• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chap. 8 Gas Bose Ideal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Chap. 8 Gas Bose Ideal"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Chap. 8 Gas Bose Ideal

(2)

Model: Gas Foton

â€ĸ Foton adalah Boson yg tunduk kepada distribusi BE.

â€ĸ Model:

– Foton memiliki frekuensi Ή, rest mass=0, spin 1ℏ – Energi E=â„Ī‰ dan potensial kimia =0

– Momentum 𝒑 = ℏ 𝒌, 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 |𝐤| = 𝜔𝒌/𝑐

– Polarisasi (2 alternatif arah) dengan vektor arah 𝝐

– Foton ini terkait dengan plane wave đ‘Ŧ 𝒓, 𝑡 = 𝝐𝑒𝑖(𝒌.𝒓 −𝜔𝑡) – Foton dalam kontainer V=L3 dan memenuhi syarat batas

periodik di batas, sehingga k yg diperbolehkan adalah:

𝒌 = 2𝜋

đŋ 𝒏, dengan n adalah vektor dengan komponen bilangan bulat = 0, Âą1, Âą2, â€Ļ

(3)

Model: Gas Foton

Maka jumlah status keadaan k yg diijinkan adalah:

ÎŖp → V

h3 âˆĢ 𝑑3𝑝 = 𝑉

ℎ3 4𝜋ℏ3âˆĢ 𝑘2𝑑𝑘 = 𝑉

2𝜋 3 4𝜋âˆĢ 𝑘2𝑑𝑘

â€ĸ Total energi sistem gas Foton:

𝐸 𝑛𝒌,𝝐 =

𝒌,𝝐

ℏ𝜔𝒌 𝑛𝒌,𝝐 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑛𝒌,𝝐=0,1,2,â€Ļ

Fungsi Partisi Grand Kanonik - tanpa restriksi thd jumlah{nk,īĨ} : 𝜁 =

{𝑛𝑘,𝜖}

𝑒−đ›Ŋ𝐸{𝑛𝑘,𝜖} =

{𝑛𝑘,𝜖}

exp(−đ›Ŋ

𝒌,𝝐

ℏ𝜔𝑘𝑛𝑘,𝜖) =

(4)

Fungsi Partisi Gas Foton

𝜁 =

{𝑛𝑘,𝜖} 𝒌,𝝐

exp(−đ›Ŋℏ𝜔𝑘𝑛𝑘,𝜖)

𝜁 =

𝒌,𝝐 𝑛𝑘,𝜖=0

∞

exp(−đ›Ŋℏ𝜔𝑘 𝑛𝑘,𝜖) =

𝒌,𝝐

1

1 − exp(−đ›Ŋℏ𝜔𝑘) ln 𝜁 = −2

𝒌

𝒍𝒏{1 − exp(−đ›Ŋℏ𝜔𝒌)}

Untuk hasil terakhir ini telah dipakai polarisasi hanya ada 2 arah.

(5)

Okupansi & Energi Gas Foton

â€ĸ Rata-rata jumlah foton dengan momentum k (tak peduli polarisasi), telah diturunkan :

< 𝑛𝒌 > = − 1 đ›Ŋ

𝜕 ln 𝜁

𝜕𝜖𝒌 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝜖𝒌 = ℏ𝜔𝑘

< 𝑛𝒌 > = 2

𝒌′

exp −đ›Ŋℏ𝜔𝑘′ đ›ŋ𝑘𝑘′

1 − exp −đ›Ŋℏ𝜔𝑘′ = 2

𝑒đ›Ŋℏ𝜔𝑘 − 1

â€ĸ Hasil terakhir ini konsisten dengan perhitungan untuk Boson, dengan faktor 2 sebagai pengali akibat polarisasi berbeda

untuk momentum yg sama.

â€ĸ Energi sistem foton : 𝑈 =

𝑘

< 𝑛𝑘 > 𝜖𝑘 = 2

𝑘

ℏ𝜔𝑘 𝑒đ›Ŋℏ𝜔𝑘 − 1

(6)

Okupansi & Energi Gas Foton

â€ĸ Dalam limit thermo N,V  ī‚Ĩ, maka    sbb:

𝑈 = 𝑉

2𝜋 3

0

∞

𝑑𝑘 4𝜋𝑘2ℏ𝜔 𝑒đ›Ŋℏ𝜔 − 1

â€ĸ Dengan 𝜔 = 𝜔 𝑘 = 𝑘𝑐 sehingga 𝑑𝑘 = 1

𝑐 𝑑𝜔, sehingga diperoleh:

