• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT: penelitian tindakan partisipatoris pada anggota komunitas schoolzone di radio SE 88.1 FM bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT: penelitian tindakan partisipatoris pada anggota komunitas schoolzone di radio SE 88.1 FM bandung."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi

Bimbingan dan Konseling

oleh

Ahmad Rofi Suryahadikusumah NIM 1302817

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

|

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang

mungkar.” (Terjemahan QS Ali-Imran [03]: 104)

(3)

FM Bandung)

oleh

Ahmad Rofi Suryahadikusumah

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana

Ahmad Rofi Suryahadikusumah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(4)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT HALAMAN PENGESAHAN TESIS

AHMAD ROFI SURYAHADIKUSUMAH 1302817

BIMBINGAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG

POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

(Penelitian Tindakan Partisipatoris pada Anggota Komunitas Schoolzone di Radio SE 88.1 FM Bandug)

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing

Dr. Yusi Riksa Yustiana, M. Pd. NIP 19661115 199102 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Bimbingan dan Konseling

(5)

saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak

sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya

siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika

keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 31 Juli 2015

Yang membuat pernyataan,

(6)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT ABSTRAK

Ahmad Rofi S. (2015). Bimbingan dan Konseling Komunitas Untuk Mendukung Positive

Youth Development (Penelitian Tindakan Partisipatoris Terhadap Komunitas Schoolzone di

Radio SE 88.1 FM Bandung). Tesis. Dibimbing oleh: Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd. Program Studi Bimbingan Konseling, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian dilatarbelkangi oleh fungsi program bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung penciptaan lingkungan yang kondusif bagi positive youth development (PYD) anggota komunitas schoolzone. Tujuan dari penelitian ialah menghasilkan program bimbingan dan konseling komunitas yang tepat untuk mendukung PYD pada anggota komunitas schoolzone di Radio SE 88.1 FM Bandung. Penelitian menggunakan metode penelitian tindakan partisipatoris. Penelitian dilakukan di Radio SE 88.1 FM Bandung dengan subjek penelitian anggota komunitas schoolzone, yaitu komunitas remaja yang memiliki ketertarikan dalam bidang penyiaran radio. Penelitian menghasilkan program bimbingan dan konseling komunitas yang tepat untuk mendukung PYD berdasarkan refleksi terhadap dua siklus tindakaan. Rekomendasi ditujukan kepada 1) anggota komunitas untuk mempertahankan kompetensi yang dicapai selama intervensi, 2) Radio SE 88.1 FM untuk menggunakan pola pembinaan komunitas berdasarkan tindakan pada penelitian, 3) praktisi bimbingan dan konseling yang akan melakukan bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung PYD agar memiliki keterampilan memahami karakterstik keterampilan psikologis yang dibutuhkan anggota, memahami pola interkasi, dan mampu melibatkan berbagai pihak dalam proses bimbingan konseling komunitas, serta 4) peneliti selanjutnya untuk mengintegrasikan bimbigan dan konseling komunitas dengan aspek akademik anggota komunitas, sehingga mencapai PYD yang menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan.

Kata kunci: Bimbingan konseling komunitas, positive youth development, komunitas,

(7)

Guided by: Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd. Guidance and Counseling Program, Postgraduate School, Indonesia University of Education.

The study aims to find the accurately community counseling program to promote the positive youth development (PYD) of schoolzone community members, at SE 88.1 FM Radio Bandung. Research using qualitative and quantitative approaches, with participatory action research methods. The study was did at SE 88.1 FM Radio Bandung, with subjects are schoolzone community members, youth community that interested to broadcasting world . The instrument used was adapted from inventory of Positive Youth Development , that justified by experts of measurement, adolescent development, and language. The result is acurately community counseling program to promote positive youth development, taken from reflection of two action cycle. Recommendations addressed to 1) members of the community to maintain competence that achieved during program, 2) SE Radio 88.1 FM to use patterns of community development, based on research finding, 3) counseling practitioners who will perform guidance and counseling community to support the PYD have to understanding the characteristics of the psychological skills that needed by members, understand the patterns of interaction, and capable to involving the various people in community counseling programs, and 4) further research to integrate community counseling with the academic fields of community members, in order to get positive youth development in the entire aspects of life.

(8)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul ... Halaman Motto dan Persembahan ... Halaman Hak Cipta ... Halaman pengesahan ... Pernyataan ...

Ucapan Terima Kasih ... i

Abstrak ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Tesis ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT DAN BIMBINGAN KONSELING KOMUNITAS ... 9

A. Konsep Positive Youth Development ... 9

B. Konsep Komunitas Sebagai Media Pengembangan Remaja ... 26

C. Komunitas Penyiar Radio Sebagai Sarana Mencapai Positive Youth Development ... 32

D. Bimbingan dan Konseling Komunitas ... 33

E. Program Bimbingan dan Konseling Komunitas Untuk Mendukung Positive Youth Development ... 57

F. Asumsi-asumsi Bimbingan dan Konseling Komunitas Untuk Mendukung Positive Youth Development ... 67

G. Kerangka Pemikiran ... 69

BAB III METODE PENELITIAN ... 70

A. Metode Penelitian ... 70

B. Desain Penelitian ... 72

C. Subjek Penelitian ... 73

D. Definisi Oprasional ... 73

E. Pengembangan Instrumen ... 76

F. Prosedur Penelitian ... 85

(9)

3. Pelaksanaan Program ... 96

4. Program Bimbingan dan Konseling Komunitas Untuk Mendukung Positive Youth Development ... 117

5. Profil Positive Youth Development Anggota Komunitas Setelah Dilakukan Bimbingan dan Konseling Komunitas ... 122

B. Pembahasan ... 127

1. Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Komunitas Untuk Mendukung Positive Youth Development ... 127

2. Perubahan Profil Positive Youth Development Setelah Intervensi Bimbingan dan Konseling Komunitas ... 132

3. Faktor – Faktor Keberhasilan Bimbingan dan Konseling Komunitas untuk Mendukung Positive Youth Development ... 135

4. Program Bimbingan dan Konseling Komunitas untuk Mendukung Positive Youth Development ... 142

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 147

A. Kesimpulan ... 147

B. Rekomendasi ... 149

(10)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Community counseling in community mental health

agencies... 50

Tabel 2.2 Matriks program bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung Positive youth development (PYD)... 60

Tabel 3.1 Kisi – kisi inventori positive youth development ... 77

Tabel 3.2 Pola skor opsi alternatif respon model summated rating... 77

Tabel 3.3 Rekapitulasi hasil penimbangan instrumen ... 78

Tabel 3.4 Rekapitulasi hasil uji validitas ... 84

Tabel 3.5 Kriteria keterandalan instrumen ... 85

Tabel 3.6 Hasil studi pendahuluan ... 86

Tabel 3.9 Hasil justifikasi rancangan tindakan... 88

Tabel 4.1 Rancangan tindakan dalam direct community ... 94

Tabel 4.2 Rancangan tindakan dalam indirect community ... 95

Tabel 4.3 Satuan layanan latihan out of the box ... 96

Tabel 4.4 Satuan layanan latihan out of the box sesi dua ... 97

Tabel 4.5 Satuan layanan berlatih kreatif menghadapi masalah dilematis ... 99

Tabel 4.6 Satuan layanan kegiatan sirkuit yang kelebihan beban ... 100

Tabel 4.7 Satuan layanan kegiatan mengenal teknik AAA stres... 101

Tabel 4.8 Satuan layanan kegiatan belajar dari senior ... 102

Tabel 4.9 Satuan layanan berbagi pengalaman dalam menghadapi stress ... 104

Tabel 4.10 Satuan layanan kegiatan refleksi pengalaman bekerjasama dengan orang dewasa ... 105

