TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi
Bimbingan dan Konseling
oleh
Ahmad Rofi Suryahadikusumah NIM 1302817
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
|
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar.” (Terjemahan QS Ali-Imran [03]: 104)
FM Bandung)
oleh
Ahmad Rofi Suryahadikusumah
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana
Ahmad Rofi Suryahadikusumah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT HALAMAN PENGESAHAN TESIS
AHMAD ROFI SURYAHADIKUSUMAH 1302817
BIMBINGAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG
POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
(Penelitian Tindakan Partisipatoris pada Anggota Komunitas Schoolzone di Radio SE 88.1 FM Bandug)
Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing
Dr. Yusi Riksa Yustiana, M. Pd. NIP 19661115 199102 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Bimbingan dan Konseling
saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya
siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika
keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, 31 Juli 2015
Yang membuat pernyataan,
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT ABSTRAK
Ahmad Rofi S. (2015). Bimbingan dan Konseling Komunitas Untuk Mendukung Positive
Youth Development (Penelitian Tindakan Partisipatoris Terhadap Komunitas Schoolzone di
Radio SE 88.1 FM Bandung). Tesis. Dibimbing oleh: Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd. Program Studi Bimbingan Konseling, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Penelitian dilatarbelkangi oleh fungsi program bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung penciptaan lingkungan yang kondusif bagi positive youth development (PYD) anggota komunitas schoolzone. Tujuan dari penelitian ialah menghasilkan program bimbingan dan konseling komunitas yang tepat untuk mendukung PYD pada anggota komunitas schoolzone di Radio SE 88.1 FM Bandung. Penelitian menggunakan metode penelitian tindakan partisipatoris. Penelitian dilakukan di Radio SE 88.1 FM Bandung dengan subjek penelitian anggota komunitas schoolzone, yaitu komunitas remaja yang memiliki ketertarikan dalam bidang penyiaran radio. Penelitian menghasilkan program bimbingan dan konseling komunitas yang tepat untuk mendukung PYD berdasarkan refleksi terhadap dua siklus tindakaan. Rekomendasi ditujukan kepada 1) anggota komunitas untuk mempertahankan kompetensi yang dicapai selama intervensi, 2) Radio SE 88.1 FM untuk menggunakan pola pembinaan komunitas berdasarkan tindakan pada penelitian, 3) praktisi bimbingan dan konseling yang akan melakukan bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung PYD agar memiliki keterampilan memahami karakterstik keterampilan psikologis yang dibutuhkan anggota, memahami pola interkasi, dan mampu melibatkan berbagai pihak dalam proses bimbingan konseling komunitas, serta 4) peneliti selanjutnya untuk mengintegrasikan bimbigan dan konseling komunitas dengan aspek akademik anggota komunitas, sehingga mencapai PYD yang menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan.
Kata kunci: Bimbingan konseling komunitas, positive youth development, komunitas,
Guided by: Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd. Guidance and Counseling Program, Postgraduate School, Indonesia University of Education.
The study aims to find the accurately community counseling program to promote the positive youth development (PYD) of schoolzone community members, at SE 88.1 FM Radio Bandung. Research using qualitative and quantitative approaches, with participatory action research methods. The study was did at SE 88.1 FM Radio Bandung, with subjects are schoolzone community members, youth community that interested to broadcasting world . The instrument used was adapted from inventory of Positive Youth Development , that justified by experts of measurement, adolescent development, and language. The result is acurately community counseling program to promote positive youth development, taken from reflection of two action cycle. Recommendations addressed to 1) members of the community to maintain competence that achieved during program, 2) SE Radio 88.1 FM to use patterns of community development, based on research finding, 3) counseling practitioners who will perform guidance and counseling community to support the PYD have to understanding the characteristics of the psychological skills that needed by members, understand the patterns of interaction, and capable to involving the various people in community counseling programs, and 4) further research to integrate community counseling with the academic fields of community members, in order to get positive youth development in the entire aspects of life.
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul ... Halaman Motto dan Persembahan ... Halaman Hak Cipta ... Halaman pengesahan ... Pernyataan ...
Ucapan Terima Kasih ... i
Abstrak ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... vii
Daftar Gambar ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Struktur Organisasi Tesis ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT DAN BIMBINGAN KONSELING KOMUNITAS ... 9
A. Konsep Positive Youth Development ... 9
B. Konsep Komunitas Sebagai Media Pengembangan Remaja ... 26
C. Komunitas Penyiar Radio Sebagai Sarana Mencapai Positive Youth Development ... 32
D. Bimbingan dan Konseling Komunitas ... 33
E. Program Bimbingan dan Konseling Komunitas Untuk Mendukung Positive Youth Development ... 57
F. Asumsi-asumsi Bimbingan dan Konseling Komunitas Untuk Mendukung Positive Youth Development ... 67
G. Kerangka Pemikiran ... 69
BAB III METODE PENELITIAN ... 70
A. Metode Penelitian ... 70
B. Desain Penelitian ... 72
C. Subjek Penelitian ... 73
D. Definisi Oprasional ... 73
E. Pengembangan Instrumen ... 76
F. Prosedur Penelitian ... 85
3. Pelaksanaan Program ... 96
4. Program Bimbingan dan Konseling Komunitas Untuk Mendukung Positive Youth Development ... 117
5. Profil Positive Youth Development Anggota Komunitas Setelah Dilakukan Bimbingan dan Konseling Komunitas ... 122
B. Pembahasan ... 127
1. Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Komunitas Untuk Mendukung Positive Youth Development ... 127
2. Perubahan Profil Positive Youth Development Setelah Intervensi Bimbingan dan Konseling Komunitas ... 132
3. Faktor – Faktor Keberhasilan Bimbingan dan Konseling Komunitas untuk Mendukung Positive Youth Development ... 135
4. Program Bimbingan dan Konseling Komunitas untuk Mendukung Positive Youth Development ... 142
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 147
A. Kesimpulan ... 147
B. Rekomendasi ... 149
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Community counseling in community mental health
agencies... 50
Tabel 2.2 Matriks program bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung Positive youth development (PYD)... 60
Tabel 3.1 Kisi – kisi inventori positive youth development ... 77
Tabel 3.2 Pola skor opsi alternatif respon model summated rating... 77