𝑈 = 𝑉ℏ 𝜋2𝑐3

0

∞

𝑑𝜔 𝜔3 𝑒đ›Ŋℏ𝜔 − 1

(7)

Okupansi & Energi Gas Foton

Dengan U/V = rapat energi per volum, yaitu:

U

V = ℏ

𝜋2𝑐3 âˆĢ0∞ 𝑑𝜔 𝜔3

𝑒đ›Ŋℏ𝜔−1 = âˆĢ0∞ 𝑑𝜔đ‘ĸ(𝜔, 𝑇)

Dengan u(Ή,T) adalah rapat energi spektral (untuk frek tertentu), yg adalah rumus radiasi Planck yg terkenal.

đ‘ĸ(𝜔, 𝑇) = ℏ 𝜋2𝑐3

𝜔3 𝑒đ›Ŋℏ𝜔 − 1

(8)

Rapat energi spektral dan Rapat Energi

Sedangkan integral :

0

∞

𝑑𝜔 𝜔3 𝑒đ›Ŋℏ𝜔 − 1

Dapat di evaluasi dengan substitusi đ‘Ĩ = đ›Ŋℏ𝜔, maka:

0

∞

𝑑𝜔 𝜔3

𝑒đ›Ŋℏ𝜔 − 1 = 𝑘𝑇 4 ℏ4

0

∞ đ‘Ĩ3

𝑒đ‘Ĩ − 1𝑑đ‘Ĩ

0 1 2 3 4 5 6

0 2 4 6 8 10

Ή T3 >T2 >T1

T3

T2 T1

(9)

Rapat energi spektral dan Rapat Energi

Dengan cukup banyak trik, menggunakan fungsi Riemann- zeta īē dan fungsi gamma:

âˆĢ0∞ đ‘Ĩ3

𝑒đ‘Ĩ−1 𝑑đ‘Ĩ = Γ 4 𝜁 4 = 3! 𝜋4

90, sehingga rapat energi per volum:

𝑈

𝑉

=

ℏ

𝜋2𝑐3

𝑘𝑇 4 ℏ4

𝜋4

15

=

𝜋2 𝑘𝑇 4

15 ℏ𝑐 3

(10)

Model Gas Fonon

â€ĸ Hamiltonian kristal : jumlahan dari osilator harmonis (normal mode).

â€ĸ Secara Kuantum partikel terkait dengan normal mode osilasi : fonon

â€ĸ Pada suhu rendah : kristal dipandang sbg kumpulan gas fonon tak saling berinteraksi.

â€ĸ Fonon : frekuensi karakteristik Ήi dengan energi ℏ𝜔𝑖. Fungsi gelombangnya 𝝐𝑒𝑖(𝐤.đĢ−𝜔𝑖𝑡) dengan |k|=Ή/c, c: cepat rambat bunyi. Tidak spt kasus foton 𝝐 tidak perlu tegak lurus arah propagasi, sehingga arah polarisasi ada 3.

(11)

Model Gas Fonon

â€ĸ Fonon tunduk pada distribusi BE

â€ĸ Kristal terdiri dari N atom, maka terdapat 3N normal mode dengan frekuensi karaketeristik : Ή1 , Ή2 , â€Ļ Ή3N

â€ĸ Nilai Ήi bergantung model yang dipakai:

– Model Einstein : semua sama = Ή

– Model Debye : lowest 3N normal mode

(12)

Model Debye

â€ĸ Model Debye: Model untuk kalor jenis zat padat

Kristal : dipandang sebagai medium elastis kontinum dengan volume V dan memenuhi syarat batas periodik yg membawa kepada k= 2/L n dimana n adalah vektor dengan komponen (0,ī‚ą1, ī‚ą2,â€Ļ) dan L=V1/3.

Rapat keadaan : banyaknya normal mode antara Ή dan Ή+ dΉ adalah f(Ή)d Ή:

𝑓 𝜔 𝑑𝜔 = 3𝑉

2𝜋 3 4𝜋𝑘2𝑑𝑘 = 𝑉 3𝜔2

2𝜋2𝑐3 𝑑𝜔 Telah dipakai : polarisasi 3 arah, dan k=Ή/c.

