• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN EVOLUSI BERBANTUAN PRAKTIKUM VIRTUAL DALAM MENGEMBANGKAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH PADA MAHASISWA CALON GURU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN EVOLUSI BERBANTUAN PRAKTIKUM VIRTUAL DALAM MENGEMBANGKAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH PADA MAHASISWA CALON GURU."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN

G. Hipotesis Penelitian... 9

BAB II PEMBELAJARAN EVOLUSI BERBANTUAN PRAKTIKUM VIRTUAL DALAM MENGEMBANGKAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH PADA MAHASISWA CALON GURU A. Praktikum Virtual ... 10

B. Disposisi dan Kemampuan Berpikir Kritis ... 13

C. Sikap Ilmiah ... 17

D. Penguasaan Konsep... 20

E. Pembelajaran Mekanisme Evolusi ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional ... 31

B. Metode Penelitian ... 32

C. Desain Penelitian ... 33

D. Populasi dan Sampel ... 33

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

F. Instrument Penelitian ... 34

G. Prosedur Penelitian ... 43

H. Teknik Pengolahan Data ... 45

(2)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 50

B. Pembahasan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87

LAMPIRAN... 92

(3)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi memberikan pengaruh yang cukup besar pada berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Hampir semua aktivitas dan kegiatan pembelajaran saat ini mulai dilakukan dengan teknologi canggih yang sudah terkomputerisasi, bahkan terhubung dengan sebuah jaringan global yang biasa kita kenal dengan internet. Hal ini didukung oleh hasil field study pada tahun 2011, menunjukkan bahwa setiap peserta didik memiliki computer/laptop/netbook, kelas pun telah dilengkapi satu unit komputer canggih berfasilitas internet, satu unit LCD (permanen), satu unit big screen projector, dan soket-soket koneksi internet bagi peserta didik yang membawa laptop. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran pun tidak terlepas dari pemanfaatan teknologi canggih yang sudah terkomputerisasi dan terhubung dengan internet.

(4)

2

sebagai pengalaman belajar untuk konsep evolusi yang mempelajari perubahan secara perlahan-lahan dalam waktu yang sangat lama. Sementara itu, menurut Woolnough & Allsop (Rustaman, 2005: 136) kegiatan praktikum merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar Biologi, berperan sebagai wahana untuk membangkitkan motivasi belajar, mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen, wahana belajar pendekatan ilmiah, dan dapat menunjang materi pelajaran. Dengan demikian kegiatan praktikum pada mata kuliah evolusi diperlukan untuk mengembangkan berpikir kritis dan sikap ilmiah.

Salah satu alternatif untuk mengatasi keterbatasan tersebut adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi melalui pelaksanaan kegiatan laboratorium pada komputer (virtual laboratory), sehingga memungkinkan pengembangan berpikir kritis dan sikap ilmiah melalui konsep-konsep kompleks yang berlangsung dalam waktu sangat lama seperti halnya konsep evolusi masih dapat dipraktikumkan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Cunningham, et al (2006) kemampuan berpikir kritis dan pemahaman pada siswa SMP, SMA, dan mahasiswa meningkat dengan pengalaman mengoptimalisasikan teknik elektroforesis melalui virtual lab berbasis inkuiri.

(5)

memberikan dampak terhadap pergeseran budaya. Oleh karena itu, sebagai warga negara kita perlu mengembangkan dan mempertahankan karakter bangsa sehingga tidak ikut terseret bahkan tenggelam dalam arus globalisasi yang cenderung memberikan dampak terhadap pergeseran budaya dengan cara mengembangkan disposisi dan berpikir kritis, sikap ilmiah, dan penguasaan konsep evolusi pada mahasiswa calon guru. Menurut Liliasari (2010: 459) bila seseorang berpikir kritis, maka ia akan berpikir secara seksama terlebih dahulu sebelum menentukan keputusan yang akan diambil.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik melakukan kajian untuk mengembangkan disposisi dan kemampuan berpikir kritis, sikap ilmiah, serta penguasaan konsep evolusi yang merupakan bagian dari karakter bangsa, pada pembelajaran evolusi berbantuan praktikum virtual. Hal ini didukung oleh pernyataan Liliasari (2010: 456) bahwa pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu komponen pembentuk karakter bangsa Indonesia, sudah sangat mendesak untuk dikembangkan.

B. Rumusan Masalah

(6)

4

1. Bagaimanakah pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual dapat meningkatkan disposisi berpikir kritis pada mahasiswa calon guru?

2. Bagaimanakah pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada mahasiswa calon guru?

3. Bagaimanakah pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual dapat meningkatkan sikap ilmiah pada mahasiswa calon guru? 4. Bagaimanakah pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum

virtual dapat meningkatkan penguasaan konsep mekanisme evolusi pada mahasiswa calon guru?

5. Bagaimanakah tanggapan dosen dan mahasiswa calon guru terhadap pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini menjadi lebih terarah, ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Pembelajaran evolusi berbantuan praktikum virtual yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah pembelajaran mekanisme evolusi menggunakan simulasi kegiatan laboratorium (virtual lab) jenis virtual hibrida (hybrid virtual laboratory) yang memadukan laboratorium virtual berbasis teori

(7)

2. Materi evolusi yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah mekanisme evolusi yang mencakup variasi genetik, genetika populasi (hukum kesetimbangan Hardy-Weinberg), dan mikroevolusi.

3. Disposisi berpikir kritis yang dimaksudkan pada penelitian ini menurut Facione, et al (1995) terdiri atas mencari kebenaran (truth-seeking), berpikir terbuka (open-mindedness), kemampuan menganalisis (Analyticity), kemampuan sistematis (Systematicity), kepercayaan diri (Self confident), rasa ingin tahu (Inquisitiveness), dan kedewasaan kognitif

(Cognitive maturity).

4. Kemampuan berpikir kritis yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah kerangka berpikir kritis menurut Ennis (1985) terdiri atas: memberikan penjelasan sederhana terhadap masalah (elementary clarification), mengumpulkan informasi dasar (basic information), membuat kesimpulan (inferences), memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced clarrification), serta mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics).

5. Sikap ilmiah yang dimaksudkan dalam penelitian ini menurut Carin (1997) mencakup rasa ingin tahu (being curious), mengutamakan bukti (insisting on evidence), bersikap skeptis (being skeptical), menerima perbedaan

(Accepting ambiguity), dan bersikap positif terhadap kegagalan (taking a positive approach to failure).

(8)

6

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, antara lain:

1. Menganalisis peningkatan disposisi berpikir kritis pada mahasiswa calon guru melalui pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual.

2. Menganalisis peningkatan kemampuan berpikir pada mahasiswa calon guru melalui pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual.

3. Menganalisis peningkatan sikap ilmiah pada mahasiswa calon guru melalui pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual. 4. Menganalisis peningkatan penguasaan konsep mekanisme evolusi pada

mahasiswa calon guru melalui pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual.

5. Mengungkap tanggapan dosen dan mahasiswa calon guru terhadap pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis sebagai salah satu alternatif dalam upaya perbaikan pembelajaran, antara lain: 1. Bagi Mahasiswa diharapkan dapat:

(9)

mengembangkan disposisi dan kemampuan berpikir kritis melalui kegiatan hands on dan minds on.

b. Meningkatkan penguasaan konsep mekanisme evolusi melalui pembelajaran yang dapat membantu memahami konsep-konsep kompleks dan abstrak yang berlangsung dalam rentang waktu cukup lama.

c. Membantu mahasiswa dalam memahami konsep, peka terhadap masalah yang terjadi, memahami dan mampu menyelesaikan masalah tersebut, mengaplikasikan konsep dalam situasi berbeda, memiliki kemampuan bersikap dan berperilaku adaptif dalam menghadapi tantangan dan masalah secara efektif, sehingga dapat bertahan dari lindasan negatif arus globalisasi.

d. Memberikan pengalaman terlibat dalam proses pembelajaran berbantuan praktikum virtual sehingga konsep-konsep yang bersifat proses dapat dipelajari secara bermakna.

2. Bagi Pendidik diharapkan dapat:

a. Mendorong pendidik untuk mengembangkan pembelajaran untuk konsep-konsep yang kompleks, abstrak, sulit dipelajari, dan sulit dipahami secara langsung melalui kegiatan praktikum virtual.

b. Mendorong pendidik untuk mengembangkan disposisi dan kemampuan berpikir kritis sebagai salah satu aspek karakter bangsa.

(10)

8

kompleks dan terjadi dalam rentang waktu lama melalui kegiatan praktikum virtual.

d. Menjadi rujukan dan masukan dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif untuk mengembangkan penguasaan konsep, sikap ilmiah, disposisi dan kemampuan berpikir kritis sebagai salah satu aspek karakter bangsa.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian dapat dijadikan masukkan dan bahan pertimbangan untuk penelitian sejenis dengan menggunakan pembelajaran alternatif untuk konsep yang berbeda.

F. Asumsi

1. Menurut Cunningham, et al (2006) kemampuan berpikir kritis dan pemahaman pada siswa SMP, SMA, dan mahasiswa meningkat terhadap prinsip dasar dan praktis elektroforesis DNA dengan pengalaman mengoptimalisasikan teknik elektroforesis melalui virtual lab berbasis inkuiri.

2. Menurut White, et al (2007) mahasiswa mampu menggunakan VGL (Virtual Genetic laboratory) untuk menguji hipotesis dengan cara logis dan sistematis.

(11)

G. Hipotesis

(12)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Definisi Operasional

1. Pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum menggunakan simulasi kegiatan praktikum (virtual lab) jenis virtual hibrida (hybrid virtual laboratory). Jenis virtual lab hibrida memadukan penerapan teori

variasi genetik, genetika populasi (hukum kesetimbangan Hardy-Weinberg), dan mikroevolusi dengan kegiatan eksperimen berupa praktikum virtual, sehingga mahasiswa dapat melakukan kegiatan yang mencakup pengendalian variabel, membuat prediksi, pengamatan, analisis hasil pegamatan, melibatkan pembanding atau kontrol, dan merumuskan kesimpulan. Storyboard dan LKM praktikum virtual variasi genetik, hukum kesetimbangan Hardy-Weinberg, dan mikroevolusi selengkapnya terdapat pada Lampiran A.2 dan A.3.

