• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ulfah Nur Atikah Nst

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Ulfah Nur Atikah Nst"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, JUMLAH PENDUDUK, PAJAK DAERAH, SISA LEBIH PEMBIAYAAN

ANGGARAN (SiLPA) TERHADAP BELANJA DAERAH PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI

SUMATERA UTARA PERIODE

2012-2016

OLEH

Ulfah Nur Atikah Nst 140503099

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)
(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh PDRB, Jumlah Penduduk, Pajak Daerah, SiLPA Terhadap Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Periode 2012-2016” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Desember 2018 Yang Membuat Penyataan,

Ulfah Nur Atikah NST NIM : 140503099

(6)

ABSTRAK

PENGARUHPDRB, JUMLAH PENDUDUK, PAJAK DAERAH, SiLPA TERHADAP BELANJA DAERAH PADA

KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

PERIODE 2012-2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PDRB, Jumlah Penduduk, Pajak Daerah, Silpa Terhadap Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Periode 2012-2016.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Setelah pengurangan dengan beberapa kriteria, ditetapkan sebanyak 135 data amatan dengan 27 kabupaten dan kota dengan 5 tahun pengamatan sebagai sampel. Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS versi 20.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif kausal. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan dan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara yang berupa laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2012- 2016.

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji F dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan PDRB, jumlah penduduk, pajak daerah, dan SiLPA berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara periode 2012-2016.Jika dianalisis secara parsial Jumlah Penduduk dan Pajak Daerah berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah sementaraPDRB dan SiLPA tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara periode 2012-2016.

Kata Kunci : Belanja Daerah, PDRB, Jumlah Penduduk, Pajak Daerah, dan SiLPA

(7)

ABSTRACT

The Influence of Gross Domestic Regional Product (PDRB), Population, Local Tax, Surplus Budget Financingto Local Expemditure in

Regency/City of North Sumatra Province in 2012-2016

The objective of this research is to know the influence between Gross Domestic Regional Bruto (PDRB), Population, Local Tax, Surplus Budget Financing to Local Expenditure in Regency/City of North Sumatera Province in 2012-2016.

The sample used in this research is taken by using purposive sampling method. After deductions with several criteria, a total of 135 observational data with 27 districts and municipalities with 5 years of observation as a sample were selected. The analysis technique in this study uses multiple linear regression analysis with the help of SPSS program version 20.

This research used associative causal research design. The data used in this research are secondary data obtained from the Directorate General of Financial Balance and the Central Statistics Agency of North Sumatra Province in the form of regional government financial reports for 2012-2016

Hypothesis testing of this research using F test and t test. The results showed that simultaneously Gross Domestic Regional Bruto (PDRB), Population, Local Tax, Surplus Budget Financing have a significant effect on the Local Expenditure in Regency/City of North Sumatera Province in 2012-2016. If partially analyzed Population and local taxhas a positive effect on local expenditure, while Gross Domestic Regional Bruto (PDRB) and Surplus Budget Financing has insignificantly effect on local expenditure in Regency/City of North Sumatera Province in 2012-2016.

Keyword : Local Expenditure, Gross Domestic Regional Bruto (PDRB), Population, Local Tax, Surplus Budget Financing

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, untuk segala berkat dan karuniaNya yang tidak pernah berhenti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh PDRB, Jumlah Penduduk, Pajak Daerah, Silpa Terhadap Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Periode 2012-2016” dengan baik. Penulis sangat bersyukur atas penyelesaian skripsi ini, dimana skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi penyelesaian pendidikan Program Strata Satu (S1) pada Program Sarjana di Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang luar biasa kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan doa serta dukungan agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pihak-pihak tersebut diantaranya adalah:

1. Terima Kasih kepada Bapak Prof. Ramli, SE., M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Terima Kasih kepada Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., CPA selaku Ketua Departemen/Program Studi S1 Akuntansi dan Bapak Drs. Syahrul Rambe M.M., Ak., selaku Sekretaris Departemen/Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Terima Kasih Kepada Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong, MSi., Ak.

sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam memberikan bimbingan dan semangat dalam menyelesaikan

(9)

skripsi ini.Demikian juga kepada Bapak Drs. Rasdianto, MSi., Ak. selaku dosen penguji saya dan Bapak Drs. Zainal A T Silangit, Msi., Ak. selaku dosen pembanding yang telah memberikan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Terima kasih saya ucapkan kepada kedua orang tua saya, Faisal Akbar NST dan Nurjannah S yang senantiasa memberikan doa dan semangat untuk setiap langkah saya. Kepada adik saya, Yasmin Nabilah Faisal NST dan Arifah Zahra NST yang selalu memberi semangat dan menjadi sahabat juga teman berbagi.

5. Terima kasih saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan, mahasiswa S-1 Akuntansi FEB-USU stambuk 2014 atas kebersamaan dan kerjasamanya selama ini, secara khusus kepada sahabat saya diantaranya adalah Devi Syafira, Suci Azzura, Diah Putri Ariyani, Yessy Claudya, Ade Suryani, Hannah May Lisa, dan Zizi Sri Bulan semoga kita senantiasa diberikan kebaikan serta kesuksesan untuk setiap langkah oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Saya berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak . Akhir kata, saya ucapkan terima kasih banyak dan mohon maaf yang sebesar-besarnya untuk setiap kesalahan dan keikhlafan.

