• Tidak ada hasil yang ditemukan

Periodontitis dan Penyakit Stroke di Indonesia (Riskesdas 2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Periodontitis dan Penyakit Stroke di Indonesia (Riskesdas 2013)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Periodontitis dan Penyakit Stroke ….(Indirawati dkk)

Diterima : 5 Januari 2016 Direvisi: 3 Februari 2016 Disetujui: 28 April 2016 1

Periodontitis dan Penyakit Stroke di Indonesia (Riskesdas 2013)

Indirawati Tjahja Notohartojo

*

, dan Made Ayu Lely Suratri

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Indonesia

*Email : indrawatitjahaja@yahoo.com

Abstract

Periodontitisis an infection ofthe oral cavity are often founding the community caused by bacteria.

Bacterial products, and foods that stick to teeth can go into the bloodstream and cause inflammation in blood vessel walls. After the inflammation of the blood vessels , they can lead to atherosclerosis and then can be a stroke. Stroke disease is not an infectious disease that can cause death.The aim of research to determine whether periodontitis as a risk factor for stroke. Methods: the research methods using cross-sectional design.

The research sample is all household members aged 15 years and above and amounted to 722.329 people. Data taken from secondary data Riskesdas in 2013 at 33 provinces and 497 districts/cities in Indonesia. Result: there is no significance realtionship between periodontal disease (periodontitis) with stroke disease. Conclusion :periodontitis is not a risk factor for stroke.

Keyword: Periodontitis, stroke disease, and risk factor.

Abstrak

Periodontitis merupakan infeksi pada rongga mulut yang banyak dijumpai di masyarakat yang disebabkan oleh bakteri. Produk bakteri yang melekat pada gigi, dapat ikut masuk ke aliran darah dan menyebabkan peradangan pada dinding pembuluh darah, sehingga dapat terjadi aterosklerosis dan kemudian dapat menyebabkan penyakit stroke. Penyakit Stroke merupakan penyakit tidak menular yang dapat menyebabkan kematian. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah Periodontitis sebagai faktor risiko penyakit stroke. Metode penelitian dengan menggunakan desain penelitian potong lintang (Cross Sectional). Sampel penelitian adalah semua anggota rumah tangga yang berusia 15 tahun ke atas dan berjumlah 722.329 orang.

Data diambil dari data sekunder Riskesdas tahun 2013 di 33 propinsi dan 497 kabupaten/kota di Indonesia. Hasil penelitian tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penyakit jaringan Periodontal (Periodontitis) dengan penyakit Stroke, dengan nilai p > 0,05. Kesimpulan: Periodontitis tidak sebagai faktor risiko penyakit Stroke.

Kata Kunci : Periodontitis, penyakit stroke, dan faktor risiko

Pendahuluan

Banyaknya penelitian tentang pengaruh kesehatan mulut dengan aterosklerosis, yang dapat menyebabkan penyakit serebrovaskuler.

1,2,3,4

Salah satu penyakit yang berhubungan dengan kesehatan mulut adalah periodontitis (penyakit pada jaringan peridontal) yang diduga berhubungan dengan penyakit stroke. Periodontitis adalah infeksi pada rongga mulut yang sering dijumpai di masyarakat. Periodontitis dianggap sebagai penyakit nomer dua di dunia setelah karies gigi. Periodontitis cenderung mengarah pada masyarakat

atau daerah ekonomi kurang mampu.

Bakteri pada periodontitis adalah Streptokokus sanguinis dan melekat pada gigi, dapat ikut masuk ke aliran darah dan menyebabkan peradangan pada dinding pembuluh darah. Setelah terjadi peradangan pada pembuluh darah, maka dapat terjadi aterosklerosis dan kemudian dapat menjadi penyakit stroke.

