• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN,"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

29 Pebruari

2000

LEMBARAN DAERAH

KOTA PASURUAN Nomor : 10

PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2000

T E N T A N G

RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN,

Menimbang : a. bahwa Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pasuruan Nomor 1 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Hewan, Daging Hewan dan penggunaan Rumah Potong Hewan serta kartu ternak di Kotamadya daerah Tingkat II Pasuruan dan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pemeriksaan Hewan Betina Produktif dan pemberian tanda cap “S” di Rumah Potong Hewan Kotamadya Daerah Tingkat II Pasuruan dipandang sudah tidak sesuai lagi dan perlu disempurnakan menjadi Retribusi Rumah Pemotongan Hewan;

b. bahwa untuk memberikan landasan hukum terhadap pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan dalam upaya peningkatan pelayanan perlu diatur dengan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Kecil Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 1950);

2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1980 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482);

3. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

(2)

Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

4. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685);

5. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

6. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 1982 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pasuruan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3241);

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 28. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

9. 1 1 .

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36.

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

(3)

55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3692);

11. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang- undangan dan Bentuk Rancangan Undang – undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden;

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;

13. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.04 – PW 03 Tahun 1984 tentang Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil;

14. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 65 Tahun 1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

15. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 555/KPTS/DP/1986 tentang Persayaratan Rumah Potong Hewan.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PASURUAN MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kota Pasuruan.

b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah.

c. Kepala Daerah adalah Walikota Pasuruan.

d. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang – undangan Daerah yang berlaku.

e. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan

(4)

terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya.

f. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

g. Retribusi Rumah Pemotongan Hewan yang selanjutnya dapat disebut retribusi adalah pembayaran atas pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak termasuk pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dipotong, yang dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

h. Pemotongan darurat adalah pemotongan hewan karena : - kecelakaan, sehingga keadaannya sangat mengkhawatirkan;

- dianggap dapat membahayakan keamanan orang atau barang.

i. Pemotongan hajat adalah pemotongan hewan untuk suatu tujuan yang sifatnya untuk tidak diperdagangkan.

j. Penyidikan Tindak Pidana di bidang retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 2

Dengan nama Retribusi Pemotongan Hewan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak termasuk pemeriksaan kesehatan hewan dan mutu daging.

Pasal 3

(1) Objek Retribusi adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan yang meliputi :

a. penggunaan kandang peristirahatan;

b. pemeriksaan kesehatan hewan;

c. penggunaan kandang karantina;

d. pemeriksaan kesehatan reproduksi ternak betina;

e. penggunaan tempat pemotongan;

f. pemakaian tempat pelayuan daging.chiling room dan frozen blast room;

g. pemeriksaan kesehatan/hygiene dan mutu daging;

h. pemeriksaan ulang daging;

i. pelayanan pengangkutan daging;

(5)

j. pemeriksaan laboratorium.

(2) Tidak termasuk objek retribusi adalah pelayanan rumah pemotongan hewan yang dimiliki oleh pihak swasta kecuali ayat (1) pasal ini huruf b,d,g dan j.

Pasal 4

Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan fasilitas Rumah Pemotongan Hewan.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5

Retribusi Rumah Pemotongan Hewan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan, dan jenis serta jumlah ternak yang akan dipotong.

BAB V

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 7

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi didasarkan atas tujuan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIP RETRIBUSI Pasal 8

(1) Struktur tarip retribusi digolongkan berdasarkan jenis pelayanan, jenis dan jumlah ternak.

(2) Struktur dan besarnya tarip retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan sebagaimana tersebut dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.

BAB VII

(6)

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 9

Retribusi yang terutang dipungut diwilayah Daerah tempat pelayanan penyediaan fasilitas Rumah Pemotongan Hewan diberikan.

BAB VIII

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 10

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Tata cara pemungutan retribusi Daerah ditetapkan dengan Peraturan daerah sesuai peraturan perundang-undangan.

