40
BAB III
RANCANGAN KARYA
3.1 Tahap Pembuatan
Perancangan karya, audio storytelling yang penulis buat adalah mengenai
“Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kesehatan Mental”. Sebelumnya, audio storytelling yang penulis buat akan berdurasi selama satu jam dengan pembagian
enam segmen di dalamnya, dari tiap-tiap segmen berisikan konten dengan kronologikal isu yang akan penulis ambil dengan total durasi kurang lebih 10 menit per segmen. Pada tiap-tiap segmennya, penulis akan berusaha untuk mendatangi narasumber sesuai dengan pengambilan angle yang penulis pilih untuk tiap segmennya. Audio Storytelling ini akan mengambil sub-klaster audio reporting based yang mana nantinya akan menjadi sebuah audio storytelling dengan
membahas isu kesehatan mental dimasa pandemi Covid-19, kemudian juga akan memberikan informasi dan edukasi tentang kesehatan mental.
Sebuah karya bisa tercipta tentu saja melalui beberapa tahapan produksi yang jelas dan efisien. Ada tiga tahapan produksi yang sesuai dengan SOP (standart operation procedure) yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi (Wibowo,
2007, p. 39). Berikut rincian tahapan produksi yang penulis lakukan dalam menyusun karya audio storytelling ini:
3.1.1 Pra Produksi
Menurut Wibowo (2007), tahapan pra-produksi merupakan tahapan yang penting karena sebagai tahap perencanaan dan persiapan
41 agar proses produksi berjalan dengan lancar. Tahap pra-produksi ini terdiri dari tiga bagian (Wibowo, 2007, p. 39), yaitu:
1. Penemuan Ide
Tahapan ini dimulai bila produser telah menemukan ide atau gagasan untuk karyanya. Ide tersebut akhirnya dilanjutkan dengan riset mendalam dan membuat naskah (Wibowo, 2007, p.
39).
Dalam tahap ini, penulis pertama menemukan ide untuk membuat sebuah karya audio storytelling karena karya dalam bentuk ini adalah karya yang menarik dan juga menantang bagi penulis. Lalu penulis menemukan tema tentang gangguan kesehatan mental. Hal ini penulis juga pernah mengalami gangguan kesehatan mental yaitu depresi ringan, kemudian penulis juga terinspirasi dari salah satu pejuang gangguan kecemasan yaitu I Made Suri Pandhu yang memiliki akun youtube lebih membahas dan mengulas tentang kesehatan mental serta anxiety disorder. Tidak hanya itu penulis juga terinspirasi dari salah satu program di KBR Prime yaitu DISKO (Diskusi Psikologi). Program tersebut berisikan informasi dan edukasi tentang gangguan kesehatan mental.
Setahun sudah dunia dan seluruh belahan negara tak terkecuali Indonesia dihebohkan dengan kemunculan virus Covid-19. Terhitung sejak dari pertama kali kasus Covid-19
42 dikonfirmasi di Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019 lalu, setidaknya terdapat ribuan orang di berbagai negara baik yang positif terinfeksi maupun yang menjadi korban meninggal dunia dari keganasan Covid-19. Saat pertama kali pemerintah Indonesia mengumumkan kasus positif Covid-19 awal Maret 2020, banyak yang tidak menyangka dampak virus corona akan separah ini. Kasus pandemi Covid-19 membuat penulis berpikir untuk menghubungkan gangguan kesehatan mental dengan munculnya kasus Covid-19 di tahun ini. Tujuannya adalah untuk mencari tahu dan mencari informasi, bagaimana kehidupan seorang gangguan kesehatan mental bisa bertahan hidup dengan situasi pandemi seperti saat ini dan bagaimana cara menjaga kesehatan mentalnya di tengah pandemi Covid-19 menurut para penderita dan psikolog.
Dari kasus tersebut, penulis tertarik untuk mencari lebih tahu tentang isu dan masalah kesehatan mental di tengah pandemi Covid-19. Penulis melakukan riset mendalam melalui internet dengan menggunakan keyword “gangguan kesehatan mental di tengah pandemi covid-19” dan “kesehatan mental dimasa pandemi Covid-19, dari kata kunci tersebut penulis mendapatkan banyak rujukan dari berbagai jurnal, dan artikel di media online. Penulis juga hanya memilih beberapa sumber bacaan dari Kompas.com, CNN Indonesia, Detik.com dan
43 Liputan 6, karena dari artikel yang ditulis oleh media tersebut, memiliki bahan bacaan yang banyak tentang isu kesehatan mental di tengah pandemi Covid-19.
