• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya di bidang kesehatan dan ekonomi yang berhasil. Pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya di bidang kesehatan dan ekonomi yang berhasil. Pada"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Swedia memiliki nama resmi Kerajaan Swedia merupakan negara kawasan Eropa Utara, memiliki luas wilayah terbesar nomor 5 di Eropa dengan jumlah luas wilayah sebesar 505.992 km2. Jumlah pendapatan perkapita sebesar 53.764,520 USD pada tahun 20171 dengan jumlah populasi sekitar 10 juta jiwa pada tahun 2020, Swedia memiliki angka harapan hidup yang tinggi sekitar 82,56 tahun.2 Indikator angka harapan hidup yang tinggi menunjukkan derajat pembangunan masyarakatnya di bidang kesehatan dan ekonomi yang berhasil. Pada kenyataannya meski terbilang sebagai negara yang besar dengan kategori perekonomian yang makmur, tetapi dari segi keamanan Swedia menjadi negara dengan jumlah kasus kejahatan yang cukup tinggi dalam hal kasus kejahatan seksual. Swedia menjadi negara yang cukup tinggi dengan prosentase sekitar 81%

wanita di Swedia telah mengalami pelecehan seksual sejak umur 15 tahun.3

Kejahatan seksual menjadi perhatian khusus bagi masyarakat internasional yang menjunjung tinggi nilai demokrasi dan hak asasi manusia. Istilah kejahatan seksual didefinisikan oleh Winarsunu pada tahun 2008 sebagai perbuatan yang

1 CEIC, 2020, Swedia PDB per Kapita Diakses dari

https://www.ceicdata.com/id/indicator/sweden/gdp-per-capita (05/04/2020 05.51)

2Worldmeters, 2020, Worldmeters.info.

3 Statista, 2020, Out of every 100 women in your country how many do you think say they have experienced any form of sexual harassment since the age of 15? – Diakses dari https://www.statista.com/statistics/948817/sexual-harassment-in-europe/ (06/04/2020 23.28)

(2)

2

dapat dikategorikan sebagai hubungan dan tingkah laku seksual yang tidak wajar, sehingga menimbulkan kerugian dan adanya akibat yang serius bagi para korban.

Pasca terjadinya dapat membawa pada dampak fisik/psikis yang permanen dalam jangka waktu yang panjang, bahkan bisa berujung pada kematian.4 Definsi dari kejahatan seksual menurut glosarium dari Uni Eropa mendefinisikan tindakan seksual sebagai tindakan yang tidak diinginkan, sebagai akibat dari kekuatan fisik, berupa ancaman, paksaan, intimidasi, penipuan, narkoba/alkohol, atau penyalahgunaan kerentanan.5 Sementara itu di Swedia yang dimasukkan kedalam kategori kejahatan seksual adalah aktivitas seksual yang dilakukan seseorang secara tidak sukarela, dan apabila peserta menunjukkan kepasifan mereka, tindakan tersebut diangap sebagai tindakan ilegal dan termasuk dalam kategori kejahatan.6

Pada pelaksanaannya tidak hanya laki-laki/perempuan dewasa yang bisa mengalami, tetapi laki-laki/perempuan dibawah umur (anak-anak) juga berpotensi sebagai korban dalam kejahatan seksual. Anak menjadi individu yang begitu rawan untuk menjadi korban kejahatan seksual karena posisi dari anak sebagai individu yang lemah dan tidak tidak berdaya, anak juga memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap orang dewasa yang ada disekitarnya.7 Hal ini dapat dilihat dimana baik negara ataupun komunitas internasional mengeluarkan

4 Abdul Wahid & Muhammad Irfan, 2001, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual Advokasi atas Hak Asasi Perempuan, PT. Refika Adiatama, Bandung, hlm 32

5 European Union, 2019, Glossary: Sexual assault Diakses dari https://ec.europa.eu/eurostat/statistics-explained/index.php/Glossary:Sexual_assault (06/04/2020 23.49)

6 The Local, 2018, Five things to know about Sweden’s new sexual consent law – Diakses dari https://www.thelocal.se/20180524/five-things-to-know-about-swedens-new-sexual-consent-law/

(06/06/2021 20.39)

7 Sandhi Praditama & Nurhadi & Atik Catur Budiarti, 2015, KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA DALAM PRESPEKTIF SOSIAL, Universitas Sebelas Maret Surakarta, hlm 9

(3)

3

regulasi mengamanatkan pada individu yang lebih dewasa untuk menjamin keselamatan individu si anak tersebut. Dalam hukum Swedia sendiri, regulasi perlindungan terhadap anak oleh orang tua diatur dalam Swedish Children and Parents Code Chapter 6, berisikan bahwa orang tua sebagai orang dewasa berkewajiban untuk menyediakan kebutuhan anak akan perawatan, perlindungan, pengashuhan yang baik, pendidikan serta pemeliharaan. Maka ketika anak mengalami kerentanan atau tidak terjaminnya perlindungan yang mengarah pada penyerangan seksualitas si anak tersebut, negara atau komunitas internasional memiliki andil mengambil langkahnya dalam melindungi dan menjamin keselamatan untuk individu anak tersebut.8

Kejahatan seksual yang terjadi terhadap anak merupakan pelanggaran moral dan hukum. Hal ini tercantum dalam Swedish Penal Code, chapter 6:

Sexual Crimes, Section 4 terkait tindakan seksual ilegal pada anak, berisikan usia belum diizinkannya melakukan aktivitas seksual pada usia 18 tahun ke bawah atau dikategorikan sebagai usia di bawah umur, jadi apabila terjadinya aktivitas seksual yang dilakukan orang dewasa terhadap anak yang usianya dibawah 18 tahun yang telah ditetapkan undang – undang Swedia, maka dianggap tindakan seksual ilegal terhadap anak.9 Sementara, jenis – jenis tindakan yang bisa dikategorikan sebagai kejahatan seksual seperti: sentuhan seksual dengan sengaja (menyentuh bagian tubuh yang sensitif seperti bokong, payudara, alat kemaluan), pemerkosaan, pelecehan seksual (fisik : sentuhan yang tidak diinginkan seperti

8 Maarit Jantera, 2001, NATIONAL REPORT: SWEDEN, Parental Responsibilities, hlm 1

9 Swedish Penal Code, Chapter 6: Sexual Crimes, Section 11 – Diakses dari https://www.government.se/492a92/contentassets/7a2dcae0787e465e9a2431554b5eab03/the- swedish-criminal-code.pdf (06/06/2020 19.47)

(4)

4

mencium, menepuk, melirik atau menatap penuh nafsu ; lisan: ucapan verbal/komentar yang tidak diinginkan mengenai bagian tubuh seseorang yang bernada seksual; isyarat: bahasa tubuh seperti kerlingan, isyarat dengan jari, menjilat bibir; psikologis/emosional: permintaan/ajakan yang terus menerus yang sifatnya penghinaan atau pelecehan seksual), eksibisionisme (seseorang yang memperlihatkan kemaluan dimuka umum)10, eksploitasi dalam pelacuran dan pornografi, eksploitasi/pemerasan seksual online, dan paksaan. Sekitar 70% - 80%

korban kejahatan seksual anak mengenal pelaku, pelaku bisa datang dari lingkungan terdekat yang mereka percayai.11 Beberapa literatur menjelaskan tejadinya kejahatan seksual yang dilakukan pelaku kejahatan dengan memilih korban berdasarkan kerentanan mereka, dan hal ini yang nantinya melukai secara fisik dan psikologis serta meninggalkan bekas luka seumur hidup.12

Swedia yang menjadi bagian dari wilayah kawasan Eropa bisa dikatakan menjadi kawasan krisis terkait kejahatan seksual terhadap anak. Secara umum, dimana sekitar 1 dari 5 anak yang ada di Eropa merupakan korban dari beberapa bentuk kejahatan seksual. Menurut Eurostat yang merupakan badan milik komisi Eropa yang menyediakan data statistik terkait kependudukan menyatakan bahwa di tahun 2015 - 2016 tercatat sekitar 215.000 kejahatan seksual yang tercatat oleh polisi, dengan sekitar 80.000 kasus merupakan kasus pemerkosaan. Pada tahun

10 Iwan Januar, 2007, Sex Before Married, Jakarta, Gema Insani Press, hlm 104

11Council of Europe, 2020, starttotalk.org – Diakses dari https://www.coe.int/en/web/human- rights-channel/stop-child-sexual-abuse-in-sport (06/04/2020 00.10)