Medan, Desember 2018 Yang Membuat Penyataan,

Ulfah Nur Atikah NST NIM : 140503099

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Belanja Daerah ... 10

2.1.2 Produk Domestik Regional Bruto... 12

2.1.3 Jumlah Penduduk ... 15

2.1.4 Pajak Daerah ... 17

2.1.5 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) ... 18

2.2 Penelitian Terdahulu ... 19

2.3 Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis ... 25

2.3.1 Kerangka Konseptual ... 25

2.3.2 Pengembangan Hipotesis ... 25

2.3.2.1 Produk Domestik Regional Bruto terhadap Belanja Daerah ... 26

2.3.2.2 Jumlah Penduduk terhadap Belanja Daerah ... 27

2.3.2.3 Pajak Daerah terhadap Belanja Daerah ... 27

2.3.2.4 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) terhadap Belanja Daerah ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

(11)

3.3.1 Variabel Dependen ... 31

3.3.1.1 Belanja Daerah ... 31

3.3.2 Variabel Independen ... 31

3.3.2.1 Produk Domestik Regional Bruto ... 31

3.3.2.2 Jumlah Penduduk ... 31

3.3.2.3 Pajak Daerah ... 31

3.3.2.4 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) ... 32

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 35

3.5 Jenis data dan Sumber Data ... 35

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.7 Metode Analisis Data ... 35

3.7.1 Statistik Deskriptif ... 35

3.7.2 Uji Asumsi Klasik ... 36

3.7.2.1 Uji Normalitas Data ... 36

3.7.2.2 Uji Multikolinearitas ... 37

3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 38

3.7.2.4 Uji Autokorelasi ... 39

3.7.3 Uji Analisis Regresi Linier Berganda ... 40

3.7.4 Pengujian Hipoteis ... 40

3.7.4.1 Koefisien Determinasi ... 41

3.7.4.2 Uji F ... 41

3.7.4.3 Uji t ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Sumatera Utara ... 44

4.2 Data Penelitian ... 45

4.3 Hasil Penelitian ... 46

4.3.1 Uji Statistik Deskriptif ... 46

4.3.2 Uji Asumsi Klasik ... 47

4.3.2.1 Uji Normalitas ... 48

4.3.2.2 Uji Multikolinearitas ... 50

4.3.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 51

4.3.2.4 Uji Autokorelasi ... 54

4.3.3 Uji Analisis Regresi Linier Berganda ... 56

4.3.4 Pengujian Hipotesis ... 58

4.3.4.1 Koefisien Determinasi ... 58

4.3.4.2 Uji F ... 59

4.3.4.3 Uji t ... 60

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 64

5.3 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN ... 69

(13)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1. Daftar Realisasi Belanja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi

Sumatera Utara 2012-2016... 3

2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 23

3.1. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ... 32

3.2. Daftar Populasi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara ... 33

3.3. Autokorelasi ... 40

4.1. Statistik Deskriptif ... 46

4.2. Uji Kolmogorov-Smirnov ... 50

4.3. Uji Multikolinearitas ... 51

4.4. Uji Heteroskedastisitas (Uji Gletser) ... 53

4.5. Uji Autokorelasi (Durbin-Watson) ... 54

4.6. Uji Autokorelasi (Run Test) ... 55

4.7. Uji Analisis Regresi Linier Berganda ... 56

4.8. Uji Koefisien Determinasi ... 58

4.9. Uji F ... 59

4.10. Uji t ... 60

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1. Kerangka Konseptual ... 25

4.1. Grafik Histogram ... 48

4.2. Grafik Normal P-Plot ... 49

4.3. Diagram Scatterplot ... 52

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. Waktu Penelitian... 69

2. Daftar Populasi dan Sampel ... 69

3. Data Penelitian ... 70

4. Hasil Output Pengolahan Statistik SPSS 20 ... 75

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kebijakan pemerintah daerah di Indonesia telah memasuki era yang baru seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah yang ditandai dengan diberlakukannya UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (dalam perkembangannya kedua regulasi ini diperbaharui dengan UU No. 32 tahun 2004) menjadi babak baru terkait dengan hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Daerah (kabupaten dan kota) diberikan kewenangan yang lebih luas dalam mengelola berbagai sumber daya yang dimiliki. Konsekuensi dari diberlakukannya otonomi daerahini adalah Pemerintah Pusat akan menyerahkan wewenang dan tanggung jawabyang lebih besar dalam hal pembiayaan, personalia, dan perlengkapan kepada pemerintah daerah, dan Pemerintah Daerah harus dapat mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri sehingga daerah tersebut dapat berkembang tanpa bergantung pada pemerintah pusat.

Pemerintah Daerah memiliki pengeluaran daerah yang akan digunakan oleh kabupaten atau kota untuk mengelola berbagai sumber daya yang dimiliki dan memiliki penerimaan daerah yang didapatkan dari pemerintah pusat untuk dibagikan dibeberapa kabupaten dan kota. Pengeluaran dan penerimaan daerah disebut dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan

(17)

disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Tujuan dan fungsi APBD pada prinsipnya, sama dengan tujuan dan fungsi APBN. APBD terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. Belanja daerah biasanya direalisasikan digunakan untuk belanja pegawai, barang dan jasa, dan untuk belanja modal.

Tiga komponen APBD yaitu belanja daerah, pendapatan daerah dan pembiayaan daerah, sangat mempengaruhi keberhasilan perekonomian suatu daerah, Jika ketiganya diolah dengan baik maka akan memberikan dampak yang baik pula bagi perekonomian daerah sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga komponen tersebut merupakan hal yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan oleh pemerintah daerah. Namun pada kenyataannya, salah satu dari tiga komponen APBD yaitu belanja daerah belum mampu berperan secara insentif dalam perekonomian daerah sehingga pemerintah daerah harus bisa mengelola keuangan daerahnya dengan baik dan efektif. Pada Provinsi Sumatera Utara, berikut realisasi belanja daerah di Kabupaten/Kota Sumatera Utara dari tahun ketahun semakin menunjukkan jumlah yang besar. Seperti yang terlihat pada Tabel 1.1.