Tabel 3.3 Rekapitulasi hasil penimbangan instrumen ... 78
Tabel 3.4 Rekapitulasi hasil uji validitas ... 84
Tabel 3.5 Kriteria keterandalan instrumen ... 85
Tabel 3.6 Hasil studi pendahuluan ... 86
Tabel 3.9 Hasil justifikasi rancangan tindakan... 88
Tabel 4.1 Rancangan tindakan dalam direct community ... 94
Tabel 4.2 Rancangan tindakan dalam indirect community ... 95
Tabel 4.3 Satuan layanan latihan out of the box ... 96
Tabel 4.4 Satuan layanan latihan out of the box sesi dua ... 97
Tabel 4.5 Satuan layanan berlatih kreatif menghadapi masalah dilematis ... 99
Tabel 4.6 Satuan layanan kegiatan sirkuit yang kelebihan beban ... 100
Tabel 4.7 Satuan layanan kegiatan mengenal teknik AAA stres... 101
Tabel 4.8 Satuan layanan kegiatan belajar dari senior ... 102
Tabel 4.9 Satuan layanan berbagi pengalaman dalam menghadapi stress ... 104
Tabel 4.10 Satuan layanan kegiatan refleksi pengalaman bekerjasama dengan orang dewasa ... 105
Tabel 4.11 Satuan layanan kegiatan project based learning... 106
Tabel 4.12 Satuan layanan kegiatan pembentukan identitas diri dengan lembar evaluasi ... 108
Tabel 4.13 Satuan layanan pembentukan identitas diri dengan teknik round ... 109
Tabel 4.14 Kegiatan dalam direct community... 120
Tabel 4.15 Rincian tindakan dalam indirect community ... 121
Tabel 4.16 Deskripsi profil positive youth development setelah intervensi ... 122
Tabel 4.17 Refleksi perubahan perilaku anggota komunitas pada setiap fokus intervensi ... 123
Tabel 4.18 Perbandingan aktivitas presentasi klasikal dengan sharing bersama pernyiar senior mengenai teknik menghadapi stres ... 128
development ……….. 23 Gambar 2.2 Pengembangan komunitas untuk meningkatkan keputusan
komunitas tentang usaha dan sumberdaya …... 28 Gambar 2.3 Keempat Pendekatan Bimbingan dan Konseling
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Judgement Instrumen
Lampiran 2 Inventori Positive Youth Development setelah Judgement Lampiran 3 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen
Lampiran 4 Instrumen Setelah Uji Validitas
Lampiran 5 Hasil Judgement Program Bimbingan dan Konseling Komunitas Untuk Mendukung Positive Youth Developmen Lampiran 6 Catatn siklus penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Positive Youth Development (PYD) merupakan pandangan baru, yang
memahami remaja sebagai aset pada perkembangan manusia. Lerner dkk. (2005)
berpendapat konsep PYD memandang remaja memiliki potensi untuk sukses,
berkembang dengan sehat, dan memiliki kapasitas untuk berkembang dengan
positif. PYD didasari oleh pendapat yang menyatakakan remaja akan berusaha
memenuhi kebutuhan dasar fisik, pribadi dan sosial, dan untuk membangun serta
menggunakan kompetensi yang terlihat penting untuk kehidupann, di masa
sekarang dan di masa depan (Lynch & Mahler, 2014).
PYD menjadi sebuah pandangan yang baru dan kuat untuk menentang
pandangan tradisional mengenai masa remaja. Jelicic dkk. (2007)
mengungkapkan perspektif PYD akan relevan dengan desain program yang akan
diberikan pada remaja berdasarkan ide-ide pengembangan yang positif, semua
remaja dapat dikembangkan, dan pengembangan berfungsi untuk mengurangi
dorongan untuk melakukan perilaku berisiko. Pengurangan perilaku berisiko
tinggi adalah inti dari kerangka PYD, yang mengakui perilaku negatif risiko
rendah adalah bagian dari perkembangan remaja yang sehat.
Penelitian berbagai program pengembangan remaja berorientasi PYD
dilatarbelakangi hasil temuan komprehensif dari The National 4-H Council
mengenai studi positive youth development yang dimulai pada tahun 2002, hasil
survey terhadap 7.000 remaja dari berbagai latar belakang di 42 negara bagian
Amerika Serikat, yang menunjukkan PYD berkontribusi kepada penurunan
perilaku berisiko di usia remaja. Hasil peneletian Jelice dkk.. (2005)
menunjukkan PYD dapat memprediksi kontribusi yang lebih tinggi dan
menurunnya tingkat perilaku berisiko. Schwartz dkk. (2010) menggambarkan
PYD bertindak sebagai faktor protektif untuk perilaku berisiko, khususnya
2
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
|
meskipun PYD memiliki efek pencegahan, dapat juga menjadi proses promotif
yang mengalihkan remaja dari kesempatan berprilaku negatif.
Komunitas merupakan sarana untuk mencapai positive youth development.
Konformitas pada usia remaja menjadikan lingkungan komunitas sebagai sarana
dalam pembentukan psiko-sosial, termasuk identitas dan penanaman nilai. Remaja
membawa energi tertentu dengan relasi (pertemanan) dan dunia sosial remaja
(Silbereisen , 2007). Herrling, dan Kuperminc (1997) menyatakan keikutsertaan
remaja dalam komunitas merupakan ruang positif dalam mengembangkan
moralitas remaja.
Keberadaan komunitas di Kota Bandung menjadi media pengembangan
diri remaja yang positif dan kreatif, bahkan berdampak secara regional. Kota
Bandung ditetapkan sebagai kota kretif se-Asia Timur salah satunya karena
berkembangnya banyak komunitas kreatif di Kota Bandung (.bdg magazine ed.
1). Komunitas kreatif di Kota Bandung berdampak positif kepada pengembangan
kerpribadian anggotanya, seperti komunitas earth hour yang berfokus kepada
kampanye penghematan energi, sahabat kota yang aktif membantu pengembangan
pendidikan untuk anak di lingkungan prasejahtera, pensil kertas yang
memfasilitasi remaja untuk berkreatifitas dengan peralatan yang sederhana, dan
lain sebagainya.
Komunitas dapat berpengaruh negatif pada perkembangan remaja.
Lingkungan komunitas yang negatif menjadikan remaja dalam komunitas
berprilaku negatif. Remaja dalam komunitas menjadi tidak kompeten, cinta
kekerasan, dan tidak produktif jika lingkungan komunitas tidak memberi
kesempatan kepada anggota untuk memunculkan kompetensi, peduli pada sesama,
dan menghasilkan karya.
School zone merupakan salah satu komunitas pelajar Kota Bandung yang
terbentuk dari sebuah program siaran di radio ON 94,8 FM Bandung. Anggota
komunitas school zone merupakan siswa SMA / sederajat yang aktif mengisi
siaran di program school zone. Studi pendahuluan terhadap curriculum vitae, dan
1. Anggota school zone mengikuti kegiatan hanya untuk mengisi waktu
luang
2. Kesadaran anggota akan kemampuan dan kontribusi yang dapat
dilakukan melalui kegiatan school zone masih kurang
3. Anggota school zone belum menemukan peluang pengembangan diri
dari keikutsertaan pada program school zone
4. Kegiatan yang berjalan pada komunitas pelajar school zone meliputi
siaran dan nongkrong.
Keterlibatan remaja dalam schoolzone idealnya menjadi media untuk.
untuk saling mengembangkan keterampilan (competence), menjadi ahli dalam
bidang keradioan (confidence), dan belajar untuk berkarya melalui kegiatan radio
(contribution). Keterlibatan remaja yang berarti dalam komunitas school zone
merupakan kunci untuk mencapai positive youth development. Kondisi scholzone
pada studi pendahuluan mengindikasikan fungsi komunitas sebagai media
pengembangan remaja yang positif belum nampak, sehingga perlu diberikan
intervensi yang memfasilitasi anggota schoolzone untuk berkembang dalam
komunitas.