12 Melinda Smith, 2020, Recovering from Rape and Sexual Trauma, Help Guide – Diakses dari https://www.helpguide.org/articles/ptsd-trauma/recovering-from-rape-and-sexual-trauma.htm (06/06/2021 20.27)

(5)

5

2017 - 2018 tercatat sekitar 100.445 kasus pemerkosaan yang terjadi di Eropa.13 Negara dengan angka kejahatan seksual tertinggi ditempati oleh Swedia yang melaporkan kejahatan seksual sekitar 178 kasus yang tercatat per 100.000 penduduk. Setelah Swedia diikuti oleh Skotlandia dengan 163 kasus per 100.000, Irlandia Utara dengan 156 kasus, Inggris dengan 113 kasus, dan Belgia dengan 91 kasus. Tercatat bahwa kasus pemerkosaan tertinggi ditempati oleh Inggris dengan 62 kasus per 100.000 penduduk dan Swedia menjadi urutan setelahnya dengan jumlah 57 kasus.14

Melihat krusialitas serta tingginya tingkat kejahatan seksual yang ada di Eropa, wilayah Eropa menggabungkan diri dalam aliansi kerjasama regional berbentuk Uni Eropa. Uni Eropa merupakan sebuah organisasi konfederasi antar pemerintahan dan bersifat supranasionalisme yang resmi dibentuk pada tahun 1993. Selain Uni Eropa tergabung atas dasar prinsip kerjasama ekonomi dalam hal ekspor-impor dan pembahasan terkait tarif perdagangan,sebagaimana ada dalam Traktat Uni Eropa, organisasi internasional ini juga terbentuk atas dasar nilai – nilai penghormatan terhadap martabat manusia, kebebasan, demokrasi, kesetaraan, supremasi hukum dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, termasuk hak orang – orang yang termasuk minoritas.15 Uni Eropa dalam menjunjung tinggi nilai Hak Asasi Manusia memandang bahwa harga diri dan martabat manusia

13 Statista, 2020, Europe number of rapes by gender of victim 207 –Diakses dari https://www.statista.com/statistics/1072770/number-of-rapes-in-europe/ ( 07/04/2020 00.23)

14 Agensi Anadolu, 2019, Sexual Violence Against Women on the rise in EU, US, data say – Diakses dari https://www.dailysabah.com/life/2019/02/23/sexual-violence-against-women-on-the- rise-in-eu-us-data-say (07/04/2020 00.42)

15 Directorate General for Communication EU, 2020, The European Union, Luksemburg – Dokumen diakses dari https://op.europa.eu/flexpaper/common/view.jsp?doc=ac0a88a6-4369- 11ea-b81b-01aa75ed71a1.en.PDF.pdf&user=&format=pdf&page=[*,0] (12/09/2021 22.50)

(6)

6

bersifat mutlak, dan hal itu merupakan sesuatu yang wajib untuk dihormati, dilindungi dan merupakan dasar nyata dari hak – hak fundamental. Dalam mewujudkan cita-cita tercapainya nilai hak asasi manusia, Uni Eropa melakukan kerjasama serta harmonisasi wilayah-wilayah lain yang hadir melalu badan keamanan yang bernama EUROPOL.16

EUROPOL (The European Union Agency for Law Enforcement Cooperation) menjadi badan penegak keamanan yang berada di lingkup naungan Uni Eropa, dibentuk atas tanggapan terhadap kejahatan yang hadir di berbagai dimensi dalam taraf internasional. EUROPOL merupakan badan yang bersifat suprastate yang menangani terkait masalah-masalah kriminal, dengan saling berbagi informasi dengan intilijen negara – negara anggota dan memerangi kejahatan internasional terkait kejahatan yang terorganisir, melalui kerja sama antara otoritas yang kompeten dari negara anggota – anggota Uni Eropa. Negara anggota yang tergabung sebagai anggota EUROPOL adalah Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia, Siprus, Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, France, Jerman, Yunani, Hungaria, Irlandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luxemburg, Malta, Belanda, Polandia, Portugal, Rumania, Slovakia, Slovenia, Spanyol, dan Swedia. Mandat EUROPOL untuk meningkatkan pertukaran informasi antar otoritas nasional yang kompeten dalam mencegah serta memerangi kejahatan lintas batas yang serius.

EUROPOL sendiri dibentuk dalam Perjanjian Maastritch terkait pembentukan Uni Eropa pada 7 Februari 1992, dan baru ditandatangi oleh semua negara anggota pada 26 Juli 1996 dengan proses ratifikasi yang cukup lama di tahun 1998.

16 European Union, 2020, The EU in brief – Diakses dari https://europa.eu/european-union/about- eu/eu-in-brief_en (08/04/2020 06.26)

(7)

7

EUROPOL sebagai salah satu cara dari kerja sama antar polisi nasional untuk memberantas kejahatan – kejahatan terkait kejahatan seksual yang ada di Uni Eropa. Aktivitas yang dilakukan EUROPOL secara rinci mencakup analisis dan pertukaran informasi, pengiriman intelijen kriminal, menginstruksikan adanya investigasi, persiapan penilaian ancaman, pengetahuan analisis serta pencegahan kejahatan dan metode forensik.17

Cakupan kejahatan yang ditangani oleh badan EUROPOL dalam EU Policy Cycle meliputi jaringan kriminal beresiko tinggi, serangan siber, perdagangan manusia, eskploitasi seksual anak, penyelundupan migran, peredaran narkoba, penipuan kejahatan ekonomi dan keuangan, kejahatan properti terorganisir, kejahatan lingkungan, serta perdagangan senjata api. Berdasarkan cakupan yang telah ditetapkan dalam EU Policy Cycle, terkait dengan penelitian ini, EUROPOL memiliki kewajiban dalam memerangi kejahatan seksual terhadap anak. Hal ini masuk dalam kategori kejahatan terhadap manusia dimana didalamnya terdapat beberapa jenis kejahatan terhadap manusia yang terkait akan kejahatan seksual. Kejahatan terhadap manusia diantaranya: perdagangan manusia untuk tujuan eksploitasi seksual, eksploitasi seksual anak berbentuk pornografi baik yang bersifat offline ataupun online, pelacuran atau prostitusi anak dengan bentuk pengiriman wisata seks anak, serta kejahatan-kejahatan yang berkaitan menyerang atau mengeksploitasi anak untuk tujuan seksual. Bahkan EUROPOL dalam memfokuskan penanganannya guna memerangi kejahatan seksual anak mendirikan pusat keahlian khusus Unit EC3 (European Cybercrime Centre)

17 EUROPOL, 2019, About EUROPOL – Diakses dari https://www.europol.europa.eu/about- europol (04/03/2020 22.00)

(8)

8

sebagai unit yang salah satu tujuannya dofokuskan untuk menangani kejahatan seksual terhadap anak secara online.18

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti mengambil rumusan masalah penelitian yaitu “Bagaimana peran The European Union’s Agency Law Enforcement Cooperation (EUROPOL) dalam memerangi kejahatan seksual terhadap anak di negara Swedia ?”.

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui kejahatan seksual terhadap anak, dan tingkat krusialitas di Kawasan Eropa dan negara Swedia.

b. Untuk mengetahui peran badan keamanan EUROPOL dalam memerangi kejahatan seksual terhadap anak di Swedia

c. Untuk mengetahui peran pencegahan (preventif) dari badan keamanan EUROPOL dalam memerangi kejahatan seksual anak di Swedia.

18 Council of Europe, 2018, Report concerning the implementation of the Council of Europe Convention on Action gainst Trafficking in Human Beings by Sweden, France, hlm

(9)

9 1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesimpulan ilmiah dari topik yang akan diteliti. Kegunaan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu kegunaan keilmuwan dan praktis :

a. Manfaat Akademis

Peneliti berharap bahwa penelitian ini ke depannya dapat dijadikan sebagai referensi pemikiran dan informasi bagi mahasiswa Hubungan Internasional serta penelitian-penelitian yang membahas mengenai kejahatan seksual terhadap anak dan peran EUROPOL dalam memerangi kejahatan seksual terhadap anak di Swedia. Dalam penelitian ini juga menjelaskan peran EUROPOL berdasarkan konsep Rezim Internaisonal menurut Stephen Krashner, peneliti berharap konsep tersebut dapat menjadi sebagai alat analisa untuk mengidentifikasi rezim suatu lembaga internasional.

b. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini secara praktis diharapkan dapat berguna bagi kalangan praktis Hubungan Internasional dan menjadi referensi mengenai peran yang diberikan oleh EUROPOL dalam memerangi kejahatan seksual terhadap anak di negara Swedia. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi terkait peran regulatif/kelembagaan dari EUROPOL maupun Uni Eropa kepada negara anggotanya, yang pada akhirnya penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan menjadi acuan sebagai penelitian selanjutnya.