5

Pada penelitian epidemiologi dila-

porkan bahwa penyakit periodontal

menjadi salah satu faktor risiko penyakit

kardiovaskuler, stroke, dan penyakit arteri

perifer, tapi hasil penelitian menyatakan

hal yang berbeda. Hasil penelitin dari

Dental Research Institute, School of

(2)

2 Jurnal Biotek Medisiana Indonesia . Vol.5.1.2016: 1-8

Stroke hemorragik. Beck dkk. melaporkan bahwa terdapat hubungan antara perio- dontitis dan penyakit stroke. Namun hasil penelitian tersebut tidak seluruhnya menghasilkan hasil yang konsisten, bahwa ada hubungan antara penyakit periodontal dan penyakit stroke. Sehingga belum dapat dipakai sebagai acuan karena banyaknya variabel perancu yang mempengaruhi hasil penelitian tersebut.

6

Timbulnya penyakit Periodontal disebabkan oleh pembentukan plak dengan bakteri dan produknya pada permukaan gigi.

7,8

Plak yang mengandung bakteri merupakan salah satu faktor yang paling dominan untuk terjadinya penyakit periodontal. Apabila ada infeksi pada jaringan periodontal gigi, maka infeksi dimulai dari marginal gingiva, dan berkembang kearah apikal yang mengakibatkan lepasnya attachement gingiva, dan terbentuklah pocket periodontal. Di dalam pocket periodontal banyak terdapat bakteri. Bakteri yang terdapat di ruang poket periodontal adalah bakteri patogen seperti streptococcus.

Salah satu bakteri yang berperilaku sebagai agen yang bersifat trombogenik dan menyebab-kan infark baik infark jantung maupun infark otak adalah bakteri streptokokus sanguis. Menurut Henberg dan Meyer (dalam Sudibyo, 2014) streptokokus sanguis banyak terdapat dalam plak gigi. Plak gigi sangat erat dengan penyebab lesi periodontal.

5

Periodontitis merupakan inflamasi pada jaringan periodontal. Jaringan periodontal adalah jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi. Yang termasuk jaringan periodontal adalah gingiva atau jaringan gusi, sementum atau lapisan luar akar gigi, tulang alveolar , atau tulang soket tempat gigi berada, ligamen periodontal, yang merupakan jaringan ikat antara sementum dan tulang alveolar.

9,10,11

Periodontitis umumnya disebabkan oleh

melekat pada permukaan gigi dan berwarna putih kekuningan. Plak yang menyebabkan periodontitis adalah plak yang berada tepat di atas garis gusi.

Bakteri dan produknya dapat menyebar ke bawah gusi sehingga terjadi proses peradangan dan terjadilah Periodontitis.

Periodontitis dapat juga melibatkan hilangnya progresif dari tulang alveolar di sekitar gigi, dan jika tidak diobati dapat menyebabkan pengenduran dan selanjut- nya kehilangan gigi.

11

Beberapa penelitian melaporkan adanya hubungan antara penyakit infeksi kronik, termasuk penyakit jaringan periodontal dengan faktor risiko penyakit stroke. Walaupun demikian beberapa penelitian belum ada yang konsisten tentang hubungan tersebut. Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf lokal dan atau global munculnya mendadak, progresif dan cepat.

Gangguan fungsi syaraf pada penyakit Stroke disebabkan karena gangguan peredaran darah. Penyakit stroke merupakan kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke bagian otak terganggu.

Jika pembuluh darah yang memberikan oksigen dan nutrisi ke otak terhambat, kondisi ini disebut stroke iskemik, namun bila pembuluh darah yang menyuplai otak pecah dan menyebabkan perdarahan ke dalam otak, dinamai stroke hemorrhagic.

Pada penyakit stroke apa pun sel-sel saraf di daerah yang terkena otak dapat menjadi kekurangan oksigen dan kematian sel.

