BAB XII
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR SUB BIDANG TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
12.1. Umum
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung serta pelaksanaan lebih detail di bawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan bangunan gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung negara dan rumah negara yang merupakan kewenangan pusat.
Selain itu, Undang-undang nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai penjabaran rencana tata ruang wilayah (RTRW).
1. Strategi Penataan Bangunan dan Lingkungan
Strategi dalam mendukung keberhasilan penataan bangunan dan lingkungan, antara lain:
a. Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal dan efisien;
b. Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjatidiri;
c. Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi;
d. Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal;
e. Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung untuk menunjang pembangunan regional/ internasional yang berkelanjutan.
2. Kebijakan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan, yaitu:
a. Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung, termasuk bangunan gedung dan rumah negara;
b. Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman;
c. Meningkatkan kapasitas penyelenggara dalam penataan lingkungan dan permukiman;
d. Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jatidiri dan produktivitas masyarakat;
e. Mengembangkan kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi pertumbuhan kota;
f. Mengembangkan kemitraan antara pemrintah, swasta dan lembaga nasional maupun internasional lainnya di bidang Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman;
g. Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/
mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional;
h. Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya);
i. Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur Bangunan Gedung melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten.
3. Program/Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Program/ kegiatan penataan bangunan gedung dan lingkungan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung
1) Kegiatan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan bangunan dan lingkungan;
2) Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
3) Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
4) Pelatihan teknis tenaga pendata bangunan gedung dan keselamatan gedung;
5) Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara;
6) Pembinaan teknis pembangunan gedung negara;
7) Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK);
8) Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) Bangunan Gedung;
9) Percontohan pendataan bangunan gedung;
10) Percontohan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan;
11) Rehabilitasi bangunan gedung negara;
12) Dukungan prasarana dan sarana Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIPPB).
b. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1) Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
2) Bantuan teknis pengelolaan Ruang terbuka Hijau (RTH);
3) Pembangunan prasarana dan sarana peningkatan lingkungan permukiman kumuh dan nelayan;
4) Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan permukiman tradisional;
c. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan
1) Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
2) Bantuan penanggulangan kemiskinan terpadu (PAKET) dan Replikasi.
4. Kebijakan Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kabupaten Bengkayang
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bengkayang dalam penataan gedung dan lingkungan didasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bengkayang, yaitu untuk:
a. Mewujudkan pemanfaatan ruang daerah yang serasi dan optimal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan serta sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan nasional dan daerah yang berkelanjutan.
b. Mewujudkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan, untuk menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan permukaan serta penanggulangan banjir.
c. Mengembangkan perekonomian wilayah yang produktif, efektif dan efisien berdasarkan karakteristik wilayah, bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan pembangunan yang berkelanjutan.
Strategi pemanfaatan ruang daerah merupakan pelaksanaan kebijakan penataan ruang daerah yang meliputi:
a. Mendorong terselenggaranya pengembangan kawasan yang berdasar atas keterpaduan antar perkotaan dan perdesaan sebagai satu kesatuan wilayah perencanaan;
b. Mendorong terselenggaranya pembangunan kawasan yang dapat menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan serta penanggulangan banjir dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan.
c. Mendorong pengembangan perekonomian wilayah yang produktif, efektif dan efisien berdasarkan karakteristik wilayah bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan.
12.2. Rencana Pengembangan dan Investasi Sub Bidang Pengembangan Permukiman
a. Kondisi Umum
Permukiman di wilayah perbatasan umumnya adalah permukiman bertipologi perdesaan/perdusunan kecuali di beberapa kota yang sudah mencapai tipologi perkotaan tetapi masih tergolong kepada kota kecil. Rumah-rumah umumnya terpencar dan fasilitas umum masih terbatas. Sebuah desa terdiri dari beberapa dusun yang jarak satu sama lain dapat sangat berjauhan. Permukiman tumbuh
secara tradisional dan umumnya mengikuti pola pertumbuhan spontan artinya tidak mengikuti suatu aturan tata ruang. Penempatan bangunan dan fasilitas umum permukiman dilakukan secara spontan lebih didasarkan pada pertimbangan ketersediaan/kepemilikan lahan.
b. Sasaran
Sasaran pengembangan permukiman adalah:
1. Menyediakan rumah sehat, layak huni dan terjangkau bagi masyarakat.
2. Menyediakan fasilitas dasar pada kawasan permukiman seperti pendidikan, ibadah, kesehatan dan keamanan.
3. Menciptakan permukiman yang sehat dan aman baik aman dari gangguan kamtibmas atau bencana alam.
4. Mengembangkan permukiman baru dan kawasan perkotaan/perdesaan diperbatasan yang memenuhi kebutuhan ruang sebagai salah satu kebutuhan hidup manusia dan dapat meningkatkan kesejahteraan manusia.
Untuk dapat mencapai sasaran ditetapkan indikator dan kegiatan pokok investasi.