1.4 PENELITIAN TERDAHULU

(10)

10

Penelitian yang dilakukan oleh penulis berjudul “Peran EUROPOL Dalam Memerangi Kejahatan Seksual Terhadap Anak di Negara Swedia”, dimana di dalam penelitian ini pasti memiliki beberapa acuan yang berasal dari penelitian – penelitian terdahulu. Akan tetapi, penelitian tersebut tidak sama persis dengan yang penulis bahas dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu dan penelitian sekarang yang dilakukan oleh penulis mempunyai fokus yang berbeda – beda namun memiliki tema yang sama. Adanya penelitian terdahulu digunakan untuk membedakan penelitian yang akan diteliti oleh penulis, sehingga penelitian yang akan dibahas oleh penulis memiliki cakupan yang luas. Untuk mengkaji terkait masalah yang akan diteliti penulis, penulis mengambil beberapa penelitian terdahulu sebagai sumber.

Penelitain pertama merupakan penelitian yang ditulis di Jurnal FISIP oleh Ika Yunika Irmalita dengan judul “PERAN THE UNITED NATIONS CHILDREN’S EMERGENCY FUN (UNICEF) DALAM MENGATASI PERDAGANGAN ANAK DAN EKSPLOITASI SEKSUAL DI BELGIA TAHUN 2008-2012”.19 Penelitian ini merupakan tipe penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan teori peran dan organisasi internasional. Sehingga dalam penjelasannya Ika Yunika Irmalita berusaha menjabarkan terkait usaha yang dilakukan UNICEF dalam mengatasi perdagangan anak dan dan eksploitasi seksual yang ada di Belgia pada tahun 2008 – 2012.

Penelitian membahas terkait isu – isu politik terkait Hak Asasi Manusia (HAM) yang menjadi permasalalahan serius yang menyita perhatian masyarakat

19 Ika Yunika Irmalita, 2015, PERAN THE UNITED NATIONS CHILDREN’S EMERGENCY FUN (UNICEF) DALAM MENGATASI PERDAGANGAN ANAK DAN EKSPLOITASI SEKSUAL DI BELGIA TAHUN 2008-2012, Jurnal FISIP Vol 2 No. 1

(11)

11

internasional. Permasalahan terkait Hak Asasi Manusia (HAM) seperti kejahatan transnasional dapat berupa perdagangan manusa (Human Trafficking) yang dilakukan oleh satu negara dengan negara lain. Permasalahan terkait perdagangan manusia meningkat setiap tahunnya, jutaan individu yang dominan seperti perempuan dan anak merasa ditipu, dijual, dan bahkan dipaksa masuk dalam keadaan eksploitasi yang sama sekali mereka tidak bisa hindari.20 Permasalahan terkait perdagangan manusia menjadi masalah yang memerlukan perhatian khusus, terlebih korbannya terjadi pada anak – anak. Hal ini perlunya perhatian serius baik dari pemerintah maupun dari masyarakat internasional, kenapa demikian pada dasarnya perlindungan anak yang utuh, secara menyeluruh, dan komperehensif merupakan kewajiban bagi negara untuk memberikan perlindungannya.

Perdagangan manusia yang dominannya melibatkan anak – anak sebagai korban, jelas berhubungan dengan motif yang dimiliki pelaku untuk mencari keuntungan baik itu bersifat menguntungkan secara pribadi ataupun menguntukan kedua belah pihak yang saling bekerjasama demi tercapainya keuntngan yang sangat besar. Kebanyakan kasus terkait perdagangan manusia terjadi secara transnasional disebabkan kemudahan bagi para pelaku dalam melacak gerak – gerik korbannya.21 Perdagangan anak yang dilakukan juga dipicu oleh motif – motif tertentu para kriminal ini. Diantara motif tersebut seperti, eksploitasi seks, anak – anak menjadi korban tindakan ini dan mengalami kejahatan mental, mereka dipaksa untuk melakukan pekerjaan yang sebarnya mereka tidak ingin

20 Yusnarida Eka Nizmi, 2017, Memahami problematika Dua Kejahatan Transnasional:

Perdagangan dan Penyelundupan Orang di China, Global & Strategis Th. 10, No. 2, hlm. 170.

21Farhana,2010, Aspek Hukum Perdagangan Orang di lndonesia, Sinar Grafika, Hlm 2

(12)

12

lakukan, bahkan yang terparah mereka sama sekali tidak mendapatkan imbalan apa – apa atas pekerjaan tersebut.22

Alasan penulis mengambil jurnal ini sebagai penelitian terdahulu karena memiliki kesamaan tema yang berkaitan dalam pembahasan terkait eksploitasi kejahatan seksual, Hak Asasi Manusia, yang implikasinya mengarah pada kejahatan seksual. Selain itu, penelitian ini juga memiliki perbedaan terletak pada fokus bahasan, dimana penelitian yang penulis lakukan spesifik merujuk pada permasalahan terkait kejahatan seks terhadap anak yang ada di anggota – anggota Uni Eropa khususnya di Swedia. UNICEF yang dibahas dalam penlitian ini lebih membahas perannya secara umum, dan penelitian yang akan dilakukan penulis membahas peran EUROPOL secara lebih terperinci terkait usahanya memerangi kejahatan seksual terhadap anak – anak di negara anggota Uni Eropa khususnya di Swedia.

Penelitian yang kedua ditulis oleh Yeni Kusuma berjudul “PERAN UNICEF ATAS PERLINDUNGAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP PEREMPUAN DALAM KONFLIK DI REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO (2004 – 2008)”. 23 Dalam penelitian ini dibahas terkait tingginya angka pemerkosaan yang dilatarbelakangi oleh konflik berkelanjutan yang pada akhirnya membawa negara tersebut pada krisis kemanusiaan. Hal ini dinilai bersumber pada saat terjadinya perang Afrika terbesar yakni Perang Kongo kedua pada tahun 1998 – 2003 setelah terjadinya periode yang pertama di tahun 1996 – 1997.

22 Martha Widjaja, 2003, Perdagangan Perempuan dan Anak di Indonesia, Jakarta, ICMC (International Caholic Migration Commission), hlm 71

23 Yeni Kusuma, 2016, PERAN UNICEF ATAS PERLINDUNGAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP PEREMPUAN DALAM KONFLIK DI REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO (2004 – 2008), thesis/Skripsi, Surabaya: Universitas Airlangga.

(13)

13

Semenjak tahun 1998 sekitar 200.000 wanita dan anak – anak yang diperkosa di Kongo Timur dengan umur mayoritas berkisar 12 – 14 tahun.24 UNICEF dan pusat – pusat medis yang berkaitan telah mensensus hasil perawatan atas 18.505 atas kekerasan seksual dalam 10 bulan pertama pada tahun 2004 dan 30% korban yang telah dilaporkan merupakan anak – anak.25

Dalam hal ini, peran dari organisasi internasional sangat penting guna menghentikan krisis kemanusiaan yang tejadi di Kongo tersebut. Maka dari itu, sebagai aktor independen organisasi internasional seharusnya melakukan sebuah mediasi dan konsiliasi daripada tindakan koersif. PBB melalui UNICEF berperan dengan membuat perencanaan dan pengambilan keputusan – keputusan tanpa adanya pengaruh luar dan berusaha mengevaluasi sendiri pelaksanaan program – programnya. UNICEF yang ada di RDK (Republik Demokratik Kongo) bekerjasama dengan badan – badan seperti OCHA dan agensi lain seperti WHO terkait kebutuhan dari warga sipil dalam kondisi darurat konflik. UNICEF menyediakan kebutuhan seperti memberikan bantuan makanna, perawatan kesehatan, pendidikan dan perlindungan dan dibantu oleh NGO lokal maupun internasional.

