• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Revolusi Indonesia Volume 1, No. 4, Maret 2021 p-issn: , e-issn:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Revolusi Indonesia Volume 1, No. 4, Maret 2021 p-issn: , e-issn:"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), DAN EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATU BARA YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE TAHUN 2014-2018

Kireyna Eka Dhian Rahmawati dan Jojok Dwiridotjahjono

Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur, Indonesia Email: kireynaekadhian@yahoo.co.id dan dwiridotjahjono_jojok@upnjatim.ac.id

INFO ARTIKEL ABSTRAK Diterima

17 Februari 2021

Profitabilitas perusahaan meliputi Return On Assets, Return On Equity dan Earning Per Share menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi. Return On Assets, Return On Equity dan Earning Per Share yang dimiliki tiap perusahaan memiliki pengaruh terhadap harga saham, semakin meningkat rasio profitabilitas maka akan semakin baik harga saham yang diperoleh perusahaan.

Terkait hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh Return On Assets, Return On Equity dan Earning Per Share terhadap harga saham. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.

Objek penelitian ini adalah harga saham perusahaan Pertambangan Batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini memiliki populasi yang berjumlah 20 perusahaan dengan teknik penarikan sampel menggunakan metode sampel jenuh. Teknik analisis menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Uji hipotesa menggunakan uji F dan uji t.

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa pengujian secara simultan (Uji F), menyatakan bahwa variabel Return On Assets (X1), Return On Equity (X2), dan Earning Per Share (X3) berpengauh signifikan terhadap Harga Saham (Y) perusahaan Pertambangan Batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014- 2018. Secara parsial, hanya variabel Earning Per Share (X3) yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Kata kunci:

return on assets (ROA), return on equity (ROE), earning per share (EPS), harga saham

Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tambang terbesar di dunia. Dari beberapa hasil tambang yang ada di Indonesia, batu bara merupakan salah satu hasil

(2)

tambang terbesar bahkan termasuk 10 besar di dunia. Indonesia merupakan salah satu produsen batu bara terbesar didunia pada tahun 2016, Indonesia berada di posisi ke-5 terbesar setelah India. Pertambangan batu bara terdapat di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

Salah satu dari industri batu bara di Indonesia yaitu PT. Adaro Energy Tbk yaitu merupakan Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak di bidang pengangkutan batu bara dan penambangan, sedangkan anak perusahaan PT. Adaro Energy Tbk yang bergerak di bidang penambangan batu bara, perdagangan batu bara, jasa kontraktor penambangan, dan aktivitas pembangkit.

tenaga listrik. Kantor pusat PT. Adaro Energy Tbk terletak di Jakarta. PT. Adaro Energy Tbk sangat menguntungkan karena penjualan mereka 78% untuk diekspor.

Hasil tambang batu bara telah berkontribusi besar dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia dari segi pendapatan negara dan pembukaan lapangan pekerjaan. Dapat diketahui bahwa batu bara merupakan sumber kekayaan yang melimpah di Indonesia yang memiliki banyak manfaat sehingga sangat penting untuk dijaga kelestariannya. Melihat dari besarnya kontribusi yang telah diberikan sektor pertambangan batu bara tersebut seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, perusahaan-perusahaan sektor pertambangan batu bara kini telah membuka sarana investasi atau menjual sahamnya agar dapat mengembangkan bisnisnya lebih baik lagi. Untuk itu, kinerja perusahaan-peruhasaan batu bara dituntut untuk selalu optimal dalam meningkatkan profitabilitas sehingga dapat meyakinkan investor untuk membeli sahamnya. Semakin baik kinerja perusahaan dalam menghasilkan atau meningkatkan keuntungan tentu akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut.

