• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROPINSI SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROPINSI SULAWESI SELATAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN

DI PROPINSI SULAWESI SELATAN Rasdiah Rasyid

Universitas Patria Artha Makassar email: rasdiah.rasyid@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Data sekunder yang digunakan adalah data Panel tahun 2010-2014 menurut daerah tingkat II Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Analisis data menggunakan regresi linear berganda.

Dari hasil analisis diketahui bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan tingkat pengangguran berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan. Masing-masing dengan koefisien regresi sebesar -0,598 dan -0.560.

Kata kunci: Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Tingkat pengangguran dan Tingkat kemiskinan.

Abstract

This study aims to determine the effect of Human Development Index (HDI) and unemployment rate to poverty level in South Sulawesi Province. The data used are secondary data sourced from Central Bureau of Statistics of South Sulawesi Province and Regional Development Planning Board of South Sulawesi Province. Secondary data used is Panel data 2010-2014 year by region II Regency / City in South Sulawesi Province. Data analysis used multiple linear regression.

From the analysis, it is known that Human Development Index (HDI) and unemployment rate have negative effect on poverty level. Each with a regression coefficient of -0.598 and -0.560.

Keywords: Human Development Index (HDI), Unemployment Rate and Poverty Rate.

PENDAHULUAN

Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Menurut M.

Nasir dalam Ernawati (2012) permasalahan kemiskinan memang

merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensi.

Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu.

Kemiskinan merupakan masalah

kompleks tentang kesejahteraan yang

(2)

dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain tingkat pendapatan masyarakat, pengangguran, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi geografis, gender dan lokasi lingkungan.

Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak- hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat (Sukmaraga, 2011).

Apabila mengacu pada data BPS, tampak jelas bahwa baik jumlah maupun persentase penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Selatan terus mengalami penurunan secara konsisten.

Membaiknya kinerja ekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran terbuka, tingkat inflasi, serta meningkatnya nilai tukar petani (NTP) telah berkontribusi besar terhadap penurunan jumlah penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Selatan.

Faktanya adalah pembengkakan jumlah penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Selatan dikontribusi oleh wilayah perdesaan. Berbeda kontras dengan wilayah perkotaan yang mengalami penurunan baik jumlah maupun persentase penduduk miskin, wilayah perdesaan justru menunjukkan peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin. Akibatnya, proporsi penduduk miskin di perdesaan cenderung semakin membesar. Secara implisit fakta ini menegaskan bahwa penduduk miskin di wilayah perdesaan tidak memperoleh manfaat dari kemajuan ekonomi yang dicapai oleh Provinsi Sulawesi Selatan (Agussalim, 2012).

Persentase tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan cenderung

menurun setiap tahunnya, dari tahun 2010 sebesar 13.34 persen hingga tahun 2015 sebesar 10.32 persen. Akan tetapi kemiskinan nasional masih lebih tinggi dibandingkan kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan. Hingga pada tahun 2013 angka kemiskinan di Sulawesi Selatan mencapai 10,32 persen sedangkan angka kemiskinan nasional sebesar 11,47 persen. Dengan adanya laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan yang berfluktuatif dari tahun ke tahun tetapi cenderung mengalami trend positif yang berarti jumlah PDRB meningkat dibarengi menurunnya tingkat kemiskinan dan pengangguran di Sulawesi Selatan, yang diikuti dengan peningkatan laju indeks pembangunan manusia juga dapat meningkat secara signifikan serta penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran.

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : (1) apakah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di propinsi Sulawesi Selatan; (2) apakah pengganguran berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di propinsi Sulawesi Selatan dan; (3) apakah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pengganguran berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di propinsi Sulawesi Selatan?

Adapun tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut: (1) untuk

mengetahui pengaruh Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) terhadap

tingkat kemiskinan di propinsi Sulawesi

Selatan; (2) untuk mengetahui pengaruh

pengganguran terhadap tingkat

kemiskinan di propinsi Sulawesi

Selatan dan; (3) untuk mengetahui

(3)

pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pengganguran terhadap tingkat kemiskinan di propinsi Sulawesi Selatan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator yang menjelaskan bagaimana penduduk suatu wilayah mempunyai kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu pembangunan sebagai bagian dari haknya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

Nilai IPM menunjukkan seberapa jauh wilayah tersebut telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat, dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, maka semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu. IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata- rata sederhana dari 3 (tiga) indeks yang menggambarkan kemampuan dasar manusia dalam memperluas pilihan- pilihan, yaitu: (1) Indeks Harapan Hidup; (2) Indeks Pendidikan dan; (3) Indeks Standart Hidup Layak.

