ANALISIS GENDER TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Psikologi pada Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia
Oleh:
Idris Douglas F. Siahaan
0806958
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
344/Skripsi/PSI-FIP/UPI/07.2013
ANALISIS GENDER TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF
Oleh:
Idris Douglas Franata Siahaan
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Idris Douglas Franata Siahaan 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
ABSTRAK
Idris Douglas Franata Siahaan (0806958). Analisis Gender terhadap perilaku konsumtif. Skripsi. Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung (2013).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perbedaan dan persamaan pandangan antara laki-laki dan perempuan mengenai perilaku konsumtif. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan metode studi fenomenologis. Metode pengambilan data menggunakan wawancara semi-terstruktur. Subjek dalam penelitian ini adalah dua laki-laki dan dua perempuan yang memiliki uang saku diatas dari Rp 1.000.000,-. Dari penelitian ini didapatkan bahwa ada perbedaan pandangan antara laki-laki dan perempuan dalam berperilaku konsumtif. Laki-laki cenderung lebih menyukai kualitas suatu barang, berbelanja di mall, lebih sukar mengekspresikan model pakaian yang mereka sukai, tidak terlalu mementingkan bonus barang. Sedangkan perempuan memiliki pertimbangan harga dalam berbelanja, lebih fleksibel dalam tempat berbelanja, lebih mudah mengekspresikan model pakaian mereka, dan memiliki pertimbangan bonus barang dalam perbelanjaan mereka. Satu kesamaan yang terlihat pada empat subjek berpendapat bahwa siapa saja dapat memiliki hobi berbelanja terlepas dari peran gender konsumen tersebut.
ABSTRACT
Idris Douglas Franata Siahaan (0806958). Gender Analysis Of Consumptive Behavior. Paper. Psychology Department. Faculty of Education. Bandung (2013).
The purpose of this research is for knowing the differences and the similarity views between male and female about consumptive behavior. This research design is using qualitative research design with phenomenological approach. The participant on this research is two male and two females who accept remittance above Rp 1.000.000,- per month. This research shows that there are differences and similarities view between male and female on comsumption behavior. Males have tendency to like quality more than price, shopping at mall, have difficulties to express their way of wearing clothes, and not males don’t really considerate about goods bonuses. Whereas, females alwayd preconceiving about price in shopping, more flexibel in a place of shopping, easier to express their way of wearing new model of clothes, and considerate goods bonuses on their shopping. This research shows one big similarities that all of the participant say that everyody can shopping as their hobby wheter they are males or females.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN... i
ABSTRAK... ii
ABSTRACT... iii
KATA PENGANTAR... iv
UCAPAN TERIMAKASIH... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xi
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Fokus Penelitian... 5
1.3 Rumusan Masalah... 5
1.4 Tujuan Penelitian... 6
1.5 Manfaat Penelitian... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8
2.1 Perilaku Konsumen... 8
2.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian... 16
2.3 Perilaku Konsumtif... 17
2.4 Gender dan Jenis Kelamin... 22
BAB III METODE PENELITIAN... 29
3.1 Pendekatan Penelitian... 29
3.3 Tekhnik Pengambilan Data... 31
3.4 Analisis Data... 36
3.5 Keabsahan Data... 37
3.6 Proses Penelitian... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 39
4.1 Mind map analisis gender... 39
4.2 Latar Belakang Subjek... 41
4.3 Gambaran umum perilaku konsumtif... 43
