• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASTUTI Nomor Induk Mahasiswa:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HASTUTI Nomor Induk Mahasiswa:"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN SINJAI

USE OF LANGUAGE VARIATION OR SHORT MASSAGE SHORT MASSAGE SERVICE (SMS) STUDENTS SMP NEGERI

SATU ATAP BURUNG LOE 1 SINJAI DISTRICT OF PULAU SEMBILAN

TESIS

OLEH:

HASTUTI

Nomor Induk Mahasiswa: 105.04.09.040.14

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2016

(2)

KABUPATEN SINJAI

USE OF LANGUAGE VARIATION OR SHORT MASSAGE SHORT MASSAGE SERVICE (SMS) STUDENTS SMP NEGERI

SATU ATAP BURUNG LOE 1 SINJAI DISTRICT OF PULAU SEMBILAN

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister Program Studi

Bahasa dan Sastra Indonesia Disusun dan Diajukan oleh:

HASTUTI

Nomor Induk Mahasiswa: 105.04.09.040.14

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2016

(3)

ii TESIS

PENGGUNAAN VARIASI BAHASA PESAN SINGKAT ATAU SHORT MASSAGE SERVICE(SMS) SISWA SMP NEGERI

SATU ATAP BURUNG LOE 1 KECAMATAN PULAU SEMBILAN KABUPATEN SINJAI

yang disusun dan diajukan oleh

HASTUTI

NIM. 105.04.09.040.14

Menyetujui Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. A. Rahman Rahim, M.Hum. Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum.

Mengetahui,

Direktur Pascasarjana Ketua Program Studi

Magister Bahasa Indonesia

Prof. Dr. H. M. Ide Said, DM., M. Pd. Dr. A. Rahman Rahim, M.Hum.

(4)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Hastuti

Nomor Pokok : 105 04 09 040 14

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar- benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Juni 2016

Yang Menyatakan

Hastuti

Nim. 105 04 09 040 14

(5)
(6)
(7)
(8)

NIM :105.04.09.040.14

Telah diuji dan dipertahankan di depan panitia penguji tesis pada tanggal 24 Mei 2016 dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan Ujian Akhir/ Tutup Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (M.Pd.) pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar dengan beberapa perbaikan.

Dr. A. Rahman Rahim, M.Hum. ( ... ) (Ketua/Pembimbing/Penguji)

Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum. ( ... ) (Sekretaris/Penguji)

Prof. Dr. H. M. Ide Said D. M., M.Pd. ( ... ) (Penguji Utama)

Prof.Dr.H.Kamaruddin, M.A ( ... ) (Penguji)

Makassar, Juni 2016 Direktur Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Makassar

Prof. Dr. H. M. Ide Said D. M., M.Pd.

NBM. 988 463

(9)

vii

Hastuti. 2016.“Penggunaan Variasi Bahasa Pesan Singkat atau Short Massage Service (SMS) Siswa SMP Negeri Satu Atap Burung Loe 1 Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai”. (Dibimbing oleh Abd.Rahman Rahim dan A. Sukri Syamsuri).

Penelitian ini bertujuanmengetahui struktur teks pada kata dan kalimat yang terjadi dalam bahasa pesan singkat Short Massage Service (SMS), mengetahui variasi bahasa yang muncul dalam bahasa pesan singkat Short Massage Service (SMS), mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pemakaian bahasa dalam bahasa pesan singkat Short Massage Service (SMS) Siswa SMP Negeri Satu Atap Burung Loe 1 Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif kualitatif. Penulis mendeskripsikan data secara rinci dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk mencapai hal tersebut, penulis merancang penelitian ini dengan mengamati sebagaimana adanya.

Struktur teks pada kata dan kalimat yang terjadi dalam bahasa pesan singkat Short Massage Service (SMS) sangat singkat sehingga menjadi pertimbangan pengguna lanyanan ini untuk lebih mengefisienkan penggunaan huruf dalam kalimatnya. Terdapat beberapa variasi bahasa pada SMS siswa variasi bahasa yang maksud adalah (1) variasi bahasa berdasarkan penutur, (2) variasi bahasa berdasarkan penggunanya, dan (3) cakupan variasi bahasa berdasarkan situasi keformalannya, dan (4) variasi bahasa dari segi sarananya. Faktor-faktor yang memengaruhi pemakaian gaya bahasa SMS pada penggunaanya dalam bahasa SMS sangat digemari karena bentuk komunikasi ini memudahkan siswa dalam berkomunikasi satu sama lain.

Kata Kunci: SMS, Variasi, Bahasa, Siswa

(10)

dan hidayah-Nya, penulisan tesis yang berjudul “Penggunaan Variasi Bahasa Pesan Singkat atau Short Massage Service(SMS) Siswa SMP Negeri Satu Atap Burung Loe 1 Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai” ini dapat diselesaikan. Tesis ini diajukan guna memenuhi syarat utama untuk melanjutkan ke tingkat penelitian dan memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.

Ucapan terima kasih tentu tidak mampu membalas segala kebaikan yang manusia terima. Oleh karena itu, hanya doa kemuliaan yang bisa saya panjatkan untuk segala kebaikan orang-orang yang telah banyak membantu hingga akhirnya menyelesaikan studi. Meski demikian, penulis tetap akan mengucapkan terima kasih kepada Ketua Jurusan Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sekaligus sebagai pembimbing I, Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Hum. atas segala dukungannya, arahan serta bimbingannya. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada pembimbing II Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum., pembimbing II yang tiada henti memberikan arahan dan nasihatnya.

Penulis mengucapkan pula terima kasih kepada Direktur Program Pascasarjana Prof. Dr. H. M. Ide Said DM., M. Pd . Allah Maha melihat, semoga senantiasa Dia memberi rahmat atas segala kebaikan.

(11)

telah tulus ikhlas tersampaikan menjadi amal jariyah yang senantiasa membawa kemuliaan.

Semoga tesis ini pun bisa membakar semangat penulis untuk segera menggenggam pula gelar magister. Penulis juga berterima kasih kepada suami tercinta yang telah mengajarkan banyak hal, bahwa hidup itu adalah tentang berjuang dan belajar. Semoga senantiasa pada senyum yang paling bahagia pada setiap pencapaian.

Pada akhirnya, tesis ini tidak akan menjadi apa-apa jika tiada ridho dari Allah Swt. Cobaan selama proses penulisan tesis ini tidak lain akan menggiring pada kedewasaan. Ungkapan syukur atas segala keadaan, sebab tidak ada yang tidak patut disyukuri di dunia ini. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt.

Makassar, Juni 2016

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... iii

LEMBAR PERBAIKAN TESIS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Penelitian yang Relevan ... 8

2. Pengertian Bahasa ... 12

3. Karakteristik Bahasa ... 13

4. Ragam Bahasa ... 20

5. Perkembangan Bahasa ... 24

(13)

6. Fungsi Bahasa dalam Berkomunikasi ... 27

7. Variasi Bahasa ... 33

8. Peranan Media ... 38

9. Pesan Komunikasi pada Media ... 41

10. Hakikat Bahasa Bahasa Short Massage Service (SMS) 41

B. Kerangka Pikir ... 52

BAB III. METODE PENELITIAN... 54

A. Desain Penelitian ... 54

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 54

C. Batasan Istilah ... 55

D. Data dan Sumber Data ... 56

E. Teknik Pengumpulan Data ... 57

F. Teknik Analisis Data ... 58

G. Pengecekan Keabsahan Data ... 58

BAB IV. METODE PENELITIAN... 60

A. Deskripsi Data ... 60

B. Hasil Analisis Data ... 61

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 102

BAB V SIMPULAN DN SARAN ... 110

A. Simpulan ... 110

B. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 115

(14)

RIWAYAT HIDUP ... 115 LAMPIRAN

(15)

Data 1

“Ass...ibu mhon m"f janganmq kumpulQ tugas bsok?krn sklian mggu dpn.krn msh strees, soal banyakx tugas.”

(Assalamu Alaikum, Ibu mohon maaf jangan maki’ kumpul tugas besok? karna masih stress soal banyaknya tugas.”

Data 2

“Malampi pale' lg Qtlponq.”

(Malampi pale’ lagi kutelponki) Data 3

“Belumpi cika Qcek apakh i2 bnr ato tdk”

(Belumpi cika kucek apakah itu benar atau tidak) Data 4

“tdk kutau’I it dekkeng apakh sdah kmpul tgs a/ blum”

(tidak kutaui itu dekkeng apakah sudah kumpul tugas atau belum) Data 5

“tabe’ Karaeng, sy ad tgs dr guru adakh bkuta’ tntg kalimat”

(tabe Karaeng, saya ada tugas dari dosen adakah bukuta tentang kalimat)

Data 6

“kmnko p’gi hr Lbran, baxk sX kue drmh”

(kemanako pergi hari liburan, banyak sekali kue di rumah) Data 7

“ada apa nu nelp tadi malam. ada yang bisa saya bantu?”

