Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis
Infrastruktur Bidang
Cipta Karya
3.1 Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang
3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015, Tema besar RPJMN 3 adalah daya saing (competitiveness), dengan demikian selayaknya ketersediaan layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar (jalan, air, dan listrik) sudah terpenuhi terlebih dahulu.
Arahan RPJPN untuk RPJMN bidang infrastruktur adalah sebagai berikut:
1. Terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat _ 100 % akses kepada sumber‐sumber air bersih
2. Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung, didukung oleh system pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel _ kota tanpa permukiman kumuh
3. Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang 4. Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi
5. Konservasi suber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya air dan pengembangan sumber daya air
6. Pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian
Sasaran umum RPJMN tahun 2015‐2019 adalah pemenuhan ketersediaan infrastruktur dasar dan standar layanan minimum, sehingga indicator pencapaiannya adalah sebagai berikut:
1. Berkurangnya proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman tidak layak menjadi 0%
2. Meningkatnya akses penduduk terhadap air minum layak menjadi 100 % 3. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak menjadi 100 % Arahan penajaman program Bidang Cipta Karya Tahun 2015 antara lain:
1. Pemenuhan program lanjutan
a. Melanjutkan upaya pemenuhan sasaran RPJMN/Renstra 2009‐2014 (terutama terkait pemenuhan sasaran pembangunan rusunawa)
b. Melanjutkan program‐program yang telah disepakati dalam rangka fungsionalisasi dan memenuhi komitmen program MP3EI
2. Mendukung perwujudan Kawasan Strategis Nasional yang telah ditetapkan oleh Ditjen Tata Ruang
3. Mendorong penanganan Kabupaten/Kota Kawasan Strategis Nasional (KSN)
a. Mendorong pembangunan Bidang Cipta Karya yang terpadu dalam suatu kawasan/KSK (Kawasan Strategis Kabupaten/Kota) dengan berpedoman pada RTRW yang sudah ditetapkan
b. Menyelesaikan penanganan KSK yang telah dilakukan pada tahun 2014 c. Melanjutkan penanganan pada lokasi KSK lainnya
4. Mendukung Kabupaten/Kota pemenuhan SPM Bidang Cipta Karya
a. Mendukung Kabupaten/Kota responsive dan/atau dalam kondisi “kritis”
pemenuhan SPM
b. Pemenuhan SPM Bidang Cipta Karya pada tahun 2013 (dan perkiraan capaian tahun 2014) digunakan sebagai acuan Baseline kebutuhan program pada tahun 2015
5. Penyusunan Usulan Program Bidang Cipta Karya harus selaras dengan isu‐isu strategis Bidang Cipta Karya baik secara nasional maupun kewilayahan (provinsi, pulau maupun koridor pembangunan)
6. Penanganan isu strategis tersebut selanjutnya dituangkan dalam format‐format Konreg yang telah ditetapkan
7. Penyusunan Usulan Program tahun 2015 harus dilihat sebagai bagian dari upaya penyusunan program tahun 2015‐2019 atau RPJMN tahap ketiga
8. Penyusunan Usulan Program Bidang Cipta Karya tahun 2015 mengacu pada Baseline Pendanaan sesuai perkiraan maju RKP 2014 namun tidak kaku terutama untuk usulan penanganan pada KSN (kelebihan usulan pendanaan pagu baseline dapat dituangkan sebagai inisiatif baru maupun stok program)
Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya tahun 2015‐2019,
Arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat pemerataan pembangunan antar wilayah. Oleh karena itu, diperlukan arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa‐Bali dan Sumatera. Kebijakan Utama
Arah kebijakan tersebut meliputi 6 aspek, yaitu;
1. Arah kebijakan pengembangan Kawasan Strategis adalah percepatan pengembangan pusat‐pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama di Luar Jawa (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan efisiensi dalam penyediaan infrastruktur. Hal ini dicapai melalui strategi pengembangan potensi ekonomi wilayah; percepatan pembangunan konektivitas;
peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK; regulasi dan kebijakan; serta peningkatan iklim investasi dan iklim usaha.
2. Arah kebijakan pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan. Pengembangan Kawasan Perkotaan difokuskan untuk membangun kota berkelanjutan dan berdaya saing menuju masyarakat kota yang sejahtera berdasarkan karakter fisik, potensi ekonomi dan budaya lokal; melalui strategi perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN); percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota aman, nyaman, dan layak huni; perwujudan Kota Hijau yang berketahanan iklim dan bencana; pengembangan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi dan budaya lokal; dan peningkatan kapasitas tata kelola pembangunan perkotaan. Sedangkan arah kebijakan pengembangan perdesaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, melalui; (1) pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa, termasuk permukiman transmigrasi, sesuai dengan kondisi geografisnya; (2) penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat desa termasuk permukiman transmigrasi; (3) pembangunan SDM, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat desa termasuk permukiman transmigrasi; (4) pengawalan implementasi UU Desa secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan melalui koordinasi, fasilitasi, supervisi, dan pendampingan; (5) pengembangan kapasitas dan pendampingan aparatur pemerintah desa dan kelembagaan pemerintahan desa secara berkelanjutan; (6) pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan termasuk di kawasan transmigrasi; dan (7) pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk kawasan transmigrasi untuk mendorong keterkaitan desa‐kota.
