat, skripsi, internet, surat kabar, dan sumber lainnya.

3.7.Analisis dan Pengolahan Data

(24)

yang diperoleh melalui instrumen merupakan data kuantitatif maka pengolahannya melaui teknik statistik. Adapun prosedur yang dilakukan dalam menganalisis data secara garis besar sebagai berikut :

1. Menghitung dan memeriksa kelengkapan data yang diperoleh dari lembar jawaban tes tertulis yang sebelumnya telah diisi oleh responden.

2. Menjumlahkan skor jawaban pertanyaan dan kemudian memberi skor mentah dengan skala 0 sampai 100 pada hasil yang diperoleh.

3. Mengolah data dengan uji statistik, adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

3.7.1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data ini bertujuan untuk menguji apakah data yang diuji itu berdistribusi normal atau tidak. Untuk mendapatkan data yang normal maka digunakan uji distribusi chi kuadrat. Adapun langkah-langkah pengolahan datanya sebagai berikut:

1) Menentukan rentang skor (r)

r = skor maksimum – skor minimum

(Nana Sudjana, 1996 : 47) 2) Menentukan banyak kelas interval (k)

k = 1 + 3,3 log n

(Nana Sudjana, 1996 : 47) 3) Menentukan panjang kelas interval (p)

k

r

p

=

(25)

(

)

SD

X

K

Z

=

i i i

F

X

F

X

M

=

=

(Nana Sudjana, 1996 : 67) Keterangan : M = mean (rata – rata)

Fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas Xi

Xi = tanda kelas interval atau nilai tengah dari kelas interval 6) Menentukan simpangan baku (SD)

1 ) ( 2 − − = n M x D

S

f

i i

(Nana Sudjana, 1996 : 95) Keterangan : S = simpangan baku (standard deviasi)

M = mean (rata – rata)

Fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas Xi

Xi = tanda kelas interval atau nilai tengah dari kelas interval n = jumlah responden

7) Menghitung harga baku (Z)

(Ngalim Purwanto,2001 : 104)

Keterangan : Z = harga baku K = batas kelas

X

= mean (rata – rata) S D = simpangan baku 8) Menghitung luas interval ( Li )

Li = L1 – L2

(26)

9) Menghitung frekuensi ekspetasi/harapan (ei) ei =

L

i

.

f

i

10) Menghitung Chi-kuadrat (χ2)

χ2 =

(

)

i i i

e

e

f

.

2

(Suharsimi Arikunto, 2002 : 259) Keterangan : χ2 = chi kuadrat hitung

ei = frekuensi ekspetasi/harapan

fi = frekuensi data yang sesuai dengan tanda kelas xt 11) Hasil perhitungan χ2 hitung selanjutnya di bandingkan dengan χ2tabel dengan

ketentuan sebagai berikut : a. Tingkat kepercayaan 95 % b. Derajat kebebasan (dk = k – 3)

c. Apabila χ2 hitung < χ2 tabel berarti data berdistribusi normal 3.7.2. Uji Homogenitas Dua Varians

Uji homogenitas dua varians ini dilakukan untuk mengetahui apakah varians – varians dalam populasi tersebut hamogen atau tidak. Adapun langkah-langkah pengolahan datanya sebagai berikut:

1. Mencari nilai F dengan rumus, sebagai berikut : 2

2

Vb Varians terbesar

F atau F

Vk Varians terkecil

= = , dimana Varians = S2

(Sugiyono, 2008:276)

(27)

2. Menentukan derajat kebebasan

dk1 = n1-1; dk2 = n2-1 Keterangan : dk1 = derajat kebebasan pembilang

dk2 = derajat kebebasan penyebut

n1 = ukuran sampel yang variasinya besar n2 = ukuran sampel yang variasinya kecil

3. Menentukan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5% dari responden. 4. Penentuan keputusan.

Adapun kriteria pengujian, sebagai berikut :

Varians dianggap homogen bila Fhitung < Ftabel. Pada taraf kepercayaan 0,95 dengan derajat kebebasan dk1 = n1 – 1 dan dk2 = n2 – 1, maka kedua varians dianggap sama (homogen). Dan sebaliknya tidak homogen.