4.4 Analisis Gender terhadap Perilaku Konsumtif... 51
BAB V SARAN DAN KESIMPULAN... 77
5.1 Kesimpulan... 77
5.2 Saran... 78
DAFTAR PUSTAKA... xii LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini, modernitas memunculkan gaya hidup baru. Dunia modern memunculkan pola hidup yang beragam. Diantaranya yang sering didengar adalah
gaya hidup hedonis dan gaya hidup konsumtif. Modernitas juga menyebabkan merebaknya gaya hidup metropolis yang cenderung terbuka dan lebih memperlihatkan kemewahan yang mereka miliki (Purmini, 2011). Kalangan yang
paling mudah terpengaruh oleh gaya hidup seperti ini adalah kaum muda baik laki-laki maupun wanita yang pada umumnya mengikuti pola hidup seperti ini
dengan tujuan adanya penerimaan dari lingkungan sekitar ataupun suatu kelompok tertentu (Baron dan Byrne, 2002)
Gaya hidup konsumtif didukung oleh banyak hal, seperti semakin
menjamurnya mall ataupun pusat perbelanjaan di kota-kota. Sebagai contoh di kota Bandung saja pada tahun 2009 terdapat sedikitnya 30 mall besar, hal ini
menjadi salah satu indikator gaya hidup konsumtif karena semakin mudahnya masyarakat menjangkau tempat-tempat perbelanjaan untuk membelanjakan uang mereka (Finesso, 2010). Indikator lain yang mendukung pola hidup konsumtif ini
adalah semakin mudahnya masyarakat berbelanja tanpa harus pergi ke pusat perbelanjaan melalui online shopping atau belanja online (Ahira, 2011). Sekarang
ini banyak sekali bermunculan website belanja online yang menggiurkan seperti
2
menjual barang-barang kebutuhan dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit dicari. Karena belanja online tidak menghabiskan banyak waktu seperti saat
harus belanja ke mall atau pusat perbelanjaan, orang bisa berbelanja kapan saja dan dimana saja. Walaupun barang yang ingin dibeli tidak dapat dilihat secara
langsung tetapi kemunculan banyaknya website belanja online ini menunjukkan
peningkatan minat masyarakat untuk berbelanja secara online (Ahira, 2011) .
Faktor lain yang semakin mempermudah pola hidup konsumtif ini adalah munculnya beragam layanan kartu kredit dan kemudahan mendapatkannya.
Peningkatan kredit konsumsi yang semakin tinggi setiap tahunnya menunjukkan pemakaian kartu kredit yang tinggi di Indonesia (Franedya, 2010). Dengan kata
lain hal ini menunjukkan semakin banyak orang Indonesia yang menggunakan kartu kredit sebagai alat pembayaran. Menurut Ahira (2011) pemakaian kartu kredit yang tidak terkontrol dapat menyebabkan menumpuknya hutang seumur
hidup. Karena pemakaian yang tidak terkontrol tadi membuat konsumen berbelanja dengan kartu kredit melebihi ambang batas maksimal nilai kartu
tersebut. Hal itu juga belum termasuk denda yang harus ditanggung bila pembayaran terlambat dilakukan.
Sale atau diskon termasuk faktor yang menentukan dari perilaku
pembelian secara berlebihan (Rayport and Jaworski, 2003). Adanya sale atau diskon, yang berarti adanya pemotongan harga, akan mendorong banyak orang
untuk membeli barang tersebut. Menurut Yankee Group pada tahun 2002 bahwa
memotivasi orang-orang untuk melakukan pembelian atau belanja dengan spontan
(Rayport and Jaworski, 2003).
Selain faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya fashion juga mampu meningkatkan gaya hidup konsumtif. Harahap (2010) mengungkapkan bahwa
fashion merupakan sebuah ketergantungan baik pada orang yang memiliki status
ekonomi sosial yang atas maupun yang bawah. Kelas sosial atas atau orang-orang yang memiliki status ekonomi tinggi merupakan early adopter dari fashion di
dunia. Merekalah trendsetter bagi orang-orang yang lainnya di seluruh dunia. Orang-orang ini biasanya disebut juga fashion change agents yang terdiri dari
fashionista, selebritis, pemimpin kelas-kelas sosial tertentu dan anggota sosial elit,
hal ini sering disebut sebagai Increasing Social Visibility, (Irawan, 2010).
Manusia selalu ingin tampil baik di depan umum dan fashion merupakan
salah satu hal yang dianggap mampu untuk membantu tampilan yang baik saat berada ditempat umum. Fashion sangat mempengaruhi bukan hanya wanita saja
tetapi juga laki. Dapat dilihat dari kemunculan produk-produk fashion laki-laki yang semakin banyak. Fashion dianggap sebagai sesuatu yang sangat baik karena melalui fashion kebanyakan orang, baik laki-laki maupun wanita mampu
meningkatkan kepercayaan diri mereka sehingga mereka merasa lebih baik dan nyaman saat berada di tempat umum. Hal ini mengindikasikan kebutuhan akan
suatu hal yang baru semakin tinggi. Pada akhirnya banyak dari orang-orang yang terpengaruh oleh fashion menjadi penganut gaya hidup konsumtif dan
4
Masyarakat saat ini mengimpikan suatu keadaan yang disebut “The exhibit of luxury” (Amriarriza, M., 2009) dimana segala hal yang berkilau dan mewah
menjadi estetika. Keadaan seperti ini mampu membuat manusia sebagai konsumen tidak lagi mempedulikan seberapa tidak masuk akalnya tindakan yang
dilakukan hanya untuk membeli sesuatu. Rachel Bowlby dalam Amriarriza (2009) mengatakan bahwa sejarah konsumerisme adalah sejarah perempuan. Feminisasi belanja sudah sering sekali membahas mengenai hal ini. Dapat dilihat dari bentuk
munculnya budaya konsumtif dengan berbagai macam mekanisme seperti mekanisme produksi, distribusi hingga konsumsinya bahwa perilaku konsumtif ini
telah melintasi batasan gender (Amriarriza, 2009). Jika dihubungkan dengan budaya lokal yang masih memperlihatkan bahwa perilaku konsumtif ini hanyalah
terjadi pada kaum perempuan saja menjadi bukti adanya suatu stereotipe gender yang menekankan bahwa perilaku konsumtif tidak atau bahkan jarang terjadi pada laki-laki. Tetapi jika dilihat pada masa sekarang, perilaku konsumtif bukanlah
perilaku yang terjadi pada perempuan saja namun terjadi juga terhadap para laki-laki.
Salah satu hal yang dapat menjadi bukti bahwa laki-laki pun dapat melakukan perilaku konsumtif adalah munculnya iklan-iklan dengan laki-laki sebagai pangsa pasarnya. Misalnya saja iklan parfum Axe yang memperlihatkan
bahwa dengan memakai body cologne tersebut maka akan banyak perempuan yang ingin dekat dengannya. Contoh lainnya adalah iklan sebuah minuman
penambah energi yang memperlihatkan adanya sebuah bujukan melalui kalimat
laki-laki dituntut untuk membeli produk tersebut karena dengan memakai produk tersebut maka para pembeli laki-laki akan disebut sebagai laki-laki sejati. Contoh
lain yang juga memperlihatkan bahwa laki-laki dapat melakukan pembelian adalah iklan celana jeans, rokok, sepatu dan jam tangan. Bahkan iklan-iklan dalam
bentuk spanduk dapat dilihat di banyak pusat perbelanjaan yang memperlihatkan bahwa laki-laki juga dapat melakukan pembelian untuk memenuhi kebutuhan
mereka.
Berdasarkan kajian fenomena-fenomena di atas mengenai bagaimana perilaku konsumtif banyak terjadi pada masyarakat kita dan mengenai stereotipe
gender oleh masyarakat yang terjadi akibat perilaku konsumtif maka penelitian ini akan mengkaji perilaku konsumtif dari perspektif gender.
1.2. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas mengenai bagaimana perilaku konsumtif juga dapat mempengaruhi stereotipe gender.
Perilaku konsumtif sekarang ini tidak hanya terjadi pada perempuan saja tetapi juga telah banyak dianut oleh lelaki. Fokus penelitian ini diarahkan kepada
pandangan antara perempuan dan laki-laki yang konsumtif terhadap perilaku konsumtif.
1.3. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah perilaku
6
permasalahan yang dimunculkan maka dikemukakan pertanyaan penelitian, yaitu
sebagai berikut:
1) Bagaimanakah analisis gender terhadap perilaku konsumtif pada laki-laki?
2) Bagaimanakah analisis gender terhadap perilaku konsumtif pada perempuan?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui bagaimana
perilaku konsumtif itu ditinjau dari peran gender. Namun secara rinci tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui analisis gender terhadap perilaku konsumtif pada laki-laki
2) Mengetahui analisis gender terhadap perilaku konsumtif pada perempuan
1.5. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk:
a. Memperkaya keilmuan dalam bidang psikologi yang dapat dijadikan
b. Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Jurusan Psikologi pada
khususnya.
c. Memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya tentang
perilaku konsumtif ditinjau dari peran gender.