(13)

Model Debye

Dengan menerapkan syarat bahwa :âˆĢ0𝜔𝑚 𝑓 𝜔 𝑑𝜔 = 3𝑁, dengan Ήm: frek cut off max. Diperoleh:

𝜔𝑚 = 𝑐 2𝜋2 đ‘Ŗ

1/3

𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 đ‘Ŗ = 𝑉/𝑁 Panjang gelombang terkait, 𝜆𝑚 = 2𝜋𝑐

𝜔𝑚 ≈ 4đœ‹đ‘Ŗ 13 ≈jarak antar partikel

(14)

Energi, Fungsi Partisi dan Okupansi

â€ĸ Energi sistem gas fonon untuk suatu konfigurasi okupansi fonon tertentu:

𝐸 𝑛𝑖 =

𝑖=1 3𝑁

𝑛𝑖ℏ𝜔𝑖 Fungsi partisi kanonik sistem:

𝑄 =

{𝑛𝑖}

𝑒−đ›Ŋ𝐸{𝑛𝑖} =

𝑖=1

3𝑁 1

1 − 𝑒−đ›Ŋℏ𝜔𝑖 ln 𝑄 = −

𝑖=1 3𝑁

ln(1 − 𝑒−đ›Ŋℏ𝜔𝑖)

(15)

Energi, Fungsi Partisi dan Okupansi

Seperti sebelumnya : rata-rata okupansi mode ke-i:

< 𝑛𝑖 > = − 1 đ›Ŋ

𝜕

𝜕 ℏ𝜔𝑖 ln 𝑄 = 1

𝑒đ›Ŋℏ𝜔𝑖 − 1

â€ĸ Energi total sistem rata-rata : 𝑈 = − 𝜕

𝜕đ›Ŋ ln 𝑄 =

𝑖=1 3𝑁

ℏ𝜔𝑖 < 𝑛𝑖 > =

𝑖=1

3𝑁 ℏ𝜔𝑖 𝑒đ›Ŋℏ𝜔𝑖 − 1 Spt biasa, pada limit N,V ī‚Ĩ, maka   , sehingga :

𝑈 = 3𝑉 2𝜋2𝑐3

0 𝜔𝑚

𝑑𝜔 𝜔2ℏ𝜔 𝑒đ›Ŋℏ𝜔 − 1

(16)

Energi, Fungsi Partisi dan Okupansi

Dengan substitusi t=đ›Ŋℏ𝜔, dan memanfaatkan definisi Ήm sebelumnya maka :

𝑈

𝑁 = 3 𝑘𝑇 4 ℏ𝜔𝑚 3

0 đ›Ŋℏ𝜔𝑚

𝑑𝑡 𝑡3 𝑒𝑡 − 1 Definisikan fungsi Debye D(x) sbb:D(x) ≡ 1

đ‘Ĩ3 âˆĢ0đ‘Ĩ 𝑑𝑡 𝑡3

𝑒𝑡−1

𝐷 đ‘Ĩ = 1 đ‘Ĩ3

0 đ‘Ĩ

𝑑𝑡 𝑡3

𝑒𝑡 − 1 =

1 − 3

8 đ‘Ĩ + 1

20đ‘Ĩ2 + ⋯ đ‘Ĩ â‰Ē 1 𝜋4

5đ‘Ĩ3 đ‘Ĩ â‰Ģ 1

(17)

Kalor Jenis Zat Padat

Dan suhu Debye TD sbg 𝑘𝑇𝐷 = ℏ𝜔𝑚 = ℏ𝑐 2𝜋2

đ‘Ŗ

1/3

, maka rapat energi per atom U/N dapat dituliskan sbg (definisikan u=TD/T:

𝑈

𝑁 = 3𝑘𝑇𝐷 đ‘ĸ =

3𝑘𝑇(1 − 3 8

𝑇𝐷

𝑇 + ⋯ 𝑇 â‰Ģ 𝑇𝐷 3𝑘𝑇 𝜋4

5

𝑇 𝑇𝐷

3

+ 𝑂(𝑒−𝑇𝑇𝐷) 𝑇 â‰Ē 𝑇𝐷 Dengan mudah kalor jenis CV per atom:

đļđ‘Ŗ

𝑁 = 1 𝑁

𝜕𝑈

𝜕𝑇 =

3𝑘(1 − 3 20

𝑇𝐷 𝑇

2

+ ⋯ 𝑇 â‰Ģ 𝑇𝐷 12𝑘𝜋4

5

𝑇 𝑇𝐷

3

+ 𝑂(𝑒−𝑇𝑇𝐷) 𝑇 â‰Ē 𝑇𝐷

(18)

Fitting dengan Eksperimen

Dari kalor jenis tsb nampak bahwa Pada suhu tinggi Cv/Nk  3

(dikenal dg hukum Empiris Dulong Petit. Sedangkan pada suhu rendah CV/Nk  T3.

