• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chap 7. Gas Fermi Ideal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Chap 7. Gas Fermi Ideal"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Chap 7. Gas Fermi Ideal

(2)

Gas Fermi pada Ground State

• Distribusi Fermi Dirac pada kondisi Ground State (T0) memiliki perilaku:

• 𝑛 𝑝 = 1

𝑒

𝛽 𝜖𝑝−𝜇

+1

0 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝜖 𝑝 > 𝜇 1 𝜖 𝑝 < 𝜇

• Hasil ini berarti:

Seluruh level energy di bawah nilai energy fermi (𝜖 𝐹 ) terisi, sedangkan di atasnya kosong sama sekali. Kondisi seperti ini dikenal sebagai “degenerasi kuantum”.

• Apakah arti energy fermi?

• Berapakah energy fermi?

𝑛 𝑝

𝜖 𝐹 𝜖 𝑝

1

0

(3)

Arti energi Fermi  F

• Artinya : pada T=0 (Ground State), maka semua Fermion berusaha menempati level energi terendah, akan tetapi

karena aturan Pauli, maka tidak semua bisa menempati level terendah!

• Sehingga Fermion akan menempati semua level terendah sampai dengan level dengan energy tertinggi yaitu 

F

. Jadi energi Fermi adalah level energi tertinggi yg berisi Fermion pada kondisi Ground State.

• Berarti total partikel dengan energi di bawah 

F

= N (untuk

kasus spinless Fermion, tiap level energi berisi 1).

(4)

Energi Fermi (Tingkat Fermi)

• 𝜖 𝐹 dapat ditentukan dari kondisi bahwa :

𝑁 = (2𝑆 + 1) 𝑝 𝑛 𝑝 , jika T0 , maka 𝑁 = (2𝑆 + 1) 𝑝 𝑝

𝐹

𝑛 𝑝

• Dengan 𝑝 𝐹 adalah momentum fermi yg terkait dengan energy fermi melalui:

• 𝜖 𝐹 = 𝑝

𝐹2

2𝑚

• Pada ground state maka : 𝑁 = 2𝑆 + 1

𝑝 𝑝

𝐹

1 = 2𝑆 + 1 𝑉 ℎ 3

0 𝑝

𝐹

4𝜋𝑝 2 𝑑𝑝 𝑁 = 4𝜋 2𝑆 + 1 𝑉

3ℎ 3 𝑝 𝐹 3 = 4𝜋 2𝑆 + 1 𝑉

3ℎ 3 2𝑚𝜖 𝐹 3 2

(5)

Energi Fermi (Tingkat Fermi)

𝜖 𝐹 = ℏ 2 2𝑚

6𝜋 2 𝑁 𝑉 2𝑠 + 1

2/3

= ℏ 2 2𝑚

6𝜋 2 𝑛 2𝑠 + 1

2/3

Dimana n=N/V adalah rapat partikel.

• Energi internal pada Ground State : 𝑈 0 = (2𝑆 + 1)

𝜖≤𝜖

𝐹

𝜖 𝑝 = (2𝑆 + 1)

𝑝≤𝑝

𝐹

𝑝 2 2𝑚 𝑈 0 = 2𝑆 + 1 𝑉2𝜋

𝑚ℎ 3

0 𝑝

𝐹

𝑝 4 𝑑𝑝 = 2𝑆 + 1 𝑉2𝜋

5𝑚ℎ 3 𝑝 𝐹 5

(6)

Energi Rata-Rata Ground State

𝑈 0 = 2𝑆 + 1 𝑉2𝜋 𝑚ℎ 3

0 𝑝

𝐹

𝑝 4 𝑑𝑝 = 2𝑆 + 1 𝑉2𝜋

5𝑚ℎ 3 𝑝 𝐹 5 𝑈 0 = 2𝑆 + 1 2𝜋𝑉

5𝑚ℎ 3 2𝑚𝜖 𝐹 5/2

Energi dalam per partikel pada ground state: (tak bergantung S!)