Bimbingan dan konseling komunitas adalah kegiatan untuk membantu
komunitas dengan memanfaatkan potensi yang ada pada anggota komunitas
(Lewis & Lewis, 1989). Pengembangan program bimbingan dan konseling dalam
membantu anggota komunitas berfokus kepada memfasilistasi anggota
mendapatkan kesempatan untuk: (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan,
dan tugas tugas perkembangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau
peluang yang ada di lingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan
rencana hidup serta rencana pencapaian tujuan, (4) memahami dan mengatasi
kesulitan-kesulitan sendiri, (5) menggunakan kemampuan untuk kepentingan diri
anggota, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan
diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungan, dan (7) mengembangkan segala
4
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
|
Program bimbingan dan konseling komunitas membantu anggota
schoolzone mengoptimalkan keterlibatan dalam komunitas, sebagai media untuk
berkembang sesuai perspektif positive youth development. Komunitas didorong
untuk menjadi lingkungan yang memberi kesempatan belajar, menggunakan
keterampilan yang dimiliki sebagai partisipasi terhadap lingkungan masyarakat
lebih luas. Hasil dari keterlibtan remaja dalam komunitas yang mendukung
perkembangan ialah sosok utuh remaja yang memiliki aspek competence,
confidence,character, caring, connection, dan contribution.
Bimbingan dan konseling komunitas merupakan intervensi bimbingan
dan konseling dalam seting komunits seagai dukungan sitsem, disebut juga
community outreach. Gysbers & Henderson (2012) berpendapat community outreach didesain untuk mengetahui sumberdaya masyarakat, kesempatan untuk
berkarya, dan potensi karir lokal. Fungsi outreach berorientasi pada penguatan
daya dukung lingkungan perkembangan sebagai lingkungan belajar. Bimbingan
dan konseling komunitas sebagai community outreach memanfaatkan minat dan
keterlibatan siswa dalam komunitas sebagai peluang pengembangan diri yang
positif.
Pengembangan program bimbingan dan konseling komunitas pada
komunitas school zone merupakan pemanfaatan keterlibatan remaja dalam
komunitas , sehingga menjadi dukungan dalam menciptakan lingkungan untuk
mencapai positive youth development . Siaran radio yang menjadi kegiatan dalam
komunitas school zone pada dasarnya bukan hanya untuk menyalurkan minat
anggota pada siaran radio, melainkan alternatif pengembangan kompetensi,
identitas yang positif, menunjukkan kepedulian, dan berkontribusi kepada
masyarakat luas. Program bimbingan dan konseling komunitas membantu
anggota komunitas memanfaatkan peluang dan keterlibatan dalam kegiatan
komunitas.
Peneliti merancang penelitian yang berjudul program bimbingan dan
konseling komunitas untuk mendukung positive youth development. Penelitian
diharapkan menjadi gambaran intervensi terhadap keterlibatan remaja dalam
outreach sebagai bentuk dukungan sistem yang masih jarang dilakukan oleh
praktisi bimbingan dan konseling.
B. Rumusan Masalah
Program berorientasi PYD memfasilitasi remaja berkembang secara positif
melalui pengembangan kapasitas diri remaja, yang dapat menjadi kontribusi diri
kepada lingkungan. Kapasitas dri remaja akan berkembang jika lingkungan
terdekat remaja mendukung terhadap pengembangan remaja. Hubungan timbal
balik yang saling menguntungkan antara remaja dengan lingkungan menjadi fokus
utama dalam program berorientasi PYD.
Komunitas merupakan lingkungan yang dapat memfasilitasi
perkembangan manusia. Situasi komunitas akan memberi kesempatan bagi remaja
untuk berkontribusi pada lingkungannya, sehingga memunculkan pandangan yang
positif pada perkembangan remaja (PYD). Program intervensi komunitas
merupakan peluang untuk melakukan program pengermbangan remaja
berorientasi PYD.
Intervensi remaja dalam komunitas banyak dilakukan oleh pelayanan
sosial, organisasi sosial, atau lembaga swadaya masyarakat. Fokus intervensi
terhadap komunitas ialah mendorong remaja untuk berkespresi dan
mengembangkan diri dalam komunitas, serta mengupayakan dukungan bagi
perkembangan remaja. Aktivitas yang dilakukan dalam intervensi komunitas
melingkupi pelatihan, mobilisasi anggota komunitas, dan advokasi terhadap
pemenuhan hak remaja untuk berkembang pada pimpinan ataupun masyarakat
luas.
Bimbingan dan konseling komunitas memiliki orientasi yang berbeda
dalam mendukung positive youth development, yaitu memfasilitasi anggota
komunitas memahami konteks lingkungan yang dihadapi sehingga mampu
merancang berbagai aktivitas terstruktur yang dapat bermanfaat untuk
pengembangan potensi diri remaja. Program bimbingan dan konseling komunitas
memberikan kesempatan pada remaja (anggota komunitas) untuk menggunakan
keterampilan yang dapat direfleksikan menjadi perilaku yang berpengaruh positif
6
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
|
Pertanyaan penelitian adalah seperti apa program bimbingan dan
konseling komunitas yang tepat untuk mendukung positive youth development
pada anggota schoolzone?. Secara operasional batasan permasalahan penelitian
sebagai berikut.
1. Seperti apa gambaran positive youth development anggota schoolzone
sebelum mendapatkan bimbingan dan konseling komunitas?
2. Seperti apa rancangan program bimbingan dan konseling komunitas
untuk mendukung positive youth development?
3. Bagaimana pelaksanaan program bimbingan dan konseling komunitas
untuk mendukung positive youth development?
4. Pada bagian apa saja terjadi perubahan program bimbingan dan
konseling komunitas untuk mendukung positive youth development
setelah dilakukan tindakan?
5. Adakah perubahan pada positive youth development anggota
komunitas setelah diberikan program bimbingan dan konseling
komunitas?
6. Faktor apa saja yang membuat program bimbingan dan konseling
komunitas mampu mengembangkan positive youth development?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah menghasilkan program bimbingan dan konseling
komunitas yang tepat untuk mendorong positive youth development pada anggota
schoolzone. Tujuan penelitian lebih terperinci yaitu :
1. Menggambarkan positive youth development anggota schoolzone
sebelum mendapatkan bimbingan dan konseling komunitas
2. Merancang program bimbingan dan konseling komunitas untuk
mendukung positive youth development
3. Menggambarkan proses pelaksanaan program bimbingan dan konseling
komunitas untuk mendukung positive youth development
4. Menjelaskan perubahan yang terjadi pada program bimbingan dan
konseling komunitas untuk mendukung positive youth development
5. Menggambarkan perubahan positive youth development yang terjadi
pada anggota komunitas setelah diberikan program bimbingan dan
konseling komunitas
6. Menemukan faktor keberhasilan program bimbingan dan konseling
komunitas dalam mengembangkan positive youth development
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian sebagai berikut.
a. Bagi komunitas, dapat menjadi alternatif kegiatan yang lebih tepat
dalam mengembangkan aspek-aspek positive youth development.
b. Bagi prodi dan profesi bimbingan dan konseling, dapat memberikan
kontribusi untuk kajian bimbingan, dan menambah khasanah intervensi
bimbingan dan konseling.
c. Bagi anggota komunitas, dapat memberikan kesempatan untuk
mencapai aspek aspek pada positive youth development.