(19)

Model Umum: Gas Bose Ideal

Secara umum model gas Boson adalah partikel boson dengan massa masing-masing m dalam volume V dan suhu T serta potensial kimia . Sistem gas ini boleh bertukar energi dan partikel dengan lingkungan  ensembel grand kanonik.

Asumsi : boson non relativistik, dengan spin s, dengan energi 1 partikelnya hanya kinetik:𝜖 𝒌 = ℏ𝟐𝑘2/2m. Energi ground state-nya NOL. 𝜖 0 = 0, sehingga potensial kimianya harus memenuhi −∞ < 𝜇 < 0

Volume wadah gas V= LxLyLZ dengan syarat batas periodik di batas volumenya.

Dalam batas limit thermo N,Vī‚Ĩ jumlah  boleh diganti âˆĢ

(20)

Masalah Ground State

â€ĸ Ground state

Rata-rata okupansi diberikan oleh distribusi BE:

< 𝑛𝑝 > = 1

𝑒đ›Ŋ(𝜖𝑝−𝜇) − 1

Untuk -īĸ<<1 , maka untuk ground state 𝜖 0 = 0, 𝑒−đ›Ŋ𝜇 ≈ 1 − đ›Ŋ𝜇 +

⋯ . Sehingga untuk kondisi ground state:

< 𝑛0 > ≈ 1

1 − đ›Ŋ𝜇 + ⋯ − 1 ≈ − 1 đ›Ŋ𝜇

Berarti <n0> bisa berharga besar (makroskopik) berapapun juga.

Density of state gas boson serupa dengan Fermion yaitu Ί 𝐸 ~ 𝐸1/2. Jika ÎŖ → âˆĢ Ί(𝐸)𝑑𝐸 maka untuk E=0 berapapun n0 akan dibobot =0.

Sehingga kasus ground state mesti dipisahkan sebelum dilakukan integrasi. (telah dilakukan di slide Boson)

(21)

Persamaan Bagi Gas Boson Ideal

Pers. Bagi gas Bose ideal dengan spin s (serupa dg yg telah diturunkan):

𝑃

𝑘𝑇 = −(2𝑠 + 1){4𝜋 ℎ3 0

∞

𝑑𝑝 𝑝2 ln 1 − 𝑧 𝑒−đ›Ŋ𝑝

2

2𝑚 − 1

𝑉 ln(1 − 𝑧)}

1

đ‘Ŗ = 2𝑠 + 1 {4𝜋 ℎ3 0

∞

𝑑𝑝 𝑝2 1 𝑧−1 𝑒đ›Ŋ𝑝

2

2𝑚 − 1

+ 1 𝑉

𝑧 1 − 𝑧}

Dengan cara serupa Fermion, persamaan ini dapat diungkapkan sbg:

𝑃

𝑘𝑇 = 2𝑠+1

𝜆3 𝑔5

2

𝑧 − 2𝑠+1

𝑉 ln 1 − 𝑧

1

đ‘Ŗ = 2𝑠+1

𝜆3 𝑔3

2

𝑧 + 2𝑠+1

𝑉

𝑧 1−𝑧

(22)

Persamaan Bagi Gas Boson Ideal

Dengan definisi fungsi g sbb:

𝑔5 2

𝑧 = − 4 𝜋 0

∞

𝑑đ‘Ĩ đ‘Ĩ2 ln 1 − 𝑒−đ‘Ĩ2 =

𝑚=1

𝑧𝑚 𝑚5/2 𝑔3

2

𝑧 = 𝑧 𝜕

𝜕𝑧 𝑔5

2

𝑧 =

𝑚=1

𝑧𝑚 𝑚3/2

(23)

Kondensasi Bose Einstein

â€ĸ Perilaku Boson dapat kita pelajari dari pers.

𝑛 = 1

đ‘Ŗ = 1 𝜆3 𝑔3

2

𝑧 + 1 𝑉

𝑧 1 − 𝑧

Spt biasa v=V/N atau n=1/v : rapat partikel. Suku kedua 1/V (z/1-z) menggambarkan rapat partikel dengan momentum NOL. Sedangkan suku pertama adalah rapat partikel dengan momentum TAK NOL.