3. Arah kebijakan peningkatan keterkaitan Perkotaan dan Perdesaan adalah peningkatan keterkaitan desa‐kota yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan dengan menghubungkan keterkaitan fungsional antara pasar dan kawasan produksi, melalui strategi (1) perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau; (2) perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa‐kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi; dan (3) peningkatan kapasitas tata kelola, kelembagaan, masyarakat dalam peningkatan keterkaitan Kota‐Desa.
4. Arah kebijakan pengembangan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan.
Pengembangan daerah tertinggal difokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan
dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik, serta pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan kawasan strategis, melalui strategi (1) mengembangkan perekonomian masyarakat di daerah tertinggal; (2) meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan daerah tertinggal dengan pusat pertumbuhan; (3) meningkatkan kualitas SDM, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan kapasitas tata kelola pemerintahan daerah; (4) mempercepat pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM); (5) memberikan tunjangan khusus kepada tenaga penyuluh; (6) penguatan regulasi dan pemberian insentif kepada pihak swasta; (7) melakukan pembinaan terhadap daerah tertinggal; (8) mendukung pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi; dan (9) mempercepat pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat. Adapun arah kebijakan pengembangan kawasan perbatasan ditujukan dalam upaya mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan dilakukan melalui pendekatan keamanan (security approach), dan pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat (prosperity approach). Hal tersebut akan dicapai melalui strategi (1) pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi; (2) sumber daya manusia (SDM) dan pemanfaatan (IPTEK); (3) pembangunan konektivitas simpul transportasi utama; (4) transformasi kelembagaan lintas batas negara; (5) peningkatan kualitas dan kuantitas, serta standarisasi sarana prasarana; (6) penegasan batas wilayah negara di darat dan laut; dan (7) peningkatan kerjasama perdagangan.
5. Arah kebijakan penanggulangan bencana adalah mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan menghadapi bencana, akan dicapai melalui strategi;
internalisasi pengurangan risiko bencana; penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana; dan peningkatan kapasitas penyelenggaraan penanggulangan bencana.
6. Arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional adalah pengembangan struktur tata ruang dan pengembangan pola ruang,
7. Arah kebijakan dan strategi tata kelola Pemerintahan dan Otonomi Daerah meliputi peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah; peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah; peningkatan kapasitas keuangan daerah; dan pelaksanaan Otonomi Khusus/Daerah Istimewa.
3.1.2 Arahan Penataan Ruang 3.1.2.1. Arahan RTRWN
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk :
a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional, d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor,
e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan
f. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPIJM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:
1. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor‐impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional, 2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau
3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:
1. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor‐impor yang mendukung PKN,
2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau
3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:
1. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,
2. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,
3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau
4. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:
1. Pertahanan dan keamanan,
a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,
b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau
c) merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau‐pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.
2. Pertumbuhan ekonomi,
a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,
b) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional,
c) memiliki potensi ekspor,
d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,
f) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,
g) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau
h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
3. Sosial dan budaya
a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,
b) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri bangsa,
c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan,
d) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional, e) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.
4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi a) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
b) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir c) memiliki sumber daya alam strategis nasional
d) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa e) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau f) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
a) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, b) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang
c) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,
d) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,
e) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro f) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup g) rawan bencana alam nasional
h) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
Tabel 3. 1
Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
No Pkn Pkw
1 Kawasan Perkotaan
(Gerbangkertosusila)Malang
Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, Pacitan
Tabel 3. 2
Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
Kawasan Strategis Nasional Sudut
Kepentingan Kota/Kabupaten Kawasan Perkotaan Gresik – Bangkalan –
Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo – Lamongan (Gerbangkertosusila)
Ekonomi Kab. Gresik, Kab. Bangkalan, Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo,Kab. Lamongan
3.1.2.2. Arahan RTRW Provinsi
A. Arahan Pengembangan Pola Ruang
Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang wilayah provinsi meliputi:
a. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung.
Kebijakan pengembangan kawasan lindung meliputi pemantapan, pelestarian, dan perlindungan kawasan lindung untuk mencapai perlindungan lingkungan sumber daya alam/buatan dan ekosistemnya, meminimalkan risiko dan mengurangi kerentanan bencana, mengurangi efekpemanasan global yang berprinsip partispasi, menghargai kearifan lokal, serta menunjang pariwisata, penelitian, dan edukasi pada:
• Kawasan hutan lindung Strategi :
pengembangan sistem tata batas (deliniasi) persebaran hutan lindung di seluruh wilayah Jawa Timur sehingga jelas batasan antara kawasan hutan lindung dan sekitarnya untuk meminimalkan potensi perusakan oleh masyarakat;
penetapan luas kawasan hutan minimal 30% dari luas daratan dalam setiap DAS dan/atau pulau;
pengembangan upaya untuk mempertahankan dan menambah luasan hutan, terutama hutan dengan fungsi lindung;
pemantapan fungsi lindung dengan prinsip pengelolaan berkelanjutan; dan
pengendalian perubahan fungsi kawasan hutan lindung.
• Kawasan perlindungan setempat Strategi :
penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan perlindungan setempat;
pengamanan kawasan perlindungan setempat dengan prinsip konservasi;
pengendalian kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan; dan
peningkatan nilai ekonomis kawasan dengan tetap mempertahankan fungsi lindungnya.
• Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya Strategi :
penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
pemantapan perlindungan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
mempertahankan dan peningkatan kelestarian keanekaragaman hayati yang masih berkembang beserta ekosistemnya;
peningkatan nilai ekonomis kawasan dengan tetap mempertahankan fungsi lindung kawasan; dan
peningkatan keterpaduan pembangunan kawasan konservasi dengan pembangunan wilayah, terutama peningkatan kesejahteraan dan kepedulian masyarakat disekitar kawasan konservasi.
• Kawasan rawan bencana alam Strategi :
penetapan kawasan rawan bencana alam;
pengidentifikasian tingkat risiko wilayah pada kawasan rawan bencana alam; dan
pengembangan manajemen pengelolaan pada kawasan rawan bencana alam.
• Kawasan lindung geologi Strategi :
menetapkan kawasan lindung geologi;
mengembangkan pengelolaan kawasan cagar alam geologi;
mengidentifikasi tingkat risiko wilayah pada kawasan rawan bencana alam geologi; dan
mengembangkan manajemen pengelolaan pada kawasan rawan bencana alam geologi.
• Kawasan lindung lainnya.
Strategi :
memantapkan perlindungan terumbu karang;
melarang pemakaian alat atau bahan berbahaya untuk mencari ikan;
merehabilitasi terumbu karang yang telah rusak; dan
mengembangkan terumbu karang pada kawasan‐kawasan yang potensial.
b. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya.
Kebijakan pengembangan kawasan budi daya dilakukan melalui upayapengembangan kawasan budidaya sesuai dengan karakter dan daya dukung yang dimiliki, terutama untuk mendukung pemantapan sistem metropolitan dan sistem agropolitan dalam rangka peningkatan pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat, meliputi:
• Kawasan peruntukan hutan produksi Strategi :
mengembangkan kawasan hutan produksi dengan pemanfaatan secara lestari dan partisipatif;
membatasi alih fungsi hutan produksi untuk kegiatan di luar kehutanan; dan
mengawasi pemanfaatan hutan produksi.
• Kawasan hutan rakyat.
Strategi pengembangan kawasan hutan rakyat dilakukan dengan membangun dan mengembangkan kegiatan hutan rakyat secara partisipatif.
• Kawasan peruntukan pertanian Strategi :
pemertahanan luasan sawah beririgasi termasuk lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan mengendalikan secara ketat alih fungsi sawah dan lahan produktif;
peningkatan upaya pengelolaan untuk mengoptimalkan hasil produksipertanian;
pengoptimalan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil produksi pertanian melalui pengembangan agropolitan;
peningkatan pemasaran yang terintegrasi dengan kawasan agropolitan;
peningkatan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan untuk pengembangan pertanian;
pengembangan kemitraan antarpemangku kepentingan; dan
pengembangan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan.
• Kawasan peruntukan perkebunan Strategi :
mengembangkan komoditas unggulan perkebunan di wilayah potensial dan prospektif; dan
mengoptimalkan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil perkebunan melalui pengembangan agropolitan.
• Kawasan peruntukan peternakan Strategi :
mengembangkan komoditas unggulan peternakan besar, kecil, serta unggas di wilayah potensial dan prospektif; dan
mengoptimalkan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil peternakan melalui pengembangan agropolitan.
• Kawasan peruntukan perikanan Strategi :
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi perikanan;
membentuk sentra pengolahan hasil perikanan untuk mendukung pengoptimalan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil perikanan melalui pengembangan minapolitan;
menata wilayah pesisir dan pulau‐pulau kecil sesuai dengan daya dukung yang dimiliki untuk menjamin keberlangsungan ekosistem pada wilayah tersebut;
pemantapan kawasan tambak garam;
pemertahanan luasan dan sebaran kawasan tambak garam; dan
pengoptimalan produksi garam dan peluang pengembangan serta kerja sama produksi garam dengan investor.
• Kawasan peruntukan pertambangan Strategi :
pengidentifikasian potensi kandungan bahan tambang;
peningkatan eksplorasi dan eksploitasi potensi minyak dan gas bumi dengan berwawasan lingkungan; dan
pengembangan kawasan pertambanganberdasarkan potensi bahan galian, kondisi geologi, dan geohidrologidengan prinsip kelestarian lingkungan.
• Kawasan peruntukan industri Strategi :
pengembangan kawasan peruntukan industri yang memperhatikan keseimbangan antara pertumbuhan wilayah, pemerataan, dan keberlanjutan;
pengidentifikasian potensi pengembangan industri;
pengembangan industri melalui penyediaan ruang dan didukung pengembangan infrastruktur wilayah;
pengembangan industri berteknologi tinggi dan ramah lingkungan di kawasan perkotaan;
pengembangan industri kecil, menengah, dan rumah tangga;
pengembangan perindustrian berdasarkan prinsip keterkaitan antara kegiatan hulu‐hilir, klaster, dan sentra;dan
pengembangan sarana dan prasarana pendukung industri.
• Kawasan peruntukan pariwisata Strategi :
pengidentifikasian potensi daya tarik wisata alam, budaya, dan hasil buatan manusia;
penetapan potensi daya tarik wisata unggulan;
pembentukan jalur pengembangan wisata yang terintegrasidengan pengembangan infrastruktur wilayah;
pengembangan kegiatan penunjang wisata;
pelestarian tradisi atau kearifan masyarakat lokal; dan
peningkatan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan kepada masyarakat dan/atau perajin lokal untuk pengembangan pariwisata.