𝑈 0 𝑁 =

2𝑆 + 1 2𝜋𝑉

5𝑚ℎ 3 2𝑚𝜖 𝐹 5 2 4𝜋 2𝑆 + 1 𝑉

3ℎ 3 2𝑚𝜖 𝐹 3 2

= 3

5 𝜖 𝐹

(7)

Zero Point Pressure

• Tetapi berlaku persamaa PV = 2/3U, sehingga pada T=0 (Ground state) ini juga berlaku:

• P

0

V = 2/3 U

0

atau:

𝑃 0 𝑉 = 2 3

3

5 𝑁𝜖 𝐹 → 𝑃 0 = 2

5 𝑛𝜖 𝐹 Dengan n=N/V adalah kerapatan partikel.

• Adanya tekanan pada temperatur NOL ini disebabkan karena hanya 1 (kasus spinless) Fermion yg bisa di energi NOL,

sisanya mesti bergerak, memiliki momentum! Sehingga

menimbulkan tekanan.

(8)

Zero Point Pressure

• Contoh : elektron di logam 𝑛 ≈ 7x10 28 ./m 3 . Elektron spin s=1/2, maka energi ferminya :

• 𝜖 𝐹 =

2

2𝑚

6𝜋

2

2𝑠+1 𝑣

2/3

≈ 7𝑒𝑉,

• sehingga tekanan temperature nolnya : P

0

=3x84x10

10

Pa

(besar atau kecilkah nilai ini?)

(9)

Suhu Fermi dan Eksitasi

• Suhu Fermi didefinisikan sbg 𝑇 𝐹 = 𝜖 𝐹 /𝑘

• Pada logam nilai 𝜖 𝐹 ≈ 2 𝑒𝑉, yang terkait dengan 𝑇 𝐹 ≈ 2𝑥10 4 𝐾. Artinya pada suhu ruang boleh dibilang

electron “membeku” pada ground state, kecuali sedikit yang dekat dengan tingkat fermi 𝜖 𝐹 yg mengalami

eksitasi. Rata-rata energy eksitasi per partikel ≈ 𝑘𝑇

• Hanya sekitar 𝑇

𝑇

𝐹

≈ 1.5%

electron yang dekat tingkat

Fermi yang pindah ke tingkat

eksitasi lebih tinggi.

(10)

Persamaan Keadaan Gas Fermi Ideal (secara umum)

• Trick : Eliminasi z dalam pers. Gas fermi 𝑃

𝑘𝑇 = 1 𝜆 3 𝑓 5

2

𝑧 𝑑𝑎𝑛 1

𝑣 = 1 𝜆 3 𝑓 3

2

𝑧 (1)

• Dengan 𝑣 = 𝑉

𝑁 𝑑𝑎𝑛 𝜆 =

2𝜋𝑚𝑘𝑇

• Sebenarnya rumus (1) di atas adalah untuk kasus spinless (s=0)!!!

• Jikalau spin 0, maka mesti dimasukkan faktor koreksi (2s+1), Sebab untuk setiap satu nilai momentum p terdapat m

s

=-s,-

s+1,..,0,..,s yg berbeda bisa ditempati fermion dan semuanya

memiliki energi 

p

yg sama.

(11)

Limit Klasik Gas Fermi

• Dengan koreksi ini mestinya bentuk yg lebih umum bagi pasangan persamaan untuk Fermion adalah:

𝑃

𝑘𝑇 = (2𝑠 + 1) 𝜆 3 𝑓 5

2

𝑧 𝑑𝑎𝑛 1

𝑣 = (2𝑠 + 1) 𝜆 3 𝑓 3

2

𝑧 (2)

• Limit klasik (non degenerate Fermi Gas), jika (T tinggi) kasus 𝑧 = 𝑒 𝛽𝜇 ≪ 1

• Dalam kondisi ini, maka distribusi FD menjadi MB:

< 𝑛 𝑝 > = 1

𝑧 −1 𝑒 𝛽𝜖

𝑝

+ 1 ≈ 𝑧𝑒 −𝛽𝜖

𝑝

(12)

Limit Klasik (non degenerate Fermi Gas)

• Mari kita tinjau kasus spinless Fermion:

𝑃

𝑘𝑇 = 1 𝜆 3 𝑓 5

2

𝑧 𝑑𝑎𝑛 1

𝑣 = 1 𝜆 3 𝑓 3

2

𝑧 (1)

• Untuk kasus z kecil maka:

𝑓

3

2

𝑧 = 𝑧 − 𝑧

2

2

3 2

+⋯ 𝑑𝑎𝑛𝑓

5

2

𝑧 = 𝑧 − 𝑧

2

2

5 2

(2)