Harga saham yang terdapat di bursa efek tidak bersifat statis atau tetap, tetapi nilai harga suatu saham akan selalu mengalami kenaikan dan penurunan atau biasa disebut mengalami fluktuasi harga saham. Kenaikan dan penurunan harga saham dipengaruhi oleh berbagai faktor, dari faktor internal maupun eksternal. Pada intinya, faktor yang mempengaruhi harga saham dapat digolongkan menjadi 3 katagori, yaitu faktor fundamental, faktor teknis dan faktor sosial, ekonomi dan politik. Faktor tersebut secara simultan atau bersamaan akan membentuk kekuatan pasar yang memiliki pengaruh terhadap aktivitas saham perusahaan, sehingga harga saham perusahaan akan mengalami kenaikan harga atau penurunan. Dari ketiga faktor tersebut, faktor fundamental merupakan faktor yang memiliki peranan penting dalam mempengaruhi harga saham, dimana faktor fundamental ini mendeskripsikan dan menganalisis potensi manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan. Peningkatan harga saham akan memberikan gambaran nilai perusahaan yang semakin meningkat pula, baik dari sudut internal maupun eksternal perusahaan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan tersebut.

Menurut Ang dalam (Setiawan, 2011) harga saham adalah nilai saham yang ditentukan oleh kekuatan jual beli saham pada mekanisme pasar tertentu dan juga merupakan harga jual dari investor yang satu ke investor lainnya.

(3)

(Husnan, 2005), saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.

(Nurhasanah, 2014) mengatakan bahwa harga saham yang cukup tinggi memberikan keuntungan, yaitu berupa gain dan citra yang lebih baik bagi perusahaan sehingga memudahkan bagi manajemen untuk mendapatkan dana dari luar perusahaan.

Laporan keuangan perusahaan akan dijadikan sebagai bahan analisis fundamental, sebuah kegiatan yang investor lakukan untuk melakukan penilaian terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan melalui laporan keuangan. Dalam hal ini, rasio profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dari usahanya.

Menurut laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya dan menelaah masing-masing dari unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. Menurut (Hery, 2015) komponen laporan keuangan meliputi laporan laba-rugi, laporan ekuitas pemilik, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan.

Dalam rasio profitabilitas terdapat beberapa rasio keuangan yaitu ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity) dan EPS (Earning Per Share). ROA (Return On Asset) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih atau keuntungan bersih yang didapatkan dari penggunaan aktiva. Dengan demikian, semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik juga produktivitas aset dalam memperoleh keuntungan bersih.

Hal ini tentu akan meningkatkan daya tarik perusahaan terhadap investor. Dengan meningkatnya daya tarik perusahaan melalui peningkatan produktivitas dalam memperoleh keuntungan bersih tentu akan menjadikan perusahaan tersebut semakin dipercaya dan diminati investor, karena investor akan mendapatkan deviden yang besar atau menguntungkan. ROE (Return On Equity) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal perusahaan itu sendiri. Rasio ini menggambarkan berapa persen laba bersih yang didapatkan dengan mengukur dari modal sendiri. Semakin tinggi nilai rasio ini tentu akan semakin baik, karena bila ROE (Return On Equity) lebih dari 0%, secara otomatis dapat diartikan perusahaan tersebut mengalami surplus, hal ini tentu dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Sedangkan EPS (Earning Per Share) merupakan rasio keuangan perusahaan yang mengukur kemampuan perusahaan tiap atau per lembar saham dalam menghasilkan laba atau keuntungan bagi perusahaan. Dengan demikian, semakin tinggi nilai pertumbuhan rasio EPS (Earning Per Share), tentu akan menggambarkan semakin baik pula kinerja perusahaan dalam meningkatkan laba atau keuntungan perusahaan.

(4)

Sebagai negara yang memiliki kekayaan sangat melimpah, komoditas pertambangan merupakan salah sektor andalan pemerintah Indonesia sebagai sumber pendapatan dan devisa negara. Industri pertambangan Indonesia meliputi batubara, biji besi, emas, nikel, timah, aspal dan lain-lain. Dapat dikatakan bahwa hampir setiap lini kehidupan negara ini secara tidak langsung berhubungan atau dipengaruhi oleh sektor pertambangan yang juga menjadi penyedia lapangan pekerjaan. Direktur Pembinaan Program Minerba Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Batu Bara (Minerba) mengatakan bahwa tahun lalu PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) mineral dan batu bara (minerba) mencapai Rp. 50 triliun. Angka ini mencapai 156%

dari target yang ditetapkan dalam APBN, yakni Rp. 32,1 triliun. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) kontribusi sektor pertambaangan pada PDB Indonesia 2018 meningkat sebesar 8,03%. Disamping itu, manfaat lain dari pertambangan dalam kehidupan sehari-hari juga dapat ditemukan seperti batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik, alumunium untuk industri pembungkus atau alat rumah tangga, besi dan baja untuk infrastruktur, dan masih banyak lagi. “Begitu besarnya potensi sektor pertambangan di Indonesia, hingga sektor ini menjadi salah satu penyumbang utama PNBP di APBN kita” kata ketua Indonesian Mining Association (IMA) Ido Hutabarat.

