• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU Izzuddin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU Izzuddin"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

73

PERAN PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU

Izzuddin

Kantor Kementerian Agama Kota Cirebon izzuddin05031966@gmail.com

Abstract

The purpose of this study is to see an overview of the implementation of the role of school supervisors in improving teacher professionalism. This study used a qualitative descriptive analysis method with a literature review approach. The research subjects were school supervisors, school principals, and teachers. The results showed that school supervisors had a strategic role in improving teacher professionalism. There are 2 main roles that can be implemented by school supervisors in improving teacher professionalism, including (1) academic supervision, and (2) managerial supervision. The steps that can be taken include: coaching and developing teacher resources and increasing learning in the classroom.

Keywords: role, school supervisor, teacher professionalism. Abstrak

Tujuan studi ini adalah untuk melihat gambaran tentang implementasi peranan pengawas sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif analisis dengan pendekatan kajian pustaka. Subyek penelitian adalah pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawas sekolah memiliki peranan strategis dalam meningkatkan profesionalisme guru. Ada 2 peranan utama yang dapat diimplementasi pengawas sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru, meliputi (1) supervisi akademik, dan (2) supervisi manajerial. Adapun langkah yang dapat diambil di antaranya adalah: pembinaan dan pengembangan sumber daya guru dan peningkatan pembelajaran di kelas. Kata Kunci: peranan, pengawas sekolah, profesionalisme guru.

A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju. Komponen-komponen sistem pendidikan yang mencakup sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: pendidik/guru dan tenaga kependidikan.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, ”komponen-komponen sistem pendidikan yang bersifat sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi pendidik/guru dan

(2)

74

tenaga kependidikan satuan pendidikan (penilik, pengawas, peneliti dan pengembang pendidikan.

Dalam dunia pendidikan tidak lepas dari tanggung jawab pemerintah, orang tua, serta masyarakat. Karena pendidikan kalau tidak ditangani atau tidak ada yang bertanggung jawab maka dikhawatirkan kedepan pedidikan kita akan semakin tidak jelas. Oleh karena itu perlu perhatian yang sangat serius dari pemerintah , orang tua dan masyarakat.

Disisi lain kemajuan sebuah pendidikan ( sekolah/ madrasah ) diperlukan sebuah tata kelola ( manajemen ) yang bagus, karena ketika sebuah lembaga pendidikan dapat dipimpin oleh orang yang memang ahlinya ( kepala sekolah/ madrasah ) maka akan tercipta sebuah pendidikan yang berkualitas. Sekolah/ madrasah yang baik harus dipimpin oleh kepala sekolah/ madrasah pilihan sesuai dengan latar belakang pendidikan yang lebih tinggi, maksudnya strata 1 atau strata 2 kependidikan, bukan sebaliknya. Kalau sebaliknya maka dipastikan pendidikan kita akan semakin tidak jelas, karena dipimpin oleh bukan ahlinya.

Dalam dunia pendidikan peran supervisor ( pengawas sekolah /madrasah ) sangat mendukung, karena tanpa adanya pengawas yang ahli ( profesional ) maka tidak mungkin juga sebuah sekolah/madrasah akan berjalan baik dan bermutu. Salah satu mutu pendidikan ( sekolah/madrasah ) sangat ditentukan oleh pengawas yang profesional, kepala sekolah/ madrasah yang professional, juga guru yang professional ( berkualitas) hal ini akan tercipta sebuah pendidikan yang bermutu baik.

Kalau kita analisa bersama kenyataannya dilapangan masih perlu dibenahi dalam hal supervisi pendidikan yang dilakukan oleh para pengawas. Cukup banyak para pengawas kita dalam menjalankan tugasnya belum maksimal memberikan pelayanan dan bimbingan kepada guru disekolah, dikarenakan keahlian dan keterampilan pengawas tersebut masih pas-pasan, hal inilah yang sering dikeluhkan oleh para dewan guru. Idealnya seorang pengawas harus lebih pintar dan mampu dari dalam hal pembinaan, bimbingan, pemberdayaan. Namun kenyataannya masih ada pengawas yang belum begitu terampil, meskipun ada juga yang sudah terampil hal ini masih belum memadai.

