• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH POTENSI ZAKAT DALAM MENGENTASKAN KEMISKINAN DI KOTA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENGARUH POTENSI ZAKAT DALAM MENGENTASKAN KEMISKINAN DI KOTA MEDAN"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH

GEMI NASTITI SWIFA 160501015

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)
(3)
(4)
(5)

Penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Potensi Zakat yang mencakup penghasilan muzakki, masa bekerja muzakki, dan pengetahuan muzakki mengenai zakat secara parsial maupun simultan dalam Mengentaskan Kemiskinan di Kota Medan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat Muslim yang termasuk ke dalam kategori muzakki dan berdomisili di Kota Medan sebanyak 219.930 jiwa. Sampel dipilih dengan menggunakan metode simple random sampling dan teknik untuk menentukan ukuran sampel yaitu menggunakan rumus Yamane dengan taraf kesalahan (sampling error) sebesar 10%. Adapun sampel yang diambil untuk penelitian adalah sebanyak 100 orang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan menggunakan metode angket.

Hasil penelitian secara simultan menunjukkan bahwa variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap Pengentasan Kemiskinan di Kota Medan.

Secara parsial diketahui bahwa variabel bebas Penghasilan berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap pengentasan kemiskinan, sedangkan variabel Masa Kerja dan Pengetahuan Muzakki berpengaruh positif signifikan terhadap Pengentasan Kemiskinan di Kota Medan.

Kata Kunci: Zakat, Kemiskinan, Filantropi Islam

(6)

This research aims to find out the effect of Potential Zakat which includes muzakki income, muzakki work period, and muzakki knowledge about zakat partially or simultaneously in alleviating poverty in Medan.

This type of research is quantitative descriptive, descriptive research with a quantitative approach. The population used in this study is the Muslim community including the category of muzakki and domiciled in Medan consists of 219,930 people. The sample is selected using simple random sampling method and the technique to determine sample size used the Yamane formula with a sampling error of 10%. The research samples are 100 people. The type of data used in this study is primary data using a questionnaire method.

The results of the study simultaneously shows that the independent variables simultaneously effecting poverty alleviation in Medan. Partially, it is known that the independent variable of income effects poverty but not significantly to poverty alleviation, while the variable of years of service and knowledge of Muzakki has significant positive effect on poverty alleviation in Medan.

Keywords: Zakat, Poverty, Islamic Philanthropy

(7)

Dalam Mengentaskan Kemiskinan Di Kota Medan”. Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, teristimewa kepada kedua orangtua Ayahanda Kamidal Wirya S.Ag dan Ibunda Siti Fatimah yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan selama proses perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini peneliti juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Prof Dr.Ramli, SE, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP., selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, Msi., selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc, Sc, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan fikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP., dan Bapak Dr. Rudjiman, MA., selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II yang telah membantu peneliti melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membagi ilmu pengetahuan yang akan bermanfaat bagi saya.

7. Seluruh Pegawai dan Staf Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membantu saya dalam penyelesaian kelengkapan administrasi.

8. Kakak Oktarina Rima Swifa, Abang Fitra Taqwa, dan Adik tersayang Dwi Wulandari Swifa yang selalu memberikan semangat baik materi maupun non materi selama penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat peneliti, Rizka A.Khalisa, Cut Mutia Fahira, Siti Fatimah Karmila, Anggita Salsabila, Revina Amanda, Astry Aridana, Rizky Mar’i

(8)

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti meminta maaf atas segala kekurangan yang ada pada tulisan ini dan sangat baik jika ada kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata, semoga Allah SWT. membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi pengembangan ilmu terkhusus ilmu ekonomi islam.

Medan, Juli 2020 Penulis

Gemi Nastiti Swifa NIM. 160501015

(9)

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Pengertian Zakat... 10

2.1.2 Macam-macam Zakat... 11

2.1.3 Indikator Zakat... 12

2.1.4 Penerima Zakat... 14

2.1.5 Manfaat Zakat... 15

2.2 Kemiskinan ... 16

2.2.1 Pengertian Kemiskinan... 16

2.2.2 Jenis-jenis Kemiskinan... 18

2.2.3 Kriteria Kemiskinan... 19

2.2.4 Penentuan Garis Kemiskinan... 21

2.3 Filantropi Islam ... 21

2.4 Analisis Potensi Zakat Dalam Mengentaskan Kemiskinan.... 23

2.5 Penelitian Terdahulu... 26

2.6 Kerangka Konseptual... 32

2.7 Hipotesis Penelitian... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Populasi dan Sampel ... 31

3.3.1 Populasi... 31

3.3.2 Sampel... 32

3.3.3 Teknik Menentukan Ukuran Sampel... 33

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.4.1 Jenis Data... 34

3.4.2 Metode Pengumpulan Data... 34

3.5 Defenisi Operasional ... 36

(10)

4.1.2 Lembaga Zakat di Kota Medan... 48

4.2 Deskripsi Data ... 51

4.2.1 Karakteristik Responden... 51

4.3 Uji Instrumen Penelitian ... 56

4.3.1 Uji Validitas Data... 56

4.3.2 Uji Reliabilitas... 58

4.4 Uji Asumsi Klasik ... 58

4.4.1 Uji Normalitas... 58

4.4.2 Uji Multikoleniaritas... 59

4.4.3 Uji Heteroskedastisitas... 60

4.5 Uji Hipotesis ... 61

4.5.1 Koefisien Determinasi... 61

4.5.2 Uji Signifikansi Simultan... 61

4.5.3 Uji Signifikansi Parameter Individual... 62

4.6 Hasil Analisis Data ... 64

4.6.1 Analisis Statistik Deskriptif... 64

4.6.2 Analisis Regresi Linier Berganda... 65

4.7 Headcount Ratio... 67

4.8 Pembahasan... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

2.1 Perhitungan Nishab Zakat di Setiap Lembaga Zakat... 13

2.2 Filantropi Islam... 22

2.3 Penelitian Terdahulu ... 24

4.1 Daftar 21 Kecamatan, Luas Wilayah di Kota Medan... 46

4.2 Karakteristik Responden Berdasasarkan Usia... 50

4.3 Karakteristik Responden Berdasasarkan Jenis Kelamin ... 50

4.4 Karakteristik Responden Berdasasarkan Pekerjaan... 50

4.5 Karakteristik Responden Berdasasarkan Penghasilan... 53

4.6 Hasil Uji Crosstabulation... 50

4.7 Hasil Uji Validitas... 52

4.8 Hasil Uji Reliabilitas ... 53

4.9 Hasil Uji Normalitas... 54

4.10 Hasil Uji Multikoleniaritas ... 54

4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi... 56

4.12 Hasil Uji F ... 57

4.13 Hasil Uji T... 58

4.14 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 59

4.15 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda... 61

4.16 Hasil Perhitungan Headcount Ratio ... 63

(12)

1.1 Penduduk Miskin Kota Medan ... 4

2.1 Kurva Zakat Dalam Distribusi Pendapatan ... 24

2.2 Kurva Pendapatan Pemerintah dari Segi Pengeluaran.... 26

2.3 Kerangka Konseptual ... 32

4.1 Karakteristik Usia Responden... 51

4.2 Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 52

4.3 Persentase Penghasilan Responden... 54

4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 60

(13)

2 Hasil Jawaban Kuesioner 3 Hasil Pengujian Instrumen

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat ke-empat di dunia setelah China, India, dan Amerika. Pada tahun 2010, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia berjumlah 237.641.326 jiwa. Melihat jumlah penduduk yang besar tersebut, Indonesia memiliki berbagai permasalahan diantaranya yaitu masalah ekonomi. Tambunan (2001) dalam Amir (2017), mengatakan bahwa terdapat dua permasalahan yang umumnya terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia dalam bidang ekonomi, yaitu kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dengan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line).