• Kawasan peruntukan permukiman Strategi :
pengembangan kawasan permukiman perkotaan, terutama pengembangan permukiman yang efisiendan terintegrasi dengan sistem transportasi;
pengembangan kawasan permukiman yang mendukung pengembangan agropolitan di kawasan perdesaan;
pengembangan penyediaan perumahan dengan pola hunian berimbang;
pengembangan penyediaan perumahan untuk semua lapisan masyarakat; dan
pengembangan kawasan perumahan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dengan dukungan sarana dan prasarana permukiman yang memadai.
• Kawasan andalan Strategi :
mengakomodasi penetapan kawasan andalan di wilayah ProvinsiJawa Timur sebagai bagian dari pengembangan kawasan andalan nasional; dan
mendukung pengembangan kawasan andalan agar terintegrasi dan operasional.
• Peruntukan kawasan budi daya lainnya.
Strategi :
penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan pertahanan dan keamanan;
penetapan jarak bebas aman kawasan pertahanan dan keamanan dengan guna lahan lainnya, terutama permukiman;
pengendalian pemanfaatan lahan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan secara ketat;
mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan;
mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan negara;
mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya tidak terbangun; dan
turut serta menjaga dan memelihara aset‐aset pertahanan dan keamanan negara.
c. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan pesisir dan pulau‐pulau kecil.
Kebijakan pengembangan kawasan pesisir dan pulau‐pulau kecil meliputi:
• Peningkatan konservasi ekosistem kawasan pesisir dan pulau‐pulau kecil yang menjadi fungsi perlindungan, baik perlindungan bagi kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, maupun cagar alam.
Strategi :
penetapan zonasi pemanfaatan ruang kawasan pesisir dan pulau‐pulau kecil melalui penetapan batas‐batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir;
pempertahanan dan penjagaan kelestarian ekosistem kawasan pesisir dan pulau‐
pulau kecil; dan
pembatasan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya ekosistem di kawasan pesisir dan pulau‐pulau kecil.
• Pengoptimalan pengembangan kawasan pesisir dan pulau‐pulau kecil.
Strategi :
pengoptimalan pemanfaatan kawasan pesisir dan pulau‐pulau kecil sebagai kawasan permukiman, pelabuhan, dan industri;
peningkatan kegiatan kepariwisataan dan penelitian di kawasan pesisir dan pulau‐
pulau kecil; dan
peningkatan operasionalisasi perwujudan pengembangan kawasan andalan laut melalui pengembangan produk unggulan sektor kelautan dan perikanan.
B. Arahan Pengembangan Struktur Ruang Sistem perkotaan Provinsi Jawa Timur, meliputi:
1. PKN : Kawasan Perkotaan Gresik–Bangkalan–Mojokerto–Surabaya–Sidoarjo–
Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang;
2. PKW : Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, dan Pacitan;
3. PKWP : Pasuruan dan Batu;
4. PKL : Jombang, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Tulungagung, Lumajang, Sumenep, Magetan, Situbondo, Trenggalek, Bondowoso, Sampang, Kepanjen, Mejayan, Kraksaan, Kanigoro, dan Bangil; dan
5. Kawasan perkotaan di wilayah kabupaten yang memiliki potensi sebagai pusat kegiatan bagi beberapa kecamatan dapat diusulkan sebagai PKLP oleh kabupaten masing‐masing kepada Pemerintah Daerah Provinsi.
Wilayah Pengembangan di Provinsi Jawa Timur terdiri atas 8 (delapan). Wilayah Pengembangan (WP) Provinsi Jawa Timur beserta arahan pengembangannya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. 3 Wilayah Pengembangan (WP) Provinsi Jawa Timur
No. Wilayah
Pengembangan Kabupaten/Kota Pusat Fungsi
1 Gerbangkerta susila Plus
Kota Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep
Kota Surabaya
Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, transportasi, dan industri
2 Malang Raya Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang
Kota Malang
Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan industri 3 Madiun dan
Sekitarnya
Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Ngawi
Kota Madiun
Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, peternakan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, kesehatan, dan industri 4 Kediri dan
Sekitarnya
Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung
Kota Kediri Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perikanan, dan industri
5 Probolinggo–
Lumajang
Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Lumajang
Kota Probolinggo
Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, dan kesehatan 6 Blitar Kota Blitar dan Kabupaten Blitar Kota Blitar Pertanian tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan dan pariwisata 7 Jember dan
Sekitarnya
Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo
Perkotaan Jember
Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata 8 Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi Perkotaan
Banyuwangi
Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata
Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 TAHUN 2012Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011‐2031
Strategi Operasionalisasi Rencana Pola Ruang dan Struktur Ruang Bidang Cipta Karya a. Sistem jaringan sumber daya air meliputi:
1. jaringan sumber daya air untuk mendukung air baku pertanian;
2. jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air baku industri dan kebutuhan lain yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang‐undangan;
3. jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air minum; dan
4. pengelolaan sumber daya air untuk pengendalian daya rusak air di wilayah provinsi serta mendukung pengelolaan sumber daya air lintas provinsi.