Oleh karena itu penyakit stroke dapat

menyebabkan penurunan fungsi tubuh

seperti fungsi bicara, memori dan gerakan

organ tubuh yang dikendalikan oleh bagian

otak yang terkena. Faktor risiko penyakit

stroke adalah merokok, hipertensi serta

diabetes mellitus. Gangguan penyakit

stroke dapat menurun dengan standar

hidup yang lebih tinggi .

5

(3)

Periodontitis dan Penyakit Stroke ….(Indirawati dkk)

Diterima : 5 Januari 2016 Direvisi: 3 Februari 2016 Disetujui: 28 April 2016 3 Metode

Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan gigi dan mulut yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013, dengan desain penelitian adalah cross-sectional (potong lintang). Populasi penelitian adalah seluruh penduduk Indonesia yang mencakup 33 provinsi, 497 kabupaten/kota (Riskesdas, 2013).

13

Sam- pel adalah semua anggota rumah tangga yang telah berusia ≥ 15 tahun (karena pada usia 15 tahun gigi-gigi permanen sudah tumbuh hingga gigi molar ke kedua).

Dalam penelitian ini usia dikelompokkan menjadi 2 bagian di bawah 30 tahun dan di atas 30 tahun. Pemilihan usia 30 tahun dikarenakan pada usia tersebut dianggap usia mapan. Mapan dalam hal pengalaman, ingin mencari kehidupan yang lebih baik dalam arti lebih ingin sehat dibandingkan dengan kondisi sakit

.14

Pemilihan sampel menggunakan kerangka sampel blok sensus (BS) dari Badan Pusat Statistik (BPS). Lokasi populasi sampel adalah seluruh rumah tangga di Indonesia.

Kriteria inklusi meliputi seluruh anggota rumah tangga terpilih yang berusia ≥ 15 tahun dan telah menandatangani perse- tujuan untuk dilakukan penelitian. Kriteria eksklusi adalah subjek sakit berat dan data tidak lengkap. Dilakukan kalibrasi oleh peneliti sebelum pelaksanaan pengum- pulan data, di bawah pengawasan para pakar yang telah berpengalaman di lapangan. Kalibrasi dilakukan agar dipastikan bahwa penilaian yang dilakukan peneliti setara dengan penilaian yang dilakukan para pakar. Jumlah sampel adalah 722.329 responden. Data yang

diperoleh adalah sampel data kompleks dengan menyertakan weighting strata dan PSU (Primary Sampling Unit). Analisis data menggunakan perangkat lunak statistik SPSS versi 15.0.

15

Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan pemeriksaan gigi dan mulut. Data yang diperoleh dengan wawancara adalah pertanyaan tentang stroke, seperti: Apakah pernah didiagnosis penyakit stroke oleh tenaga kesehatan (dokter, Perawat, atau bidan), Kapan didiagnose pertama kali, Apakah pernah mengalami keluhan secara mendadak, Seperti kelumpuhan di satu sisi, mulut mencong tanpa kelumpuhan mata, bicara pelo, sulit bicara/komunikasi dan atau tidak mengerti pembicaraan.

Sedangkan untuk kesehatan gigi dan mulut dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut dengan menggunakan dentogram.

Pertanyaan meliputi apakah gigi berjejal, Apakah gigi goyang, apakah gigi sariawan, apakah terdapat karang gigi, apakah terdapat discolorisasi stain rokok?

apakah ada kelainan gusi (jaringan periodontal). Riskesdas 2013 ini telah mendapatkan persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian, Badan Litbang Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia, Nomor.

01.1206.207

. 15

Hasil

Pada Tabel 1 menunjukkan faktor-

faktor individu dari responden. Usia

responden yang paling banyak di atas 30

tahun, perempuan lebih banyak daripada

laki-laki, dan yang pendidikan rendah

lebih banyak dari pada pendidikan tinggi.