B. Pengganguran

Menurut Sukirno (2004), pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai penganggur. Pengangguran biasanya dibedakan atas 3 jenis berdasarkan keadaan yang

menyebabkannya, antara lain: (1) Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seseorang pekerja untuk meninggalkan kerjanya dan mencari kerja yang lebih baik atau sesuai dengan keinginannya; (2) Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh adanya perubahan struktur dalam perekonomian; (3) Pengangguran konjungtur, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat pengurangan dalam permintaan agregat

C. Kemiskinan

Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) menentukan kemiskinan absolut Indonesia merupakan ketidakmampuan seseorang untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum energi kalori yang dipergunakan tubuh dan kebutuhan dasar minimum untuk sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan kebutuhan dasar lain. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

D. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Tingkat Kemiskinan

Indeks Pembangunan Manusia

terdiri dari tiga komponen yang

berhubungan dengan tingkat

(4)

produktifitas masyarakatnya,. Dengan masyarakat yang sehat dan berpendidikan, produktifitas masyarakat akan meningkat dan akan meningkatkan pula pengeluaran untuk konsumsinya.

Todaro (2006) mengatakan bahwa pembangunan manusia merupakan tujuan pembangunan itu sendiri. Yang mana pembangunan manusia memainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitasnya agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan.

Menurut Napitupulu (2007) indeks pembangunan manusia memuat tiga dimensi penting dalam pembangunan yaitu terkait dengan aspek pemenuhan kebutuhan akan hidup panjang umur (Longevity) dan hidup sehat (healthy life), untuk mendapatkan pengetahuan (the knowledge) dan mempunyai akses kepada sumberdaya yang bisa memenuhi standar hidup. Artinya, tiga dimensi penting dalam pembangunan manusia tersebut sangat berpengaruh terhadap kemiskinan.

E. Pengaruh Tingkat Pengganguran Terhadap Tingkat Kemiskinan

Terdapat pengaruh tingginya jumlah pengangguran, dengan jumlah penduduk miskin. Bagi sebagian besar mereka, yang tidak mempunyai pekerjaan yang tetap atau hanya bekerja paruh waktu (part time) selalu berada diantara kelompok masyarakat yang sangat miskin (Arsyad, 1999).

Kebutuhan manusia banyak dan beragam, karena itu mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, hal yang biasa dilakukan adalah bekerja untuk mendapatkan penghasilan.

Apabila mereka tidak bekerja atau menganggur, konsekuensinya adalah

mereka tidak dapat memenuhi kebutuhannya dengan baik, kondisi ini membawa dampak bagi terciptanya dan membengkaknya jumlah penduduk miskin yang ada.

Menurut Octaviani (2001), jumlah pengangguran erat kaitannya dengan kemiskinan di Indonesia yang penduduknya memiliki ketergantungan yang sangat besar atas pendapatan gaji atau upah yang diperoleh saat ini.

Hilangnya lapangan pekerjaan menyebabkan berkurangnya sebagian besar penerimaan yang digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

Yang artinya bahwa semakin tinggi pengangguran maka akan meningkatkan kemiskinan. Kadangkala ada juga pekerja di perkotaan yang tidak bekerja secara sukarela karena mencari pekerjaan yang lebih baik dan yang lebih sesuai dengan tingkat pendidikannya. Mereka menolak pekerjaanpekerjaan yang mereka rasakan lebih rendah dan mereka bersikap demikian karena mereka mempunyai sumber-sumber lain yang bisa membantu masalah keuangan mereka. Orang-orang seperti ini bisa disebut menganggur tetapi belum tentu miskin.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Provinsi

Sulawesi Selatan dan data penelitian

diperoleh dari kantor Badan Pusat

Statistik (BPS) Sulawesi Selatan. Jenis

data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data sekunder dalam bentuk

data berkala (time series) yang

bersumber dari kantor Badan Pusat

Statistik (BPS) Sulawesi Selatan yang

terdiri dari data indeks pembangunan

manusia (IPM), pengangguran dan

kemiskinan Provinsi Sulawesi Selatan

pada periode tahun 2010-2015. Metode

(5)