2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan juga berguna untuk :
a. Memberikan sumbangan bagi subjek mengenai bagaimana proses muncul dan pengaruh dari perilaku konsumtif
b. Bagi peneliti lain yang berminat meneliti mengenai perilaku konsumtif dengan variabel yang sama ataupun berbeda diharapkan data ini dapat
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk lebih memahami gejala atau permasalahan tertentu tanpa menggunakan prosedur statistik (Sevilla dkk., 2006).
Penelitian ini dapat diartikan sebagai proses investigatif yang didalamnya peneliti secara perlahan-lahan memaknai suatu fenomena sosial dengan membedakan,
membandingkan, menggandakan, mengatalogkan dan mengklasifikasikan obejk penelitian (Creswell, 2010). Penelitian kualitatif ini juga menggunakan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks khusus yang alamiah yang juga menggunakan berbagai metode alamiah (Moleong, 2010).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
fenomenologi yang merupakan bentuk pendekatan dengan mengandaikan para individu menjadi orang dan pihak yang pertama dalam mendeskripsikan
kehidupan mereka (Smith, 2009).
Menurut Smith (2009) tujuan penelitian fenomenologi adalah menangkap sedekat mungkin bagaimana fenomena tersebut dialami di dalam konteks
terjadinya fenomena tersebut dengan kata lain, fenomenologi merupakan bentukan usaha untuk menemukan makna-makna psikologi yang terdapat dalam fenomena
3.2 Subjek Penelitian
Pengumpulan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009). Dalam teknik ini subjek dianggap
menjadi yang paling tahu tentang apa yang diharapkan oleh penulis. Penelitian ini mengambil 4 subjek perilaku konsumtif yaitu dua pria dan dua wanita.
Dalam analisis gender untuk melakukan penelitian dibutuhkan subjek
penelitian tetapi analisis gender menekankan bahwa apabila peneliti sudah mengenal subjek terlebih dahulu maka akan lebih memudahkan dalam
pengambilan data (Fakih, 1996).Berikut adalah kriteria subjek penelitian:
1) Bertempat tinggal jauh dari orang tua atau bisa dikatakan kos; Karena
dengan kos maka harus memenuhi kebutuhan sehari-hari sendiri
2) Pada umumnya melakukan pembelanjaan bulanan untuk mencukupi kebutuhan kos; Menunjukkan adanya pengeluaran yang rutin setiap
bulannya.
3) Masih berstatus mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia,
dengan angkatan 2008;
4) Mendapatkan uang saku > Rp 1.000.000,- ; Dengan uang saku tersebut mampu melakukan pembelian yang berakhir konsumtif.
5) Subjek berumur antara 20-23 tahun;
6) Belum memiliki penghasilan sendiri atau belum bekerja; Karena masih
31
Penelitian ini melibatkan 4 orang subjek yang sesuai dengan kriteria diatas dimana subjek pertama (S1) adalah seorang mahasiswi jurusan pendidikan bahasa
perancis, subjek kedua (S2) adalah seorang mahasiswa jurusan bahasa jepang, subjek ketiga (S3) adalah seorang mahasiswi jurusan psikologi, dan subjek
ke-empat (S4) adalah seorang mahasiswa jurusan Manajemen Bisnis. Patton dalam Reza (2012) mengatakan bahwa penentuan jumlah sampel dalam penelitian kualitatif tidak memiiliki aturan-aturan tertentu. Tetapi jumlah sampel bergantung
kepada kebutuhan dan tujuan dari penelitian tersebut, juga disesuaikan dengan kesediaan sumber dan waktu.
Teknik ini merupakan teknik dalam non-probability sampling yang berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih karena ciri-ciri
tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan (Herdiansyah, 2010).
3.3 Teknik Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan natural setting yaitu melalui sumber
data primer, yang berarti data diperoleh langsung melalui sumber data. Teknik yang digunakan adalah:
1) Wawancara
Wawancara merupakan proses pencarian data berupa pendapat atau pandangan atau pengamatan seseorang yang akan digunakan sebagai salah
satu bahan penulisan karya jurnalistik. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (In-depth
Interview) dengan pedoman wawancara semi terstruktur. Wawancara semi
dapat diprediksi, fleksibel tetapi terkontrol, dan bertujuan untuk memahami suatu fenomena. Wawancara semi terstruktur tepat jika
dilakukan pada penelitian kualitatif daripada penelitian lainnya, karena wawancara semi terstruktur esensinya adalah untuk mendapatkan
pemahaman dari suatu fenomena.
