• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat. Data dari sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa 18,3% (89.467.806 jiwa) dari total penduduk Indonesia berusia 10 hingga 19 tahun (BPS, 2010). Selain jumlahnya yang cukup besar, remaja juga merupakan penerus estafet pembangunan. Hal ini yang menyebabkan kondisi pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan remaja menjadi suatu hal yang harus diperhatikan. Kondisi remaja yang ada saat ini akan mempengaruhi kondisi mereka beberapa tahun kemudian saat mereka memasuki usia produktif dan berperan dalam masyarakat.

Remaja juga menyimpan potensi yang cukup besar berupa ide, tenaga, motivasi dan kreativitas yang masih asli dan unik. Potensi-potensi tersebut perlu dikembangkan, sehingga dapat bermanfaat. Berbagai contoh keberhasilan dengan memfasilitasi kreativitas remaja telah banyak dipublikasikan, misalnya pembuatan grafitti yang mempercantik dinding-dinding kota besar hingga produksi mobil dan pesawat oleh siswa SMK pada tahun 2012.

Di sisi lain, remaja sulit terlepas dari stereotip negatif yang selalu dilekatkan pada perilaku mereka. Perilaku seperti merokok, perkelahian, hubungan seksual sebelum menikah hingga penyalahgunaan NAPZA sudah akrab dengan dunia remaja. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menyatakan bahwa jumlah perokok yang merokok pertama kali pada usia 15 hingga 19 tahun meningkat menjadi 43,3% dari data sebelumnya pada tahun 2007 sebesar 32,4%

(Depkes RI, 2008; Kemenkes RI, 2010). Selain itu, data Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2008 juga menyatakan bahwa 39,5% remaja perempuan dan 36,9% remaja laki-laki mulai berpacaran pada usia 15 hingga 17 tahun (BKKBN, 2008b).

Perilaku remaja (15-19 tahun) saat berpacaran sangat beragam, mulai bergandengan tangan (62,0% pada wanita dan 60,1% pada laki-laki), berciuman

(2)

(23,2% pada wanita dan 30,9% pada laki-laki) hingga petting (6,5% pada wanita dan 19,2% pada laki-laki) (BKKBN, 2008b). Prevalensi seks pranikah pada remaja juga cukup tinggi. Data Riskesdas tahun 2010 menyatakan bahwa sebanyak 6,5% remaja laki-laki dan 5,4% remaja perempuan yang belum menikah, melakukan hubungan seks pranikah pertama kali pada usia 15 tahun (Kemenkes RI, 2010).

Hubungan seks pranikah dapat menyebabkan berbagai konsekuensi bagi remaja, di antaranya masalah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi, hingga penularan HIV/AIDS. Data dari SKRRI tahun 2008 menunjukkan bahwa 8% remaja putri dan 5,2% remaja laki-laki usia 15-19 tahun mengaku mengenal teman yang pernah hamil sebelum menikah dan menginginkan aborsi. Selain itu, pada periode Januari hingga Maret 2011 sebanyak 33,05% kasus AIDS di Indonesia terjadi pada usia 20-29 tahun (Kemenkes RI, 2011).

Surabaya, sebagai salah satu kota besar di Jawa Timur, juga tidak lepas dari permasalahan tersebut. Data dari BPS pada tahun 2011 menyatakan bahwa sebanyak 16,01% (6.035.175 jiwa) dari total penduduk Jawa Timur (37.687.622 jiwa) adalah remaja usia 11 hingga 20 tahun. Survei yang dilakukan oleh SeBAYA, salah satu LSM remaja di Jawa Timur, tahun 2010 pada 100 remaja usia 11 hingga 25 tahun di Surabaya menunjukkan bahwa perilaku berpacaran yang telah dilakukan remaja cukup beragam, mulai dari berciuman bibir sebanyak 62% hingga seks vaginal sebanyak 20% (SeBAYA, 2010).