Masalah kemiskinan merupakan salah satu masalah yang kompleks yang tengah dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Menurut Ramadhoni, Hisyam, Maiwan dalam Huda, dkk (2015), kemiskinan merupakan permasalahan klasik yang setiap waktu senantiasa dihadapi oleh setiap negara di dunia ini, baik negara yang tergolong kaya ataupun sebaliknya termasuk Indonesia.

Banyak konsep akademik, kebijakan, ataupun hasil analisis para pakar politik yang telah diutarakan maupun diterapkan demi mengentaskan

(15)

kemiskinan, baik dalam cakupan suatu negara, regional, maupun dalam konteks global. Namun sampai saat ini hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, artinya kemiskinan terus menjadi momok yang menakutkan bagi seluruh bangsa di dunia ini termasuk Indonesia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia terhitung pada bulan Maret 2019 sebesar 25,14 juta orang (9,41 persen), menunjukkan penurunan sebesar 0,53 juta orang (0,25 persen poin) terhadap September 2018 dan menurun 0,80 juta orang (0,41 persen poin) terhadap Maret 2018. Sementara itu, angka kemiskinan di Kota Medan pada tahun 2017 berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS Kota Medan mencapai 204,22 ribu jiwa, angka ini menunjukkan penurunan dibanding tahun 2016 yang mencapai 206,87 ribu jiwa.

Ketimpangan distribusi (disparitas) pendapatan selalu berkaitan dengan masalah kemiskinan. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat adalah ketimpangan distribusi (disparitas) pendapatan yang diukur dengan menggunakan Koefisien Gini (KG) dan Indeks Williamson (IW). Berdasarkan data dari BPS, pada Maret 2019 tingkat ketimpangan penduduk Indonesia yang diukur oleh Gini Ratio adalah sebesar 0,382. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kesenjangan antara yang kaya dengan yang miskin. Adanya kesenjangan tersebut menunjukkan bahwa secara umum tentu tidak akan terwwujudnya kemakmuran bagi masyarakat.

(16)

Menurut Amalia (2012), Kemiskinan merupakan masalah besar dan sejak lama telah ada, hal ini menjadi kenyataan di dalam kehidupan. Islam memandang bahwa masalah kemiskinan adalah masalah tidak terpenuhinya kebutuhan primer secara menyeluruh. Syariat Islam telah menentukan kebutuhan primer itu (yang menyangkut eksistensi manusia) berupa tiga hal, yaitu sandang, pangan, dan papan. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. Al-baqarah ayat 233 yang artinya, “Kewajiban ayah adalah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf.” Tiga perkara tersebut yakni sandang, pangan, dan papan termasuk ke dalam kebutuhan primer yang berkaitan dengan kelangsungan hidup manusia.

Apabila kebutuhan primer ini tidak terpenuhi, maka akan berdampak pada kehancuran umat manusia.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Kota Medan yang dimulai dari tahun 2010 berjumlah 212.30 ribu jiwa, kemudian pada tahun 2011 dan 2012 mengalami penurunan. Pada tahun 2011 berjumlah 204.19 ribu jiwa dan pada tahun 2012 berjumlah 201.06 ribu jiwa. Selanjutnya pada tahun 2013 kembali meningkat menjadi 209.69 ribu jiwa dan pada tahun 2014 sedikit mengalami penurunan menjadi 200.32 ribu jiwa. Jumlah penduduk miskin meningkat kembali pada tahun 2015 yang berjumlah 207.50 ribu jiwa dan pada tahun 2016 berjumlah 206.87 ribu jiwa. Hingga pada tahun 2017 jumlah penduduk miskin di Kota Medan kembali turun menjadi 204 ribu jiwa. Berikut ini persentase dari jumlah penduduk miskin di Kota Medan :

(17)

Gambar 1. 1

Grafik Persentase Penduduk Miskin Kota Medan

Dalam upaya mengatasi kesenjangan dan mengurangi kemiskinan tersebut, tidak hanya pemerintah yang memiliki andil sebagai pemegang otoritas yang dapat memberikan solusi. Oleh karena itu, Islam menawarkan instrumen yang sangat beragam guna memecahkan masalah kemiskinan dan untuk optimalisasi proses distribusi pendapatan. Konsep yang ditawarkan ada yang menuntut bantuan otoritas dari pemerintah dan ada yang sangat bergantung kepada individu maupun sosial muslim. Adapun salah satu instrumen alternatif yang digunakan untuk mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan pendapatan tersebut adalah zakat.

Menurut Mannan dalam Huda, dkk (2015), zakat mempunyai prinsip- prinsip yang sangat jelas, bila prinsip-prinsip ini dijalankan oleh muzakki maupun mustahik, maka zak at sebagai instrumen keuangan dalam ra ngka pemerataan pendapatan dan pengurangan kemiskinan dapat menjadi sebuah

9,58

10,05

9,63

9,33

9,64

9,12

9,41

8,96

9,15

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Presentase Penduduk Miskin Kota Medan 2010-2017

(18)

instrumen baru dalam menciptakan pembangunan ekonomi yang lebih berkeadilan. Adapun prinsip-prinsip pengelolaan zakat yaitu: (1) Prinsip keyakinan; (2) Prinsip keadilan; (3) Prinsip produktivitas atau sampai pada batas waktu yang telah ditentukan; (4) Nalar; (5) Prinsip kemudahan; (6) Prinsip kebebasan.

Zakat merupakan rukun Islam ke-3 yang menjadi kewajiban agama terpenting bagi umat muslim. Rozalinda (2014) mengatakan bahwa zakat adalah ibadah yang tidak dapat diganti dengan model apa pun. Oleh karena itu Abu Bakar Shidiq, khalifah pertama setelah Nabi Muhammad wafat, memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Bayyinah ayat 5 yang artinya, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

Jenis kekayaan yang disebutkan dalam Al-Qur‟an dan Hadis yang harus dikeluarkan zakatnya sebagai hak Allah Swt. yaitu: (1) Emas dan perak, terdapat dalam Qs. At-Taubah ayat 34; (2) Tanaman dan buah- buahan, terdapat dalam Qs. Al-an‟am ayat 141; (3) Usaha, yang ada di Qs.

Al-Baqarah ayat 276; (4) Barang-barang tambang yang dikeluarkan dari perut bumi; (5) Hewan ternak (FORDEBI dan ADESY, 2016). Zakat sendiri termasuk ke dalam amalan ibadah yang bersifat vertikal dan horizontal.

Zakat tidak hanya sebagai suatu bentuk ibadah kepada Allah Swt. tetapi

(19)

juga memiliki fungsi sosial terhadap sesama dalam bentuk pemberian harta antara yang kaya dengan yang miskin. Oleh karena itu zakat dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek agama dan aspek ekonomi.