Tabel 4.11 Satuan layanan kegiatan project based learning... 106

Tabel 4.12 Satuan layanan kegiatan pembentukan identitas diri dengan lembar evaluasi ... 108

Tabel 4.13 Satuan layanan pembentukan identitas diri dengan teknik round ... 109

Tabel 4.14 Kegiatan dalam direct community... 120

Tabel 4.15 Rincian tindakan dalam indirect community ... 121

Tabel 4.16 Deskripsi profil positive youth development setelah intervensi ... 122

Tabel 4.17 Refleksi perubahan perilaku anggota komunitas pada setiap fokus intervensi ... 123

Tabel 4.18 Perbandingan aktivitas presentasi klasikal dengan sharing bersama pernyiar senior mengenai teknik menghadapi stres ... 128

(11)

development ……….. 23 Gambar 2.2 Pengembangan komunitas untuk meningkatkan keputusan

komunitas tentang usaha dan sumberdaya …... 28 Gambar 2.3 Keempat Pendekatan Bimbingan dan Konseling

(12)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Judgement Instrumen

Lampiran 2 Inventori Positive Youth Development setelah Judgement Lampiran 3 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen

Lampiran 4 Instrumen Setelah Uji Validitas

Lampiran 5 Hasil Judgement Program Bimbingan dan Konseling Komunitas Untuk Mendukung Positive Youth Developmen Lampiran 6 Catatn siklus penelitian

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Positive Youth Development (PYD) merupakan pandangan baru, yang

memahami remaja sebagai aset pada perkembangan manusia. Lerner dkk. (2005)

berpendapat konsep PYD memandang remaja memiliki potensi untuk sukses,

berkembang dengan sehat, dan memiliki kapasitas untuk berkembang dengan

positif. PYD didasari oleh pendapat yang menyatakakan remaja akan berusaha

memenuhi kebutuhan dasar fisik, pribadi dan sosial, dan untuk membangun serta

menggunakan kompetensi yang terlihat penting untuk kehidupann, di masa

sekarang dan di masa depan (Lynch & Mahler, 2014).

PYD menjadi sebuah pandangan yang baru dan kuat untuk menentang

pandangan tradisional mengenai masa remaja. Jelicic dkk. (2007)

mengungkapkan perspektif PYD akan relevan dengan desain program yang akan

diberikan pada remaja berdasarkan ide-ide pengembangan yang positif, semua

remaja dapat dikembangkan, dan pengembangan berfungsi untuk mengurangi

dorongan untuk melakukan perilaku berisiko. Pengurangan perilaku berisiko

tinggi adalah inti dari kerangka PYD, yang mengakui perilaku negatif risiko

rendah adalah bagian dari perkembangan remaja yang sehat.

Penelitian berbagai program pengembangan remaja berorientasi PYD

dilatarbelakangi hasil temuan komprehensif dari The National 4-H Council

mengenai studi positive youth development yang dimulai pada tahun 2002, hasil

survey terhadap 7.000 remaja dari berbagai latar belakang di 42 negara bagian

Amerika Serikat, yang menunjukkan PYD berkontribusi kepada penurunan

perilaku berisiko di usia remaja. Hasil peneletian Jelice dkk.. (2005)

menunjukkan PYD dapat memprediksi kontribusi yang lebih tinggi dan

menurunnya tingkat perilaku berisiko. Schwartz dkk. (2010) menggambarkan

PYD bertindak sebagai faktor protektif untuk perilaku berisiko, khususnya

(14)

2

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

|

meskipun PYD memiliki efek pencegahan, dapat juga menjadi proses promotif

yang mengalihkan remaja dari kesempatan berprilaku negatif.

Komunitas merupakan sarana untuk mencapai positive youth development.

Konformitas pada usia remaja menjadikan lingkungan komunitas sebagai sarana

dalam pembentukan psiko-sosial, termasuk identitas dan penanaman nilai. Remaja

membawa energi tertentu dengan relasi (pertemanan) dan dunia sosial remaja

(Silbereisen , 2007). Herrling, dan Kuperminc (1997) menyatakan keikutsertaan

remaja dalam komunitas merupakan ruang positif dalam mengembangkan

moralitas remaja.

Keberadaan komunitas di Kota Bandung menjadi media pengembangan

diri remaja yang positif dan kreatif, bahkan berdampak secara regional. Kota

Bandung ditetapkan sebagai kota kretif se-Asia Timur salah satunya karena

berkembangnya banyak komunitas kreatif di Kota Bandung (.bdg magazine ed.

1). Komunitas kreatif di Kota Bandung berdampak positif kepada pengembangan

kerpribadian anggotanya, seperti komunitas earth hour yang berfokus kepada

kampanye penghematan energi, sahabat kota yang aktif membantu pengembangan

pendidikan untuk anak di lingkungan prasejahtera, pensil kertas yang

memfasilitasi remaja untuk berkreatifitas dengan peralatan yang sederhana, dan

lain sebagainya.

Komunitas dapat berpengaruh negatif pada perkembangan remaja.

Lingkungan komunitas yang negatif menjadikan remaja dalam komunitas

berprilaku negatif. Remaja dalam komunitas menjadi tidak kompeten, cinta

kekerasan, dan tidak produktif jika lingkungan komunitas tidak memberi

kesempatan kepada anggota untuk memunculkan kompetensi, peduli pada sesama,

dan menghasilkan karya.

School zone merupakan salah satu komunitas pelajar Kota Bandung yang

terbentuk dari sebuah program siaran di radio ON 94,8 FM Bandung. Anggota

komunitas school zone merupakan siswa SMA / sederajat yang aktif mengisi

siaran di program school zone. Studi pendahuluan terhadap curriculum vitae, dan

(15)

1. Anggota school zone mengikuti kegiatan hanya untuk mengisi waktu

luang

2. Kesadaran anggota akan kemampuan dan kontribusi yang dapat

dilakukan melalui kegiatan school zone masih kurang

3. Anggota school zone belum menemukan peluang pengembangan diri

dari keikutsertaan pada program school zone

4. Kegiatan yang berjalan pada komunitas pelajar school zone meliputi

siaran dan nongkrong.

Keterlibatan remaja dalam schoolzone idealnya menjadi media untuk.

untuk saling mengembangkan keterampilan (competence), menjadi ahli dalam

bidang keradioan (confidence), dan belajar untuk berkarya melalui kegiatan radio

(contribution). Keterlibatan remaja yang berarti dalam komunitas school zone

merupakan kunci untuk mencapai positive youth development. Kondisi scholzone

pada studi pendahuluan mengindikasikan fungsi komunitas sebagai media

pengembangan remaja yang positif belum nampak, sehingga perlu diberikan

intervensi yang memfasilitasi anggota schoolzone untuk berkembang dalam

komunitas.