(18)

Tabel 1.1

Daftar Realisasi Belanja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara (2012-2016) (Dalam Jutaan Rupiah)

Pemerintah Daerah

Tahun

Kabupaten 2012 2013 2014 2015 2016

Nias 404,093 476,487 512,571 666,992 796,586 Mandailing Natal 765,109 850,556 972,738 1,245,111 1,459,576

Tapanuli Selatan 676,023 842,846 862,248 1,119,177 1,176,894 Tapanuli Tengah 680,016 861,257 755,512 967,245 1,090,801 Tapanuli Utara 737,700 834,384 816,538 1,097,187 1,251,194 Toba Samosir 619,897 645,159 770,864 847,198 1,010,631 Labuhan Batu 760,581 827,146 915,110 1,019,728 1,194,338 Asahan 1,037,633 1,143,614 1,388,135 1,395,720 1,501,954 Simalungun 1,378,042 1,432,130 1,648,278 1,824,943 2,185,034 Dairi 593,188 694,246 745,528 867,992 993,346 Karo 750,398 901,675 889,667 1,326,869 1,542,011 Deli Serdang 1,826,070 2,034,622 2,392,252 2,735,624 3,005,435 Langkat 1,329,229 1,536,811 1,605,301 1,934,943 2,287,199 Humbang

Hasundutan

511,537 605,789 700,844 772,298 881,820 Pakpak Barat 296,703 381,852 416,527 489,296 547,657 Samosir 415,012 522,227 572,943 683,544 810,390 Serdang Bedagai 833,559 982,962 1,010,452 1,114,473 1,465,701

Batubara 641,952 760,743 791,504 903,322 1,128,446 Padang Lawas 439,833 504,166 512,166 785,881 967,359 Padang Lawas

Utara

571,471 588,852 588,450 700,724 1,038,512 Labuhan Batu

Selatan

442,719 720,349 664,847 770,531 864,238

(19)

Labuhan Batu Utara

678,113 766,421 754,766 861,682 976,368 Nias Barat 275,441 358,643 370,809 486,878 563,084 Nias Selatan 621,171 669,036 719,011 855,252 810,002

Nias Utara 335,372 442,082 443,946 615,651 701,361

Kota 2012 2013 2014 2015 2016

Binjai 650,087 702,167 804,308 885,211 945,566 Gunung Satoli 406,668 448,510 499,334 584,939 705,994 Medan 3,021,172 3,224,449 3,723,643 4,374,968 4,525,231 Padang

Sidempuan

527,246 614,899 667,096 795,676 854,914 Pematang Siantar 639,607 741,073 774,365 884,146 940,141 Sibolga 414,040 450,894 521,086 594,579 689,678 Tanjung Balai 446,140 472,459 571,815 586,384 668,443 Tebing Tinggi 479,585 584,572 614,015 666,789 760,702 Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan RI

Berdasarkan dari data diatas dapat dilihat bahwa realisasi belanja daerah Kabupaten/KotaSumatera Utara menunjukkan bahwa semakin besar jumlah belanja daerah di tiap Kabupaten/Kota Sumatera Utara dari tahun ketahun,(seperti yang terlihat pada tabel 1.1) dikarenakan seluruh pengeluaran yangdilakukan oleh pemerintah daerah untuk mendanai seluruh program/kegiatanmeningkat.

Budiarti (2015) menyatakan bahwa “belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran pemerintah daerahdalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

(20)

Daerah (APBD), merupakan salah satufaktor pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Sehingga belanja daerah dikenalsebagai salah satu instrumen kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah(pemerintah daerah) di samping pos pendapatan pemerintah daerah. Semakinbesar belanja daerah diharapkan akan semakin meningkatkan kegiatanperekonomian daerah (terjadi ekspansi perekonomian). Dengan jumlah belanja daerah yang semakin meningkat maka dibutuhkan pula dana yang besar sehingga belanja untukkebutuhan pemerintah daerah dapat terpenuhi dan dengan terpenuhinyakebutuhan belanja pemerintah, maka diharapkan pelayanan terhadap masyarakatmenjadi lebih baik dan kesejahteraan masyarakat akan meningkat.Pengalokasian dana belanja daerah harus dilakukan secara efektif dan efisien, dimana belanja daerah dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan pelaksanaan kewenangan daerah. Apalagi dengan adanya otonomi daerah, pemerintah dituntut untuk mengelola keuangan daerah secara baik dan efektif.”

Produk Domestik Regional Bruto merupakan penjumlahan nilai tambah/output bersih barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi didalam suatu wilayah atau daerah tertentu dalam suatu periode tertentu.

Gorahe dkk. (2014) mengatakan bahwa “Semakin tinggi PDRB suatudaerah, maka semakin besar pula potensi sumberpenerimaan daerah tersebut. Selanjutnya denganpeningkatan penerimaan daerah, akan digunakanuntuk membiayai program-program pembangunandaerah. Jadi PDRB dan belanja daerah memiliki hubungan yang positif. Bila PDRB mengalamipeningkatan maka belanja daerah juga akan mengalamipeningkatan”. Hal ini sesuai dengan penelitian Sasana

(21)

(2011) yang menyatakan bahwa PDRB berpengaruh terhadap belanja daerah, namun berbeda dengan penelitian Harjiyanti (2015) yang menyatakan bahwa PDRB tidak berpengaruh terhadap belanja daerah.

Jumlah penduduk merupakan jumlah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. Menurut Sasana (2011) “Meningkatnya jumlah pendudukmenuntut konsekuensi logis adanya peningkatansarana dan prasarana umum, baik dari aspekkuantitas maupun kualitas. Pertumbuhan jumlahpenduduk yang semakin besar akan memerlukananggaran yang semakin besar. Agar kualitaspertumbuhan ekonomi lebih baik, maka pertumbuhanpenduduk harus selalu dikendalikan”. Hal ini sesuai dengan penelitian Gorahe dkk. (2014), namun berbeda dengan penelitian Devita (2014) yang meyatakan bahwa jumlah penduduk tidak berpengaruh terhadap belanja daerah.

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang atau pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Laksono (2014) mengatakan bahwa “semakin tinggi pajak maka semakin tinggi belanja daerah yang harus dikeluarkan oleh pemerintah daerah atau sebaliknya”

sehingga pajak daerah berpengaruh terhadap belanja daerah, namun berbeda dengan penelitian Wahab (2014) yang menyatakan bahwa pajak daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah.