Zakat dalam aspek agama merupakan suatu interpretasi yang merupakan bukti kepatuhan dan ketundukan terhadap sang pencipta.

Adapun zakat dalam aspek ekonomi berkaitan dengan perilaku komsumsi penerima zakat (mustahiq), atau dalam teologi kontemporer, zakat disebut juga sebagai ibadah yang mengandung dimensi sosial, yaitu zakat dapat menghapuskan kemiskinan dari masyarakat (Amir, 2015).

Harahap (2019), di Indonesia terdapat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No.8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan me006Eyalurkan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.

Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui Menteri Agama. Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggungjawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan syariat islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas.

(20)

Setiap provinsi tentunya memiliki Badan Amil Zakat Nasional yang bertugas untuk mengawal pengelolaan zakat di masing-masing daerah yang ada di Indonesia. Di Sumatera Utara khususnya Kota Medan yang terdiri dari 21 Kecamatan terdapat Badan Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah yang dibentuk oleh pemerintah yaitu BAZNAS SUMUT yang berada di Kecamatan Medan Tembung dengan luas wilayah 7,78 km².

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Muslim di Sumatera Utara berjumlah 8.579.830 jiwa atau sebesar 63,91% dari total penduduk. Kemudian untuk di Kota Medan jumlah penduduk Muslim mencapai 1.641.401 jiwa dari total penduduk sebesar 2.247.425 jiwa. Berdasarkan jumlah penduduk Muslim yang ada di Kota Medan tersebut, BAZNAS SUMUT dapat mengumpulkan dana zakat yang meningkat setiap tahunnya.

Kota Medan sendiri potensi zakatnya bisa mencapai Rp3 Trilyun setiap tahunnya. Pada tahun 2019 BAZNAS Kota Medan melakukan penyaluran kepada 400 anak yatim piatu dan dhuafa dari total mustahik sebanyak 1600 jiwa. Setiap penerimanya menerima zakat sebesar Rp 300 Ribu yang jika diakumulasikan BAZNAS Kota Medan sudah mengumpulkan dana zakat sebesar Rp480 Juta. Dana zakat ini diperoleh dari masyarakat dan ASN Kota Medan (Dinas Kominfo Kota Medan, 2019).

Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan PPID BAZNAS SUMUT, jumlah penerimaan dana zakat pada tahun 2016 sebesar Rp97.637 Milyar dan meningkat pada tahun 2017 menjadi Rp138.096

(21)

Milyar. Kemudian pada tahun 2018 jumlah penerimaan dana zakat meningkat kembali yang berjumlah Rp153.153 Milyar. Melihat jumlah penerimaan dan besarnya potensi zakat, seharusnya zakat yang terkumpul tersebut dapat menurunkan angka kemiskinan yang ada di Kota Medan.

Dengan demikian, melihat realitas empirik mengenai keadaan kemiskinan dan jumlah penerimaan dana zakat di Kota Medan inilah yang membuat ketertarikan untuk meneliti lebih lanjut. Maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Potensi Zakat Dalam Mengentaskan Kemiskinan Di Kota Medan.”

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah penghasilan yang telah mencapai nisab berpengaruh dalam mengentaskan kemiskinan di Kota Medan ?

2. Apakah masa kerja muzakki berpengaruh dalam mengantaskan kemiskinan di Kota Medan ?

3. Apakah pengetahuan muzakki berpengaruh dalam mengentaskan kemiskinan di Kota Medan ?

4. Apakah penghasilan, masa kerja, dan pengetahuan muzakki berpengaruh dalam mengentaskan kemiskinan di Kota Medan ?

(22)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh dari penghasilan yang wajib dikeluarkan zakatnya dalam mengentaskan kemiskinan di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui pengaruh lama bekerja muzakki dalam mengentaskan kemikinan di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan mengenai zakat dalam mengentaskan kemiskinan di Kota Medan.

4. Untuk mengetahui pengaruh dari penghasilan, lama bekerja, dan pengetahuan mengenai zakat dalam mengentaskan kemiskinan di Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai tambahan informasi bagi Pemerintah khususnya Pemerintah Kota Medan dalam mengambil kebijakan.

2. Sebagai tambahan informasi bagi muzakki tentang potensi zakat yang ada di Kota Medan dan mengetahui pengaruhnya bagi mustahik.

3. Sebagai tambahan pengetahuan tentang zakat dan syarat menyelesaikan perkuliahan bagi peneliti.

4. Sebagai referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zakat

2.1.1. Pengertian Zakat

Secara bahasa zakat berarti an-numu wa az-ziyadah (tumbuh dan bertambah). Kata zakat juga sering dipakaikan dengan makna ath-thaharah (suci), al-barakah (berkah). Zakat dalam pengertian suci adalah membersihkan diri, jiwa, dan harta. Seseorang yang telah mengeluarkan zakat berarti dia telah membersihkan diri dan jiwanya dari penyakit kikir dan membersihkan hartanya dari hak orang lain.

Zakat dalam pengertian berkah adalah sisa harta yang sudah dikeluarkan zakatnya secara kualitatif akan mendapat berkah dan akan berkembang walaupun secara kuantitatif jumlahnya berkurang. Allah berfirman dalam QS.At-Taubah ayat 103 yang artinya, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan harta mereka.”

Menurut Rozalinda (2014), zakat menurut istilah adalah mengeluarkan bagian tertentu dari harta tertentu yang telah sampai nisabnya untuk orang-orang yang berhak menerimanya. Pada definisi lain, zakat juga berarti pemindahan kepemilikan harta tertentu untuk orang yang berhak menerimanya dengan syarat- syarat tertentu. Dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sebagai umat muslim telah diwajibkan oleh Allah Swt. untuk mengeluarkan zakat, sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nur ayat 56 yang artinya, “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat”.

(24)

Berdasarkan pada ayat di atas, maka sebagai makhluk ciptaan Allah Swt.

hendaknya dapat membantu sesama umat muslim demi mendapatkan kehidupan yang layak dengan berpegang teguh pada syariat. Kelayakan hidup umat manusia sangat bergantung pada rezeki yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt. kepada makhluk ciptaan-Nya yang diperoleh dengan berbagai usaha dan diiringi dengan doa. Oleh karena itu, jika seorang umat muslim memperoleh rezeki yang berlebih maka harus dikeluarkan sebagian hartanya kepada yang berhak menerima.

2.1.2. Macam-Macam Zakat

Macam-macam zakat terbagi ke dalam beberapa jenis, antara lain sebagai berikut :

a. Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan oleh umat islam menjelang idul fitri pada bulan Ramadhan berupa makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan. Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,7 kilogram).

b. Zakat Maal (Harta)

Zakat maal adalah zakat harta yang wajib dikeluarkan seorang muslim sesuai dengan nisab dan haulnya. Waktu pengeluaran zakat jenis ini tidak dibatasi jadi bisa dikeluarkan sepanjang tahun ketika syarat zakat terpenuhi. Zakat ini terbagi ke dalam beberapa jenis, seperti zakat penghasilan, perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, obligasi, tabungan, emas, perak, dan lain sebagainya.