(4)

4 Jurnal Biotek Medisiana Indonesia . Vol.5.1.2016: 1-8 Variabel

Jumlah Responden (n)

Persentase (%) Usia

< 30 tahun 213.999 29,63

>30 tahun Jumlah Jenis Kelamin - Laki Laki - Perempuan Jumlah Pendidikan -Tinggi -Rendah Jumlah Pekerjaan -Bekerja -Tidak bekerja Jumlah

Sosial Ekonomi -Tidak Miskin - Miskin Jumlah

508.330 722.329

347.823 374.506 722.329

225.920 496.409 722.329

430.350 291.979 722.329

449.929 272.400 722.329

70,37 100,0

48,15 51,85 100,0

31,28 68,72 100,0

59,58 40,42 100,0

62,29 37,71 100,0

Tabel 2 . Hubungan Jaringan Periodontal dengan Hipertensi (Riskesdas, 2013)

Pada Tabel 2, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara penyakit jaringan periodontal (periodontitis) dengan hipertensi, dengan nilai p<0.05 (p:0,000).

Berarti ada hubungan yang bermakna.

Responden tidak hipertensi memiliki jaringan periodontal sehat sebesar 4,8%, sedangkan responden yang tidak hiper- tensi, namun jaringan periodontal tidak sehat sebesar 95,2%. Nilai OR yang diperoleh dari analisis Chi Square sebesar 1,1459.

Pada Tabel 3, menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara penyakit jaringan periodontal (perio- dontitis) dengan penyakit stroke, dengan nilai p> .05 (p: 0,328), ini berarti tidak ada hubungan yang bermakna. Responden tidak dengan penyakit stroke dan memiliki jaringan periodontal sehat sebesar 4,8%, sedangkan responden yang tidak dengan penyakit stroke, namun jaringan periodontal tidak sehat sebesar 95,2%.

Hipertensi

Jaringan Periodontal

Total OR (95% CI)

P value Sehat Tidak sehat

N % N % N %

1.1459 (1.077 – 1.219)

0.000

Tidak 31.961 4,8 62.7426 95,2 659.387 100

Ya 2.544 4,0 60.399 96,0 62.943 100

Jumlah 34.505 4,8 687.825 95,2 722.330 100

(5)

Periodontitis dan Penyakit Stroke ….(Indirawati dkk)

Diterima : 5 Januari 2016 Direvisi: 3 Februari 2016 Disetujui: 28 April 2016 5 Tabel 3. Hubungan Jaringan Periodontal dengan Penyakit Stroke

(Riskesdas, 2013)

Penyakit Stroke

Jaringan Periodontal

Total OR

(95% CI)

p value Sehat Tidak sehat

N % N % N %

0,9027

0,74-1,11 0,328

Tidak 34.280 4,8 663.013 95,2 717.293 100

Ya 224 4,4 4.812 95,6 5.035 100

Jumlah 34.504 4,8 687.825 95,2 722329 100

Pembahasan

Periodontitis merupakan penyakit pada jaringan periodontal yang sudah mengenai jaringan pendukung gigi akibat akumulasi plak. Plak yang menempel pada gigi dapat dihilangkan dengan cara menyikat gigi. Menyikat gigi sebaiknya dilakukan dua kali sehari, yaitu setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam.

Apabila hal ini tidak dilakukan dapat menyebabkan gingivitis, dan kemudian dapat berkembang menjadi periodontitis.

Periodontitis merupakan kerusakan pada ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan terbentuknya poket, resesi gingiva atau keduanya. Periodontitis diawali oleh inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh kelompok mikroorganisme spesifik.

16

Pada Tabel 1, menunjukkan distribusi frekuensi responden, dengan variabel usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan sosial ekonomi. Jumlah responden dengan usia di atas 30 tahun, lebih banyak daripada usia di bawah 30 tahun yaitu sebesar 70,37%.