E. Struktur Organisasi Tesis
Berdasarkan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas
Pendidikan Indonesia (2014) sistematika penulisan laporan penelitian (tesis)
disusun sebagai berikut.
Bagian awal, berisi tentang halaman judul, pernyataan keaslian tulisan,
halaman pengesahan, motto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar
tabel, dan daftar lampiran.
Bab I Pendahuluan, pada bab satu dikemukakan tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi
tesis.
Bab II Landasan Teori, membahas teori yang melandasi permasalahan tesis
yang merupakan kerangka teoritis yang diterapkan dalam tesis, serta posisi
teoritik peneliti. Pada bab ini berisi tentang konsep dasar positive youth
development , keterkaitan positive youth development dengan kegiatan
8
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
|
konseling komunitas untuk mendukung positive youth development, serta asusmsi
penelitian .
Bab III Metode Penelitian, bab tiga berisi penjabaran rinci mengenai
metode penelitian yang digunakan, termasuk devinisi oprasional variabel, serta
komponen seperti lokasi penelitian, subjek penelitian, desain , dan prosedur
penelitian, dan teknik analisis datanya.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab empat mengemukakan
tentang hasil penelitian dan pembahasan penelitian , yang akan menjadi jawaban
pemasalahan yang diangkat pada penelitian ini.
Bab V Penutup, bab lima berisi tentang simpulan dari hasil penelitian serta
rekomendasi yang diberikan oleh peneliti terhadap hasil penelitian.
Bagian akhir, berisi daftar pustaka serta lampiran – lampiran yang
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
METODE PENELITIAN
Bab tiga menguraikan informasi yang berkenaan dengan metode
penelitian, desain penelitian, subjek penelitian, definisi operasional,
pengembangan instrumen penelitian, serta prosedur penelitian.
A.Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan dilakukan adalah metode action research
(penelitian tindakan) dengan pendektan kualitiaf dan kuantitatif. Pendekatan
kualitatif dilakukan untuk memahami dan mendeskripsikan perubahan perilaku
secara spesifik selama proses tindakan melalui observasi, sehingga dapat
merefleksikan ketercapaian tujuan intervensi dengan tepat. Pendekatan kuantitatif
dilakukan untuk menggambarkan profil positive youth development berdasarkan
inventori positive youth development, sebagai generaliasasi pencapaian setiap
aspek positive youth development .
Definisi komprehensif tentang penelitian tindakan dipaparkan oleh Carr &
Kemmis (1988, hlm. 5) sebagai bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi
diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan termasuk didalamnya guru,
siswa atau kepala sekolah dalam suatu situasi sosial untuk memperbaiki
rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan dari praktek-praktek sosial
(kependidikan) yang dilakukan, pemahaman tentang praktek serta situasi
kelembagaan tempat praktek dilaksanakan. Penelitian tindakan merupakan upaya
perbaikan dan perubahan situasi yang didasari oleh refleksi terhadap kegiatan
praktik.
Penelitian tindakan dapat merupakan suatu cara untuk menetapkan suatu
model lokal atau khusus untuk suatu situasi atau kelompok tertentu atau
mengaplikasikan suatu teori dalam skala kecil untuk menyelesaikan suatu
permasalahan khusus dengan situasi yang spesifik. Mertler (2011: hlm.5)
mengungkapkan penelitian tindakan secara spesifik memusatkan perhatian baik
kepada ciri unik populasi, subjek penelitian yang menjadi objek pelaksanaan,
maupun sasaran sebuah praktik atau yang menjadi mitra wajib bagi tindakan
71
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Secara spesifik metode yang digunakan ialah Participatory Action
research (PAR) atau penelitian tindakan partisipatoris. Orientasi dari penelitian
tindakan partisipatoris ialah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
berkontribusi kepada perubahan dalam oraganisasi ataupun masyarakat (Creswell,
2012 : 582). Penelitian dilakukan peneliti untuk bersama-sama mengeksplorasi,
dan memahami hubungan antara individu dengan interaksi lingkungannya,
sehingga mampu memperbaiki proses yang diperikirakan lebih tepat terjadi antara
individu dengan lingkungan.
Kurtnis dkk. (2008, hlm. 375) merekomendasikan model partisipatoris
dalam menciptakan program berorientasi positive youth development. Eccless
Keterlibatan komunitas dalam penelitian tindakan partisipatoris bukan hanya
untuk menggambarkan nilai kolaboratif dalam menindaklanjuti kebutuhan yang
mendesak dari komunitas, melainkan menunjukkan pula keuntungan dari
pemberlajaran bersama komunitas dalam mengelola pengetahuan dalam proses
pengembangan program (Kurtnis dkk., 2008, hlm. 376). Penelitian tindakan
partisipatoris memanfaatkan keterlibatan komunitas sebagai upaya kolaboratif
dalam menghasilkan program intervensi yang tepat bagi pengembangan positive
youth development anggota komunitas.
Hasil penelitian Hamby dkk. (2011, hlm. 12) menunjukkan peserta yang
terlibat secara langsung pada program berorientasi positive youth development
mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta yang
menerima kurikulum program. Temuan Hamby dkk. mendukung asumsi
penelitian tindakan partisipatoris dapat menjadi metode yang efektif untuk
mengembangkan program-program berorientasi positive youth development
dibandingkan kuasi eksperimen.
Penelitian tindakan partisipatoris dipilih sebagai metode penelitian untuk
melibatkan anggota komunitas dalam mengkaji situasi komunitas sebagai media
untuk mengembangkan aspek-aspek positive youth development, sehingga dapat
memperbaiki proses intervensi terhadap remaja dalam lingkungan komunitas.
Peneliti dan partisipan dalam komunitas bersama-sama mengkaji isu-isu
perkembangan remaja yang positif di dalam komunitas, mengkaji isu secara
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
bimbingan konseling komunitas yang menjadi produk penelitian ini akan menjadi
alternatif dalam model pelayanan bimbingan, serta merubah paradigma negatif
terhadap komunitas dan hubungannya dengan perkembangan diri remaja.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian tindakan yang dilakukan menggungkan siklus spiral dari
Stringer. Stringer (2007 : hlm. 9 ) mengggambarkan pola penelitian tindakan
spiral seperti pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Model interaksi spiral dalam action research (Sumber : Stringer, 2007 : hlm. 9)
Model spiral merupakan proses yang dilkukan berulang kali, dan merevisi
prosedur serta interpretasi. Tiga langkah dalam model spiral antara lain look
(melihat), think (memikirkan), dan act (melakukan). Berikut penjelasan setiap
langkah.