Kasus HIV-AIDS di Surabaya juga cukup memprihatinkan. Dinas Kesehatan Kota Surabaya (2010) menyatakan bahwa sebanyak 85 kasus AIDS di Surabaya terjadi pada kelompok umur produktif, yaitu 20 hingga 24 tahun dan 7 kasus terjadi pada kelompok umur remaja, yaitu 15 hingga 19 tahun. Tingginya kasus HIV-AIDS pada usia produktif menunjukkan bahwa penularan virus tersebut telah berlangsung saat orang tersebut memasuki masa remaja.

Kasus KTD menjadi fenomena tersendiri di Surabaya. Pada awal tahun 2010, masyarakat Surabaya dikejutkan dengan adanya mayat bayi yang dibuang di sebuah toilet SMA di Surabaya. Mayat bayi tersebut merupakan bayi dari siswi SMA yang melahirkan pada pagi harinya dan memutuskan untuk membuang

(3)

mayat bayinya di toilet sekolah (Surabaya Post, 2010). Kasus lain ialah tingginya kasus KTD pada salah satu SMK di Surabaya. Menurut penuturan guru Bimbingan dan Konseling (BK) sekolah tersebut, setidaknya 1 kasus KTD terjadi di sekolahnya setiap tahun. Pada tahun 2012, guru BK menyatakan sekolah tersebut mengalami kasus kehamilan yang paling tinggi.

KTD memiliki dampak yang cukup berat bagi remaja. Selama masa kehamilan, remaja putri mengalami beberapa kecemasan terkait dengan masa depan janin, pengetahuan orangtua akan kehamilan hingga tanggung jawab dari pasangan (‘Uyun & Saputra, 2011). Selain mengalami kecemasan, remaja hamil juga menanggung beberapa konsekuensi atas kehamilannya.

Konsekuensi bagi remaja hamil di antaranya adalah pernikahan dini dan dikeluarkan dari sekolah (Levandowski, dkk., 2012). Setelah menikah, remaja hamil bukannya bebas dari permasalahan. Kehamilan pada usia remaja menyebabkan depresi pada remaja hamil yang berujung pada penelantaran anak yang dikandung (Cox dkk., 2008), kemiskinan (Lee & Goerge, 1999), ketergantungan dari remaja hamil dan anak yang dikandung yang berujung pada berkurangnya kemungkinan remaja hamil untuk meneruskan sekolah (Maynard, 1995).

Beberapa remaja menghindari konsekuensi karena kehamilan dengan melakukan aborsi. Meskipun di Indonesia aborsi tanpa alasan medis merupakan hal yang dilarang dalam hukum, namun hal tersebut tidak menghentikan praktik- praktik aborsi tidak aman yang dilakukan oleh tenaga yang tidak profesional.

Penelitian di Kupang, Nusa Tenggara Timur pada tahun 2006 menunjukkan bahwa status pernikahan, usia dan peran pasangan berpengaruh secara signifikan atas aborsi yang dilakukan remaja (Awang, 2006). Kehamilan yang berujung aborsi meningkatkan dampak psikologis dan perilaku negatif pada remaja.

Beberapa perilaku negatif pada remaja yang melakukan aborsi adalah kesulitan tidur dan penggunaan ganja (Coleman, 2006).

Permasalahan yang dihadapi remaja ketika hamil cukup kompleks. Remaja putri yang mengalami kehamilan kurang mendapat dukungan sosial dari lingkungan sekitar untuk meneruskan kehamilannya. Hal ini berakibat pada

(4)

inisiasi aborsi, penelantaran anak yang dikandung, kurangnya perawatan prenatal serta gangguan dalam kehidupan personal dan keluarga (Silva, 1998). Dukungan sosial dari pasangan, teman sebaya dan orangtua sangat penting untuk membantu remaja menghadapi masalah kehamilan ini. Dukungan sosial dapat membantu remaja untuk menghindari depresi yang sangat mungkin dialami pada masa kehamilan (Cox, dkk., 2008) dan menghindari pilihan berisiko seperti aborsi (Coleman, 2006). Dukungan sosial yang merupakan salah satu bentuk coping stress individu didefinisikan sebagai berbagai bentuk dukungan, baik fisik maupun emosional, yang diberikan oleh orang lain (Fertman & Allensworth, 2010).