• Sub. Pers. (2) ke (1) : 𝑃

𝑘𝑇 ≈ 1

𝜆 3 (𝑧 − 𝑧 2 2 5 2

) 3𝑎

1

𝑣 = 1

𝜆 3 (𝑧 − 𝑧 2 2 3 2

) (3𝑏)

(13)

Limit Klasik (non degenerate Fermi Gas)

Tujuan kita mengeliminasi z dari (3a) dan (3b), dengan cara sbb:

Dari (3b)

𝜆 3

𝑣 = 𝑧 − 𝑧 2 2 3 2

(4) Pecahkan untuk z:

𝑧 = 2 1 ± 1 − 2𝑧 0 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑧 0 = 𝜆

3

𝑣 (5)

Untuk  kecil, dpt diekspansi

1 + Δ 𝑛 = 1 + 𝑛Δ + n n − 1

2 Δ 2 + ⋯

(14)

Limit Klasik (non degenerate Fermi Gas)

Dengan mempertahankan sampai order ke2, diperoleh:

1 − 2𝑧 0 = 1 − 1

2 2𝑧 01

4 𝑧 0 2 + ⋯

Sehingga dengan mengingat z>0, maka (5) menjadi:

𝑧 ≈ 2 1 − 1 − 1

2 2𝑧 0 − 1

4 𝑧 0 2 + ⋯

= 𝑧 0 + 1 2 3 2

𝑧 0 2 + ⋯ (6)

(15)

Limit Klasik (non degenerate Fermi Gas)

Memakai aproksimasi z ini, maka persamaan bagi P di (3a) menjadi:

𝑃

𝑘𝑇 = 1

𝜆 3 𝑧 0 + 1

2 3/2 𝑧 0 2

𝑧 0 + 1 2 3 2

𝑧 0 2

2

2 5 2

+ ⋯ Mempertahankan suku hingga kuadratis:

𝑃

𝑘𝑇 = 1

𝜆 3 𝑧 0 + 1

2 3/2 𝑧 0 2 − 1

2 5/2 𝑧 0 2 + ⋯ (7)

(16)

Arti Limit Klasik

Atau dengan sub. Nilai z

0

:

𝑃𝑣

𝑘𝑇 = 1 + 1

2

5 2

𝜆

3

𝑣 + ⋯ (8)

Bentuk terakhir ini dikenal sebagai ekspansi virial (variabel ekspansinya (1/v). Pada orde-nol maka kembali diperoleh hasil gas ideal:

𝑃𝑉

𝑘𝑇 = 𝑁 Suku koreksi 1

2

52

𝜆

3

𝑣 bukan hasil potensial interaksi antar

partikel melainkan murni efek kuantum dari Fermion.

(17)

Arti Limit Klasik

• Kita bisa memakai z

0

untuk memahami arti aproksimasi z<<1.

𝑧 0 = 𝜆

3

𝑣 ≪ 1 berarti 𝜆/𝑣 1/3 ≪ 1 .

Tetapi v

1/3

= L: jarak rata-rata antar partikel.

• Berarti aproksimasi ini meminta panjang gelombang

thermal jauh lebih kecil dibandingkan jarak rata-rata antar partikel.

• Artinya efek kuantum dapat diabaikan, jadi partikel terbedakan seperti di kasus gas ideal klasik.

• Jadi z<<1 analog dengan kasus klasik yaitu T tinggi

(18)

Arti Limit Klasik

• Berhubung   1/T, maka << berarti T>>, dan juga v>>

berarti N/V << atau low density of particles.

• Jadi aproksimasi klasik berlaku baik bilamana : temperatur

tinggi kerapatan partikel rendah.

(19)

Kasus : Suhu rendah (T<<) Kerapatan besar ( 3 /v >>1) - Fermion pada T rendah

• Rezim ekstrim yg lainnya adalah jika 𝜆

3

𝑣 ≫ 1 atau berarti suhu rendah dan kerapatan partikel besar. Akibatnya efek kuantum (eksklusi Pauli) menjadi nyata sekali. Fungsi f

3/2

tidak bisa

diaproksimasi dengan polynomial, akan tetapi mesti

diekspansi dengan cara lain (spt dilakukan Sommerfeld, lih. K.