1. Look adalah membantu partisipan dalam penelitian untuk memahami
kembali aktifitas dan kegiatan yang sudah dilakukan. Proses yang
dilakukan ialah mengumpulkan informasi, studi dokumentasi,
memperluas pemahaman (misalkan brainstorming),
menyelenggarakan pertemuan, dan mengkomunikasikan data.
2. Think merupakan kegiatan menginterpretasikan dan menganalisis.
Tujuan dari langkah kedua ialah untuk menyaring informasi yang
terkumpul, mengidentifikasi unsur-unsur pengalaman, dan
mengaktifkan peserta untuk memahami masalah yang mempengaruhi
73
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengategorikan penglaman, menganalisis pengalaman yang bermakna
atau berkesan, menganalisis berdasarkan konsep tertentu,
berkolaborasi menuliskan laporan dan mepresentasikannya.
3. Act atau disebut juga menyelesaikan masalah dilakukan untuk
merencanakan dan mengimplementasikan kegaiatan yang
diperkirakan lebih baik dilakukan oleh partisipan. Langkah oprasional
pada tahap ini adalah planing (merencanakan kegiatan), implementing
(melakukan), reviewing (melihat kembali aktifitas yang sudah
dilakukan), dan evaluating (mengevaluasi).
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian yang selanjutnya disebut partisipan adalah
komunitas schoolzone. Komunitas schoolzone merupakan komunitas remaja yang
berawal dari siaran radio school of zone di Radio ON 94,8 FM dan saat ini siaran
di SE 88.1 FM dalam program zona anak sekolah. Anggota schoolzone
merupakan siswa SMA/ SMK dan yang sederajat di Kota Bandung, yang
mengelola program siaran school of zone. Kegiatan yang berjalan dalam
komunitas schoolzone antara lain siaran radio, latihan keterampilan siaran,
nongkrong, dan review kuliner di Kota Bandung. Komunitas schoolzone berharap
dapat dikenal dan menjadi pusat trend remaja di Kota Bandung, komunitas remaja
yang kreatif dan cerdas, serta menjadi panutan bagi remaja di Kota Bandung.
D.Definisi Oprasional
Berdasarkan fokus kajian, pada bagian ini dipaparkan operasional
pengertian yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut.
1. Positive youth development
Positive youth development ialah pandangan positif terhadap remaja.
Learner et.al (2007 : hlm. 8) menerangkan berbagai litelatur menjelaskan
positive youth development terbentuk oleh ketercapaian remaja pada lima aspek
yaitu competence (kompeten), confidence (percaya diri) , connection (memiliki
relasi) , character (berkarakter) , caring & compassion (peduli) , serta satu aspek
tambahan yaitu contribution (kontribusi). Aspek aspek positive youth development
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
Gunn, 2003).
Definisi operasional dari positive youth development ialah hasil dari
keterlibtan partisipan dalam program pengembangan remaja melalui bimbingan
dan konseling komunitas, yang tergambar dari skor rata-rata pada aspek
competence, character, connection, caring, confidence, dan contribution.
Berikut penjelasan setiap aspek.
a. Competence (kompetensi). Kompetensi merupakan pandangan positif
dari tindakan seseorang dalam bidang tertentu termasuk domain sosial,
akademik, kognitif, dan kejuruan (Lerner, 2005). Kompetensi sosial
berkaitan dengan kemampuan interpersonal (misalnya, resolusi
konflik). Kompetensi kognitif dengan kemampuan kognitif (misalnya,
pengambilan keputusan). Pandangan mengenai siswa yang berbakat
merupakan kompetensi akademik. Kompetensi kejuruan melibatkan
kebiasaan kerja dan eksplorasi pilihan karir
b. Confidence (rasa percaya diri). Confidence adalah rasa yang
menginternal secara keseluruhan untuk menghargai diri dan
self-efficacy; salah satu pandangan global untuk menghormati diri, sebagai
lawan keyakinan domain tertentu (Lerner, 2005). Fokus pada aspek
confidence adalah persepsi pada diri akan kemampuannya mencapai
sasaran yang diinginkan dalam kehidupannya, penerimaan dari
lingkungan sosial, kesiapan dalam menghadapi tantangan, dan
kemampuan untuk menyesuaikan diri pada berbagai situasi.
c. Connection (relasi sosial). Connection didefinisikan sebagai relasi
positif dengan orang-orang dan lembaga atau organisasi, yang
tercermin dalam kemampuan individu untuk bekerjasama dengan
rekan-rekan, keluarga, sekolah, dan masyarakat (Lerner, 2005). Bentuk
connection antara lain memiliki banyak teman, peduli pada lingkungan,
dapat bekerja sama dengan orang dewasa, memiliki kedekatan dengan
lingkungan keluarga, ataupun masyarakat secara luas.
d. Character (berkarakter). Konteks karakter yang diharapkan dari
75
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memiliki standar perilaku yang benar, rasa benar dan salah (moralitas),
dan integritas (Rooth & Brooks-Gunn , 2003). Perilaku yang
mewakili karakter yang diharapakan antara lain melakukan tindakan
yang diyakini benar (moral), mengerjakan sesuatu dengan sebaik
baiknya, dapat menjadi panutan dan diandalkan, serta mampu
menghadapi situasi yang tidak diharapkan.
e. Caring ( Kepedulian) . Caring merupakan ekspresi simpati dan empati
kepada sesama (Lerner, 2005). Kepedulian menjadi komponen yang
akan membuat remaja berinisiatif untuk berkontribusi di lingkungan
sosialnya. Caring yang diukur oleh inventori meliputi keinginan untuk
membantu, memikirkan dampak dari putusan untuk orang lain,
memberikan dukungan kepada orang lain, serta mampu merasakan dan
peduli pada orang lain.
f. Contibution . Contribution merupakan bentuk keterlibatan remaja
sebagai partisipan yang aktif dalam kegiatan pelayanan publik, dan
pengambilan keputusan organisasi, komunitas, ataupun masyarakat
(Lerner, 2005). Secara oprasional, contribution tercermin dari peran
aktif dalam komunitas, mampu memberikan manfaat kepada orang lain,
bekerjasama untuk menyelesaikan permasalahan, memiliki keinginan
dan kepercayaan untuk membuat perubahan.
2. Program bimbingan dan konseling komunitas
Definisi oprasional program bimbingan dan konseling komunitas pada
penelitian adalah rangkaian kegiatan yang menjadi intervensi kepada komonunitas
school zone dalam seting pengembangan potensi siswa sebagai penyiar radio,
berorientasi agar angggota komunitas dapat mengembangkan karakter dan
perilaku dalam aspek – aspek positive youth development melalui pengalaman
mengembangkan kreatifitas, belajar mengatasi masalah dan situasi stres, menjalin
relasi, serta berkontribusi terhadap lingkungan melalui prestasi di dalam kegiatan
komunitas dan kepenyiaran radio.