Pedoman Wawancara
Instrumen Perilaku konsumtif berikut dibuat berdasarkan pengklasifikasian impulsive buying dan pengertian perilaku konsumtif menurut Fromm:
Dimensi Indikator Hal yang ingin digali
1. Perencanaan Membeli barang tanpa
perencanaan
Jenis produk yang akan dibeli
Waktu dan tempat
pembelian
Pembelian karena ada hadiah
Kapan pembelian terakhir dilakukan
Waktu dan tempat yang spesifik untuk melakukan pembelian
Pertimbangan yang dilakukan dalam pembelian
Prioritas pembelian yang dilakukan setiap bulan
Adanya keinginan melakukan pembelian karena iming-iming hadiah
Pembelian barang secara mendadak
2. Pengalaman terhadap produk
Membeli barang karena teringat akan suatu hal
Menggunakan informasi dari iklan
Ingin mencoba pengalaman baru
Kecenderungan membeli suatu barang karena iklan yang dianggap menarik
Adanya keinginan untuk mencoba hal-hal baru
Dimensi Indikator Hal yang ingin digali 3. Kebutuhan Pembelian
diluar kebutuhan
Apakah pembelian yang dilakukan selalu atas dasar kebutuhan saja
Penggunaan barang atau produk yang telah dibeli
Penjagaan penampilan diri
4. Pemenuhan keinginan
- Pembelian barang atau produk saat menginginkan produk atau barang tersebut
Perasaan yang muncul saat membeli barang baru
Peningkatan percaya diri saat membeli barang-barang mahal
5. Peningkatan status individu
- Adanya pertimbangan harga atas pembelian yang dilakukan
Adanya kecenderungan untuk memperlihatkan status sosial
Kecenderungan untuk mendapatkan pengakuan atas kualitas barang yang dimiliki Tabel 3.1 Pedoman Wawancara
2) Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan teknik pengamatan langsung. Observasi dilakukan dengan metode observasi
non-partisipan, dimana observer tidak melibatkan diri dalam interaksi dengan observee. Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang tidak
Dimensi Indikator Hal yang ingin digali Perilaku yang terlihat/teramati
1. Perencanaan
Membeli barang tanpa
perencanaan
Jenis produk yang akan dibeli
Waktu dan tempat
pembelian
Pembelian karena ada hadiah
Kapan pembelian terakhir dilakukan
Waktu dan tempat yang spesifik untuk melakukan pembelian
Pertimbangan yang dilakukan dalam pembelian
Prioritas pembelian yang dilakukan setiap bulan
Adanya keinginan melakukan pembelian karena iming-iming hadiah
Pembelian barang secara mendadak
2. Pengalaman terhadap produk
Membeli barang karena teringat akan suatu hal
Menggunakan informasi dari iklan
Ingin mencoba pengalaman baru
Kecenderungan membeli suatu barang karena iklan yang dianggap menarik
Adanya keinginan untuk mencoba hal-hal baru
Dimensi Indikator Hal yang ingin digali Perilaku yang terlihat/teramati
3. Kebutuhan
Pembelian diluar kebutuhan
Apakah pembelian yang dilakukan selalu atas dasar kebutuhan saja
Penggunaan barang atau produk yang telah dibeli
Penjagaan penampilan diri
4. Pemenuhan keinginan
- Pembelian barang atau produk saat menginginkan produk atau barang tersebut
Perasaan yang muncul saat membeli barang baru
Peningkatan percaya diri saat membeli barang-barang mahal
5. Peningkatan status individu
- Adanya pertimbangan harga atas pembelian yang dilakukan
Adanya kecenderungan untuk memperlihatkan status sosial
[image:22.842.186.761.83.488.2] Kecenderungan untuk mendapatkan pengakuan atas kualitas barang yang dimiliki
3.4 Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam pendekatan kualitatif ini
adalah metode analisis data yang dikemukakan oleh Miles & Huberman (1992) seperti yang dikemukakan dalam buku Qualitative data analysis. Penelitian
kualitatif bersifat interaktif dan dilakukan secara terus menerus hingga data mencapai titik jenuh. Proses analisis data dibagi menjadi tiga yaitu reduksi data,
display data, dan varifikasi data.