BAB IX

KETENTUAN PEMERIKSAAN HEWAN DAGING HEWAN DAN PEMOTONGAN HEWAN

Pasal 11

(1) Hewan yang akan dipotong dan atau yang diusulkan untuk dipotong terlebih dahulu harus diperiksa kesehatannya dan dilakukan pula pemeriksaan kebuntingan oleh Tenaga Ahli.

(2) Pemeriksaan hewan dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dilakukan selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum hewan dipotong.

Pasal 12

(1) Terhadap hewan yang dinyatakan sehat, tenaga ahli harus memberi tanda cap.

(2) Tanda cap dimaksud pada ayat (1) pasal ini tidak sama bentuknya bagi hewan yang dipotong untuk keperluan usaha dan hajat.

(3) Kepada pemilik hewan yang siap dipotong diberikan surat periksa yang ditandatangani oleh tenaga ahli.

(4) Tanda cap dan surat periksa dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) pasal ini, berlaku selama dua kali dua puluh empat jam.

Pasal 13

(1) Apabila hewan yang dimintakan pemeriksaan dinyatakan tidak boleh dipotong pemilik dapat meminta pemeriksaan ulang kepada Kepala Daerah.

(2) Pemeriksaan ulang dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dilakukan oleh tenaga ahli.

(3) Setelah dilakukan pemeriksaan ulang, hewan dinyatakan sehat, tanggal pemeriksaan ulangnya harus dicatat pada surat periksa.

(7)

Pasal 14

(1) Dilarang memotong hewan yang tidak ada tanda cap dan surat periksa, kecuali pemotongan darurat dan pemotongan hajat.

(2) Bentuk, warna dan tanda cap dan surat periksa akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 15

(1) Tidak diwajibkan memotong dan memeriksa hewan ke Rumah Potong Hewan karena :

a. pemotongan darurat;

b. pemotongan hajat.

(2) Dalam keadaan dimaksud pada ayat (1) pasal ini, pemilik wajib untuk segera lapor kepada tenaga ahli dan tenaga ahli segera datang ketempat hewan yang akan dipotong.

(3) Hewan yang dipotong karena sebab dimaksud pada ayat (1) pasal ini dagingnya wajib diperiksa oleh juru periksa.

(4) Pemeriksaan daging dimaksud pada ayat (3) pasal ini, dilakukan ditempat dan jika daging dinyatakan baik hatus dibubuhi tanda cap.

Pasal 16

(1) Setiap daging yang diperjual belikan di Daerah, terlebih dahulu harus diperiksa di Rumah Pemotongan Hewan, kecuali dalam hal :

a. pemotongan darurat;

b. pemotongan hajat.

(2) Pemeriksaan daging dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dilakukan oleh juru periksa.

(3) Setelah dilakukan pemeriksaan dan daging dinyatakan baik, juru periksa harus memberi tanda cap.

Pasal 17

(1) Bentuk dan warna tanda cap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) Peraturan Daerah ini, akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah sesuai peraturan perundang-undangan.

(2) Bagian-bagian daging yang dinyatakan tidak baik dan atau rusak harus dimusnahkan.

Pasal 18

(1) Daging yang berasal dari luar wilayah Kota Pasuruan harus diperiksa ulang di Rumah Pemotongan Hewan.

(2) Biaya pemeriksaan daging dimaksud pada ayat (1) pasal ini,

(8)

ditanggung oleh pemilik dan atau penjual.

BAB X PENYIDIKAN

Pasal 19

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Kota Pasuruan diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah atau Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah atau Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan Retribusi;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen- dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan buku pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud apada huruf c;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan Retribusi;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. mengehentikan penyidikan;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi menurut hukum yang bertanggungjawab.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya

(9)

kepada Penuntut Umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XII KETENTUAN PIDANA

Pasal 20

(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi yang terhutang.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 21

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pasuruan Nomor 1 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Hewan,Daging Hewan dan Penggunaan Rumah Potong Hewan serta Kartu Ternak di Kotamadya Daerah Tingkat II Pasuruan dan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pasuruan Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pemeriksaan Hewan Betina Produktif dan Pemberian Tanda Cap “S” di Rumah Potong Hewan Kotamadya Daerah Tingkat II Pasuruan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 22

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Pasuruan.

Disahkan di : Pasuruan pada tanggal : 29 Februari 2000

WALIKOTA PASURUAN, ttd.

A M B J A H

(10)

Diundangkan di Pasuruan pada tanggal 29 Februari 2000

SEKRETARIS DAERAH KOTA PASURUAN ttd.

Ir. Drs. HANDOKO LEPDO PRASTOWO Pembina Tingkat I

NIP. 510 040 490

LEMBARAN DAERAH KOTA PASURUAN TAHUN 2000 NOMOR 10

PENJELASAN ATAS

(11)

PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 09 TAHUN 2000

TENTANG

RETRIBUSI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN I. UMUM

Bahwa dalam upaya mendukung perkembangan Otonomi Daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab, pembiayaan pemerintahan dan pembangunan Daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah khusunya yang berasal dari Retribusi Daerah, pengaturannya perlu ditingkatkan lagi.

Bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah jo. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah, dan pemberian pelayanan kepada masyarakat, diperlukan peningkatan kinerja pemungutannya serta penyederhanaan, penyempurnaan dan penambahan jenis retribusi, melalui Peraturan Daerah Kota Pasuruan tentang Retriubusi Rumah Pemotongan Hewan ini, diharapkan akan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemungutan Retribusi Rumah Pemotongan Hewan serta meningkatkan mutu dan jenis pelayanan kepada masyarakat.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 : Cukup jelas

Pasal 2 : Yang dimaksud dengan pelayanan penyediaan fasilitas Rumah Pemotongan Hewan adalah penyediaan tempat pemotongan termasuk penyediaan air , listrik dengan/tidak menggunakan stunning listrik.

Pasal 3

Ayat (1) : Yang dimaksud dengan chilling room adalah ruang pelayuan/pendinginan dengan suhu 0° - (-25°)C.

Ayat (2) : Cukup jelas

Pasal 4 : Cukup jelas

Pasal 5 : Cukup jelas

Pasal 6 : Cukup jelas

Pasal 7 : Cukup jelas

Pasal 8 : Cukup jelas

Pasal 9 : Cukup jelas

Pasal 10

Ayat (1) : Yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak

(12)

ketiga. Namun dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses Pemungutan retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengjak bekerja sama badan – badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis retribusi secara lebih efisien.

Ayat (2) : Cukup jelas

Pasal 11 : Cukup jelas

Pasal 12 : Cukup jelas

Pasal 13 : Cukup jelas

Pasal 14 : Cukup jelas

Pasal 15 : Cukup jelas

Pasal 16 : Cukup jelas

Pasal 17 : Cukup jelas

Pasal 18 : Cukup jelas

Pasal 19 : Cukup jelas

Pasal 20 : Cukup jelas

Pasal 21 : Cukup jelas

Pasal 22 : Cukup jelas

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Orang Tua group atau yang lebih dikenal sebagai OT merupakan salah satu perusahaan terbesar di indonesia yang mempunyai produk

Peserta dapat menyelesaikan ujian sebelum waktu habis dengan mengklik pada tombol Selesai Ujian pada peta soal kemudian klik Selesai pada halaman tengah ujian, dan akan tampil

Dalam bidang kemiskinan pembangunan harus mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga pada tahun 2015 tidak ada penduduk yang memiliki penghasilan kurang dari

Soebandi Kabupaten Jember, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu pertama, Kompensasi berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja karyawan tenaga

Besarnya kontribusi atau pengaruh dari Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah secara bersama-sama memiliki pengaruh

Untuk mengetahui pengambilan keputusan tersebut akurat atau tidak, harus dilakukan penilaian dengan kriteria yang telah ditentukan selain dari nilai tes kriteria lain

Menurut Kotler, pemasaran adalah “suatu proses sosial maupun manajerial dimana individu atau kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan

Pada tahap pengujian validasi cluster ini adalah tahap penting dalam penelitian, sebab dari uji validasi ini akan bertujuan selain untuk menentukan jumlah cluster