Secara oprasional program bimbingan dan konseling komunitas dilakukan
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
komunitas yang bersifat psiko-edukasi (mendidik aspek psikologis)
untuk membantu mengembangkan keterampilan pada setiap aspek
dalam positive youth development. Intervensi dapat disampaikan
melalui pemberian informasi, bimbingan kelompok, dan pelatihan
keterampilan bagi seluruh anggota komunitas. Landasan pemilihan
konten dan teknik penyampaian ialah keterampilan umum yang
dibutuhkan oleh seluruh anggota komunitas berdasarkan skor paling
rendah pada setiap aspek dalam inventori positive youth development,
serta gambaran umum karakteristik anggota komunitas.
b. Indirect community services, merupakan upaya penciptaan lingkungan
yang kondusif agar seluruh anggota komunitas dapat mengembangkan
perilaku yang diharapkan dalam aspek – aspek positive youth
development. Implementasi indirect community meliputi pengembangan
struktur komunitas, konsultasi dan menghimpun dukungan lembaga
radio, penggunaan sumber daya eksternal (masyarakat, keluarga,
maupun sekolah), pengelolaan program, dan mekanisme jejaring
kerjasama.
c. Direct client services, yaitu layanan responsif untuk memfasilitasi
pengembangan kompetensi dan kesehatan mental bagi konseli atau
anggota komunitas yang berpotensi menghadapi permasalahan dan
hambatan dalam mengembangkan aspek-aspek positive youth
development. Pelayanan responsif meliputi kegiatan konseling untuk
menemukan tindakan yang solutif, dan penjangkauan untuk
mempersiapkan individu menghadapi transisi dan situasi berisiko.
d. Indirect community services, yaitu strategi yang berorientasi kepada
intervensi terhadap lingkungan individu atau kelompok tertentu yang
memungkinkan untuk mengembangakan karakter maupun perilaku
dalam aspek-aspek positive youth development. Kegiatan yang
dilakukan berupa advokasi terhadap sistem pendukung pengembangan
77
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E.Pengembangan Instrumen
1. Kisi-kisi Instrumen
Instrumen dalam penelitian dirancang untuk mengungkap profil positive
youth development partisipan penelitian, sebelum dan sesudah diberi program
bimbingan dan konseling komunitas. Pengembangan instrumen dilakukan dengan
menyadur The Positive Youth Development Inventory (PYDI), yang
dikembangkan oleh Arnold, Nott, dan Meinhold, pada tahun 2012 .
Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk mengungkap profil
positive youth development dapat dilihat pada Tabel 3.1. sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Inventori Positif Youth Development
Aspek No. Item Jumlah
Competence 1-14 14
Character 15-23 9
Connection 24-31 8
Caring 32-39 8
Confidence 40-48 9
Contribution 49-55 7
Total 55
(Sumber : Arnold, Nott, dan Meinhold, 2012)
2. Penyekoran
Inventori positive youth development terdiri atas 55 item pertanyaan.
Model penyekoran setiap item menggunakan skala Likert, dengan menyediakan
empat alternatif jawaban pada setiap item, yaitu: (1) Sangat Tidak Setuju (STS);
(2) Tidak Setuju (TS); (3) Setuju (S); dan (4) Sangat Setuju (SS). Skor setiap
pernyataan berkisar dari 1 sampai dengan 4, sesuai dengan jawaban yang
diberikan oleh subjek. Model Likert yang digunakan disajikan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Pola Skor Opsi Alternatif Respons Model Summated Ratings (Likert) Dalam Inventori Positive Youth Development
Skor Empat Opsi Alternatif Respons
STS TS S SS
1 2 3 4
(Sumber : Arnold, Nott, dan Meinhold, 2012)
Perhitungan skor level positive youth development yaitu dengan
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
ketercapaian positive youth development dari subjek penelitian.
3. Penimbangan (Judgment) Instrumen
Penimbangan instrumen dilakukan untuk memperoleh butir-butir
pernyataan dari aspek-aspek positive youth development pada instrumen layak
untuk dipakai. Instrumen penelitian ditimbang oleh pakar bahasa inggris,
perkembangan remaja, dan pengukuran. Penimbang yang menjadi rujukan ialah ;
Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.pd (pakar perkembangan remaja), Eri Kurniawan,
Ph.D., M.A. dan Ruswan Dallyono, M.Pd ( pakar bahasa inggris), serta Dra. Hj.
SW. Indrawati, M.Pd., Psi (pakar pengukuran). Instrumen yang telah memeroleh
penilaian dari ketiga pakar kemudian direvisi sesuai dengan saran dan masukan
dari penimbang.
Hasil penimbangan instrumen dari keempat pakar yang telah disebutkan
disajikan pada tabel 3.3
Tabel 3.3
Rekapitulasi Hasil Penimbangan Instrumen
NO PERNYATAAN
79
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NO PERNYATAAN
9. Saya dapat mengelola emosi
10. Saya dapat mengatasi rasa kecewa
12. Saya memiliki tujuan untuk hidup saya lakukan untuk karir ke depan
Saya tertarik untuk mempelajari pilihan yang saya yakini benar
Penting benar , walaupun tidak terlihat orang lain
Saya mencoba melakukan hal yang benar , walaupun orang lain tidak tahu
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015 orang lain itu penting
Saya berpikir
26. Teman-teman peduli pada saya .
81
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NO PERNYATAAN dengan orang tua saya
32. buat bagi orang lain
Saya memikirkan
dijabarkan di dalam
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015 benar dan yang salah
47. Saya memiliki teman dekat
49. Saya berperan aktif dalam komunitas saya
83
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NO PERNYATAAN
Kata “dunia” diganti
dengan “lingkungan
4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan kepada 33 remaja kota
Bandung yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, organisasi, maupun komunitas
dan mengisi inventori melalui aplikasi googledocs. Uji validitas bertujuan untuk
mengkonfirmasi ketepatan instrumen yang digunakan untuk mengukur aspek
positive youth development dalam konteks komunitas. Uji reliabilitas
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kepercayaan, keterandalan, dan sudah
baik untuk digunakan atau sebaliknya.
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
α = Reliabilitas instrumen
K = Banyaknya butir pertanyaan/pernyataan
program Microsoft office excel 2007. Tinggi atau rendahnya validitas instrumen
menujukkan tingkat keyakinan mengenai hasil penelitian yang dihasilkan dengan
menggunakan instrumen yang diadopsi. Signifikansi validitas inventori positive
youth development diperoleh dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment sebagai berikut:
Angka r tabel untuk 33 responden pada signifikansi 5% adalah 0,344,
sehingga item dengan koefisien korelasi di bawah 0,344 dinyatakan tidak valid.
Hasil uji validitas menggunakan Microsoft office excel 2007 menunjukkan 46
item valid dan 9 item tidak valid. Item-item yang tidak valid tidak digunakan
sebagai alat pengungkap profil postive youth developmet. Rekapitulasi hasil uji
validitas disajikan dalam tabel 3.4.
Tabel 3.4
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas
b.Uji Reliabilitas.
Pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan program SPSS v.19. Rumus
yang digunakan ialah Alpha Cronbach, dengan penjabaran sebagai berikut.
Aspek Item Jumlah Item Valid
Valid Tidak Competence 1, 4, 5, 7, 8, 9, 12, 13, 14 2, 3, 6 , 11,
10
9
Character 15, 17, 18, 20, 21, 22 16, 19, 23 6
Connection 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31 8
Caring 32, 33, 34, 35, 37, 38, 39 36 7
Confidence 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48
9
Contribution 49, 50 51, 52, 53, 54, 55 7
85
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Relibilitas ialah keterandalan atau keajegan instrumen untuk digunakan
berulang. Tolak ukur pengujian koefisien reliabilitas mengacu pada kriteria dari
Guilford, yang tersaji dalam tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4
Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen
Hasil uji reliabilitas inventori positive youth development menggunakan
SPSS versi 19 menunjukkan koefisien reliabilitasnya sebesar 0.942, yang berarti
derajat keterandalan sangat tinggi. Koefisien yang diperoleh menunjukkan
instrument dapat dipercaya dan sudah baik untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data positive youth development.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan partisipatori dilakukan melalui tahap-tahap
sebagai berikut.
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan ialah proses penggalian informasi terhadap subjek
penelitian sebagai dasar perancangan tindakan. Informasi mengenai karakteristik,
sumberdaya, serta permasalahan yang ada pada anggota komunitas, komunitas,
dan kegiatan harian komunitas bermanfaat untuk menentukan strategi dan teknik
yang akan digunakan dalam pelakasaan tindakan. Profil positive youth
development anggota komunitas merupakan dasar untuk menentukan aspek-aspek
yang akan diintervensi atau dikembangkan dalam intervensi.
Rincian kegiatan yang dilakukan dalam studi pendahuluan ialah sebagai
berikut.
a. Menggelar pertemuan dengan komunitas untuk menemukan persepsi
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
keterlibatan anggota dalam kegiatan bimbingan dan konseling komunitas.
b. Mengungkap profil positive youth development anggota komunitas
menggunakan inventori positive youth development yang sudah diuji
validitas dan reliabilitasnya.
c. Melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan kegiatan
komunitas yaitu pimpinan radio SE 88.1 FM Bandung, pengasuh
program radio, dan supervisor komunitas yang mungkin bisa
memberikan informasi mengenai kebutuhan layanan yang belum
terpenuhi atau harapan dari stek holder.
Gambaran hasil studi pendahuluan dari ketiga kegitan, disajikan dalam tabel
3.5.
Tabel 3.5
Hasil Studi Pendahuluan
Fokus Data Yang Diperoleh Asumsi Tindakan Pertemuan Komunitas Angket PYD
Pengembangan lingkungan komunitas
Sumber daya komunitas antara lain :
1. Minat yang besar dalam komunitas, 2. Relasi dengan berbagai
komunitas 3. Pengetahuan dan
wawasan yang luas
Permasalahan komunitas :
1.Belum ada struktur yang jelas
2.Kegiatan komunitas hanya sebatas kumpul, dan nongkrong
Harapan harapan stek holder terhadap komunitas
schoolzone.
1.Pendiri komunitas : komunitas dapat menjadi pusat tren, informasi, serta kreatifitas bagi pelajar Kota Bandung.
2.Pimpinan Radio SE 88.1 FM : kegiatan komunitas, terutama dalam program siaran zona anak sekolah menjadi media
pengembnagan diri, kreatifitas, dan karir bagi anggota komunitas.
87
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Fokus
Data Yang Diperoleh
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015 antara lain : cemas ketika diberikan tantangan atau tugas baru, ragu ragu akan kemampuan diri
prestasi diri saya ”
89
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengembangan program didasari oleh hasil dari studi pendahuluan. Data
pada studi pendahuluan menjadi landasan dalam menentukan tujuan intervensi,
konten, strategi, dan teknik, yang disajikan dalam rancangan program intervensi
bimbingan dan konseling komunitas.
Pengembangan program intervensi bimbingan dan konseling komunitas
dilakukan dengan tahap berikut.
a. Penyusunan rancangan program
Rancangan program intervensi bimbingan dan konseling komunitas
merupakan perkiraan rencana tindakan berdasarkan tujuan dan kebutuhan yang
didapatkan dari studi pendahuluan. Peneliti merancang rangkaian kegiatan yang
akan dilakukan sebagai tindakan dalam penelitian, dan diperikirakan sesuai
dengan kebutuhan pengembangan kompetensi pada setiap aspek positive youth
development.
a)
b. Justifikasi program
Justifikasi dilakukan agar rancangan tindakan sesuai dengan konsep dan
konteks penelitian yang diharapkan. Ketersesuaian rancangan tindakan dengan
konsep teori dilakukan oleh Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd selaku pakar
perkembangan remaja, dan Dr. Ilfiandra, M.Pd selaku pakar pengembangan
program. Penilaian mengenai konteks tindakan dalam komunitas dilakukan dalam
diskusi bersama supervisor komunitas schoolzone, yaitu Iki Bahari.
Hasil justifikasi dari ketiga penimbang disajikan pada tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6
Hasil justifikasi rancangan tindakan
No Penimbang Komentar
1 Pakar perkembangan remaja 1. Optimalisasi kreativitas sulit diukur, sehingga perlu dispesifikan misalnya pada keterampilan berpikir kreatif , atau sikap kreatif.
2. Sasaran program intervensi di deskripsikan lebih tegas
3. Lebih dirinci kembali pada strategi indirect mengenai sasaran, langkah-langkah, dan peran setiap pihak yang terlibat
2 Pakar pegembangan program BK
1. Langkah –langkah fokus kepada poin implementasi 2. Kriteria keberhasilan intervensi perlu dipertegas 3 Supervisor komunitas 1. Rancangan sudah memadai
2. Sesi intervensi disesuaikan dengan kondisi yang menjadi prioritas di dalam komunitas
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
besar yang terdiri dari siklus kegiatan kecil pada setiap fokus intervensi. Satu
siklus kegiatan dapat diikuti oleh siklus-siklus lain secara bersinambungan seperti
sebuah spiral.
Siklus setiap kegaiatan pada fokus intervensi terdiri dati perencanaan,
pengamatan (observasi), refleksi, dan perencanaan kembali. Berikut penjelasan
setiap aktivitas dalam siklus.
a. Perencanaan tindakan ialah merancang langkah-langkah yang akan dilakukan
untuk fokus intervensi berdasarkan sesi program intervensi.
b. Observasi dilakukan saat pelaksanaan tindakan untuk mengenali, merekam
dan mengumpulkan data dari setiap indikator keberhasilan sesi intervensi.
c. Refleksi ialah menlai ketercapaian tujuan yang diharapkan, serta perencanaan
tindakan berikutnya berdasarkan hasil observasi .
d. Perencanaan kembali adalah tindak lanjut dari hasil refleksi kegiatan, dapat
berupa siklus kecil tambahan sesi untuk menguatakan homework, siklus sesi
kecil untuk indikator yang belum tercapai, revisi tindakan jika indikator
keberhasilan tidak tercapai, dan perpindahan siklus pada sesi selanjutnya.