(ada apa kamu nelpon tadi malam, ada yang bisa saya bantu?)

(16)

“Aslm,Pa kbr sappo...?”

(Assalamu Alaikum, apa kabar sappo….?”

Data 9

“sakitK kodong, jtuhK. Kmrin hjan dras n angin kncang, jd LriK”

(sakitka kodong, jatuhka. Kemarin hujan deras dan angin kencang, jadi larika).

Data 10

“Saya tidak mu lagi ketipu dng hanya membaca sinopsisnya”

(Saya tidak mau lagi ketipu dengan hanya membaca sinopsisnya)

Data 11

“gimana kabar teman Lu itu”

(variasi bahasa anak muda masa kini) Data 12

“K. kalau sudah ada judul nanti saya telp.”

(kakak kalau sudah ada judul nanti saya telepon) Data 13

“tabe puang, saya ada tugas dari guru bahasa Inggris adakah bukuta” (dialek palakka)

Data 14

“Iyye puang”

Data 15

“Zory puang terputs jaringn brangkali.”

(17)

Data 16

“bagi2 jg proyekx, pling tdk plsax”

(bagi-bagi juga proyeknya, palingtidak pulsanya) Data 17

“nnti sy blikn bku kolo’ sy kMks”

(nanti saya belikan buku kalau saya ke Makassar) Data 18

“mb, bil k tanta aq pul mlm d tgs krja klpok”

(emba, bilang tante aku pulang malam, ada tugas kerja kelompok)

Data 19

“mtor dpke’ Pacea kMksr, jd sy naik oJk”

(Motor dipakai Pace saya ke Makassar jadi saya naik ojek) Data 20

“ksnilh maceQ tlah b’angkt”

(kesini lah maceku telah berangkat) Data 21

“pcrmu it jngn di2kutkn p’gi m’daki”

(pacarmu itu jangan diikutkan pergi mendaki) Data 22

“resek se-x sih temax”

(resek sekali temanya)

(18)

“Eke yg m.hub. kmrin”

(Eke yang menghubungi kemarin”

Data 24

“aQ kra mekongmu krn mesra sekli”

(Aku kira mekongmu cos mesra sekali) Data 25

“Ceiled pt brondong, knlin don”

(Ceile dapat brondong, kenalin don) Data 26

“Caem bagetsi neng, eke lihat dikmps belih dimana tuh bjux”

(Caem banget sih neng, eke lihat di kampus beli dimana itu bajunya)

Data 27

“B/ acra yuk, BT bngt drmh. Mna hjan tdk ada tmn drmh”

(Buat acara yuk, bête banget di rumah. Mana hujan tidak ada teman di rumah)

Data 28

“Bk Prof. Nababan blm dimsukkn dlm DP”

(Buku Profesor Nababan belum dimasukkan dalam daftar pustaka)

(19)

“Ass..Pak, maaf sblmx.i2 tgs mklh brp lmbr maximal?”

(Assalamu alikum, Pak maaf sebelumnya, itu tugas makalah berapa lembar maksimalnya?)

Data 30

“tentukn tema cerita dr bku tsebt. jabarkn sexgus ke dlm langkah2 mengrang.”

(tentukan tema cerita dari buku tersebut. Jabarkan sekaligus ke dalam langkah-langkah mengarang) Data 31

MklahQ sdh msk d Ltar Blakang.

“Makalahku suduh masuk di Latar Belakang”

Data 32

“syapa vlidasi dtax?”

(siapa validasi datanya?) Data 33

“Ass.sbnrx sy tdk tau siapa anda, sy merasa tdk prnh pinjamkan itu buku sm anda. tp knp anda begitu lancang meminjamkanx pd org lain. sy ragu jng2 buku itu sdh hilang.

sy yakin anda itu seorg intelektual, jd pasti akan berusaha bertanggung jawab dg mengembalikan buku itu”

(Assalamu alaikum, sebenarnya saya tidak tahu siapa Anda, saya merasa tidak pernah meminjamkan itu buku kepada Anda.

Tapi kenapa lancang meminjamkannya pada orang lain. Saya ragu jangan-jangan buku itu sudah hilang, saya yakin Anda itu seorang intelektual, jadi pasti akan berusaha bertanggung jawab dengan mengembalikan buku itu)

Data 34

“ass…sobat d mnaQ??? Mw ka ambe’antivirusT u/brontox

(20)

(assalamu alaikum, sobat dimanaki’? Mauka’ ambil antivirusta’

untuk brontox sama bulu bebek) Data 35

“sdh dkrm i2 filex”

(Sudah dikirim itu filenya) Data 36

“1.1 p’ting”

(hubungi penting) Data 37

“1-4 fb”

(online facebook) Data 38

“ma’’f 4.4”

(maaf penerimaan kurang jelas) Data 39

“8.6”

(ok/setuju) Data 40

“boleh ya 8.8”

(boleh ya berjumpa langsung) Data 41

“10-2”

(dimana posisi/keberadaan)

(21)

“10-8 kota”

(dalam perjalanan/sedang menuju kota) Data 43

“bagaimana 8-1-9 disitu”

(bagaimana situasi disitu) Data 44

“aQ msh drmh smntr siap2 kCamp, glombang brapa yg tmpil hr ini”

(Aku masih di rumah sementara siap-siap ke kampus, gelombang berapa yang tampil hari ini)

Data 45

“bgmn semut i2, apkh cuantiiiik?”

(bagaimana semut itu, apakah cantik?) Data 46

“knp nda dtng smlam, baxk la2t b’t’bngan dlpangan”

(kenapa tidak datang semalam, banyak lalat beterbangan di lapangan)

Data 47

”pa dpangkln skrg?”

(apa di pangkalan sekarang?) Data 48

“bgmn tikar yg sy krim”

(bagaimana tikar yang saya kirim) Data 49

(22)

(apa dayaku kawan Rembang Putih tidak berpihak) Data 50

“jngn lwt jlan umum kalo’ pke’ sajam”

(Jangan lewat jalan umum kalau pake sajam) Data 51

“Mnt dulue cata2n bhs Ingrisx mauka f.copy”

(Minta dulu catatan bahasa Inggrisnya saya mau Foto copy) Data 52

“Pengumuman!! asSlm penOntoN,, taBe’ kdg..ultahK bsk, Qmhn perhatianT krmkanK sms ultah na sama kado ultah juja!!

PlizZt”

(Pengumuman! Assalamu alaikum penonton, maaf kasian, saya ulang tahun besok, kumohon perhatiannya kirim SMS ulang tahun sama kado juga. Please)

Data 53

“duHi kksih htiQ, sung2uh daQ mrnduumu…. Enth dmna tp hax nmamulh yg QQbur d ujun snubri puritnQ ini n …jwamu b’smayam dlm ruhQ……”

(Duhai kekasih hatiku, sungguh daku merindumu …entah dimana tapi hanya namamulah yang kukubur di ujung sanubari puritanku ini dan…jiwamu bersemayam dalam ruhku…)

Data 54

“…. Ktamu ai p’gi hri ni… tnp jnji u/ yu tgih… Qti2p hati tmni mnanti, kalo cinta bsok aQ kmbl… KtaQ lavender b’hnti b’sri….

Ptik jtuh t’tlan bumi bla hrapQ tdk b’smbut”

(…katamu aku pergi hari ini… tanpa janji untuk kau tagih…kutitip hati temani menanti, kalau cinta besok aku kembali…Kataku lavender berhenti berseri…putik jatuh tertelan bumi bila harapku tidak bersambut)

(23)

”apakh Drs.M.Ridwan msk sbntr”

(Apakah Drs. M. Ridwan masuk sebentar) Data 57

”Nda dbrithu tman2”

(Tidak diberitahu teman-teman) Data 58

“cari a.n. Linda kelas VII/B”

(cari atas nama Linda kls Viii/B) Data 59

”SAFC melakukan bakti sosial, ikut yah”

(Satu Atap Futsal Club melakukan bakti sosial, ikut yah) Data 61

”Kirimkan pembayaran sebanyak 45.000”.

(Kirimkan pembayaran sebanyak empat puluh lima ribu) Data 62

”Acaranya berlangsung 28 April 2016”

(Acaranya berlangsung dua delapan April dua ribu enam belas)

Data 63

“kenapa tidak ikt, Ia baru dtg dari Bone kemarin.”

(kenapa tidak ikut, Ia baru datang dari Bone kemarin) Data 64

“Hara ke Sidrap.”

