14 BAB 1
PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan data statistik pada tahun 2014 baik di kota maupun di desa sebesar 544.870 jiwa, dengan total persentase 15,00 persen dimana persentase kota 13,81 persen dan desa 17,36 persen. Apabila dibandingkan dengan keadaan Maret 2013 sebesar 553.070 jiwa dengan total persentase 15,43 persen dimana persentase kota 13,43 persen dan didesa 19,29 persen. Maka garis kemiskinan selama satu tahun mengalami penurunan sebesar 0,43 persen. Jumlah penduduk miskin, yaitu jumlah penduduk yang konsumsinya berada dibawah garis kemiskinan pada September 2013 baik dikota maupun didesa adalah 15,03 persen. Jika dibandingkan dengan keadaan maret 2014 yang persentasenya adalah 15,00 persen, maka selama setengah tahun ini jumlah penduduk miskin yang konsumsinya dibawah garis kemiskinan mengalami penurunan sebesar 0,03 persen (Badan Pusat Statistik).
Salah satu yang sering dikemukakan tentang penyebab kemiskinan adalah perbedaan kesempatan dalam mendapatkan fasilitas. Masyarakat golongan miskin merasa tidak memiliki sesuatu yang bisa diandalkan untuk mendapatkan link dengan pihak-pihak yang berwenang. Sementara itu, masyarakat kaya dapat dengan mudah mendapatkan fasilitas karena posisi mereka sebagai pemilik kekayaan dan keterampilan atau kepandaian tertentu. Pembiaran fenomena ini akan semakin memupuk adanya kesenjangan distribusi pendapatan, golongan
15 yang kaya akan semakin kaya sedangkan yang miskin tidak dapat beranjak dari kemiskinannya.
Salah satu cara untuk mengimbangi ketimpangan distribusi pendapatan khususnya bagi masyarakat yang kurang mampu adalah dengan zakat produktif.
Islam mewajibkan dan menganjurkannya untuk merealisasikan keseimbangan pendapatan dimasyarakat (Chalil, 2009: 394). Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an tentang pengelolaan harta agar tidak hanya berada pada orang-orang kaya . Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hasyr Ayat 7 sebagai berikut:
Artinya: “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”(Q.S. Al-Hasyr: 7)
Masalah zakat ini adalah masalah klasik yang selalu menjadi impian orang muslim untuk mewujudkan keadilan sosial bagi kelompok miskin dan lemah.
Namun dalam kerangka teoritis zakat dapat menjelma menjadi suatu alat ukur pemikiran yang mewujudkan kesejahteraan sosial. Zakat merupakan ibadah dan kewajiban bidang harta benda dalam rangka mencapai kesejahteraan ekonomi dan
16 mewujudkan keadilan sosial. Zakat juga merupakan sarana atau tali pengikat yang kuat dalam mengingat hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan dan hubungan horizontal antara sesama manusia, khususnya antara yang kaya dengan yang miskin, dan saling memberi keuntungan moril maupun material, baik dari pihak penerima (mustahiq) maupun dari pihak pemberi (muzakki).
Menurut pendapat Cahyani (2011: 5) upaya untuk mentransformasikan peran zakat ini agar lebih memberikan manfaat pada masyarakat atau komunitas penerima zakat dengan kondisi ekonomi dan kesejahteraannya ada pada kategori miskin diantaranya melakukan praktek zakat secara produktif yaitu zakat produktif. Dilihat dari aspek legalitasnya yaitu pengakuan terhadap praktek distribusi zakat produktif yang mana telah tercantum dalam pasal 29 UU No. 38 tahun 1999 dan keputusan menteri agama RI No. 373 tahun 2003 yang mengatur zakat untuk produktif ditetapkan melalui 6 tahapan sebagai berikut: (a) melakukan studi kelayakan, (b) menetapkan jenis usaha produktif, (c) melakukan bimbingan dan penyuluhan, (d) melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan (e) mengadakan evaluasi dan (f) membuat laporan. Mengacu pada semua hal tersebut diharapkan pemanfaatan zakat produktif akan lebih terarah dan dapat dikendalikan secara maksimal baik oleh pemerintah atau Badan Amil Zakat (BAZ) dan Organisasi Pengelola Zakat(OPZ).