Konsep dukungan sosial berkaitan erat dengan kesehatan mental dan kesejahteraan subjektif (subjective well-being) seseorang. Adanya dukungan sosial dan kepuasan akan jejaring sosial membantu seseorang untuk merasa bahagia atau puas terhadap hidupnya (Weiten & Lloyd, 2006). Pada masalah kehamilan remaja, dukungan sosial dapat membantu remaja hamil untuk memiliki penilaian yang realistik tanpa menyalahkan dirinya secara irasional atau berlebihan (Putri, 2010). Dukungan sosial juga membantu mencegah depresi pada remaja hamil, sehingga meningkatkan kepercayaan diri remaja hamil untuk menjadi ibu (Cox dkk., 2008).

Dukungan sosial dapat diberikan oleh orang-orang terdekat remaja, seperti orangtua, teman dan pasangan. Dukungan yang diberikan dapat berupa dukungan emosi, penghargaan, instrumen maupun informasi. Pada masalah KTD, remaja KTD lebih banyak mendapat dukungan dari guru dan pacar serta kurang mendapat dukungan dari teman sebaya dan saudara perempuan. Remaja KTD mempersepsikan pacar sebagai pemberi dukungan finansial terbesar dan guru sebagai pemberi dukungan instrumental dan emosi untuk kembali ke lingkungan sosial (Crase dkk., 2007).

Dukungan sosial dari teman sebaya yang tidak mengalami kehamilan kurang efektif bagi remaja yang mengalami KTD. Dalam sebuah forum web pesan bagi remaja hamil, pesan-pesan/dukungan yang positif bagi remaja hamil ditemukan dalam forum yang remaja hamil merupakan mayoritas anggota dalam

(5)

forum tersebut. Hal ini sangat kontras dengan forum yang menempatkan remaja hamil dalam kelompok minoritas. Dukungan sosial dari teman sebaya yang memiliki pengalaman yang sama dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis bagi remaja tersebut (Sherman & Greenfield, 2012).

Dukungan sosial yang holistik dan konsisten juga merupakan kunci untuk coping stress yang dialami remaja. Namun, yang sering terjadi adalah kurangnya dukungan dari orangtua karena adanya stigma atas kehamilan yang dialami remaja (Chase dkk., 2006). Selain dukungan dari orangtua dan pasangan, dukungan juga perlu diberikan oleh layanan kesehatan. Dukungan yang diberikan dapat berupa layanan konseling untuk membantu remaja menghadapi transisi menjadi orangtua dan menilai kemampuan coping individu. Dukungan berupa layanan konseling juga dapat dilakukan untuk menilai sumber daya sosial yang dimiliki terutama bagi remaja yang secara sosial dikucilkan (Aujoulat dkk., 2010; Aruda dkk., 2010).

Besarnya pengaruh dukungan sosial terhadap kesehatan mental remaja hamil mendorong peneliti untuk meneliti peran dan proses penyampaian dukungan sosial bagi remaja yang menghadapi masalah KTD di Surabaya.

Budaya dan nilai di Indonesia yang masih menganggap kehamilan pada masa remaja merupakan hal yang tabu menimbulkan banyak kecemasan dan stressor bagi remaja yang bersangkutan. Penjelasan tentang peran dan proses penyampaian dukungan sosial bagi remaja yang mengalami KTD diharapkan dapat membantu remaja untuk memiliki kesejahteraan subjektif (subjective well-being) dan menghindari depresi. Dengan begitu, remaja dapat menghindari pilihan berisiko seperti aborsi.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah peran dan proses tersalurnya dukungan sosial pada remaja yang menghadapi masalah KTD di Surabaya, sehingga mereka dapat merasakan kesejahteraan subjektif?