(24)

”stlah Solat Dhur, qt ktmu dkntin”

(setelah salat duhur kita ketemu di kantin)”

Data 66

”jam 10 bsk qt ktmu dSkul, ada hal yg ingin sy disksikn”

(jam 10 besok kita ketemu di sekolah, ada hal yang ingin saya diskusikan)

Data 67

”Info, msing2 bab dbuatkn resumex”

(Info, masing-masing bab dibuatkan resumenya) Data 68

“Jngn mrubah absen, nnti guru mrah”

(Jangan merubah absen, nanti guru marah) Data 69

“Rapat besok di sekolah u/ anggta prmuka, dmkian dsmpaikn u/

dkthui n bhn sep’lux”

(Rapat besok di kampus untuk anggota pramuka demikian disampaikan untuk diketahui dan bahan seperlunya)

Data 70

“Maaf P’, apkh Pak akn msuk m’ajar hri ni?”

(Maaf pak. Apakah bapak akan masuk mengajar hari ini?) Data 71

“Bpak pux jam ni hri. Apakh mo’ msuk?”

(Bapak punya jam hari ini. Apakah mau masuk?)

(25)

“Ass... Pak bisakah makalahx di tulis tangan soalx srg mati lampu pak.trims.”

(Assalamu alaikum, Pak bisakah makalahnya ditulis tangan, masalahnya sering mati lampu Pak. Terima kasih).

Data 73

“Ass, pa,..minta maaf, klu menggangu, Bap, jd masuk hari iN hri..”

(Assalamu alaikum maaf, kalau mengganggu, Bapak jadi masuk ini hari)

Data 74

“AsS...Maaf kLu mNgganGgu.Pak bgmn dgn iZinKU untk minGg dpan??”

(Assalamu alaikum kalau mengganggu. Pak bagaimana dengan izinku minggu depan?)

Data 75

“tugasx sdah sampe’ dmna?)”

(tugasnya sudah sampai dimana?) (aitem terkirim) Data 76

“smntr konsul”

(sementara konsultasi (kotak masuk) Data 77

”Bgmn kbar bro, pa dah baekn?”

(Bagaiman kabar brother, apa sudah baikan?) Data 78

“lg dmna, kpan dtng ksinjai”

(26)

Data 79

“kmi m’ucapkn selmat ultah yang ke 14”

(Kami mengucapkan selamat ulang tahun yang ke 14) Data 80

“Samlek, Met pgi. Met b’akhir pkan”

(Assalamualaikum. Selamat pagi. Selamat berakhir pekan) Data 81

“Assalamu A., Met memperingati maulid Nabi Muhammad saw.

Moga qt t’msuk mslim yg cinta pd Rasul.”

(Assalamu alaikum, Selamat memperingati maulid Nabi Muhammad saw. Semoga kita termasuk muslim yang yang cinta pada Rasul.)

Data 82

“Sy Dgn tulus Menggucapkan prmhonn maaf ats keslhan sy kemrin di sekolah.”

(Saya dengan tulus mengucapkan permohonan maaf atas kesalahn saya kemarin di sekolah)

Data 83

“Mhn M'f Lahir Batinka cess ats ksaLhanQ”

(Mohon maaf Lahir dan Batin cess atas kesalahanku) Data 84

“..maLEkuM..giE ngpN neCH??:-)”

(Assalamu alaikum lagi ngapai nih?) Data 85

“tman cinta i2 gtu2kn, ngeliat suka kenalan minta no. hp smsan, Pdkt, ngedet, nembak, jadian, berantem putus, nangis, jomblo

(27)

kenalan, minta no.HP, SMSan ketemulagi, jalan brng, senag2 bareng, sdih brng, terpisah jarak, tapi tetap smsa kaya aku kekamu.

(teman cinta itu gitu-gitu saja kan ngeliat, suka kenalan minta no. hendpone smsan, Pendekatan, ngedet, nembak, jadian, berantem putus, menangis, jomblo lagi deh. Itu-itu ajakan. Coba bandingkan dengan persahabatan ngeliat, kenalan, minta nomor hendpone, smsan ketemulagi, jalan bareng, senag- senag bareng, sedih bareng, terpisah jarak, tapi tetap smsan kaya aku kekamu).

Data 86

“apa kabr broo...? kpn kt main futsal lg?”

(apa kabar bro? Kaapan kita main futsal lagi?

Data 87

“ga2l nda b’arti hncur, sukses nda b’arti tntas, ga2l adlh plajran, sukses adlh p’jhlanan”

(gagal bukan berarti hancur, sukses bukan berarti tuntas, gagal adalah pelajaran, sukses adalah perjalanan).

Data 88

“S ultah, Maya, ke? J lp ngjk aq klo m nrkt”

(Selamat ulang tahun, Maya. Ke? Jangan lupa ngajak aku kalo mau neraktir)

Data 89

“Bismillah Ya Allah, Muliaknlh Sahabatq ini dng IzzahMu, lindungi dia dng kekuatanMu,tntramkan hatix dng kasihMu, mudahkn sgl urusanx dgn prtlngnMu, kuatkn imanx dng KuasaMu, ampuni ksalhx dng Anpunmu, berilh ia ksbarn dgn janjiMu, jgalh lisanx dgn kbenaraMu, takutkn ia dgn Pdihx adzabMu, masukkan ia dlm syurgaMu…”

(Bismillahirrahmanirahim Ya Allah, muliakanlah sahabatku ini dengan IzzahMu, lindungi dia dengan kekuatanMu, tantramkan hatinya dengan kasihMu, mudahkan segala urusannya dengan

(28)

kesalahanmu dengan ampunanMu, berilah ia kesabaran dengan janjiMu, jagalah lisannya dengan kebenaranMu, takutkan ia dengan pedihnya azabMu, masukkan ia dalam surgaMu).

Data 90

“Aslm..Bgm kbrTa?? Lg sibuk bgt ya?? Sy minggu lalu lg dpt ujian dan musibah.Bpk dpanggil duluan m'hadap sang khaliq”

(Assalamu alaikum, bagaimana kabarnya? Lagi sibuk sekali ya? Saya minggu lalu lagi dapat ujian dan musibah. Bapak dipanggil duluan menghadap sang Khalik).

(29)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini seiring dengan kemajuan era informasi. Bahasa dijumpai di mana- mana. Kehidupan manusia normal tidak dapat dipisahkan dari bahasa.

Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia. Bahasa terserap ke dalam pemikiran-pemikiran manusia, menjembatatani hubungan antara seseorang dengan orang lain. Perangkat pengetahuan manusia yang sedemikian banyak juga tersimpan dan disebarkan melalui bahasa.

Pemakai bahasa Indonesia sangat beragam, keragaman tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Ragam bahasa menurut sarananya lazim dibagi atas ragam lisan dan ragam tulisan.

Penggunaan bahasa secara tulisan perlu lebih cermat, hal ini karena pihak yang diajak berkomunikasi tidak berhadap-hadapan secara langsung. Untuk menjamin efektifnya penyampaian pesan, fungsi gramatikal seperti subjek, predikat, dan objek,dan hubungan di antara fungsi itu harus lengkap dan nyata. Namun, berdasarkan kenyataan sekarang dengan majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa tulisan tidaklah digunakan lagi secara cermat, dengan adanya teknologi penggunaan telpon genggam atau

(30)

handphone (Hp) lebih sering dimanfaatkan masyarakat untuk berkomunikasi secara singkat.

Penggunaan bahasa tulisan dalam telpon genggam atau handphone, lebih dikenal dengan bahasa pesan singkat Short Massage Service (SMS), merupakan penyampaian pesan, informasi secara ringkas, cepat, dan sopan. Penyampaian pesan melalui handphone pada diri manusia harus dibekali dengan kamahiran dan keterampilan menggunakan bahasa. Agar manusia menjadi mahir dan terampil menggunakan bahasa, maka perlu menguasai beberapa komponen dalam kebahasaan. Salah satu komponen yang dimaksud yaitu penggunaan variasi bahasa secara tulisan. Seseorang yang mahir dan terampil menggunakan variasi bahasa dalam mengemukakan sesuatu dalam sebuah tulisan merupakan keterampilan tersendiri dalam berkomunikasi. Dengan menguasai berbagai jenis variasi bahasa dalam menulis, maka semakin bebas dan leluasa seorang penulis dalam berekspresi. Jadi, melalui penggunaan variasi bahasa membawa seseorang penulis lebih kreatif dan inovatif dalam berkomunikasi. Bahkan orang tersebut dinilai memberi nuansa baru dalam aktivitas berbahasa. Akhirnya, pembaca merasa senang serta tidak merasa jenuh dalam berkomunikasi dengan orang yang mampu menerapkan berbagai jenis variasi bahasa dalam berkomunikasi.

(31)

Penggunaan variasi bahasa dalam bahasa pesan singkat Short Massage Service (SMS) sekarang memang perlu diperhatikan.