2. Berpikir kritis pada penelitian ini mencakup watak/disposisi (menurut Facione, et al 1995) dan kemampuan berpikir kritis (menurut Ennis, 1985).

a. Watak/disposisi berpikir kritis dinilai menggunakan sejumlah pernyataan skala Likert watak/disposisi berpikir kritis yang diukur sebelum (pretest) dan setelah (posttest) pembelajaran mekanisme mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual.

(13)

Essay, diukur sebelum (pretest) dan setelah (posttest) pembelajaran

mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual.

3. Sikap ilmiah pada penelitian ini menurut Carin (1997), dinilai menggunakan sejumlah pernyataan skala Likert sikap ilmiah, serta diukur sebelum (pretest) dan setelah (posttest) pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual.

4. Penguasaan konsep mekanisme evolusi jenjang kognitif C2-C4 dinilai menggunakan sejumlah pertanyaan dalam bentuk Multiple Choice dan jenjang kognitif C5-C6 dinilai menggunakan sejumlah pertanyaan dalam bentuk Open-ended Essay. Penguasaan konsep evolusi pada mahasiswa diukur sebelum (pretest) dan setelah (posttest) pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual.

5. Tanggapan dosen dan mahasiswa calon guru terhadap pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual diungkap melalui angket yang diberikan setelah pembelajaran berlangsung.

B. Metode Penelitian

(14)

33

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah The One Group Pretest-Posttest Design (Fraenkel, 2007:278).

Keterangan :

O1 : Observation 1 berupa pretest O2 : Observation 2 berupa posttes

X : Treatment berupa pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa calon guru Biologi di Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA (Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa calon guru Biologi semester tujuh di Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, yang terdiri atas kelas A dan B (n=72) disatukan dalam satu kelas besar. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan tujuan dan pertimbangan bahwa mahasiswa di kedua kelas tersebut sedang mengontrak mata kuliah evolusi, dan tidak memungkinkan untuk membentuk kelas baru sehingga tetap disatukan dalam satu kelas besar.

O1 X O2

(15)

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang berlokasi di Jalan. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung, Jawa Barat Indonesia. Pengambilan data dilakukan pada bulan November 2011, dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan (3 x 100 menit) dengan rincian pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Rincian Tahap Pengambilan Data Penelitian No Pertemuan Kegiatan Perkuliahan

1 1 a) Pretest

b) Penjelasan deskripsi dan standar kompetensi mata kuliah c) Perkenalan software simulator variasi genetik, hukum

kesetimbangan Hardy-Weinberg, dan mikroevolusi

d) Penjelasan prinsip dasar variasi genetik, hukum kesetimbangan Hardy-Weinberg, dan mikroevolusi

e) Penjelasan teori pendahuluan evolusi f) Pembagian print out LKM per kelompok 2 2 g) Penjelasan alur kegiatan pembelajaran

h) Penjelasan komponen-komponen virtual lab i) Penjelasan instruksi simulasi eksperimen j) Tanya-jawab penggunaan LKM

k) Pelaksanaan kegiatan praktikum virtual secara berkelompok l) Melanjutkan kegiatan praktikum virtual dan diskusi

kelompok (tugas mandiri kelompok) di luar jam kuliah 3 3 m) Tiga kelompok sebagai perwakilan kelas melakukan diskusi

kelas terhadap hasil praktikum dan diskusi kelompok n) Posttest

o) Pemberian angket

F. Instrument Penelitian

1. Jenis Instrumen

(16)

35

berpikir kritis dan penguasaan konsep mekanisme evolusi pada mahasiswa calon guru.

Untuk memperoleh data yang diperlukan, digunakan instrumen sebagai berikut :

a. Skala Likert untuk sikap ilmiah dan watak/disposisi berpikir kritis berupa sejumlah pernyataan sikap ilmiah menurut Carin (1997), dan watak/disposisi berpikir kritis menurut Fascione (1995) menggunakan skala Likert dengan lima pilihan jawaban yaitu: Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral (N), Setuju (S), Sangat Setuju (SS), dengan skala 0-4 digunakan untuk mengungkap sikap ilmiah dan watak/disposisi berpikir kritis mahasiswa calon guru. Kisi-kisi dan instrumen disposisi berpikir kritis selengkapnya terdapat pada Lampiran B.1 dan B.3, kisi-kisi dan instrumen sikap ilmiah selengkapnya terdapat pada Lampiran B.2 dan B.3.

b. Tes kemampuan berpikir kritis menurut kerangka berpikir kritis Ennis (1985), berupa sejumlah soal Open-ended Essay, digunakan untuk mengungkap kemampuan berpikir kritis mahasiswa calon guru. Kisi-kisi dan instrumen kemampuan berpikir kritis selengkapnya terdapat pada Lampiran B.4 dan B.5

(17)

mengungkap penguasaan konsep mekanisme evolusi jenjang kognitif menilai (C5) sampai membuat (C6). Instrumen penguasaan konsep mekanisme evolusi terdapat pada Lampiran B.7.

d. Angket respon dan tanggapan, digunakan untuk mengungkap respon dosen dan mahasiswa terhadap pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual. Kisi-kisi dan angket tanggapa selengkapnya terdapat pada Lampiran B.8 dan B.9.