Seperti diketahui kerusakan jaringan periodontal atau jaringan penyangga gigi terjadi secara bertahap, tanpa rasa sakit, proses penyakit ini berjalan bertahun-tahun lamanya tanpa rasa sakit, akibatnya gigi menjadi goyah kemudian lepas dengan sendirinya. Hal ini terjadi pada usia di atas 30 tahun

.8

Responden perempuan lebih banyak dari pada laki-laki yaitu sebesar 52,85%. Ini menunjukkan bahwa jenis kelamin

perempuan lebih punya banyak waktu datang ke puskesmas memeriksakan kesehatannya. Ditemukan yang berpendidikan rendah lebih banyak dari berpendidikan tinggi yaitu sebesar 68,72%.

Hal ini sesuai dengan pendapat pakar bahwa pendidikan berpengaruh terhadap status kesehatan. Peneliti lain juga berpendapat, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi kebutuhan pencarian akan pelayanan kesehatan.

Sedang yang bekerja lebih banyak daripada yang tidak bekerja yaitu sebesar 59,9%, dan yang tidak miskin ditemukan sebesar 62,29%. Seperti diketahui pekerjaan berhubungan dengan status ekonomi. Semakin tinggi pendapatan, maka semakin baik responden dalam memperhatikan kesehatan. Status sosial ekonomi keluarga digambarkan dengan penghasilan orang tua untuk membiaya hidup keluarga. Semakin tinggi status ekonomi keluarga, maka semakin mampu keluarga memenuhi kebutuhan hidup termasuk memilih bentuk pelayanan kesehatan yang berkualitas.

17

Pada Tabel 2, menunjukkan hubungan antara penyakit jaringan periodontal dengan hipertensi dengan nilai p< 0,05.

Ditemukan responden yang tidak

hipertensi dan jaringan periodontal sehat

sebesar 4,8%, sedang yang tidak hipertensi

dan jaringan periodontal tidak sehat

sebesar 95,2%. Nilai OR yang diperoleh

sebesar 1,1459. Artinya responden tidak

hipertensi mempunyai peluang 1,1459 kali

untuk memiliki jaringan periodontal sehat,

(6)

6 Jurnal Biotek Medisiana Indonesia . Vol.5.1.2016: 1-8

darah di arteri yang bersifat sistemik dan tidak berlangsung secara tiba-tiba, namun melalui proses yang cukup lama.

18

Tekanan darah bernilai 140/90 mmHg atau lebih. Namun banyak masyarakat yang kurang menyadari dirinya mengidap hipertensi serta membiarkan nilai tekanan darah tetap tinggi dan tidak terkendali.

Padahal hipertensi dapat menyebabkan kerusakan berbagai organ sehingga dapat menimbulkan kematian secara tiba-tiba.

Salah satu dampak buruk hipertensi yang banyak ditakuti banyak orang adalah penyakit Stroke.

19

Hipertensi dapat menyebabkan disfungsi mikrosirkulasi pada jaringan periodontal, sehingga dapat mengakibat- kan terjadinya kelainan periodontal dan secara tidak langsung juga sebagai faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner.

20

Pada Tabel 3, menunjukkan tidak terdapat hubungan antara penyakit pada jaringan periodontal dengan penyakit stroke, dengan nilai p> 0,05. Ditemukan responden yang tidak stroke dan jaringan periodontal sehat (tidak periodontitis) sebesar 4,8%, sedang yang tidak stroke dan mengalami periodontitis sebesar 95,2%. Nilai OR yang diperoleh sebesar 0,9027. Hal ini tampak bahwa tidak terdapat hubungan antara periodontitis dengan penyakit stroke. Untuk terjadinya stroke memerlukan proses yang membu- tuhkan waktu yang cukup lama.