(3)

75

Permasalahan yang kita hadapi sekarang adalah kurangnya pembinaan terhadap guru disekolah. Untuk meningkatkan mutu pendidikan diharapkan adanya rekruetmen para calon pengawas yang memang masih muda kaya pengalaman, serta lemahnya keterampilan pengawas dalam pembimbingan terhadap guru perlu ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan, seminar, workshop, simpusiom. Solusi yang perlu kita lakukan adalah pengawas sekolah/ madrasah harus benar- benar orang yang ahli dalam bidang kepengawasan kalau hal demikian adanya maka kita yakini bersama kualitas ( mutu ) pendidikan semakin lebih baik.

Sebenarnya kalau kita melihat dilapangan tentang bagaimana guru sekarang dalam hal indikator kinerja serta pembinaan nilai-nilai peningkatan kualitas siswa antara lain :

a. Masih ada guru dalam melaksanakan tugas tidak sepenuhnya, dikarenakan dengan beberapa alasan; sibuk, urusan rumah tangga, arisan dan lain-lain. b. Dengan terbitnya Undang- undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005

yang sangat menjanjikan dan memiliki kekuatan hukum yang kuat bahwa guru dan dosen sudah memiliki nilai tambah yang luar biasa maksudnya guru dan dosen dalam melaksanakan tugasnya diatur oleh Undang- undang dan mereka berhak mendapatkan sertifikat pendidik, dengan melalui potofolio dan juga lulus pendidikan dan latihan (PLPG).

c. Cukup banyak para guru yang belum diberikan kesempatan untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan dilingkungan tempat mereka bekerja. Kemudian masih ada diantara mereka belum termotivasi untuk peran serta dalam kegiatan workshop, KKG,MGMP, seminar. Hal ini dikarenakan berbagai macam alasan dan sebagainya.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun pendekatan yang digunakan pendekatan kajian pustaka. Data diperoleh dari sumber-sumber tertulis. Data kemudian dianalisis menggunakan teknik triangulasi data.

(4)

76 C. Hasil dan Pembahasan

1. Pengertian Pengawas

Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian tujuan (Robbins dalam Sudjana (2006:5).

Burhanuddin mengartikan pengawasan atau supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran1.

Pengawasan identik dengan supervisi, menurut Good Carter dalam Suhertian (2000:18) mengartikan bahwa supervisi adalah usaha dari petugas sekolah dalam memimpin dan membimbing guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan-jabatan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan metode mengajar dan evaluasi pengajaran.

Kepengawasan dalam istilah lain disebut juga dengan supervisi, menurut Azhari menyebutkan bahwa: “supervisi secara etimologis berasal dari Bahasa Inggris “supervision” yang artinya pengawasan atau kepengawasan. Sedangkan secara morfologis supervisi terdiri dari dua kata Super berarti atas atau lebih dan Visi berarti lihat, tilik, awasi.2 Seorang supervisor memang mempunyai posisi di atas atau mempunyai kedudukan yang lebih dari orang yang disupervisinya. Atau setidaknya seorang supervisor harus memiliki pengalaman dan ilmu lebih dibandingkan dengan guru dan kepala sekolah dalam binaaanya. Berhubungan dengan kepengawasan, Sagala mengartikan “pengawas sekolah identik dengan supervisi pendidikan yang mempunyai arti khusus yaitu membantu dan turut serta

1

Daryanto, H.M. Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) hal. 170 2

(5)

77

dalam usaha-usaha perbaikan dan meningkatkan mutu baik personal atau lembaga”.3

Pada pengertian di atas Sagala melihat secara detil pada fungsi kepengawasan yaitu membantu lembaga dan personal yang bekerja pada lembaga tersebut supaya melaksanakan tugas sesuai dengan visi dan misi. Untuk mencapai itu semua tentu perlu dilakukan pembinaan dan bimbingan agar mutu personal mampu memenuhi keinginan lembaga tersebut. Dalam kaitan dengan pendidikan tentu tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan lainya harus memiliki mutu dan bekerja secara profesional untuk tercapainya visi, misi dan tujuan dari lembaga pendidikan tersebut.4

Dari pengertian diatas, supervisi dimaksud adalah peran dari petugas kepengawasan dalam membimbing pelaku pendidikan seperti guru dan kepala sekolah sehingga kegiatan belajar mengajar berjalan seperti yang diharapkan. Jadi dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengawasan atau supervisi erat kaitanya dengan kegiatan membimbing, membina, memonitoring dan member pelayanan dalam membantu guru terhadap kegiatan proses pembelajaran agar tetap berjalan seperti yang diharapkan diantaranya :

1. Tugas perencanaan, yaitu untuk menetapkan kebijaksanaan dan program. 2. Tugas administrasi, yaitu pengambilan keputusan serta pengkoordinasian

melalui konsultasi dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajaran. 3. Partisipasi secara langsung dalam pengembangan kurikulum. 4. Melaksanakan demonstrasi mengajar guru- guru .

5. Melaksanakan penelitian. 2. Fungsi Pengawas

Dalam melaksanakan tugas pokoknya, pengawas sekolah melaksanakan fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Supervisi akademik adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di sekolah.5

3

Sagala, Syaiful. Supervisi Pembelajaran..., hal. 89 4

Sudjana, Nana. Standar Mutu..., hal. 17 5

Dharma, Surya. Peranan dan Fungsi Pengawas Sekolah/ Madrasah. Dalam Jurnal Tenaga Kependidikan. ( Jakarta, depdiknas,2008), hal. 14

(6)

78

Sasaran supervisi akademik antara lain membantu guru dalam: (1) merencanakan kegiatan pembelajaran dan atau bimbingan, (2) melaksanakan kegiatan pembelajaran/ bimbingan, (3) menilai proses dan hasil pembelajaran/ bimbingan, (4) memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan layanan pem-belajaran/bimbingan, (5) memberikan umpan balik secara tepat dan teratur dan terus menerus pada peserta didik, (6) melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, (7) memberikan bimbingan belajar pada peserta didik, (8) menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, (9) mengembangkan dan memanfaatkan alat Bantu dan media pembelajaran dan atau bimbingan, (10) memanfaatkan sumber-sumber belajar, (11) mengembangkan interaksi pembelajaran/bimbingan (metode, strategi, teknik, model, pendekatan dll.) yang tepat dan berdaya guna, (12) melakukan penelitian praktis bagi perbaikan pem-belajaran/bimbingan, dan (13) mengembangkan inovasi pembelajaran/bimbingan. Dalam melaksanakan fungsi supervisi akademik seperti di atas, pengawas hendaknya berperan sebagai:

1. Mitra guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dan bimbingan di sekolah binaannya

2. Inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dan bimbingan di sekolah binaannya

3. Konsultan pendidikan di sekolah binaannya

4. Konselor bagi kepala sekolah, guru dan seluruh staf sekolah 5. Motivator untuk meningkatkan kinerja semua staf sekolah

Supervisi manajerial adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup: (1) perencanaan, (2) koordinasi, (3) pelaksanaan, (3) penilaian, (5) pengembangan kompetensi SDM kependidikan dan sumberdaya lainnya. Sasaran supervisi manajerial adalah membantu kepala sekolah dan staf sekolah lainnya dalam mengelola administrasi pendidikan seperti: (1) administrasi kurikulum, (2) administrasi keuangan, (3) administrasi sarana prasarana/perlengkapan, (4) administrasi personal atau ketenagaan(5) administrasi kesiswaan, (6) administrasi hubungan sekolah dan masyarakat, (7)

(7)

79

administrasi budaya dan lingkungan sekolah, serta (8) aspek-aspek administrasi lainnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas hendaknya berperan sebagai berikut :

1. Kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah,

2. Asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi sekolah binaannya

3. Pusat informasi pengembangan mutu pendidikan di sekolah binaannya 4. Evaluator/judgement terhadap pemaknaan hasil pengawasan.

3. Tugas Pokok Pengawas

Tugas pokok pengawas sekolah/satuan pendidikan adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial. kinerja pengawas berarti menilai apakah tugas-tugas kepengawasan sudah terlaksana seperti diharapkan.

Dari uraian diatas, dapat digambarkan dengan jelas bahwa kegiatan-kegiatan tersebut mencerminkan bentuk kerja pengawas yang diwujudkan oleh pengawas dalam bentuk kinerja pengawas meliputi, perencanan program pengawas, pelakasanaan progran kerja pengawas, melaksanakan evalusi, dan pelaporan hasil kerja pengawas, maka kinerja pengawas dapat diidentikkan dengan perwujudan dari tugas-tugas pengawas.

Dalam hal ini, Sudjana mejelaskan bahwa berdasarkan uraian di atas maka kinerja pengawas dapat dijabarkan dalam bentuk tugas-tugas pengawas meliputi: ”(1) inspecting (mensupervisi), (2) advising (memberi advis atau nasehat), (3) monitoring (memantau), (4) reporting (membuat laporan), (5) coordinating (mengkoordinir) dan (6) performing leadership dalam arti memimpin dalam melaksanakan kelima tugas pokok tersebut” Dalam penelitian ini, penulis mengkhususkan pada tugas pokok yang behubungan dengan pembinaan terhadap guru, yaitu tugas akademik.

4. Pengertian Guru

Guru merupakan jabatan profesi yeng memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dikerjakan orang lain yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang

(8)

80

pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum tetu dapat disebut sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.

Guru atau pendidik menurut Hadari Nawawi dalam Ramayulis (2006:58) adalah orang-orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di kelas. Lebih khususnya diartikan orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang ikut bertanggungjawab dalam membentuk anak-anak mencapai kedewasaan. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam penyelenggaran pendidikan.

Peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tinghkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya. Guru merupakan profesi atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Guru atau pendidik adalah orang yang bekerja memberi pengajaran kepada seseorang atau anak didik kearah kedewasaan.

5. Profesionalisme Guru

Kata profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencarian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dsb. Guru profesional berarti guru yang memiliki dan kemampuan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya.6

Yang dimaksud guru terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal, tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik didalam kegiatan belajar mengajar serta mengusai landasan-landasan kependidikan seperti yang tercantum dalam kompetensi yang harus dimiliki guru.

(9)

81

Guru yang profesional adalah guru yang benar-benar melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dan melaksanakan perannya sebagai guru. Peran guru profesional bukan dalam proses belajar mengajar saja tetapi berperan juga dalam pengadministrasian, berperan secara pribadi dan psikologis. Peran guru profesional dalam proses belajar mengajar yaitu diantaranya :

1. Guru sebagai demonstrator 2. Guru sebagai pengeloa kelas

3. Guru sebagai mediator dan fasilitator 4. Guru sebagai evaluator

Untuk menjadi guru yang profesional harus memiliki beberapa kompetensi. Menurut Undang-undang nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyakan bahwa guru profesional harus memiliki empat kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dosen dan Guru antara lain:

a. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik,

b. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik,

c. Kompetensi profesional adalah kamampuan penguasaan materi pelajaran luas mendalam,

d. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

Menurut Moh Ali, dalam melaksanaka tugas dan tanggung jawab guru yang profesional memili syarat sebagai berikut :

a. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam.

b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.

(10)

82

d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya.

e. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. Menurut Sanjaya menjadi guru yang profesional harus memiliki kompentensi profesional, kompentensi tersebut adalah :

a. Kemampuan untuk menguasai landasan pendidikan b. Pemahaman akan bidang psikologi pendidikan c. Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran

d. Kemampuan dalam mengaplikasikan metodelogi dan strategi pembelajaran

e. Kemampuan merancang dan memanfaatkan media dan sumber belajar f. Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran

g. Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang seperti administrasi sekolah, bimbingan dan penyuluhan

h. Kemampuan melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah

6. Peran Pengawas dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru Peran pengawas sekolah adalah menjaga dan membimbing guru agar tetap berada dalam profesional. Untuk lebih jelas peranan pengawasan atau supervisi meliputi: (1) supervisi akademik, dan (2) supervisi manajerial. Kedua supervisi ini harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas sekolah/madrasah.

Sasaran supervisi manajerial adalah membantu kepala sekolah/madrasah dan tenaga kependidikan di sekolah di bidang administrasi sekolah/madrasah yang meliputi: (a) administrasi kurikulum, (b) administrasi keuangan, (c) administrasi sarana prasarana/perlengkapan, (d) administrasi tenaga kependidikan, (e) administrasi kesiswaan, (f) administrasi hubungan/madrasah dan masyarakat, dan (g) administrasi persuratan dan pengarsipan. Ada beberapa hal yang dilakukan pengawas sekolah sebagai supervisor untuk membantu guru agar tetap bekerja secara professional yaitu :

1. Membantu guru membuat perencanaan pembelajaran 2. Membantu guru untuk menyajikan pembelajaran

(11)

83

3. Membantu guru untuk mengevalusikan pembelajaran 4. Membantu guru untuk mengelola kelas

5. Membantu guru dalam mengembangkan kurkulum 6. Membantu guru dalam mengevaluasi kurikulum 7. Membantu guru dalam program pelatihan 8. Membantu guru dalam bekerja sama 9. Membantu guru dalam mengevaluasi diri

Peran pengawas sekolah adalah menjaga dan membimbing guru baik melalui supervisi akademik ataupun supervisi manajerial yang paling utama dalam meningkatkatkan profesionalisme guru yaitu dengan cara pembinaan dan pengembangan sumber daya guru itu sendiri dan bagaimana tersebut meningkatkan pembelajaran di kelas yang bermutu. Disinilah peran pengawas yang sangat menentukan dalam mencapai tujuan pendidikan nasional dan dengan tenaga-tenaga guru yang profesional yaitu dengan cara :

a. Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Guru

Usaha untuk memberi kemampuan) (Oxfort English Dictionary). Makna tersebut mensyiratkan bahwa konsep peningkatan kualitas pendidikan belum mengoptimalkan pada pemberdayaan kinerja guru, yang memiliki peran dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pemberdayaan tenaga pendidik merupakan perwujudan capacity building yang bernuansa pada pemberdayaan sumber daya manusia tenaga pendidik melalui pengembangan berbagai kemampuan (kinerja) dan tanggungjawab serta suasana sinergis antara pemerintah dalam pengembangan berbagai kemampuan (kinerja) dan tanggungjawab serta suasana sinergis antara pemerintah (government) dengan guru.

Upaya optimalisasi kinerja guru yang berkelanjutan merupakan faktor yang penting dibanding faktor lainnya dalam peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini telah disadari dan dilakukan oleh pemerintah melalui penugasan studi anjut, berbagai training dan penataran pada guru. Studi lanjut diperuntukkan bagi guru-guru Sekolah Dasar yang belum memiliki kualifikasi SDM yang menguasai iptek cenderung memanfaatkan teknologinya untuk menguasai SDA.

Oleh karena itu betapa pentingnya supervisi yang diberikan kepada guru-guru dalam tugas mengajar dan mendidik sampai saat ini masih bersifat umum (

(12)

84

general supervision). Yang dibicarakan menyangkut masalah kegiatan belajar mengajar yang bersifat umum.

Usaha meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar, perlu pemahaman ulang. Mengajar tidak sekadar mengkomunikasikan pengetahuan agar diketahui subjek didik, tetapi mengajar harus diartikan menolong si pelajar agar mampu memahami konsep- konsep dan dapat menerapkan konsep yang dipahami. Selain itu mengajar harus dipersiapkan dengan baik.

Guru perlu menyediakan waktu untuk mengadakan persiapan yang matang termasuk persiapan batin. Guru-guru dimotivasi agar selalu berusaha untuk merancangkan apa yang akan disajikan. Mempersiapkan diri agar tampil dalam mengajar dan menilai dengan tepat serta bertanggung jawab atas tugas mengajarnya. Bantuan yang diberikan dalam hal sebagai berikut :

1. Merancangkan program belajar mengajar. 2. Melaksanakan proses belajar mengajar. 3. Menilai proses belajar mengajar. 4. Mengembangkan manajemen kelas . b. Peningkatan pembelajaran di Kelas

Menurut Budimansyah, memperbaiki proses pembelajaran harus dilakukan secara terencana dan berkesinambungan. Hal ini peran dari supervisor ( pengawas dan kepala sekolah ) sangat diharapkan karena dia merupakan orang yang harus memikirkan kemajuan pendidikan di tingkat sekolah/ madrasah.

Kegiatan belajar siswa yang dilaksanakan di bawah bimbingan guru. Guru bertugas merumuskan tujuan- tujuan yang hendak dicapai padfa saat pembelajaran. Untuk mencapai tujuan itu guru merencangkan sejumlah pengalaman belajar. Yang dimaksud pengalaman belajar adalah segala yang diperoleh siswa sebagai hasil dari belajar ( learning experience ). Belajar ditandai mengalami perubahan tingkah laku, karena memperoleh pengalaman baru.

Melalui perolehan pengalaman pembelajaran peserta didik memperoleh pengertian, sikap penghargaan, kebiasaan, kecakapan, dan lainnya. Agar peserta didik memperoleh sejumlah pengalaman belajar, maka mereka harus melakukan sejumlah kegiatan pembelajaran.