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui studi pustaka dan dokumentasi. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh indeks pembangunan manusia dan pengangguran terhadap kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan, maka akan dianalisis dengan menggunakan model statistik regresi linear berganda. analisis regresi linear berganda sebagai berikut:

Y= α + β1X1 + β 2 X2 + e Y = Kemiskinan

X

1

= Indeks Pembangunan Manusia X

2

= Pengangguran

β = koefisien regresi α = Konstanta e = eror term

HASIL PENELITIAN

Perkembangan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM), penganguran terbuka dan tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel. Data Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Pengangguran Terbuka Dan Tingkat Kemiskinan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010 - 2015

Tahun IPM Tingkat Pengangguran

Terbuka (%) Persentase Penduduk Miskin (%)

2010 66 8.37 13.34

2011 66.65 6.56 12.31

2012 67.26 5.87 11.61

2013 67.92 5.10 10.29

2014 68.49 5.10 10.11

2015 69.15 5.95 10.32

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan Tabel diatas menunjukkan bahwa

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015. Dapat dilihat bahwa IPM pada tahun 2010 sebesar 66 poin. Kemudian pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 66.65 poin. Selanjutnya pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 67.26 poin. Kemudian pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 67.92 poin. Selanjutnya pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 68.49 poin. Dan selanjutnya pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 69.15 poin.

Untuk tingkat pengangguran terbuka, Tabel 1 menunjukkan bahwa adanya fluaktuasi tingkat pengangguran

terbuka di Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun 2010 hingga tahun 2015.

Dapat dilihat bahwa tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2010 sebesar 8.37%. Selanjutnya pada tahun 2011 mengalami penurunan tajam sebesar 6.56%. Kemudian pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 5.87%. Selanjutnya pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 5.10%.

Kemudian pada tahun 2014 mengalami stagnan sebesar 5.10%. Selanjutnya pada tahun 2015 justru mengalami kenaikan sebesar 5.95%.

Pada perkembangan penduduk

miskin dapat dilihat pada Tabel 1,

menunjukkan bahwa persentase

penduduk miskin di Provinsi Sulawesi

Selatan berfluaktuasi. Dapat dilihat

bahwa penduduk miskin pada tahun

(6)

2010 sebesar 13.34%. Selanjutnya pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 12.31%. Kemudian pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 11.61%. Selanjutnya pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 10.29%.

Kemudian pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 10.11%. Selanjutnya pada tahun 2015 justru mengalami kenaikan sebesar 10.32%.

Untuk melihat pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan, maka digunakan analisa regresi linear Berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan program SPSS 19.0 dapat dilihat rangkuman hasil empiris penelitian sebagai berikut:

Tabel. Output Hasil Regresi Berganda Coefficients

a

Model

Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 156.257 19.459 8.030 .000

IPM (x1) . 030 .050 .515 -.598 562

penganguran (x2) -.093 .167 -.107 -.560 .587

a. Dependent Variable: tingkat kemiskinan (Y) Persamaan regresi Berganda yang diperoleh dari hasil analisis yaitu:

Y = 156.257 + 0.030 X1 - 0.093 X2.

persamaan regresi tersebut mempunyai makna bahwa pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan adalah positif dan pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan adalah negatif.

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa:

1. Variabel Indeks Pembangunan Manusia (X1) mendapatkan uji t = - 0,598 dengan signifikansi 0.562.

Koefisien hasil uji t dari Indeks

Pembangunan Manusia

menunjukkan tingkat signifikansi 0.562 yaitu lebih besar dibandingkan dengan 0.05 (>5%).

Untuk t hitung yang dihasilkan adalah sebesar -0,598 sedangkan t

tabelnya adalah 1,795. Karena nilai t hitung lebih kecil dari t tabel (- 0.598 < 1,795) artinya H1 ditolak dan H0 diterima, maka Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Variabel Pengangguran Terbuka (X2) berdasarkan hasil data didapatkan uji t sebesar -0.560 dengan tingkat signifikansi 0.587.

Koefisien hasil uji t dari

Pengangguran Terbuka menujukkan

tingkat signifikansi 0.587 yang

mana lebih besar dibandingkan

dengan 0.05 (>5%). Untuk t hitung

yang dihasilkan adalah sebesar -

0.560 sedangkan t tabelnya sebesar

1.795. Karena nilai t hitung lebih

kecil dari t tabel (-0.560 < 1,795),

H1 ditolak dan H0 diterima, maka

(7)

dapat disimpulkan bahwa Pengangguran Terbuka berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Sulawesi Selatan.