2. Uji Coba Instrumen

Sebelum digunakan, instrumen diujicoba dan dianalisis kelayakannya melalui uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, serta distraktor instrumen sehingga instrumen layak digunakan dalam penelitian. Berikut ini uraian ujicoba untuk setiap instrumen yang digunakan dalam penelitian.

a. Instrumen Sikap Ilmiah dan Disposisi/Watak Berpikir Kritis

Langkah-langkah penyusunan instrumen sikap ilmiah dan disposisi/watak berpikir kritis (Stiggins, 1994) adalah sebagai berikut. 1) Menentukan indikator sikap ilmiah dan disposisi/watak berpikir

kritis yang menjadi fokus dalam penelitian.

(18)

37

3) Konsultasi kepada dosen ahli untuk mendapatkan validitas isi butir pernyataan.

4) Melakukan uji coba terhadap pernyataan yang telah disusun dan dikonsultasikan.

5) Menganalisis hasil uji coba untuk membakukan skala alternatif jawaban setiap pernyataan positif maupun negatif, dilakukan melalui beberapa tahapan (Sumarno, 1988) berikut ini:

a) Menentukan frekuensi alternatif jawaban (STS, TS, N, S, SS) pada setiap pernyataan watak/disposisi berpikir kritis.

b) Menghitung proporsi (p) dengan cara membagi frekuensi alternatif jawaban (STS, TS, N, S, SS) pada setiap pernyataan watak/disposisi berpikir kritis dengan jumlah responden.

( ) =

c) Menghitung proporsi kumulatif (cumulative proportion/cp) (cp1=cp1, cp2=cp1+cp2, cp3=cp2+cp3, cp4=cp3+cp4)

d) Menghitung nilai tengah proporsi kumulatif (mean cumulative proportion/mcp).

mcp1 = ½ cp1 mcp2 = ½ (cp1+cp2) mcp3 = ½ (cp2+cp3) mcp4 = ½ (cp3+cp4)

(19)

f) Menghitung nilai z+ nilai mutlak, diperoleh dari nilai z yang paling rendah nilainya.

g) Membulatkan nilai z+ nilai mutlak 6) Menentukan daya pembeda setiap pernyataan

Untuk menentukan daya pembeda setiap butir pernyataan dilakukan dalam beberapa tahapan berikut:

a) Menyusun skor skala disposisi/watak berpikir kritis yang telah diurutkan dari nilai tertinggi hingga nilai terendah.

b) Memilih mahasiswa yang termasuk kelompok atas dan bawah, masing-masing 27%.

c) Menentukan nilai thitung dengan rumus:

ℎ = −

!∑( − )#( − 1)+ ∑( − )#

&( − ' )2 =& 2− (∑ )2

&( − ' )2=& 2− (∑ )2

(Arikunto, 2006:306) Keterangan:

' = Rata-rata kelompok atas ' = Rata-rata kelompok bawah

= Banyak subyek

(20)

8) Mengu

guji realibilitas seluruh pernyataan dengan us alpha (Arikunto, 2005: 154) berikut:

rangan :

= Reliabilitas instrumen

= Banyaknya butir soal atau pertanya

2

= Jumlah varians butir = Varians total

en Kemampuan Berpikir Kritis dan Pengu sme Evolusi

coba instrumen kemampuan berpikir kritis d kanisme evolusi dilakukan untuk mendapat

ri segi validitas, realibilitas, daya pembeda, tin jawaban soal (distractor). Analisis uji co berpikir kritis dan penguasaan konsep mek

elalui penggunaan program Anates pilihan ga

ditas (validity test)

Tes dikatakan sudah valid jika tes tersebut m g menggambarkan keadaan sebenarnya, atau mengukur apa yang ingin diukur dengan m

. Untuk mengukur validitas tes, digunakan rumu

(21)

Keterangan

validitas soal yang didapatkan, kemudian d kriteria menurut (Arikunto, 2005:75) sebagai be

0.80 – 1.00 : sangat tinggi 0.60 – 0.79 : tinggi

0.40 – 0.59 : cukup 0.20 – 0.39 : rendah 0.0 – 0.19 : sangat rendah

Hasil uji coba validitas instrumen disposisi be miah menunjukkan dari 40 pernyataan terdapa lid, dari 20 pertanyaan kemampuan berpikir k aan yang valid, dari 35 pertanyaan peng me evolusi terdapat 25 pertanyaan yang valid validitas instrumen selengkapnya pada lampira

ji Reliabilitas (reliability test)

Reliabilitas berhubungan dengan tingkat kepe ikunto, 2005:86). Suatu tes dikatakan reliabe kepercayaan tinggi yang akan memberikan hasi an diwaktu yang berbeda. Reliabilitas butir soa R 21 menurut Arikunto (2005:175) berikut :

(22)

Indeks rel

liabilitas soal yang didapatkan, kemudian d kriteria menurut J.P. Guilford (Erman, 200

r11≤ 0,20 : sangat rendah 0,20 ≤ r11 ˂ 0,40 : rendah 0,40 ≤ r11 ˂ 0,70 : sedang 0,70 ≤ r11˂ 0,90 : tinggi

0,90 ≤ r11˂1,00 : sangat tinggi

Hasil uji coba reabilitas instrumen kemampuan yaitu sebesar 0.33 dan reabilitas instrumen kema nggi yaitu sebesar 0.85. Hasil uji coba reab apnya pada lampiran C.1.

gkat kesukaran (difficulty index)

ebuah soal yang baik adalah soal yang tidak ter rlalu sukar. Jika soal terlalu mudah tidak ak ntuk memecahkan soal tersebut, sedangkan j akan menyebabkan keputusasaan pada ibatkan menurunnya keinginan siswa untuk mencari indeks kesukaran menurut Arikunto (2 berikut :

rangan : P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjaw dengan betul.

