BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada era globalisasi ini di dalam dunia kerja setiap pekerja dari berbagai profesi harus mengedepankan prilaku etis dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, terutama di dalam profesi akuntansi yang saat ini menjadi sorotan di dunia bisnis. Di Indonesia, isu mengenai pelanggaran etika sejalan dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika baik yang dilakukan oleh akuntan publik, akuntan internal, maupun akuntan pemerintah. Hal ini seharusnya tidak terjadi apabila setiap akuntan mempunyai pengetahuan, pemahaman dan bertanggung jawab untuk menerapkan etika secara baik dan benar dilakukan disetiap pekerjaan yang dilaksanakannya sebagai akuntan profesional. Kerr dan Smith (1995) seperti yang dikutip oleh Supriyadi (2004) menyatakan bahwa prilaku etis dan pendidikan merupakan hal yang kritis masyarakat modern, dunia bisnis dan profesi akuntan. Ketika prilaku etis hilang, kemungkinan kredibilitas seseorang ada dalam bahaya.
Mahasiswa akuntansi adalah penerus dari akuntan publik, akuntan internal, akuntan pemerintah yang akan menjadi penerus dari profesi-profesi tersebut dimasa yang akan datang. Di dalam hal ini pendidikan akuntansi tentang etika sangat berpengaruh besar bagi mahasiswa akuntansi yang harus disampaikan dengan benar kepada mahasiswa akuntansi. Salah satu tujuannya adalah agar
mahasiswa akuntansi dapat mengetahui, mengenal, dan mengerti nilai-nilai dan standar etik dalam profesi akuntansi.
Karakteristik personal individu seperti Moral Reasoning dan Ethical Sensitivity akan memberikan pengaruh terhadap seseorang dalam pengambilan
keputusan yang etis. Welton (1994) menyatakan bahwa kemampuan individu dalam menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh level penalaran moralnya.
Hasil dari beberapa studi yang dipaparkan dalam Liyanarachchi (2009) menunjukkan bahwa level penalaran moral individu mereka akan mempengaruhi perilaku etis mereka. Orang dengan level penalaran moral yang rendah berperilaku berbeda dengan orang yang memiliki level penalaran moral yang tinggi ketika menghadapi dilema etika. Menurut Rest (2000), semakin tinggi level penalaran moral seseorang akan semakin mungkin untuk berperilaku etis.
Moralitas merupakan sikap hati yang terungkap dalam perbuatan, yang harus memperhatikan boleh atau tidaknya suatu perbuatan itu dilakukan. Dalam menilai suatu sikap individu dapat dilihat dari bagaimana individu tesebut melakukan suatu perbuatan atau perilaku yang di lakukannya. Moral dapat menunjukkan bagaimana sikap sebenarnya individu itu sendiri didalam melakukan kegiatannya sehari-hari, terlebih lagi di dalam lingkungan pendidikannya.
Moral dan etika biasanya dimiliki seseorang yang mempunyai kesadaan akan pentingnya berperilaku sesuai dengan norma-norma yang ada dan nilai-nilai yang dianggap baik dikehidupan sehingga membentuk suatu kebiasaan atau budaya yang harus dilakukan terus menerus. Kesadaraan akan perilaku etis
berbeda-beda setiap individunya. Kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etis dalam suatu keputusan disebut sebagai Sensitivitas Etika (Ferdinandus,2014).
Sensitivitas etis (Ethical Sensitivity) ini sangat penting dimiliki oleh setiap individu untuk menilai kepekaan mereka terhadap norma-norma dan nilai-nilai yang ada baik di dalam maupun diluar lingkungan keberadaan mereka. Setiap individu pasti memiliki sensitivitas terhadap etika, tentu saja sikap sensitivitas pada setiap individu memiliki tingkat yang berbeda-beda. Tingkat sensitivitas ini biasanya dipengaruhi beberapa faktor seperti karakter pribadi, jenis kelamin, umur, status kepemilikan sekolah, kultur lingkungan.
Dalam dunia kerja, pria dan wanita memiliki perbedaan nilai dan perlakuan dalam bekerja. Pria dan wanita juga memiliki perbedaan sensitivitas etis dalam melakukan pekerjaannya. Pria berusaha untuk selalu mencari kesuksesannya dengan cara kompetitif dan agresif bahkan jika diperlukan akan melanggar aturan untuk mencapai kesuksesan tersebut. Pria juga sangat mengejar prestise agar terlihat lebih di didalam ligkungan kerjaanya. Sedangkan wanita cenderung menekankan pada pelaksanaan tugas yang baik dan benar sesuai aturan yang telah di tentukan oleh lingkungan kerjanya. Wanita juga mengutamakan keharmonisan dalam relasi kerja, menggunakan perasaan mereka dalam melakukan pekerjaan yang dilakukan, dan berusaha untuk bersaing sehat dengan rivalnya agar tidak menyakiti perasaan rivalnya. Sehingga wanita cenderung lebih memiliki sifat etis daripada pria.
Begitu juga dalam dunia perkuliahan, mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan biasanya juga memiliki tingkat sensitivitas terhadap etika yang
berbeda. Mahasiswa laki-laki cenderung memiliki tingkat sensitvitas yang lebih rendah dari mahasiswa perempuan. Mahasiswa laki-laki selalu mengandalkan logika, tegas, maskulin, dan selalu mengambil keputusan berdasarkan logikanya.
Sedangkan mahasiwa perempuan yang memiliki sifat feminim, lembut, sabar, mengandalkan perasaan, dan persepsi yang dihasilkan berdasarkan perasaan.
Pada penelitian ini akan menguji pengaruh moral reasoning dan ethical sensitivity terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dengan gender sebagai
variabel moderating. Peneliti memilih gender sebagai variabel pemoderasi dikarenakan ingin melihat apakah gender mengambil peran penting dalam penelitian ini. Gender atau jenis kelamin adalah interpretasi mental dan kultural terhadap perbedaan kelamin dan hubungan antara laki-laki dan perempuan (Ferijani dan Mareta, 2003 dalam Suliani, 2010). Perbedaan jenis kelamin mungkin membentuk persepsi yang berbeda sehingga mempengaruhi sikap yang berbeda pula antara laki-laki dan perempuan dalam menanggapi etika profesi akuntansi. Oleh karena itulah gender mampu memoderasi pengaruh moral reasoning dan ethical sensitivity terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.
Pada penelitian Al-Fithrie (2015) yang melakukan penelitian mengenai “ Pengaruh Moral Reasoning dan Ethical Sensitivity terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi dengan Gender sebagai variabel moderating (Studi Kasus pada Mahasiswa Akuntansi UNY). Terdapat pengaruh positif dan signifikan Moral Reasoning terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi, terdapat pengaruh positif dan signifikan Ethical Sensitivity terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi, gender dapat berperan sebagai variabel moderasi dalam
pengaruh Moral Reasoning terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi, gender dapat berperan sebagai variabel moderasi dalam pengaruh Ethical Sensitivity terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi.
Penelitian ini termotivasi dari penelitian yang dilakukan oleh Al-Fithrie (2015) pada penelitiannya dilakukan di Universitas Negeri Yogyakarta, sedangkan pada penelitian ini sampel yang diambil oleh peneliti adalah Mahasiswa Jurusan Akuntansi pada Universitas Negeri yang ada di Sumatera Utara, karena peneliti ingin meningkatkan jumlah sampel pada penelitian ini.
Fenomena yang terjadi pada Universitas Negeri yang berada di Sumatera Utara adalah kebiasaan mahasiswa yang cenderung ragu dalam memutuskan suatu sikap seperti boleh atau tidak bolehnya perilaku itu dilakukan, karena jika tidak boleh akan melanggar etika. Penelitian ini menggunakan objek mahasiswa universitas negeri yang ada di Sumatera Utara, dengan alasan untuk mengetahui sejauh mana kesadaran beretika atau melakukan perilaku baik yang harus dilakukan mahasiswa jurusan akuntansi universitas negeri yang ada di Sumatera Utara tentang tingkat pemahaman perilaku yang harus dilakukan.
Berdasarkan hal-hal dan pernbandingan-perbandingan yang telah dijelaskan didalam latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Moral Reasoning dan Ethical Sensitivity terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi dengan Gender sebagai Variabel Moderasi”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah Moral Reasoning berpengaruh terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri di Sumatera Utara?
2. Apakah Ethical Sensitivity berpengaruh terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri di Sumatera Utara?
3. Apakah Gender memoderasi pengaruh Moral Reasoning terhadap Persepsi Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri di Sumatera Utara?
4. Apakah Gender memoderasi pengaruh Ethical Sensitivity terhadap Persepsi Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri di Sumatera Utara?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah Moral Reasoning berpengaruh terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri di Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui apakah Ethical Sensitivity berpengaruh terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Unversitas Negeri di Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui apakah Gender memoderasi pengaruh Moral Reasoning terhadap Persepsi Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri
di Sumatera Utara.
4. Untuk mengetahui apakah Gender memoderasi pengaruh Ethical Sensitivity terhadap Persepsi Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri di Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian ini maka diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuam peneliti mengenai pengaruh Moral Reasoning dan Ethical Sensitivity terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi.
2. Bagi mahasiswa
Penelitian ini memberi pemahaman untuk mahasiswa mengenai pengaruh Moral Reasoning dan Ethical Sensitivity terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi dan dapat menerapkan ilmu yang telah didapat ke dalam kehidupan sehari-hari.
3. Bagi Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan yang berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.