Dengan demikian kinerja profitabilitas perusahaan pertambangan Indonesia harus dapat bersaing secara maksimal, oleh karena itu penerapan ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity) dan EPS (Earning Per Share) di Indonesia perlu dilakukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba juga untuk mengetahui bagaimana tingkat efektifitas perusahaan dalam mengelola dan mengoptimalkan sumber-sumber yang dimilikinya sehingga pada akhirnya nanti dapat diketahui sejauh mana Indonesia dapat bersaing dengan negara lain dilihat dari perbandingan rasio keuangan perusahaan tersebut.

Besarnya Return On Assets (ROA) menunjukkan bagaimana perusahaan mampu menyeimbangkan struktur permodalan sehingga bisa menarik investor berinvestasi.

Pergerakan nilai Return On Assets (ROA) naik ataupun turun belum bisa dijadikan acuan bagi investor untuk menilai kinerja suatu perusahaan. Sedangkan harga saham merupakan salah satu ukuran indeks prestasi perusahaan, yaitu seberapa jauh manajemen telah berhasil mengelola perusahaan atas nama pemegang saham.

Terdapat peningkatan dan penurunan (fluktuasi) harga saham dan Return On Assets (ROA) disetiap masing-masing perusahaan. Perusahaan yang memiliki saham tertinggi dapat menjadi daya tarik para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.

Berdasarkan data-data dan uraian diatas, peneliti tertarik mengangkat judul

“Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan Batu Bara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Tahun 2014-2018”. Peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian Perusahaan Pertambangan Batu Bara periode 2014-2018, dikarenakan data yang tertera di Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya terdapat 5 tahun terakhir yang di audit di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau www.idx.com.

(5)

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian yang menggunakan metode kuantitatif.

Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang menggunakan proses data-data yang berupa angka sebagai alat menganalisis dan melakukan kajian penelitian, terutama mengenai apa yang sudah di teliti (Muhammad, 2008). Dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ROA, ROE, EPS terhadap Harga Saham.

Menurut (Sugiyono, 2013) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi yaitu mengkopi, mencatat, mempelajari dan menganalisa Financial Data and Ratio dari Bursa Efek Indonesia yang terdiri dari Laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi perusahaan pertambangan batu bara pada periode 31 Desember 2014 sampai dengan periode 31 Desember 2018.

Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi Klasik a. Multikolinieritas

Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolenieritas dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor (VIF). Sebagaimana tertera dalam tabel dibawah ini:

Tabel 1

Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF

1

(Constant)

ROA .111 8.997 ROE .117 8.519 EPS .422 2.368 a. Dependent Variable:

HargaSaham

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa hasil pengujian multikolinieritas melalui VIF diperoleh hasil nilai VIF untuk variabel ROA (X1), ROE (X2), dan EPS (X3) tidak ada yang lebih besar dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi ini tidak terjadi gejala multikolinieritas.

b. Autokorelasi

(6)

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara kesalahan pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).

Untuk mendeteksi gejala autokorelasi dapat menggunakan uji Durbin- Watson.

Tabel 2

Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson Model Summaryb Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin- Watson 1 0,818a 0,671 0,659 0,6024631 1,034 a. Predictors: (Constant), EPS, ROA, ROE

b. Dependent Variable: HargaSaham

Berdasarkan tabel pengujian diatas dapat diketahui bahwa nilai Durbin- Watson sebesar 1,034 yang berarti nilai tersebut terletak diantara -4 sampai +4. Maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi ini tidak terjadi autokorelasi

c. Heterokedasitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat ketidaksamaan varians dari satu residual observasi ke satu residual observasi lainnya.