. Fungsi g3/2(z) memiliki perilaku sbb:

𝑔3 2

𝑧 =

𝑚=1

∞ 𝑧𝑚 𝑚3/2

Suku z/(1-z)>=0, sehingga 0<= z <= 1, untuk nilai z ini jelaslah bahwa g3/2(z) akan terbatas, dan ini berupa fungsi monotonik naik.

(24)

Kondensasi Bose-Einstein

â€ĸ Pada z=1, 𝜕𝑔3/2

𝜕𝑧 divergen, tetapi g3/2(1) tidak lain adalah fungsi Rieman zeta

â€ĸ īē(3/2)=2.612â€Ļ berhingga : g3/2 (1)= 2.612â€Ļ.

Sehingga nilai 0  g3/2(z)  2.612.. Untuk 0  z  1.

â€ĸ Suku z/(1-z)=n0 adalah rapat suku okupansi rata-rata untuk status p=0. Pers. Boson dapat kita tulis ulang sbg:

𝜆3 𝑛0

𝑉 = 𝜆3

đ‘Ŗ − 𝑔3 2

(𝑧)

Untuk kasus tak ada partikel dengan p=0, maka : 𝜆3

đ‘Ŗ = 𝑔3

2

(𝑧)

(25)

Kondensasi Bose-Einstein

Ruas kanan paling maksimum g3/2(1)= 2.612. Jikalau 𝜆3

đ‘Ŗ >

2.612 𝑎𝑡𝑎đ‘ĸ 𝑔3

2

(1) maka persamaan tsb tak ada solusinya. Pada keadaan ini maka z =1 (maksimum), dan sebagian dari boson mesti menempati status p=0. Keadaan spt ini bisa terjadi

misalnya dg menurunkan T (īŦ >>) atau dengan meningkatkan rapat partikel (n>> atau v <<).

Berarti n0 >0 bilamana suhu (īŦ) dan rapat partikel (atau 1/v) sedemikian sehingga:

𝜆3

đ‘Ŗ > 𝑔3 2

(1)

(26)

Kondensasi Bose-Einstein

Artinya pada suhu ini, terdapat sebagian partikel yg berada di status dengan p=0. Fenomena ini dikenal dengan nama

kondensasi Bose-Einstein.

â€ĸ Pada keadaan ini sistem seperti terdiri dari 2 fasa yaitu : fasa p=0 dan fasa pī‚š0. Jadi seperti terjadi transisi fasa dari fasa p>0, ke fasa campuran dengan p=0.

â€ĸ Untuk suatu kerapatan tertentu (1/v), maka temperatur kritis TC diperoleh sebagai solusi dari :

â€ĸ 𝜆đļ3 = đ‘Ŗđ‘”3

2

1 𝑎𝑡𝑎đ‘ĸ 𝑘𝑇đļ = 2𝜋ℏ2

𝑚 đ‘Ŗđ‘”3

2

1 2/3

(27)

Volume dan Temperatur Kritis

â€ĸ Sebaliknya untuk suatu suhu tertentu T, maka volume jenis kritis vC didefinisikan sbg:

â€ĸ đ‘Ŗđ‘ = 𝜆3

𝑔3

2

1

â€ĸ Jadi daerah kondensasi (p=0) mulai terjadi jika T<TC atau v<vC atau n>nc dengan n=1/v.

(28)

Perilaku fugacity, z(T)

â€ĸ Nilai z sebagai fungsi (v,T)

diperoleh dengan mencari solusi dari pers:

â€ĸ 𝜆3

đ‘Ŗ = 𝑔3

2

𝑧 + 𝜆3

𝑉 𝑧 1−𝑧

â€ĸ Berarti untuk limit Vī‚Ĩ :

â€ĸ Jika īŦ3/v > g3/2(1) maka z=1 (terjadi kondensasi).

â€ĸ Jika īŦ3/v < g3/2(1), maka z diperoleh dari solusi 𝜆3

đ‘Ŗ = 𝑔3

2

(𝑧)

(29)

Perilaku Fugacity dan Pers Keadaan

â€ĸ Dari solusi numerik persamaan untuk suatu nilai 𝜆3

đ‘Ŗ tertentu:

𝑔3 2

𝑧 = 𝜆3 đ‘Ŗ

â€ĸ Dapat di plot perilaku z thd đ‘Ŗ

𝜆3

â€ĸ Untuk đ‘Ŗ

𝜆3 < 1

2.612 maka z=1

(30)

Perilaku Fugacity dan Pers Keadaan

â€ĸ Setelah mendapatkan nilai z untuk suatu nilai 𝜆3/đ‘Ŗ maka dapat dicari persamaan keadaan dari :

𝑃

𝑘𝑇 = 1 𝜆3 𝑔5

2

(𝑧)

Yaitu untuk kasus īŦ3/v < g3/2(1). Sedangkan untuk kasus īŦ3/v > g3/2(1), maka

𝑃

𝑘𝑇 = 1 𝜆3 𝑔5

2

(1)

(31)

Persamaan Keadaan Gas Bose Ideal

â€ĸ Kurva di samping

menunjukkan isotherm.