3.7.3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau tidak. Untuk pengujiannya digunakan teknik uji-t (t-test). Untuk data yang berdistribusi normal, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Mencari standar deviasi gabungan Rumusnya :

(

) (

)

2 1 1

2 1

2 2 1 1

− +

− + − =

n

n

v

n

v

n

dsq

(28)

Keterangan : dsq = deviasi standar gabungan

n1 = ukuran sampel yang variansinya besar n2 = ukuran sampel yang variansinya kecil v1 = variansinya besar

v2 = variansinya kecil b.Mencari nilai t

Untuk mencari nilai t didapat dari rumus : t =

2 1

2 1

1 1

n n dsq

X X

+ −

(Endi Nugraha, 1985 : 25) Keterangan :

1

X

= nilai rata – rata kelompok eksperimen

2

X

= nilai rata – rata kelompok kontrol dsq = simpangan baku (standard deviasi) n1 = jumlah responden kelompok eksperimen n2 = jumlah responden kelompok kontrol c. Menentukan derajat kebebasan dengan rumus :

dk = n1 + n2 – 2

(Endi Nugraha, 1985 : 25) d.Menentukan nilai t dengan menggunakan daftar distribusi t (daftar G)

dengan taraf nyata α = 0,025

(29)

tabel (t tabel ), penarikan kesimpulan ditentukan dengan aturan sebagai berikut :

Jika :

• t hitung > t tabel Ho ditolak maka dalam hal ini terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

• t hitung < t tabel Ho diterima maka dalam hal ini tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. 3.8 Analisis Varians (ANAVA)

Analisis Varians (Analisys of Variance), merupakan sebuah teknik inferensial yang digunakan untuk menguji perbedaan rerata nilai (Suharsimi Arikunto, 2007:401). Sebagai sebuah teknik analisis varians atau yang sering kali disebut dengan anava, Suharsimi Arikunto (2007:401-402) menyebutkan beberapa kegunaan dari anav ini yaitu :

a. Anava dapat digunakan untuk menentukan apakah rerata nilai dari dua atau lebih sampel berbeda secara signifikan ataukah tidak.

(30)

c. Bahwa anava dapat digunakan untuk menganalisis data yang dihasilkan dengan desain factorial jamak (complex factorial designs).

d. Kemampuannya untuk mengetes signifikasi dari kecendrungan yang dihipotesiskan (anhypotesized trend).

Dalam penelitian ini anava yang digunakan yaitu anava dua jalur dengan faktorial (2x3). Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1.Menghitung Jumlah Kuadrat Total (JKT)

(

)

= N

X

X

JK

T T T 2 2

(Suharsimi Arikunto, 2007:429) Keterangan : JKT = Jumlah Kuadrat Total

XT = Skor Total N = Jumlah subjek 2.Menghitung Jumlah Kuadrat Variabel

(

) (

)

N

X

n

X

JK

T A A T 2 2

− = Dimana

(

) (

) (

)

n

X

n

X

n

X

A A A A A A 2 2 2 1 2 1 2

=

+

(Suharsimi Arikunto, 2007:430)

(31)

Dimana

(

)

(

) (

) (

)

n

X

n

X

n

X

n

X

B B B B B B B B 3 2 3 2 2 2 1 2 1 2

∑ ∑

= + +

(Suharsimi Arikunto, 2007:430)

Keterangan : JKA = Jumlah Kuadrat Variabel A JKB = Jumlah Kuadrat Variabel B XA = Skor Variabel A

XB = Skor Variabel B XA1 = Skor kelas eksperimen XA2 = Skor kelas kontrol XB1 = Skor kelompok tinggi XB2 = Skor kelompok sedang XB3 = Skor kelompok rendah nA = Jumlah Subjek Variabel A nB = Jumlah subjek variabel B

nA1 = Jumlah subjek kelas eksperimen nA2 = Jumlah Subjek kelas kontrol nB1 = Jumlah Subjek kelompok tinggi nB2 = Jumlah subjek kelompok sedang nB3 = Jumlah subjek kelompok rendah

(32)

(

) (

)

JK

JK

X

n

X

JK

A B

T

AB AB AB

N − −

− =

2 2

(Suharsimi Arikunto, 2007:431) 4.Menghitung Jumlah Kuadrat Dalam (JKD)