(25)

2.1.3. Indikator Zakat

Pada ajaran agama dan pandangan masyarakat islam terdapat kelompok penduduk yang berkelebihan harta dan memiliki keterbatasan harta. Bagi yang berkelebihan diwajibkan untuk mengeluarkan sebagian rezeki yang dikaruniakan Allah Swt. dalam bentuk zakat. Masyarakat yang berkelebihan harta dan mempunyai kemampuan untuk memberikan hartanya kepada yang berhak menerika disebut dengan muzakki atau pemberi zakat. Sedangkan masyarakat yang mengelami kekurangan dikategorikan sebagai mustahik atau penerima zakat.

Terdapat beberapa indikator ataupun kriteria bagi pemberi zakat (muzakki) seperti berikut ini (FORDEBY dan ADESY, 2016):

1. Beragama Islam

Kewajiban zakat hanya diwajibkan kepada orang islam. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah Saw. menyatakan, “Abu Bakar Shidiq berkata, inilah sedekah (zakat) yang diwajibkan oleh Rasulullah kepada kaum muslim.”

(HR.Bukhari).

2. Merdeka

Kewajiban membayar zakat hanya diwajibkan kepada orang-orang yang merdeka, hamba sahaya tidak dikenai kewajiban berzakat.

3. Dimiliki Secara Sempurna

Harta benda yang wajib dibayarkan zakatnya adalah harta benda yang dimiliki secara sempurna oleh seorang muslim.

(26)

4. Mencapai Nishab

Seorang muslim wajib membayar zakat jika harta yang dimilikinya telah mencapai nishab (batasan harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya).

Nishab zakat harta berbeda-beda, tergantung jenis harta bendanya. Selain itu di masing-masing lembaga baik swasta maupun pemerintah memiliki ukuran nishab yang berbeda pula. Adapun tabel yang menunjukkan perbedaan nishab zakat dari masing-masing Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang ada di Kota Medan yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1

Perhitungan Nishab Zakat di Setiap Lembaga Amil Zakat No Jenis Zakat

Lembaga BAZNAS Inisiatif Zakat

Indoneisa Rumah Zakat 1 Emas dan Perak Emas : 85 gram

Perak : 595 gram.

85 gram emas. 85 gram emas.

2 Perdagangan Seharga 85 gram emas.

Seharga 85 gram emas.

Seharga 85 gram emas.

3 Pertanian

653 kg beras. 653 kg beras. 520 kg beras.

4 Pertambangan

- Seharga nishab

uang. -

5 Pendapatan 1/12 dari harga

85 gram emas. Rp6.530.000. Rp5.200.000.

6 Perusahaan Seharga 85gram emas.

Seharga 85 gram

emas. -

7 Hadiah

- Tidak ada nishab. -

8 Investasi Seharga 85 gram emas.

Jika keuntungan sudah mencapai Rp6.530.000.

Jika keuntungan sudah mencapai Rp5.200.000.

9 Uang Simpanan

- Seharga 85 gram

emas.

Seharga 85 gram emas.

10 Deposito Seharga 85 gram emas.

Seharga 85 gram emas.

Seharga 85 gram emas.

Sumber: Data dan informasi ini diperoleh dari berbagai sumber yang terkait.

(27)

5. Telah Haul

Harta benda wajib dikeluarkan zakatnya jika telah dimiliki selama satu tahun penuh. Hadis Rasulullah menyatakan, “Abdullah Ibnu Umar berkata, Rasulullah Saw. bersabda „tidak ada zakat pada harta seseorang yang belum sampai satu tahun dimilikinya.” (HR. Daruquthni).

2.1.4. Penerima Zakat

Seseorang yang berhak menerima zakat disebut mustahik. Ketentuan mengenai orang-orang yang berhak menerima zakat telah diatur dalam Al-Qur‟an surah At-Taubah ayat 60 yang artinya, “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan.

Sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Dari ayat tersebut Allah Swt. sudah jelas menetapkan siapa-siapa saja yang berhak menerima zakat. Artinya zakat hanya boleh diberikan oleh 8 asnaf atau golongan penerima zakat. Adapun penjelasan 8 golongan tersebut yaitu:

1. Orang Fakir, yaitu orang yang penghasilannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari pada taraf yang paling minimal sekalipun.

2. Orang Miskin, yaitu orang yang penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup (yang pokok) sehari-hari pada taraf yang paling minimal.

(28)

3. Amil Zakat, yaitu lembaga atau perorangan yang mengelola zakat.

4. Muallaf, yaitu orang yang baru masuk islam.

5. Riqab, yaitu untuk memerdekakan hamba sahaya.

6. Gharimin, yaitu untuk membebaskan beban orang yang berutang untuk kepentingan kebaikan.

7. Sabilillah, yaitu sesuatu yang digunakan untuk kepentingan di jalan Allah.

8. Ibnu Sabil, yaitu orang dalam perjalanan yang kehabisan bekal dan perjalanan tersebut untuk tujuan kebaikan, seperti mahasiswa atau santri yang menuntut ilmu di luar kota.

2.1.5. Manfaat Zakat

Manfaat zakat itu sendiri pada dasarnya tidak hanya dapat dirasakan oleh mustahik tetapi juga dapat dirasakan oleh muzakki. Adapun manfaat zakat tercermin pada berbagai hal di bawah ini, yang meliputi yaitu (FORDEBY dan ADESY, 2016):

1. Zakat itu wajib. Perintah Allah tentang zakat merupakan perkara wajib yang dilaksanakan oleh umat islam bagi yang berkelebihan harta. Sehingga hal ini merupakan bentuk perwujudan iman kepada Allah SWT. seperti yang dijelaskan dalam QS. Ar-Rum ayat 39 yang artinya, “Dan sesuatu riba yang kamu berikan agar harta manusia bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridaan Allah, maka orang-orang itulah yang melipatgandakan (pahalanya).”

(29)

2. Zakat itu indah. Allah Swt. menciptakan langit dan bumi serta makhluknya dalam berbagai bentuk sesuai kehendaknya (iradah). Demikian pula dalam proses pelaksanaan zakat yang tercermin keindahan bagi makhluk yang saling membantu pada sesamanya.

3. Zakat itu subur. Secara hakikat zakat dapat menambah kepuasan secara personal dan menambah/meningkatkan harta benda.

4. Zakat itu tenang. Berzakat dapat meningkatkan suatu ketenangan bagi muzakki karena telah menjalankan kewajibannya. Demikian halnya bagi mustahik akan tercipta ketenangan dalam hidupnya apabila ia menerima zakat dari muzakki.

5. Zakat itu bersih dan suci. Zakat dapat membersihkan dan menyucikan diri dan harta yang diperoleh. Penyucian diri secara individual merupakan fitrah manusia sebagai ciptaan Allah Swt. hal ini tercermin pada zakat fitrah sebagai penyucian diri secara pribadi. Selanjutnya pada zakat harta (maal) dapat dilakukan sebagai penyucian dari harta benda yang dimilikinya.

2.2. Kemiskinan

2.2.1. Defenisi Kemiskinan

Secara etimologis, kemiskinan berasal dari kata miskin yang berarti tidak berharta, serba kekurangan, dan berpenghasilan sangat rendah. Menurut Nugroho dan Dahuri (2012), kemiskinan merupakan suatu kondisi absolut atau relatif di suatu wilayah dimana seseorang atau kelompok masyarakat tidak mampu mencukupi kebutuhan dasarnya sesuai tata nilai atau norma yang berlaku.