Siklus akan berlanjut jika tujuan intervensi telah tercpai.
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah keseluruhan tindakan mencapai sasaran
intervensi. Fokus dari evaluasi ialah perubahan profil positive youth development
dan faktor-faktor keberhasilan program yang diterapkan. Evaluasi terhadap
perubahan profil positive youth development ialah dengan meninjau kesesuaian
perubahan perilaku dengan tujuan, dan indikator keberhasilan, serta perubahan
general berdasarkan inventori positive youth development. Evaluasi terhadap
faktor keberhasilan dilakukan dengan menggunakan pertanyaan terbuka kepada
komunitas schoolzone megenai situasi, pengalaman, dan perilaku peneliti selama
program intervensi berlangsung yang dianggap membuat anggota merasakan
159
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ialah program siaran bimbingan konseling
komunitas yang tepat untuk mendukung positive youth development diperoleh
berdasarkan refleksi siklus setiap fokus intervensi. Program bimbingan dan
konseling komunitas untuk mendukung positive youth development memiliki
unsur-unsur sebagai berikut.
1. Tujuan
Tujuan program bimbingan dan konseling komunitas adalah untuk
mengembangkan perilaku dan karakter pada aspek-aspek positive youth
development, melalui penciptaan lingkungan komunitas yang terbuka, memiliki
kesempatan belajar, mengembangkan diri, dan berkontribusi .
Tujuan spesifik program bimbingan dan konseling komunitas ialah agar
anggota schoolzone mampu untuk : a) berpikir kreatif dalam kegiatan komunitas,
dan menghadapi masalah, b) menghadapi situasi stress dalam komunitas, c)
memiliki cara efektif bekerjasama dengan orang dewasa di sekitar komunitas, d)
memandang diri lebih positif, serta e) berkontribusi untuk membuat perubahan di
lingkungan.
2. Fokus
Fokus program bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung
positive youth development sebagai berikut.
1.) Pelayanan kepada komunitas schoolzone secara umum berfokus
kepada mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan anggota
dalam mengembangkan positive youth development menjadi
keterampilan praktis, refleksi pengalaman di dalam komunitas, dan
menciptakan lingkungan komunitas yang kondusif untuk
pengembangan keterampilan.
2.) Pelayanan kepada anggota komunitas schoolzone secara khusus adalah
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
development, serta mengupayakan dukungan untuk membantu anggota
tertentu dalam mengatasi hambatan.
3. Orientasi
Orientasi program bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung
positive youth development antara lain:
1.) mengembangkan keterampilan angggota dalam berpikir kreatif,
menghadapi masalah dalam komunitas dengan kreatif, menghadapi
situasi stres dalam komunitas, berinteraksi dengan orang dewasa, serta
melakukan kontribusi melalui kegiatan komunitas.
2.) membentuk identitas diri yang positif berdasarkan refleksi terhadap
pengalaman di dalam komunitas.
3.) menciptakan lingkungan komunitas sebagai dukungan sistem bagi
pengembangan diri anggota, berupa kesempatan untuk
mengembangakan diri.
4. Pendekatan
Pendekatan dalam bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung
positive youth development memiliki kegiatan berikut.
1.) Kegiatan dalam direct community services meliputi 10 kegiatan yang
sesuai dengan situasi komunitas, yang dilakukan dengan teknik – teknik
bimbingan kelompok .
2.) Indirect community services memiliki lima kegiatan inti untuk membentuk
orientasi, menguatkan struktur, menegaskan peran setiap pihak yang
terlibat, dan menghimpun keterlibatan lembaga radio berserta penyiar
senior.
3.) Direct client services meliputi konseling individual dengan mengoptimalkan fungsi kognitif untuk memunculkan pilihan perilaku
solutif.
4.) Indirect client services meliputi konsultasi dan koordinasi antara keluarga,
anggota komunitas, dan komunitas dalam membantu anggota komunitas
161
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Dukungan sistem
Dukungan sistem yang dibutuhkan dalam intervensi antara lain: 1)
Struktur komunitas yang kuat, 2) kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan dan berkontribusi degan orang dewasa (dalam penelitian adalah staf
Radio SE 88.1 FM), 3) informasi untuk membantu menjadi profesional, dari
tenaga ahli (dalam penelitian adalah penyiar senior), dan 4) dukungan moril orang
tua terhadap kegiatan pengembangan anggota.
B. Rekomendasi
Rekomendasi ditujukan kepada anggota komunitas, Radio SE 88.1 FM,
praktisi bimbingan dan konseling, dan peneliti selanjutnya.
1. Bagi anggota komunitas
Agar aspek-aspek positive youth development menetap dan berkembang
pada setiap anggota komunitas, antara lain sebagai berikut :
a. Anggota komunitas disarankan menggunakan keterampilan dan
kompetensi yang telah dikuasai dalam keseharian ataupun kegiatan
komunitas. Pembiasaan yang dilakukan akan menguatkan perilaku dan
karakter pada setiap aspek positive youth development.
b. Memelihara struktur dan pola interaksi komunitas yang sehat.
Keberhasilan intervensi serta terminimalisirnya hambatan disebabkan oleh
struktur yang jelas, pola interaksi yang sehat, dan suportif.
2. Bagi Stasiun Radio
Pola pengembangan anggota komunitas dapat digunakan oleh lembaga
radio sebagai media remaja untuk mecapai positive youth development.
Pengembangan remaja melalui lembaga radio perlu dapat dilakukan melalui
memberikan tantangan yang menuntut berpikir kreatif, adanya kesempatan untuk
mengemukakan pendapat dan ide, serta kesempatan untuk terlibat melayani
kebutuhan masyarakat atau lingkungan sekitar remaja.
3. Bagi praktisi bimbingan dan konseling
Bagi praktisi bimbingan dan konseling yang akan mengimplementasikasn
bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung positive youth
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015
a. Mampu menrancang program yang menantang dan memberi kesempatan
kepada anggota komunitas untuk menunjukkan kemampuan diri, serta
belajar mengembangkan keterampilan dan kompetensi di dalam kegiatan
komunitas.
b. Memahami karakteristik kebutuhan keterampilan psikologis anggota
komunintas, sehingga dapat berperan sebagai psiko-edukator
c. Memhami polai interaksi, permasalahan sosial, dan ekspektasi setiap
anggota komunitas, sebagai landasan dalam mengintervensi lingkungan
suportif bagi komunitas
d. Memiliki kemampuan advokasi, konsultasi, dan koordinasi dalam
melibatkan berbagai pihak, terutama orang dewasa untuk membantu
anggota komunitas mencapai keterampilan pada setiap aspek positive
youth development.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti kemungkinan bimbingan konseling
komunitas diintergrasikan dengan kehidupan akademik remaja. Positive youth
development idealnya mengintergrasikan berbagai aspek kehidupan remaja,
termasuk akademik dan keluarga.