Penulisan SMS kurang memikirkan penggunaan bahasa yang komunikatif, akibatnya berpeluang terjadi pemahaman yang berbeda terhadap isi pesan. Bahasa SMS, terkadang memang tidak bisa sepenuhnya mewakili ekspresi penulis pesan. Hal tersebut wajar karena ekspresi yang mewakili perasaan atau suasana hati penulis tidak dilibatkan atau diikutsertakan dalam bahasa SMS. Saat ber-SMS, ekspresi dari lawan bicara tidak bisa terlihat, hanya lewat tulisan saja ekspresi lawan bicara dibayangkan atau direka-reka oleh imajinasi penerima pesan sendiri.

Proses komunikasi melalui bahasa pesan singkat Short Massage Service (SMS) sering terhambat akibat kesalahan penerima pesan dalam mereka-reka ekspresi penulis. Dengan komunikasi secara langsung saja, orang bisa salah mengartikan ekspresi lawan bicara, apalagi komunikasi lewat SMS. Kalau tidak berhati-hati memang bisa berpotensi menimbulkan kesalahpahaman, akibat dari salah memaknai bahasa SMS. Komunikasi lewat SMS dapat berjalan baik jika penulis dan penerima pesan dalam suasana hati yang baik. Jika salah satu dalam suasana yang kurang baik, kadang-kadang pesan yang ingin disampaikan jadi salah sasaran akibat dari salah mengartikan bahasa SMS atau isi pesan. Jadi, perasaan atau suasana hati sangat memengaruhi juga dalam menafsirkan bahasa SMS.

(32)

Remaja mengunakan media Handphone untuk berkomunikasi, dalam hal ini penggunaan aplikasi Short Message Service (SMS), bahasa yang digunakan cenderung tidak sesuai. Ketidaksesuaian terjadi pada penggunaan bahasa dengan keadaan atau keperluan yang mereka hadapi. Kesesuaian penggunaan bahasa dalam SMS akan berdampak pada keberhasilan terjadinya komunikasi. Komunikasi dianggap berhasil jika terdapat kesamaan pemahaman di antara peserta komunikasi (Sudaryono, 2002: 107). Sebaliknya, komunikasi dianggap gagal jika peserta komunikasi menafsirkan tanda bahasa ke arah pemahaman yang berbeda.

Terkait dengan bahasa SMS Subagyo (2007: 167) memaparkan, secara normatif, bahasa SMS penuh dengan ketidakbakuan. Namun, sebagai gejala komunikasi, wacana SMS merupakan wacana unik.

Bahasa SMS memperlihatkan ciri-ciri kreatif sebagai hasil ekspresi penulis SMS yang orisinal-otentik. Ciri kreatif ”ragam” SMS yaitu (a) mengatasi ruang, (b) menyiasati waktu, (c) multisemiotis, (d) tanggap situasi, (e) mencipta ”keindahan”, dan (f) mengasah kompetensi komunikatif.

Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang muncul adalah banyaknya variasi bahasa yang berkembang pada remaja khususnya kalangan pelajar dalam menggunakan handphone. Hal ini dilakukan pada saat berkomunikasi pengiriman short massage service (SMS).

Remaja dalam mengirim dan menerima SMS menggunakan bahasa

(33)

yang bervariasi. Permasalahannya variasi bahasa yang digunakan tidak sesuai dengan bahasa baku di dalam bahasa indonesia.

Melihat kenyataan tersebut di atas, persoalan tentang variasi bahasa dalam bahasa pesan singkat Short Massage Service (SMS) merupakan hal yang sangat penting untuk dikaji, dipelajari, dan diaplikasikan. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penelitian ini sangat menarik untuk diteliti. Hal inilah yang menjadi latar belakang untuk mengkaji dan meneliti bahasa SMS dengan judul

“Penggunaan Variasi Bahasa Pesan Singkat atau Short Massage Service (SMS) Siswa SMP Negeri Satu Atap Burung Loe 1 Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah:

1. Bagaimana struktur teks pada kata dan kalimat yang terjadi dalam bahasa pesan singkat Short Massage Service (SMS) Siswa SMP Negeri Satu Atap Burung Loe 1 Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai?

2. Bagamaimana variasi bahasa yang muncul dalam bahasa pesan singkat Short Massage Service (SMS) Siswa SMP Negeri Satu Atap Burung Loe 1 Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai?

3. Faktor-faktor apa yang memengaruhi pemakaian bahasa dalam bahasa pesan singkat Short Massage Service (SMS) Siswa SMP

(34)

Negeri Satu Atap Burung Loe 1 Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai?

4. Apakah ada perbedaan pemakaian SMS berdasarkan jenis kelamin pada siswa SMP Negeri Satu Atap Burung Loe 1 Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:

1. Mendekripsikan struktur teks pada kata dan kalimat yang terjadi dalam bahasa pesan singkat Short Massage Service (SMS) Siswa SMP Negeri Satu Atap Burung Loe 1 Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai.

2. Mendekripsikan variasi bahasa yang muncul dalam bahasa pesan singkat Short Massage Service (SMS) Siswa SMP Negeri Satu Atap Burung Loe 1 Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai.

3. Mendekripsikan faktor-faktor yang memengaruhi pemakaian bahasa dalam bahasa pesan singkat Short Massage Service (SMS) Siswa SMP Negeri Satu Atap Burung Loe 1 Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai.

4. Mendeskripsikan perbedaan pemakaian SMS berdasarkan jenis kelamin pada siswa SMP Negeri Satu Atap Burung Loe 1 Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai?

(35)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan bermanfaat, baik secara teoretis maupun praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis

Temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian teoretis yang mendukung penelitian lebih lanjut dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang penggunaan bahasa tulis bahasa pesan singkat Short Massage Service (SMS).

2. Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan oleh mahasiswa khususnya masyarakat umumnya dalam mengembangkan kemampuan menggunakan kosakata agar mewujudkan percakapan bahasa tulis yang akrab dan menarik.

(36)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

a. Penelitian yang dilakukan oleh Retno Dwi Astuti (2014) dengan judul “Variasi Bahasa Short Massage Service (SMS) pada Anak Remaja Pengguna Handphone Blackberry Usia 15-21 Tahunr”.

Berkesimpulan bentuk variasi bahasa yang digunakan remaja dalam mengirim pesan pada pengguna handphone Blackberry terdiri dari variasi bahasa dari segi penutur yaitu idiolek, dialek, sosiolek. Variasi bahasa berkenaan dengan tingkat, golongan, status, dan kelas sosial para penuturnya yang muncul adalah variasi bahasa basilek, vulgar, kolokial. Variasi bahasa dari segi keformalan yang muncul adalah ragam usaha atau ragam konsultatif, ragam santai atau ragam kasual, dan ragam akrab.

Faktor yang mempengaruhi penggunaan bentuk variasi bahasa Short Massage Service (SMS) pada anak remaja pengguna handphone Blackberry adalah kreativitas Short Massage Service (SMS) dalam mengatasi ruang, menyiasati waktu, kreativitas multisemiotis (pemaduan media) penulis Short Massage Service (SMS), dan mengasah kemampuan komunikatif. Faktor kreativitas penulisan Short Massage Service

(37)

(SMS) tersebut dalam bentuk peringkasan bahasa, baik dengan cara singkatan, simbol, dan permainan angka.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Evie Tristianasari (2011) dengan judul Abreviasi Bahasa Indonesia pada Bahasa Short Massage Service (SMS) Siswa SMA Di Kabupaten Banyuwangi. Hasil penelitian bentuk abreviasi bahasa yang digunakan dalam mengirim Short Massage Service (SMS) oleh siswa SMA adalah:

(1) singkatan, (2) penggalan, (3) akronim, (4) kontraksi, dan (5) lambang huruf. Makna abreviasi dalam mengirim Short Massage Service (SMS) dapat dikatagorikan dalam makna kata, makna referensial, makna gramatikal, makna leksikal, dan makna konseptual. Penggunaan abreviasi dalam mengirim Short Massage Service (SMS) dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

(1) lebih cepat dalam mengirim Short Massage Service (SMS), (2) lebih ringkas, (3) mengikuti trend, (4) agar tulisan lebih menarik, (5) terburu- buru, (6) menghemat tenaga, dan (7) menghemat pulsa. Kesimpulan yang dapat diambil dari pemaparan hasil dan pembahasan adalah bentuk-bentuk abreviasi yang terdapat pada bahasa Short Massage Service (SMS) adalah singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf. Bentuk-bentuk tersebut memiliki pola-pola baru yang dapat diterapkan pada suatu kata atau gabungan kata.

Makna abreviasi dalam mengirim SMS dapat dikatagorikan

(38)

dalam makna kata, makna referensial, makna gramatikal, makna leksikal, dan makna konseptual. Siswa SMA mempunyai alasan tersendiri untuk menyingkat kata dalam Short Massage Service (SMS) sesuai dengan apa yang ada di benak mereka.