Perhatikan jika v<vC (misal titik B),maka z=1 sehingga tekanan tidak lagi

bergantung volume, karena ini fasa kondensasi.

â€ĸ Kurva yg dibentuk oleh semua nilai nilai vc(T)

disebut garis transisi karena menggambarkan daerah transisi ke kondensasi

(32)

Persamaan Keadaan Gas Bose Ideal

â€ĸ Garis transisi diberikan oleh: 𝑃 = 𝑘𝑇

𝜆3 𝑔5

2

(1) . Titik B (transisi) terjadi ketika temperaturnya mencapai Tc yg didefinisikan dari :

â€ĸ 𝜆𝑐3

đ‘Ŗ = 𝑔3

2

1 → 𝑘𝑇𝑐 = 2𝜋ℏ2

𝑚 đ‘Ŗđ‘”3

2

1 2/3 → 𝑃 = 2𝜋ℏ2

đ‘šđ‘Ŗ5/3

𝑔5

2

1

𝑔3

2

1

5 3

(33)

Kondensat

â€ĸ Ketika terjadi kondensasi, maka:

â€ĸ 𝑛 = 1

đ‘Ŗ = 1

𝜆3 𝑔3

2

1 + 1

𝑉 𝑧

1−𝑧 , atau

â€ĸ 𝑁 = 𝑉

𝜆3 𝑔3

2

1 + 𝑛0

â€ĸ 𝑛0

𝑁 = 1 − đ‘Ŗ

𝜆3 𝑔3

2

1

Tetapi volum kritis dan temperatur kritis didefinisikan di depan sbg:

1

đ‘Ŗđļ = 1 𝜆3 𝑔3

2

1 𝑑𝑎𝑛 1/𝜆3𝑐 = 1 đ‘Ŗđ‘”3

2

(1) Sehingga : 𝑛0

𝑁 = 1 − đ‘Ŗ

đ‘Ŗđļ=1-(T/TC)3/2

(34)

Kondensat

Berarti:

Untuk T>TC , partikel tersebar tipis diantara semua level.

Untuk T<TC , sebagian 1-(T/TC)3/2 menempati p=0 sisanya tersebar tipis ke seluruh pī‚š0.

Ketika T=0, semuanya di p=0.

(35)

Hubungan Thermodinamika Gas Ideal Boson

â€ĸ Dengan adanya dua fasa tsb, maka berbagai hubungan

Thermodinamika dapat diturunkan. Masing-masing untuk kasus :

â€ĸ (a) v>vC (atau T>TC)

â€ĸ (b) v<vC (atau T<TC) 𝑈

𝑁 = 3

2 đ‘ƒđ‘Ŗ = 3

2 𝑘𝑇 đ‘Ŗ 𝜆3 𝑔5

2

𝑧 , (𝑎)

3

2𝑘𝑇 đ‘Ŗ 𝜆3 𝑔5

2

1 , (𝑏)

− 𝐴

𝑁𝑘𝑇 =

đ‘Ŗ 𝜆3 𝑔5

2

𝑧 − ln 𝑧 , (𝑎) đ‘Ŗ

𝜆3 𝑔5 2

1 , (𝑏)

(36)

Hubungan Thermodinamika Gas Ideal Boson

𝑆

𝑁𝑘 =

5 2

đ‘Ŗ

𝜆3 𝑔5

2

𝑧 − ln 𝑧 , (𝑎) 5

2 đ‘Ŗ

𝜆3 𝑔5

2

1 , (𝑏)

đļđ‘Ŗ 𝑁𝑘 =

15 4

đ‘Ŗ

𝜆3 𝑔5

2

𝑧 − 9 4

𝑔3

2

𝑧 𝑔1

2

𝑧 (𝑎) 15

4 đ‘Ŗ

𝜆3 𝑔5

2

1 , (𝑏)

Referensi

Dokumen terkait