Koordinator program investasi pengembangan permukiman adalah Bappeda dengan indikator program dan kegiatan pokok yang akan dilakukan yaitu:
Indikator Program
Kegiatan Pokok
Uraian Satu
an 1
Tingkat kesesuaian peruntukan lahan dan bangunan dengan RTRW, RDTR dan RTBL
%
1 Penyusunan kebijakan dan sosialisasi \tentang penyusunan rencana tata ruang
2 Penetapan kebijakan tentang RDTRK, RTRK, dan RTBL
2
Jumlah pelanggaran terhadap RTRW, RDTR dan RTBL
kasus
3 Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah 4 Penyusunan Rencana Detail dan rencana teknis
Tata Ruang Kawasan 3 Jumlah pelanggaran terhadap
RTRW, RDTR dan RTBL yang ditindaklanjuti
kasus 5 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
6 Penyusunan rancangan peraturan daerah tentang
RTRW
7 Fasilitasi peningkatan peran serta masyarakat
dalam perencanaan tata ruang
8 Revisi rencana tata ruang
9 Pelatihan aparat dalam perencanaan tata ruang
10 Survey dan pemetaan
11 Koordinasi dan fasilitasi penyusunan rencana
tata ruang lintas 4
Jumlah kebijakan tentang pemanfaatan ruang yang berhasil disusun
buah
11 Penyusunan dan sosialisasi kebijakan perizinan
dan pengendalian pemanfaatan ruang 12 Penyusunan norma, standar, dan kriteria
Indikator Program
Kegiatan Pokok
Uraian Satu
an
pemanfaatan ruang 5 Tingkat kesesuaian pemanfaatan
ruang dengan peruntukannya
% 13 Fasilitasi peningkatan peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang
14 Survey dan pemetaan
15 Pelatihan aparat dalam pemanfaatan ruang
16 Koordinasi dan fasilitasi penyusunan
pemanfaatan ruang lintas 6
Tingkat pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana rumah sederhana sehat
%
17 Penetapan kebijakan, strategi, dan program perumahan
18 Penyusunan Norma, Standar, Pedoman, dan Manual (NSPM)
19 Koordinasi penyelenggaraan pengembangan
perumahan
20 Sosialisasi peraturan perundang-undangan di
bidang perumahan
21 Koordinasi pembangunan perumahan dengan
lembaga/badan usaha
22 Fasilitasi dan stimulasi pembangunan
perumahan masyarakat kurang
23 Pembangunan sarana dan prasarana rumah
sederhana sehat 7 Prosentase jumlah daerah kumuh
yang telah ditata dengan baik
% 24 Koordinasi pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan tentang
8
Prosentase kawasan permukiman yang sudah memiliki sistem drainase yang baik
%
25 Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar terutama bagi masyarakat
26 Penyuluhan dan pengawasan kualitas lingkungan sehat perumahan
9 Jumlah rumah tangga yang telah terlayani air bersih
RT 27 Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan
10 Terpenuhinya kebutuhan perumahan dan sanitasi yang layak dan sehat
% 28 Menetapan kebijakan dan strategi penyelenggaraan keserasian kawasan dan lingkungan hunian berimbang
c. Permasalahan dan Potensi
Permasalahan yang dihadapi adalah belum ada rencana tata ruang wilayah perdesaan dan kota kecamatan. Pertumbuhan permukiman berlangsung secara spontan. Belum dilakukan pengaturan letak bangunan dan fasilitas umum yang dapat menciptakan lingkungan sehat, aman dan nyaman. Rendahnya kepadatan dan tersedianya lahan memberikan peluang untuk dapat menata permukiman menjadi lebih baik. Tata ruang dapat dibuat sebelum permukiman tumbuh menjadi sangat padat dan mengkonsumsi semua ruang terbuka yang ada.
d. Rencana Pemecahan Masalah dan Rekomendasi Aspek Teknis
Perlu disusun tata ruang wilayah perdesaan dan kota kecamatan yang disesuaikan dengan karakteristik wilayah. Tata ruang juga harus sesuai dengan karakteristik wilayah sebagai kawasan perbatasan. Selain tata ruang juga diperlukan perangkat aturan untuk mengatur tata cara membangun, apa saja yang harus disediakan oleh setiap orang yang membangun rumah atau perumahan (fasilitas pembuangan dan pengolahan air kotor, fasilitas pengolahan sampah, hidran, ruang terbuka), batas- batas bangunan (garis sempadan bangunan, jarak antar angunan yang aman terhadap bahaya kebakaran).
Aspek Pendanaan
Dana investasi pengembangan permukiman dapat bersumber dari APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten. Dana digunakan untuk menyusun rencana tata ruang, peraturan daerah tentang tata ruang dan membuat model-model percontohan permukiman yang layak huni, sehat, aman dan nyaman. Dana tersebut juga dapat diinvestasikan untuk perbaikan permukiman yang sudah ada.
Aspek Kelembagaan
Masyarakat perlu mendapatkan informasi secara lengkap mngenai rencana tata ruang dan manfaat mengikuti aturan tata ruang bagi kehidupan. Penyampaian informasi dilakukan melalui kampanye rencana tata ruang dan peraturan tentang tata ruang. Lembaga pemerintah yang mengawasi rencana tata ruang dan bagaiman aturan mengenai tata ruang dijalankan perlu mendapatkan penguatan.
Tujuannya agar aturan tata ruang dapat dijalankan dan tidak menjadi korban berbagai kepentingan terutama kepentingan ekonomi.