(30)

Defenisi lain dari kemiskinan adalah kelaparan, tidak memiliki tempat tinggal, bila sakit tidak mempunyai dana untuk berobat. Orang miskin umumnya tidak dapat membaca karena tidak mampu bersekolah, tidak memiliki pekerjaan, takut menghadapi masa depan, kehilangan anak karena sakit. Kemiskinan adalah ketidakberdayaan, terpinggirkan, dan tidak memiliki rasa bebas (Ravallion dalam Arsyad, 2017).

Menurut Mazhab Hanafi, miskin adalah mereka yang memiliki kekayaan dan atau pendapatan namun tidak memenuhi kebutuhan dasarnya, adapun total kekayaan yang dimiliki masih dibawah nisab atau habis untuk mencukupi kebutuhan dasarnya. Sedangkan menurut Mazhab Syafii, Hanbali dan Ahmad, mendefinisikan miskin tidak berdasarkan pada nisab, melainkan pada kepuasan dan kebutuhan dasar. Seseorang dikatakan miskin jika kekayaan dan pendapatannya sangat jauh dari kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Menurut 3 mazhab ini kefakiran atau kemiskinan seseorang dilihat dari selisih antara kebutuhannya dan kesanggupannya dalam memenuhi kebutuhannya tersebut.

Menurut Bank Dunia, garis ukur kemiskinan yaitu jika pendapatan seseorang kurang dari US $ 2 atau sama dengan Rp26.000 atau jika dijumlahkan hanya mencapai Rp780.000 per bulan, maka seseorang tersebut dikategorikan miskin. Adapun kemiskinan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu mereka yang berada dalam kekurangan dan sangat membutuhkan bantuan untuk kehidupan. Selain itu golongan miskin disini adalah mereka yang memiliki harta dan hasil pekerjaan, tetapi tidak mampu mencukupi untuk menanggung diri

(31)

sendiri dan keluarganya. Hal ini sesuai dengan kriteria mustahik yang berhak menerima zakat tersebut.

2.2.2. Jenis-jenis Kemiskinan

Kemiskinan memiliki arti dan makna yang luas, untuk mengukur kemiskinan sendiri tidaklah mudah. Oleh karena itu, selain dari defenisi di atas jenis-jenis kemiskinan di bawah ini juga menjadi dasar penelitian bagi peneliti.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai jenis-jenis kemiskinan, antara lain sebagai berikut :

1. Kemiskinan Absolut

Pada dasarnya, konsep kemiskinan seringkali dikaitkan dengan sebuah perkiraan atas tingkat pendapatan dan kebutuhan. Perkiraan atas tingkat kebutuhan biasanya hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk dapat hidup secara layak. Dengan demikian, kemiskinan dapat pula diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya.

Konsep kemiskinan absolut tergambar dari tingkat pendapatan minimum yang merupakan pembatas antara keadaan miskin dan tidak miskin atau sering disebut sebagai garis batas kemiskinan. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup (Todaro dan Smith dalam Arsyad, 2017).

(32)

2. Kemiskinan Relatif

Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan mengalami perubahan jika tingkat hidup masyarakatnya berubah. Hal ini jelas merupakan perbaikan dari konsep kemiskinan absolut. Konsep kemiskinan relatif bersifat dinamis, sehingga kemiskinan akan selalu ada. Oleh karena itu, Kincaid dalam Arsyad (2017) memandang kemiskinan dari aspek ketimpangan sosial.

3. Kemiskinan Struktural

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pendapatan. Struktur sosial tersebut tidak mampu menghubungkan masyarakat dengan sumber-sumber yang tersedia, baik yang disediakan oleh alam, pemerintah maupun masyarakat yang ada disekitarnya. Hal ini mengakibatkan munculnya masalah-masalah struktural ekonomi yang semakin meminggirkan peranan orang miskin (Devita, 2017).

2.2.3. Kriteria Kemiskinan

Badan Pusat Statistik dalam mengukur kemiskinan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Konsep ini memandang bahwa kemiskinan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. BPS merumuskan 14 variabel sebagai kriteria penentu kemiskinan, antara lain sebagai berikut:

(33)

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m² per orang.

2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dinding rumah terbuat dar bambu/rumbia/kayu murahan tanpa plester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/digunakan bersama dengan tetangga.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/sungai/air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/minyak tanah.

8. Hanya mengonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10. Hanya sanggup makan satu/dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

12. Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dangan luas lahan 500 m², nelayan, buruh perkebunan, dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp600.000 per bulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala keluarga yakni tidak bersekolah/tidak tamat SD/hanya SD.

14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp500.000, emas, ternak, atau barang modal lainnya. Menurut BPS jika hanya sembilan variabel terpenuhi dari poin-poin di atas, maka dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.

(34)

2.2.4. Penentuan Garis Kemiskinan

Melihat dari ketentuan di atas, maka untuk konsep garis kemiskinan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.

2. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll)

3. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.

2.3. Filantropi Islam

2.3.1. Strategi Pengentasan Kemiskinan Melalui Filantropi Islam

Islam sudah memberikan pilihan dalam mengatasi masalah kemiskinan diantaranya adalah praktik filantropi Islam. Adapun yang termasuk dalam filantropi Islam yaitu sebagai berikut:

(35)

Tabel 2.2

Pengentasan Kemiskinan Melalui Filantropi Islam No. Filantropi Islam Strategi Pengentasan Kemiskinan

1 Wakaf Wakif mewakafkan bendanya baik benda bergerak maupun tidak bergerak (mauquf bihi) dengan keinginan sendiri tanpa keterpaksaan, kemudian wakif menyebutkan ikrar wakafnya (shigat) yakni kepada siapa wakaf ini ditujukan (mauquf ‘alaihi). Jika wakaf tersebut ditujukan untuk umat dan produktif, maka manfaat wakaf tersebut akan dirasakan oleh umat. Pemanfaatan wakaf yang dirasakan masyarakat luas akan mengangkat taraf kehidupan mereka menjadi lebih baik, sehingga kemiskinan dapat teratasi dan pembangunan umat akan tercapai.

2 Zakat Muzakki membayar zakatnya baik secara langsung kepada mustahiq ataupun ke lembaga zakat, kemudian dana zakat yang dihimpun oleh lembaga amil zakat akan didistribusikan kepada mustahiq. Dari 8 ashnafmustahiq zakat, 2 diantaranya adalah fakir dan miskin. Dengan adanya zakat harta akan tersalurkan dari kelompok yang mampu kepada kelompok yang kurang mampu, sehingga dapat membantu kaum yang kurang mampu tersebut.

3 Infaq dan Sedekah Seseorang menginfaqkan atau menyedekahkan sebagian hartanya kepada orang yang membutuhkan, kemudian dana dari infaq dan sedekah tersebut akan menjadi bantuan yang bermanfaat bagi umat. Jika dana tersebut dipergunakan untuk sesuatu yang produktif, maka manfaatnya akan dirasakan lebih luas bagi masyarakat, sehingga masyarakat yang kurang mampu akan terbantu dan kemiskinan dapat berkurang.