Gambar 3.1 Hasil Pencarian Rujukan Melalui Internet
Sumber: Olahan Penulis, 2020
Beberapa berita yang ada di media online membuat penulis bisa mendapatkan latar belakang bagaimana keadaan penderita gangguan kesehatan mental dimasa pandemi Covid-
44 19 dan informasi lainnya yang masih berkaitan dengan gangguan kesehatan mental. Informasi mendasar ini penulis jadikan rujukan untuk pengetahuan umum di latar belakang serta membantu penulis dalam menjabarkan fakta dan data di dalam naskah produksi audio storytelling.
Selain itu beberapa fakta yang tertera pada dokumen- dokumen penelitian penulis jadikan sebagai rujukan, sehingga saat penulis melakukan wawancara dengan narasumber, penulis dalam menginformasi, apakah memang fakta-fakta tersebut valid dari sumber yang memang terpercaya.
Topik ini akan dibuat dengan format audio storytelling berbasis reportase, kemudian kelebihan dari audio sendiri yaitu mudah didengarkan di mana saja dan kapan saja. Selain itu, dengan format audio storytelling, pendengar bisa lebih menggambarkan sendiri apa yang nantinya akan penulis jabarkan dalam bentuk suara.
Dari hasil riset yang mendalam dan pencarian data yang penulis dapat, penulis mencatat segala yang penulis dapat sehingga saat penulis menjalani eksekusi liputan dan produksi karya, penulis dapat menjabarkan apa yang benar-benar dirasakan oleh khalayak mengenai topik yang penulis ambil.
Setelah mendapatkan data dari hasil riset mendalam dari internet, penulis mulai membuat rancangan cerita untuk
45 dituliskan didalam naskah produksi, tujuannya untuk setiap segmennya nanti mempunyai kisah yang bisa diingat terus oleh pendengar dan pendengar juga bisa ikut larut dalam alur cerita yang dibuat oleh penulis.
2. Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi penetapan jangka waktu kerja, penyempurnaan naskah, termasuk juga estimasi biaya, dan lokasi (Wibowo, 2007, p. 39).
Pada tahap ini, penulis menentukan siapa saja yang penulis jadikan narasumber untuk setiap segmennya. Penulis mencari beberapa narasumber yang menderita gangguan kesehatan mental, untuk di segemen pertama, dan kedua. Pada segmen ketiga penulis mewawancarai Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, segmen keempat, kelima penulis mewawancarai psikolog sebagai sudut pandangan yang berbeda dari penderita.
Kemudian pada segmen terakhir yaitu segmen enam, penulis akan memberikan kesimpulan terhadap beberapa segmen.
Selain itu, pada tahap ini, penulis telah meyelesaikan perencanaan naskah serta pencarian terkait data-data pendukung. Setelah itu penulis juga tinggal menyiapkan untuk proses eksekusi dengan narasumber untuk melakukan wawancara.
46 Tabel 3.1 Penjelasan Singkat Persegmen
Segmen Penjelasan
1. Kisah Penderita Anxiety disorder
Dimasa
Pandemi Covid- 19.
Dalam segemen satu, penulis lebih membahas dan mengulas kisah penderita anxiety disorder, mulai pertama kali diriwayat punya penyakit tersebut hingga mengulas kisah bagaimana keadaan penderita anxiety disorder dimasa pandemi.
Narasumber yang dihadirkan hanya satu orang, ia akan menceritakan kisahnya sebagai pejuang anxiety disorder
2. Dampak
Pandemi Covid- 19 Bagi
Kesehatan Mental
Pada segmen ke dua, penulis mewawancari seorang dokter gigi yang terkena dampak dari pandemi covid-19, dampak yang dirasakan tidak hanya pada profesinya saja sebagai dokter gigi, tetapi berdampak pada kesehatan mentalnya, yang sampai saat ini masih kambuh dan rutin meminum obat
47 3. Tanggapan
Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tentang Kesehatan Mental Warganya
Disegmen ini berbeda, dengan segmen sebelumnya. Pada kali ini penulis melakukan wawancara dengan Ibu Ida, salah satu pengelola program pencegahan, dan pengendalian masalah kesehatan jiwa di provinsi DKI Jakarta. Pada kesempatan kali ini, penulis berhasil mendapatkan informasi dan data rekapitulasi layanan psikososial provinsi DKI Jakarta sampai dengan 16 November 2020.
4. Siasat Sehat Mental Ditengah Pandemi
Dalam segmen ini, penulis memberikan sebuah informasi bagi mereka yang memiliki gangguan kesehatan mental maupun yang tidak mempunyai gangguan kesehatan mental. Pada segmen kali ini penulis mewawancarai Anindita Citra seorang psikolog yang juga sedang praktek di salah satu klinik di Jakarta Selatan.
48 5. Mencegah
Anxiety disorder
Dimasa Pandemi
Pada segmen lima, penulis masih bersama Anindita Citra untuk membahas dan memberikan informasi bagaimana mencegah anxiety disorder dan kesehatan
mental lainnya dimasa pandemi seperti ini. Selama pandemi ini banyak sekali yang mengalami panik, cemas dan takut terpapar virus Covid- 19. Kemudian di segmen 5 juga membahas sebuah kasus dari kliennya Anindita Citra yang memiliki gangguan kecemasan akibat dirinya terkena covid-19.
6. Mengulas Kembali
Pada segmen ini penulis membuat sebuah kesimpulan dari beberapa segmen sebelumnya, sehingga para pendengar bisa mengingatnya kembali dari beberapa segmen tersebut
Sumber: Olahan Penulis, 2020
Penulis juga membuat estimasi dalam menyelesaikan karya ini agar tepat waktu dengan waktu pengumpulan. Penulis telah
49 melakukan riset terlebih dahulu sebelum merampungkan pemilihan topik. Pemilihan topik disesuaikan dengan kemampuan penulis dalam memahami topiknya secara utuh dan bagaimana penulis akan membawakannya dalam bentuk audio storytelling. Penulis mulai menyusun pertanyaan, lebih
mendalami tentang gangguan kesehatan mental, dan juga berusaha mencari informasi tentang bagaimana cara berkomunikasi dengan orang yang mempunyai gangguan kesehatan mental agar mereka mau terbuka dengan penulis.
3. Persiapan
Tahap ini merupakan tahap saat semua perencanaan sudah selesai dan siap untuk melakukan proses sebuah produksi (Wibowo, 2007, p. 39).
Dalam tahapan ini, penulis sudah membuat janji dan jadwal untuk melakukan wawacara dengan narasumber, kemudian memastikan kalau narasumber sanggup bekerja sama dengan penulis. Penulis juga mempersiapkan peralatan yang penulis butuhkan untuk keperluan pengumpulan data.
Selanjutnya penulis membuat pertanyaan yang mendalam dari data yang sudah didapat.
Pada situasi pandemi di tahun 2020, penulis mengalami banyak kendala pada saat penulis harus melakukan liputan dan mencari data ke lapangan, kendala yang pertama ketika penulis
50 mendatangi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, sebelumnya penulis sudah menghubungi bagian humas Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk menanyakan perihal wawancara, lalu pihak dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta memberikan informasi bahwa, diharuskan membawa surat dari kampus untuk melakukan proses wawancara. Pada tanggal 23 Desember 2020, penulis diperintahkan untuk memberikan surat dari kampus untuk ke bagian penerima surat, untuk direview terlebih dahulu, setalah itu penulis harus menunggu selama tujuh hari kerja. Sudah menunggu tujuh hari kerja, penulis kembali lagi ke Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk mengambil surat dan diarahkan kebagian SDMK (sumber daya manusia kesehatan) penulis hanya memberikan surat kebagian bidang tersebut, lalu penulis hanya menunggu konfirmasi lewat chat whatsapp pribadi.
Sudah berganti bulan dan tahun, penulis sampai akhir bulan Maret 2021 belum dapat kabar dari pihak Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Tanggal 05 April 2021, penulis mempunyai inisiatif sendiri untuk menghubungi kembali lewat chat pribadi dari salah satu staff disana. Setelah menghubungi kembali, akhirnya penulis diperintahkan untuk datang ke Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada esok hari. Tanggal 06 April 2021, penulis mendatangi Dinas Kesehatan Provinsi DKI
51 Jakarta pada pukul 11.00 WIB. Setelah itu penulis bertemu dengan ibu Ida selaku Staf Seksi Penyakit Tidak Menular Kesehatan Jiwa dan NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif). Kemudian beliau juga bertugas sebagai Pengelola Program Pencegahan dan Pengendalian Masyarakat Kesehatan Jiwa.
Sesampainya di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dan bertemu dengan ibu Ida. Penulis langsung melakukan diskusi terlebih dahulu untuk memberi tahu apa saja pertanyaan yang penulis nanti tanyakan. Kemudian ada beberapa pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh pihak Dines Kesehatan Provinsi DKI Jakarta akhirnya penulis membuat kembali pertanyaannya. Rencana penulis ingin mencari tahun berapa data orang yang terkena gangguan kesehatan mental selama pandemi, tetapi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tidak mempunyainya, sehingga penulis harus merubah pertanyaan sehingga mendapatkan data yang menurut penulis butuhkan.
Setelah itu penulis melakukan wawancara dan mendapatkan data yang menurut penulis masih nyambung dengan topik penulis.
Penulis juga melakukan wawancara dengan psikolog via online dan melalui software zoom meeting. Waktu awal-awal pandemi penulis tidak bisa melakukan wawancara langsung
52 bersama narasumber, karena telah dikeluarkanya aturan dari pemerintah yaitu PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), dengan adanya peraturan tersebut penulis hanya bisa wawancara via onlie saja
3.1.2 Produksi
Setelah semua perencanaan dan persiapan matang, penulis melakukan proses produksi. Selama pandemi Covid-19 proses produksi hanya dilakukan dirumah saja, penulis mulai dengan cara mengobrol santai dengan narasumber, supaya narasumber nyaman pada saat wawancara. Sebelum melakukan wawancara dengan penderita gangguan kesehatan mental, penulis harus berhati-hati membuat pertanyaan, karena bisa saja dari pertanyaan yang penulis berikan, akan beresiko menjadi beban pikiran penderita
Penulis juga membuat daftar pertanyaan berdasarkan data-data hasil riset yang telah dilakukan, untuk mempermudah jalannya wawancara. Pada tahap ini penulis akan melakukan wawancara bersama Abi salah satu fotografer lepasan yang mengalami depresi, penulis langsung menemui Abi untuk melakukan wawancara, kemudian penulis merekamnya dengan handphone dan clip on. Tidak hanya Abi penulis juga akan mewawancarai langsung drg. Ella Minati Putri yang juga memiliki gangguan kesehatan mental dan terdampak diwaktu pandemi Covid-19 ini.
53 Setelah melakukan teknik wawancara, penulis membuat transkrip untuk melengkapi naskah yang sudah dibuat sebelumnya. Hasil transkrip akan dimasukkan ke dalam naskah yang akan dibahas. Gunanya transkrip adalah untuk mempermudah penulis ketika melakukan editing, nantinya penulis hanya mencari durasi SOT (sound on tape) yang sudah ditentukan mana yang penting oleh penulis.
Setelah melakukan transkrip dan penyempurnaan naskah, penulis akan melakukan siaran tapping untuk masing-masing segmen. Siaran tapping merupakan suatu siaran yang direkam tapi tidak langsung
disiarkan, melainkan ditunda beberapa waktu untuk dilakukan serangkaian pengeditan. Sehingga siaran tersebut lebih menarik, sesuai dengan kaidah yang ada, minim kesalahan dan lain lain. Rencananya, proses tapping akan dilakukan di studio. Namun, pandemi Covid-19 membuat kita harus melakukan aktivitas dari rumah saja dan harus berjaga jarak. Harapannya, proses tapping bisa berjalan dengan lancar walaupun hanya dilakukan dari rumah saja.
Selebihnya tahapan produksi ini akan berjalan sesuai dengan skrip yang telah dibuat oleh penulis. Namun, dalam pelaksanaanya skrip hanya menjadi patokan agar pembicara tidak terlalu kaku. Adapun stuktur penulisan naskah untuk mempermudah penulis dalam menyusun naskah
Tabel 3.2 Struktur Naskah Produksi Audio Storytelling
54
No Segmen Keterangan
1. Pembuka Membuka segmen dengan
interaktif pada pendengar dan menjelaskan awalan topik pembahasan.
2. Isi Narator menjelaskan fakta-fakta
secara monolog dan narasumber memperkuat fakta tersebut dengan pernyataannya.
3. Penutup Narator memberi kesimpulan singkat mengenai pokok pembahasan.
Sumber: Olahan Penulis, 2020
3.1.3 Pasca Produksi
Pada tahap ini, penulis akan melakukan mixing dan editing pada audio jika dibutuhkan. Mixing dan editing akan dilakukan jika ada bagian yang tidak perlu masuk ke dalam audio storytelling. Misalnya, jika ada hening yang terlalu lama. Selain itu, editing audio bisa digunakan jika ada noise yang terlalu banyak. Editing audio dapat dilakukan dengan perangkat lunak Adobe Audition. Ini adalah perangkat lunak khusus untuk editing audio.