Selanjutnya, saran yang dapat diberikan, yaitu (1) bagi pengguna bahasa Indonesia, disarankan untuk lebih mencermati penggunaan abreviasi bahasa Indonesia, (2) bagi mahasiswa calon guru Bahasa Indonesia, disarankan lebih memantapkan pengetahuan tentang macam-macam abreviasi serta pola pembentukannya, (3) bagi guru Bahasa Indonesia, disarankan untuk menyampaikan materi tentang kosakata yang berupa abreviasi secara mendalam dan memberikan contoh abreviasi secara beragam, dan (4) bagi peneliti lain disarankan untuk meneliti abreviasi di media lain yang banyak mengandung abreviasi.

c. Penelitian lain yang membahas tentang bahasa SMS adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurwidyohening (2003) dalam laporan penelitiannya yang berjudul ”SMS dalam Bahasa Perancis dan Kaitannya dengan Ekonomi Bahasa”. Penelitian ini membahas bentuk-bentuk kebahasaan SMS dalam bahasa Perancis. Peneliti menyimpulkan bahwa bentuk kebahasaan SMS dalam bahasa Perancis memiliki lima pola pembentukan.

Pertama, penyingkatan kata dengan abreviasi atau

(39)

singkatan. Kedua, perubahan penulisan bentuk yang lebih panjang dengan penulisan sesuai bunyi fonetis sehingga menjadi lebih pendek. Ketiga, dengan menggunakan simbol, huruf, atau angka yang kebetulan mempunyai nama yang berbunyi sama dengan kata yang akan diganti sehingga lebih singkat penulisannya. Keempat, dengan menempatkan beberapa kata sekaligus dalam satu rangkaian kata yang lebih pendek sesuai bunyi fonetisnya. Kelima, dengan menghilangkan satu huruf atau silabi yang tidak berpengaruh pada perubahan makna.

d. Penelitian mengenai bahasa SMS juga pernah dilakukan oleh Puspitandari (2004) dalam skripsinya yang berjudul ”Ragam Bahasa Short Message Service (SMS). Dalam penelitiannya, Puspitandari membahas tentang bentuk-bentuk kebahasaan dalam SMS. Bentuk-bentuk kebahasaan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi, penyingkatan, perubahan fonem, peringkasan bentuk kata, dan variasi pemendekan kata.

Menurut Puspitandari, kata-kata dalam SMS dapat ditulis dengan singkat. Bentuk singkatan dalam SMS seringkali bukan merupakan bentuk singkatan yang lazim digunakan. Oleh karena itu, diperlukan konteks untuk memahaminya. Pada penelitian ini, Puspitandari mengambil data dari data tertulis yang diambil langsung dari SMS yang masuk melalui ponsel milik tiga informan sebagai sumber data.

(40)

2. Pengertian Bahasa

Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa bunyi suara atau tanda/isyarat atau lambang yang dikeluarkan oleh manusia untuk menyampaikan isi hatinya kepada manusia lain (Soekono, 1984:1). Menurut pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah bunyi suara berupa lambang atau tanda yang dikeluarkan oleh manusia untuk menyampaikan informasi.

Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang bunyi ujaran, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1991:1). Menurut pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang merupakan alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa bentuk dan makna.

Chaer dan Agustina (2004:1) berpendapat bahwa bahasa adalah alat komunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia. Menurut pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan suatu sistem yang berupa lambang dan bunyi bersifat arbitrer sebagai alat komunikasi.

Berdasarkan pendapat tersebut pada dasarnya menyatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi yang hanya dimiliki makhluk hidup yang disebut manusia. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makhluk hidup yang lain tidak memiliki bahasa sebagai alat komunikasi.

(41)

3. Karakteristik Bahasa

Uraian tentang hakikat bahasa, sebenarnya sudah memberikan gambaran tentang karakteristik bahasa. Dalam uraian berikut ditegaskan secara eksplisit tentang karakteristik bahasa itu.

Para ahli bahasa pada umumnya memberikan hakikat bahasa dengan menyajikan karakteristiknya, di samping dengan menyajikan definisinya. Hal itu dapat dipahami karena definisi tidak dapat memberikan varian yang konkret sehingga hakikatnya juga tidak tampak secara jelas. Pemahaman suatu entitas menjadi sempurna melalui karakteristik entitas itu.

Beberapa karakteristik yang dapat diamati dalam sebuah bahasa yaitu: (1) oral, (2) sistematis, (3) arbitrer, (4) konvensional, (5) unik dan universal, (6) beragam, (7) berkembang, (8) produktif, (9) fenomena sosial, dan (10) bersifat insani (Wardihan, 2002:8).

a. Oral

Bahasa adalah bunyi oral. Hal itu wajar mengingat kenyataan bahwa pengalaman berbahasa yang paling umum pada manusia adalah berbicara dan menyimak. Kahadiran bunyi bahasa lebih dulu daripada kehadiran tulisan.

Sehubungan dengan itu, Bloomfied (dalam Wardihan, 2002:8) menyatakan bahwa bahasa pada hakikatnya adalah lisan (oral).

(42)

Ada kecenderungan orang menganggap bunyi dan tulisan sebagai unsur pembeda bahasa, sehingga dipahami adanya bahasa lisan dan bahasa tulisan. Akan tetapi, kalau perbedaan seperti itu diberlakukan, haruslah dipahami pula bahwa bahasa lisan itu bersifat primer dan bahasa tulisan itu sekunder. Orang dapat berbahasa tanpa mengenal tulisannya (Kridalaksana, 1982:30).

b. Sistematis

Bahasa memiliki sifat sistematis, yang berarti bahwa dalam bahasa itu terdapat aturan atau kaidah. Beroperasinya bahasa selalu terkait pada aturan-aturan atau kaidah-kaidah bahasa yang berlaku. Karena itu, juga dapat dikatakan bahwa bahasa lisan itu teratur.

Sistem yang berlaku pada bahasa, bukanlah sistem yang sederhana. Di dalam sistem itu terdapat subsistem.

Berdasarkan tatarannya, subsistem itu mencakup (1) subsistem bunyi, (2) subsistem gramatika, (3) subsistem leksikon. Hal itu yang disebut dengan istilah sistemis. Hal itu sejalan pernyataan Boey (dalam Wardihan, 2002:9). Dikatakannya bahwa setiap bahasa memiliki struktur ganda (dual structure) yang berarti bahwa dalam bahasa manusia terdapat dua tataran dalam struktur korelasian yang sistematis. Dengan kata lain, setiap bahasa terdiri atas dua subsistem. Subsistem yang pertama

(43)

adalah satuan-satuan yang bermakna. Subsistem yang kedua subsistem bunyi yang tidak mengandung makna, tatapi bunyi- bunyi itu membentuk satuan-satuan yang bermakna. Boey (dalam Wardihan, 2002:9) mengatakan bahwa bahasa adalah ujaran (speech) dalam pengertian bahwa bahasa merupakan sistem bunyi yang berhubungan dengan sistem makna.

Para linguis, seperti Halliday (1985:36) membedakan satuan-satuan fonologi. Dalam bahasa Indonesia dengan unsur tata bahasa dapat dibentuk tata bunyi, tata kata, tata kalimat, dan tata wacana, yang dapat menampakkan bunyi sebagai satuan ketatabahasaan. Dalam organisasi tata bahasa, peringkat yang paling tinggi adalah wacana, kalimat, kemudian diikuti oleh klausa, frasa atau kelompok kata (group), kata morfem. Setiap tataran yang lebih tinggi terbentuk dari satu atau lebih satuan pada tataran di bawahnya. Kata, misalnya dapat tersusun dari satu morfem, seperti aku yang berasal dari satu morfem (aku) atau mengaku yang berasal dari dua morfem, yaitu (meN-) dan (aku).

Uraian di atas memberikan alasan yang kuat bahwa bahasa di samping bersifat sitematis, juga bersifat sistemis.

Satu hal yang menarik adalah kenyataan bahwa semua subsistem dalam bahasa itu beroperasi serempak dalam perwujudan bahasa sebagai sistem.

(44)

Bahasa itu komplit. Di dalamnya ada semua alat yang diperlukan untuk mengomunikasikan seluruh pengalaman dan gagasan kepada orang lain. Meskipun dalam bahasa Kawi tidak dijumpai kata radio, di dalamnya ada elemen yang memungkinkan pemakai bahasa itu untuk melukiskan makna radio sebagai "sebuah kotak yang bisa berbicara, menangis, menyanyi, dan memainkan wayan semalam suntuk". Bahasa itu pun memiliki semua unsur yang dibutuhkan untuk berkomunikasi, meskipun kadang-kadang diperlukan menciptakan kata-kata baru atau meminjamnya dari bahasa lain, sehingga kita dapat menyampaikan berita kepada teman berbicara.

c. Arbitrer dan Simbol

Ciri arbitrer ini tampak pada hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan dalam pengertian bahwa tidak ada hubungan langsung antara lambang dan yang dilambangi.