Sumber : Irfan (2019)

(36)

2.3.2. Indikator Pengentasan Kemiskinan Melalui Filantropi Islam Adapun indikator pengentasan kemiskinan melalui filantropi Islam yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Irfan, 2019):

1) Pembangun Umat; indikator ini diambil dari strategi pengentasan kemiskinan yaitu strategi karitas karena strategi ini pada prakteknya menyentuh level-level kehidupan dengan bentuk pelayanan hidup sehingga dapat membangun umat menjadi lebih baik lagi.

2) Pemberdayaan Masyarakat; indikator ini diambil karena sesuai dengan strategi pengentasan kemiskinan diatas yaitu strategi pemberdayaan, dengan strategi ini kegiatan ekonomi yang belum ada akan diciptakan dan yang sudah ada akan dikembangkan, sehingga kualitas hidup masyarakat akan meningkat.

3) Lapangan Pekerjaan; indikator ini diambil dengan strategi yang sama dengan indikator pemberdayaan diatas, karena strategi pemberdayaan ini akan memberikan lahan untuk bekerja bagi masyarakat yang membutuhkan terlebih masyarakat miskin dan kaum yang kurang mampu.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini menggunakan 5 penelitian terdahulu yang diambil dari berbagai pihak, seperti pihak swasta atau pemerintahan dan akademisi. Penelitian terdahulu ini digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti. Adapun penelitian terdahulu yaitu sebagai berikut:

(37)

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

Penulis Sumber Judul Metode Variabel Hasil Ihwan

Wahid Winu (2017)

UIN Alauddin

Peranan zakat dalam penanggul angan kemiskina n di Kota Makassar (Studi kasus BAZNAS Kota Makassar)

Metode campuran, antara content analysis observasi dan

wawancara

Variabel Independen:

1. Peranan zakat Variabel Dependen:

1. Penanggu langan kemiskin an

Dalam usaha mengentaskan kemiskinan melalui zakat, BAZNAS (Badan Amil Zakat

Nasional) Kota Makassar secara umum memiliki dua bentuk

program yaitu bantuan dana konsumtif dan bantuan dana produktif.

Bantuan zakat konsumtif yaitu bantuan yang langsung di berikan kepada mustahik dan bersifat konsumtif.

Adapun bantuan zakat produktif adalah bantuan zakat kepada mustahik dalam bentuk modal usaha bergulir.

(38)

Yoghi Citra Pratama (2015)

UIN Syarif Hidayatu llah Jakarta

Peran zakat dalalm penanggul angan kemiskina n

(Program zakat produktif pada Badan Amil Zakat Nasional)

Analisis Data Kuantitatif

Variabel Independen:

1. Peranan zakat Variabel Dependen:

1. Penangg ulan Kemiski nan

Dapat disimpulkan bahwa

meskipun dana zakat yang terkumpul masih sangat kecil, tetapi memiliki dampak nyata dalam upaya pengentasan kemisikinan melalui program zakat produktif. Hal ini bisa terlihat dari HR yang menurun dari 0,8 menjadi 0,5. Indeks kedalaman kemiskinan juga

mengalami penurunan dimana poverty gap menurun dari Rp. 547.843 menjadi Rp.

210.020. Hal ini

menunnjukkan bahwa zakat merupakan instrument yang tepat dalam

memberdayaka n masyarakat miskin.

(39)

Gessy Evelin Miranda (2018)

UIN Syarif Hidayatu llah Jakarta

Peran Zakat Dalam Penanggul angan Kemiskina n

(Studi Kasus:

Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional)

Deskriptif, Analisis Data Kuantitatif

Variabel Independen :

1. Dana Zakat Produktif 2. Karakteri

stik Profil Respond en 3. Karakteri

stik Usaha Respond en Variabel Dependen : 1. Pendapat an Usaha Mikro Mustahik

Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa ada perbedaan dalam hal pendapatan yang didapat oleh para pelaku usaha dari kalangan mustahik BAZNAS antara sebelum dan sesudah mendapatkan zakat produktif BAZNAS.

Pendapatan setelah menerima zakat produktif lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan sebelum menerima zakat produktif.

Adapun zakat produktif yang diberikan oleh BAZNAS memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan usaha mikro mustahik.

(40)

Silvi Anggun Pertiwi (2019)

Fakultas Ekonomi UMSU

Analisis Pendayahg unaan Zakat Produktif Dalam Upaya Mengentas kan Kemiskina n Di Kota Medan (Studi Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS Kota Medan)

Deskriptif Kualitatif

Variabel Independen:

1. Pendaya hgunaan Zakat Produktif Variabel Dependen:

1. Kemiski nan

Dalam hal ini tujuan

BAZNAS dalam

mengentaskan kemiskinan umat belumlah dapat tercapai karena modal usaha yang

dialokasikan oleh BAZNAS Kota Medan untuk diberikan kepada mustahik masih sangat relatif sedikit dan

pengawasan dari BAZNAS Kota Medan atas usaha yang dijalankan mustahik juga masih sangat lemah

sehingga usaha yang

dijalankan mustahik tidak dapat

berkembang lebih baik dan masih banyak masyarakat miskin yang tidak dapat merasakan bantuan produktif ini.

(41)

Mhd.

Irfan (2019)

Univ.

Darussal am Gontor

Analisis Potensi Wakaf Tunai dalam Mengentas kan Kemiskina n

Analisis data kuantitatif

Variabel Independen:

1. Potensi wakaf tunai Variabel Dependen:

1. Pengenta san kemiskin an

Hasil analisa menunjukkan bahwa potensi wakaf tunai yang ada di Kota Medan memiliki pengaruh dan dapat

mengentaskan kemiskinan dalam lingkup yang cukup besar, hasil tersebut dapat terlihat dari angka rasio kemiskinan headcount yang pada awalnya adalah 9,08 dan setelah dipengaruhi oleh nilai dari potensi wakaf tunai, angka headcount ratio terlihat berkurang menjadi 4,45.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) yang pada awalnya sebesar 1,56 dan setelah dipengaruhi oleh nilai dari potensi wakaf tunai, angka tersebut berkurang menjadi 0,76.

Sumber : Data dan informasi ini diperoleh dari berbagai sumber yang terkait.

(42)

2.5. Kerangka Konseptual Penelitian

Berdasarkan penjelasan dari penelitian terdahulu mengenai zakat dan kemiskinan di atas, maka kerangka konseptual yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian yang terdapat dalam rumusan masalah penelitian yang bersifat pernyataan apriori, sesuai dengan kerangka teori, yang merupakan karakteristik pada populasi (Trijono, 2015).

Menurut Sugiarto (2017), uji hipotesis merupakan prosedur-prosedur yang digunakan untuk menentukan apakah sampel yang diamati berbeda secara signifikan dari hasil perkiraan, sehingga dapat diputuskan diterima atau ditolaknya suatu hipotesis.

Penghasilan yang telah mencapai nisab

(X1)

Masa Kerja (X2)

Pengetahuan Muzakki (X3)

Mengentaskan Kemiskinan

(Y)

(43)

Dalam melakukan pengujian hipotesis, baik hipotesis penelitian maupun hipotesis statistik, hipotesis yang ditetapkan akan diturunkan ke dalam dua macam hipotesis, yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Adapun perbedaan kedua hipotesis tersebut adalah :

1. Hipotesis nol (Ho), hipotesis ini menandakan status quo dan sering disebut sebagai hipotesis yang ingin ditolak.

2. Hipotesis alternatif (Ha), hipotesis ini merupakan alternatif dari status quo dan sering disebut sebagai hipotesis yang ingin diterima.