Dari penelitian ini memiliki persamaan terkait tema bahasan terkait kekerasan seksual dan perbedaannya terletak dari segi kronologi. Dalam penelitian ini perbedaannya lebih kepada menyebutkan jenis – jenis peran yang diberikan oleh UNICEF terhadap korban kekerasan seksual di Kongo tanpa

24 CIA World Fact Book, 2011, Democratic Republik of Congo – Diakses dari https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/cg.html (03/02/2020)

25UNICEF, 2005, The Impact of Conflict On Women and Girls in West and Central Africa and

The UNICEF - Diakses dari

https://www.unicef.org/publications/files/Impact_final.pdf(03/02/2020)

(14)

14

memberikan solusi bagaimana agar kekerasan tersebut dapat berhenti. Ditambah lagi, tidak ada regulasi – regulasi yang dimasukkan dalam pembahasan untuk menindaklanjuti nasib korban dan pelaku kekerasan seksualdi Kongo tersebut.

Selain itu target sasaran dalam penelitian ini adalah perempuan.

Penelitian yang ketiga ditulis oleh Ita suryani yang berjudul “UPAYA PREVENTIF UNICEF (United Nations Children’s Fund) DALAM PENCEGAHAN KEJAHATAN SEKSUAL PADA ANAK (Studi kasus pada video animasi pendidikan anak “Kisah Si Geni”)”.26 Penelitian ini menggunakan tipe penelitian dengan metode studi kasus dengan menggunakan berbagai sumber data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan dan menjelaskan secara komperehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis.

Penelitian ini membahas terkait penjelasan kejahatan seksual terhadap anak merupakan sebuah penyiksaan anak, dimana orang tua mempergunakan anak sebagai alat rangsangan seksual. Terkadang, kejahatan seksual tidak hanya terjadi di luar rumah, kejahatan seksual juga bisa terjadi di dalam rumah dengan pelakunya merupakan orang tua kandung, paman, kakak, dan juga orang tua tiri.

Kejahatan seksual yang terjadi kepada anak menimbulkan traumatik yang dialami korban dan sulit untuk disembuhkan. Berdasarkan hal tersebut, perlunya dilakukan pendekatan secara preventif untuk mencegah terjadinya ancaman kejahatan seksual dilingkungannya, seperti yang dilakukan oleh UNICEF dengan membuat kampanye stop kejahatan seksual pada anak melalui video animasi

26 Ita Suryani, 2019, UPAYA PREVENTIF UNICEF(United Nations Childern’s Fund) DALAM PENCEGAHAN KEJAHATAN SEKSUAL PADA ANAK (Studi kasus pada video animasi pendidikan anak “Kisah Si geni”, Jurnal AKRAB JUARA, hlm 36-50.

(15)

15

“Kisah Si Geni”. Dalam video tersebut memberikan edukasi terkait cara – cara agar terhindar dari kejahatan seksual. Pada video animasi “Kisah Si Geni” yang dirilis oleh UNICEF diperuntukkan bagi anak – anak usia 3 s/d 12 tahun, yang didalamnya juga terdapat nomor telepon bantuan yang dapat mereka hubungi.

Dunia sekan tergerus globalisasi yang menyebabkan peningkatan di bidang teknologi dan hal ini juga bersandingan dengan kejahatan – kejahatan seksual terhadap anak, sehingga melalui video animasi “Kisah Si Geni” menjadi edukasi bagi para orang tua agar selalu memberikan respect dan memperhatikan tumbuh kembang anak untuk menjadi lebih baik.

Dari jurnal ini memiliki kesamaan dalam tema terkait kejahatan seksual yang terjadi pada anak dan bagaimana cara mewaspadainya. Tetapi juga memiliki perbedaan dari segi upaya, dimana upaya yang dilakukan bukan digunakan untuk mengatasi lebih kepada mewaspadai agar tidak terjadi kejahatan seksual pada anak.

Penelitian keempat berasal dari skripsi yang berjudul “PERANAN UNITED NATIONS CHILDERN’S FUND (UNICEF) DALAM PENANGANAN PERDAGANGAN ANAK DI INDIA” yang ditulis oleh Suciana Rifka dari Universitas Hasanuddin Makassar.27 Penelitian ini merupakan tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan konsep organisasi internasional dan konsep human security. Sehingga dari pendekatan tersebut dapat diperoleh penjelasn terkait peranana UNICEF dalam menangani kasus perdagangan anak di India.

27 Suciana Rifka, 2018, PERANAN UNITED NATIONS CHILDERN’S FUND (UNICEF) DALAM PENANGANAN PERDAGANGAN ANAK DI INDIA, Skripsi, Makassar : Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Hasanuddin.

(16)

16

India merupakan rumah bagi jumlah anak – anak terbesar di dunia, sekitar 40% dari 1,3 milial penduduk India merupakan anak – anak dengan latar belakang dari keluarga miskin, India juga memiliki andil penyumbang kematian anak di dunia sekitar 20% yang berada di angka sekitar 1,73 juta.28 India bisa dikatakan merupakan negara yang ada di Kawasan Asia Selatan dengan perkembangan industri yang pesat di dunia, tetapi dibalik itu semua India juga merupakan rumah bagi anak yang menderita kekurangan gizi dan berbagai masalah kemanusiaan lainnya.29 Hal – hal ini yang pada akhirnya menjadikan anak – anak dengan mudah diiming – imingi pekerjaan yang membawa mereka pada kesejahteraan dan menjadikan mereka masuk kedalam jebakan perdagangan manusia.

Penelitian ini memiliki persamaan tema dengan penelitian yang diambil penulis, persamaan ini terletak pada peran lembaga organisasi internasional yang ada sebagai solusi dalam menangani permasalahan yang ada di India, selain itu terdapat regulasi- regulasi yang dilakukan UNICEF dan bekerjasama dengan pemerintah demi mengurangi India dari perdagangan India. Perbedaan dari penelitian ini terletak dari segi ruang lingkup yang digunakan penulis dimana pada penelitian ini menekankan peran UNICEF di ruang lingkup India, sementara penelitian yang dilakukan penulis menggunakan ruang lingkup di negara – negara anggota Uni Eropa.

Penelitian yang kelima ditulis oleh Nori Oktavia dari Magister Ilmu Hubungan Internasional dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berjudul “PERANAN UNICEF DALAM MENANGANI CHILD

28 UNICEF India, 2012, UNICEF Annual Report 2012 for India, Rosa, New Delhi: United Nations Childern’s Fun India.

29 Ibid.,

(17)

17

TRAFFICKING DI INDONESIA”.30 Penelitian ini bersifat deskriptif yang menggunakan pendekatan konsep hubungan internasional dan organisasi internasional.

Pembahasan dalam penelitian ini menjelaskan terkait perkembangan child trafficking yang terjadi setiap tahunnya. Hal ini menjadi perhatian masyarakat dunia internasional yang bisa dikategorikan permasalahan ini merupakan permasalahan yang serius untuk dilakukan. Era globalisasi yang ada cukup memberikan dampak yang signifikan terhadap berkembangnya child trafficking.

Banyaknya kasus child trafficking terjadi secara transnasional karena kemudahan bagi para pelaku untuk dilacak dalam gerak geriknya. Penelitian ini juga membahas seberapa tinggi tingkat child trafficking yang terjadi di Indonesia, sehingga dalam hal ini pemerintah dibantu dengan UNICEF untuk membuat upaya – upaya untuk mengurangi child trafficking yang ada di Indonesia.

Penelitian ini pada akhirnya menghasilkan upaya dari UNICEF yang terus menekan Indonesia untuk mengadopsi konvensi Hak Anak. Hasil dari konvensi tersebut secara garis besar berisi terkait adanya perlindunga kepada korban trafficking, pidana bagi pelaku perdagangan orang. Selain itu, kerjasama yang dilakukan UNICEF dengan Indonesia terwujud dalam kerja sama yang dijalankan dalam Nasional Plan of Action For the Elimination of Child Trafficking (NAPs).

Selain dari segi kerja sama yang dilakukan, dalam menjalankan program untuk mengurangi tindak kejahatan child trafficking di Indonesia UNICEF juga menagalami hambatan, seperti pertama hambatan yang berasal dari birokrasi

30 Nora Oktadewi, 2018, PERANAN UNICEF DALAM MENANGANI CHILD TRAFFICKING DI INDONESIA, Islamic World and Politics.

(18)

18

pemerintah yang belum tegas akan regulasi terkait konvensi hak anak. Kedua, fokus aparat keamanan yang masih kurang meletakkan perhatiannya pada child trafficking yang ada di negaranya. Selain dari dua hal yangtelah dipaparkan juga ada faktor geografis yang tidak terjangkau dari UNICEF sehingga peran yang diberikan masih kurang maksimal, juga dari segi masyarakat dengan keterbatasan ekonomi menjadi awam akan hal – hal yang seperti ini.

Penelitian yang keenam ditulis oleh Jhon Carr yang berjudul “Child Pornography for the 2nd World Congress on commercial Sexual Exploitation of Children”.31 Penelitian ini bersifat deskriptif yang menggunakan pendekatan konsep Human Right Non-governmental Organization (HRNGO). Pada penelitian inimemfokuskan kepada tindakan pemerintah secara nasional dan internasional dalam menangani kasus penyebaran konten pelecehan seksual anak yang terjadi di Inggris. Pemerintah Inggris dalam menyelamatkan anak-anak dari tindak kejahatan seksual dan pornografi melalui internet bekerjasama dengan Negara- negara Uni Eropa untuk mengendalikan akses internet yang ada di masing-masing negara melalui proyek ONCE (Online Children Education). Dalam proyek tersebut pemerintah menjelaskan internet bisa menjadi ladang eksploitasi anak bagi penjahat yang mengkomersialisasikan segala hal tanpa mentaati undang- undang. Dari jurnal yang ditulis oleh Jhon Carr tersebut banyak negara-negara yang ikut berinvestasi dalam proyek Uni Eropa tersebut untuk mendukung aktivitas kampanye peggunaan internet yang aman bagi anak-anak dan pemblokiran situs-situs ilegal.

31 Nora Oktadewi, 2018, PERANAN UNICEF DALAM MENANGANI CHILD TRAFFICKING DI INDONESIA, Islamic World and Politics

(19)

19

Persamaan dari penelitian ini terletak dari segi kesamaan tema yang diambil terkait kejahatan seksual yang ada di Eropa. Akan tetapi juga memiliki perbedaan segi fokus yang dibahas yakni negara Inggris, sementara penelitian yang akan dibahas oleh peneliti adalah negara anggota Uni Eropa khususnya di Swedia.

Penelitian ketujuh ditulis oleh Ratih Probosiwi dan Daud Bahransyaf dari B2P3Ks Kementrian Sosial RI yang berjudul “PEDOFILIA DAN KEKERASAN SEKSUAL: MASALAH DAN PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK” dengan menggunakan metode studi literatur.32 Pada penelitian ini berisi terkait gambaran dan pemikiran terkait pedofilian sebagai kekerasan seksual terhadap anak, serta diharapkan mampu menjadi titik tolak dalam pembuatan kebijakan perlindungan anak dari kekerasan seksual. Kementrian Sosial RI menjadi garda terdepan dalam segi pencegahan kekerasan dan perlindungan anak. Dalam hal ini perlunya menjamin keberhasilan perlindungan anak dengan melakukan kerjasama simultan secara menyeluruh dengan orang tua, masyarakat sekitar dan aparat pemerintah.

Penelitian ini memiliki persamaan dari segi tema yang diambil terkait kekerasan seksual terhadap anak dan perbedaan dari segi fokus bahasan yang menjelaskan terkait gambaran dari pedofilia yang terjadi terhadap anak.

Penelitian ke delapan ditulis oleh Ferica Wardani dari Jurusan Ilmu Hubungan Internasional yang berjudul “PERAN BALI PROCESS ON PEOPLE SMUGGLING, TRAFFICKING IN PERSON AND RELATED TRANSNATIONAL CRIME (BALI PROCESS) DALAM MENANANGANI PENYELUNDUPAN

32 Ratih Probosiwi dan Daud Bahransyaf, 2015, PEDOFILIA DAN KEKERASAN SEKSUAL:

MASALAH DAN PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK, Sosio Informa Vol 01 No 1

(20)

20

MANUSIA DI INDONESIA PADA TAHUN 2008 – 2013” dengan menggunakan pendekatan peranan organisasi internasional serta rezim internasional.33 Pada penelitian ini berisi terkait imigran gelap Timur Tengah dan Asia Selatan mencari suaka politik di Indonesia. Kehadiran imigran dimanfaatkan jadi bisnis penyelundupan manusia. Bali process menjadi forum fondasi krusial diantara negara anggota agar tidak lagi saling menyudutkan, serta menjadi mekanisme dalam penyelesaian persoalan terkait penyelundupan dan perdagangan manusia.

Penelitian ini memiliki kesamaan dari segi pendekatan yang digunakan pendekatan rezim internasional, dimana terdapat mekanisme yang menjadi solusi untuk dua atau lebih negara untuk menyelesaikan suatu persoalan yang terjadi.

Sementara perbedaannya terletak dari fokus bahasan dan tema yang dibahas.

Penelitian ke sembilan berasal dari skripsi yang ditulis oleh Jingga Cahya Irawan Program Studi Hubungan Internasiional Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang berjudul “UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENCEGAHAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK DI SEKTOR PARIWISATA SEBAGAI PEMENUHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY TAHUN 2017 – 2020” dengan menggunakan pendekatan rezim internasional, keamanan

33 Ferica Wardani, 2015, PERAN BALI PROCESS ON PEOPLE SMUGGLING, TRAFFICKING IN PERSON ND RELATED TRANSNATIONAL CRIME (BALI PROCESS) DALAM MENANGANI PENYELUNDUPAN MANUSIA DI INDONESIA PADA TAHUN 2008-2013, JOM FISIP Vol. 02 No. 2, hlm 1-13

(21)

21

manusia, OPSC dan ESKA di sektor pariwisata. 34 Pada penelitian ini berisi terkait Indonesia yang merupakan negara ragam wisata yang sering dikunjungi turis mancanegara. Indonesia guna mencegah tindakan kejahatan seksual sebagaimana dilarang oleh OPSC dengan sebagian besar membentuk edukasi dan pelatihan. Program – program nasional yang dibentuk oleh KPPA sebagai tindakan pencegahan. Upaya juga dilakukan Direktorat Jendral Imigrasi Kemenkum HAM RI melakukan penangkalan pedofilia dengan mendapat bantuan informasi dari interpol terkait DPO, dan TIMPORA.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian segi pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan rezim internasional dimana memasukkan regulasi terkait tiap wilayah untuk melakukan upayanya terkait pemenuhan serta perlindungan anak. Sementara perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak dari fokus bahasan serta tema yang dibahas.

Penelitian kesepuluh ditulis oleh Mathieu Deflem yang berjudul

“EUROPOL AND THE POLICING OF INTERNATIONAL TERRORISM:

COUNTER-TERRORISM IN A GLOBAL PRESPECTIVE”.35 Penelitian ini berisi terkait Europol pada aspek kriminal terorisme, kontra-terorisme biasanya tidak berbenturan dengan operasi melawan terorisme yang sedang dilancarkan oleh banyak organisasi polisi lainnya di seluruh dunia. Tetapi polisi ini fokus pada

34 Jingga Cahya Irawan, 2021, UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENCEGAHAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK DI SEKTOR PARIWISATA SEBAGAI PEMENUHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY TAHUN 2017 – 2020, Skripsi, Surabaya: Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

35 Mathieu Deflem, 2006, EUROPOL and the Policing of International Terrorism: Counter- Terrorism in a Global Prespective, Justice Quartely Vol 23 No 3

(22)

22

terorisme sebagai kejahatan tidak selalu dapat diharmoniskan. dengan aktivitas anti-teroris yang menganggap teroris sebagai musuh atau kejahatan yang harus diperangi bersama - sama. Kegiatan Europol melawan kejahatan internasional dan terorisme fokus pada masalah Eropa yang jelas atau dimensi Eropa yang lebih global kekhawatiran. Terorisme ekstremis Islam, khususnya, dipahami oleh Europol sebagai kekhawatiran kriminal global yang juga mempengaruhi kondisi keamanan di Eropa Persatuan. Karena keterlibatan sel-sel al-Qaeda Eropa dalam teroris serangan 11 September dan mengingat afiliasi para pelaku serangan teroris di Madrid pada tahun 2004 dan di London pada tahun 2005, pembenaran ini tion memiliki dasar. Europol dan organisasi polisi lainnya telah mengantisipasi beberapa perkembangan tersebut.

Penelitian ini memiliki kesaman dari segi penanganan EUROPOL dalam memerangi kejahatan transnasional, sebagai badan keamanan dibawah naungan Uni Eropa. Sementara perbedaannya terletak dari jenis kategori kejahatan yang dilakukan, dimana pada penelitian ini terfokus pada penanganan terkait terorisme sementara penelitian penulis fokus terhadap penanganan terkait kejahatan seksual yang terjadi terhadap anak.

Tabel 1.1 Posisi Penelitian No. Nama & Judul

Penelitian

Jenis Penelitian dan Alat Analisa

Hasil

1. Ika 1 Yunika Irmalita

Metode Penelitian :

UNICEF bekerjasama dengan LSM pemerintah Belgia untuk

(23)

23 No. Nama & Judul

Penelitian

Jenis Penelitian dan Alat Analisa

Hasil

“Peranan United

PERAN THE

UNITED NATIONS CHILDREN’S EMERGENCY FUN (UNICEF) DALAM

MENGATASI PERDAGANGA N ANAK DAN EKSPLOITASI SEKSUAL DI BELGIA

TAHUN 2008- 2012

Kualitatif Alat Analisa:

Teori Peran dan

Organisasi internasional

mengatasi perdagangan anak dan eksploitasi seksual yang terjadi. UNICEF dalam mengatasi perdagangan anak dan eksploitasi seksual di Belgia ini banyak dalam segi pendidikan, kemudian UNICEF menjadi advokasi dalam menjunjung hak – hak anak di Belgia.

UNICEF yang ada di RDK (Republik Demokratik Kongo) bekerjasama dengan badan – badan seperti OCHA dan agensi lain seperti WHO terkait kebutuhan dari warga sipil dalam kondisi darurat

konflik. UNICEF

menyediakan kebutuhan seperti memberikan bantuan makanna, perawatan kesehatan, pendidikan dan perlindungan dan dibantu oleh

NGO lokal maupun

internasional.

2. Yeni Kusuma

“PERAN

UNICEF ATAS PERLINDUNG AN

KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP PEREMPUAN DALAM

KONFLIK DI REPUBLIK DEMOKRATIK

Jenis Penelitian:

Deskriptif Kualitatif

UNICEF yang ada di RDK (Republik Demokratik Kongo) bekerjasama dengan badan – badan seperti OCHA dan agensi lain seperti WHO terkait kebutuhan dari warga sipil dalam kondisi darurat

konflik. UNICEF

menyediakan kebutuhan seperti memberikan bantuan makanna, perawatan kesehatan, pendidikan dan perlindungan dan dibantu oleh

(24)

24 No. Nama & Judul

Penelitian

Jenis Penelitian dan Alat Analisa

Hasil

KONGO (2004 – 2008)”

NGO lokal maupun

internasional.

3. Ita Suryani

“UPAYA PREVENTIF UNICEF (United Nations

Children’s Fund) DALAM PENCEGAHAN KEJAHATAN SEKSUAL

PADA ANAK

(Studi kasus pada video animasi

pendidikan anak

“Kisah Si

Geni”)”

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini metode studi kasus yaitu metode riset yang

menggunaka n berbagai sumber data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan dan

menjelaskan secara komprehensi f berbagai aspek

individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis.

Perlunya dilakukan pendekatan secara preventif untuk mencegah terjadinya ancaman kejahatan seksual dilingkungannya, seperti yang dilakukan oleh UNICEF dengan membuat kampanye stop kejahatan seksual pada anak melalui video animasi

“kisah si Geni”. Dalam video tersebut memberikan edukasi terkait cara – cara agar terhindar dari kejahatan seksual. Pada video animasi

“kisah si Geni” yang dirilis oleh UNICEF diperuntukkan bagi anak – anak usia 3 s/d 12 tahun, yang didalamnya juga terdapat nomor telepon bantuan yang dapat mereka hubungi. Dunia sekan tergerus globalisasi yang menyebabkan peningkatan di bidang teknologi dan hal ini juga bersandingan dengan kejahatan – kejahatan seksual terhadap anak, sehingga melalui video animasi “Kisah Si Geni” menjadi edukasi bagi para orang tua agar selalu memberikan respect dan memperhatikan tumbuh kembang anak untuk menjadi lebih baik.

4. Suciana Rifka

“PERANAN UNITED

Jenis Penelitian;

Deskriptif

Peran UNICEF dalam penanganan

perdagangan anak di India

(25)

25 No. Nama & Judul

Penelitian

Jenis Penelitian dan Alat Analisa

Hasil

NATIONS CHILDERN’S FUND

(UNICEF) DALAM PENANGANA N

PERDAGANGA N ANAK DI INDIA”

Kualitatif Alat Analisa:

Pendekatan Hukum Normatif

melalui Country Programme Action Plan 2013-2017

tidak berperan secara signifikan. Sementara itu, faktor pendukung UNICEF dalampenanganan

perdagangan anak yaitu pengalaman, hubungan jaringan eksternal,

dan dukungan dari pemerintah India, sedangkan faktor penghambat UNICEF

dalam penanganan

perdagangan anak yaitu ekonomi, budaya, geografis, meningkatnya kasus perdagangan anak, dan tidak adanya data konkrit mengenai korban perdagangan anak 5. Novi Oktadewi

“PERANAN UNICEF DALAM MENANGANI CHILD

TRAFFICKING DI

INDONESIA”

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik

pengumpulan menggunaka

n data

sekunder yang diperoleh penulis melalui buku, jurnal, dokumen, artikel,

Hasil penelitian ini menunjukkan kepada kita tentang perdagangan anak di Indonesia masih tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti pemerintah daerah, keamanan.

Badan, geografis, lembaga hukum dan masyarakat di

pengaruhi oleh

pepatah,informasi dan pendidikan rendah, perhatian rendah dari orang tua).

Sehingga upaya UNICEF untuk mengurangi child trafficking di Indonesia dengan menekan Indonesia untuk mengadopsi regulasi konvensi Hak anak.

(26)

26 No. Nama & Judul

Penelitian

Jenis Penelitian dan Alat Analisa

Hasil

laporan, serta dari berbagai media

lainnya yang dianalisis secara kualitatif dengan menggunaka n pendekatan konsep hubungan internasional dan

organisasi internasional 6. John Carr “Child

Pornography for the 2nd World Congress on commercial Sexual

Exploitation of Children”

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan dengan menggunaka n pendekatan konsep Human Right Non-

governmenta l

Organization (HRNGO).

Hasil penelitian ini tindakan pemerintah secara nasional dan internasional dalam menangani kasus penyebaran konten pelecehan seksual anak yang terjadi di Inggris. Pemerintah Inggris dalam menyelamatkan anak-anak dari tindak kejahatan seksual dan pornografi melalui internet bekerjasama dengan Negara- negara Uni Eropa untuk mengendalikan akses internet yang ada di masing-masing negara melalui proyek ONCE (Online Childern Education).

7. Ratih Probosiwi

dan Daud

Bahransyaf

“PEDOFILIA DAN

Metode penelitian yang digunakan adalah

Hasil penelitian ini berisi gambaran dan pemikiran terkait pedofilian sebagai kekerasan seksual terhadap anak, serta diharapkan mampu

(27)

27 No. Nama & Judul

Penelitian

Jenis Penelitian dan Alat Analisa

Hasil

KEKERASAN SEKSUAL:

MASALAH DAN

PERLINDUNG AN

TERHADAP ANAK”

metode studi literatur

menjadi titik tolak dalam pembuatan kebijakan perlindungan anak dari kekerasan seksual.

8. Ferica Wardani

“PERAN BALI PROCESS ON PEOPLE

SMUGGLING, TRAFFICKING IN PERSON AND RELATED TRANSNATION AL CRIME (BALI

PROCESS) DALAM MENANANGA NI

PENYELUNDU PAN MANUSIA DI INDONESIA PADA TAHUN 2008-2013’

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunaka n konsep peranan dan organisasi internasional serta Teori Rezim

Internasional

Hasil penelitian ini Indonesia melalui mekanisme Bali process forum serta kerjasama bilateral lainnya terus

berkomitmen unuk

menyelesaikan masalah penyelundupan manusia.

Bentuk komitmen ini di perkuat dengan Indonesia menandatangani UNTOC beserta protokol yang menyertai, protokol penyelundupan miran serta perdagangan orang.

9. Jingga Cahya Irawan “UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM

PENCEGAHAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL

ANAK DI

Metode penelitian yang digunakan deksriptif kualitatif dengan menggunaka n konsep rezim

Hasil penelitian ini menyoroti upaya dari pemerintah

Indonesia terkait

Kabupaten/Kota Layak anak, mengadakan program Wisata Pedesaan Rumah Anak yang bebas eksploitasi. Selain itu juga adanya penciptaan terkait program perlindungan anak terpadu berbasis masyarakat,

(28)

28 No. Nama & Judul

Penelitian

Jenis Penelitian dan Alat Analisa

Hasil

SEKTOR PARIWISATA SEBAGAI PEMENUHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE

CONVENTION

ON THE

RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD

PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPH Y TAHUN 2017 – 2020”

internasional, keamanan manusia, OPSC dan ESKA di sektor

pariwisata

beserta sejumlah undang – undang yang mengatur terkait eksploitasi seksual komersial anak. Selain itu dalam penelitian ini juga menghasilkan terkait penangkalan pedofilia dan kolaborasi yang bisa dilakukan

dengan NGO ECPAT

Indonesia.

10. Mathieu Deflem

“EUROPOL

AND THE

POLICING OF INTERNATION AL

TERRORISM:

COUNTER- TERRORISM IN A GLOBAL PRESPECTIVE”

Metode penelitian yang digunakan analisis deskriptif dengan menggunaka n pendekatan analisis organisasi serta kerjasama kepolisian internasional

Hasil penelitian ini menggambarkan EUROPOL yang termanifestasi atas kerjasama polisi diantara negara anggota Uni Eropa masih tergantung pada perjanjian kerjasama profesional. Europol dapat mengandalkan kontra-teroris dan praktik kepolisian lainnya yang telah dikembangkan atas

dasar keahlian

profesional. Sejauh mana polisi bekerja di Europol ibirokratisasi dapat menimbulkan kekhawatiran bahwa kegiatan, terutama di wilayah sensitif terorisme, menekankan efisiensi dalam polisi bekerja tanpa cukup

(29)

29 No. Nama & Judul

Penelitian

Jenis Penelitian dan Alat Analisa

Hasil

memperhatikan pertimbangan legalitas dan keadilan.

Kekhawatiran seperti itu

diperkuat karena

komputerisasi internasional Europol sistem data dan kekuatan organisasi dalam mempengaruhi pekerjaan polisi di negara anggota UE. Juga, Europol adalah organisasi yang relatif muda, sehingga mungkin diharapkan dapat terus berkembang menjadi birokrasi yang lebih berkembang lembaga yang dicirikan oleh tingkat kemandirian elembagaan yang tinggi. Kegiatan Europol

melawan kejahatan

internasional dan terorisme fokus pada masalah Eropa yang jelas atau dimensi Eropa yang lebih global kekhawatiran.

11. Audita Fathana

“Peran The European

Union’s Agency

for Law

Enforcement Cooperation (EUROPOL) Dalam Memerangi Kejahatan Seksual

Terhadap Anak

di Negara

Jenis Penelitian:

Deskriptif Kualitatif Alat Analisa:

Konsep Human Security, Children Security, dan Konsep Rezim Internasional

Kejahatan Seksual terhadap anak di Swedia menjadi permasalahan yang krusial.

EUROPOL sebagai lembaga

penegak keamanan

internasional sebagai badan yang berperan sebagai petugas

penghubung dalam

mengumpulkan informasi terkait kriminal untuk memerangi kejahatan seksual terhadap anak di Swedia.

Sesuai dalam EUROPOL sebagai rezim internasional

(30)

30 No. Nama & Judul

Penelitian

Jenis Penelitian dan Alat Analisa

Hasil

Swedia” memiliki peran yang diatur

dalam pasal 88 The Function European Union (TFEU) sebagai petugas penghubung dalam pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, analisis data serta pertukaran informasi. Selain itu, tugas EUROPOL terkait operasional berkaitan dengan koordinasi, implementasi tindakan aksi (operasi) yang dilakukan bersama dengan negara – negara anggota EUROPOL.

Dari kesepuluh penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai perbandingan penelitian yang penulis akan lakukan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan yang dapat dimaknai telah dikelompokkan dengan dibentuk cluster yaitu peran komunitas internasional dalam menangani kejahatan seksual terhadap anak, peran EUROPOL serta implementasi dari konsep Rezim Internasional. Pengelompokan cluster tersebut sesuai dengan kebutuhan peneliti yang berkaitan dengan judul penelitian. Sedangkan untuk perbedaannya, penulis memiliki permasalahan yang berbeda dimana penelitian ini lebih memfokuskan tentang bagaimana peran EUROPOL dalam memerangi kejahatan seksual terhadap anak do Swedia.

(31)

31 1.5 KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Konsep Human Securtiy yang difokuskan pada Konsep Children Security, serta Konsep Rezim Internasional sebagai acuan dalam menjawab rumusan masalah terkait peran EUROPOL dalam memerangi kejahatan seksual terhadap anak di negara Swedia.

1.5.1 Konsep Human Security

Konsep keamanan merupakan konsep yang ambigu apabila tidak difokuskan pada spesifikasi tertentu, karena hal ini hanya akan memunculkan ruang kebingungan. Para tradisionalis beranggapan terkait konsep keamanan merupakan “konsep” yang terfokus pada militer dan negara-sentris. Hal ini memunculkan adanya sanggahan untuk pemikir tradisionalis, kelompok

“wideners” dan “deepeners” menjadi kelompok penyanggah para pemikir

“tradisionalis”, yang beranggapan bahwa kehadiran konsep keamanan tidak seharusnya ekslusif yang hanya mencakup negara serta militer. Mulai dari sinilah konsep “keamanan” didefinisikan sebagai keamanan untuk negara dengan

“keamanan manusia” (human security) sebagai bentuk tanggung jawab dan peran negara untuk rakyatnya. Menurut Allan Collins mendukung konsep Human security sebagai bentuk masyarakat untuk diberikan bantuan dari segala macam kecemasan yang mengganggu perkembangan masyarakat. Konsep keamanan memiliki dua pemaknaan, pertama keamanan untuk manusia bebas dari ancaman

(32)

32

keamanan penyakit, dan yang kedua perlindungan dari gangguan yang merugikan dalam pola kehidupan masyarakat.36

Konsep human security menjadi gagasan atau upaya untuk menyebarkan serta memperkuat nilai-nilai tentang demokrasi dan hak asasi manusia, selain itu perbedaan pemerintah nasional dalam upayanya memenuhi keamanan manusia didasarkan pada sudut pandang, pengalaman, serta prioritas yang berbeda.

Mengingat konsep keamanan tidak lepas kaitannya dari penyabab yang terjadi berupa ancaman, dimana ancaman yang terjadi bisa datang darimana saja bahkan kepada unsur terkecil dari individu. Konsep human security berkembang semenjak ditetapkanya laporan UNDP terkait pembangunan manusia tahun 1994.

Pada konsep human secury yang terlah dirumuskan oleh UNDP menghasilkan 3 asas penting yakni: Freedom from fear (kebebasan dari rasa takut), freedom from want (kebebasan dari keinginan), dan freedom to live in dignity (kebebasan dari penghinaan).37 Diuraikan dalam 7 (tujuh) kategori yang melekat pada human security ini diantaranya: economic security, food security, personal security, community security, health security, enviromental security, political security.38

Pertama terkait economic security keterjaminan dasar dari pendapatan yang bisa diraih oleh seorang manusia. Dimana manusia ini aman untuk memenuhi segala kebutuhannya dengan ketersediaan ekonomi yang diperolehnya.

Permasalahan dalam economic security biasanya dialami serius oleh negara – negara berkembang, dan tidak sedikit pula ada di negara maju. Terkait

36 Ian Holliday & Brendan Howe, 2011, Human Security: A Global Responsibility to Protect and Provide, The Korean Journal of Defense Analysis, hlm 75.

37 United Nations, 1994, Human Development Report, New York, Oxford university Press, hlm 25

38 BAPPENAS, 2015, PENGEMBANGAN KONSEP INDEKS KEAMANAN MANUSIA INDONESIA 2015, Bandung, Indeks Keamanan Manusia Indonesia, hlm 1-5

(33)

33

permasalahan economic security biasanya dominan terkait masalah pengangguran yang menjadi faktor penting yang mendasari ketegangan politik dan kekerasan etnis yang bisa terjadi di suatu negara. Selanjutnya terdapat permasalahan food security (keamanan pangan) yang mengindikasikan manusia memiliki hak terhadap pemenuhan pangan pokoknya. Keamanan pangan menjadi upaya untuk menjaga indikator standar hidup individu dalam sebuah negara. Tentu dalam mengimplementasikannya perlu adanya stabilitas kerjasama internasional dalam menjaga stabilitas pangan dalam negeri. Yang ketiga adalah Health security (keamanan kesehatan) yang bertujuan untuk memperoleh perlindungan kesehatan.