b. Rencana pengembangan jaringan irigasi dalam rangka mendukung air baku pertanian dilaksanakan dengan memperhatikan rencana pengembangan air baku pada wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:
1. Wilayah Sungai Bengawan Solo meliputi:
Waduk Kedung Bendo di Kabupaten Pacitan;
Telaga Ngebel Dam, Waduk Bendo, Waduk Slahung, dan Bendungan Badegan di Kabupaten Ponorogo;
Bendung Gerak Bojonegoro, Waduk Nglambangan, Waduk Kedung Tete, Waduk Pejok, Waduk Kerjo, Waduk Gonseng, Waduk Mundu, Waduk Belung, dan Bendungan Belah di Kabupaten Bojonegoro;
Bendung Gerak Karangnongko, Waduk Kedung Bendo, Waduk Sonde, Waduk Pakulon, Waduk Alastuwo, dan Bendungan Genen di Kabupaten Ngawi;
Waduk Kresek dan Waduk Tugu di Kabupaten Madiun;
Waduk Tawun dan Waduk Ngampon di Kabupaten Tuban;
Bendung Gerak Sembayat, Waduk Gondang, dan Waduk Cawak di Kabupaten Lamongan; dan
Waduk Gonggang di Kabupaten Magetan;
2. Wilayah Sungai Brantas meliputi:
Bendungan Genteng I, Bendungan Lesti III, Bendungan Kepanjen, Bendungan Lumbangsari, Bendungan Kesamben, Bendungan Kunto II, dan Karangkates III, IV di Kabupaten Malang;
Bendungan Tugu di Kabupaten Trenggalek;
Bendungan Beng dan Bendungan Kedungwarok di Kabupaten Jombang;
Bendungan Ketandan, Bendungan Semantok, dan Bendungan Kuncir di Kabupaten Nganjuk;
Bendungan Babadan di Kabupaten Kediri; dan
Bendungan Wonorejo di Kabupaten Tulungagung;
3. Wilayah Sungai Welang Rejoso meliputi:
Bendung Licin di Kabupaten Pasuruan; dan
Waduk Suko, Waduk Kuripan, dan Embung Boto di Kabupaten Probolinggo;
4. Wilayah Sungai Pekalen Sampean meliputi:
Waduk Taman, Embung Pace, Embung Gubri, Embung Klabang, Waduk Tegalampel, Waduk Karanganyar, Waduk Sukokerto, Waduk Botolinggo, Embung Blimbing, dan Embung Krasak di Kabupaten Bondowoso; dan
Embung Banyuputih, Embung Tunjang, Embung Wringinanom, dan Embung Nogosromo di Kabupaten Situbondo;
5. Wilayah Sungai Baru Bajulmati meliputi Embung Singolatri, Waduk Kedawang, Waduk Bajulmati, Embung Bomo, dan Embung Sumber Mangaran di Kabupaten Banyuwangi;
6. Wilayah Sungai Bondoyudo Bedadung, yaitu Waduk Antrogan di Kabupaten Jember;
7. Wilayah Sungai Kepulauan Madura meliputi:
Waduk Nipah di Kabupaten Sampang;
Waduk Blega di Kabupaten Bangkalan;
Waduk Samiran di Kabupaten Pamekasan; dan
Waduk Tambak Agung di Kabupaten Sumenep.
c. Selain rencana pengembangan jaringan irigasi, juga terdapat rencana pengembangan sistem irigasi teknis yang meliputi:
1. DAS Kondang Merak di Kabupaten Malang;
2. DAS Ringin Bandulan di Kabupaten Blitar dan Kabupaten Tulungagung; dan 3. DAS Tengah di Kabupaten Situbondo.
d. Rencana pengembangan jaringan air baku untuk air minum regional meliputi : 1. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Pantura;
2. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Lintas Tengah;
3. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Malang Raya; dan 4. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Umbulan.
e. Selain rencana pengembangan air baku,, terdapat rencana pengembangan WS, yaitu:
1. WS Strategis Nasional yaitu WS Brantas;
2. WS Lintas Provinsi yaitu WS Bengawan Solo; dan
3. WS Lintas Kabupaten/Kota dalam provinsi yang meliputi:
WS Welang–Rejoso;
WS Pekalen–Sampean;
WS Baru–Bajulmati;
WS Bondoyudo–Bedadung; dan
WS Kepulauan Madura.
f. Sistem Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan :
1. Rencana pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan berupa:
Kawasan pengelolaan sampah dan limbah terpadu yang disebut sebagai Kawasan Daur Ulang Ramah Lingkungan; dan
Sistem drainase perkotaan.
2. Rencana pengembangan TPA regional meliputi:
Kabupaten Gresik yang melayani Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik;
Malang Raya yang melayani Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang;
Mojokerto yang melayani Kota Mojokerto dan Kabupaten Mojokerto;
Madiun yang melayani Kota Madiun dan Kabupaten Madiun;
Kediri yang melayani Kota Kediri dan Kabupaten Kediri;
Blitar yang melayani Kota Blitar dan Kabupaten Blitar;
Pasuruan yang melayani Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan; dan
Probolinggo yang melayani Kota Probolinggo dan Kabupaten Probolinggo.
Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan GKS
Arahan pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan GKS merupakan acuan dalam mewujudkanstruktur ruang dan pola ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan GKS, yang terdiri dari (i) indikasi program utama, (ii) sumber pendanaan, (iii) instansi pelaksana, dan (iv) waktu pelaksanaan. Program utama terdiri dari (i) program utama perwujudan struktur ruang dan (ii) program utama perwujudan pola ruang.
Sumber pendanaan program utama perwujudan struktur ruang dan pola ruang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) provinsi dan/atau kabupaten/kota, dan/atau sumber lain yang dapat dinyatakan sah menurut peraturan perundangan yang berlaku.
Instansi pelaksana terdiri atas Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan/atau masyarakat yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi badan pelaksana kerja sama pembangunan.
Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang GKS
Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kawasan Perkotaan GKS pada tahap pertama (tahun 2013‐2017) dan tahap kedua (tahun 2018‐2022) diprioritaskan pada:
pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perkotaan inti sebagai pusat pemerintahan provinsi, pusat pemerintahan kota dan/atau kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan kesehatan skala internasional, nasional, dan regional, pusat kegiatan industri kreatif, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya;
pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perkotaan di sekitarnya sebagai pusat pemerintahan kabupaten, kota, dan/atau kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, regional, dan lokal, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan lokal, pusat pelayanan kesehatan skala nasional, regional, dan lokal, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan pertanian, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya;
pengembangan dan peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi yang meliputi sistem jaringan jalan, sistem jaringan transportasi sungai dan penyeberangan, sistem jaringan perkeretaapian, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi udara;
pengembangan, peningkatan dan pemantapan sistem jaringan energi yang meliputi jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik;
pengembangan dan peningkatan sistem jaringan telekomunikasi yang meliputi jaringan teresterial dan jaringan satelit;
pengembangan dan peningkatan sistem jaringan sumber daya air yang meliputi sungai, waduk, CAT, sistem pengendalian banjir, sistem jaringan irigasi, dan sistem pengamanan pantai;
pengembangan dan peningkatan sistem jaringan prasarana perkotaan yang meliputi SPAM, sistem jaringan drainase, sistem jaringan air limbah, dan sistem pengelolaan persampahan; dan
pengembangan dan peningkatan lokasi dan jalur evakuasi untuk kawasan rawan bencana.
Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kawasan Perkotaan GKS pada tahap ketiga (tahun 2023‐2027) dan tahap kedua (tahun 2028‐2032) diprioritaskan pada:
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan fungsi kawasan perkotaan inti sebagai pusat pemerintahan provinsi, pusat pemerintahan kota dan/atau kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan kesehatan skala internasional, nasional, dan regional, pusat kegiatan industri kreatif, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya;
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan fungsi kawasan perkotaan di sekitarnya sebagai pusat pemerintahan kabupaten, kota, dan/atau kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, regional, dan lokal, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan lokal, pusat pelayanan kesehatan skala nasional, regional, dan lokal, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan pertanian, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya;
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan kualitas sistem jaringan transportasi yang meliputi sistem jaringan jalan, sistem jaringan transportasi sungai dan penyeberangan, sistem jaringan perkeretaapian, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi udara;
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan energi yang meliputi jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik;
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan telekomunikasi yang meliputi jaringan teresterial dan jaringan satelit;
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan sumber daya air yang meliputi sungai, waduk, CAT, sistem pengendalian banjir, sistem jaringan irigasi, dan sistem pengamanan pantai;
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan prasarana perkotaan yang meliputi SPAM, sistem jaringan drainase, sistem jaringan air limbah, dan sistem pengelolaan persampahan; dan
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan lokasi dan jalur evakuasi untuk kawasan rawan bencana.
Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang
Indikasi program utama perwujudan pola ruang Kawasan Perkotaan GKS pada tahap pertama dan tahap kedua diprioritaskan pada:
rehabilitasi dan revitalisasi fungsi lindung pada kawasan lindung, meliputi hutan lindung, resapan air, pantai, sungai, waduk, mata air, kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal, RTH Kota, suaka alam dan pelestarian alam, cagar budaya dan ilmu pengetahuan, pantai berhutan bakau, rawan bencana alam, dan kawasan lindung geologi;
revitalisasi dan pengembangan fungsi kawasan peruntukan permukiman;
revitalisasi dan pengembangan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;
perlindungan dan pengembangan kawasan peruntukan pertanian;
revitalisasi dan pengembangan kawasan berfungsi transportasi skala pelayanan internasional;
pemantapan kawasan pertahanan dan keamanan negara;
pengembangan kawasan pendidikan dan riset, kawasan pelayanan kesehatan, dan kawasan pelayanan sosial‐budaya;
pengembangan kawasan peruntukan perikanan;
revitalisasi dan pengembangan kawasan peruntukan industri;
revitalisasi dan pengembangan kawasan peruntukan pariwisata; dan
pemantapan kawasan hutan produksi.