1) Reduksi data
Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara tertentu sehingga sikmpulan akhir dapat ditarik. Pada tahap ini, data yang telah diklasifikasikan kemudian
diseleksi untuk memilih data yang berlimpah kemudian dipilah dalam rangka menemukan fokus penelitian.
2) Penyajian Data atau Display data
Penyajian berarti menampilkan informasi yang telah tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Data-data yang telah tersusun kemudian disajikan dalam bentuk analisis sehingga akan tergambar permasalahan yang menjadi objek
kajian.
3) Penarikan kesimpulan
Teknik ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses
37
informasi yang diperoleh dalam analisis data. Teknik ini menggunakan teknik induktif, yaitu teknik penarikan kesimpulan dari data-data yang
bersifat khusus menuju kesimpulan yang bersifat umum (Milles dan Michael Huberman, 1992)
3.5 Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa
langkah seperti berikut:
1) Member check, merupakan proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti terhadap subjek yang diteliti dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan
oleh subjek yang diteliti (Sugiyono, 2007).
2) Triangulasi, merupakan pengecekan data melalui berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu dengan kata lain teknik ini
juga memanfaatkan sesuatu yang lain diluar dari data yang ada untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu (Moleong,
2010).
3) Comprehensive data treatment yaitu pengujian keabsahan data dengan cara menginterpretasi berulang-ulang hingga diperoleh kesimpulan
3.6 Proses Penelitian
1) Tahap Persiapan
a. Mencari informasi mengenai tema yang diminati b. Melakukan studi literatur mengenai perilaku konsumtif
c. Melakukan kaji ulang terhadap penelitian sebelumnya d. Membuat proposal penelitian
e. Membuat kriteria subjek yang diinginkan
f. Menghubungi subjek
g. Mempersiapkan kerangka wawancara
2) Tahap Pelaksanan
Tahap pelaksanaan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menemui subjek dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kemudian membuat kesepakatan,
b. Membuat kesepakatan mengenai waktu dan tempat hingga
kerahasiaan data yang diperoleh
c. Melakukan wawancara sesuai dengan kerangka wawancara
yang telah dipersiapkan sebelumnya 3) Pengolahan Data
a. Mereduksi data dengan cara memfokuskan pada hal-hal yang
oenting saja dengan mencari pola dan membuang hal-hal yang tidak perlu
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan antara perempuan dan laki-laki terhadap perilaku konsumtif itu sendiri. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka didapatlah kesimpulan
sebagai berikut: 1. Laki-laki
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka didapatkan bagaimana pandangan laki-laki terhadap perilaku konsumtif.
Kedua subjek adalah laki-laki yang masih berstatus mahasiswa dengan mendapatkan uang saku dengan jumlah > Rp 1.000.000,- dalam sebulan. Ada beberapa karakteristik yang sama maupun
berbeda pada kedua subjek laki-laki. Banu merupakan subjek yang memiliki perilaku konsumtif sedangkan Deka tidak. Kesimpulan
pada subjek laki-laki adalah : pertama, kedua subjek lebih memilih membeli barang yang memiliki kualitas yang baik. Kedua, subjek laki-laki lebih memilih membeli barang disuatu tempat yang dapat
menjamin kualitasnya seperti mall. Ketiga, kedua subjek tidak terlalu mementingkan adanya bonus barang tetapi lebih kepada
memiliki banyak akses dan fasilitas dalam mengekspresikan diri dengan memakai model dan pakaian yang disukai. Terakhir, kedua
subjek mengungkapkan bahwa tidak ada hal yang dapat membatasi hobi berbelanja pada laki-laki ataupun perempuan.
2. Perempuan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pada perempuan. Pertama, perempuan
memiliki lebih banyak pertimbangan dalam bentuk harga saat melakuan pembelian dibandingkan dengan subjek laki-laki. Kedua,
perempuan lebih menyukai melakukan perbelanjaan di tempat-tempat perbelanjaan yang murah. Ketiga, perempuan lebih tertarik
membeli suatu barang yang memiliki bonus atau hadiah tertentu disamping pembelian barang utama tersebut. Keempat, perempuan lebih mudah mengekspresikan diri mereka melalui pemakaian
barang-barang fashion yang selalu up to date. Terakhir, sama seperti subjek laki-laki, subjek perempuan memandang bahwa
siapapun dapat memiliki hobi berbelanja tanpa ada batasan apakah konsumen tersebut adalah laki-laki ataupun perempuan.
5.2Saran
1. Bagi subjek penelitian,
79
pembelian yang dilakukan dalam aktivitas belanja sehari-hari.
b. Semoga melalui adanya penelitian ini para subjek dapat lebih mengerti mengenai perilaku pembelanjaan mereka.
2. Bagi penelitian selanjutnya,
a. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menindaklanjuti penelitian ini dalam aspek-aspek yang lebih luas seperti
keputusan pembelian oleh gender dan aspek-aspek lainnya. b. Peneliti selanjutnya diharapkan agar pengambilan data yang
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, D. 2011. Wah, Ternyata Pria Suka Belanja. [online] Tersedia:
http://www.pelitaonline.com/read/gaya-hidup/nasional/24/913/wah-ternyata-pria-suka-belanja/ (7 Januari 2013)
Ahira, A. 2011. Belanja Sampai Mati. [Online] Tersedia: http://anneahira.com/belanja-sampai-mati.htm (18 Januari 2013)
Ahira, A. 2011. Wanita Belanja. [online] Tersedia: http://www.anneahira.com/-wanita-belanja-.htm (18 Januari 2013)
Amriarriza, M. 2009. Perilaku Konsumtif; Sebuah Renungan Budaya. [Online] Tersedia:
http:/www.citizennews.suaramerdeka.com/?option=com_content&task=vi ew&id=855 (20 Januari 2013)
Baron, R & D. Byrne. 2002. Psikologi Sosial Jilid 1. Edisi kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Berghoff, H.,Philip S. & Uwe S. 2012. The Rise of Marketing and Market Research. New York: Palgrave Macmillan
Chea, Pisey. 2011. Gender Differences in the Fashion Consumption and Store Characteristics in Swedish Clothing Stores. (Tesis, Hogskolan I Boras –
Instituionen For Data- Och Affarsvetenskap) Tidak diterbitkan.
Creswell, John W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Engel F, J., Rogerd D. B & Paul W. M. 1994. Perilaku Konsumen.Jakarta: Binarupa Aksara.
Fakih, Mansour. 2008. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: PT Insist Press.
Febrida, M. 2011. Makin Banyak Pria Senang Berbelanja. [online] Tersedia: http://gayahidup.liputan6.com/read/340370/makin-banyak-pria-senang-berbelanja/ (7 Januari 2013)
Finesso, G. M. 2010. Jumlah berlebih Bandung “dikepung” mall. [Online] Tersedia:
http://regional.kompas.com/read/2010/01/26/10125466/Jumlah.Berlebih.B andung.Dikepung.Mal (02 Juli 2012)
Firat, F. 2013. Consumption and Gender : A Common History. Journal.
Franedya, R. 2010. Kartu kredit tumbuh di atas 10 persen. [online] Tersedia: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/12/02/1441106/Kartu.Kredit. Tumbuh.di.Atas.10.Persen (25 Desember 2012)
Fromm, E. 1955. To Have or To Be. New York: The Continuum Publishing company.
---. 1995. Masyarakat yang Sehat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Gobe, M. 2005. Emotional Branding. Jakarta: Erlangga.
Hafidzoh, M. S. 2012. Perempuan dan kecenderungan konsumtif. Suara Merdeka.
[online] Tersedia :
http://epaper.suaramerdeka.com/read/2012/07/25/2012_07_25.swf (14 Februari 2013)
Harryadithasya, S. 2010. Hubungan Antara Konsep Diri Sosial dengan Perilaku Konsumtif Membeli Produk Kecantika Pada Remaja. Skripsi (tidak
diterbikan). Universitas Padjajaran. Jatinangor.
Hitman system. (tanpa tahun). Diperoleh dari:
http://www.hitmansystem.com/tentang-pria/penampilan-adalah-kepribadian.html (13 Maret 2013)
Iklan, 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional. [online] Tersedia:http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php (22 Februari 2013)
Indriawati, F. 2011. Hindari Belanja Impulsif. Cita Cinta. Hal. 96-100.
Irawan, I. 2010. Fashion Life-Cycle. [online] Tersedia: http://the-marketeers.com/archives/fashion-life-cycle.html (14 Januari 2013)
Kartajaya, H. & Putu I. M. 2010. Surga di Telapak Kaki Ibu, Gaji Ayah di
Dompet Ibu. [Online] Tersedia:
http://lipsus.kompas.com/connectnow/read/2010/11/09/11063437/Surga.di .Telapak.Kaki.Ibu..Gaji.Ayah.di.Dompet.Ibu (15 Juni 2013)
Kotler, P & Kevin L. K. (2009). Manajemen Pemasaran Edisi 13. Jakarta: Erlangga.
Kurnia, N. (2004). Representasi Maskulinitas Dalam Iklan. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 8, Nomor 1, Juli 2004 (17-36).
Mangkunegara, A. P. 2002. Perilaku Konsumen. Bandung: Refika Aditama.
Miles, B.B., dan A.M. Huberman. (1994). Qualitative Data Analysis: An Expanded Sourcebook. California: SAGE Publication.
Moleong, L.J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mowen, J& Michael M. 1998. Consumer Behavior 5th Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Odgen-Barnes, S. 2012. Men and shopping. [article] Deakin University Australia.
Patton, M. 1990. Qualitative Evaluation and Research Methods. Beverly Hills, CA: Sage.
Peter J. P and Jerry O. 2007. Consumer Behavior. New York: McGraww Hill Companies Inc.
Ramitha, V. 2009. Mengapa Wanita Suka Belanja? [Online] Tersedia: http://www.inilah.com/read/detail/95349/ (18 Januari 2013)
Rayport, J. F. & Bernard J. J. 2003. Introduction to e-commerce. New York : McGraw-Hill
Reza, A. M. 2012. Perilaku Konsumtif Pada Pria Metroseksual. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Rosandi, A. F. (2004). Perbedaan Perilaku Konsumtif Antara Mahasiswa Pria dan Wanita di Universitas Katolik Atma Jaya. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Katolik Atma Jaya.
Rueda, M; M. Rodriguez; Watkins M & Susan A. 2007. Feminisme Untuk Pemula. Yogyakarta: Resist Book
Santrock, J. W. (2007). Adolescence, Eleventh Edition. New York: Mc Graw Hill.
Sari, T. Y. 2009. Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Dengan Body Image Pada Remaja Putri. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Santy, R. D., M. Ihsan Izharuddin Adhipratama. (2012). Diplay Toko, Gaya Hidup Dan Pembelian Impulsif.Jurnal Ekonomi : Majalah Ilmiah
UNIKOM. Vol. 11 No. 1.
Seock, Y. and Nikki S. 2007. Hispanic consumers’ shopping orientation and apparel retail store evaluation criteria. Journal of Fashion Marketing and
Sheth, J. and Banwari M. 2004. Consumer Behavior : A Managerial Perspective, 2nd Edition.: United States: Thomson South Western.
Sihite, R. 2007. Perempuan, Kesetaraan, Keadilan – Suatu Tinjauan Berwawasan Gender. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sitepu, R. 2009. Hubungan Antara Konformitas Terhadap Teman Sebaya Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri. Skripsi (tidak diterbitkan).
Universitas Padjajaran. Jatinangor.
Smith, J. A. 2009. Psikologi Kualitatif – Panduan Praktis Metode Riset. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Stanton, J. W. 1991. Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif – Cetakan ke-13. Bandung: Alfabeta.
Suryadi, A. & Idris, E. (2004). Kesetaraan Gender dalam Bidang Pendidikan. Bandung: PT. Genesindo.
Thompson, J.K. 1996. Body image, eating disorder, and obesity : An Interactive guide of assessment and treatment. Washington DC: American
Psychology of Association.
Wijaya, H. R. 1996. Penelitian Berperspektif Gender. Jurnal Analisis Sosial. Edisi 4/November 1996.
Welss, W. and Prensky, D. 1996. Consumer Behavior. Canada: John Wiley & Sons. Inc.
Winardi. 1992. Promosi dan Reklame. Bandung: Bandar Maju.
______, 2007. Men Buy, Women Shop: The Sexes Have Different Priorities When Walking Down the Aisles. University of Pennsylvania [online] Tersedia: