• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

0

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

Laporan Kasus : Tatalaksana Katarak pada Pasien dengan Uveitis Penyaji : Aditia Apriyanto Haryono

Pembimbing : dr. Emmy Dwi Sugiarti, Sp.M(K), M.Kes

Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing

dr. Emmy Dwi Sugiarti, Sp.M(K), M.Kes

28 September 2021

Pukul 08.15 WIB

(2)

1

Cataract Management in Patients with Uveitis

ABSTRACT

Introduction : Cataract is one of the most frequent complications of uveitis. Chronic uveitis or corticosteroid therapy used contributes to cataract formation. Uveitis eye represent 1.2% of all cataract surgery. Control of the inflammatory process and finding of underlying disease are important in uveitis patients before cataract surgery.

Purpose : to describe management of cataract in patient with uveitis

Case report : a 36 years old female came to Cicendo Eye Hospital with chief complaint gradually blurred on the right eye since 2 years ago. History of pink eye cannot be confirmed. Ophthalmology examination revealed visual acuity on right eye 1/300 and left eye 1.0. There are busacca and koeppe nodules at iris of right eye. The Patient was searched for underlying disease by infection and immunology unit with a positive TB- IGRA examination. The patient was diagnosed with complicated cataract due to panuveitis TB on the right eye. The patient will be planned phacoemulsification and IOL implantation after receiving preoperative treatment from infection and immunology unit.

Conclusion : Cataract surgery in patients with uveitis must be prepared for premedication before surgery, timing of surgery, the type of surgery and finding the underlying disease of uveitis in a multidisciplinary manner.

Keywords: cataract, uveitis,

I. Pendahuluan

Komplikasi uveitis berupa katarak disebabkan oleh peradangan kronik intraokular atau penggunaan kortikosteroid dalam pengobatan uveitis. Operasi katarak dengan uveitis sebanyak 1,2% dari total operasi katarak. Insidensi katarak pada uveitis beragam 57% pada pars planitis dan 78% pada Fuchs heterochromic iridocyclitis. Katarak dengan uveitis dapat terjadi pada usia lebih muda dibandingkan dengan katarak pada umumnya dengan faktor usia. Katarak subkapsularis posterior merupakan jenis paling banyak pada katarak uveitis dan mengalami progresivitas tergantung dari durasi, intensitas dan pengobatan uveitis.

1–3

Tatalaksana katarak pada uveitis merupakan tantangan bagi dokter bedah mata.

Pengendalian proses peradangan sebelum operasi merupakan hal yang penting

pada pasien uveitis. Pencarian underlying disease pada pasien uveitis harus

dilakukan sebelum operasi katarak sehingga dapat menentukan tatalaksana lebih

lanjut. Pemilihan waktu operasi yang tepat, tatalaksana sebelum operasi,

penanganan komplikasi intraoperasi dan tatalaksana setelah operasi akan

(3)

2

menentukan keberhasilan operasi katarak pada uveitis.

2,4

Pada laporan kasus ini akan membahas mengenai tatalaksana katarak pada pasien dengan uveitis.

II. Laporan Kasus

Ny. A 36 tahun datang ke poli Katarak dan bedah refraktif (KBR) pada tanggal 6 September 2021 dengan keluhan mata kanan buram sejak 2 tahun yang lalu secara perlahan-lahan. Pandangan seperti melihat kabut terutama sejak 1 tahun terakhir yang semakin memberat. Riwayat mata merah berulang disangkal. Riwayat nyeri sendi, sariawan berulang, demam berulang dan penurunan berat badan drastis disangkal pasien. Riwayat penggunaan obat steroid jangka lama disangkal pasien.

Riwayat pengobatan tuberculosis paru disangkal pasien. Riwayat trauma atau operasi mata sebelumnya tidak ada, riwayat hipertensi dan diabetes melitus tidak ada.

Pada pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Tajam penglihatan pada mata kanan pasien 1/300 dan mata kiri pasien 1.0. Pemeriksaan gerak bola mata kanan dan kiri baik segala arah dan kedudukan kedua bola mata ortotropia.

Pemeriksaan tekanan bola mata dengan Non contact tonometry (NCT) pada mata kanan 17 mmHg dan mata kiri 14 mmHg. Pada pemeriksaan segmen anterior mata kanan konjungtiva tenang, kornea didapatkan keratic precipitates, bilik mata depan Van Herick grade III, flare/cell -/-, pada iris terdapat koeppe (+), bussaca (+), lensa keruh nukleus dan korteks dengan iris pigmen. Pemeriksaan funduskopi pada segmen posterior mata kanan sulit dinilai dikarenakan media keruh. Hasil USG mata kanan didapatkan vitreous opacity kesan ec sel-sel radang. Pemeriksaan segmen anterior dan posterior mata kiri dalam batas normal.

Pasien didiagnosis dengan katarak komplikata OD dan Uveitis OD. Pasien

dikonsulkan ke unit infeksi dan imunologi (IIM) untuk tatalaksana komprehensif,

termasuk mencari underlying disease dari uveitis dan persetujuan tindakan

ekstraksi lensa dengan teknik operasi fakoemulsifikasi dan implantasi lensa

intraokular OD. Unit KBR merencanakan tindakan dengan pertimbangan

pemberian metilprednisolon 1mg/kgBB/hari selama 1 sampai 2 minggu sebelum

operasi.

(4)

3

Gambar 1. Foto segmen anterior mata kanan. (A) Katarak Nuklear, (B) koeppe (tanda panah hitam), bussaca (tanda panah biru).

Dikutip dari : PMN RS Cicendo

Pada pemeriksaan di unit infeksi dan imunologi, pasien didiagnosis dengan katarak komplikata OD + panuveitis OD. Pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mencari underlying disease. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain adalah tuberculosis interferon-gamma release assay (TB - IGRA), venereal disease research laboratory (VDRL), dan treponemal pallidum hemagglutination assay (TPHA). Pasien mendapat terapi berupa metilprednisolon 1x64mg, tetes mata prednisolon asetat 1% 6xOD, siklopentolat 1% 3xOD dan artificial tear 6xOD. Pasien direncanakan kontrol kembali 1 minggu kemudian ke unit infeksi dan imunologi.

Pasien kontrol ke unit infeksi dan imunologi dengan hasil pemeriksaan TB-

IGRA postif dan hasil TPHA dan VDRL negatif. Pasien didiagnosis dengan

panuveitis TB OD dan katarak komplikata OD. Pasien mendapat terapi

metilprednisolon 1x64mg dan tetes mata prednisolon asetat 1%. Pasien dikonsulkan

ke bagian penyakit dalam untuk tatalaksana dan diagnosis tb. Pasien dilakukan

rontgen thorax dengan hasil kesan tb paru lama dengan aktifitas sulit dinilai. Pasien

disarankan untuk pengobtan tb paru selama 2 minggu sebelum operasi katarak

dilakukan.

(5)

4

Gambar 2. Foto rontgen thorax dengan hasil corakan bronchovasculer bertambah dan tampak noda keras minimal dilapang atas paru kiri dan perihiler bilateral

Dikutip dari : PMN RS Cicendo

III. Diskusi

Komplikasi pada uveitis dapat terjadi katarak dengan beragam manifestasi yang muncul. Perubahan lensa pada katarak dengan uveitis berhubungan dengan uveitis kronik dan penggunaan terapi kortikosteroid. Operasi katarak pada uveitis menjadi tantangan bagi dokter dikarenakan pada katarak komplikata sering disertai sinekia posterior, miosis pupil, atrofi iris, sklerosis kapsul anterior, dan membran pupil.

Penyebab peradangan harus diketahui sebelum melakukan operasi katarak untuk menentukan tatalaksana dan prognosis. Pada pasien dengan katarak matur pemeriksaan segmen posterior mengalami visualisasi yang kurang baik sehingga dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonography untuk menilai vitritis atau ablasio retina. Pemeriksaan penunjang lainnya perlu dilakukan untuk menentukan underlying disease pada uveitis seperti pemeriksaan darah lengkap, HLA B-27, serum antibody testing, dan foto thorax.

5,6

Pada pasien ini direncanakan tindakan operasi katarak dengan pemberian kortikosteroid sebelum operasi dan pencarian penyebab dari uveitis. Pasien dilakukan pemeriksaan darah dengan hasil TB-IGRA positif dan rontgen thorax dengan kesan tb paru lama dengan aktifitas tidak jelas.

Pasien mendapatkan terapi TB terlebih dahulu selama 2 minggu sebelum operasi

oleh penyakit dalam.

(6)

5

Katarak dengan uveitis memiliki risiko lebih besar terjadi komplikasi post operasi dibandingkan dengan karatak tanpa uveitis. Tatalaksana pre operasi dan pemilihan waktu operasi sangat penting untuk keberhasilan operasi. Kontrol peradangan jangka panjang sebelum operasi dilakukan selama minimal 3 bulan tanpa flare up sebelum tindakan operasi katarak. Peradangan yang terkontrol sebelum operasi dapat menurunkan respon inflamasi setelah operasi katarak dikarenakan pada proses operasi katarak dapat menimbulkan proses inflamasi akibat lepasnya material lensa dan akibat trauma pada saat pembedahan. Terapi profilaksis dapat diberikan sebelum dilakukannya operasi. Menurut American association of ophthalmology terapi profilaksis menggunakan kortikosteroid oral 0,5-1,0 mg/kg/hari selama 3 hari dan/atau kortikosteroid topikal walaupun terdapat perbedaan opini untuk durasi dan dosis.

7

Buratto membagi dua kategori profilaksis yaitu uveitis tanpa komplikasi dan uveitis dengan komplikasi. Pada kasus uveitis tanpa komplikasi pasien terkontrol dengan steroid topikal dan tindakan operasi yang sederhana. Steroid topikal prednisolon asetat 1% atau dexametason 0.5% 4x dalam sehari diberikan selama 1 minggu sebelum operasi. Pada kasus uveitis dengan komplikasi pasien mendapatkan steroid sistemik atau periokular dan tindakan operasi katarak yang komplek. Pemberian steroid topikal dan oral prednisolon 1mg/kg/hari dapat diberikan pada kasus uveitis dengan komplikasi.

5

Menurut steinert, penggunaan preoperatif berupa kortikosteroid topikal seperti prednisolon asetat 1%, prednisolon sodium 1% atau dexametason 0.1% 2 sampai 4 x perhari. Pemberian kortikosteroid oral seperti prednisolon oral 3 sampai 7 hari sebelum operasi.

8

Menurut Moshirfar pemberian profilaksis steroid oral 0,5-1,0 mg/kg/hari dan atau steroid topikal 6-8x/hari selama 2 minggu sebelum operasi katarak.

6

Pada kasus ini pasien mendapatkan metilprednisolon 1x64mg dan kortikosteroid topikal selama 2 minggu sebelum operasi dilaksanakan untuk mengontrol peradangan.

Tindakan operasi katarak pada uveitis yaitu dengan meminimalkan trauma

akibat pembedahan dan waktu operasi sehingga dapat menurunkan inflamasi

setelah operasi katarak. Indikasi operasi pada pasien uveitis yaitu pertama apabila

terdapat penurunan tajam penglihatan yang signifikan dengan prognosis yang

(7)

6

cukup baik setelah operasi katarak. Indikasi kedua yaitu apabila katarak menghalangi untuk pemeriksaan funduskopi. Fakoemulsifikasi dengan pemasangan lensa intraokular disarankan dalam penanganan katarak uveitis.

Anestesi topikal atau lokal dengan retrobulbar atau peribulbar dapat digunakan pada kasus katarak uveitis. Anestesi umum dilakukan apabila pasien tidak kooperatif atau pada pasien anak-anak. Penanganan katarak pada uveitis lebih kompleks dibandingkan katarak bukan uveitis dikarenakan terdapat sinekia posterior, miosis pupil, atrofi iris, sklerosis kapsul anterior, dan membran pupil.

Fibrous bands pada sekitar iris spingter akan mempersulit pupil untuk dilatasi.

Penggunaan forsep atau gunting secara gentle dapat dilakukan pada fibrous band.

Penggunaan viskoelastik dapat digunakan untuk melepaskan perlengketan dan membuat pupil menjadi lebar. Pada kasus uveitis yang mengalami sklerosis otot dilator pupil atau sinekia posterior yang luas dapat dilakukan dengan penggunaan viskoelastik kohesif, sinekiolisis dengan iris spatula atau gunting secara gentle.

Penggunaan medikamentosa berupa adrenalin 1:1000 sebanyak 0,5ml dicampurkan dengan balanced salt solution dalam 10ml. dapat digunakan untuk dilatasi pupil.

Meregangkan pupil dengan dua instrumen dapat digunakan ketika sinekia mulai terlepas. Penggunaan iris retraktor pada 4 kuadran dapat digunakan apabila pupil belum dilatasi penuh. Kapsulotomi dengan continuous circular capsulorrhexis dilakukan sebesar yang bisa dilakukan sekitar 5,5mm untuk mencegah terjadinya perlengketan iridocapsular setelah operasi. Pada fibrosis kapsul anterior kapsulotomi dengan can-opener lebih mudah digunakan dibandingkan dengan continuous circular capsulorrhexis. Tatalaksana nukleus dan korteks pada prinsipnya sama dengan operasi katarak bukan uveitis. Sisa korteks yang tertinggal akan menimbulkan peradangan setelah operasi.

9–11

Pada kasus ini pasien belum dilakukan tindakan operasi, pasien direncanakan untuk tindakan fakoemulsifikasi dengan pemasangan lensa intraokular pada mata kanan setelah underlying disease ditemukan dan terapi 2 minggu awal TB paru dilakukan.

Pemilihan lensa intraokular (LIO) yang digunakan pada operasi katarak dengan uveitis perlu dipertimbangkan jenis bahan, bentuk, dan biokompatibilitas.

Pemasangan LIO tidak disarankan pada sulkus atau anterior chamber dikarenakan

(8)

7

akan meningkatkan proses reaksi peradangan setelah operasi. Pemasangan LIO disarankan didalam capsular bag untuk menurunkan reaksi peradangan setelah operasi. Tatalaksana peradangan sebelum dan setelah operasi harus dipertimbangkan dengan cermat sehingga toleransi dari pemasangan lensa intraokular dapat diterima. Material LIO pada kasus uveitis tidak disarankan dari bahan jenis silikon. LIO dari bahan silikon akan menimbulkan reaksi peradangan yang lebih besar dibandingkan dengan bahan LIO yang lainnya. Material LIO yang disarankan yaitu poly methyl methacrylate (PMMA) dan acrylic. Pada LIO bahan silikon dapat melekatnya silicone oil sehingga tidak disarankan pada kasus uveitis yang beresiko mengalami komplikasi pada bagian posterior yang membutuhkan tindakan vitreoretinal dan penempatan silicone oil. Penggunaan LIO hidrofilik mempunyai biokompatibilitas uvea yang baik dibandingkan dengan LIO hidrofobik, sedangkan biokompatibilitas kapsular pada LIO hidrofilik lebih rendah daripada LIO hidrofobik. Penggunaan LIO hidrofobik dapat menurunkan insidensi peradangan setelah operasi dan posterior capsular opacification (PCO).

Penggunaan LIO dengan tepi optik shrap edge akan mengurangi migrasi sel epitel ke kapsul posterior dan menurunkan terjadinya PCO pada pasien uveitis.

5,7,12

Pada kasus ini direncanakan untuk pemasangan LIO dengan jenis hidrofobik arcylic in the bag sehingga akan menurunkan proses inflamasi setelah operasi.

Penanganan post operasi katarak dengan uveitis harus memperhatikan proses

peradangan dan pencegahan komplikasi setelah operasi katarak. Penggunaan

steroid topikal setelah operasi merupakan standar pada operasi katarak pada

umumnya. Penggunaan steroid topikal dapat menurunkan proses inflamasi post

operasi. Tetes mata prednisolon atau deksametason diberikan 4x/hari pada hari

pertama operasi dan dosis diturunkan secara bertahap selama 4 sampai 8 minggu

kedepan. Penggunaan prednisolon oral dapat diberikan pada beberapa kasus uveitis

yang berat seperti pauveitis, uveitis intermediate, uveitis posterior. Prednisolon

1mg/kg/hari diberikan sebelum operasi dan dosis diturunkan secara bertahap

selama 4 sampai 8 minggu setelah operasi.

5,7,8

Pada pasien ini direncakan kontrol 1

minggu dan 1 bulan setelah operasi untuk menilai proses inflamasi dan menurunkan

dosis kortikosteroid secara bertahap.

(9)

8

Komplikasi setelah operasi katarak pada uveitis diantaranya posterior capsule opacification (PCO), cystoid macula edema (CME), glaucoma, dan rekurensi uveitis. Insidensi PCO sekitar 38% hingga 62% pada pasien katarak dengan uveitis.

Insidensi PCO pada pasien uveitis lebih tinggi dibandingkan pada pasien bukan uveitis. Kontrol peradangan selama 3 bulan sebelum operasi dan pemberian kortikosteroid sebelum operasi dapat menurunkan CME setelah opearsi katarak pada uveitis. Penggunaan topikal nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) topikal dapat ditambahkan untuk mengontrol proses inflamasi dan mencegah terjadi CME.

5,7,10

Prognosis pada pasien ini quo ad vitam dubia ad bonam dikarenakan pasien mempunyai penyakit sistemik TB paru yang baru mendapatkan terapi TB. Quo ad functionam dubia dikarenakan pada pasien ini susp panuveitis tuberculosis dan segmen posterior masih sulit dilakukan penilai dikarenakan visualisasi masih terhalang oleh katarak. Quo ad sanationam dubia dikarenakan pada pasien ini pengobatan baru dimulai dan perlu keteraturan dalam konsumsi obat TB yang rutin.

IV. Simpulan

Operasi katarak pada pasien dengan uveitis harus diperhatikan premedikasi

sebelum operasi, waktu yang tepat, rencana tindakan operasi dan pencarian

penyebab uveitis secara multidisplin. Premedikasi sebelum operasi dapat diberikan

kortikosteroid oral dan atau topikal selama 1- 2 minggu sebelum operasi.

(10)

9

DAFTAR PUSTAKA

1. Chu CJ, Dick AD, Johnston RL, Yang YC, Denniston AK. Cataract surgery in uveitis: A multicentre database study. Br J Ophthalmol.

2017;101(8):1132–7.

2. Llop SM, Papaliodis GN. Cataract Surgery Complications in Uveitis Patients: A Review Article. Semin Ophthalmol. 2018;33(1):64–9.

3. Agrawal R, Murthy S, Ganesh SK, Phaik CS, Sangwan V, Biswas J. Cataract surgery in uveitis. Int J Inflam. 2012;2012.

4. Tsai LM, Afshari NA, Brasington CR, Cole C, Currie BD, Edgington BD, et al. Preparing for cataract surgery in special situations. In: Lens and Cataract.

San Francisco: The American Academy of Ophthalmology; 2021. hal. 215–

41.

5. Buratto L, Brint SF, Caretti L. Cataract Surgery in Patients With Uveitis. In:

Cataract surgery in complicated cases. 2013. hal. 121–9.

6. Moshirfar M, Somani AN, Motlagh MN, Ronquillo YC. Management of cataract in the setting of uveitis: A review of the current literature. Curr Opin Ophthalmol. 2020;31(1):3–9.

7. Sen HN, Albini TA, Burkholder BM, Dahr SS, Dodds EM, Leveque TK, et al. Complications of uveitis. In: Uveitis and Ocular Inflammation. San Francisco: The American Academy of Ophthalmology; 2021. hal. 313–25.

8. Steinert RF, Chang DF, Bissen-Miyajima H, Fine IH, Gimbel H V., Koch DD, et al. Cataract Surgery in Uveitis Patients. In: Cataract Surgery.

California: Saunders El; 2010. hal. 305–9.

9. Baheti U, Siddique SS, Foster CS. Cataract surgery in patients with history of uveitis. Saudi J Ophthalmol. 2012;26(1):55–60.

10. Ozates S, Berker N, Cakar Ozdal P, Ozdamar Erol Y. Phacoemulsification in patients with uveitis: Long-term outcomes. BMC Ophthalmol.

2020;20(1):1–8.

11. Rodriguez-Garcia A, Foster CS. Cataract Surgery in Patients with Uveitis:

Preoperative and Surgical Considerations. Difficulties Cataract Surg.

2018;3–28.

12. Murthy SI, Pappuru R, Latha KM, Kamat S, Sangwan VS. Surgical management in patient with uveitis. Indian J Ophthalmol. 2013;61(6):284–

90.

Gambar

Gambar 1. Foto segmen anterior mata kanan. (A) Katarak Nuklear,             (B) koeppe (tanda panah hitam),  bussaca  (tanda panah biru)
Gambar 2.  Foto rontgen thorax dengan hasil corakan bronchovasculer  bertambah dan tampak noda keras minimal dilapang atas paru  kiri dan perihiler bilateral

Referensi

Dokumen terkait

Pada kasus pertama pasien langsung disarankan pemeriksaan untuk penegakkan diagnosis dan tatalaksana kemoterapi, namun pada kasus kedua pasien tidak datang untuk kontrol

Manfaat yang dimiliki hand magnifier adalah harga relatif lebih murah, dapat mengatur jarak antara mata dan objek secara fleksibel, dan ringan sehingga mudah

Prosedur anestesi umum pada tatalaksana laserasi kanalikuli dengan COVID-19 dapat dihindari, apabila tidak terdapat trauma berat di daerah lain.. Teknik anestesi MAC

Gambaran katarak traumatika dapat beragam, mulai dari robekan kecil di kapsul anterior yang menyebabkan katarak lokal, hingga kekeruhan total dengan material lensa

Pemeriksaan segmen anterior mata kiri didapatkan hasil palpebra superior dan inferior blefarospasme, konjungtiva bulbi terdapat injeksi siliar, kornea donor intak dengan

Fungsi lapisan musin adalah mengubah epitel kornea dari yang bersifat hidrofobik menjadi hidrofilik, berinteraksi dengan lapisan lipid untuk menurunkan tegangan

Blok Diagram Secara Keseluruhan Dari gambar 1, sistem kerja navigasi kapal laut berbasis image processing metode color detection terdiri dari 2 blok utama yaitu blok perangkat

Individu dengan kelainan penglihatan warna akan menghasilkan pola kesalahan yang khas, nomor, dan posisi kesalahan dapat digunakan untuk mengarahkan diagnosis dan