JS = Jumlah seluruh peserta tes Indeks kesukaran kemudian disesuaikan den t Arikunto (2002:210) sebagai berikut:

(23)

Ha

Hasil uji coba tingkat kesukaran instrume kritis menunjukkan terdapat 18 pertanyaan an sedang dan dua pertanyaan yang sukar. kesukaran instrumen penguasaan konsep menun nyaan dengan tingkat kesukaran sedang dan udah. Hasil uji coba tingkat kesukaran instrume

lihat lebih jelas pada lampiran C.1. a pembeda (discriminating power)

Tujuan dari daya pembeda soal adalah untuk m sebuah soal mampu untuk membedakan sisw inggi dengan siswa kemampuan yang alisis daya pembeda soal digunakan rumus m 13) berikut ini :

gan :

Indeks diskriminasi = Jumlah seluruh peserta tes = Jumlah peserta kelompok atas = Jumlah peserta kelompok bawah.

Banyaknya siswa kelompok atas yang menjaw tersebut dengan betul.

Banyaknya siswa kelompok bawah yang men tersebut dengan betul.

= Proporsi kelompok atas yang menjawab bena Proporsi kelompok bawah yang menjawab be

(24)

43

Indeks diskriminasi mengenai daya pembeda sama halnya seperti indeks diskriminasi pada taraf kesukaran, hanya saja pada daya pembeda, terdapat tanda negatif (-). Tanda negatif ini digunakan jika soal terbalik menunjukkan kualitas testee (Arikunto, 2005:211).

-1.00 0.00 1.00

daya pembeda daya pembeda daya pembeda negatif rendah tinggi

Indeks daya pembeda soal yang diperoleh, kemudian diinterpretasikan dengan lebih jelas berdasarkan klasifikasi menurut Arikunto (2005:218) sebagai berikut :

D : 70 – 100 : sangat tinggi D : 40 – 69 : tinggi

D : 20 – 39 : cukup D : 0 – 19 : rendah

(25)

5) Pola jawaban soal (distractor).

Pola jawaban soal ini menganalisis mengenai sebaran jawaban pada soal pilihan ganda. Dari pola jawaban soal ini dapat diketahui apakah setiap option jawaban memiliki pengecoh (distractor) yang baik ataukah tidak.

Sebuah pengecoh dikatakan baik jika memiliki kemiripan jawaban dengan yang benar sehingga memiliki daya tarik yang besar untuk dipilih oleh siswa yang kurang memahami konsep. Sedangkan pengecoh dikatakan jelek jika terlalu jauh dari jawaban yang benar. Suatu distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika dipilih paling sedikit 5% oleh pengikut tes (Arikunto, 2005:220). Hasil analisis uji coba distraktor sangat bervariasi, selengkapnya pada lampiran C.1.

G. Prosedur Penelitian

Tahapan dalam penelitian ini meliputi dua tahap, yaitu tahap pertama merupakan tahap persiapan dan tahap kedua merupakan tahap pelaksanaan. Berikut di bawah ini merupakan uraian untuk setiap tahapan tersebut.

1. Tahapan persiapan

Tahap persiapan ini meliputi:

(26)

45

b. Melaksanakan studi pendahuluan untuk menganalisis secara teoritis pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual, serta asesmen yang memungkinkan dilakukan pada pembelajaran tersebut. c. Menganalisis dasar teori tentang disposisi/watak dan kemampuan berpikir kritis, sikap ilmiah, serta penguasaan konsep mekanisme evolusi. Selanjutnya, menentukan indikator-indikator yang akan menjadi fokus penelitian dan sekaligus juga mempersiapkan sumber dan bahan informasi yang relevan.

d. Menyusun dan melaksanakan bimbingan penyusunan proposal, seminar proposal, dan mempersiapkan surat-surat perizinan untuk melaksanakan penelitian.

e. Merancang storyboard untuk pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual dan menyusun perangkat instrumen. f. Judgement storyboard dan instrumen penelitian oleh dosen yang

berkompeten pada bidang tersebut, sebagai upaya untuk mendapatkan validitas isi instrumen.

g. Pelaksanaan uji coba terhadap instrumen penelitian pasca judgement, dan pembuatan software virtual laboratory sesuai dengan

storyboard yang telah dijudgement oleh dosen ahli.