Indikasi program utama perwujudan pola ruang Kawasan Perkotaan GKS pada tahap ketiga dan tahap keempat diprioritaskan pada:
rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan, dan peningkatanfungsi lindung pada kawasan lindung meliputi meliputi hutan lindung, resapan air, pantai, sungai, waduk, mata air, RTH Kota, suaka alam dan pelestarian alam, cagar budaya dan ilmu pengetahuan, pantai berhutan bakau, rawan bencana alam, dan kawasan lindung geologi;
pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap‐an kembali fungsi kawasan peruntukan permukiman;
pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap‐an kembali fungsi kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;
perlindungan dan peningkatan kawasan peruntukan pertanian;
pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap‐an kembali fungsi kawasan berfungsi transportasi skala pelayanan internasional;
pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap‐an kembali fungsikawasan pendidikan dan riset, kawasan pelayanan kesehatan, dan kawasan pelayanan sosial‐budaya;
pemantapan kawasan peruntukan pertahanan dan kemanan negara;
pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap‐an kembali fungsi kawasan peruntukan perikanan;
pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap‐an kembali fungsi kawasan peruntukan industri;
pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap‐an kembali fungsi kawasan peruntukan pariwisata; dan
pemeliharaan, rehabilitasi, dan pemantapan kembali kawasan peruntuk‐an hutan produksi.
3.1.2.3. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lamongan
Berdasarkan amanat Undang‐Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kabupaten/kota wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/kota. Dalam penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan dari RTRW Kabupaten/Kota adalah seperti yang ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 3. 4 Arahan RTRW Kabupaten/Kota untuk Bidang Cipta Karya
ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG
1. Kawasan Lindung 1. Rencana Pengembangan Sistem Perdesaan a. Kawasan yang memberikan perlindungan
kawasan bawahannya, melalui penetapan kawasan hutan di Kabupaten Lamongan dan pengamanan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan solo;
Arahan pengembangan sistem perdesaan dilakukan dengan membentuk pusat pelayanan desa secara hierarki. Yang meliputi :
a. pusat pelayanan antar desa;
b. pusat pelayanan setiap desa;
c. pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman.
b. Kawasan perlindungan setempat, melalui perbaikan mangrove dan kawasan pesisir bagian utara Kabupaten Lamongan;
c. Kawasan suaka alam dan pelestarian alam, melalui perlidungan kawasan cagar budaya yang terdapat di bagian utara berupa Makam Sunan Drajad, Monumen Van Der Wijck dan dibagian selatan berupa Makam Nyai Andongsari;
2. Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan 1) Pusat kegiatan perkotaan meliputi :
a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) terdapat di Perkotaan Lamongan yang merupakan bagian dari Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila;
b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) meliputi Perkotaan
ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG
d. Kawasan bencana alam, melalui peningkatan kegiatan untuk penanggulangan bencana alam pada daerah yang dilalui oleh sungai Bengawan Solo; serta
Brondong‐Paciran, Perkotaan Babat, Perkotaan Sukodadi dan Perkotaan Ngimbang;
c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi perkotaan Sukorame, perkotaan Bluluk, perkotaan Sambeng, perkotaan Mantup, perkotaan Kembangbahu, perkotaan Sugio, perkotaan Kedungpring, perkotaan Modo, perkotaan Pucuk, perkotaan Tikung, perkotaan Sarirejo, perkotaan Deket, perkotaan Glagah, perkotaan Karangbinangun, perkotaan Turi, perkotaan Kelitengah, perkotaan Karanggeneng, perkotaan Sekaran, perkotaan Maduran, perkotaan Laren dan perkotaan Solokuro.
(2) Hierarki perkotaan meliputi :
a. perkotaan sedang meliputi Perkotaan Lamongan, Perkotaan Brondong‐Paciran, dan Perkotaan Babat;
b. perkotaan kecil meliputi Perkotaan Sukodadi dan Perkotaan Ngimbang;
c. perkotaan sangat kecil meliputi Perkotaan lainnya di Kabupaten Lamongan
(3)Wilayah Pengembangan (WP) meliputi 5 (lima) WP:
a. WP 1 meliputi: Kecamatan Lamongan, Kecamatan Deket, Kecamatan Glagah, Kecamatan Tikung, Kecamatan Sarirejo, Kecamatan Karangbinangun dan Kecamatan Kembangbahu;
b. WP 2 meliputi: Kecamatan Paciran, Kecamatan Brondong, Kecamatan Laren dan Kecamatan Solokuro;
c. WP 3 meliputi: Kecamatan Babat, Kecamatan Sekaran, Kecamatan Maduran, Kecamatan Pucuk dan Kecamatan Kedungpring;
d. WP 4 meliputi: Kecamatan Sukodadi, Kecamatan Turi, Kecamatan Karanggeneng, Kecamatan Kalitengah dan Kecamatan Sugio;
e. WP 5 meliputi: Kecamatan Ngimbang, Kecamatan Sambeng, Kecamatan Bluluk, Kecamatan Sukorame, Kacamatan Mantup dan Kecamatan Modo.
(4) Pengembangan fasilitas kawasan perkotaan adalah : a. pada WP 1 dengan fungsi pengembangan sebagai pusat
pemerintahan kabupaten, pusat perdagangan dan jasa skala kabupaten, pusat kesehatan skala kabupaten, pusat pendidikan, pusat olahraga dan kesenian skala kabupaten, perlindungan sumber daya air di Sungai Bengawan Solo serta sebagai pengembangan pertambangan, pertanian, peternakan, kegiatan industri kerajinan rakyat, kegiatan perikanan dan kegiatan pariwisata dan sarana/prasarana penunjangnya;
b. pada WP 2 dengan fungsi pengembangan sebagai pemerintahan skala kecamatan/lokal, pusat perdagangan dan jasa skala regional, pusat industri besar dan strategis nasional, pusat transportasi nasional, pengembangan kawasan minapolitan, pusat pelabuhan dan industri perikanan skala regional dan nasional, pusat kegiatan pariwisata skala regional, pusat pelayanan pelabuhan barang skala regional, pusat pengembangan pendidikan, serta sebagai pengembangan kegiatan industri kerajinan e. Kawasan lindung lainnya, melalui
pengembalian rona alam yang mengalami kerusakan pada kawasan‐kawasan konservasi.
