SATUAN ACARA PENYULUHAN TOILET TRAINING PADA ANAK
Disusun oleh kelompok 3
1. I Putu Endra Setyawan 2. K. Rani Ardinanthi
3. Lanang Galih Kriswianto 4. Maya Rosita
5. Mei Ratna Sari 6. Muhammad Reza 7. Muhammad Rizki 8. Ni Putu Ayu Youfita
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2014
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
1. Judul Penyuluhan :
TOILET TRAINING PADA ANAK
2. Identifikasi Masalah
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang besar. Toilet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan – 2 tahun. Dalam melakukan latihan buang air kecil dan besar pada anak membutuhkan persiapan baik secara fisik, psikologis maupun secara intelektual, melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu mengontrol buang air besar atau kecil secara mandiri.
Pada toilet training selain melatih anak dalam mengontrol buang air besar atau kecil juga dapay bermanfaat dalam pendidikan seks sebab saat anak melakukan kegiatan tersebut disitu anak akan mempelajari anatomi tubuhnya sendiri serta fungsinya. Dalam proses toilet training diharapkan terjadi pengaturan impuls atau rangsangan dan instink anak dalam melakukan buang air besar dan buang air kecil dan perlu diketahui bahwa buang air besar suatu alat pemuasan untuk melepaskan ketegangan dengan latihan ini anak diharapkan dapat melukan usaha penundaan kepuasan.
Toilet training secara umum dapat dilaksanakan pada setiap anak yang sudah mulai memasuki
fase kemandirian pada anak. Suksesnya toilet training tergantung pada kesiapan yang ada pada
diri anak dan keluarga, seperti kesipan fisik dimana kemampuan anak secara fisik sudah kuat dan
mampu. Hal ini dapat ditunjukan anak mampu duduk atau berdiri sehingga memudahkan anak
untuk dilatih buang air besar dan kecil, demikian juga kasiapan psikologis di mana anak
membutuhkan suasana yang nyaman agar mampu mengontrol dan konsentrasi dalam meragsang
untuk buang air besar atau kecil. Persaipan intelektual pada anak juga dapat membantu dalam
proses buang air besar dan kecil. Hal ini data ditunjukkan apabila anak memahami arti buang air
besar atau kecil sangat memudahkan proses dalam pengontrolan, anak dapat mengetahui kapan
saatnya buang air kecil dan kapan saatnya buang air besar, kesiapan tersebut akan menjadikan
diri anak selalu mempunyai kamandirian dalam mengontrol khususnya buang air kecil dan buang air besar (toilet training). Pelaksaan toilet training dapat dimulai sejak dini untuk melatih respons terhadap kemampuan untuk buang air kecil dan buang air besar.
3. Pengantar
Hari/Tanggal : Selasa, 18 Maret 2014
Waktu : 09.00 WIB – 09.20 WIB (20 menit) Tempat : Kelas Non Reguler I
Sasaran : Ibu yang mempunyai anak balita
4. Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini peserta dapat menambah pengetahuan tentang toilet training B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 20 menit, diharapkan ibu mampu:
1. Menjelaskan tentang toilet training 2. Menjelaskan cara toilet training pada anak
3. Mengkaji masalah toilet training yang terjadi pada anak 4. Mengkaji kesiapan anak dalam toilet training
5. Mengetahui program simulasi dalam toilet training
6. Menjelaskan dampak toilet training
5. Materi
TOILET TRAINING
A. Pengertian
Toilet training merupakan kemampuan serta ketrampilan fisik dan motorik yang harus diajarkan pada anak yang berusia 3 tahun (Santrock, 1987)
Menurut Wong (1999), toilet training merupakan tugas utama pada usia toodler, yaitu berupa kemampuan dalam mengontrol spincter anal maupun uretra dan biasanya dapat dikerjakan setelah anak bisa berjalan dan mungkin pada usia 18 24 bulan
Toilet Training merupakan latihan moral pertama yang bisa diterima oleh anak, dan hal ini mungkin akan tetap berlangsung sampai akhir usia toodler (Rifai, 1993)
B. Cara Toilet Training pada Anak
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam melatih anak untuk buang air besar dan kecil, diantaranya :
1. Teknik lisan
Usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan instruksi pada anak dengan kata-kata
sebelum atau sesudah buang air kecil dan besar.cara ini kadang-kadang merupakan hal biasa
yang dilakukan pada orang tua akan tetapi apabila kita perhatikan bahwa teknik lisan ini
mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk buang air besar dimana
dengan lisan ini persiapan psikologis pada anak akan semakin matang dan akhirnya anak mampu
dengan baik dalam melaksanakan buang air kecil dan buang air besar.
2. Teknik modeling
Usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air besar dengan cara meniru untuk buang air besar atau memberikan contoh. Cara ini juga dapat dilakukan dengan memberikan contoh-contoh buang air kecil dan besar benar. Dampak yang jelek pada cara ini adalah apabila contoh yang diberikan salah sehingga akan dapat diperlihatkan pada anak akhirnya anak juga mempunyai kebiasaan yang salah.
C. Pengkajian Masalah Toilet Training
1 Penkajian fisik
Penkajian fisik ini meliputi kemampuan motorik kasar seperti berjalan, duduk, meloncat dan kemampuan motorik halus seperti mampu melepas celana sendiri. Kemampuan motorik ini harus mendapat perhatian karena kemampuan untuk buang air besar ini lancer dan tidaknya dapat ditunjang dari kesiapan fisik sehingga ketika anak berkeinginan untuk buang air kecil dan besar sudah mampu dan siap untuk melaksanakan. Selain itu, yang harus dikaji adalah pola buang air besar yang sudah teratur, sudah tidak mengompol setelah tidur, dan lain-lain.
2 Pengkajian psikologis
Pengkajian psikologis yang dapat dilakukan adalah gambaran psikologis pada anak ketika akan melakukan buang air kecil dan besar seperti anak tidak rewel ketika akan buang air besar, anak tidak menamgis sewaktu buang air besar atau kecil, ekspresi wajah menunjukkan kegembiraan dan ingin melakukan secara sendiri, anak sabar dan sudah mau tetap tinggal di toilet selama 5-10 menit tanparewel atau meninggalkannya, adanya keingintahuan kebiasaan toilet training pada orang dewasa atau saudaranya, adanya ekspresi untuk menyenangkan pada orang tuanya.
3 Pengkajian intelektual
Pengkajian intelektual pada latihan buang air besar dan kecil antara lain kemampuan anak untuk
mengerti buang air kecil atau besar, kemampuan menkomunikasikan buang air kecil dan besar,
anak menyadari timbulnya buang air besar danbuang air kecil, mempunyai kemampuan kognitif
untuk meniru perilaku yang tepat seperti buang air kecil dan besar pada tempatnya serta etika
dalam buang air besar dan kecil. Dalam melakukan pengkajian kebutuhan buang air kecil dan besar, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan selama toilet training, di antaranya :
a) Hindari pemakaian popok sekali pakai atau diaper di mana anak akan merasa aman b) Ajari anak mengucapkan kata-kata yang khas yang berhbungan dengan buang air besar c) Mendorong anak melakukan rutinitas ke kamar mandi seperti cuci muka saaat bangun
tidur, cuci tangan, cuci kaki dan lain-lain
d) Jangan marah bila anak gagal dalam melakukan toilet training.
D. Kesiapan Anak dalam Toilet Training
1 Kesiapan Fisik
a.
Mampu mengontrol reflek spincter anal dan uretra, biasanya pada usia 18-24 bulan
b.
Mampu menahan buang air kecil selama 2 jam, berkurangnya frekuensi mengompol
c.
Kebiasaan buang air besar sudah rutin
d.
Gerakan motorik halus: mampu untuk duduk dan berjalan, mampu melepas baju sendiri.
2 Kesiapan Mental
a. Mengenali keinginan untuk berkemih dan buang air besar
b. Mampu berkomunikasi verbal maupun nonverbal dalam mengungkapkan keinginan untuk berkemih dan buang air besar
c. Perkembangan kognitif ; mampu meniru dan mengikuti perintah.
3 Kesiapan Psikologis
a. Mampu mengungkapkan keinginan untuk membahagiakan orang tua
b. Mampu duduk atau jongkok di toilet selama 5 sampau 10 menit tanpa bolak balik berdiri c. Mempunyai rasa keingintahuan tentang kebiasaan buang air kecil kakak kandung atau
seblingnya
d. Tidak betah bila celana basah, dan bila basah minta segera diganti
4 Kesiapan Orang Tua
a.
Mampu mengenali kebiasaan anak]
b.
Menyediakan waktu untuk mengajarkan Toilet Training
c.
Tidak sedang menghadapi stress perubahan seperti ; perceraian, pindah rumah dan adanya sibling baru.
E. Program Simulasi dalam toilet training
1 Usia anak 1 – 2,5 tahun Perilaku anak :
a. Mampu untuk duduk, jalan dan berdiri b. Bisa jalan maju dan mundur
c. Menaiki Kursi
d. Menahan b.a.k sampai 2 jam
e. Mampu menyatakan keinginan untuk berkemih
Kegiatan Orang Tua :
a. Kaji perilaku dan aspek psikologis yang menunjukkan kesiapan anak dalam Toilet Training.
b. Ajarkan pada anak untuk b.a.k pada waktu yang rutin (pada saat bangun, setelah makan, sebelum tidur)
c. Dampingi anak pada saat di toilet
d. Mulai belajarkan anak untuk memakai celana, jangan lagi menggunakan pampers e. Pergunakan kata-kata konsisten yang menandakan keinginan untuk berkemih f. Berikan pujian bila anak berhasil dalam Toilet Training
g. Hindari pemberian hukuman atau pemaksaan.
2 Anak Usia 3 tahun Perilaku anak :
a. Hilangnya kebiasaan mengompol
b. Mampu duduk sendiri atau jongkok di toilet
Kegiatan orang tua :
a. Ajarkan kepada anak untuk berkemih sebelum tiur b. Jangan berikan minuman yang berlebihan sebelum tidur
c. Ajarkan kebiasaan untuk menggunakan toilet disbanding menggunakan “potty chair”
3 Anak Usia 3 – 3,5 tahun :
Perilaku anak :
a. Mampu berkemih sambil berdiri (pada laki-laki) b. Mampu mencuci tangan sendiri
Kegiatan orang tua :
a. Ajarkan pada anak laki-laki untuk berkemih sambil berdiri terutama oleh ayahnya b. Jajarkan kebersihan diri sesudah berkemih
4 Anak Usia 3,5 – 4 tahun Perilaku anak :
a. Berusaha untuk cebok sendiri walaupun gagal b. Mampu utuk memakai atau melepas baju sendiri c. Mampu mengguyur toilet setelah digunakan d. Mampu menjaga kebersihan diri dalam berkemih
Kegiatan orang tua :
a. Tawarkan untuk menggunakan tissue atau dicebok setelah berkemih b. Ajarkan cara mencebok yang benar
c. Gunakan baju yang mudah dipakai dan dilepaskan d. Ingatkan untuk mengguyur toilet setelah digunakan
e. Berikan kebebasan untuk membersihkan dirinya setelah berkemih
F. Dampak Toilet Training
Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya yang dapat mengganggu kepridian anak atau cendrung bersifat retentive di mana anak cendrung bersikap keras kepala bahkan kikir,. Hal ini dapat dlakukan oleh orang tua apabila sering memarahi anak pada saat buang air besar atau kecil, atau melarang anak saat berpergian. Bila orang tua santai dalam memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami kepribadian ekspresif dimana anak lebih tega, cendrung ceroboh, suka membuat gara-gara, emosional dan seenaknya dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
6. Metode Ceramah Tanya jawab Role play
7. Media Leaflet Power point LCD
Laptop
8. Kegiatan Pembelajaran
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 3 menit Pembukaan Menjawab salam, mendengarkan
dengan seksama a.
Mengucapkan salam dan terima
kasih atas kedatangan para peserta.
b.
Memperkenalkan diri dan apersepsi.
2 7 menit Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Mendengarkan dan memperhatikan
a.
Menyampaikan materi tentang
pengertian toilet training
b.
Menjelaskan cara toilet training pada
anak
c.
Menjelaskan masalah toilet training yang terjadi pada anak
Menjelaskan kesiapan anak dalam toilet training
Menjelaskan dampak toilet training
3 10 menit
Penutup Peserta memperhatikan dan
memberikan pertanyaan jika ada yang belum jelas serta menjawab pertanyaan yang diberikan kepada peserta saat evaluasi.
Menjawab salam
a.
Memberikan kesempatan pada
peserta untuk bertanya jika terdapat hal-hal yang belum jelas.
b.
m
Menyimpulkan atau merangkum
ha hasil penyuluhan
c.
Mengevaluasi hasil kegiatan dan meminta salah satu dari peserta untuk mengulangi cara toilet training pada anak
d.
Memberi salam dan meminta maaf
bila ada kesalahan
9. Evaluasi
Kriteria evaluasi yang akan diterapkan adalah : a. Evaluasi struktur
1.Menyiapkan sarana prasarana, meliputi :
a) Menyiapka materi dan media ( Leaflet,LCD dan Laptop ) b) Pengorganisasian
1) Moderator : Ni PutuAyu Youfita 2) Penyaji : K. Rani Ardinanthi 3) Observer : Maya Rosita
Mei Ratna Sari
4) Fasilitator : - I Putu Endra Setyawan - Lanang Galih Kriswianto - M. Rizki
- M. Reza
5) Sasaran : Ibu yang mempunyai anak balita
a. Setting Tempat :
1.Moderator 3. Observer
2.Penyaji 4. Fasilitataor
b. Membuat kontrak waktu dengan sasaran.
b. Evaluasi Proses
a) Waktu penyuluhan dimulai pada pukul 07.30 WIB dan berakhir pada pukul 08.00 WIB b) Semua peserta datang tepat waktu.
c) Peserta mendengarkan dan mengajukan pertanyaan tentang pencegahan bahaya pada anak.
d) Selama penyuluhan tidak ada penyimpangan dari tujuan yang telah ditetapkan.
e) Selama kegiatan peserta tidak ada meninggalkan tempat.
c. Evaluasi Hasil
d. Menjelaskan tentang toilet training e. Menjelaskan cara toilet training pada anak
f. Mengkaji masalah toilet training yang terjadi pada anak g. Mengkaji kesiapan anak dalam toilet training
h. Mengetahui program simulasi dalam toilet training i. Menjelaskan dampak toilet training
2
2
31
4
5
4
3
4 4