Gambar 1 Diagram Scatterplot

Pada penelitian ini setelah dilakukan uji heterokodestisitas, maka hasilnya menunjukkan bahwa hubungan antara Regression Studentized Residual dan Regression Standarized Value yang berupa titik-titik terlihat membentuk pola yang kurang jelas, tetapi cukup tersebar secara merata dan tidak terkumpul pada satu tempat saja seperti yang terlihat pada gambar diatas. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada penelitian ini tidak terjadi gejala heterokodestisitas sehingga model regresi yang digunakan layak dipakai.

d. Normalitas

(7)

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dependen dan variabel independen dalam model regresi berdistribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dan diamati dari kurva plot, yaitu jika data menyebar di sekitar garis diagonal maka data dapat dikategorikan berdistribusi normal.

Gambar 2 Diagram Normalitas

Dari gambar diatas dapat dikatakan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas terpenuhi.

2. Regresi Linier Berganda

Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dari perhitungan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 3

Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 3,930 .267 14.732 .000

ROA .050 .262 .044 .189 .850

ROE -.553 .247 -.504 -2.242 .027

EPS .681 .088 .915 7.716 .000

R = .818a

R Square = 0.671

a. Dependent Variable: HargaSaham

Dari hasil perhitungan diatas, maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 +β2X2 +β3X3 + e

Y = 3,930 + 0,50X1 – 0,553X2 + 0,681X3 + e

Sehingga dari persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

(8)

a) Konstanta (β0) sebesar 3,930 menunjukan bahwa apabila variabel bebas : 3,930 maka variabel terikat adalah sebesar 3,930.

b) Jika koefisien regresi untuk Return On Assets (X1) sebesar 0,50 menunjukkan bahwa jika Return On Assets (X1) ditingkatkan sebesar 1 satuan, maka Harga Saham akan diturunkan sebesar 0,50.

c) Jika koefisien regresi untuk Return On Equity (X2) sebesar -0,553 menunjukkan bahwa jika Return On Equity (X2) ditingkatkan sebesar 1 satuan, maka Harga Saham akan ditingkatkan sebesar -0,553.

d) Jika koefisien regresi untuk Earning Per Share (X3) sebesar 0,681 menunjukkan bahwa jika Earning Per Share (X3) ditingkatkan sebesar 1 satuan, maka Harga Saham akan ditingkatkan sebesar 0,681.

e) e menunjukkan variabel pengganggu atau standard error di luar model yang diteliti. Nilai koefisien determinasi atau R2 digunakan untuk mengukur seberapa besar presentase variabel bebas yang digunakan dalam model dapat mempengaruhi variabel terikat (Y) yaitu Harga Saham. Dari hasil analisis regresi diperoleh nilai R2= 0,671 yang berarti bahwa sebesar 67,1% harga saham dapat dipengaruhi oleh variabel Return On Assets (X1), Return On Equity (X2), dan Earning Per Share (X3). Sedangkan sisanya 32,9%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

3. Pengujian Hipotesa Secara Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh dari semua variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan atau bersama. Berikut adalah hasil pengujian hipotesa secara simultan variabel Return On Assets (X1), Return On Equity (X2) dan Earning Per Share (X3) terhadap Harga Saham (Y) dengan menggunakan uji F.

Tabel 4 Hasil Uji F ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 26,3251985175151 3 8,77506617250502 24,176 .000b Residual 34,8443268827965 96 0,362961738362463

Total 61,1695254003115 99 a. Dependent Variable: HargaSaham

b. Predictors: (Constant), EPS, ROE, ROA

Penjelasan tabel diatas menyatakan bahwa hasil perhitungan uji F sebagai berikut :

a. Ho : β1 = β2 = β3 = 0

Hipotesa nol menyatakan bahwa variabel Return On Assets (X1), Return On Equity (X2), dan Earning Per Share (X3) secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh terhadap Harga Saham (Y).

(9)

H1 : β1 ≠ β 2 ≠ β3 ≠ 0

Hipotesa satu menyatakan bahwa variabel Return On Assets (X1), Return On Equity (X2), dan Earning Per Share (X3) secara bersama- sama mempunyai pengaruh terhadap Harga Saham (Y).

b. Menentukan level of significant (α) dan derajat kebebasan dengan rumus df1

= k – 1 dan df2 = n – k, dimana taraf signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan df1 = 3 dan df2 = 96 sehingga diperoleh Ftabel = 2,70. Dari c. Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Uji F

Fhitung (24,176) > Ftabel (2,70) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti variabel Return On Assets (X1) Return On Equity (X2), dan Earning Per Share (X3) secara simultan mempunyai pengaruh terhadap Harga Saham (Y) perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2014- 2018.