(13)

85

Dengan berbagai kegiatan siswa akan memperoleh sejumlah pengalaman belajar ( learning experience ). Belajar bukan saja menguasai sejumlah materi pengetahuan, tapi memperoleh sejumlah pengalaman belajar. Bagaimana cara menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan adalah salah satu usaha perbaikan proses belajar mengajar. Selain itu juga perlu dikembangkan kemampuan dan menilai hasil belajar dan proses belajar. Setiap guru yang selesai mengajar bertanya pada dirinya apakah bahan yang disajikan dapat dikuasai oleh subjek didik. Supervisor dapat mendorong guru- guru untuk mengembangkan berbagai model rancangan pembelajaran.

D. Simpulan

Pengawas sekolah identik dengan supervisi pendidikan yang mempunyai arti khusus yaitu membantu dan turut serta dalam usaha-usaha perbaikan dan meningkatkan mutu baik personal atau lembaga. Dalam meningkatkan profesionalisme guru yang paling utama adalah dengan cara pembinaan dan pengembangan sumber daya guru itu sendiri dan bagaimana tersebut meningkatkan pembelajaran di kelas yang bermutu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peranan pengawas dalam meningkatkan mutu dan profesionalisme guru antara lain dengan melaksanakan supervisi akademik dan supervisi manajerial. Pengawasan atau supervisi erat kaitanya dengan kegiatan membimbing, membina, memonitoring dan memberi pelayanan dalam membantu guru terhadap kegiatan proses pembelajaran agar tetap berjalan seperti yang adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial, mencakup kegiatan inspecting, advising, monitoring, coordinating dan reporting.

Sasaran dari pembinaan dari pengawas adalah guru. Guru atau pendidik adalah orang yang bekerja memberi pengajaran kepada seseorang atau anak didik kearah kedewasaan. Jika peran pengawas dalam membimbing dan mensupervisi guru dengam maksimal baik dari sisi akademik maupun manajerial maka akan mutu guru akan meningkat dan dapat menjadikan guru yang profesional.

(14)

86

DAFTAR PUSTAKA

Azhari, Ahmad. 2008. Supervisi Rencana Program Pembelajaran. Jakarta : Depag.

Daryanto, H.M. 2008. Administrasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Dharma, Surya. 2012. Peranan dan Fungsi Pengawas Sekolah/ Madrasah, Jurnal Tenaga.

Harahap, Baharuddin. 1983. Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan oleh Guru, Kepala Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Damai Jaya

Kependidikan. 2008. Jakarta : Depdiknas.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Sagala, Syaiful. 2013. Supervisi Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Sahertian, Piet A. 2000. Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2008. Standar Mutu, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Supandi. 1996. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama Universitas Terbuka.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Usman, Moh. Uzer. 1994. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis terhadap data bobot relatif menunjukkan bahwa kandungan protein ransum (15 vs 19%) tidak nyata (P>0,05) berpengaruh terhadap bobot relatif segmen saluran pencernaan anak

Stalinisme adalah sistem ideologi politik dari Uni Soviet di bawah kepemimpinan Joseph Stalin yang memimpin Uni Soviet pada tahun 1929 sampai dengan 1953 berkaitan erat

pengadaan barang/jasa pemerintah. Surat menyurat dalam proses pengadaan barang/jasa dapat diibaratkan seperti sebuah lilin, siang hari tidak diperlukan, demikian juga di malam

Urusan kewenangan Desa, Yang merupakan Penyerahan wewenang Pemerintahan Kabupaten kepada Pemerintah Desa untuk mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan dalam

Dari keseluruhan pengujian yang dilakukan, didapatkan algoritma SS dapat lebih efektif digunakan pada kondisi dimana request per detik pada server cukup tinggi pada

Kecenderungan hibrid (hybrid) pada Indang Tigo Sandiang; ketika sebuah bentuk seni pertunjukan tradisi berinteraksi dengan bentuk seni pertunjukan lainnya dalam model perkawinan

Tujuan penelitian ini adalah, untuk mengetahui bagaimana tingkat dukungan sosial dosen pembimbing terhadap mahasiswa yang tengah mengerjakan skripsi, bagaimana tingkat

Selain menggunakan teknik paksaan dalam pembentukan disiplin belajar PAI, guru juga menggunakan teknik disiplin tanpa paksaan. Teknik ini digunakan guru