Dalam bahasa Indonesia, kata pencuri melambangi "orang yang beroperasi mengambil milik orang tanpa minta izin dan tanpa setahu pemiliknya". Tidak dapat dinalar mengapa lambang yang digunakan adalah kata pencuri, dan bukan kata perampok, pengambil, pembajak. Pelambang seperti itu dalam bahasa Inggris disebut thief. Mengapa pelambangnya demikian? Tidak dapat dijawab karena tidak ada hubungan

(45)

logis antara lambang dan yang dilambangi itu.

Dalam objek atau pengalaman yang mana pun tidak didapati sifat-sifat yang berpautan yang menuntut kita untuk melekatkan lambang-lambang verbal pada objek dan pengalaman itu. Kita menggunakan kata burung untuk menunjukkan binatang vertebrata yang bersayap dan bertelur.

Orang Inggris menggunakan kata bird, orang Arab: teorun, orang Bugis: manuk-manuk, orang Belanda: voget.

Lambang-lambang bahasa itu menggambarkan objek-objek yang konkret, berbagai kegiatan, pengalaman, dan gagasan.

Kata-kata itu hanyalah merupakan lambang-lambang benda nyata. Sifat-sifat simbolis yang dimiliki bahasa itu memungkinkan kita mengabsraksikan ide-ide dan pengalaman, berbicara tentang Grand Canyon, Kutub Utara, Arafat, bahkan tentang surga dan neraka, meskipun belum pernah mengalaminya secara langsung.

Pelambangan seperti di atas tidaklah bersifat individual.

Tidak ada peluang bagi setiap individu untuk menciptakan satuan bahasa sekehendaknya. Sifat arbitrer itu hanya berlaku dalam masyarakat bahasa dalam bentuk kesepakatan atau konvensi. Jadi, masyarakat haruslah secara sewenang-wenang menentukan lambang-lambang dalam bahasa dan menentukan wujud yang dilambangi oleh lambang-lambang itu.

(46)

Lambang-lambang yang dapat dihubungkan dengan alam atau peristiwa alam sering digunakan orang untuk membantah sifat arbitrernya bahasa itu. Kata-kata ironis seperti cicak, tokek, cicit, dan kokok dalam bahasa Indonesia, atau kata-kata seperti keplak, gebuk, dan cemeng dalam bahasa Jawa merupakan kata-kata yang berhubungan dengan alam atau peristiwa alam. Akan tetapi, hal itu tidak dapat dipakai sebagai pegangan untuk menyatukan bahwa lambang dan dilambangi itu memilki hubungan logis. Di samping jumlahnya sangat terbatas (Kridalaksana, 2001:31), peristiwa alam yang sama tidak selalu menghasilkan lambang yang sama. Dalam peristiwa alam, bunyi letusan tembakan, lahir kata tam dalam bahasa Belanda dan Inggris. Dalam bahasa Indonesia bukan kata tam yang muncul, melainkan kata dor. Dalam peristiwa bunyi kucing lahir kata meauw dalam bahasa Inggris, dan kata meong dalam bahasa Bugis. Mengapa dalam peristiwa alam yang sama lahir kata-kata yang berbeda atau lambang- lambang yang tidak sama? Jawabannya jelas, yakni arbitrer, tetapi tidak dapat dijelaskan mengapa begitu?

d. Konvensional

Seperti telah disinggung pada butir 3 di atas bahwa sifat arbitrer itu berlaku secara sosial, tidak secara individual. Sifat itu merupakan hasil kesepakatan masyarakat. Karena itulah,

(47)

bahasa dapat disebut bersifat konvensional sebagai sifat hasil kesepakatan. Hal yang perlu dipahami adalah kenyataan bahwa kesepakatan itu bukanlah formal yang dinyatakan melalui musyawarah, sidang, rapat, atau kongres, atau rapat raksasa untuk menentukan lambang tertentu.

Walaupun forum formal tidak ada, setiap pemakai bahasa tunduk kepada kesepakatan atau konvensi itu. Disadari atau tidak, pemakai bahasa sudah melakukan hal itu. Pelambangan yang menyimpang menyebabkan bahasa yang digunakan seseorang menjadi tidak komunikatif.

e. Unik dan Universal

Setiap bahasa memiliki ciri khasnya sendiri yang tidak terdapat pada bahasa lain. Dengan kata lain, setiap bahasa memiliki ciri-ciri yang diskrit, yang memberikan identitas diri sebagai bahasa yang berbeda dari yang lain. Kata ulang dwisana, misalnya merupakan ciri khas yang tardapat dalam bahasa Madura, seperti kata ion, nak-kanak, reng-oreng, dan lain-lain. Keunikan itu akan tampak pada semua subsistem.

Jumlah dan jenis vokal dalam bahasa lain. Dalam bahasa Inggris, misalnya terdapat bunyi /e/ pada kata think dan tank yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia.

Di samping memiliki ciri yang unik, bahasa atau setiap bahasa memilki ciri-ciri yang berlaku pada semua bahasa.

(48)

Misalnya, pada setiap bahasa terdapat, unsur-unsur bunyi yang terpilah menjadi dua yakni, vokal dan konsonan. Bunyi-bunyi pada setiap bahasa akan dipengaruhi oleh lingkungan distribusinya. Bunyi-bunyi bahasa itu bersifat simetris, setiap bahasa memilki satuan gramatika, seperti morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat. Dari segi jenis kalimat, setiap bahasa memilki jenis kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.

Ciri-ciri universal bahasa telah mendapatkan perhatian khusus dalam linguistik. Linguistik yang mengadakan kajian ciri-ciri bahasa yang bersifat universal itu disebut linguistik universal.

4. Ragam Bahasa

Perwujudan bahasa tidaklah monolitik, satu wujud yang menunjukkan keseragaman. Dengan kata lain, bahasa itu beragam.

Ragam bahasa bermacam-macan, tergantung pada dasar klasifikasinya. Berdasarkan masyarakat pemakainya, terdapat ragam yang disebut sosiolek. Berdasarkan klasifikasi itu terdapat ragam bahwa masyarakat terdidik, ragam bahasa petani, dan lain- lain. Istilah sosiolek itu sebenarnya kurang begitu populer, dan Samsuri (1981: 17) menyebut ragam bahasa yang demikian itu sebagai sebagai dialek. Jadi, menurut Samsuri terdapat dua kategori dialek berdasarkan wilayah daerah pemakainya dan dialek berdasarkan kelompok masyarakat pemakainya. Pada umumnya,

(49)

istilah dikenakan pada ragam bahasa didasarkan wilayah pemakainya.

Bahasa juga beragam karena tingkat formalitas pemakaiannya.

Menurut Joss, (dalam Nababan, 1979: 11) bahwa ragam bahasa didasarkan tingkat formalitas pemakaiannya dapat digolongkan menjadi lima macam, yaitu: (1) ragam baku (frozen), (2) ragam resmi (formal), (3) ragam usaha (consultative), (4) ragam santai (casual), dan (5) ragam akrab (intimate), dengan penjelasan masing-masing sebagai berikut.

a. Ragam baku, ragam yang paling resmi yang dijumpai dalam situasi yang khidmat dan upacara yang sangat resmi. Sesuai dengan namanya, ragam baku itu tidak boleh diubah. Ragam baku itu dapat dilihat pada dokumen bersejarah, seperti dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Kalimat pertama dalam pembukaan Undang-undang tersebut, misalnya yang diredaksikan dengan: "Bahwa sesungguhnya kemerdekaaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atasa dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan". Tidak dapat diganti dengan

"Kemerdekaan itu adalah hak semua bangsa dan karena itulah semua wujud penjajahan harus dihapuskan".

b. Ragam resmi, ragam ini digunakan dalam situasi resmi, situasi kedinasan suatu lembaga. Misalnya, ragam bahasa yang

(50)

digunakan oleh presiden dalam rapat atau sidang DPR/MPR.

c. Ragam usaha, ragam ini digunakan pada konteks usaha, seperti pada pembicaraan di sekolah, di perusahaan, melakukan transaksi, dan lain-lain

d. Ragam santai, ragam bahasa yang digunakan dalam situasi santai antarperson yang sudah akrab, seperti ragam bahasa yang digunakan sewaktu berekreasi, berolah raga, dan lain- lain.

e. Ragam akrab, ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang sangat akrab (intim), seperti ragam bahasa yang dipergunakan dalam lingkungan keluarga atau antarperson yang tingkat hubungannya sudah seperti keluarga. Ragam bahasa ini tidak diwujudkan dalam bentuk yang lengkap dengan artikulasi yang jelas. Kalimat-kalimatnya cukup pendek.