(27)

pertimbangan dari dosen ahli dan uji coba instrumen, sehingga instrumen layak digunakan dalam penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

a. Melaksanakan tes awal

Tes awal dilaksanakan dengan tujuan untuk mengukur disposisi dan kemampuan berpikir kritis, sikap ilmiah, dan penguasaan konsep mekanisme evolusi awal pada mahasiswa calon guru sebelum pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual.

b. Pelaksanaan proses belajar mengajar

Proses pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual menggunakan software praktikum virtual untuk subkonsep variasi genetik, genetika populasi (hukum kesetimbangan Hardy-Weinberg), dan mikroevolusi. Ketiga praktikum virtual dilakukan di dalam kelas secara kelompok oleh setiap mahasiswa dan dibimbing oleh dosen. Setelah dilaksanakan praktikum berbantuan virtual secara mandiri, mahasiswa melakukan diskusi kelompok dan perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kegiatan praktikum virtual di depan kelas.

c. Melaksanakan tes akhir

(28)

47

penguasaan konsep mekanisme evolusi melalui pembelajaran berbantuan praktikum virtual.

d. Memberikan angket tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual. e. Melakukan pengolahan dan analisis data dengan uji statistik,

kegiatan mencakup pemberian skor untuk pretest dan posttest, menghitung N-gain, analisis data menggunakan Software Statistical Package for Social Science (SPSS) for windows versi 17.0.

f. Membuat kesimpulan dan laporan hasil penelitian

H. Teknik Pengolahan Data

Data dalam penelitian ini terdiri atas lima data yaitu data disposisi/berpikir kritis, kemampuan berpikir kritis, sikap ilmiah, penguasaan konsep mekanisme evolusi, serta tanggapan dari dosen dan mahasiswa terhadap pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual. Hasil pengolahan data penelitian selengkapnya terdapat pada Lampiran C.2.

1. Data peningkatan disposisi dan kemampuan berpikir kritis, sikap ilmiah, dan penguasaan konsep

(29)

a. Menghitung skor mentah pretest, posttest kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep menjadi nilai berdasarkan rumus menurut Arikunto (2003:234).

Nilai = ∑ .

∑ . ×100

b. Menghitung skor Gain yang dinormalisasi berdasarkan rumus menurut Meltzer (2002).

g = 3 2 2 2 2

Kriteria peningkatan Gain yang dinormalisasi menurut Meltzer (2002) sebagai berikut:

G < 0,3 : Peningkatan rendah 0,3 ≤ G ≤ 0,7 : Peningkatan sedang G > 0,7 : Peningkatan tinggi

c. Melakukan uji prasyarat agar langkah-langkah selanjutnya bisa dipertanggungjawabkan, terutama dalam menentukan uji hipotesis yang akan digunakan. Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak, dilakukan menggunakan uji Chi-kuadrat (χ2) dengan derajat kebebasan (dk = k – 3). Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95%, berdasarkan rumus menurut Sudjana (2002:272).

χ2 =

(30)

49

Jika nilai χ2hitung > χ2 tabel, maka populasi tidak berdistribusi normal. d. Melakukan uji hipotesis dengan merumuskan terlebih dahulu hipotesis

statistik penelitian sebagai berikut: Ho: 4 = 0

H1: 4 > 0

Berdasarkan uji prasyarat, data yang diperoleh berdistribusi normal sehingga dilakukan uji parametrik menggunakan uji z (n≥30) dengan rumus (Sudjana, 2001:226).

z = g – 4) √ Keterangan:

g = Rata-rata N-gain 4 = 0

) = Standar deviasi populasi ≈ Standar deviasi gain sample n = Jumlah subyek

Nilai zhitung < dari ztabel, maka (H1) diterima, terdapat peningkatan disposisi dan kemampuan berpikir kritis, sikap ilmiah, dan penguasaan konsep yang signifikan pada mahasiswa calon guru melalui pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual.

2. Data tanggapan/respon dosen dan mahasiswa terhadap pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual, diperoleh melalui angket dan diolah dengan mempresentasikan jawaban menggunakan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2002:50).

% Respon =@ ℎ

(31)

1. Alur penelitian

Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian Perumusan Masalah

Pembuatan Proposal dan Seminar Proposal Penelitian

Revisi Konsultasi hasil pengembangan kepada ahli

Pelaksanaan Uji Coba

Feed back

Pengambilan Data Pretest

terhadap Sampel penelitian Data

• Disposisi berpikir kritis

• Kemampuan berpikir kritis

• Sikap ilmiah

• Penguasaan konsep mekanisme evolusi

• Respon pada pembelajaran

Pengolahan dan Analisis Data

Penarikan Kesimpulan Pembuatan software virtual lab Pembuatan Instrumen

Analisis Hasil Uji Coba

Pelaksanaan Pembelajaran Mekanisme Evolusi Berbantuan

Praktikum Virtual

(32)

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual dapat mengembangkan berpikir kritis dan sikap ilmiah mahasiswa. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan dengan rerata N-gain disposisi berpikir kritis sebesar 0.20 (kategori rendah), kemampuan berpikir kritis sebesar 0.30 (kategori sedang), sikap ilmiah sebesar 0.18 (kategori rendah), dan penguasaan konsep sebesar 0.35 (kategori sedang).

(33)

mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual dapat meningkatkan berpikir kritis secara signifkan.

Pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual dapat meningkatkan sikap ilmiah mahasiswa secara signifikan, terutama pada komponen bersikap positif terhadap kegagalan dengan rerata N-gain sebesar 0.35 (kategori sedang). Pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual dapat meningkatkan penguasaan konsep mekanisme evolusi pada mahasiswa secara signifikan, terutama pada jenjang kognitif C2 (understand) dengan rerata N-gain sebesar 0.40 (kategori sedang)dan dimensi pengetahuan faktual sebesar 0.37 (kategori sedang). Dari data tersebut dapat didefinisikan bahwa pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual dapat meningkatkan sikap ilmiah dan penguasaan konsep secara signifkan.