4. Pengujian Hipotesa Secara Parsial (Uji T)

Uji T digunakan untuk mengetahui apakah secara parsial variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Berikut adalah hasil pengujian hipotesa secara parsial variabel Return On Assets (X1), Return On Equity (X2), dan Earning Per Share (X3) terhadap Harga Saham (Y) dengan menggunakan uji T.

Tabel 5 Hasil Uji T Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 3,930 0,267 14,732 .000

ROA 0,050 0,262 0,044 0,189 .850

ROE -0,553 0,247 -0,504 -2,242 .027

EPS 0,681 0,088 0,915 7,716 .000

a. Dependent Variable: HargaSaham

Penjelasan tabel diatas menyatakan bahwa hasil perhitungan uji t sebagai berikut:

a. H0 : β1 = β2 = β3 = 0

Artinya variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Harga Saham (Y).

H1 : β1 ≠ β 2 ≠ β3 ≠ 0

Artinya variabel bebas secara parsial berpengaruh terhadap variabel terikat Harga Saham (Y).

(10)

b. Menentukan level of significant (α) dengan rumus Df = n – k , dimana taraf signifikansi 0,05 : 2 = 0,025 (uji dua sisi) dengan derajat kebebasan (df) = 96, sehingga diperoleh ttabel = 1,984.

c. Pengujian terhadap masing-masing variable 1. Uji Parsial Return On Assets (X1)

2. Uji Parsial Return On Equity (X2) 3. Uji Parsial Earning Per Share (X3) B. Pembahasan

1. Pembahasan Regresi Linier Berganda

Berdasarkan hasil penelitian analisis regresi linier berganda pada penelitian yang berjudul ‘Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan Batu Bara Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Tahun 2014-2018’ didapatkan Konstanta (β0) sebesar 3,930 yang menunjukkan bahwa variabel bebas : 0 maka variabel terikat adalah sebesar 3,930. Serta diperoleh R2

= = 0,671 yang berarti bahwa sebesar 67,1% harga saham dapat dipengaruhi oleh variabel Return On Assets (X1), Return On Equity (X2), dan Earning Per Share (X3). Sedangkan sisanya 32,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Harga saham juga dapat dipengaruhi faktor lain seperti kondisi perusahaan, naik turunnya mata uang, dan kebijakan pemerintah.

2. Pembahasan Uji F

Analisis yang telah dilakukan yaitu hasil uji F atau uji simultan yang menunjukkan bahwa nilai Fhitung (24,176) > Ftabel (2,70) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel Return On Assets (X1), Return On Equity (X2) dan Earning Per Share (X3) secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap harga saham (Y) perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI periode 2014-2018. Hal ini menjelaskan bahwa naik turunnya harga saham dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan yaitu Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih dari penggunaan aktiva. Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri, sedangkan Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dalam bentuk jumlah tiap lembar saham, sehingga ketiga variabel tersebut saling berkaitan dan mempunyai pengaruh jika diuji secara bersama-sama, karena para investor tidak hanya melihat dari satu sisi saja, melainkan ketiga sisi tersebut dalam hal mengambil keputusan dalam berinvestasi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Fahmi (2012:89) yang mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham. Faktor-faktor tersebut dimasukkan ke dalam faktor fundamental yang berasal dari lingkungan internal perusahaan,

(11)

antara lain pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS). Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Dorothea Ratih, Apriatni E.P, Saryadi (2013) yang berjudul “Pengaruh EPS, PER, DER, ROE Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2012”, hasil pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan pada Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Debt Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham. Dengan demikian analisis rasio ini penting bagi pemegang saham dengan begitu pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dan perusahaan mana saja yang baik dan pantas untuk dijadikan target investasi.

3. Pembahasan Uji t

Sedangkan analisis uji t atau secara parsial yang telah dilakukan dapat diketahui variabel Return On Assets (X1) memiliki nilai thitung (0,189) < ttabel (1,984). Hal ini berarti Return On Assets (X1) berpengaruh tidak signifikan secara parsial terhadap Harga Saham. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Lestari dan Sugiharto (2010:196) yang mengatakan bahwa Return On Assets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Return On Assets hanya menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan nilai aktiva suatu perusahaan, namun kurang menggambarkan perkembangan dan prospek perusahaan sehingga para investor tidak terlalu memperhitungkan Return On Assets sebagai pertimbangan investasinya.