Perbedaan di antara ragam-ragam tersebut tampak pada berbagai tataran bahasa. Perbedaan itu tampak pada pilihan kata, bentuk kata, bentuk kalimat, prosodi, dan bahkan pada wujud kinesis penuturnya. Gaya santai, misalnya merupakan gaya yang digunakan oleh penutur ketika dia menggunakan ragam santai.

Kelas sosial sering juga dijadikan dasar untuk mengklasifikasikan ragam bahasa. Di Norwich misalnya, ditemukan lima ragam bahasa berdasarkan kelas sosialnya, yakni: (1) ragam bahasa kelas atas, (2) ragam bahasa kelas menengah atas, (3)

(51)

ragam bahasa kelas menengah, (4) ragam bahasa kelas menengah bawah, dan (5) ragam bahasa kelas bawah (Kridalaksana dalam Koentjono, 1982:3).

Sudah jelas bahwa, setiap bahasa pasti beragam. Persoalannya adalah mengapa demikian? Kridalaksana (dalam Koentjono, 1982:3) juga menyatakan bahwa keragaman bahasa disebabkan oleh kenyataan bahwa bahasa itu dipakai oleh kelompok manusia.

Karena kelompok manusia banyak (ada laki-laki dan perempuan, ada tua dan muda, ada berkelas sosial tinggi, menengah, dan rendah), bahasa itu memilki variasi. Bahkan variasi itu tampak pada setiap individu yang menyebabkan dirinya berbeda dari orang lain dalam hal bahasa, seperti yang dinyatakan oleh Kridalaksana berikut:

"Tiap manusia memunyai kepribadian sendiri-sendiri, dan hal itu paling nyata menonjol dalam hal berbahasa; walaupun suatu kelompok sosial memunyai satu bahasa dan para anggota kelompok itu tidak akan dapat bekerja sama tanpa bahasa; setiap orang secara sadar atau tidak sadar menguraikan ciri khas kepribadiannya dalam bahasanya, sehingga bahasa setiap orang memilki ciri khas yang sama sekali tidak sama dengan bahasa orang lain. Dapat dikatakan, bahwa tiap orang memunyai idiolek" (Kridalaksana dalam Koentjono, 1982: 4).

(52)

5. Perkembangan Bahasa

Karakter itu berlaku pada bahasa yang masih hidup, seperti bahasa Indonesia, bahasa Banjar, bahasa Inggris, bahasa Prancis, bahasa Bugis, dan lain-lain. Bahasa Indonesia lama (Melayu) tidak dikenal bunyi /f/ sehingga terbentuklah kata paham, bukan faham, kata Pebruari, bukan Februari, dan kata aktip bukan aktif. Dalam bahasa Jawa lama tidak terdapat bunyi /z/ dan karena itu setiap bunyi /z/ yang bersal dari bahasa lain, seperti zakat yang bersal dari bahasa Arab akan menjadi jakat. Bahasa Jawa baru sudah mengenal unyi /z/ itu sehingga sekarang sudah ada kata-kata zakat, mukjizat,, dan lain-lain.

Perkembangan yang sangat mencolok terdapat pada unsur leksikon. Kata-kata seperti seadan, tampak, kiat , pajang, dan senarai merupakan kata-kata yang menunjukkan perkembangan leksikon dalam bahasa Indonesia. Walaupun di antara kata-kata itu dulu pernah ada pada bahasa Indonesia atau bahasa Melayu. Kata- kata yang tidak baru pun dirunut berdasarkan historisnya sebagai kata-kata yang menunjukkan perkembangan suatu bahasa. Dalam bahasa Indonesia, misalnya dapat diyakini bahwa kata-kata analisis, metode, konvensi, operasi, distribusi, konkret, dan lain-lain merupakan kata-kata yang berasal dari bahasa asing (bahasa Inggris atau bahasa Belanda). Dalam perkembangannya, unsur- unsur yang merupakan wujud perkembangan itu tidak lagi disadari

(53)

oleh penuturnya. Kata data, misalnya yang pola suku katanya sangat dekat atau sama dengan suku kata bahasa Indonesia, mungkin tidak lagi didasari sebagai unsur yang berasal dari bahasa asing jika penutur itu tidak mengerti bahasa Inggris atau bahasa Latin.

Bahasa-bahasa yang dikenal sekarang ini semuanya mengalami perubahan. Kata-kata baru: hamburger, hotdog, pizza, survay, riset masuk ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata yang sudah mati: mangkus, sangkil, piawai, peringkat, dihidupkan lagi.

Bentukan baru menggantikan bentuk lama, seperti: pelatihan menggantikan latihan, simpulan menggantikan kesimpulan.

a. Produktif dan Kreatif

Sebenarnya, karakter ini berangkat dari pemakaiannya.

Pemakai bahasa, dengan pola-pola dan lambang-lambang yang terbatas dapat mengkreasi hal-hal baru (new wold) melalui bahasa. Dengan konstribusi posesif dalam satu frasa, misalnya penutur bahasa Indonesia dapat menciptakan frasa-frasa berikut dan dapat melanjutkannya secara terbatas.

1) buku saya, 2) rumah teman, 3) teman Anda, 4) teman anak saya.

(54)

Kridalaksana (dalam Koentjono, 1982:5) mengartikan produktivitas itu dari perbandingan unsur dan daya pemakaiannya. Dari unsur-unsur yang terbatas, bahasa dapat dipakai secara tidak terbatas oleh pemakainya. Bahasa Indonesia memilki 30 fonem, tetapi kata-kata yang diciptakan dengan 30 fonem itu tak terhingga. Dengan fonem-fonem itu pula masih sangat mungkin diciptakan kata-kata baru.

b. Merupakan Fenomena Sosial

Bahasa itu merupakan fenomena sosial. Kita tidak dapat memisahkan bahasa dari kebudayaan, sebab hubungan antara bahasa dan kebudayaan sangat erat. Bahasa itu sudah menyatu benar dengan orang yang menggunakannya dan memilikinya. Karena bahasa itu berkembang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat pemakainya. Bahasa itu merupakan bagian dari sistem nilai kebiasaan dan keyakinan yang kompleks membentuk suatu kebudayaan.

Semua kebudayaan memunyai konvensi. Cara berperilaku, berpakaian, duduk, makan, berbicara, meminang, dan sebagainya mengikuti konvensi. Ada tata cara yang disepakati dan dibakukan. Karena bahasa pun merupakan salah satu bentuk perilaku, maka mudahlah dipahami bahwa bahasa pun merupakan konvensi. Bahasa digunakan sesuai dengan standar yang disepakati dan diikuti bersama oleh masyarakat tertentu.

(55)

c. Bersifat Insani

Hanya manusialah yang memunyai kemampuan berbahasa. Memang ada berbagai spesis, seperti ikan dolpin, yang dikenal memilki sistem komunikasi yang sangat canggih.

Namun, ketidakberdayaan terletak pada ketidakmampuannya menggunakan lambang bahasa untuk menyatakan pikirannya.

Bahasa merupakan suatu aspek perilaku yang bisa dipelajari hanya oleh manusia. Bahasa menumbuhkembangkan kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan menempatkan peradabannya jauh di atas berbagai bentuk kehidupan makhluk yang lebih rendah.

6. Fungsi Bahasa dalam Berkomunikasi

Tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Seorang yang tidak menguasai bahasa yang digunakan masyarakat tempat dia berada dan akan merasa kesulitan berkomunikasi dan menginteraksikan diri dalam kehidupan masyarakat tersebut. Orang yang dalam posisi demikian itu sebenarnya belum merupakan anggota masyarakat di tempat dia berada. Dia hanya berada di tengah-tengah masayarakat itu secara fisik, tetapi secara sosial dia belum berada dalam masyarakat tersebut.

Komunikasi efektif tidak akan terjadi jika pihak yang berkomunikasi tidak akan memiliki bahasa yang sama, yang berlaku

(56)

pada masyarakat itu. Oleh karena itu, jika dua partisipan ingin berkomunikasi tidak memiliki bahasa yang sama, penerjemahan merupakan jalan keluarnya. Sering ditemukan berkomunikasi antarpartisipan yang harus menggunakan penerjemah. Hal itu menunjukkan bahwa tanpa penerjemah komunikasi menjadi efektif, walaupun hadirnya penerjemah itu bisa jadi karena tuntutan politis.

Kepala negara ketika berembug dengan pimpinan bangsa lain selalu menggunakan penerjemah karena pertimbangan politis, termasuk pertimbangan keharusan dan kewajiban seorang pimpinan bangsa menggunakan bahasa negara dan bahasa resminya.