Dosen dan mahasiswa secara umum memberikan respon positif terhadap pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual, karena berdasarkan data angket diperoleh 81% mahasiswa yang menyatakan bahwa simulasi praktikum virtual mekanisme evolusi sudah cukup menarik dan jelas untuk diikuti sehingga dapat digunakan pada perkuliahan selanjutnya.

B.Saran

(34)

89

1. Pada saat pembelajaran, diperlukan manajemen waktu yang baik antara tiap tahapan pada pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan praktikum virtual. Kondisi awal pembelajaran perlu lebih ditekankan lagi, diskusi sebaiknya melibatkan seluruh mahasiswa, dan diakhir kegiatan perlu dilakukan penguatan konsep dan prinsip kegiatan dalam praktikum.

2. Jika sampel penelitian belum pernah memiliki pengalaman menggunakan virtual lab, sebaiknya LKM disajikan lebih detail atau pendidik/peneliti mendemonstrasikan simulasinya terlebih dahulu.

3. Pada tahap kegiatan diskusi kelompok, sebaiknya pendidik sekaligus peneliti dapat meninjau pada setiap tugas dan kegiatan dalam setiap kelompok. 4. Respon positif siswa terhadap pembelajaran mekanisme evolusi berbantuan

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Akporehwe, J.N. (2010). Enhancing Scientific Attitudes Through Activity-Based Approaches. The Nigerian Journal of Science and Science Education, Vol 8, No. 2.

American Philosophical Association (1990) Critical thinking: a statement of expert consensus for purposes of educational assessment and instruction (ERIC Document No. ED 315 423).

Anderson, W. et al. (2001). A Taxonomy for Learning Teaching and Assessing ‘a Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New york: Longman.

Archibong, A.U. (1997). The relative effectiveness of Activity-based approach and lecture method on the cognitive achievement of Integrated Science students. Journal of Science Teachers Association of Nigeria, 32 (1&2), 30-37

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Pratik (Edisi revisi VI). Jakarta: Rineka cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Campbell, et al. (2008). BIOLOGY, 8th ed. San Fransisco: Benjamin Cummings. Carin, A. & Sund B. (1997). The Teaching Science through Discovery.

Colombus, Ohio : Merill Publishing Co

Costa, A.L. (1985). Developing Minds, A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.

Cunningham, S., et al. (2006). Beverage-Agarose Gel Electrophoresis: An Inquiry-based Laboratory Exercise with Virtual Adaption. CBE Life Science Education Vol. 5, 281-286, Fall 2006.

Dahar, R. (1996). Teori – Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dancy, M.H and Beichner, R. (2006) Impact of Animation on Assessment of Conceptual Understanding in Physics. Physics Review Special Topics-Physics Education Research, Vol. 2, No 010104, p(010104)-(010103-7).

Dayaksini, T & Hudaniyah. (2006). Psikologi Sosial. Malang: UMM press.

(36)

91

Duran, M & Ozdemir. (2010). The Effect of Scientific Process Skill-Based Science Teaching on Students’ Attitudes Towards Science. US-China Education Review Vol 7(12). [Online]. Available at: http://www.teacher.org.cn/doc/uced201003/ucedu20100302.pdf. (1 Desember 2010).

Edward, A. (1957). Technique of Attitude Scale Contruction. Newyork: Appleton Century Crofts, Inc.

Ennis, R. H. (1985). A logical basis for measuring critical thinking skills. Educ. Leader. 43, 44-48.

Ennis, R. H., (1985). Goal for a critical Thinking Curriculum, Develoving Minds : A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASDC.

Erman, S. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA.

Erns & Monroe. (2004). The Effect of Environment-Based Education on Students Critical Thinking Skills and Disposition Toward Cirical Thinking. Environmental Education Research, Vol 10, No. 4.

Facione, P and Facion, N. (1992). The California Critical Thinking Dispositions Inventory (CCTDI) and The CCTDI Test Manual. Milbrae CA: California Academic Press.

Facione P. et al,. (1995). The Disposition Toward Critical Thinking. Journal of General Education. Vol. 44, No (1). 1-25.

Finkelstein, et al. (2005). When Learning About The World is Better Done Virtually: A Study of Substituting Computer Simulations for laboratory Equipment. Physical review Special Topics-Physica Education Research, Vol. 1, No 010103, p (010103-1)-(010103).

Frankel, J and Walen, N. (2007). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: Mc Graw Hill Inc.

Galaud, C.F. & Hukins, A.A. (2002). What is Scientific Attitudes. [Online]. Tersedia: http://en.Wkipedia.Org/wiki/Scienceeducation. (22 Desember 2011)

Gall, M. D., et al. (2003). Educational Research an Introduction (7th). USA: Library of Congress Cataloging.

(37)

Giancarlo, C. A., and Facione, P. A. (2001). A look across four years at the disposition toward critical thinking among undergraduate students. J. Gen. Educ. 50(1), 29–55.