Uji F untuk menentukan apakah secara serentak/bersama-sama variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen dengan baik atau apakah variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap variabel dependen. Pada tabel Anova dapat dilihat pengaruh variabel independen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pengangguran terhadap variabel dependen tingkat kemiskinan. secara simultan/bersama. Dimana setelah dilakukan penganalisaan dengan SPSS 19.0 maka didapat output sebagai berikut:

Tabel. Output Uji F ANOVA

b

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 82.579 2 27.526 63.476 .000

a

Residual 4.770 6 .434

Total 87.349 8

a. Predictors: (Constant), IPM (x1), penganguran (x2) b. Dependent Variable: tingkat kemiskinan (Y)

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil pengujian hipotesis dengan perhitungan uji F menggunakan program komputasi SPSS for Windows release 19.00 diperoleh F hitung = 63.476 dengan harga signifikansi sebesar 0.000. Karena harga signifikansi kurang dari 0.05, menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh tersebut signifikan. Dengan demikian menunjukkan bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang

signifikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Sulawesi Selatan.

Derajat pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan secara bersama-sama atau secara simultan dapat diketahui dari harga korelasi secara simultan atau R dengan nilai R square sebagaimana pada Tabel berikut.

Tabel. Output Korelasi Simultan Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .972

a

.945 .930 .659

a. Predictors: (Constant), Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) (x1), pengangguran (x2)

(8)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh harga koefisien korelasi secara simultan sebesar 0.972 dengan nilai R square sebesar 0.945. Ini mengindikasikan bahwa kuat pengaruh secara bersama-sama variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan masuk dalam kategori kuat.

Besarnya pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pengangguran dapat diketahui dari harga koefisien determinasi simultan (R

2

) yang menunjukkan secara bersama-sama Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pengangguran memiliki pengaruh sebesar 94.5%

terhadap tingkat kemiskinan.

Sedangkan selebihnya sebesar 5.5%

adalah pengaruh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model ini.

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Tingkat Kemiskinan

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa indeks pembangunan manusia berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan pemerintah terutama dalam meningkatkan pembangunan modal manusia dan mendorong penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan produktivitas manusia. Menurut Lanjouw (2001), pembangunan manusia identik dengan pengurangan kemiskinan. Investasi dibidang pendidikan dan kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin dibandingkan penduduk yang tidak miskin, karena bagi penduduk miskin aset utama adalah tenaga kasar mereka.

Adanya fasilitas pendidikan dan

kesehatan murah akan sangat membantu meningkatkan produktivitas dan pada gilirannya meningkatkan pendapatan. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Napitupulu (2007) mengatakan bahwa indeks pembangunan manusia berpengaruh negatif terhadap jumlah penduduk miskin.

B. Pengaruh Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pengangguran terbuka berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

Artinya kenaikan tingkat pengangguran terbuka tidak menaikkan angka kemiskinan.

Tidak semua orang yang sementara menganggur itu selalu miskin. Karena seperti halnya penduduk yang termasuk dalam kelompok pengangguran terbuka ada beberapa macam penganggur, yaitu mereka yang mencari kerja, mereka yang mempersiapkan usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan yang terakhir mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Diantara empat kategori pengangguran terbuka diatas bahwa sebagian diantaranya ada yang masuk dalam sektor informal, dan ada juga yang mempunyai pekerjaan dengan jam kerja kurang dari yang ditentukan.

Selain itu pastilah juga ada yang

berusaha atau mempersiapkan usaha

sendiri, ada juga yang sedang

menunggu mulainya bekerja, ada juga

yang mempunyai pekerjaan paruh

waktu (part time), namun dengan

penghasilan melebihi orang bekerja

(9)

secara normal dan yang mana semua golongan tersebut masuk dalam kategori pengangguran terbuka.

Menurut Godfrey (1993) yaitu bahwa kemiskinan mungkin tidak selalu berhubungan dengan masalah ketenagakerjaan. Selain itu juga diperkuat dengan pendapat Arsyad (1999) yang menyatakan bahwa salah jika beranggapan setiap orang yang tidak mempunyai pekerjaan adalah miskin, sedang yang bekerja secara penuh adalah orang kaya. Hal ini karena kadangkala ada pekerja di perkotaan yang tidak bekerja secara sukarela karena mencari pekerjaan yang lebih baik yang lebih sesuai dengan tingkat pendidikannya. Mereka menolak pekerjaan yang mereka rasakan lebih rendah dan mereka bersikap demikian karena mereka mempunyai sumber lain yang bisa membantu masalah keuangan mereka.