55 Penulis akan melakukan proses editing audio dibantu dengan kerabat penulis ketika mengalami kesulitan. Nantinya audio feature ini akan diunggah ke platform music and podcast Spotify melalui aplikasi Anchor secara gratis. Penulis telah melakukan riset mengenai aplikasi Anchor dan prosedur untuk mengunggah audio storytelling hingga masuk ke Spotify. Berikut tahapannya:
1. Membuka situs resmi Anchor, yaitu anchor.fm
2. Klik tombol bertuliskan “Let’s do it” untuk mengunggah audio yang telah dibuat. Pengguna dapat merekam audio langsung pada situs tersebut.
3. Audio di unggah, dan setelah berhasil klik tombol “Save changes”
4. Setelah itu pengguna akan diarahkan untuk mengisi kepentingan publikasi, mulai dari judul, deskripsi, tipe podcast, foto thumbnail dan pelengkap lainya
5. Setelah semua terisi, pengguna akan diberi opsi “Save as draft”
dan “Publish now”
6. Pengguna akan diarahkan kembali untuk melengkapi data-data yang lain untuk dapat distribusikan ke media lain.
7. Setelah selesai, Anchor akan mendistribusikan audio milik pengguna ke dua aplikasi yaitu ke Anchor dan ke Spotify.
Pengguna dapat mendistribusikan ke Spotify melalui Menu dan
56 klik “Distribution” setelah itu audio akan terunduh secara otomatis ke Spotify dalam waktu 24 jam
8. Setelah terunggah ke Spotify, pengguna akan mendapatkan notifikasi melalui surel.
Prosedur penggunaan Anchor dan mempublikasikan audio storytelling ke Spotify akan dilakukan penulis sesuai dengan panduan
yang ada. Baru setelah itu proses publikasi dari Spotify ke media lain seperti Instagram dan Twitter juga akan dilakukan oleh penulis.
3.2 Anggaran
Pandemi Covid-19 masih berlanjut dan telah dikeluarkan peraturan dari Pemerintah yaitu diberlakukannya physical disatancing kemudian juga PSBB (pembatasan sosial berskala besar) di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Akhirnya penulis membuat rincian anggaran selama pandemi berlangsung. Berikut adalah susunan anggaran dalam pembuatan audio storytelling dimasa pandemi Covid-19 berlangsung.
Tabel 3.3 Anggaran
NO Keterangan Jumlah
Anggaran Keterangan
1. Microphone Clip On Rp135,000,- Untuk melakukan wawancara narasumber.
2. Spotify Premium Rp100,000,- Biaya berlangganan selama dua bulan.
3. Merchandise Rp250,000,-
Untuk narasumber yang sudah membantu audio storytelling ini.
4. Internet First Media Rp333,000,- Riset, berhubungan dengan narasumber untuk melakukan
57 wawancara dan upload audio storytelling ke Spotify.
5. Transportasi Rp250,000,-
Mengunjungi Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan Dinas Kab Tangerang.
6. Biaya tak terduga Rp150,000,- Print skrip dan naskah akademik.
Total Rp1,218,000,-
Sumber: Olahan Penulis, 2021
3.3 Target Luaran
Karya yang berjudul “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Gangguan Kesehatan Mental” merupakan sebuah audio storytelling yang memiliki topik bertemakan kesehatan, khususnya tentang gangguan kesehatan mental. Meski begitu, audio storytelling ini akan dibawakan dengan bahasa umum dan ringan tetapi, agar dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Pendengar karya dari penulis berada pada usia 18-35 tahun dimana dengan rentan umur tersebut target pendengar dari audio storytelling ini pernah mengalami ataupun sedang merasakan hal serupa. Selain itu target pendengar yang merupakan pelajar atau pekerja juga dapat mendengarkan di waktu luang.
Pendistribusian konten lewat Spotify menggunakan aplikasi Anchor telah dipaparkan pada tahap pra-produksi. Durasi yang penulis rencanakan sekitar 10 menit per-segmen namun tidak menutup kemungkinan lebih dari waktu yang ditentukan. Sehingga total durasi dari keseluruhan audio storytelling “Penderita Gangguan Kecemasan Dimasa Pandemi Covid-19 “ akan mencapai 60 menit.