JK

JK

JK

JK

JK

d = TABAB

(Suharsimi Arikunto, 2007:431) 5.Menghitung dbA = A - 1

6.Menghitung dbB = B - 1 7.Menghitung dbAB = dbA X dbB 8.Menghitung dbT = N - 1

9.Menghitung dbd = dbT – dbA – dbB - dbAB 10. Menghitung Mean Kuadrat

db

JK

MK

db

JK

MK

db

JK

MK

db

JK

MK

d d d AB AB AB B B B A A

A= , = , = , =

(Suharsimi Arikunto, 2007:431-432) Keterangan : MKA = Mean Kuadrat Variabel A

MKB = Mean Kuadrat Variabel B

MKAB = Mean Kuadrat Interaksi antar Variabel A dengan Variabel B

MKd = Mean Kuadrat Dalam 11. Menghitung harga F0

MK

MK

F

MK

MK

F

MK

MK

F

d AB AB d B B d A

A= , = , =

(33)

3.9 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

(34)

3.10. Alur Penelitian

[image:34.595.121.506.129.749.2]

Secara garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut ini :

Gambar 3.1: Bagan Alur Penelitian Penyusunan Proposal Penelitian

Seminar Proposal Penelitian

Perbaikan Proposal Penelitian

Pelaksanaan penelitian

Penyusunan instrument & uji coba instrumen

Pre test

Kelas kontrol

Pelaksanaan pembelajaran Kelas

eksperimen

Menggunakan model challenge

inquiry

Hasil penelitian

Kesimpulan

Menggunakan model konvensional

Post test

(35)

74 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data penelitian yang diperoleh, maka pada bagian ini penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam penguasaan materi antara model pembelajaran konvensional yang menggunakan modul dengan penerapan model inquiry tantangan (challenge inquiry) pada Program Diklat Kompetensi MP2DTR pada sub pokok bahasan catu daya, di SMK Al-Falah Dago. Dimana nilai Fhitung untuk kelas sebesar 13,867. Jika dibandingkan dengan Ftabel, dimana nilai Ftabel dengan dbA = a-1 yaitu 2-1 = 1 dan dbd = nT – ab = 50 – (2x3) = 44 yaitu 50 – 6 = 44, diperoleh Ftabel = 4,06. Maka Fhitung (13,867) > Ftabel (4,06).

2. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam penguasaan materi antara siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah pada model pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran Inquiry tantangan (challenge inquiry) pada sub pokok bahasan catu daya di SMK Al-Falah Dago. Dimana nilai Fhitung untuk kelas sebesar 21,117. Jika kita bandingkan dengan Ftabel, dimana nilai Ftabel dengan dbB = b-1 yaitu 2-1 = 1 dan dbd = nT – ab = 50– (2x3) = 44 yaitu 50 – 6 = 44, diperoleh Ftabel = 3,21. Maka Fhitung (21,117) > Ftabel (3,21),

(36)

inquiry) yang diterapkan pada kelompok kemampuan siswa (tinggi, sedang dan rendah) pada Program Diklat Komptensi MP2DTR pada sub pokok bahasan catu daya, di SMK Al-Falah Dago. Dimana nilai Fhitung untuk kelas sebesar 3,848. Jika kita bandingkan dengan Ftabel, dimana nilai Ftabel dengan dbAB = dbA x dbB yaitu 1 x 2 = 2 dan dbd = nT –ab = 50 – (2x3) = 44 yaitu 50 – 6 = 44, diperoleh Ftabel = 3,21. Maka Fhitung (3,848) > Ftabel (3,21),

4. Meskipun terdapat beberapa kelemahan dan ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas dalam penyajian masalah, identifikasi masalah, merancang langkah kerja, melaksanakan percobaan, pengumpulan data, analisis data, menginterprestasikan data, memberikan alternative penanggulangan masalah dan menarik kesimpulan yaitu ketekunan siswa, waktu dan jumlah siswa. Tetapi dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran challenge inquiry lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model konvensional.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang didapat, penulis ingin mengemukakan beberapa saran sebagai sebagai berikut :

(37)

hendaknya dirancang agar dapat menuntun dan melatih siswa untuk mengembangkan kemampuannya masing-masing.

Bagi guru, model praktikum challenge inquiry dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran praktikum yang dapat meningkatkan kemampuan siswa. Terutama aspek mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, menganalisis data, memberikan alternatif penanggulangan masalah, dan menarik kesimpulan

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang dialami oleh penulis. Keterbatasan tersebut di antaranya adalah :

1. Dalam pengambilan data kurang melibatkan banyak siswa sehingga secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi situasi pembelajaran yang dilakukan.

2. Pemahaman dan persepsi pada siswa yang berbeda pada saat pengambilan data meskipun sudah dilakukan pengarahan.

3. Kurangnya pemahaman guru terhadap pendekatan challenge inquiry. 4. Lembar kerja siswa yang digunakan masih memiliki kekurangan.

(38)

77

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Moch. (1993). Kurikulim dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Budnitz, N. 2000. What Inquiry. [online]. Tersedia: http://www.biology.duke.edu/cibl/inquiry/what_is_inquiry.htm/2000. Budnitz, N. [16 Februari 2003].

Dida, F. 2005. Kecakapan Hidup Generic Siswa SMP yang Muncul Pada Praktikum Berbasis Guided Inquiri Tentang Pencemaran air. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika Biologi FPMIPA UPI Bandung.

Efendi, R. 2004. Kajian Model Pembelajaran Learning Cycle dengan Tiga Teknik Hands-On Berdasarkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Inkuiri Siswa SMU pada Konsep Hukum Newton tentang Gerak. Tesis Fakultas Pasca Sarjana UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.

Firmansyah & Romlah, M. 2006. Modul Mengoperasikan Peralatan Pengalih Daya Tegangan Rendah. Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, BPTP Bandung.

Hamalik, Oemar. (1994). Kurikulim dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Haury, L. D. & Rillero, P. 1993. Perspective of Hands-On Science Teaching. Colombus: The ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environmental Education.

Hebrank, M. 2000. Why Inquiry-Based Teaching and Learning in the Middle School Science Classroom?. [online]. Tersedia: http://www.zoology.duke.edu/cibl. html/2000. Center fir Inquiry-Based Learning Dept. Of Bioloy, Duke University. [16 Februari 2003].

Heti, H. 2004. Pengaruh Pembelajaran Inquiri Terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep Siswa. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung.

Joyce, B. & Weil, M. 1986. Models of Teaching. 3rd Edition. New Jersey: Englewood Cliffs, Prentice Hall Inc.

(39)

Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

National Science Foundation. 1999. Inquiry: Thoughts, Views, and Strategies for the K-5 Classroom. (Foundation, A Monograph for Professionals in Science, Mathematics, and Technology Education) Directorate for Education and Human Services.

Nazir, Moh. (1983). Dasar-dasar Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara. Nugraha, Endi. 1985. Metode Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, Ngalim. 2001. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Ruseffendi, E.T. 2001. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Ekata Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sudirman. 1988. Ilmu Pendidikan. Bandung: C.V. Diponegoro. Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, N. 1996. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono, Prof, Dr. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung; Alfabeta. Sund & Trowbridge. 1973. Teaching Science by Inquiry in the Secondary School.

Columbus: Charles E. Merill Publishing Company.

Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar. Bandung : Tarsito

Syamsudin Makmun, Abin. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

UPI. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Departemen Pendidikan Nasional UPI

Gambar

Tabel 3.1. Desain Penelitian
Tabel 3.2.  Sampel Penelitian
Tabel 3.3.  Interpretasi Nilai Korelasi r
Tabel 3.4.  Tingkat Kesukaran dan Kriteria
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini akan melihat pengaruh dan hubungan kausal antara variabel bebas ( independent variable) yaitu bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga,

Disisi lain berdasarkan target Indikator Makro Pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Barat, tahun 2017 bahwa

Sedangkan elemen-elemen lainnya, direncanakan dengan kekuatan yang lebih besar untuk menghindari terjadinya kerusakan. Pada struktur beton bertulang,

Hal ini menunjukkan bahwa pada jumlah populasi tertentu kebutuhan limbah biogas cair yang diperlukan juga berbeda, sesuai dengan kebutuhan tanaman bawang merah

Serta Pasal 78 UU Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa &#34;Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metode atau cara lain dalam memberikan pelayanan

Dalam penelitian ini data primer terdiri dari hasil wawancara, berupa tanya jawab langsung dengan sistem akuntansi pada Unit Pelayanan dan Perbendaharaan Kas Badan

Demikian Surat Keterangan ini kami buat dengan sebenarnya tanpa paksaan dari pihak manapun dan untuk menjadikan periksa dan guna seperlunya. Wonosobo, 15

Berdasarkan permasalahan dan kajian pustaka yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis yaitu ada perbedaan motivasi belajar siswa kelas X MA Madani Alauddin