Huang, atau appendix slide ini), yaitu : 𝑓

3

2

(𝑧) = 4

3 𝜋 ln 𝑧

32

+ 𝜋

2

8

1

ln 𝑧 + ⋯ (9)

• Jika kita pertahankan suku ke satu saja (yang akan bagus jika

T0):

(20)

Kasus : Suhu rendah (T<<) Kerapatan besar ( 3 /v >>1) - Fermion pada T rendah

𝜆 3

𝑣 = 4

3 𝜋 ln 𝑧 3 2

Pecahkan bagi z, dan substitusi nilai  akan diperoleh:

𝑧 = 𝑒 𝛽𝜖

𝐹

(10)

Dengan 

F

energi Fermi yang didefinsikan sbb (lihat Ground state):

𝜖 𝐹 =

2𝑚

6𝜋

2

𝑣

2/3

(11)

(21)

Fermion Pada Temperatur Rendah

• Bagaimana perilaku Fermion pada T rendah tapi bukan ground state (T0). Telah diturunkan di (9)-(11), untuk order terendah (kasus spinless fermion):

𝜆 3

𝑣 = 4

3 𝜋 ln 𝑧 0 3 2 ln 𝑧 0 = 3 𝜋

4𝑣 𝜆 3

2/3

= 𝛽𝜖 𝐹 = 𝜖 𝐹

𝑘𝑇 = 𝑇 𝐹 𝑇

• Dengan suhu Fermi didefinisikan sbg: 

F

= kT

F

.

(22)

Fermion Pada Temperatur Rendah

• Untuk ketelitian yang lebih baik, maka:

𝜆 3

𝑣 = 4

3 𝜋 [ ln 𝑧 3 2 + 𝜋 2 8

1

ln 𝑧 + ⋯ ] Atau dapat dituliskan

ln 𝑧 0 3 2 = [ ln 𝑧 3 2 + 𝜋 2 8

1

ln 𝑧 + ⋯ ]

(23)

Fermion Pada temperatur rendah

𝑇 𝐹 𝑇

3 2

= [ ln 𝑧 3 2 + 𝜋 2 8

1

ln 𝑧 + ⋯ ] Atau dapat disusun ulang menjadi:

ln 𝑧 3 2 = 𝑇 𝐹 𝑇

3 2

− 𝜋 2 8

1 ln 𝑧

Trick, suku ln 𝑧 di ruas kanan di aproksimasi dengan ln 𝑧 0 =

T

F

T :

Sehingga menjadi : ln 𝑧 3 2 ≈ 𝑇 𝐹

𝑇

3 2

− 𝜋 2 8

𝑇 𝐹 𝑇

− 1 2

≈ 𝑇 𝐹 𝑇

3 2

1 − 𝜋 2 8

𝑇 𝐹 𝑇

−2

(24)

Fermion pada temperatur rendah

Selanjutnya dengan aproksimasi : (1+x)

n

=1+nx+…, maka:

ln 𝑧 ≈ 𝑇 𝐹

𝑇 1 − 𝜋 2 12

𝑇 𝑇 𝐹

2

Padahal z = e

,

maka untuk suhu rendah dekat ground state:

𝜇 𝑇 ≈ 𝜖 𝐹 1 − 𝜋 2 12

𝑇 𝑇 𝐹

2

-0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

0 0.5 1 1.5

/

F

T

F

T

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

0 1 2

n

E/EF

T=0.1

T=0.01

(25)

Energi Fermion Pada Suhu Rendah

• Energi total sistem Fermion diberikan oleh:

𝑈 = Σ 𝑝 𝜖 𝑝 𝑛 𝑝 = 𝑉 ℎ 3

0

𝑑 3 𝑝𝜖 𝑝 𝑛 𝑝 = 𝑉 ℎ 3

0

∞ 𝜖 𝑝

𝑒 𝛽 𝜖

𝑝

−𝜇 + 1 𝑑 3 𝑝

= 4𝜋𝑉 ℎ 3

0

∞ 𝑝 2 𝜖 𝑝

𝑒 𝛽 𝜖

𝑝

−𝜇 + 1 𝑑𝑝 Dengan 𝜖 𝑝 = 𝑝

2

2𝑚 dan integrasi parsial akan diperoleh:

𝑈 = 𝛽𝑉

20𝜋 2 𝑚 22

0

∞ 𝑝 6 𝑒 𝛽 𝜖

𝑝

−𝜇 𝑒 𝛽 𝜖

𝑝

−𝜇 + 1 2

𝑑𝑝

(26)

Energi Fermion Pada Suhu Rendah

• Karena kita tidak jauh dari T=0, maka pengali p

6

dalam integrand akan berpuncak di sekitar = 

F

saja. Faktor p

6

diuraikan di sekitar p

F

, maka Sommerfeld (lihat misalnya K Huang) mendapatkan:*)

𝑈 = 3

5 𝑁𝜖 𝐹 1 + 5

12 𝜋 2 𝑘𝑇 𝜖 𝐹

2

+ ⋯

Untuk hasil ini telah dimanfaatkan ungkapan bagi (T) pada suhu rendah.