(6)

C. Tujuan Penelitian

Memperoleh gambaran tentang proses tersalurnya dukungan sosial serta perannya pada remaja yang menghadapi masalah KTD di Surabaya, sehingga mereka dapat merasakan kesejahteraan subjektif.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan:

1. Dapat memberikan masukan keilmuan mengenai pendekatan dukungan sosial dalam menghadapi situasi yang menekan (stressful event) terutama permasalahan KTD remaja.

2. Dapat memberikan masukan bagi remaja hamil dalam menghadapi masalah kehamilan yang dialaminya sehingga mereka dapat merasakan kesejahteraan subjektif dan menghindari depresi serta pilihan berisiko seperti aborsi.

3. Dapat memberikan masukan pada lembaga terkait permasalahan kesehatan reproduksi remaja (Dinas Kesehatan, BKKBN, PKBI) dalam merancang dan mengembangkan program/kebijakan promosi penanganan permasalahan KTD.

4. Dapat memberikan masukan bagi peneliti lain sebagai bahan referensi penelitian yang sejenis sehingga dapat menyempurnakan penelitian berikutnya.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai KTD, seks pranikah pada remaja serta peran dukungan sosial dalam perilaku berisiko pada remaja telah dilakukan. Penelitian tersebut disajikan dalam Tabel 1 sebagai berikut:

(7)

Tabel 1. Keaslian penelitian No Peneliti Gambaran

penelitian

Hasil penelitian Persamaan Perbedaan 1. Putri (2010) Penelitian

kuantitatif pada 28 remaja putri yang mengalami KTD mengenai hubungan dukungan sosial dengan

penerimaan diri remaja hamil

Ada hubungan secara signifikan antara dukungan sosial terhadap penerimaan diri remaja KTD.

Penggunaan konsep dukungan sosial dalam masalah KTD remaja

- Lokasi penelitian dan metode pengambilan dan analisis data

- Penelitian berusaha untuk menjelaskan proses penyampaian dukungan sosial pada masalah KTD remaja.

2. Cox, Bauman, Valenzuela, Joseph, Mitchell dan Woods (2008)

Penelitian kuantitatif pada 168 remaja hamil tentang hubungan gejala depresi remaja hamil dengan persepsi akan kemampuannya menjadi ibu

Ada hubungan antara gejala depresi dengan persepsi remaja tentang

kemampuannya menjadi ibu dan persepsi akan dukungan sosial yang dimiliki

- Permasalahan yang diteliti yaitu KTD remaja - Penggunaan

konsep dukungan sosial dalam masalah KTD remaja

- Lokasi penelitian dan metode pengambilan dan analisis data

- Penelitian ini berusaha untuk menjelaskan proses penyampaian dukungan sosial pada masalah KTD remaja 3. Springer,

Parcel, Baumler dan Ross (2005)

Penelitian kuantitatif pada 980 siswa sekolah menengah negeri tentang peran dukungan sosial dari orangtua dan teman sebaya

Ada hubungan signifikan antara dukungan sosial orangtua dan teman sebaya terhadap

keinginan bunuh diri,

Penggunaan konsep dukungan sosial dalam perilaku berisiko remaja

- Lokasi penelitian dan metode pengambilan dan analisis data

- Penelitian yang dilakukan

(8)

No Peneliti Gambaran penelitian

Hasil penelitian Persamaan Perbedaan 3. Springer,

Parcel, Baumler dan Ross (2005)

terhadap

perilaku berisiko seperti

keinginan bunuh diri, seks

pranikah, dll..

minum minuman beralkohol, seks pranikah (pada remaja putri), perkelahian dan penyalahgunaan obat terlarang

berusaha untuk menjelaskan proses penyampaian dukungan sosial pada remaja yang mengalami KTD.

4. Yuliasari (2008)

Penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus tentang penyesuaian diri remaja yang mengalami KTD akibat seks pranikah

Remaja yang mengalami KTD memiliki

kemampuan penyesuaian diri yang baik apabila mendapat dukungan sosial dari lingkungan terutama oleh orangtua

Permasalahan yang diteliti yaitu permasalahan KTD pada remaja

- Lokasi penelitian - Penelitian

yang dilakukan berusaha untuk menjelaskan proses penyampaian dukungan sosial pada remaja KTD 5. Sherman

dan

Greenfield (2012)

Penelitian kualitatif ini meneliti tentang pengaruh

dukungan teman sebaya yang mengalami KTD dalam forum web internet

Dukungan teman sebaya yang mengalami kehamilan lebih mendukung terbentuknya well-being pada remaja KTD

- Permasalahan yang diteliti yaitu masalah KTD remaja - Penggunaan

konsep dukungan sosial dalam masalah KTD remaja

- Lokasi penelitian - Penelitian ini

berusaha untuk menjelaskan proses penyampaian dukungan sosial pada masalah KTD remaja

(9)

No Peneliti Gambaran penelitian

Hasil penelitian

Persamaan Perbedaan 6. Ajoulat,

Libion, Berrewaerts Noirhomme -Renard dan Deccache (2010)

Penelitian kualitatif terhadap 12 responden ini meneliti tentang persepsi remaja hamil terhadap kebutuhan psikososial dan kesehatan

Ibu remaja memerlukan dukungan kesehatan berupa layanan konseling untuk melanjutkan kehamilan

- Permasalahan yang diteliti yaitu masalah kehamilan remaja - Metode

pengambilan dan analisis data

- Lokasi penelitian - Penelitian

yang dilakukan berusaha menggambar- kan konsep dukungan sosial yang holistik dalam permasalahan KTD remaja 7. Crase,

Hockaday, McCarville (2007)

Penelitian kuantitatif terhadap 77 remaja hamil dan 77 remaja yang tidak hamil untuk

membandingkan dukungan sosial yang dirasakan oleh masing- masing responden

Kedua kelompok remaja mempersepsi- kan diri mereka

sebagai bagian dari sebuah jejaring sosial.

Remaja hamil merasakan dukungan sosial yang besar dari guru dan pacar sedangkan remaja yang tidak hamil merasakan dukungan sosial yang besar dari saudara dan teman.

Penggunaan konsep dukungan sosial terhadap masalah

kehamilan pada remaja

- Lokasi penelitian - Metode

penelitian yang dilakukan dalam penelitian ialah metode kualitatif - Penelitian

yang dilakukan tidak melakukan perbandingan dengan remaja yang tidak hamil.

Gambar

Tabel 1. Keaslian penelitian No Peneliti Gambaran

Referensi

Dokumen terkait

penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan aktivitas fisik selama kehamilan terhadap kejadian pre-eklampsia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas I. Cilongok

Mexico Kriteria inklusi : Wanita hamil dengan peningkatan resiko preeklampsia Kriteria eksklusi : kehamilan multifetus, terdapat kelainan bawaan mayor pada janin,

Visi akhlakul karimah juga melihat perbedaan agama, ras, suku dan perbedaan pendapat yang berujung bagi terwujudnya masyarakat madani ( Halim, 2011). Pemahaman multikultural

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh McCullough, dkk (1998), Hall, dkk (2006), Allemand, dkk (2007), Gunderson, dkk (2008), dan Sari, (2012)

Dalam hal ini bidan berperan dalam memberikan pertolongan pada Hypermesis gravidarum dengan pengaturan diet makanan bagi ibu hamil, terapi edukasi tentang kehamilan, serta

Berdasarkan telaah kerangka pemikiran diatas penulis berasumsi bahwa radikalisme yang berujung pada kekerasan yang terjadi diakibatkan oleh ketidakadilan dan

Kehamilan dan kelahiran dari wanita sebagai akibat tidak menggunakan kontrasepsi memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian kehamilan tidak tepat waktu dan

Remaja yang berasal dari kondisi kemiskinan memiliki kualitas hidup yang kurang memadai dan memiliki lingkungan rumah yang merugikan yang dapat memengaruhi perkembangan dan kesehatan