Kontribusi dari adanya implementasi pendayagunaan zakat secara produktif ini didukung oleh berbagai studi yang menunjukkan peran instrumen zakat produktif telah memberikan dampak perubahan berupa peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan penerima zakat (dhuafa). Dengan kata lain,
17 dapat diartikan bahwa zakat produktif ini bisa digunakan sebagai instrumen dalam pembangunan perekonomian terutama di daerah-daerah yang telah memiliki sistem untuk menerapkan zakat secara luas baik oleh BAZ (badan amil zakat) maupun OPZ (organisasi pengelola zakat).
Zakat yang diberikan kepada mustahiq akan berperan sebagai pendukung peningkatan ekonomi mereka apabila dikonsumsikan pada kegiatan produktif.
Pendayagunaan zakat produktif sesungguhnya mempunyai konsep perencanaan dan pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab kemiskinan, ketidakadaan moral kerja, dan kekurangan lapangan kerja, dengan adanya masalah tersebut maka perlu adanya perencanaan yang dapat mengembangkan zakat bersifat produktif tersebut (Ramdhani,2010: 5)
Pengembangan zakat bersifat produktif dengan cara disajikan dana zakat sebagai modal usaha, untuk pemberdayaan ekonomi penerimanya, dan supaya fakir miskin dapat menjalankan atau membiayai kehidupannya secara konsisten.
Dengan zakat tersebut fakir miskin akan mendapatkan penghasilan tetap, meningkatkan usaha, mengembangkan usaha serta mereka dapat menyisihkan penghasilannya untuk menabung.
Zakat produktif adalah salah satu bentuk penyaluran dana zakat yang telah banyak dikembangkan pada saat ini. Menurut pendapat Asnaini (2007) yang dikutip oleh Royyan menyebutkan zakat produktif adalah pemberian zakat yang dapat membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus dengan harta zakat yang telah diterimanya. Bentuk pemberian zakat produktif
18 sangat beragam diantanya dengan memberikan bantuan modal dalam bentuk uang atau barang produksi, pendirian Lembaga keuangan Mikro Syariah (LKMS).
Dompet dhuafa sebagai lembaga amil zakat nasional berupaya untuk ikut mensukseskan pencapaian kesetaraan pembangunan yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu, yang perlu diperhatikan dalam mengurangi kesenjangan yang ada yaitu dengan cara memberikan program-program pemberdayaan yang selalu dilakukan secara terpadu.
Dari adanya realistis empirik tentang praktik sosial berupa distribusi dana zakat produktif inilah yang menjadi ketertarikan penulis lebih lanjut untuk melakukan kajian mengenai “Pemanfaatan Zakat Produktif Dalam Meningkatkan Pendapatan Mustahik (Studi Kasus Program Warung Beres Dompet Dhuafa Yogyakarta)”.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas maka penelitian ini membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
Pemberdayaan masyarakat miskin melalui penyaluran zakat dalam bentuk zakat produktif semakin meningkat.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Agar diperoleh hasil penelitian yang sangat mendalam dari obyek yang diteliti, maka penulis akan lebih menfokuskan dan merumuskan penelitian ini dalam beberapa masalah:
1. Apakah pendistribusian zakat produktif telah tepat sasaran?
19 2. Apakah terdapat perbedaan tingkat pendapatan mustahik sebelum dan sesudah
menerima zakat produktif?
3. Apakah zakat produktif ini bisa merubah dari miskin menjadi tidak miskin?
4. Bagaimana peran pengelola terhadap monitoring zakat produktif yang disalurkan?
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk menganalisis ketepatan sasaran dalam pendistribusian dana zakat.