Gusrial. (2009). Penggunaan Media Simulasi Virtual pada Pembelajaran dengan Pendekatan Konseptual Interaktif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Meminimalkan Kualitas Miskonsepsi pada Materi Kalor. Thesis UPI: Tidak diterbitkan.

Harms, U., (2000). Virtual and remote labs in physics education. Second European Conference on Physics Teaching in Engineering Education, Budapest, Jun. 2000.

Howe, R. & Warren, C. (1989) Teaching critical thinking through environmental education, ERIC Environmental Education Digest No. 2. Available [Online] at: http://www.ed.gov/databases/ERIC_Digests/ed324193.html. (22 Desember 2011).

Inch, E., et al. (2006). Fifth Edition, Critical thinking and Communication: The Use of Reason in Argument. United States America: Pearson Education.

Ismayani, A. (2009). Simulasi Laboratorium Virtual pada Materi HPLC (High Performance Liquid Chromatography) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Kimia. Thesis UPI: Tidak diterbitkan.

Johnson, G., Raven, P. (2002). Biology, 6th ed. New York: McGraw-Hill.

Krukonis, G and Barr, T. (2008). Evolution for Dummies. Canada: Wiley Publishing Inch., Indiapolis, Indiana.

Lang, H. R., & Evans, D. (2006). Models, strategies, and methods for effective teaching. Toronto, ON: Allyn & Bacon.

Liliasari. (2010). Pengembangan Berpikir Kritis sebagai karakter Bangsa Indonesia melalui Pendidikan Sains berbasis ICT, 456-466. Proceeding Seminar Potret Profesionalisme Guru dalam Membangun Karakter Bangsa, Pengalaman Indonesia dan Malaysia: Tidak diterbitkan.

Lumsden, L. (1999). Student Motivation: Cultivating a Love Learning. USA: ERIC Clearinghouse on Educational Management, University of Oregon. Maldarelli, G (2009). Virtual Lab Demonstrations Improve Students’ Mastery of

Basic Biology Laboratory Techniques. Journal of Microbiology

(38)

93

Meltzer. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable in Diagnostic Pretest Scores”. American Journal Physics. 70 (12), 1259-1268.

Mickell, T.A. & Stuckey-Mickell, B.D. (2007). Virtual Labs in the Online Biology Course: Student Perceptions of Effectiveness and Usability. Journal of Online Learning and Teaching, 3(2).

Miller, L., et al. (2006). An Online, Interactive approach to Teaching Neuroscience to adolescent. CBE Life Science Education Vol. 5, 137-143, Summer 2006. DOI: 10.1187/cbe.05-08-0115.

Morell, D. P. & Lederman, N. L. (1998). Students’ attitudes towards school and classroom science: are they independent phenomena? Journal of School Science and Matemathics.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Okebukola, P.A. (2002). Beyond the stereotype to new trajectories in science. A

lecture presented at the 43rd annual conference of Science Teachers Association of Nigeria.

Purwanto. (2008). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.

Quitadamo, et al. (2008). Community-based Inquiry Improve Critical Thinking in General Education Biology. CBE Life Sciences Education Vol. 7, 327-337. Roschelle, J. (1995). Learning in Interactive Environments: Prior Knowledge and

New Experience. [Online]. Tersedia:

http://www.exploratorium.edu/ifi/resources/museumeducation/priorknowl edge.html. [13 Oktober 2011]

Rustaman, N et al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM PRESS.

Russefendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung : IKIP Bandung Press.

Schafersman, S.D. (1991). Introduction to critical thinking. [Online]. Tersedia: http://www.free inquiry.com/criticalthinking.html. (13 Oktober 2011). Stiggins, R.J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New York :

(39)

Suciptoardi. (2010). Konsep Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia: http://suciptoardi.wordpress.com/2010/10/27/konsep-pendidikan-karakter. (13 Oktober 2011).

Sudjana. (2001). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Susanti, D. (2009). Penggunaan Laboratorium Virtual Optik dalam Kegiatan Praktikum Inkuiri untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan KPS Mahasiswa Calon Guru. Thesis UPI: Tidak diterbitkan.

Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo.

Gambar

Tabel 3.1 Rincian Tahap Pengambilan Data Penelitian
Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

adalah yang mempunyai nilai tertinggi (maksimum priority queue); artinya, jika x dan y adalah dua element dalam priority queue dan x &gt; y, maka x mempunyai prioritas

Form biaya pesawat udara merupakan form yang berfungsi untuk mendata seluruh data karyawan dan pejabat yang akan melakukan perjalanan dinas menggunakan

Di hadapan Anda terdapat 4 macam sampel produk Nugget lele dengan penggunaan konsentrasi Rumput Laut yang berbeda.. Cium aroma dari masing-masing sampel secara

Penerapan Hasil Belajar Membuat Hiasan Busana Pada Pembuatan Busana Pesta Anak.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini bertujaun untuk mengetahui implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Kecamatan Salak, Kabupaten Pakpak Bharat sudah berjalan dengan efektif

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kejian kelembagaan sanitasi dalam pengembangan kegiatan perdesaan sehat di kabupaten Sijunjung yang di lihat dari unsur kemitraan dapat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, dan Murabahah

(1) Loka Penelitian Perikanan Tuna yang selanjutnya disebut LP2T, adalah unit pelaksana teknis di bidang penelitian sumber daya perikanan tuna dan sejenisnya