*) atau alternative penurunan di slide bagian belakang

(27)

Energi Fermion Pada Suhu Rendah

• Persamaan keadaan segera diperoleh melalui:

𝑃𝑉 = 2

3 𝑈 = 2

5 𝑁𝜖 𝐹 1 + 5

12 𝜋 2 𝑘𝑇 𝜖 𝐹

2

+ ⋯

• Hasil ini menunjukkan bahkan pada T=0 memang tekanan

tidak=0, sehingga perlu “mewadahi” Fermion bahkan pada

T=0.

(28)

Aplikasi: Distribusi Fermion

• Teori Bintang Katai

• Diamagnetism Landau

• Paramagnetism Pauli

• De Haas-Van Alphen effect

• dll

(29)

Apendix: Fungsi Fermi

• Untuk suhu rendah (𝑧 = 𝑒 𝛽𝜇 besar! ), maka 𝑓

3

2

(𝑧) tak dapat diuraikan dengan deret kuasa yg biasa.

• Tinjau kembali bentuk integralnya:

𝑓 3 2

𝑧 = 4 𝜋 0

𝑑𝑥 𝑥 2

𝑧 −1 𝑒 𝑥

2

+ 1

• Substitusi : 𝑦 = 𝑥 2 𝑧 = 𝑒 𝛼 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝛼 = ln(𝑧)

• Maka :

𝑓 3 2

𝑧 = 2 𝜋 0

𝑑𝑦 𝑦

𝑒 𝑦−𝛼 + 1

(30)

Apendix: Fungsi Fermi

• Fungsi 1

𝑒

𝑦−𝛼

+1 untuk suhu rendah akan mendekati fungsi tangga di sekitar 𝑦 = 𝛼. Jadi derivativenya akan serupa delta dirac di sekitar 𝑦 = 𝛼. Sifat ini akan dimanfaatkan.

• Integrasi parsial

𝑑𝑉 = 𝑦𝑑𝑦 𝑈 = 1

𝑒 𝑦−𝛼 + 1

0

𝑑𝑦 𝑦

𝑒 𝑦−𝛼 + 1 =

2 3 𝑦

3 2

𝑒 𝑦−𝛼 + 1 0

− 2 3 0

𝑑𝑦 𝑦 3 2 𝑒 𝑦−𝛼 𝑒 𝑦−𝛼 + 1 2

• Integrand berpuncak sekitar 𝑦 = 𝛼

(31)

Apendix: Fungsi Fermi

0

𝑑𝑦 𝑦

𝑒 𝑦−𝛼 + 1 = − 2 3 0

𝑑𝑦 𝑦 3 2 𝑒 𝑦−𝛼 𝑒 𝑦−𝛼 + 1 2

• Substitusi lagi 𝑦 − 𝛼 = 𝑡

0

𝑑𝑦 𝑦 3 2 𝑒 𝑦−𝛼

𝑒 𝑦−𝛼 + 1 2 = 𝛼 3/2

−𝛼

𝑑𝑡 1 + 𝑡 𝛼

3/2

𝑒 𝑡 𝑒 𝑡 + 1 2

• Jika 𝛼 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 → ∞

−∞

𝑑𝑡 1 + 𝑡 𝛼

3/2

𝑒 𝑡

𝑒 𝑡 + 1 2

(32)

Apendix: Fungsi Fermi

• Ekspansikan 1 + 𝑥 𝑛 = 1 + 𝑛𝑥 + 𝑛 𝑛−1

2! 𝑥 2 + ⋯ .

−∞

𝑑𝑡 1 + 3 2

𝑡

𝛼 + 3 8

𝑡 𝛼

2

+ ⋯ . 𝑒 𝑡 𝑒 𝑡 + 1 2

• Karena fungsi 𝑒

𝑡

𝑒

𝑡

+1

2

adalah fungsi genap (simetrik thd x - x), maka hanya suku suku terkait t

n

untuk n genap yang tak NOL.

• Definisikan

𝐼 0 =

−∞

𝑑𝑡 𝑒 𝑡

𝑒 𝑡 + 1 2 = 1

(33)

Apendix: Fungsi Fermi

• Selanjutnya:

𝐼 1 = 𝐼 3 = ⋯ . = 0 Dan

𝐼 𝑛 = 2 0 ∞ 𝑡

𝑛

𝑒

𝑡

𝑒

𝑡

+1

2

𝑑𝑡 untuk n: genap.

Misalnya 𝐼 2 = 𝜋

2

3

Sebagai catatan 𝐼 𝑛 bisa dinyatakan dengan fungsi terkenal Riemann Zeta. Dengan uraian ini maka :

𝑓 3 2

𝑧 = 3

4 𝜋 ln 𝑧 3/2 + 𝜋 2 8

1

ln 𝑧 + … .

(34)

Apendix: Fungsi Fermi

𝑓 3 2

𝑧 = 3

4 𝜋 ln 𝑧 3/2 1 + 𝜋 2

8 (ln 𝑧) −2 + … .

• Dengan cara serupa dapat diturunkan bahwa:

𝑓 5

2

𝑧 = 8

15 𝜋 ln 𝑧 5/2 1 + 5𝜋 2

8 (ln 𝑧) −2 + … .

(35)

Apendix: Fungsi Fermi

• Energi rata-rata system 𝑈 = − 𝜕

𝜕𝛽 ln 𝜁 = 𝑘𝑇 2 𝜕

𝜕𝑇 ln 𝜁 = 𝑘𝑇 2 𝜕

𝜕𝑇 𝑉

𝜆 3 𝑓 5 2

𝑧 𝑈 = 3

2 𝑘𝑇 𝑉 𝜆 3 𝑓 5

2

(𝑧) Dengan bantuan:

𝑁 = 𝑉 𝜆 3 𝑓 3

2

(𝑧) Maka :

𝑈 = 3

2 𝑁𝑘𝑇 𝑓 5 2

(𝑧)/𝑓 3 2

𝑧

(36)

Apendix: Fungsi Fermi

• Dengan bantuan uraian orde pertama f

3/2

dan f

5/2

maka : 𝑈 = 3

5 𝑁𝑘𝑇 ln 𝑧 1 + 𝜋 2

2 ln 𝑧 −2 +. . Mengingat bahwa :

𝜇 = 𝑘𝑇 ln 𝑧 ≈ 𝜖 𝐹 1 − 𝜋 2 12

𝑘𝑇 𝜖 𝐹

2

Maka eliminasi ln z, menghasilkan : 𝑈 = 3

5 𝑁 𝜖 𝐹 1 + 5𝜋 2 12

𝑘𝑇 𝜖 𝐹

2

+ ⋯

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Penelitian ini dilakukan studi karakterisasi dengan XRD dari bahan BST yang dibuat dengan menggunakan metode reaksi padatan (solid reaction) , dengan

Dari hasil pengujian sharing file menggunakan kabel LAN harga Rp 5.000,00 tanpa menggunakan stabilizer dapat diperoleh data sebagaimana yang tertulis dalam

Berlandaskan hasil-hasil penelitian terdahulu dapat diduga bahwa ada hu-bungan antara (1) iklim sekolah dan beban tugas dengan motivasi berprestasi, (2) iklim sekolah

Pada prinsipnya nilai-nilai filosofis yang terdapat pada tari bandol adalah persatuan dan kesatuan rakyat Kabupaten Magetan dan rasa saling peduli juga sifat

Manakah yang mempunyai pengaruh paling kuat antara motivasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada Bagian Protokol Pemerintah Kota Yogyakarta..

PAJAK REKLAME DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH” {Pada Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten

Kemampuan enzim selulase Trichoderma viride strain T1 sk menghasilkan glukosa dari substrat ampas sagu telah dilakukan dengan membuat variasi jumlah ampas sagu

Pengadaan secara elektronik didefinisikan dalam penelitian ini sebagai proses pengadaan barang/jasa yang dilakukan oleh pemerintah dengan menggunakan teknologi