Analisis uji t atau secara parsial yang telah dilakukan dapat diketahui variabel Return On Equity (X2) memiliki nilai thitung (-2,242) < ttabel (1,984).

Hal ini berarti Return On Equity (X2) berpengaruh tidak signifikan secara parsial terhadap Harga Saham. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Sutrisno (2012:255) yang mengatakan bahwa Return On Equity memberikan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham dengan modal sendiri yang dimiliki. Tidak berpengaruhnya Return On Equity terhadap harga saham juga mengindikasikan bahwa sebagian besar investor tidak hanya melihat dari satu sisi saja, karena Return On Equity hanya menggambarkan modal perusahaan tersebut, sehingga dalam mempertimbangkan pembelian saham tidak hanya mempertimbangkan nilai Return On Equity tetapi juga mempertimbangkan faktor eksternal seperti naik turunnya mata uang, kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah dan isu-isu global.

Analisis uji t atau secara parsial yang telah dilakukan dapat diketahui variabel Earning Per Share (X3) memiliki nilai thitung (7,716) > ttabel (1,984).

Hal ini berarti Earning Per Share (X3) berpengaruh secara signifikan secara parsial terhadap Harga Saham. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan

(12)

oleh Kasmir (2013:206) yang mengatakan bahwa Earning Per Share (EPS) menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Semakin tinggi Earning Per Share (EPS), berarti performance perusahaan semakin baik dalam menghasilkan keuntungan bersih setiap lembar sahamnya, sehingga saham pun akan diminati oleh para investor dan harga jualnya akan naik.

Kesimpulan

Berdasarkan uji analisis secara simultan dan parsial, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara simultan variabel Return On Assets (X1), Return On Equity (X2), dan Earning Per Share (X3) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham (Y) pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Hasil analisis pengujian hipotesa Uji t secara parsial, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Secara parsial variabel Return On Asset (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham (Y) pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

b. Secara parsial variabel Return On Equity (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham (Y) pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

c. Secara parsial variabel Earning Per Share (X3) berpengaruh signifikan terhadap harga saham (Y) pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

(13)

BIBLIOGRAFI

Hery, S. E. (2015). Analisis Kinerja Manajemen. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Husnan, S. (2005). Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. In Yogyakarta:

UPP STIM YKPN (Edisi 4).

Muhammad, K. (2008). Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian. Malang. Malang Press.

Nurhasanah, R. (2014). Pengaruh Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham. Skripsi. Bandung: Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

Setiawan, R. (2011). Pengaruh Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Price to Book Value (PBV) Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2007-2009. Universitas Negeri Semarang.

Sugiyono, P. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:

Alfabeta.

Gambar

Gambar 2  Diagram Normalitas

Referensi

Dokumen terkait

Sebaiknya pengelolah jaringan universitas Bina Darma menggunakan Intrusion Detection System (IDS) untuk lebih meningkatkan keamanan jaringan, baik jaringan internet

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi (jenis pupuk dan dosis pupuk) dan jenis pupuk kompos yang diberikan tidak memberikan pengaruh yang nyata

Dengan tambahan dana yang dipohon, kami harap dapat meningkatkan jualan hidup dan daging segar serta meneruskan perancangan untuk jualan masakan, jualan baja dan hasilan

Hasil analisis dari matriks driver power-dependence terhadap elemen kebutuhan untuk terlaksananya program pengelolaan optimal PPI ada dua subelemen kunci (sektor IV)

Di antara budayanya adalah sumang yang merupakan sistem budaya yang telah berakar dalam masyarakat Gayo sebagai pola dasar dan landasan hidup, baik dalam pergaulan, kekerabatan,

bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, kemandirian daerah, dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang cukup baik serta masih terdapat

Selain menerima penghasilan tetap sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, tunjangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, dan tambahan tunjangan penghasilan sebagaimana dimaksud

Bank adalah salah satu jenis usaha yang berhubungan dengan menabung, perputaran uang, deposito dan lainnya. Menurut Sigit dan Totok 2006;5 bank adalah lembaga