2. Kawasan Budidaya
a. Kawasan hutan produksi, melalui penetapan hutan produksi di Kabupaten Lamongan seluas 33.464,40 Ha atau 18,41 % dari luas Kabupaten Lamongan.
b. Kawasan pertanian, melalui :
∙Penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan (sawah beririgasi teknis);
∙ Pengembangan holtikultura unggulan;
∙ Pengembangan sentra peternakan; serta
∙Pengembangan perikanan (Minapolitan tangkap dan budidaya).
c. Kawasan industri, melalui pengembangan industri besar di wilayah pantura, industri menengah di wilayah selatan dan home industry di wilayah utara dan selatan.
d. Kawasan pariwisata, melalui :
∙ Pengembangan zona wisata yang terbagi dalam tiga zona yaitu Zona I di Pantura dengan pusat WBL, Zona II di wilayah tengah dengan pusat Babat Barrage; Zona III diwilayah Selatan dengan pusat di Makam Nyai Andongsari; dan
∙Pengembangan wisata unggulan di Kabupaten Lamongan, yaitu : Wisata alam : Waduk Gondang di Kecamatan Sugio, Maharani Zoo dan Goa dan Wisata Bahari Lamongan (WBL) di Kecamatan Paciran, Wisata Budaya : Situs/makam Sunan Drajat dan Situs/makam Sunan Sendang Duwur di Kecamatan Paciran, Makam Joko Tingkir di kecamatan Maduran, Makam Nyai Putri Andongsari di Kecamatan Ngimbang, serta Makam Tumenggung Surajaya (Mbah Lamomg) di Kecamatan Lamongan. Wisata Minat Khusus : TPI Kranji di Desa Kranji, TPI Brondong di kecamatan Brondong, Sumber mata air panas Tepanas di Desa Kranji Kecamatan Paciran, Sumber air panas Puncakwangi di kecamatan Babat, Babat Barrage di Kecamatan Maduran, Monumen van Der Wijck di Kecamatan Brondong, Wisata Edukasi Religi desa Balun Kecamatan Turi.
ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG
e. Kawasan permukiman, melalui penyediaan rumah yang layak huni di Kabupaten Lamongan.
rakyat, pertanian, peternakan dan pertambangan;
c. pada WP 3 dengan fungsi pengembangan sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan/lokal, pusat perdagangan dan jasa skala regional, pusat pengembangan industri kerajinan rakyat, industri pengolahan hasil pertanian, pusat perlindungan sumberdaya air di aliran sungai bengawan solo, pengembangan jaringan transportasi darat regional, perlindungan sumber daya air di Sungai Bengawan Solo serta sebagai pengembangan kegiatan pertanian, kehutanan dan pariwisata;
d. pada WP 4 dengan fungsi pengembangan sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan/lokal, pusat perdagangan regional dan jasa‐jasa, pusat pelayanan umum, pusat pengembangan kegiatan industri, pusat kegiatan pariwisata, pusat kegiatan pertanian, serta sebagai pengembangan pertanian, peternakan, kegiatan industri kerajinan rakyat, transportasi, kegiatan pariwisata, pengembangan jaringan transportasi skala regional, serta perlindungan sumber daya air di Sungai Bengawan Solo;
e. pada WP 5 dengan fungsi pengembangan sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan/lokal, pusat kegiatan pertanian, pusat pengembangan agropolitan, pengembangan kegiatan industri kerajinan rakyat, industri pengolahan hasil pertanian, serta sebagai pengembangan pertanian berupa tanaman pangan dan perkebunan, peternakan, kegiatan industri kerajinan rakyat, pariwisata, kehutanan dan transportasi.
3. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana
Wilayah meliputi:
a. rencana sistem jaringan transportasi;
b. rencana sistem jaringan prasarana energi;
c. rencana sistem jaringan telekomunikasi;
d. rencana sistem jaringan prasarana sumber daya air;
e. rencana sistem jaringan prasarana lainnya.
Tabel 3. 5
Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Lamongan (KSK) Berdasarkan RTRW Kabupaten Lamongan KAWASAN STRATEGIS
KAB./KOTA
SUDUT
KEPENTINGAN LOKASI/ BATAS KAWASAN
Kawasan Strategis Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi
a. Perkotaan Lamongan sebagai KSN
b. Lamongan Shorebase (LS) di Kecamatan Paciran sebagai KSP c. Kawasan Agroindustri Gelang Utara (Gresik – Lamongan)
dengan industri pengolahan ikan laut di Kecamatan Brondong dan Paciran sebagai KSP
d. Kawasan Kerjasama Regional segitiga emas (Tuban – Lamongan – Bojonegoro) sebagai KSP
e. Kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong di Kecamatan Brondong;
f. Kawasan wisata pantai utara Lamongan (Wisata Bahari Lamongan, Gua Maharani dan zoo, Makam Sunan Drajad, Makam Sendang Duwur dan TPI di Pantura)