Di Amerika Serikat 30-50% penderita stroke, memiliki bentuk jaringan periodontal yang parah. Dalam populasi Israel, individu-individu dari negara Yaman, Afrika Utara, Asia Selatan atau Mediterania prevalensinya lebih tinggi dari pada individu dari Eropa keturunan. Orang yang tinggal di Asia Timur seperti negara Jepang, Korea Selatan dan Taiwan memiliki insiden penyakit periodontal terendah di dunia. Agar terhindar dari

gorengan, makanan kalengan atau makanan yang diawetkan, makanan cepat saji, steak, gulai, makanan yang mengan- dung alkohol. Sebaiknya, makan makanan penghambat stroke seperti buah-buahan dan sayuran serta makan ikan. Dengan makan sayuran dan buah dilaporkan dapat menghambat aterosklrosis dan hipertensi.

Buah dan sayur merupakan makanan yang rendah kalori, namun tinggi kadar mineralnya seperti kalium, magnesium, kalsium yang berperan menurunkan tekanan darah. Serat yang terdapat pada sayuran dan buah berperan menurunkan kolesterol darah. Vitamin yang berperan sebagai antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, betakarotin dan karotin lainnya bermanfaat meredam radikal bebas dan mencegah oksidasi lemak sehingga proses aterosklerosis terhambat.

21

Diharapkan para penderita stroke tidak

merokok karena dalam asap rokok terdapat

hampir 5.000 senyawa kimia yang telah

diidentifikasi dan 69 di antaranya merupa-

kan senyawa karsinogenik dan beberapa

sebagai cocarcinogens. Racun utama pada

rokok adalah nikotin, karbon monoksida,

hydrogen sianida, nitrogen oksida,

senyawa aldehid yang mudah menguap,

dan beberapa senyawa hidrokar-bon

aromatik. Nikotin merupakan suatu

senyawa alkaloid yang sangat toksik, dapat

menyebabkan ketagihan (ganglionic

stimulant) dan depresi (depressant) baik

pada perokok aktif maupun pasif. Karbon

monoksida yang dapat mengganggu

transpor oksigen di dalam darah, dan

hydrogen sianida dapat mengganggu

saluran pernapasan dan merupakan racun

sangat mematikan, dalam jumlah sedikit

dapat menyebabkan kematian.

22

Responden perokok pasif sangat rentan

terkena penyakit akibat menghisap asap

rokok dan 3 kali lebih berbahaya dari yang

dihisap perokok. Merokok di dalam rumah

ketika bersama anggota keluarga akan

sangat merugikan kesehatan terutama anak

(7)

Periodontitis dan Penyakit Stroke ….(Indirawati dkk)

Diterima : 5 Januari 2016 Direvisi: 3 Februari 2016 Disetujui: 28 April 2016 7 anak.

23

Kebiasaan merokok meningkatkan

peluang mengalami stroke 50 persen lebih besar dari pada bukan perokok.

24

Demikian pula pendapat peneliti lain, yang menyatakan bahwa subyek yang tidak merokok memiliki jaringan periodontal lebih sehat dan lebih baik dibandingkan dengan subyek yang merokok. Pada subyek perokok jumlah karang giginya ditemukan lebih banyak.

7,10

ini sejalan dengan salah satu tujuan Oral Health tahun 2020 yang telah disepakati oleh WHO, WDF (World Dental Federation atau Federasi Kedokteran Gigi Internasional) dan IADR (International Association for Dental Research) tentang penyakit periodontal adalah mengurangi kehilangan gigi akibat penyakit periodontal pada usia 18 tahun, 35-44 tahun dan 65-74 tahun terutama untuk kasus kebersihan gigi dan mulut yang buruk, penyakit sistemik, merokok dan stress.

25

Dilaporkan bahwa penyakit gusi atau dikenal dengan penyakit periodontal merupakan penyakit yang sering menyebabkan hilangnya gigi pada orang dewasa, ini terjadi karena adanya infeksi pada jaringan periodontal.

7,9.

Laporan data WHO tahun 2004, diketahui sebanyak 30% total kematian di dunia disebabkan oleh stroke dan penyakit jantung. Jika seseorang perokok berat, punya hobi makan makanan yang berlemak, malas berolah raga, suka bergadang, sebaiknya harus hati-hati karena mempunyai risiko terkena stroke.