(22)

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) merupakan selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam APBN/APBD selama satu periode pelaporan. Simamora (2014) mengatakan bahwa “SiLPA yang ada pada periode tertentu di suatu daerah merupakan sisa lebih atas penggunaan anggaran pada periode sebelumnya dan akan digunakan untuk menutupi belanja daerah yang meliputi belanja langsung dan belanja tidak langsung dimasa yang akan datang sehingga peranan SiLPA berpengaruh besar pada komposisi belanja daerah dimasa yang akan datang”.

Dikarenakan dengan adanya fenomena ketidakkonsistenan ini, maka peneliti ingin menguji kembali pengaruh dari variabel-variabel tersebut agar mendapatkan jawaban atas ketidakkonsistenan yang terjadi.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, jumlah penduduk, pajak daerah, dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) terhadap belanja daerah pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara periode 2012-2016.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh terhadap belanja daerah pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara periode 2012- 2016?

2. Apakah jumlah penduduk berpengaruh terhadap belanja daerah pada Kabupaten/Kotadi Provinsi Sumatera Utara periode 2012-2016?

(23)

3. Apakah pajak daerah berpengaruh terhadap belanja daerah pada Kabupaten/Kotadi Provinsi Sumatera Utara periode 2012-2016?

4. Apakah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) berpengaruh terhadap belanja daerah pada Kabupaten/Kotadi Provinsi Sumatera Utara periode 2012-2016?

5. Apakah Produk Domestik Regional Bruto, jumlah penduduk, pajak daerah, dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) secara simultan berpengaruh terhadap belanja daerah pada Kabupaten/Kotadi Provinsi Sumatera Utara periode 2012-2016?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap belanja daerah pada Kabupaten/Kotadi Provinsi Sumatera Utara periode 2012-2016.

2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk terhadap belanja daerah pada Kabupaten/Kotadi Provinsi Sumatera Utara periode 2012-2016.

3. Untuk mengetahui pengaruh pajak daerah terhadap belanja daerah pada Kabupaten/Kotadi Provinsi Sumatera Utara periode 2012-2016.

4. Untuk mengetahui pengaruh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) terhadap belanja daerah pada Kabupaten/Kotadi Provinsi Sumatera Utara periode 2012-2016.

5. Untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, jumlah penduduk, pajak daerah, dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)

(24)

secara simultan berpengaruh terhadap belanja daerah pada Kabupaten/Kotadi Provinsi Sumatera Utara periode 2012-2016.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat dari penelitian ini antara lain adalah:

1. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk dijadikan pembelajaran khususnya mengenai belanja daerah.

2. Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah yang ditujukan untuk gubernur, bupati, walikota, dan DPRD dalam melakukan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan dapat digunakan sebagai masukan dalam pengalokasian anggaran belanja daerah kedepannya.

3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi untuk penelitian terdahulu yang juga membahas mengenai belanja daerah.

4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini digunakan untuk menambah wawasan mengenai pengaruh PDRB, jumlah penduduk, pajak daerah, dan SiLPA terhadap belanja daerah dan untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teori yang telah dipelajari selama kuliah.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Belanja Daerah

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,

“belanja daerah merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan”.Berdasarkan struktur anggaran daerah, elemen-elemen yang termasuk dalam belanja daerah terdiri dari :

1. Belanja aparatur daerah 2. Belanja pelayanan publik

3. Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan 4. Belanja tidak tersangka.

Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan pilihan yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Permendagri No.13 Tahun 2006 Tentang PengelolaanKeuangan daerah, “belanja daerah dikelompokkan ke dalambelanja langsung dan belanja tidak langsung.

1. Belanja Langsung

Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yaitu belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.

(26)

2. Belanja Tidak Langsung

Kelompok belanja tidak langsung, merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, yaitu belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga”.

Adanya pengelompokkan klasifikasi belanja tersebut membuat entitas pelaporan harus melakukan konversi untuk klasifikasi belanja yang akan dilaporkan didalam laporan realisasi anggaran (LRA). Perubahan tersebut ada dalam menurut PP No. 71 tahun 2010 yaitu :

1. Klasifikasi Belanja Pemerintah Pusat a. Belanja Operasi

b. Belanja Modal c. Transfer

2. Klasifikasi Belanja Pemerintah Provinsi a. Belanja Operasi

b. Belanja Modal c. Belanja Tak Terduga d. Transfer

a) Transfer/Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota

(27)

3. Klasifikasi Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota a. Belanja Operasi

b. Belanja Modal c. Belanja Tak Terduga d. Transfer

a) Transfer/Bagi Hasil Pendapatan ke Desa 2.1.2 Produk Domestik Regional Bruto

Salah satu indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu wilayah atau provinsi didalam periode tertentu dapat dilihat melalui data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Bank Indonesia (2014), “Produk domestik regional bruto merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah”.

Kuncoro (2004), “Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu wilayah atau daerah pada suatu periode tertentu, biasanya satu tahun”.Secara konsep, estimasi penghitungan nilai PDRB menggunakan pendekatan atas dasar harga berlaku (at current price), dan atas dasar harga konstan (at constan price).

(28)

Gorahe dkk. (2014), “Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi disuatu wilayah tertentu (provinsi dan kabupaten/kota) dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender).

Kegiatan ekonomi yang dimaksud adalah kegiatan pertanian, pertambangan, industri pengolahan, sampai dengan jasa”.

Sasana (2011), “PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode”.

BPS (2014), Untuk menghitung angka-angka PDRB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu :

1. MenurutPendekatan Produksi

PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (sektor) yaitu :

a) Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan b) Pertambangan dan penggalian

c) Industri pengolahan d) Listrik, gas dan air bersih e) Konstruksi

f) Perdagangan, hotel dan restoran g) Pengangkutan dan komunikasi

(29)

h) Keuangan, real estate dan jasa perusahaan

i) Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah. Setiap sektor tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub sektor.

2. Menurut Pendekatan Pendapatan

PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor- faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).

3. Menurut Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari : a) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta

nirlaba

b) pengeluaran konsumsi pemerintah

c) pembentukan modal tetap domestik bruto d) perubahan inventori, dan

e) ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor).

(30)

Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di dalamnya sudah dicakup pajak tak langsung neto.

Semakin tinggi PDRB suatudaerah, maka semakin besar pula potensi sumberpenerimaan daerah tersebut. Selanjutnya denganpeningkatan penerimaan daerah, akan digunakanuntuk membiayai program-program pembangunandaerah. Jadi PDRB dan belanja daerah memiliki hubungan yang positif. Bila PDRB mengalamipeningkatan maka belanja daerah juga akan mengalamipeningkatan.

2.1.3 Jumlah Penduduk

Kharis (2011),“didalam penelitiannya mengatakan bahwa Penduduk merupakan unsur penting dalam usaha untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi”. Penduduk memegang peranan penting karena menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan dan tenaga usahawan yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi.

Disamping itu, pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan bertambah dan makin kompleksnya kebutuhan.

(31)

BPS (2014),“Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap”.Akbar (2011),“didalam penelitiannya mengatakan bahwa kependudukan memiliki kaitan yang erat dengan pembangunan ekonomi.

Beberapa alasan yang melandasi pemikiran bahwa kependudukan merupakan faktor yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan nasional, antara lain adalah :

1. Kependudukan atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakanpusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan.

2. Keadaan dan kondisi kependudukan yang ada sangatmempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.

3. Dampak perubahan dinamika kependudukan baru akan terasadalam jangka yang panjang”.

Meningkatnya jumlah penduduk menuntut konsekuensi logis adanya peningkatan sarana dan prasarana umum, baik dari aspek kuantitas maupun kualitas. Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin besar akan memerlukan anggaran yang semakin besar. Agar kualitas pertumbuhan ekonomi lebih baik, maka pertumbuhanpenduduk harus selalu dikendalikan

.

(32)

2.1.4 Pajak Daerah

Darise (2008),“pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang atau pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perundang- undangan yang berlaku digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah”.

Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 34 Tahun 2000, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah sebagai berikut:

“Pajak daerah ialah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang

dipaksakan berdasarkan perundangundangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.”

Mardismo (2002), Pajak dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Fungsi pajak budgetair sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran.

2. Fungsi pajak regulerend sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Ardhini (2011), “didalam struktur APBD baru dengan pendekatan kinerja, jenis pendapatan yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah

(33)

berdasarkan UU No. 34 tahun 2000 tentang perubahan atas UU No. 18 tahun 1997 tentang pajak dan retribusi daerah, dirinci menjadi :

a.) Pajak Propinsi terdiri atas

1. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan kendaraan diatas air 29

3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

4.Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukiman

b.) Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri atas 1. Pajak hotel

2. Pajak restoran 3. Pajak hiburan 4. Pajak reklame

5. Pajak penerangan jalan

6. Pajak pengambilan bahan galian golongan C 7. Pajak parkir”

Semakin tinggi pajak maka semakin tinggi belanja daerah yang harus dikeluarkan oleh pemerintah daerah atau sebaliknya sehingga pajak daerah memiliki pengaruh untuk belanja daerah tersebut.

2.1.5 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)

PP No. 71 Tahun 2010 tentang Sistem Akuntansi Pemerintahan (Lampiran I.02), “Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) adalah selisih

(34)

lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam APBN/APBD selama satu periode pelaporan.PP No. 24 tahun 2005 Lampiran III, IV Pernyataan Sistem Akuntansi Pemerintahan, “Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) adalah Selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran APBN/APBD selama satu periode pelaporan”.

Simanjuntak (2016), “didalam penyusunan Anggaran PenyusunanBelanja Daerah (APBD) angka SiLPA ini seharusnya samadengan nol. Artinya bahwa penerimaan pembiayaan harus dapatmenutup defisit anggaranyang terjadi. Jika angka SiLPA-nyapositif berarti bahwa ada pembiayaan netto setelah dikurangidengan defisit anggaran, masih tersisa.

Jika angka SiLPA-nyanegatif berarti bahwa pembiayaan netto belum dapat menutupdefisit anggaran yang terjadi. Untuk itu perlu dicari jalankeluarnya”.

SiLPA yang ada pada periode tertentu di suatu daerah merupakan sisa lebih atas penggunaan anggaran pada periode sebelumnya dan akan digunakan untuk menutupi belanja daerah yang meliputi belanja langsung dan belanja tidak langsung dimasa yang akan datang sehingga peranan SiLPA berpengaruh besar pada komposisi belanja daerah dimasa yang akan datang.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai belanja daerah telah dilakukan oleh beberapa akademisi terdahulu dengan menggunakan variabel yang beragam dan untuk mendapatkan hasil yang berbeda pula. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

(35)

1. Sasana (2011) telah menggunakan variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dana perimbangan, dan jumlah penduduk sebagai variabel independennya dengan belanja daerah sebagai variabel dependennya. Penelitian tersebut metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) yang sampelnya berjumlah 17 kabupaten dan 9 kota periode 2004-2008 di kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat dan dari penelitian tersebut pula dapat ditarik kesimpulan bahwa PAD, PRDB, dana perimbangan, dan jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap belanja daerah.

2. Gorahe dkk. (2014) telah menggunakan variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), jumlah penduduk, dan luas wilayah sebagai variabel independennya dengan belanja daerah sebagai variabel dependennya. Penelitian tersebut metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan teknik regresi panel data dengan jenis data time series dan cross section (data panel) yang populasinya adalah di kabupaten/kota provinsi Sulawesi Utara periode 2010-2012 dan dari penelitian tersebut pula dapat ditarik kesimpulan bahwa PDRB dan jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap belanja daerah, sedangkan luas wilayah tidak berpengaruh terhadap belanja daerah.

3. Devita (2014) telah menggunakan variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan jumlah penduduk sebagai variabel independennya dengan belanja daerah sebagai variabel dependennya. Penelitian tersebut metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan teknik regresi linier

(36)

berganda yang populasinya adalah di kabupaten/kota provinsi Jambi dalam rentang waktu tahun 2007-2012 dan dari penelitian tersebut pula dapat ditarik kesimpulan bahwa PAD dan DAU menunjukkan pengaruh signifikan positif dalam mempengaruhi belanja daerah, Sedangkan jumlah penduduk memiliki hubungan yang negatif terhadap belanja daerah pada pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.

4. Laksono (2014) telah menggunakan variabel pajak daerah, retribusi daerah, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai variabel independennya dengan belanja daerah sebagai variabel dependennya. Penelitian tersebut metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan teknik regresi linier berganda yang populasinya adalah di kabupaten/kota di Jawa Tengah dan DIY tahun 2011 dan 2012 dan dari penelitian tersebut pula dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak daerah, retribusi daerah, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) secara simultan berpengaruh terhadap belanja daerah dan secara parsial pajak daerah, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif terhadap belanja daerah, sedangkan retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap belanja daerah.

5. Simamora (2014) telah menggunakan variabel Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA), penerimaan pembiayaan, dan pengeluaran pembiayaan sebagai variabel independennya dengan belanja daerah sebagai variabel dependennya. Penelitian tersebut sampelnya diambil dari hasil telaah literatur dan hasil penelitian yang telah digunakan berkaitan dengan konsep

(37)

tersebut sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa secara teoritis Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA), penerimaan danpengeluaran pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap total belanja daerah.

6. Budiyanto, D.S.Priyarsono, Bonar M.Sinaga, dan Tahlim Sudaryanto (2014) telah melakukan penelitian tentang pengaruh belanja daerah di sektor pertanian yang dilakukan di Indonesia. Penelitian tersebut metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan metode Two Stage Least Square (2SLS) yang sampelnya berjumlah 20 provinsi di Capital Bureun of Statistics, Directorate General of Fiscal Balance, Ministry of Finance, and Investment Coordinating Board tahun 2003-2011 dan dari penelitian tersebut pula hasilnya menunjukkan bahwa investment, employment and GRDP berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah, sedangkan poverty tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah.

7. Harjiyanti (2015) telah menggunakan variabel Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus sebagai variabel independennya dengan belanja daerah sebagai variabel dependennya. Penelitian tersebut metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan teknik regresi linier berganda yang populasinya adalah berjumlah 5 kabupaten di DIY pada periode 2007-2013 dan dari penelitian tersebut pula dapat ditarik kesimpulan bahwa DAU berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah, sedangkan PDRB, PAD, dan DAK tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah.

(38)

Beberapa penelitian terdahulu tentang faktor- faktor yang mempengaruhi belanja daerah ini akan dirinci pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Variabel Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Sasana (2011) Variabel Independen - Pendapatan Asli Daerah

- Produk Domestik Regional Bruto - Dana

Perimbangan - Jumlah Penduduk Variabel

Dependen Belanja Daerah

Sampel dipilih dengan metode OLS (Ordinary Least Square) yang berjumlah 17kabupaten dan 9 kota di Badan Pusat Statistik(BPS) dan Direktorat Jendral PerimbanganKeuangan (DJPK) Departemen KeuanganRepublik Indonesia Periode 2004- 2008.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto, Transfer Dana (Dana Perimbangan), dan Populasi (Jumlah Penduduk) berpengaruh signifikan terhadap Belanja pemerintah Daerah di kabupaten / kota di Provinsi Jawa Barat.

Gorahe, Vecky Masinambow dan Daisy Engka (2014)

Variabel Independen:

- PDRB

- Jumlah Penduduk - Luas Wilayah Variabel Dependen:

Belanja Daerah

Menggunakan teknik regresi panel data dengan jenis data time series dan cross section (data panel) dalam bentuk tahunan dengan populasi adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara periode 2010-2012.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Jumlah Penduduk berpengaruh positif terhadap belanja daerah, sedangkan variabel Luas Wilayah tidak berpengaruh terhadap belanja daerah.

Devita (2014) Variabel Independen - Pendapatan Asli Daerah

- DAU

- Jumlah Penduduk Variabel

Dependen Belanja Daerah

Populasi penelitian adalah kabupaten kota di Provinsi Jambi dalam rentang waktu Tahun 2007 – 2012.

Menggunakan teknik regresi linier berganda.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa PAD dan DAU menunjukkan pengaruh signifikan positif dalam

mempengaruhi belanja daerah, Sedangkan jumlah Penduduk memiliki hubungan yang

negatif terhadap belanja daerah pada pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.

(39)

Laksono (2014) Variabel Independen - Pajak Daerah - Retribusi Daerah - DAU

- DAK

Variabel Dependen Belanja Daerah

Menggunakan teknik regresi linear berganda dengan populasi Pemerintah

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dan DIY tahun 2011 dan 2012.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa secara Parsial Pajak Daerah, DAU, dan DAK berpengaruh positif terhadap belanja daerah, sedangkan variabel Retribusi Daerah tidak berpengaruh terhadap belanja daerah.

Simamora (2014) Variabel Independen - SILPA - Penerimaan - Pengeluaran Pembiayaan Variabel Dependen Belanja Daerah

Sampel diambil dengan menggunakan hasil telaah literatur dan hasil penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan konsep tersebut.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa secara teoritis sisa lebih

perhitungan anggaran (SILPA), penerimaan dan pengeluaran pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap total belanja daerah.

Budiyanto, D.S.Priyarsono, Bonar M.Sinaga, dan Tahlim Sudaryanto (2014)

Variabel Independen:

- Investment - Employment - GRDP - Poverty Variabel Dependen:

Regional government expenditure

Sampel diambil dengan metode Two Stage Least Squares (2SLS) yang jumlah sampelnya adalah 20 provinsi di Central Bureau of Statistics, Directorate General of Fiscal Balance, Ministry of Finance, and Investment Coordinating Board dari 2003 to 2011.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Investment, Employment and GRDP berpengaruh signifikan terhadap Regional Government Expenditure. Sedangkan Poverty tidak berpengaruh signifikan terhadap Regional Government Expenditure.

Harjiyanti (2015) Variabel Independen - Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

- Pendapatan Asli Daerah

- DAU - DAK Variabel Dependen Belanja Daerah

Populasi penelitian adalah 5 Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta pada periode 2007-2013.

Menggunakan teknik regresi linear berganda sebagai analisis data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa DAU berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah,

sedangkan PDRB, PAD, dan DAK tidak

berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah.

(40)

2.3 Kerangka Konseptual Dan Pengembangan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual

Berikut merupakan gambar dari kerangka pemikiran pada penelitian ini:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.3.2 Pengembangan Hipotesis

Hipotesis diasumsikan sebagai dugaan sementara atau penjelasan sementara yangbelum bisa dibuktikan sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untukmenguji apakah dugaan tersebut benar atau salah.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

( X1) Jumlah Penduduk

( X2)

Pajak Daerah (X3)

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)

( X4)

Belanja Daerah ( Y ) H1

H2 H3

H4

H5

(41)

2.3.2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)terhadap Belanja Daerah

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu variabel yang paling sering dimasukkan dalam penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belanja daerah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan penjumlahan nilai tambah/output bersih barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi didalam suatu wilayah atau daerah tertentu dalam suatu periode tertentu. Peningkatan PDRB akan berdampak pada peningkatan kegiatan ekonomi sektor riil dan dunia usaha. Peningkatan kegiatan ekonomi akan membawa pengaruh pada peningkatan penerimaan pemerintah melalui perpajakan, karena bergairahnya perekonomian sehingga aktivitas dunia usaha meningkat dan pada akhirnya keuntungan perusahaan meningkat pula. Peningkatan aktivitas dan keuntungan perusahaan ini tentunya akan meningkatkan pungutan pajak baik dari pajak penghasilan, pertambahan nilai maupun cukai. Jika penerimaan pemerintah meningkat, maka pengeluaran pemerintah akan meningkat pula.Dalam penelitian-penelitian sebelumya, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) juga dapat disimpulkan sebagai variable yang paling berpengaruh terhadap belanja daerah.Gorahe dkk. (2014) “Semakin tinggi PDRB perkapita suatudaerah, maka semakin besar pula potensi sumberpenerimaan daerah tersebut. Selanjutnya denganpeningkatan penerimaan daerah, akan digunakanuntuk membiayai program-program

(42)

hubungan yang positif. Bila PDRB mengalamipeningkatan maka belanja daerah juga akan mengalamipeningkatan”. Berdasarkan penjelasan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah dijabarkan, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah

2.3.2.2 Jumlah Penduduk terhadap Belanja Daerah

Jumlah penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. Sasana (2011) “Meningkatnya jumlah pendudukmenuntut konsekuensi logis adanya peningkatansarana dan prasarana umum, baik dari aspekkuantitas maupun kualitas.

Pertumbuhan jumlahpenduduk yang semakin besar akan memerlukananggaran yang semakin besar, supaya kualitaspertumbuhan ekonomi lebih baik, pertumbuhanpenduduk harus selalu dikendalikan”.Berdasarkan penjelasan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah dijabarkan, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

H2 :Jumlah Penduduk berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah 2.3.2.3 Pajak Daerah terhadap Belanja Daerah

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang atau pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang

(43)

seimbang yang dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perundang- undangan yang berlaku digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Laksono (2014) “semakin tinggi pajak maka semakin tinggi belanja daerah yang harus dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah atau sebaliknya”. Berdasarkan penjelasan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah dijabarkan, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

H3 :Pajak Daerah berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah.

2.3.2.4 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) terhadap Belanja Daerah

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) merupakan selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam APBN/APBD selama satu periode pelaporan. Simamora (2014) “SiLPA yang ada pada periode tertentu di suatu daerah merupakan sisa lebih atas penggunaan anggaran pada periode sebelumnya dan akan digunakan untuk menutupi belanja daerah yang meliputi belanja langsung dan belanja tidak langsung dimasa yang akan datang sehingga peranan SiLPA berpengaruh besar pada komposisi belanja daerah dimasa yang akan datang”.Berdasarkan penjelasan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah dijabarkan, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

(44)

H4 : Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) berpengaruh positifterhadap Belanja Daerah.

Berdasarkan teori – teori dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan pada pengembangan hipotesis diatas, maka diperoleh kesimpulan bahwa :

H5 : Produk Domestik Regional Bruto, Jumlah Penduduk, Pajak Daerah, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) secara simultan memiliki pengaruhpositif terhadap Belanja Daerah.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain asosiatif kausal, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya, dan bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Sugiyono, 2016).Penelitian ini bertujuan untuk menlihatpengaruh variabel-variabel penelitian antara lain Produk Domestik Regional Bruto, jumlah penduduk, pajak daerah, dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) terhadap belanja daerahpada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara periode 2012- 2016.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian dimulai dari proses penentuan judul penelitian pada bulan September2017 hingga selesainya proposal ini dibuat. Jadwal dan waktu penelitian dapat dilihat pada Daftar Lampiran 1.

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional variabel adalah penjabaran berisi definisi-definisi yang akan dipergunakan dalam penelitian ini dengan tujuannya adalah untuk

memberikan arah dan batasan dalam penyelesaian masalah. Berikut akan dijabarkan defenisi dari masing-masing variable pada penelitian ini.

(46)

3.3.1 Variabel Dependen 3.3.1.1. Belanja Daerah

Belanja daerah adalah jumlah realisasi belanja daerah baik belanja langsung maupun belanja tidak langsung pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012-2016. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.

3.3.2 Variabel Independen

3.3.2.1. Produk Domestik Regional Bruto

PDRB atas dasar harga konstanadalah Semua penerimaan daerah dalam bentuk peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan tahun 2012-2016. Skala pengukuran yang digunakanadalah skala rasio.

3.3.2.2. Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk adalah jumlah penduduk yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012-2016. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.

3.3.2.3. Pajak Daerah

Pajak Daerah merupakaniuran wajib yang dibayarkan masyrakat kepada pemerintah yang bersifat memaksa yang digunakan untuk membiayai pembangunan daerah. Variabel pajak daerah diukur dengan melihat besarnya realisasi penerimaan pajak daerah pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012-2016.Skala

(47)

3.3.2.4. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) adalah selisih lebih/kurangantara realisasi pendapatan-LRA dan belanja, serta penerimaandan pengeluaran pembiayaan dalam APBN/APBD selama satuperiode pelaporan. SILPA dapat dirumuskan sebagai berikut :

SiLPA = (Realisasi Pendapatan – Realisasi Belanja) +(Penerimaan pembiayaan – Pengeluaran Pembiayaan)

Tabel 3.1

Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Variabel

Penelitian Definisi Operasional Parameter Skala

Pengukuran

Belanja Daerah (Y)

Jumlah seluruh realisasi belanja daerah baik belanja langsung maupun belanja tidak langsung pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012- 2016.

Belanja Daerah adalah Jumlah seluruh realisasi

belanja daerah (langsung maupun tidak

langsung).

Rasio

Produk Domestik

Regional Bruto

(X1)

PDRB atas dasar harga konstanadalah Semua penerimaan daerah dalam bentuk peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan tahun 2012-2016.

PDRB atas dasar harga

konstan Rasio

Jumlah Penduduk

(X2)

Jumlah penduduk yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012-2016.

Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

tahun 2012-2016.

Rasio

Pajak Daerah

(X3)

Iuran wajib yang dibayarkan masyrakat kepada pemerintah yang bersifat memaksa yang digunakan untuk membiayai pembangunan daerah tahun 2012-2016.

Realisasi penerimaan pajak daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

tahun 2012-2016.

Rasio

Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran (SiLPA)

(X4)

Selisih lebih/kurangantara realisasi pendapatan-LRA dan belanja, serta penerimaandan pengeluaran pembiayaan dalam APBN/APBD selama satuperiode pelaporan.

SILPA adalah (Realisasi Pendapatan – Realisasi Belanja) +(Penerimaan

pembiayaan – Pengeluaran Pembiayaan).

Rasio

(48)

3.4 Populasi dan Sampel penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara periode 2012-2016 yaitu sebanyak 33 Kabupaten/Kota yang meliputi 25 Kabupaten dan 8 Kota.

Tabel 3.2

Daftar Populasi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara No Pemerintahan Kabupaten No Pemerintahan Kota 1 Kabupaten Asahan 1 Kota Binjai

2 Kabupaten Batubara 2 Kota Gunung Sitoli 3 Kabupaten Dairi 3 Kota Medan

4 Kabupaten Deli Serdang 4 Kota Padang Sidempuan 5 Kabupaten Humbang

Hasundutan

5 Kota Pematang Siantar 6 Kabupaten Karo 6 Kota Sibolga

7 Kabupaten Labuhan Batu 7 Kota Tanjung Balai 8 Kabupaten Labuhan Batu

Selatan

8 Kota Tebing Tinggi 9 Kabupaten Labuhan Batu Utara

10 Kabupaten Langkat

11 Kabupaten Mandailing Natal 12 Kabupaten Nias

13 Kabupaten Nias Barat 14 Kabupaten Nias Selatan 15 Kabupaten Nias Utara 16 Kabupaten Padang Lawas 17 Kabupaten Padang Lawas Utara 18 Kabupaten Pakpak Barat

19 Kabupaten Samosir

20 Kabupaten Serdang Bedagai 21 Kabupaten Simalungun 22 Kabupaten Tapanuli Selatan 23 Kabupaten Tapanuli Tengah 24 Kabupaten Tapanuli Utara 25 Kabupaten Toba Samosir Sumber : www.sumutprov.go.id

(49)

Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Metode purposive sampling dipilih dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Adapun kriteria yang ditentukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Pemerintahan Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Utara yang telahmenyerahkan dan mempublikasikan laporan Realisasi APBDnya kedalam Badan Pusat Statistika (BPS)Provinsi Sumatera Utara dan selama periode 2012-2016.

2. Pemerintahan Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Utara yang telahmenyerahkan dan mempublikasikan laporan Realisasi APBDnya kedalam Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) selama periode 2012-2016.

3. Data PDRB yang dipublikasikan secara konsisten dari tahun 2012- 2016.

4. Data Jumlah Penduduk yang dipublikasikan secara konsisten dari tahun 2012-2016.

Setelah disesuaikan dengan kriteria-kriteria tersebut,maka peneliti mendapat jumlah sampel sebanyak 20 Kabupaten dan 7 Kota yang diambil dari 33 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara untuk periode 2012-2016 sehingga jumlah sampel yang terkumpul adalah sebanyak 27 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara untuk periode 2012-2016. Daftar Kabupaten/Kota yang menjadi sampel akan dilampirkan di Daftar Lampiran 2.

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Konseptual  2.3.2  Pengembangan Hipotesis
Tabel 3.3  Autokolerasi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut penelitian mengenai inventarisasi tumbuhan Rhododendron pada hutan pegunungan di Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah ini perlu dilakukan

actually Bandar Lampung cannot be categorized as a big city, since there are less than one million people living in Bandar Lampung, compared to West Java, Bandung, for example,

Apabila dihubungkan dengan globalisasi melalui kebijakan “ pasar bebas “ yang mengharuskan setiap negara membuka pintunya kepada berbagai barang dan jasa

Masalah yang terdapat dalam pembuatan aplikasi game ini adalah memodelkan barang bukti digital dan juga proses penyidikan dengan sebuah game yang bertemakan crime scene

Mahalaga ang pag-aaral na ito sa mga working students sapagkat nailalahad sa pag-aaral na ito ang mga saloobin tungkol sa kalagayan sa buhay at kung papanong nagagawang

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa konsumsi minyak kelapa murni (VCO) secara signifikan dapat berpengaruh penurunan kadar gula darah, dimana kandungan asam

Dalam dunia perkantoran pasti tidak asing lagi dengan istilah rapat. Rapat merupakan sarana untuk mencapai kesepakatan bersama. Rapat biasanya diadakan untuk membahas suatu

Kepala SMP Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin, guru-guru serta seluruh staf tata usaha dan juga para siswa yang berkenan memberikan bantuan dan meluangkan