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

1. Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila Indeks Pembangunan Manusia naik maka tingkat kemiskinan akan turun.

2. Pengangguran berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Artinya apabila angka pengangguran naik maka tidak akan mempengaruhi tingkat kemiskinan di Sulawesi Selatan.

3. Indeks Pembangunan Manusia dan pengangguran berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Sulawesi Selatan. Artinya naik dan turunnya tingkat kemiskinan di Propinsi Sulawesi Selatan dipengaruhi oleh

Indeks Pembangunan Manusia dan pengangguran.

B. Saran

1. Dalam upaya mengurangi jumlah kemiskinan di Sulawesi Selatan, pada tingkatan mikro, program- program yang diarahkan untuk menekan beban pengeluaran penduduk miskin di satu sisi, dan meningkatkan produktivitas penduduk miskin di sisi lain, harus terus diintensifkan.

2. Model yang dikembangkan dalam penelitian ini masih terbatas karena hanya melihat pengaruh variabel indeks pembangunan manusia dan pengangguran terhadap kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan. Oleh karenanya diperlukan studi lanjutan yang lebih mendalam dengan data dan metode yang lebih lengkap sehingga dapat melengkapi hasil penelitian yang telah ada dan hasilnya dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan berbagai pihak yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi dalam hal penekanan kemiskinan.

DAFTAR PUSTAKA

Agussalim. 2012. Penanganan Kemiskinan di Sulawesi Selatan: Pendekatan dan Agenda Kebijakan.

Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan, Edisi Ketiga, Penerbit BP STIE YKPN, Yogyakarta

Ernawati. N. 2012. Pemetaan Potensi

Penduduk Miskin

Kabupaten Bantul, Jogjakarta. Jurnal Bumi Indonesia, Vol. 1, (No.03) : 475-481.

Lanjouw, P., M. Pradhan, F. Saadah, H.

Sayed, R. Sparrow, 2001.

(10)

Poverty, Education and Health in Indonesia: Who Benefits from Public Spending?. World Bank Working Paper No. 2739.

Washington D.C.: World Bank. Diakses dari:

http://papers.ssrn.com Naputipulu, Apriliyah, S. 2007.

Pengaruh Indikator

Komposit Indeks

Pembangunan Manusia Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin.

Skripsi: e-repository Usu.

Octaviani, D. 2001. Inflasi, Pengangguran, dan

Kemiskinan di Indonesia:

Analisis Indeks Forrester Greer & Horbecke. Media Ekonomi, 7(8), 100-118.

Sukirno, S. 2004. Makro Ekonomi:

Teori Pengantar. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Sukmaraga, Prima. 2011. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, PDRB per Kapita, Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin.

Universitas Diponegoro.

Todaro, M. P. 2006. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga.

Edisi Keempat Jilid 1.

Jakarta: Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, peneliti ingin menganalisis, apakah terdapat hubungan lama pemakaian sepatu boots dengan angka kejadian Tinea pedis pada pekerja pemungut sampah

Telah dibuat sebuah sistem irigasi tanaman otomatis menggunakan wireless sensor network dengan 2 node , 1 router dan 1 server yang dapat berkomunikasi antar modul

Menganalisis pengaruh indeks pembangunan manusia (IPM) terhadap tingkat kemiskinan di provinsi Jawa Tengah tahun 2015?. Menganalisis pengaruh pengangguran terhadap

Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk Miskin, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Pertumbuhan Ekonomi, dan Tingkat Pembangunan Terbuka (TPT) Terhadap Tingkat Kemsikinan di

Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi, terhadap Tingkat Kemiskinan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010-2015. Yogyakarta:

Sementara itu guncangan terhadap pengangguran, berdampak pada meningkatnya angka kemiskinan dalam jangka pendek dan panjang, dan berdampak turunnya pertumbuhan ekonomi dalam

Tabel hasil regresi pada model 2 menunjukkan pengaruh variabel jumlah penduduk dan pengangguran terhadap kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi

Perkembangan Processor yang sangat pesat merupakan salah satu faktor utama mengapa kita bisa hidup di jaman yang penuh dengan teknologi canggih ini karena, teknologi apapun