Berdasarkan definisi di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Penghasilan yang telah mencapai nisab berpengaruh positif dan signifikan dalam mengentaskan kemiskinan di Kota Medan.

2. Masa kerja muzakki berpengaruh positif dan signifikan dalam mengentaskan kemiskinan di Kota Medan.

3. Pengetahuan muzakki berpengaruh positif dan signnfikan dalam mengentaskan kemiskinan di Kota Medan.

4. Penghasilan, Masa kerja, dan Pengetahuan muzakki berpengaruh positif dan signifkan dalam mengentaskan kemiskinan di Kota Medan.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dalam bentuk deskriptif kuantitatif.

Menurut Daulay (2010), Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Tujuan dari penelitian kuantitatif yaitu untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Penelitian deskriptif menurut Bambang Prasetyo (2013) adalah penelitian yang dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Pada penelitian ini, metode deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis potensi zakat dalam mengentaskan kemiskinan yang ada di Kota Medan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini akan menganalisis potensi dari dana zakat dalam mengentaskan kemiskinan dengan menggunakan uji regresi sederhana. Penelitian ini dilakukan di Kota Medan dan waktu penelitian ini yaitu dari bulan Januari 2020 hingga selesai.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

Populasi berasal dari bahasa Inggris yaitu population yang artinya adalah jumlah penduduk. Menurut Daulay (2010), populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh- tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data

(45)

yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. Dalam suatu kegiatan penelitian yang berkaitan dengan data, maka harus selalu ada sumber datanya. Adapun salah satu sumber datanya adalah populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Muslim yang termasuk ke dalam kategori muzakki dan berdomisili di Kota Medan sebanyak 219.930 jiwa. Jumlah tersebut diambil dari jumlah masyarakat muslim Kota Medan sebanyak 1.641.401 jiwa.

3.3.2 Sampel

Menurut Daulay (2010), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, dengan kata lain sampel adalah bagian dari populasi. Jadi sampel merupakan himpunan bagian dari populasi yang anggotanya disebut sebagai subjek, sedangkan populasi anggotanya disebut sebagai elemen.

Maka dalam penelitian ini peneliti akan mengambil sampel dari populasi tersebut untuk dijadikan sumber data penelitian. Metode sampel yang digunakan adalah metode simple random sampling. Metode simple random sampling adalah metode memilih sampel secara acak berdasarkan data yang ada tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Ibid dalam Irfan, 2019).

Sampel terpilih kemudian didatangi, diberikan angket atau kuisioner.

3.3.3 Teknik Menentukan Ukuran Sampel

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel yaitu dengan menggunakan rumus Yamane dengan taraf kesalahan (sampling error) sebesar 10%. Rumus Yamane dalam menentukan ukuran sampel adalah sebagai berikut:

(46)

Keterangan:

n = Jumlah sampel yang diperlukan

N = Jumlah Populasi

e = Tingkat Kesalahan Sampel (sampling error) Maka Sampelnya adalah:

Berdasarkan perhitungan di atas menggunakan rumus yamane dengan taraf kesalahan (sampling error) sebesar 10%. Adapun sampel yang diambil untuk penelitian adalah sebanyak 99,95 yang kemudian dibulatkan menjadi 100 orang.

(47)

3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui pencatatan di lapangan. Data primer dapat berupa jawaban dari pertanyaan dan pernyataan yang disampaikan melalui angket, observasi, laporan, dokumentasi, dan wawancara, dan data-data lainnya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer sebagai sumber penelitian. Adapun data primer tersebut diperoleh melalui angket yang berupa respon tertulis dari responden berupa pertanyaan dan pernyataan dari variabel yang diberikan kepada masyarakat muslim di Kota Medan yang telah diambil sampel dari populasinya.

Data sekunder adalah data yang bersumber dari laporan penelitian sebelumnya, informasi dari media massa, media elektronik, dan beberapa buku atau jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian ini.

3.4.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket dan dokumentasi. Adapun yang dimaksud dengan metode angket dan dokumentasi adalah sebagai berikut:

a. Metode Angket

Angket atau kuisioner adalah usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden untuk mendapatkan data.

Penyusunan skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Skala likert yang dikembangkan oleh Rensis Likert merupakan skala yang

(48)

digunakan oleh peneliti untuk mengukur persetujuan responden terhadap objek yang menjadi perhatian maupun untuk mengukur persetujuan atau ketidaksetujuan responden untuk setiap pernyataan yang dilontarkan oleh peneliti (Cooper dan Schindler, 2011 dalam Sugiarto, 2017). Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan pilihan respon skala 5 dengan skor jawaban :

SS (Sangat Setuju) : Skor 5

S (Setuju) : Skor 4

N (Netral) : Skor 3

TS (Tidak Setuju) : Skor 2 STS (Sangat Tidak Setuju) : Skor 1 b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data secara tidak langsung.

Teknik adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil/hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah peneliti.

Dalam penelitian kuantitatif teknik ini berfungsi untuk menghimpun secara selektif bahan-bahan yang dipergunakan di dalam kerangka/landasan teori, penyusunan kerangka konsep dan perumusan hipotesis secara tajam (Daulay, 2010).

3.5 Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah penentuan konstrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Secara umum, definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang

(49)

apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Sugiyono, 2012). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Penghasilan yang telah mencapai nisab; yaitu sesuatu yang diperoleh muzakki selama satu bulan, tidak hanya berupa gaji tetapi juga dari sumber- sumber lain yang harus dikeluarkan zakatnya. Penghasilan minimal yang wajib mengeluarkan zakat 2,5% yaitu sebesar Rp3.700.000 per bulan.

Penghasilan ini dinyatakan dalam rupiah.

b. Masa kerja; yaitu setiap orang yang sudah memiliki pekerjaan tetap dan sudah mencapai haul. Adapun profesi yang dimaksud adalah pegawai negeri, swasta, konsultan, dokter, notaris, pengusaha, dan sebagainya. Masa kerja ini dinyatakan dalam tahun.

c. Pengetahuan muzakki; yaitu mencakup ketentuan-ketentuan dalam berzakat, seperti jumlah yang harus dikeluarkan untuk zakat. Pengetahuan muzakki ini dinyatakan dalam skala.

3.6 Metode Analisis Data

1. Regresi Linier Berganda

Teknik analisis data kuantitatif yang digunakan oleh peneliti adalah metode analisis regresi. Analisis regresi adalah suatu teknik statistika yang berguna untuk memeriksa dan memodelkan hubungan variabel-variabel yang menjadi perhatian (Sugiarto, 2017). Analisis regresi digunakan untuk melihat adanya hubungan sebab dan akibat.

Variabel yang menjadi akibat dari variabel lain dilambangkan sebagai variabel Y. Variabel ini merupakan variabel yang nilainya dipengaruhi oleh

(50)

variabel bebas X atau yang biasa disebut sebagai variabel penjelas. Oleh karena itu untuk mengetahui pengaruh dari tiga variabel bebas yang memengaruhi satu variabel tidak bebas, dikenal adanya analisis regresi linier berganda.