Bimbingan dan konseling komunitas adalah kegiatan untuk membantu

komunitas dengan memanfaatkan potensi yang ada pada anggota komunitas

(Lewis & Lewis, 1989). Pengembangan program bimbingan dan konseling dalam

membantu anggota komunitas berfokus kepada memfasilistasi anggota

mendapatkan kesempatan untuk: (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan,

dan tugas tugas perkembangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau

peluang yang ada di lingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan

rencana hidup serta rencana pencapaian tujuan, (4) memahami dan mengatasi

kesulitan-kesulitan sendiri, (5) menggunakan kemampuan untuk kepentingan diri

anggota, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan

diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungan, dan (7) mengembangkan segala

(16)

4

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

|

Program bimbingan dan konseling komunitas membantu anggota

schoolzone mengoptimalkan keterlibatan dalam komunitas, sebagai media untuk

berkembang sesuai perspektif positive youth development. Komunitas didorong

untuk menjadi lingkungan yang memberi kesempatan belajar, menggunakan

keterampilan yang dimiliki sebagai partisipasi terhadap lingkungan masyarakat

lebih luas. Hasil dari keterlibtan remaja dalam komunitas yang mendukung

perkembangan ialah sosok utuh remaja yang memiliki aspek competence,

confidence,character, caring, connection, dan contribution.

Bimbingan dan konseling komunitas merupakan intervensi bimbingan

dan konseling dalam seting komunits seagai dukungan sitsem, disebut juga

community outreach. Gysbers & Henderson (2012) berpendapat community outreach didesain untuk mengetahui sumberdaya masyarakat, kesempatan untuk

berkarya, dan potensi karir lokal. Fungsi outreach berorientasi pada penguatan

daya dukung lingkungan perkembangan sebagai lingkungan belajar. Bimbingan

dan konseling komunitas sebagai community outreach memanfaatkan minat dan

keterlibatan siswa dalam komunitas sebagai peluang pengembangan diri yang

positif.

Pengembangan program bimbingan dan konseling komunitas pada

komunitas school zone merupakan pemanfaatan keterlibatan remaja dalam

komunitas , sehingga menjadi dukungan dalam menciptakan lingkungan untuk

mencapai positive youth development . Siaran radio yang menjadi kegiatan dalam

komunitas school zone pada dasarnya bukan hanya untuk menyalurkan minat

anggota pada siaran radio, melainkan alternatif pengembangan kompetensi,

identitas yang positif, menunjukkan kepedulian, dan berkontribusi kepada

masyarakat luas. Program bimbingan dan konseling komunitas membantu

anggota komunitas memanfaatkan peluang dan keterlibatan dalam kegiatan

komunitas.

Peneliti merancang penelitian yang berjudul program bimbingan dan

konseling komunitas untuk mendukung positive youth development. Penelitian

diharapkan menjadi gambaran intervensi terhadap keterlibatan remaja dalam

(17)

outreach sebagai bentuk dukungan sistem yang masih jarang dilakukan oleh

praktisi bimbingan dan konseling.

B. Rumusan Masalah

Program berorientasi PYD memfasilitasi remaja berkembang secara positif

melalui pengembangan kapasitas diri remaja, yang dapat menjadi kontribusi diri

kepada lingkungan. Kapasitas dri remaja akan berkembang jika lingkungan

terdekat remaja mendukung terhadap pengembangan remaja. Hubungan timbal

balik yang saling menguntungkan antara remaja dengan lingkungan menjadi fokus

utama dalam program berorientasi PYD.

Komunitas merupakan lingkungan yang dapat memfasilitasi

perkembangan manusia. Situasi komunitas akan memberi kesempatan bagi remaja

untuk berkontribusi pada lingkungannya, sehingga memunculkan pandangan yang

positif pada perkembangan remaja (PYD). Program intervensi komunitas

merupakan peluang untuk melakukan program pengermbangan remaja

berorientasi PYD.

Intervensi remaja dalam komunitas banyak dilakukan oleh pelayanan

sosial, organisasi sosial, atau lembaga swadaya masyarakat. Fokus intervensi

terhadap komunitas ialah mendorong remaja untuk berkespresi dan

mengembangkan diri dalam komunitas, serta mengupayakan dukungan bagi

perkembangan remaja. Aktivitas yang dilakukan dalam intervensi komunitas

melingkupi pelatihan, mobilisasi anggota komunitas, dan advokasi terhadap

pemenuhan hak remaja untuk berkembang pada pimpinan ataupun masyarakat

luas.

Bimbingan dan konseling komunitas memiliki orientasi yang berbeda

dalam mendukung positive youth development, yaitu memfasilitasi anggota

komunitas memahami konteks lingkungan yang dihadapi sehingga mampu

merancang berbagai aktivitas terstruktur yang dapat bermanfaat untuk

pengembangan potensi diri remaja. Program bimbingan dan konseling komunitas

memberikan kesempatan pada remaja (anggota komunitas) untuk menggunakan

keterampilan yang dapat direfleksikan menjadi perilaku yang berpengaruh positif

(18)

6

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

|

Pertanyaan penelitian adalah seperti apa program bimbingan dan

konseling komunitas yang tepat untuk mendukung positive youth development

pada anggota schoolzone?. Secara operasional batasan permasalahan penelitian

sebagai berikut.

1. Seperti apa gambaran positive youth development anggota schoolzone

sebelum mendapatkan bimbingan dan konseling komunitas?

2. Seperti apa rancangan program bimbingan dan konseling komunitas

untuk mendukung positive youth development?

3. Bagaimana pelaksanaan program bimbingan dan konseling komunitas

untuk mendukung positive youth development?

4. Pada bagian apa saja terjadi perubahan program bimbingan dan

konseling komunitas untuk mendukung positive youth development

setelah dilakukan tindakan?

5. Adakah perubahan pada positive youth development anggota

komunitas setelah diberikan program bimbingan dan konseling

komunitas?

6. Faktor apa saja yang membuat program bimbingan dan konseling

komunitas mampu mengembangkan positive youth development?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah menghasilkan program bimbingan dan konseling

komunitas yang tepat untuk mendorong positive youth development pada anggota

schoolzone. Tujuan penelitian lebih terperinci yaitu :

1. Menggambarkan positive youth development anggota schoolzone

sebelum mendapatkan bimbingan dan konseling komunitas

2. Merancang program bimbingan dan konseling komunitas untuk

mendukung positive youth development

3. Menggambarkan proses pelaksanaan program bimbingan dan konseling

komunitas untuk mendukung positive youth development

4. Menjelaskan perubahan yang terjadi pada program bimbingan dan

konseling komunitas untuk mendukung positive youth development

(19)

5. Menggambarkan perubahan positive youth development yang terjadi

pada anggota komunitas setelah diberikan program bimbingan dan

konseling komunitas

6. Menemukan faktor keberhasilan program bimbingan dan konseling

komunitas dalam mengembangkan positive youth development

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian sebagai berikut.

a. Bagi komunitas, dapat menjadi alternatif kegiatan yang lebih tepat

dalam mengembangkan aspek-aspek positive youth development.

b. Bagi prodi dan profesi bimbingan dan konseling, dapat memberikan

kontribusi untuk kajian bimbingan, dan menambah khasanah intervensi

bimbingan dan konseling.

c. Bagi anggota komunitas, dapat memberikan kesempatan untuk

mencapai aspek aspek pada positive youth development.

E. Struktur Organisasi Tesis

Berdasarkan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas

Pendidikan Indonesia (2014) sistematika penulisan laporan penelitian (tesis)

disusun sebagai berikut.

Bagian awal, berisi tentang halaman judul, pernyataan keaslian tulisan,

halaman pengesahan, motto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar

tabel, dan daftar lampiran.

Bab I Pendahuluan, pada bab satu dikemukakan tentang latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi

tesis.

Bab II Landasan Teori, membahas teori yang melandasi permasalahan tesis

yang merupakan kerangka teoritis yang diterapkan dalam tesis, serta posisi

teoritik peneliti. Pada bab ini berisi tentang konsep dasar positive youth

development , keterkaitan positive youth development dengan kegiatan

(20)

8

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

|

konseling komunitas untuk mendukung positive youth development, serta asusmsi

penelitian .

Bab III Metode Penelitian, bab tiga berisi penjabaran rinci mengenai

metode penelitian yang digunakan, termasuk devinisi oprasional variabel, serta

komponen seperti lokasi penelitian, subjek penelitian, desain , dan prosedur

penelitian, dan teknik analisis datanya.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab empat mengemukakan

tentang hasil penelitian dan pembahasan penelitian , yang akan menjadi jawaban

pemasalahan yang diangkat pada penelitian ini.

Bab V Penutup, bab lima berisi tentang simpulan dari hasil penelitian serta

rekomendasi yang diberikan oleh peneliti terhadap hasil penelitian.

Bagian akhir, berisi daftar pustaka serta lampiran – lampiran yang

(21)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

METODE PENELITIAN

Bab tiga menguraikan informasi yang berkenaan dengan metode

penelitian, desain penelitian, subjek penelitian, definisi operasional,

pengembangan instrumen penelitian, serta prosedur penelitian.

A.Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan dilakukan adalah metode action research

(penelitian tindakan) dengan pendektan kualitiaf dan kuantitatif. Pendekatan

kualitatif dilakukan untuk memahami dan mendeskripsikan perubahan perilaku

secara spesifik selama proses tindakan melalui observasi, sehingga dapat

merefleksikan ketercapaian tujuan intervensi dengan tepat. Pendekatan kuantitatif

dilakukan untuk menggambarkan profil positive youth development berdasarkan

inventori positive youth development, sebagai generaliasasi pencapaian setiap

aspek positive youth development .

Definisi komprehensif tentang penelitian tindakan dipaparkan oleh Carr &

Kemmis (1988, hlm. 5) sebagai bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi

diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan termasuk didalamnya guru,

siswa atau kepala sekolah dalam suatu situasi sosial untuk memperbaiki

rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan dari praktek-praktek sosial

(kependidikan) yang dilakukan, pemahaman tentang praktek serta situasi

kelembagaan tempat praktek dilaksanakan. Penelitian tindakan merupakan upaya

perbaikan dan perubahan situasi yang didasari oleh refleksi terhadap kegiatan

praktik.

Penelitian tindakan dapat merupakan suatu cara untuk menetapkan suatu

model lokal atau khusus untuk suatu situasi atau kelompok tertentu atau

mengaplikasikan suatu teori dalam skala kecil untuk menyelesaikan suatu

permasalahan khusus dengan situasi yang spesifik. Mertler (2011: hlm.5)

mengungkapkan penelitian tindakan secara spesifik memusatkan perhatian baik

kepada ciri unik populasi, subjek penelitian yang menjadi objek pelaksanaan,

maupun sasaran sebuah praktik atau yang menjadi mitra wajib bagi tindakan

(22)

71

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara spesifik metode yang digunakan ialah Participatory Action

research (PAR) atau penelitian tindakan partisipatoris. Orientasi dari penelitian

tindakan partisipatoris ialah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

berkontribusi kepada perubahan dalam oraganisasi ataupun masyarakat (Creswell,

2012 : 582). Penelitian dilakukan peneliti untuk bersama-sama mengeksplorasi,

dan memahami hubungan antara individu dengan interaksi lingkungannya,

sehingga mampu memperbaiki proses yang diperikirakan lebih tepat terjadi antara

individu dengan lingkungan.

Kurtnis dkk. (2008, hlm. 375) merekomendasikan model partisipatoris

dalam menciptakan program berorientasi positive youth development. Eccless

Keterlibatan komunitas dalam penelitian tindakan partisipatoris bukan hanya

untuk menggambarkan nilai kolaboratif dalam menindaklanjuti kebutuhan yang

mendesak dari komunitas, melainkan menunjukkan pula keuntungan dari

pemberlajaran bersama komunitas dalam mengelola pengetahuan dalam proses

pengembangan program (Kurtnis dkk., 2008, hlm. 376). Penelitian tindakan

partisipatoris memanfaatkan keterlibatan komunitas sebagai upaya kolaboratif

dalam menghasilkan program intervensi yang tepat bagi pengembangan positive

youth development anggota komunitas.

Hasil penelitian Hamby dkk. (2011, hlm. 12) menunjukkan peserta yang

terlibat secara langsung pada program berorientasi positive youth development

mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta yang

menerima kurikulum program. Temuan Hamby dkk. mendukung asumsi

penelitian tindakan partisipatoris dapat menjadi metode yang efektif untuk

mengembangkan program-program berorientasi positive youth development

dibandingkan kuasi eksperimen.

Penelitian tindakan partisipatoris dipilih sebagai metode penelitian untuk

melibatkan anggota komunitas dalam mengkaji situasi komunitas sebagai media

untuk mengembangkan aspek-aspek positive youth development, sehingga dapat

memperbaiki proses intervensi terhadap remaja dalam lingkungan komunitas.

Peneliti dan partisipan dalam komunitas bersama-sama mengkaji isu-isu

perkembangan remaja yang positif di dalam komunitas, mengkaji isu secara

(23)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

bimbingan konseling komunitas yang menjadi produk penelitian ini akan menjadi

alternatif dalam model pelayanan bimbingan, serta merubah paradigma negatif

terhadap komunitas dan hubungannya dengan perkembangan diri remaja.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian tindakan yang dilakukan menggungkan siklus spiral dari

Stringer. Stringer (2007 : hlm. 9 ) mengggambarkan pola penelitian tindakan

spiral seperti pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Model interaksi spiral dalam action research (Sumber : Stringer, 2007 : hlm. 9)

Model spiral merupakan proses yang dilkukan berulang kali, dan merevisi

prosedur serta interpretasi. Tiga langkah dalam model spiral antara lain look

(melihat), think (memikirkan), dan act (melakukan). Berikut penjelasan setiap

langkah.

1. Look adalah membantu partisipan dalam penelitian untuk memahami

kembali aktifitas dan kegiatan yang sudah dilakukan. Proses yang

dilakukan ialah mengumpulkan informasi, studi dokumentasi,

memperluas pemahaman (misalkan brainstorming),

menyelenggarakan pertemuan, dan mengkomunikasikan data.

2. Think merupakan kegiatan menginterpretasikan dan menganalisis.

Tujuan dari langkah kedua ialah untuk menyaring informasi yang

terkumpul, mengidentifikasi unsur-unsur pengalaman, dan

mengaktifkan peserta untuk memahami masalah yang mempengaruhi

(24)

73

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengategorikan penglaman, menganalisis pengalaman yang bermakna

atau berkesan, menganalisis berdasarkan konsep tertentu,

berkolaborasi menuliskan laporan dan mepresentasikannya.

3. Act atau disebut juga menyelesaikan masalah dilakukan untuk

merencanakan dan mengimplementasikan kegaiatan yang

diperkirakan lebih baik dilakukan oleh partisipan. Langkah oprasional

pada tahap ini adalah planing (merencanakan kegiatan), implementing

(melakukan), reviewing (melihat kembali aktifitas yang sudah

dilakukan), dan evaluating (mengevaluasi).

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian yang selanjutnya disebut partisipan adalah

komunitas schoolzone. Komunitas schoolzone merupakan komunitas remaja yang

berawal dari siaran radio school of zone di Radio ON 94,8 FM dan saat ini siaran

di SE 88.1 FM dalam program zona anak sekolah. Anggota schoolzone

merupakan siswa SMA/ SMK dan yang sederajat di Kota Bandung, yang

mengelola program siaran school of zone. Kegiatan yang berjalan dalam

komunitas schoolzone antara lain siaran radio, latihan keterampilan siaran,

nongkrong, dan review kuliner di Kota Bandung. Komunitas schoolzone berharap

dapat dikenal dan menjadi pusat trend remaja di Kota Bandung, komunitas remaja

yang kreatif dan cerdas, serta menjadi panutan bagi remaja di Kota Bandung.

D.Definisi Oprasional

Berdasarkan fokus kajian, pada bagian ini dipaparkan operasional

pengertian yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut.

1. Positive youth development

Positive youth development ialah pandangan positif terhadap remaja.

Learner et.al (2007 : hlm. 8) menerangkan berbagai litelatur menjelaskan

positive youth development terbentuk oleh ketercapaian remaja pada lima aspek

yaitu competence (kompeten), confidence (percaya diri) , connection (memiliki

relasi) , character (berkarakter) , caring & compassion (peduli) , serta satu aspek

tambahan yaitu contribution (kontribusi). Aspek aspek positive youth development

(25)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

Gunn, 2003).

Definisi operasional dari positive youth development ialah hasil dari

keterlibtan partisipan dalam program pengembangan remaja melalui bimbingan

dan konseling komunitas, yang tergambar dari skor rata-rata pada aspek

competence, character, connection, caring, confidence, dan contribution.

Berikut penjelasan setiap aspek.

a. Competence (kompetensi). Kompetensi merupakan pandangan positif

dari tindakan seseorang dalam bidang tertentu termasuk domain sosial,

akademik, kognitif, dan kejuruan (Lerner, 2005). Kompetensi sosial

berkaitan dengan kemampuan interpersonal (misalnya, resolusi

konflik). Kompetensi kognitif dengan kemampuan kognitif (misalnya,

pengambilan keputusan). Pandangan mengenai siswa yang berbakat

merupakan kompetensi akademik. Kompetensi kejuruan melibatkan

kebiasaan kerja dan eksplorasi pilihan karir

b. Confidence (rasa percaya diri). Confidence adalah rasa yang

menginternal secara keseluruhan untuk menghargai diri dan

self-efficacy; salah satu pandangan global untuk menghormati diri, sebagai

lawan keyakinan domain tertentu (Lerner, 2005). Fokus pada aspek

confidence adalah persepsi pada diri akan kemampuannya mencapai

sasaran yang diinginkan dalam kehidupannya, penerimaan dari

lingkungan sosial, kesiapan dalam menghadapi tantangan, dan

kemampuan untuk menyesuaikan diri pada berbagai situasi.

c. Connection (relasi sosial). Connection didefinisikan sebagai relasi

positif dengan orang-orang dan lembaga atau organisasi, yang

tercermin dalam kemampuan individu untuk bekerjasama dengan

rekan-rekan, keluarga, sekolah, dan masyarakat (Lerner, 2005). Bentuk

connection antara lain memiliki banyak teman, peduli pada lingkungan,

dapat bekerja sama dengan orang dewasa, memiliki kedekatan dengan

lingkungan keluarga, ataupun masyarakat secara luas.

d. Character (berkarakter). Konteks karakter yang diharapkan dari

(26)

75

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki standar perilaku yang benar, rasa benar dan salah (moralitas),

dan integritas (Rooth & Brooks-Gunn , 2003). Perilaku yang

mewakili karakter yang diharapakan antara lain melakukan tindakan

yang diyakini benar (moral), mengerjakan sesuatu dengan sebaik

baiknya, dapat menjadi panutan dan diandalkan, serta mampu

menghadapi situasi yang tidak diharapkan.

e. Caring ( Kepedulian) . Caring merupakan ekspresi simpati dan empati

kepada sesama (Lerner, 2005). Kepedulian menjadi komponen yang

akan membuat remaja berinisiatif untuk berkontribusi di lingkungan

sosialnya. Caring yang diukur oleh inventori meliputi keinginan untuk

membantu, memikirkan dampak dari putusan untuk orang lain,

memberikan dukungan kepada orang lain, serta mampu merasakan dan

peduli pada orang lain.

f. Contibution . Contribution merupakan bentuk keterlibatan remaja

sebagai partisipan yang aktif dalam kegiatan pelayanan publik, dan

pengambilan keputusan organisasi, komunitas, ataupun masyarakat

(Lerner, 2005). Secara oprasional, contribution tercermin dari peran

aktif dalam komunitas, mampu memberikan manfaat kepada orang lain,

bekerjasama untuk menyelesaikan permasalahan, memiliki keinginan

dan kepercayaan untuk membuat perubahan.

2. Program bimbingan dan konseling komunitas

Definisi oprasional program bimbingan dan konseling komunitas pada

penelitian adalah rangkaian kegiatan yang menjadi intervensi kepada komonunitas

school zone dalam seting pengembangan potensi siswa sebagai penyiar radio,

berorientasi agar angggota komunitas dapat mengembangkan karakter dan

perilaku dalam aspek – aspek positive youth development melalui pengalaman

mengembangkan kreatifitas, belajar mengatasi masalah dan situasi stres, menjalin

relasi, serta berkontribusi terhadap lingkungan melalui prestasi di dalam kegiatan

komunitas dan kepenyiaran radio.