Kita sering temukan orang yang tidak berhasil menyelesaikan urusannya karena tidak menguasai bahasa yang dipersyaratkan untuk menyelesaikan urusan tersebut. Seorang mahasiswa yang menguasai bahasa Inggris, dapat menangkap informasi penting yang dituliskan dalam bahasa Inggris. Jika kita harus menyelesaikan makalah dan penyelesaian makalah itu mengharuskan dia membaca buku-buku acuan yang berbahasa Inggris, dia tidak akan mengalami kesulitan mengambil seri informasi pustaka berbahasa Inggris itu. Hal itu berarti, dia sudah memiliki kemudahan satu langkah dalam menyelesaikan makalahnya. Jika kondisi yang ada adalah sebaliknya, yakni dia tidak menguasai bahasa tempat informasi pustaka yang akan diambil, berarti dia sudah

(57)

mendapatkan kendala untuk menangkap sari pustakaan yang diperlukannya.

Negara-negara industri atau negara-negara modern mempersyaratkan penguasaan bahasa itu terhadap seseorang yang akan belajar di negara yang bersangkutan. Jepang misalnya, mempersyaratkan kepada mahasiswa yang akan belajar ke Jepang, menguasai bahasa Jepang. Jika kemampuan berbahasa Jepang belum dipandang layak, mahasiswa itu dituntut mendalami bahasa Jepang sebelum mengikuti program belajar bidang ilmunya. Orang yang belajar ke Amerika misalnya, juga harus dibuktikan telah mampu berbahasa Inggris dengan baik. Salah satu kegiatan yang harus ditempuh adalah mengikuti ujian TOFEL.

Fungsi bahasa seperti alat komunikasi dapat diperinci lebih lanjut dan dapat pula dikatakan bahwa bahasa memiliki fungsi (Keraf, 1991:3). Fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Di dalam suatu masyarakat dibutuhkan adanya komunikasi atau hubungan antar anggota. Oleh karena itu, untuk keperluan tersebut dipergunakan suatu wahana yang dinamakan bahasa.

Dengan demikian, setiap masyarakat dipastikan memiliki dan menggunakan alat komunikasi sosial tersebut.

Fungsi khusus bahasa menurut Jakobson (dalam Soeparno, 2002: 7-8) dibagi menjadi enam, yaitu:

(58)

a. Fungsi Emotif

Fungsi emotif adalah fungsi bahasa apabila tumpuannya pada si penutur. Misalnya dipakai apabila kita mengungkapkan rasa gembira, sedih, kesal, dan lain sebagainya.

b. Fungsi Konatif

Fungsi konatif adalah fungsi bahasa apabila tumpuan pembicaraan pada lawan tutur. Misalnya agar lawan tutur kita bersikap atau berbuat sesuatu.

c. Fungsi referensial

Fungsi referensial adalah fungsi bahasa apabila tumpuan pembicaraan pada konteks. Misalnya, apabila kita membicarakan suatu permasalahan dengan topik tertentu, maka tumpuan pembicaraan adalah pada topik itu sendiri.

d. Fungsi puitik

Fungsi puitik adalah fungsi bahasa apabila tumpuan pembicaraan pada sebuah amanat. Misalnya ketika kita menyampaikan pesan atau amanat tertentu, maka tumpuan tersebut adalah pada amanat itu.

e. Fungsi fatik

Fungsi fatik adalah fungsi bahasa apabila tumpuan pembicaraan pada kontaks, jadi apabila kita di dalam berbicara sekedar ingin mengadakan kontak dengan orang lain maka fungsi bahasa tersebut adalah fungsi fatik.

(59)

f. Fungsi metalingual

Fungsi metalingual adalah fungsi bahasa apabila tumpuan pembicaraan pada sebuah kode. Misalnya ketika berbicara masalah bahasa dengan menggunakan bahasa tertentu.

Fungsi bahasa sebagai komunikasi dalam kaitannya dengan masyarakat dan pendidikan secara lebih terperinci, dikemukan oleh Nababan (1979: 38) sebagai berikut:

a. Fungsi Budaya

Fungsi bahasa dalam kebudayaan adalah sebagai sarana perkembangan kebudayaan, jalur penerus kebudayaan, dan inventaris ciri-ciri kebudayaan. Dengan bahasa dapat melestarikan budaya, karena dengan bahasa manusia dapat berinteraksi dengan manusia dari daerah lain.

b. Fungsi Kemasyarakatan

Fungsi bahasa dalam kemasyarakatan adalah sebagai lambang kebanggaan bangsa, lambang identitas bangsa, dan alat penyatu berbagai suku bangsa.

c. Fungsi Perorangan

Fungsi perorangan diklasifikasikan menjadi:

1) Instrumental: terdapat dalam ungkapan bahasa untuk meminta sesuatu.

2) Menyuruh: ungkapan untuk menyuruh orang lain berbuat sesuatu.

(60)

3) Interaksi: terdapat dalam ungkapan yang menciptakan sesuatu untuk hubungan antar pribadi.

4) Kepribadian: terdapat dalam ungkapan yang menyatakan atau mengakhiri partisipasi.

5) Pemecahan masalah: terdapat dalam ungkapan yang meminta jawaban untuk suatu masalah.

6) Khayalan: terdapat dalam ungkapan yang mengajak seseorang untuk mengkhayal atau berpura-pura.

d. Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan bahasa dapat dibagi atas empat subfungsi, yaitu sebagai berikut:

1) Fungsi integratif: memberikan penekanan pada penggunaan bahasa sebagai alat yang membuat anak didik ingin dan sanggup menjadi anggota dari suatu masyarakat.

2) Fungsi instrumental: penggunaan bahasa untuk tujuan mendapat keuntungan material.

3) Fungsi kultural: penggunaan bahasa sebagai jalur mengenal dan menghargai sesuatu sistem nilai dan cara hidup.

4) Fungsi penalaran: memberi lebih banyak tekanan pada penggunaan bahasa sebagai alat berpikir dan mengerti serta menciptakan konsep-konsep, atau untuk bernalar.

Dalam peristiwa komunikasi, bahasa dapat menampilkan fungsi yang bervariasi. Secara umum, bahasa dapat digunakan untuk

(61)

mengekspresikan emosi, menginformasikan suatu fakta, mempengaruhi orang lain, membicarakan bahasa, bercerita, mengobrol dengan teman, dan sejenisnya. Masing-masing fungsi bahasa dapat secara langsung dihubungkan dengan salah satu komponen dalam komunikasi.

7. Variasi Bahasa

Variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi sosiolinguistik. Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi bukan hanya penuturnya yang tidak homogen, melainkan juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam.

Chaer dan Agustina (2004:62) mengatakan bahwa variasi bahasa itu pertama-tama kita bedakan berdasarkan penutur dan penggunanya. Berdasarkan penutur berarti, siapa yang mengunakan bahasa itu, di mana tempat tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu digunakan. Berdasarkan penggunanya berarti, bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya. Adapun penjelasan variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:

a. Variasi bahasa idiolek

Variasi bahasa idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang memunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing.

(62)

b. Variasi bahasa dialek

Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tenipat, wilayah, atau area tertentu. Umpamanya, bahasa Bugis dialek Palakka, Wajo, Rappang, dan sebagainya.

c. Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal

Bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Umpamanya, variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa kini.

b. Variasi bahasa sosiolek

Variasi bahasa sosiolek adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya.

c. Variasi bahasa berdasarkan usia masyarakatnya.

Perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosakata, seperti kata mati digunakan untuk masyarakat biasa, sedar.gkan para raja menggunakan kata mangkat.

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka pikir

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menilik bahasa yang berkaitan dengan penutur atau penggunanya, suporter sepak bola yang akrab disebut dengan LA Mania ini memiliki kosakata tersendiri yang

Dalam situasi seperti ini waria menggunakan ragam santai dan ragam akrab karena kosakata bahasa Indonesia dan unsur bahasa daerah dimasukkan ke dalam percakapan

Hasil dari penelitian ini adalah kesalahan- kesalahan yang kerap dilakukan mahasiswa penutur bahasa asing dalam ragam Bahasa Indonesia tulis terletak pada aspek

Ragam bahasa berdasarkan variasi segi sarana yang digunakan dikenal dengan adanya ragam lisn dan tulisan. Pada penelitian ini, peneliti menemukan ragam bahasa siswa

Variasi bahasa yang ketiga dari segi keformalan, dari segi keformalan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah ragam akrab/ intim karena masyarakat Desa Beji,

Sudjiman (1998: 13) menyatakan bahwa sesungguhnya gaya bahasa dapat digunakan dalam segala ragam bahasa baik ragam lisan, tulis, nonsastra, dan ragam sastra,

Strategi komunikasi perlu digunakan mahasiswa asing penutur bahasa Indonesia dalam berinteraksi dengan mahasiswa penutur asli bahasa Indonesia. Pada umumnya, dalam

Variasi bahasa dapat juga dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis. Adanya ragam bahasa