26

Baru-baru ini dilaporkan dari studi epidemiologi menemukan suatu fakta bahwa penyakit periodontal dapat menjadi salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler seperti penyakit stroke, dan penyakit arteri perifer. Tetapi dari beberapa hasil penelitian menyatakan hasil yang berbeda-beda, seperti hasil penelitian di Dental Research Institute, School of Dentistry, Seoul National University menyatakan bahwa Periodontitis mungkin merupakan faktor risiko independen untuk

penyakit stroke hemorragik. Ada lagi penelitian dari Beck dan kawan-kawannya, menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penyakit periodontal dan penyakit stroke, akan tetapi dari hasil penelitian tersebut tidak seluruhnya menghasilkan hasil yang konsisten bahwa ada hubungan antara penyakit periodontal dan penyakit stroke.

2,27

Kesimpulan

Dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara periodontitis (penyakit periodontal) dengan penyakit stroke, sedangkan pada penyakit periodontitis terdapat hubungan yang bermakna terhadap hipertensi. Pada faktor individu seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan status sosial ekonomi turut berperan.

Saran

Agar terhindar dari hipertensi dan penyakit stroke, sebaiknya dilakukan konsul kesehatan ke dokter spesialis penyakit dalam, dan untuk mencegah terjadinya periodontitis, sebaiknya kontrol ke dokter gigi setiap 6 (enam) bulan sekali, serta menyikat gigi dua kali sehari, pagi sesudah sarapan pagi dan malam sebelum tidur malam.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI yang telah memberikan izin untuk membuat artikel menggunakan data Riskesdas 2013.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Saudara Olwin Nainggolan, SSi, M.Kes yang turut membantu dalam menganalisis data.

Daftar Rujukan

1. Hujoll PP, Drangsholt M, Spiekerman C, DeRouen TA, Periodontal Disease and Coronary Heart Disease Risk, JAMA, 2000;

284(11): 1406-10

(8)

8 Jurnal Biotek Medisiana Indonesia . Vol.5.1.2016: 1-8 2001; 6(1): 9-15

3. Haynes WG, Stanford C, Periodontal Disease and Atherosclerosis, J. Arterioscler Thromb Vasc Biol, 2003; 23: 1309-1311.

4. Bantova J, Sammerova P, Lyuya-Mi Y, Myzak J, Prochazkova J, Duskova J, et al. Peridontitis as a Risk factor of Atherosclerosis, J.

Immunnology Research, 2014:1-9.

5. Sudibyo, Infeksi Periodontal dan Infeksi Endodontik, Peranannya dalam Penyakit Sistemik. The Third National Scientific Seminar in Periodontics. IPERI Jakarta, 2014 , hal 7-10.

6. (https.//coreac.uk/download/file/379/11735885p df), diunduh di Jakarta tanggal 9 Maret 2016.

7. Moore WE, Moore LV, The Bacteria of Periodontal Disease, Journal of Periodontal 2000, 1994; 5: 66-67.

8. Carranza FA, Newmann MG. In Newman MG., Takei H.H,Carranza’s Clinical Periodontology, 10 th. WB. Saunders Company, 2006, Philadelphia.

9. Darout IA, Oral Bacterial Interactions in Periodontal Health and Disease, Academic Journals, Journal of Dentistry and Oral Hygiene, Saudi Arabia, 2014: 6(5): 51-57.

10. Prayitno SW, Periodontologi Klinik, Fondasi Kedokteran Gigi Masa Depan, Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta, 2003, hal. 5-25, 44 - 5.

11 Carranza F.A., Glickman’s Clinical Periodontology, 11

th

Edition. Philadelphia.W.B . Saunders Company, 2012, Philadelphia. Eley BM, Soory M, Manson JD, Periodontics. Sixth Edition. Elsevier Saunders, 2010.

12.Ten Cate JM, Biofilms, a New Approach to the Microbiology of Dental Plaque, J.