Model penelitian yang akan dianalisis diformulasikan hubungan atau fungsi sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + bᶾXᶾ + e Keterangan :

Y = Mengentaskan Kemiskinan

b1 = Koefisien regresi variabel Penghasilan (X1) b2 = Koefisien regresi variabel Masa Kerja (X2) bᶾ = Koefisien regresi variabel Pengetahuan (X3) e = Standard Error

X1= Penghasilan X2= Masa kerja Xᶾ = Pengetahuan

a = Konstanta (Interceps)

Sebelum melakukan analisis regresi berganda, peneliti melakukan beberapa pengujian yang merupakan uji prasyarat. Diantaranya adalah dengan melakukan uji instrumen penelitian dan uji asumsi klasik.

(51)

2. Headcount Ratio (H)

Headcount Ratio adalah alat ukur yang digunakan untuk mengidentifikasi persentase jumlah rumah tangga yang dikatakan miskin pada sebuah populasi berdasarkan garis kemiskinan negara (Irfan, 2019). Garis kemiskinan di Kota Medan yang diperoleh dari BPS adalah sebesar 491.496.

Adapun rumus untuk menghitung rasio ini adalah:

H =

Keterangan:

H = Headcount ratio (Indeks Kemiskinan)

q = Jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan n = Jumlah populasi

3. Uji Instrumen Penelitian a. Uji Validitas

Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada kuisioner yang harus dibuang atau diganti karena dianggap tidak relevan. Uji validitas data pada penelitian ini dengan memakai rumus korelasi product moment, yang rumusnya seperti berikut ini (Umar, 2009) :

𝑟𝑥𝑦 = Σ 𝑌 − (Σ )(Σ 𝑌)

√{ Σ 2 − (Σ )2 }{ Σ 𝑌2 − (Σ 𝑌)2 }

Keterangan:

rxy = Koefisien Korelasi antara variabel X dan Y

(52)

N = jumlah Subyek

X = Skor dari tiap-tiap item Y = Jumlah dari skor item

Dengan kriteria pengujian, apabila r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka alat ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka alat ukur tersebut dinyatakan tidak valid. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program dari software SPSS.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang diinginkan agar dapat dipercaya (andal) sebagai alat pengumpul data serta mampu mengungkap konsistensi data ketelitian informasi yang sebenarnya dilapangan (Sugiarto, 2017).

Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha ronbach dengan perhitungan sebagai berikut :

𝑟

[

] [ ∑ ]

Keterangan:

r 1 1 = Reliabilitas Instrumen

∑σ2i = Skor tiap-tiap item n = Banyaknya butir soal σ2i = Varians total

(53)

Dalam penelitian ini uji reliabilitas akan mengunakan SPSS yang diukur berdasarkan skala Alpha ronbach’s 0 sampai 1. Adapun kriteria uji reliabilitas adalah sebagai berikut :

 Apabila r hitung > r tabel, maka alat ukur tersebut realiabel.

 Apabila r hitung < r tabel maka alat ukur tidak reliabel.

4. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki data yang terdistribusi normal atau mendekati normal.

Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi normalitas. Selain menggunakan grafik, uji kenormalan data dapat dilakukan dengan Uji Kolmogorov-Smirnov (Umar, 2009).

Pengujian hipotesa Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut:

Nilai signifikasi atau nilai probabilitas < 0,05 distribusi data adalah tidak normal,

Nilai signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05 distribusi data adalah normal.

b. Uji Multikoleniaritas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terdapat atau terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolinieritas. Model regresi yang baik

(54)

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu.

Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dalam model regresi linier ganda dapat digunakan nilai variance inflation factor (VIF) dengan ketentuan jika nilai VIF melebihi 10, maka terjadi multikolinieritas di antara variabel independen.

c. Uji Heterokedastisitas

Heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui adanya penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik pada model regresi. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

Pada penelitian ini pengujian heteroskedastisitas menggunakan metode grafik (melihat pola titik-titik pada grafik regresi). Adapun dasar kriteria dalam pengambilan keputusan, yaitu (Priyatno, 2014):

1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

(55)

5. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji kebenaran dari jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan uji kesesuaian (goodness of fit test) untuk menguji ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual. Goodness of fit diukur menggunakan uji koefisien determinan (R2), uji signifikansi simultan (uji F), dan uji signifikansi parsial (Uji t). Adapun yang dimaksud ke dalam uji determinan (R2), uji signifikansi simultan (uji F) dan uji signifikansi parsial (uji t) adalah sebagai berikut:

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada dasarnya digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan kata lain, koefisien determinasi merupakan kemampuan variabel X dalam menjelaskan variabel Y. Nilai R2 adalah nol sampai satu. Jika nilai R2 semakin mendekati satu menunjukkan semakin kuat kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variable terikat. Jika nilai R2 adalah nol, menunjukkan bahwa variabel bebas secarakeseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel terikat.

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.

(56)

2) Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.

b. Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji F dapat digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 5%. Apabila nilai F hasil perhitungan lebih besar dari nilai F tabel maka hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara stimultan berpengaruh terhadap variabel dependen.

Dasar pengambilan keputusan untuk Uji F (simultan) sebagai berikut:

1. Jika nilai F hitung > F tabel maka variabel Bebas (X) berpengaruh terhadap variabel terikat (Y)

2. Jika nilai F hitung < F tabel maka variabel bebas (X) tidak berpengaruh terhadap variabel terikat (Y).

c. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Uji parsial atau koefisien regresi digunakan untuk memastikan apakah masing-masing variabel bebas secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap nilai variabel terikat. Uji t dilakukan dengan membandingkan antara nilai t tabel dengan t hitung.

Jika nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen.

Gambar

Tabel 2.3  Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual  2.6.  Hipotesis Penelitian
Tabel 4.9  Hasil Uji Normalitas

Referensi

Dokumen terkait

Mereka merasa harus memberikan segala sesuatu yang dapat menyenangkan dan membahagiakan orang lain sehingga mereka bertahan dan akhirnya merasa nyaman dengan hidupnya

Daugelio Vakarø Europos ðaliø teisës doktrina taip pat neþino atleidimo nuo baudþiamosios at- sakomybës kaip materialiosios teisës atskiro instituto, nors daugelyje ðaliø

Tujuan : Mengetahui gambaran distribusi penyakit tinea imbrikata berdasarkan keadaan sosiodemografi dan klinis di Desa Teluk Pongkal Kecamatan Sokan Kabupaten

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir,

Hasil penelitian 83 sampel Ikan Kembung Lelaki ( Rastrelliger kanagurta ) dari perairan sekitar Rembang didapat nilai hubungan panjang berat ikan kembung jantan pada

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh: 1) kualitas produk terhadap keputusan pembelian, 2) kesesuaian harga terhadap keputusan pembelian, dan 3)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) terdapat enam bentuk kesantunan berbahasa di SMA Negeri 1 Dulupi Kabupaten Boalemo berdasarkan prinsip maksim kesantunan, yaitu: (a)

Menurut McLeod (2011: 536-537) adalah konselor yang memiliki kompetensi dan keterampilan interpersonal, keyakinan dan sikap personal, kemampuan konseptual dalam pelayanan