2. Untuk menganalisis perbedaan tingkat pendapatan mustahik sebelum dan sesudah menerima zakat produktif.
3. Untuk menganalisis sejauh mana zakat produktif mampu mengubah dari miskin menjadi tidak miskin.
4. Untuk menganalisis peran pengelola dalam melakukan monitoring zakat produktif yang disalurkan.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Dalam memperkaya khasanah keilmuan dalam bidang ekonomi Islam dan pengembangan penelitian mengenai zakat produktif yang mana masalah ini masih jarang sekali diangkat oleh para penulis, dan penelitian ini diharapkan dapat merangsang penelitian lain yang sejenis dimasa mendatang sekaligus menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada pada penelitian ini.
20 2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang sangat berarti bagi pihak-pihak yang terkait.
b. Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan motivasi kepada para muzakki dan masyarakat yang belum menunaikan zakat agar sadar akan pentingnya zakat.
c. Dengan memahami serta mengetahui pentingnya zakat serta berdampak baik terhadap perekonomian umat, nantinya diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah, organisasi pengelola zakat (OPZ) dan lain-lain. Agar terus menggalakkan penghimpunan dana zakat agar nantinya dapat diberdayakan kepada umat yang membutuhkan.
1.6. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir adalah sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara krisis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antara variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis (Sugiyono, 2008: 89).
21 Gambar 1.1
Kerangka Berfikir
1.7. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang zakat telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu, akan tetapi yang fokus untuk membahas zakat produktif masih sedikit.
Berikut ini terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas terkait dengan masalah zakat.
Pertama, Djayusman 2010 dengan judul Investasi zakat dan pengaruhnya
terhadap peningkatan pendapatan dan produktivitas dhuafa buruh tani (studi kasus baitul maal desa dompet dhuafa Yogyakarta tahun 2009). Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi dan menganalisis model investasi zakat sebagai alternative pengelolaan dana zakat secara produktif di BMD Dompet Dhuafa Yogyakarta, menganalisis perubahan dan membandingkan pendapatan dhuafa buruh tani sebelum dan sesudah mengikuti program pertanian BMD, dan menganalisis besarnya pengaruh luas lahan, pengelolaan, pendampingan dan total
Pendapatan sebelum
Swasta
Penerima Zakat
Penerima Zakat
Miskin Tidak Miskin Pendapatan Sebelum
Pendapatan Sesudah
Miskin atau Tidak Miskin Pendapatan Sebelum
Peran Pengelola Penerima Zakat
Meningkat atau Tidak
Pendapatan Sesudah
22 biaya secara serentak dan secara parsial mempengaruhi pendapatan produksi padi dhuafa buruh tani peserta program pertanian BMD.
Kedua, Aji 2010 dengan judul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pemanfaatan lembaga amil zakat al-Ihsan jawa tengah cabang utama solo, 2009.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kekuatan hubungan dan pengaruh fisik terhadap kepercayaan muzakki pada LAZiS, menganalisis kekuatan hubungan dan pelayanan lembaga terhadap kepercayaan muzakki pada LAZiS, menganalisis kekuatan hubungan dan pengaruh komunikasi lembaga terhadap kepercayaan muzakki pada LAZiS, dan menganalisis pengaruh fisik, pelayanan dan komunikasi lembaga secara bersama-sama terhadap kepercayaan muzakki pada LAZiS. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian korelasi, yang mana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan diantara variabel-variabel tanpa mempengaruhi variabel-variabel yang diteliti.
Ketiga, Hasibuan 2011 dengan judul Analisis distribusi zakat dan
pengaruhnya terhadap pemberdayaan masyarakat (studi kasus dompet dhuafa Yogyakarta dan jejaringnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kebijakan program distribusi zakat DJJ, untuk menganalisis upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh DJJ dalam memberdayakan masyarakat, untuk menganalisis besarnya dampak distribusi dana zakat terhadap pemberdayaan masyarakat.
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode triangulasi, yang mana metode ini merupakan perpaduan antara metode kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan. Dengan kesimpulan bahwa
23 program distribusi zakat DDJ adalah untuk program sosial dan Charity seperti program pendidikan dan dakwah, program kesehatan dan program ekonomi.