Odontology, 2006; 94: 1-9.

13.www.hipwee.com/motivasi/9.target.hidup.yang perlu.capai.sebelum), diunduh di Jakarta, tanggal 9 Maret 2016.

14.Hastomo S.P. Analisis Data Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta, 2007; hal 1-96, 115-27, 140 -

205.

15.Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Pokok – Pokok Hasil Riskesdas Indonesia Tahun 2013. Jakarta, 2014.

Elservier, St Louis Misssouri. 2006.

17. Tjahja I. Disertasi . Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Status Kesehatan Gigi-Mulut Dengan Analisis Multilevel. (Studi di DKI Jakarta, Tahun 2007)

18. Lingga L. Bebas Hipertensi Tanpa Obat.

Jakarta. 2012

19. Garnadi Y. Hidup Nyaman Dengan Hipertensi.

Jakarta 2012.

20. Sumali R, C Masulili SL,Lessang R, Sukardi I, Peran Hipertensi Terhadap Mediator Peradangan dalam Perkembangan Penyakit Periodontal dan Jantung Koroner. Majalah Kedokteran gigi, 2010, 17 (1): 75-80

21.Yulianto A. Mengapa stroke menyerang Usia Muda? Jakarta , 2011

22.Branton PJ, McAdam KG, Winter DB, Liu C, et al,. Reduction of aldehydes and hydrogen cyanide yields in mainstream cigarette smoke using an amine functionalised ion exchange resin. Chemistry Central Journal,2011;5:15 doi:10.1186/1752-153X-5-15. Tersediadari:

<http://journal.chemistrycentral.com/content/5/

1/15> [Accessed 13Maret 2014].

23. Anonim. FaktaTembakau di Indonesia, (2012).

Fact Shett. Tersedia dari: <http://tcsc- indonesia.org/wp-

content/uploads/2012/08/Fact_Sheet_Fakta_Te mbakau_ Di_Indonesia.pdf> [Accessed 22 Januari 2015].

24. Holistic Health Solution. Stroke di Usia Muda.

Penerbit Gramedia, Jakarta, 2011.

25. Hobdell M,Global Goals for Oral Health 2020.

Internasional Dental Journal, 2003;

53, 285 – 88.

26. Kusuma Wardani E.,Buruknya Kesehatan Gigi dan Mulut, Memicu Penyakit Diabetes,

Stroke dan Jantung. Siklus, Yogyakarta, 2011.

27. Perry DA, Beemsterboer P.L., EssexG.

Periodontology for the Dental Hygienist. 4

th

Edition . Elsevier Saunders, 2014, p 94- 109.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara subtipe stroke dengan kejadian mortalitas, subtipe stroke yaitu iskemik dengan hemoragik dengan

Terdapat hubungan yang signifikan antara sleep stroke dengan outcome stroke (p=0.010) dan hubungan yang signifikan antara faktor resiko stroke dengan tingkat stres

terdapat hubungan antara peningkatan rasio kolesterol total dan High Density Lipoprotein (HDL) pada kejadian stroke iskemik tetapi tidak terdapat hubungan antara trigliserida

Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk membandingkan kadar lipid antara penderita stroke iskemik dan stroke hemoragik, ditemukan hasil bahwa terdapat perbedaan

Sedangkan pada penelitian UMP dan inflasi Indonesia di Wilayah Luar Jawa ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan kausalitas antara upah dan inflasi

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian stroke iskemik, namun tidak terdapat hubungan yang

Terdapat hubungan yang signifikan antara sleep stroke dengan outcome stroke (p=0.010) dan hubungan yang signifikan antara faktor resiko stroke dengan tingkat stres

Kesimpulan penelitian tidak ditemukan hubungan bermakna antara suplementasi vitamin A terhadap kejadian stunting, sedangkan pemberian imunisasi dan riwayat penyakit infeksi yaitu