Secara oprasional program bimbingan dan konseling komunitas dilakukan

(27)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

komunitas yang bersifat psiko-edukasi (mendidik aspek psikologis)

untuk membantu mengembangkan keterampilan pada setiap aspek

dalam positive youth development. Intervensi dapat disampaikan

melalui pemberian informasi, bimbingan kelompok, dan pelatihan

keterampilan bagi seluruh anggota komunitas. Landasan pemilihan

konten dan teknik penyampaian ialah keterampilan umum yang

dibutuhkan oleh seluruh anggota komunitas berdasarkan skor paling

rendah pada setiap aspek dalam inventori positive youth development,

serta gambaran umum karakteristik anggota komunitas.

b. Indirect community services, merupakan upaya penciptaan lingkungan

yang kondusif agar seluruh anggota komunitas dapat mengembangkan

perilaku yang diharapkan dalam aspek – aspek positive youth

development. Implementasi indirect community meliputi pengembangan

struktur komunitas, konsultasi dan menghimpun dukungan lembaga

radio, penggunaan sumber daya eksternal (masyarakat, keluarga,

maupun sekolah), pengelolaan program, dan mekanisme jejaring

kerjasama.

c. Direct client services, yaitu layanan responsif untuk memfasilitasi

pengembangan kompetensi dan kesehatan mental bagi konseli atau

anggota komunitas yang berpotensi menghadapi permasalahan dan

hambatan dalam mengembangkan aspek-aspek positive youth

development. Pelayanan responsif meliputi kegiatan konseling untuk

menemukan tindakan yang solutif, dan penjangkauan untuk

mempersiapkan individu menghadapi transisi dan situasi berisiko.

d. Indirect community services, yaitu strategi yang berorientasi kepada

intervensi terhadap lingkungan individu atau kelompok tertentu yang

memungkinkan untuk mengembangakan karakter maupun perilaku

dalam aspek-aspek positive youth development. Kegiatan yang

dilakukan berupa advokasi terhadap sistem pendukung pengembangan

(28)

77

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E.Pengembangan Instrumen

1. Kisi-kisi Instrumen

Instrumen dalam penelitian dirancang untuk mengungkap profil positive

youth development partisipan penelitian, sebelum dan sesudah diberi program

bimbingan dan konseling komunitas. Pengembangan instrumen dilakukan dengan

menyadur The Positive Youth Development Inventory (PYDI), yang

dikembangkan oleh Arnold, Nott, dan Meinhold, pada tahun 2012 .

Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk mengungkap profil

positive youth development dapat dilihat pada Tabel 3.1. sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Inventori Positif Youth Development

Aspek No. Item Jumlah

Competence 1-14 14

Character 15-23 9

Connection 24-31 8

Caring 32-39 8

Confidence 40-48 9

Contribution 49-55 7

Total 55

(Sumber : Arnold, Nott, dan Meinhold, 2012)

2. Penyekoran

Inventori positive youth development terdiri atas 55 item pertanyaan.

Model penyekoran setiap item menggunakan skala Likert, dengan menyediakan

empat alternatif jawaban pada setiap item, yaitu: (1) Sangat Tidak Setuju (STS);

(2) Tidak Setuju (TS); (3) Setuju (S); dan (4) Sangat Setuju (SS). Skor setiap

pernyataan berkisar dari 1 sampai dengan 4, sesuai dengan jawaban yang

diberikan oleh subjek. Model Likert yang digunakan disajikan pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Pola Skor Opsi Alternatif Respons Model Summated Ratings (Likert) Dalam Inventori Positive Youth Development

Skor Empat Opsi Alternatif Respons

STS TS S SS

1 2 3 4

(Sumber : Arnold, Nott, dan Meinhold, 2012)

Perhitungan skor level positive youth development yaitu dengan

(29)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

ketercapaian positive youth development dari subjek penelitian.

3. Penimbangan (Judgment) Instrumen

Penimbangan instrumen dilakukan untuk memperoleh butir-butir

pernyataan dari aspek-aspek positive youth development pada instrumen layak

untuk dipakai. Instrumen penelitian ditimbang oleh pakar bahasa inggris,

perkembangan remaja, dan pengukuran. Penimbang yang menjadi rujukan ialah ;

Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.pd (pakar perkembangan remaja), Eri Kurniawan,

Ph.D., M.A. dan Ruswan Dallyono, M.Pd ( pakar bahasa inggris), serta Dra. Hj.

SW. Indrawati, M.Pd., Psi (pakar pengukuran). Instrumen yang telah memeroleh

penilaian dari ketiga pakar kemudian direvisi sesuai dengan saran dan masukan

dari penimbang.

Hasil penimbangan instrumen dari keempat pakar yang telah disebutkan

disajikan pada tabel 3.3

Tabel 3.3

Rekapitulasi Hasil Penimbangan Instrumen

NO PERNYATAAN

(30)

79

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NO PERNYATAAN

9. Saya dapat mengelola emosi

10. Saya dapat mengatasi rasa kecewa

12. Saya memiliki tujuan untuk hidup saya lakukan untuk karir ke depan

Saya tertarik untuk mempelajari pilihan yang saya yakini benar

Penting benar , walaupun tidak terlihat orang lain

Saya mencoba melakukan hal yang benar , walaupun orang lain tidak tahu

(31)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015 orang lain itu penting

Saya berpikir

26. Teman-teman peduli pada saya .

(32)

81

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NO PERNYATAAN dengan orang tua saya

32. buat bagi orang lain

Saya memikirkan

dijabarkan di dalam

(33)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015 benar dan yang salah

47. Saya memiliki teman dekat

49. Saya berperan aktif dalam komunitas saya

(34)

83

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NO PERNYATAAN

Kata “dunia” diganti

dengan “lingkungan

4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan kepada 33 remaja kota

Bandung yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, organisasi, maupun komunitas

dan mengisi inventori melalui aplikasi googledocs. Uji validitas bertujuan untuk

mengkonfirmasi ketepatan instrumen yang digunakan untuk mengukur aspek

positive youth development dalam konteks komunitas. Uji reliabilitas

dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kepercayaan, keterandalan, dan sudah

baik untuk digunakan atau sebaliknya.

(35)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

α = Reliabilitas instrumen

K = Banyaknya butir pertanyaan/pernyataan

program Microsoft office excel 2007. Tinggi atau rendahnya validitas instrumen

menujukkan tingkat keyakinan mengenai hasil penelitian yang dihasilkan dengan

menggunakan instrumen yang diadopsi. Signifikansi validitas inventori positive

youth development diperoleh dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment sebagai berikut:

Angka r tabel untuk 33 responden pada signifikansi 5% adalah 0,344,

sehingga item dengan koefisien korelasi di bawah 0,344 dinyatakan tidak valid.

Hasil uji validitas menggunakan Microsoft office excel 2007 menunjukkan 46

item valid dan 9 item tidak valid. Item-item yang tidak valid tidak digunakan

sebagai alat pengungkap profil postive youth developmet. Rekapitulasi hasil uji

validitas disajikan dalam tabel 3.4.

Tabel 3.4

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas

b.Uji Reliabilitas.

Pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan program SPSS v.19. Rumus

yang digunakan ialah Alpha Cronbach, dengan penjabaran sebagai berikut.

Aspek Item Jumlah Item Valid

Valid Tidak Competence 1, 4, 5, 7, 8, 9, 12, 13, 14 2, 3, 6 , 11,

10

9

Character 15, 17, 18, 20, 21, 22 16, 19, 23 6

Connection 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31 8

Caring 32, 33, 34, 35, 37, 38, 39 36 7

Confidence 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48

9

Contribution 49, 50 51, 52, 53, 54, 55 7

(36)

85

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Relibilitas ialah keterandalan atau keajegan instrumen untuk digunakan

berulang. Tolak ukur pengujian koefisien reliabilitas mengacu pada kriteria dari

Guilford, yang tersaji dalam tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4

Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen

Hasil uji reliabilitas inventori positive youth development menggunakan

SPSS versi 19 menunjukkan koefisien reliabilitasnya sebesar 0.942, yang berarti

derajat keterandalan sangat tinggi. Koefisien yang diperoleh menunjukkan

instrument dapat dipercaya dan sudah baik untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data positive youth development.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan partisipatori dilakukan melalui tahap-tahap

sebagai berikut.

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan ialah proses penggalian informasi terhadap subjek

penelitian sebagai dasar perancangan tindakan. Informasi mengenai karakteristik,

sumberdaya, serta permasalahan yang ada pada anggota komunitas, komunitas,

dan kegiatan harian komunitas bermanfaat untuk menentukan strategi dan teknik

yang akan digunakan dalam pelakasaan tindakan. Profil positive youth

development anggota komunitas merupakan dasar untuk menentukan aspek-aspek

yang akan diintervensi atau dikembangkan dalam intervensi.

Rincian kegiatan yang dilakukan dalam studi pendahuluan ialah sebagai

berikut.

a. Menggelar pertemuan dengan komunitas untuk menemukan persepsi

(37)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

keterlibatan anggota dalam kegiatan bimbingan dan konseling komunitas.

b. Mengungkap profil positive youth development anggota komunitas

menggunakan inventori positive youth development yang sudah diuji

validitas dan reliabilitasnya.

c. Melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan kegiatan

komunitas yaitu pimpinan radio SE 88.1 FM Bandung, pengasuh

program radio, dan supervisor komunitas yang mungkin bisa

memberikan informasi mengenai kebutuhan layanan yang belum

terpenuhi atau harapan dari stek holder.

Gambaran hasil studi pendahuluan dari ketiga kegitan, disajikan dalam tabel

3.5.

Tabel 3.5

Hasil Studi Pendahuluan

Fokus Data Yang Diperoleh Asumsi Tindakan Pertemuan Komunitas Angket PYD

Pengembangan lingkungan komunitas

Sumber daya komunitas antara lain :

1. Minat yang besar dalam komunitas, 2. Relasi dengan berbagai

komunitas 3. Pengetahuan dan

wawasan yang luas

Permasalahan komunitas :

1.Belum ada struktur yang jelas

2.Kegiatan komunitas hanya sebatas kumpul, dan nongkrong

Harapan harapan stek holder terhadap komunitas

schoolzone.

1.Pendiri komunitas : komunitas dapat menjadi pusat tren, informasi, serta kreatifitas bagi pelajar Kota Bandung.

2.Pimpinan Radio SE 88.1 FM : kegiatan komunitas, terutama dalam program siaran zona anak sekolah menjadi media

pengembnagan diri, kreatifitas, dan karir bagi anggota komunitas.

(38)

87

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Fokus

Data Yang Diperoleh

(39)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015 antara lain : cemas ketika diberikan tantangan atau tugas baru, ragu ragu akan kemampuan diri

prestasi diri saya ”

(40)

89

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengembangan program didasari oleh hasil dari studi pendahuluan. Data

pada studi pendahuluan menjadi landasan dalam menentukan tujuan intervensi,

konten, strategi, dan teknik, yang disajikan dalam rancangan program intervensi

bimbingan dan konseling komunitas.

Pengembangan program intervensi bimbingan dan konseling komunitas

dilakukan dengan tahap berikut.

a. Penyusunan rancangan program

Rancangan program intervensi bimbingan dan konseling komunitas

merupakan perkiraan rencana tindakan berdasarkan tujuan dan kebutuhan yang

didapatkan dari studi pendahuluan. Peneliti merancang rangkaian kegiatan yang

akan dilakukan sebagai tindakan dalam penelitian, dan diperikirakan sesuai

dengan kebutuhan pengembangan kompetensi pada setiap aspek positive youth

development.

a)

b. Justifikasi program

Justifikasi dilakukan agar rancangan tindakan sesuai dengan konsep dan

konteks penelitian yang diharapkan. Ketersesuaian rancangan tindakan dengan

konsep teori dilakukan oleh Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd selaku pakar

perkembangan remaja, dan Dr. Ilfiandra, M.Pd selaku pakar pengembangan

program. Penilaian mengenai konteks tindakan dalam komunitas dilakukan dalam

diskusi bersama supervisor komunitas schoolzone, yaitu Iki Bahari.

Hasil justifikasi dari ketiga penimbang disajikan pada tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6

Hasil justifikasi rancangan tindakan

No Penimbang Komentar

1 Pakar perkembangan remaja 1. Optimalisasi kreativitas sulit diukur, sehingga perlu dispesifikan misalnya pada keterampilan berpikir kreatif , atau sikap kreatif.

2. Sasaran program intervensi di deskripsikan lebih tegas

3. Lebih dirinci kembali pada strategi indirect mengenai sasaran, langkah-langkah, dan peran setiap pihak yang terlibat

2 Pakar pegembangan program BK

1. Langkah –langkah fokus kepada poin implementasi 2. Kriteria keberhasilan intervensi perlu dipertegas 3 Supervisor komunitas 1. Rancangan sudah memadai

2. Sesi intervensi disesuaikan dengan kondisi yang menjadi prioritas di dalam komunitas

(41)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

besar yang terdiri dari siklus kegiatan kecil pada setiap fokus intervensi. Satu

siklus kegiatan dapat diikuti oleh siklus-siklus lain secara bersinambungan seperti

sebuah spiral.

Siklus setiap kegaiatan pada fokus intervensi terdiri dati perencanaan,

pengamatan (observasi), refleksi, dan perencanaan kembali. Berikut penjelasan

setiap aktivitas dalam siklus.

a. Perencanaan tindakan ialah merancang langkah-langkah yang akan dilakukan

untuk fokus intervensi berdasarkan sesi program intervensi.

b. Observasi dilakukan saat pelaksanaan tindakan untuk mengenali, merekam

dan mengumpulkan data dari setiap indikator keberhasilan sesi intervensi.

c. Refleksi ialah menlai ketercapaian tujuan yang diharapkan, serta perencanaan

tindakan berikutnya berdasarkan hasil observasi .

d. Perencanaan kembali adalah tindak lanjut dari hasil refleksi kegiatan, dapat

berupa siklus kecil tambahan sesi untuk menguatakan homework, siklus sesi

kecil untuk indikator yang belum tercapai, revisi tindakan jika indikator

keberhasilan tidak tercapai, dan perpindahan siklus pada sesi selanjutnya.

Siklus akan berlanjut jika tujuan intervensi telah tercpai.

4. Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah keseluruhan tindakan mencapai sasaran

intervensi. Fokus dari evaluasi ialah perubahan profil positive youth development

dan faktor-faktor keberhasilan program yang diterapkan. Evaluasi terhadap

perubahan profil positive youth development ialah dengan meninjau kesesuaian

perubahan perilaku dengan tujuan, dan indikator keberhasilan, serta perubahan

general berdasarkan inventori positive youth development. Evaluasi terhadap

faktor keberhasilan dilakukan dengan menggunakan pertanyaan terbuka kepada

komunitas schoolzone megenai situasi, pengalaman, dan perilaku peneliti selama

program intervensi berlangsung yang dianggap membuat anggota merasakan

(42)

159

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ialah program siaran bimbingan konseling

komunitas yang tepat untuk mendukung positive youth development diperoleh

berdasarkan refleksi siklus setiap fokus intervensi. Program bimbingan dan

konseling komunitas untuk mendukung positive youth development memiliki

unsur-unsur sebagai berikut.

1. Tujuan

Tujuan program bimbingan dan konseling komunitas adalah untuk

mengembangkan perilaku dan karakter pada aspek-aspek positive youth

development, melalui penciptaan lingkungan komunitas yang terbuka, memiliki

kesempatan belajar, mengembangkan diri, dan berkontribusi .

Tujuan spesifik program bimbingan dan konseling komunitas ialah agar

anggota schoolzone mampu untuk : a) berpikir kreatif dalam kegiatan komunitas,

dan menghadapi masalah, b) menghadapi situasi stress dalam komunitas, c)

memiliki cara efektif bekerjasama dengan orang dewasa di sekitar komunitas, d)

memandang diri lebih positif, serta e) berkontribusi untuk membuat perubahan di

lingkungan.

2. Fokus

Fokus program bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung

positive youth development sebagai berikut.

1.) Pelayanan kepada komunitas schoolzone secara umum berfokus

kepada mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan anggota

dalam mengembangkan positive youth development menjadi

keterampilan praktis, refleksi pengalaman di dalam komunitas, dan

menciptakan lingkungan komunitas yang kondusif untuk

pengembangan keterampilan.

2.) Pelayanan kepada anggota komunitas schoolzone secara khusus adalah

(43)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

development, serta mengupayakan dukungan untuk membantu anggota

tertentu dalam mengatasi hambatan.

3. Orientasi

Orientasi program bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung

positive youth development antara lain:

1.) mengembangkan keterampilan angggota dalam berpikir kreatif,

menghadapi masalah dalam komunitas dengan kreatif, menghadapi

situasi stres dalam komunitas, berinteraksi dengan orang dewasa, serta

melakukan kontribusi melalui kegiatan komunitas.

2.) membentuk identitas diri yang positif berdasarkan refleksi terhadap

pengalaman di dalam komunitas.

3.) menciptakan lingkungan komunitas sebagai dukungan sistem bagi

pengembangan diri anggota, berupa kesempatan untuk

mengembangakan diri.

4. Pendekatan

Pendekatan dalam bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung

positive youth development memiliki kegiatan berikut.

1.) Kegiatan dalam direct community services meliputi 10 kegiatan yang

sesuai dengan situasi komunitas, yang dilakukan dengan teknik – teknik

bimbingan kelompok .

2.) Indirect community services memiliki lima kegiatan inti untuk membentuk

orientasi, menguatkan struktur, menegaskan peran setiap pihak yang

terlibat, dan menghimpun keterlibatan lembaga radio berserta penyiar

senior.

3.) Direct client services meliputi konseling individual dengan mengoptimalkan fungsi kognitif untuk memunculkan pilihan perilaku

solutif.

4.) Indirect client services meliputi konsultasi dan koordinasi antara keluarga,

anggota komunitas, dan komunitas dalam membantu anggota komunitas

(44)

161

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Dukungan sistem

Dukungan sistem yang dibutuhkan dalam intervensi antara lain: 1)

Struktur komunitas yang kuat, 2) kesempatan untuk mengembangkan

keterampilan dan berkontribusi degan orang dewasa (dalam penelitian adalah staf

Radio SE 88.1 FM), 3) informasi untuk membantu menjadi profesional, dari

tenaga ahli (dalam penelitian adalah penyiar senior), dan 4) dukungan moril orang

tua terhadap kegiatan pengembangan anggota.

B. Rekomendasi

Rekomendasi ditujukan kepada anggota komunitas, Radio SE 88.1 FM,

praktisi bimbingan dan konseling, dan peneliti selanjutnya.

1. Bagi anggota komunitas

Agar aspek-aspek positive youth development menetap dan berkembang

pada setiap anggota komunitas, antara lain sebagai berikut :

a. Anggota komunitas disarankan menggunakan keterampilan dan

kompetensi yang telah dikuasai dalam keseharian ataupun kegiatan

komunitas. Pembiasaan yang dilakukan akan menguatkan perilaku dan

karakter pada setiap aspek positive youth development.

b. Memelihara struktur dan pola interaksi komunitas yang sehat.

Keberhasilan intervensi serta terminimalisirnya hambatan disebabkan oleh

struktur yang jelas, pola interaksi yang sehat, dan suportif.

2. Bagi Stasiun Radio

Pola pengembangan anggota komunitas dapat digunakan oleh lembaga

radio sebagai media remaja untuk mecapai positive youth development.

Pengembangan remaja melalui lembaga radio perlu dapat dilakukan melalui

memberikan tantangan yang menuntut berpikir kreatif, adanya kesempatan untuk

mengemukakan pendapat dan ide, serta kesempatan untuk terlibat melayani

kebutuhan masyarakat atau lingkungan sekitar remaja.

3. Bagi praktisi bimbingan dan konseling

Bagi praktisi bimbingan dan konseling yang akan mengimplementasikasn

bimbingan dan konseling komunitas untuk mendukung positive youth

(45)

Ahmad Rofi Suryahadikusumah, 2015

a. Mampu menrancang program yang menantang dan memberi kesempatan

kepada anggota komunitas untuk menunjukkan kemampuan diri, serta

belajar mengembangkan keterampilan dan kompetensi di dalam kegiatan

komunitas.

b. Memahami karakteristik kebutuhan keterampilan psikologis anggota

komunintas, sehingga dapat berperan sebagai psiko-edukator

c. Memhami polai interaksi, permasalahan sosial, dan ekspektasi setiap

anggota komunitas, sebagai landasan dalam mengintervensi lingkungan

suportif bagi komunitas

d. Memiliki kemampuan advokasi, konsultasi, dan koordinasi dalam

melibatkan berbagai pihak, terutama orang dewasa untuk membantu

anggota komunitas mencapai keterampilan pada setiap aspek positive

youth development.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti kemungkinan bimbingan konseling

komunitas diintergrasikan dengan kehidupan akademik remaja. Positive youth

development idealnya mengintergrasikan berbagai aspek kehidupan remaja,

termasuk akademik dan keluarga.

Gambar

Gambar 3.1 Model interaksi spiral dalam action research (Sumber : Stringer, 2007 : hlm
Tabel 3.2
Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil  Uji Validitas
Tabel 3.4 Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen
+3

Referensi

Dokumen terkait