Keempat, Hasanah 2013 dengan judul Analisis pengaruh layanan lembaga
amil zakat terhadap kepercayaan muzakki (studi kasus pada lembaga amil zakat dompet dhuafa Yogyakarta). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis strategi yang digunakan dalam pemasaran lembaga amil zakat dompet dhuafa Yogyakarta dan posisi strategi yang diguankan, menganalisis respon atau tanggapan muzakki terhadap strategi yang digunakan oleh lembaga amil zakat dompet dhuafa Yogyakarta, dan menganalisis pengaruh yang ditimbulkan dari strategi yang digunakan oleh lembaga amil zakat dompet dhuafa Yogyakarta terhadap kepercayaan muzakki. Dengan kesimpulan bahwa kualitas jasa sangat berpengaruh terhadap kepuasan atau kepercayaan muzakki. Dalam penelitian ini yang mana diukur dengan CARTER, telah menunjukkan bahwa variabel reliability menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kepercayaan muzakki
Kelima, Pambudi 2014 dengan judul Peranan Zakat produktif Dalam
Memberdayakan Masyarakat Miskin (Studi Kasus Pada Badan Amil Zakat (BAZ) Kab. Kebumen). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh zakat produktif dana bergulir, pengawasan dan pendampingan dari badan amil zakat (BAZ) kabupaten kebumen terhadap penghasilan, konsumsi, tabungan dan infak penerima program tersebut. Dan menganalisis penghasilan, konsumsi, tabungan dan infak mustahiq sebelum menerima program dan setelah menerima program zakat produktif dana zakat bergulir. Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif ekplanasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu
24 generalisasi sampel terhadap populasinya atau menjelaskan hubungan, perbedaan atau pengaruh satu variabel dengan variabel lainnya.
Penelitian ini mempunyai beberapa perbedaan dengan penelitian yang sebelumnya. Perbedaannya yakni yang pertama adalah pada tempat penelitian yakni Dompet Dhuafa Yogyakarta, walaupun terdapat 2 dari 5 penelitian diatas juga di Dompet Dhuafa. Kedua, peneliti lebih fokus kepada ketepatan sasaran pendistribusian zakat produktif. Ketiga, metode analisis yang digunakan adalah uji beda 2 rata-rata dan hanya mendeskriptifkan.
1.8. Sistematika Pembahasan
BAB I : Pendahuluan. Berisi tentang pendahuluan yang menggambarkan bentuk, isi, yang diajarkan dalam; latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka berfikir, keaslian penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II : Landasan Teori. Merupakan bab yang memberikan pemahaman serta gambaran tentang tinjauan pustaka, landasan teotri yang terdiri dari kajian teori tentang zakat, kajian teori tentang pemberdayaan masyarakat, kajian teori tentang kemiskinan, dan kajian teori tentang kewirausahaan.
BAB III : Metode Penelitian. Menguraikan secara detail tentang metode penelitian yang digunakan dalam menjawab setiap masalah yang ada.
Bab ini terdiri dari jenis penelitian, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, tahap pengolahan data dan metode analisis data.
25 BAB IV : Gambaran Umum Dompet Dhuafa. Menjelaskan tentang Gambaran umum Dompet Dhuafa Yogyakarta yang terdiri dari letak geografis, Sejarah dompet dhuafa, visi dan misi, struktur organisasi tugas pokok dan fungsinya, program-program, perkembangan.
BAB V : Hasil Penelitian Dan Pembahasan. Merupakan inti dari penelitian dengan menguraikan data-data yang telah diolah sehingga terlihat hasil akhir dari penelitian ini.
BAB VI : Kesimpulan dan Saran. Merupakan bab terakhir, yaitu bab penutup yang berisi kesimpulan dari seluruh masalah yang telah dibahas dan saran bagi pihak-pihak yang terkait sesuai dengan hasil penelitian yang ada yang diharapkan dapat memberikan masukan sebagai tindak lanjut dari penelitian ini