Kesehatan menjadi hal yang paling pokok bagi manusia dalam menjalankan aktifitasnya sehari – hari. Meskipun kerjasama internasional tetap dilakukan, pada kebanyakan kasus faktor wabah penyakit atau virus yang mendominasi banyak mengambil nyawa manusia. Yang keempat Enviromental Security (keamanan lingkungan) upaya untuk menjaga lingkungan hidup disekitar manusia. Dalam hal ini, manusia sangat berhak untuk menjaga kerusakan alam dikarenakan akan berdampak bagi manusia itu sendiri nantinya. Manusia tentu membutuhkan alam yang sehat dan terjaga, jauh dari ancaman lingkungan hidup merupakan proyek pembangunan yang digagas oleh manusia itu sendiri yang secara sadar merusak lingkungannya dan mengakibatkan degradaso bagi ekosistem lingkungan.39 Pokok dari keamanan manusia, terkait dengan personal security (keamanan personal).

Keamanan secara personal elemen yang paling penting dan melingkupi hampir seluruh aspek yang ada. keamanan personal menginginkan manusia dapat

39 Ibid.

(34)

34

terlindungi dari berbagai ancaman yang secara langsung menyentuh insan manusia seperti contohnya tindak kekerasan. Ancaman – ancaman yang terjadi sifatnya nyata dan berdampak langsung kepada individu secara personal.

Selanjutnya juga ada political security (keamanan politik) yang mana menekankan pada dunia untuk melihat keamanan manusia dengan memberikan aspek pentingnya manusia agar hidup saling berdampingan dan dapat menghormati HAM. Adanya keamanan politik tidak lain untuk menekan represi negara terhadap masyarakatnya. Mengajak seluruh negara saling bahu membahu bekerja sama dalam mendukung keamanan manusia tentunya.

Kondisi yang dialami oleh negara Swedia terkait tingginya krisis pada kejahatan seksual yang terjadi pada anak (manusia sebagai objek) mengindikasikan bahwa masih adanya ketidakseimbangan yang terjadi didalam ruang lingkup masyarakat yang bisa dikatakan bahwa asas dalam konsep human security yang terdiri dari freedom from fear, freedom from want, serta freedom from to live in dignity masih belum terimplementasikan secara sempurna. Untuk, itu diperlukan peran negara sebagai aktor yang bertanggung jawab terhadap keselamanatan keamanan serta perlindungan untuk masyarakatnya baik itu dengan regulasinya sendiri atau melibatkan aktor internasional guna memerangi permasalahan tersebut.40

1.5.2 Konsep Children Security

Konsep Children Security yang berasal dari Cecilia Jacob yang dipublikasikan dalam bukunya The Impact of armed conflict in Cambodia and

40 Ibid.

(35)

35

Myanmar pada tahun 2013 berusaha memaparkan konseptualiasasi kemanan anak dalam ranah politik global. Konsep ini menempatkan pemahaman penting yang harus dimiliki terkait presepsi mendasar tentang anak, kedudukan mereka dalam masyarakat, serta tanggung jawab yang dipegang komunitas internasional untuk memastikan perlindungan terhadap anak yang mengalami kerentanan dan ketidakamanan. Unsur politik diperlukan guna memahami bagaimana kondisi keamanan anak seperti status moral anak serta klasifikasi hak anak yang berkaitan dengan hak asasi manusia.41

Cecilia Jacob memasukkan pendapat dari Martha Minow seorang profesor dari Universitas Harvard sebagai pendukung penjelasannya Menurut Martha Minow, bahwa semua individu manusia memiliki martabat yang sama, dimanapun mereka berada dalam masyarakat, sumber utama yang menekankan mereka terletak pada nilai moral dan kekuatan dalam diri mereka untuk dapat merencanakan kehidupan sesuai dengan keinginan sendiri.42 Hak-hak anak berfungsi sebagai pengakuan legal atas status moral anak yang memiliki hak untuk dilindungi, memberikan dasar di mana lembaga-lembaga pemerintahan dapat menawarkan standar perlindungan dan partisipasi minimum kepada anak- anak.43

Konsep terkait children security juga didukung oleh organisasi perdamaian dunia PBB yang menempatkan anak sebagai unsur individu yang penting sebagai generasi masa depan yang harus disejahterakan serta dilindungi. Dukungan dari

41Cecilia Jacob, 2014, Child security in Asia: The impact of armed conflict in Cambodia in Myanmar, New York, Routledge, hlm 54-66.

42Ibid., hlm 58

43 UNICEF, 2016, Child Rights and Security Handlebook, Sudan Selatan: An implementation companion to the Child Rights and Security Checklist.

(36)

36

PBB ini diwujudkan dalam bentuk Konvensi Hak Anak (Convention on The rights of The Childs) yang dikeluarkan pada tahun 1959 dan telah disahkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 20 November 1989, dan memiliki kekuatan memaksa pada tanggal 2 September 1990. Konvensi Hak Anak yang dikeluarkan PBB diratifikasi hampir seluruh negara di dunia termasuk Swedia yang menjadi salah satu negara yang turut meratifikasinya. Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi menjadi instrumen penting dalam merumuskan prinsip universal serta norma hukum mengenai kedudukan anak.44

Berikut terdapat beberapa isi Konvensi Hak Anak yang dikeluarkan oleh PBB yang menjelaskan kedudukan anak dan peranan pihak sekitar yang terkait dalam penelitian ini, yakni: pasal 1 menjelaskan bahwa setiap individu manusia yang berusia 18 tahun ke bawah menurut undang – undang masih diberlakukan undang-undang yang berlaku bagi anak. Pada pasal 2 negara yang terkait harus menghormati serta menjamin hak yang telah ditetapkan dalam Konvensi untuk mengimplementasikannya pada setiap anak tanpa diskriminasi apapun, terlepas dari warga, jenis kelamin, bahasa, agama, ras, warna kulit, atau orang tua walinya.

Pada pasal 19 juga dijelaskan bahwa negara sebagai pihak yang mengambil tindakan legislatif, administratif, sosial dan penddikan yang tepat harus melindungi anak dari segala hal yang berbau kekerasan fisik atau mental, cedera atau pelecehan, penelantaran atau perlakuan lalai, penganiayaan atau eksploitasi, termasuk pelecehan seksual selama dalam pengasuhan. Pada pasal 34 negara pihak harus melindungi anak dari segala hal yang berbau aktivitas seksual serta

44 Raissa Lestari, 2017, IMPLEMENTASI KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG HAK ANAK (Convention on The Rights of The Child) di Indonesia, JOM FISIP Vol. 4 No. 2, hlm 2

Gambar

Tabel 1.1 Posisi Penelitian  No.  Nama  &  Judul

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan mekanisme Ketahanan Sistemik Terinduksi Tanaman cabai merah akibat pengaplikasian ekstrak daun Mirabilis jalapa berdasarkan intensitas serangan CMV,

Sedangkan perbedaan penelitiaan yang dilakukan Paina dengan penelitian ini adalah pada objek kajian yang mana pada penelitian Paina meneliti tindak tutur komisif khusus

apakah citra Kereta Api Prambanan Ekspres dimata Komunitas Pramekers Joglo sudah sesuai dengan citra yang diharapkan perusahaan mengenai Kereta Api Prambanan Ekspres

Penelitian dengan judul “Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Obat Generik di Apotek SAIYO FARMA Jombang” ini dilakukan untuk mengetahui

bahwa Tarif A i r Minum PDAM TIRTA OGAN Kabupaten Ogan l Iir yang berlaku berdasarkan pada Keputusan Bupati Ogan Komering II ir Nomor : 0033/SKlPDAM/2001 tanggal 12 Maret 2001

Kerangka konseptual juga ada dalam bab ini untuk menerangkan tentang konsep demokratisasi, diplomasi ekonomi, serta investasi asing langsung (FDI) yang menjadi dasar

Dengan terbatasnya alat produksi proses pembuatan Bakso Aci juga berdampak pada tidak terpenuhinya target produksi Bakso Aci (Nursalim et al., 2019). Dari uraian diatas maka

4. Kembali dan berkarya di daerah afirmasi asal setelah selesai studi bagi penerima program beasiswa daerah afirmasi. Mendahulukan kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan