• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Kesehatan 1. Pengertian pelayanan

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan, pelayanan juga dapat diartikan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain (Hasyim, 2006). 2. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin. Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama dimana setiap rumah sakit bertanggung jawab gugat terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kepada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggung jawabkan (Ely Nurachma, 2007).

Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat (consumer satifaction), melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan (provider satisfaction), pada institusi pelayanan yang

(2)

xxvii diselenggarakan secara efisien (institutional satisfaction). Interaksi ketiga pilar utama pelayanan kesehatan yang serasi, selaras, dan seimbang, merupakan panduan dari kepuasan tiga pihak, dan ini merupakan pelayanan kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care) (Ahmad Djojosugitjo, 2001).

3. Faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan

Menurut Nurrachmah (2001) kelancaran pelayanan keperawatan di suatu ruang rawat baik rawat inap maupun rawat jalan dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain: a) Visi, misi dan tujuan rumah sakit yang dijabarkan secara lokal ruang rawat. b) Stuktur organisasi lokal, mekanisme kerja ( standar – standar ) yang dilakukan di ruang rawat. c) Sumber daya manusia keperawatan yang memadai baik kualitas maupun kuantitas. d) Metode penugasan/pemberi asuhan dan landasan model pendekatan kepada klien yang ditetapkan. e) Tersedianya berbagai sumber/fasilitas yang mendukung pencapaian kualitas pelayanan yang diberikan. f) Kesadaran dan motivasi dari seluruh tenaga keperawatan yang ada. g) Komitmen dari pimpinan rumah sakit.

Menurut Ahmad Djojosugitjo (2001) ada 4 aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan antara lain :

a. Jumlah petugas

Jumlah petugas merupakan salah satu aspek yang menunjang pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan petugas yang kurang menyebabkan penyelenggaraan pelayanan dilaksanakan tidak

(3)

maksimal dan kurang memenuhi kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan. Selain itu, petugas sendiri akan mengalami kewalahan dalam menjalankan tugasnya yang pada nantinya akan menurunkan tingkat kemampuan kerja yang diberikan petugas kepada pasien di rumah sakit.

b. Ketanggapan petugas

Ketanggapan petugas berhubungan dengan aspek kesigapan dari petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien akan pelayanan yang diinginkan. Tingkat kesigapan dari petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi penilaian pasien atas mutu pelayanan yang diselenggarakan.

c. Kehandalan petugas

Kehandalan berhubungan dengan tingkat kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam menyelenggarakan dan memberikan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Tingkat kemampuan dan ketrampilan yang kurang dari tenaga kesehatan tentunya akan memberikan pelayanan yang kurang memenuhi kepuasan pasien sebagai standar penilaian terhadap mutu pelayanan. d. Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas

Fasilitas merupakan sarana bantu bagi instansi dan tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pasien di rumah sakit.

(4)

xxix Keadaan fasilitas yang memadai akan membantu terhadap penyelenggaraan pelayanan kepada pasien.

Menurut Djunaidi, et. al ( 2006 ) kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan dapat dilihat dari lima dimensi antara lain : a. Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, pegawai,

dan sarana komunikasi.

b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan.

c. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

d. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya maupun resiko.

e. Empaty, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.

B. Unit Gawat Darurat ( UGD ) 1. Pengertian unit gawat darurat

Unit Gawat Darurat merupakan salah satu unit di rumah sakit yang memberikan pelayanan kepada penderita gawat darurat dan

(5)

merupakan bagian dari rangkaian yang perlu diorganisir. Tidak semua rumah sakit harus mempunyai bagian gawat darurat yang lengkap dengan tenaga memadai dan peralatan canggih, karena dengan demikian akan terjadi penghamburan dana dan sarana. Oleh karena itu pengembangan unit gawat darurat harus memperhatikan dua aspek yaitu : sistim rujukan penderita gawat darurat dan beban kerja dalam menanggulangi penderita gawat darurat.

Suatu unit gawat darurat ( UGD ) harus mampu memperhatikan pelayanan dengan kualitas tinggi pada masyarakat dengan problem medis akut. Pelayanan unit gawat darurat harus mampu mencegah kematian dan cacat, melakukan rujukan, menanggulangi korban bencana.

2. Kriteria unit gawat darurat

Kriteria unit gawat darurat adalah : a) unit gawat darurat harus buka 24 jam, b) unit gawat darurat juga harus melayani penderita-penderita “false emergency” tetapi tidak boleh mengganggu/ mengurangi mutu pelayanan penderita gawat darurat, c) unit gawat darurat sebaiknya hanya melakukan “primary care”. Sedangkan “definitive care” dilakukan ditempat lain dengan cara kerja sama yang baik, d) unit gawat darurat harus meningkatkan mutu personalia maupun masyarakat sekitarnya dalam penanggulangan penderita gawat darurat, e) unit gawat darurat harus melakukan riset guna meningkatkan mutu/kualitas pelayanan kesehatan masyarakat sekitarnya ( Depkes RI, 1992 ).

(6)

xxxi C. Peran Perawat

1. Pengertian peran

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap kedudukan dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil (Ali, 2002).

Setiap peran memiliki 3 elemen, yaitu (Blais, 2006) : a. Peran Ideal

Peran ideal mengacu pada hak dan tanggung jawab terkait peran yang secara sosial dianjurkan atau disepakati.

b. Peran yang dipersepsikan

Peran yang mengacu pada bagaimana penerima peran (orang yang menerima peran) percaya dirinya harus berperilaku dalam peran tersebut.

c. Peran yang ditampilkan

Peran yang mengacu pada apa yang sebenarnya dilakukan oleh penerima peran.

2. Pengertian perawat

Perawat adalah tenaga profesional yang mempunyai pendidikan dalam sistem pelayanan kesehatan. Kedudukannya dalam sistem ini adalah anggota tim kesehatan yang mempunyai wewenang dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan (Kozier, Barbara, 1995).

(7)

Tugas pokok perawat menurut Kep Men PAN No 94 Th 2001 tentang jabatan fungsional perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan/kesehatan individu, keluarga, kelompok, masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan, serta pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian dibidang keperawatan/kesehatan.

3 fungsi perawat : fungsi keperawatan mandiri (independen), fungsi keperawatan ketergantungan (dependen), dan fungsi keperawatan kolaboratif ( interdependen ) ( Kozier, 1991 ).

3. Peran Perawat

Peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan kompetensi yang dimiliki ( Gaffar, 1999 ).

Perawat juga berperan sebagai advokat atau pelindung klien, yaitu membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari efek yang tidak diinginkan yang berasal dari pengobatan atau tindakan diagnostik tertentu. Peran inilah yang belum tampak dikembangkan institusi kesehatan di Indonesia, perawat masih sebatas menerima delegasi dari profesi kesehatan yang lain tanpa mempertimbangkan akibat dari tindakan yang akan dilakukan apakah aman atau tidak bagi kesehatan klien. Manajer kasus juga merupakan

(8)

xxxiii salah satu peran yang dapat dilakoni oleh perawat, disini perawat bertugas untuk mengatur jadwal tindakan yang akan dilakukan terhadap klien oleh berbagai profesi kesehatan yang ada di rumah sakit untuk meminimalisasi tindakan penyembuhan yang saling tumpang tindih dan memaksimalkan fungsi terapeutik dari semua tindakan yang akan dilaksanakan terhadap klien ( Potter dan Perry, 2005 ).

4. Peran Perawat di Rumah Sakit

Hasil Lokakarya Nasional 1983 dikutip oleh Ali, 2002 peran perawat mencakup :

a. Perawat sebagai pelaksana pelayanan kesehatan.

Perawat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan dari yang bersifat sederhana sampai yang paling kompleks, secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Ini merupakan peran utama dari perawat, dimana perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang professional, menerapkan ilmu atau teori, prinsip, konsep dan menguji kebenarannya dalam situasi nyata, apakah kriteria profesi dapat ditampilkan dan sesuai dengan harapan penerima jasa keperawatan. Masyarakat mengharapkan perawat mempunyai kemampuan khusus untuk menanggulangi masalah-masalah individu, keluarga, kelompok atau masyarakat. Perawat harus menguasai konsep-konsep dalam lingkup kesehatan dan melatih diri sehingga dapat memiliki kemampuan tersebut.

(9)

Kemampuan ini diperoleh selama masa pendidikan dan dimantapkan saat menjalankan tugasnya di sarana pelayanan kesehatan.

b. Perawat sebagai pengelola pelayanan dan institusi keperawatan. Perawat bertanggung jawab dalam hal administrasi keperawatan baik di masyarakat maupun di dalam institusi dalam mengelola pelayanan keperawatan untuk individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Perawat juga bekerja sebagai pengelola suatu sekolah atau program pendidikan keperawatan. Sebagai administrator bukan berarti perawat harus berperan dalam kegiatan administrasi secara umum. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan kesehatan tetap bersatu dalam profesi lain dalam pelayanan kesehatan. Setiap tenaga kesehatan adalah anggota potensial dalam kelompoknya dan dapat mengatur, merencanakan, melaksanakan dan menilai tindakan yang diberikan, mengingat perawat merupakan anggota profesional yang paling lama bertemu klien, maka perawat harus merencanakan, melaksanakan dan mengatur berbagai alternatif terapi yang harus diterima oleh klien. Tugas ini menuntut adanya kemampuan managerial yang handal dari perawat.

c. Perawat sebagai pendidik dalam keperawatan.

Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainnya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam

(10)

xxxv keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

d. Perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan. Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap rangsangan dari lingkungannya. Kegiatan ini dapat diperoleh melalui kegiatan riset atau penelitian. Penelitian pada hakikatnya adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan, menilai dan mempertimbangkan sejauh mana efektivitas tindakan yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian, perawat dapat menggerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu yang baru berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan, memanfaatkan media massa atau media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian dalam rangka : mengembangkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan khususnya pelayanan keperawatan pendidikan keperawatan dan administrasi keperawatan. Perawat juga menunjang pengembangan di bidang kesehatan dengan berperan serta dalam kegiatan penelitian kesehatan.

(11)

Adapun peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan adalah sebagai berikut :

a. Pemberi perawatan langsung ( care giver ) : perawat memberikan bantuan secara langsung pada klien dan keluarga yang mengalami masalah terkait dengan kebutuhan keamanan. b. Pendidik, perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan

kepada klien dan keluarga agar klien dan keluarga melakukan program asuahan kesehatan keluarga terkait dengan kebutuhan keamanan secara mandiri, dan bertanggung jawab terhadap masalah keamanan keluarga.

c. Pengawas kesehatan, perawat harus melakukan “home visit” atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kebutuhan keamanan klien dan keluarga.

d. Konsultan, perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah keamanan keluarga. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat maka hubungan perawat- keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.

e. Kolaborasi, perawat juga harus berkerja sama dengan lintas program maupun secara lintas sektoral dalam pemenuhan kebutuhan keamanan keluarga untuk mencapai kesehatan dan keamanan keluarga yang optimal.

(12)

xxxvii f. Fasilitator, perawat harus mampu menjembatani dengan baik terhadap pemenuhan kebutuhan keamanan klien dan keluraga sehingga faktor risiko dalam ketidak pemenuhan kebutuhan keamanan dapat diatasi.

g. Penemu kasus / masalah, perawat mengidentifikasi masalah keamanan secara dini, sehingga tidak terjadi injuri atau risiko jatuh pada klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan keamanannya.

h. Modifikasi lingkungan, perawat harus dapat memodifikasi lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat dalam menunjang pemenuhan kebutuhan keamanan.

5. Peran Perawat Secara Umum

Peran perawat menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1989 terdiri dari: a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan mempertahankan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Asuhan

(13)

keperawatan yang diberikan dari hal ini yang sederhana sampai dengan yang kompleks.

b. Peran sebagai advokat ( pembela pasien )

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien, keluarga dalam menginterprestasikan berbagi informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak – hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan yang sebaik – baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian. c. Peran sebagai edukator ( pendidik )

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

d. Peran sebagai koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

(14)

xxxix e. Peran sebagai kolaborator ( kerjasama )

Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari : dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lainnya dengan berupanya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

f. Peran sebagai konsultan ( penasihat )

Yaitu sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

g. Peran sebagai pembaharu ( peneliti )

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sitematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

6. Batasan Peran Keperawatan

Lima determinan yang saat ini membentuk batasan peran keperawatan: a. Kerangka teoritis dan konseptual mengidentifikasi konsep-konsep

keperawatan dan menyebutkan hubungan antar konsep-konsep tersebut. Kerangka kerja konseptual memberikan perawat suatu pemahaman mengenai penerima asuhan keperawatan, apa yang menjadi bagian dari kesehatan dan lingkungan, dan bagaiman hal ini mempengaruhi tujuan dan tindakan keperawatan.

(15)

b. Proses keperawatan, atau metode pemecahan masalah ilmiah standar yang digunakan perawat ditatanan klinis. Proses keperawatan menentukan tindakan keperawatan yang sesuai untuk setiap klien. c. Standar praktik keperawatan ditetapkan oleh profesi keperawatan.

Standar praktik berisi garis besar fungsi keperawatan dan tingkat mutu yang sangat baik yang dibutuhkan perawat. Standar ini juga menetapkan etika dan kewajiban legal perawat kepada klien dan orang pendukungnya, kepada pemimpin dan kepada masyarakat. d. Undang-undang praktik keperawatan atau hukum lisensi

keperawatan mengenai yurisdiksi khusus yang secara legal menetapkan cakupan praktik keperawatan.

e. Kode etik nasional dan internasional bagi perawat adalah landasan untuk praktik keperawatan. Kode etik menguraikan hubungan perawat dengan klien, orang-orang pendukung, kolega, pengusaha dan masyarakat.

7. Macam – macam fungsi peran perawat di unit gawat darurat menurut Aryatmo ( 1993 ) yaitu : a) Mengkaji kebutuhan perawatan penderita, keluarga dan masyarakat, serta sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan tersebut. b) Mengevaluasi hasil pelayanan keperawatan. c) Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari dan melaksanakan penelitian guna meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan ketrampilan, baik dalam praktek maupun dalam pendidikan keperawatan. d) Mengelola pelayanan perawatan di rumah

(16)

xli sakit. e) Mengutamakan perlindungan dan keselamatan penderita dalam melaksanakan tugas keperawatan. f) Memfasilitasi rujukan dalam rangka menyelesaikan rujukan masalah kegawat daruratan. g) Memberi pelayanan secara multi disiplin. h) Mendokumentasikan dan komunikasikan informasi tentang pelayanan yang telah diberikan serta kebutuhan untuk tindak lanjut. i) Mengatur waktu secara efisien walaupun informasi terbatas.

8. Standar praktik keperawatan

a. Pengertian standar keperawatan

Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya. Menurut CHS (1983) praktik keperawatan sebagai tindakan keperawatan profesional menggunakan pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar ( biologi, fisika, biomedik, perilaku, dan sosial ) dan ilmu keperawatan dasar, klinik dan komunitas sebagai landasan untuk melakukan asuhan keperawatan. Untuk memenuhi tuntutan dan mengikuti perkembangan yang terjadi, maka perawat perlu memilki pengetahuan, ketrampilan dan sikap profesional termasuk ketrampilan teknikal dan interpersonal.

(17)

ICN mendefinisikan praktik keperawatan sebagai cara untuk membantu individu atau kelompok mempertahankan atau mencapai kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan yang mengkaji status kesehatan klien, menetapkan diagnosa keperawatan, rencana, tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi yang diberikan.

Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat dan benar, yang dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta merupakan tolok ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat. Standar merupakan pertanyaan yang absah, model yang disusun berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan mengenai apa yang memadai dan sesuai, dapat diterima dan layak dalam praktik keperawatan. Standar praktik menguraikan apa yang harus dilakukan, mengidentifikasi tanggung jawab, dan pelaksanaan tanggung jawab tersebut (Nursalam, 2002). b. Tujuan standar keperawatan

Tujuan standar keperawatan menurut Gillies ( 1989 ) adalah 1) meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, 2) mengurangi biaya asuhan keperawatan, 3) melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik.

(18)

xliii c. Standar praktik keperawatan menurut Depkes RI, 1996 meliputi:

1. Standar 1, pengumpulan data tentang status kesehatan klien/pasien dilakukan secara sistematik dan berkesinambungan. Data dapat diperoleh, dikomunikasikan dan dicatat.

2. Standar 2, diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan.

3. Standar 3, rencana asuhan keperawatan meliputi tujuan yang dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan.

4. Standar 4, rencana asuhan keperawatan meliputi prioritas dan pendekatan tindakan keperawatan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan yang disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.

5. Standar 5, tindakan keperawatan memberikan kesempatan klien / pasien untuk berpartisipasi dalam peningkatan, pemeliharaan, dan pemulihan kesehatan.

6. Standar 6, tindakan keperawatan membantu klien / pasien untuk mengoptimalkan kemampuan untuk hidup sehat.

7. Standar 7, ada tidaknya kemajuan dalam pencapaian tujuan ditentukan oleh klien / pasien dan perawat.

8. Standar 8, ada tidaknya kemajuan dalam pencapaian tujuan memberi arah untuk melakukan pengkajian ulang, pengaturan kembali urutan prioritas, penetapan tujuan baru dan perbaikan rencana asuhan keperawatan.

(19)

D. Kerangka Teori

INPUT PROSES OUTPUT

Gambar 2.1 Kerangka Teori

(Nurrachmah, 2001; Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1989)

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dll). Didalam penelitian hanya terdapat satu variabel independent (bebas) yaitu peran perawat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.

Pelayanan keperawatan : 1. Visi, misi & tujuan

rumah sakit

2. Struktur organisasi & mekanisme kerja 3. Sumber daya manusia 4. Metoda penugasan 5. Sumber dan fasilitas

pendukung

6. Kesadaran & motivasi tenaga perawat 7. Komitmen pimpinan rumah sakit Peran Perawat : 1. Pemberi asuhan 2. Advokat (Pembela) 3. Edukator (Pendidik) 4. Koordinator 5. Kolaborator (kerjasama) 6. Konsultan (penasehat) 7. Pembaharu (peneliti) Peningkatan Mutu Pelayanan Keperawatan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Untuk orang-orang yang saat ini sedang duduk dan kesakitan di luar sana, jika saya ingin meringkas hidup saya dan meringkas apa yang dapat mereka lakukan dalam

(2) Dalam hal Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada Pasal 50 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidak diketahui atau lebih rendah dari NJOP yang

Kemudian yang sedang bersekolah pada sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) sebesar 17,96 persen pada usia tujuh sampai 15 tahun. Selanjutnya yang sedang

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Faktor pendukung dalam pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar untuk pembelajaran kelas V di SDN Tingal 1 adalah sarana dan prasaran yang berupa

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti bertujuan untuk menganalisis kontribusi dari variabel kinerja guru, sarana prasarana, dan layanan administrasi terhadap

Dalam rangka penelitian skripsi dengan judul Pengaruh Terpaan Tayangan Reportase Investigasi Trans TV terhadap Tingkat Kecemasan Masyarakat Sleman di Yogyakarta (Studi

Materi dari buku tidak dapat di copy paste Masih terdapat beberapa soal yang perlu perbaikan Masih perlu latihan untuk melueskan cara menerangkan materi Beberapa hal