PENGARUH LATIHAN ANGKLUNG TERHADAP PENGETAHUAN
TANGGA NADA DIATONIS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI
SPLB-C YPLB CIPAGANTI KOTA BANDUNG
Abstrak
Pada umumnya anak tunagrahita kurang mendapat perhatian khusus dalam pembelajaran seni musik.Pembelajaran seni musik sangat penting diberikan kepada anak-anak tunagrahita karena bermanfaat untuk mengembangkan minat, bakat serta kreativitas yang sebenarnya dimiliki oleh anak-anak tunagrahita. Ada beberapa alasan yang menjadikan pembelajaran musik sangat penting untuk anak-anak tunagrahita diantaranya: musik dapat merangsang kreativitas serta musik dapat menjadi sumber kegembiraan bagi mereka. Melalui Latihan Angklung ini siswa akan belajar mengenai tangga nada diatosis yang menjadi pengetahuan dasar untuk mereka sehingga mereka dapat mengembangkan minat dan bakat yang ada dalam diri mereka melalui sebuah alat musik. Tangga nada diatosis merupakan tangga nada yang mempunyai 7 nada yang berbunyi do-re-mi-fa-sol-la-si tangga nada ini biasanya digunakan untuk alat musik internasional seperti piano, gitar, biola, dll. Namun ada beberapa alat musik tradisional yang berinovasi memiliki tangga nada diatonis salah satunya adalah Angklung.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan Preexperimental Design one group pre-test post-test.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan teknik non-tes (inventori) kepribadian.Penelitian ini dilakukan pada enam orang siswa SMPLB tunagrahita ringan.Hasil penelitian ini menunjukkan pelaksanaan latihan angklung memberikan pengaruh dalam pengetahuan tangga nada diatonis pada siswa tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti.
Effect of exercise angklung on knowledge diatonic scale
mild mental retardation in SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung.
Abstrack
Children generally of children with inelektual disorder on less gets special mention hearts learning the art of music. Learning the art of music to be given children because tunagrahita useful to develop a review of Interests, talent and creativity that is actually owned Posted Children tunagrahita. There are several reasons What makes learning music For children with inelektual disorder include. Music can stimulate creativity As well as music can be a source of excitement For them. Through Exercise Angklung Students will learn Regarding Being diatosis The Basic Knowledge to review them so that they can develop interests and talents there an hearts Them selves through musical instruments. Diatosis scales are scales has 7 tones sounds do-re-mi-fa-sol-la-si husband scales typically used to review the international musical instruments such as piano, guitar, violin, etc. However some traditional musical instruments The innovation has diatonic scales only prayer is Angklung. Methods Used Research experimental method is a quantitative approach using Preexperimental Design And one group pre-test post-test. Data collection techniques used The technique is to use a non-test (inventory) Personality. The study was conducted husband orangutan on Six Students SMPLB mild mental retardation. Research results show the initial implementation of angklung exercise influence Knowledge diatonic scales at Students mild mental retardation in SPLB-C YPLB Cipaganti.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Pengertian Musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001),
merupakan ilmu atau seni menyusun nada atau suara untuk menghasilkan
komposisi yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan. Nada atau suara
tersebut disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan irama, lagu dan
keharmonisan terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat
menghasilkan bunyi. Fungsi musik adalah untuk mengekspresikan diri,
mengungkapkan perasaan, membantu pembentukan komunikasi verbal dan
nonverbal, melatih kepekaan terhadap stimuli lingkungan, dan sebagai alat
untuk meningkatkan dan membantu perkembangan kemampuan pribadi dan
sosial
Sheppard (dalam Milyartini hlm. 3) mengemukakan sepuluh manfaat
musik yakni : (1) musik dapat mengubah bentuk otak; (2) meningkatkan
kemampuan berbahasa; (3) mengembangkan fungsi mental; (4)
menstimulasi gerakan dan mengembangkan kemampuan pengendalian
koordinasi fisik; (5) mengembangkan daya ingat dan penyimpanan
informasi; (6) membantu memahami matematika dan ilmu pengetahuan; (7)
mengembangkan kemampuan komunikasi dan mengekspresikan diri; (8)
membantu anak bekerjasama; (9) membantu kesehatan emosional dan fisik;
(10) meningkatkan kreativitas.
Pembelajaran seni musik sangat penting diberikan kepada anak-anak
yang memiliki keterbatasan atau gangguan dalam menerima pendidikannya,
karena musik bermanfaat untuk mengembangkan kreativitas yang
sebenarnya dimiliki oleh anak-anak berkebutuhan khusus. Salah satu anak
berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita.
Anak tunagrahita merupakan anak dengan hambatan kecerdasan yang
berdampak pada kemampuan berbahasa, perilaku, sosial dan emosi serta
dalam hal kognitifnya yang dalam hal ini berdampak pada saat pembelajaran
seacara umum seperti pembelajaran seni musik. Anak tungrahita dalam
2
tahu bahwa pengetahuan tangga nada merupakan hal sangat mendasar ketika
seseorang belajar memainkan alat musik.
Berdasarkan hasil temuan di lapangan peneliti menemukan masalah
pada siswa tunagrahita ringan SMPLB-C di SPLB-C YPLB Cipaganti yang
dalam pembelajaran seni musik belum mengetahui dan memahami
mengenai tangga nada diatonis, mereka memainkan alat musik hanya
berdasarkan arahan dari guru.
Penggunaan musik dalam pendidikan tentunya akan memberikan
dampak positif untuk proses pembelajaran. Hal itu dikarenakan musik
merupakan salah satu cara untuk merangsang pikiran, sehingga siswa dapat
menerima materi pelajaran dengan baik.
Latihan Angklung merupakan salah satu pembelajaran musik yang
dapat menambah pengetahuan musik bagi anak tunagrahita mengenai tangga
nada diatonis. Menurut Purwanto dalam (Maryam 2012, hlm 23) latihan
dapat menyebabkan perubahan/proses dalam tingkah laku, sikap dan
pengetahuan. Jadi latihan merupakan sebuah kegiatan yang dapat
menyebabkan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku disini
dimaksudkan agar anak tunagrahita memahami dan mengetahui mengenai
tangga nada diatonis. Latihan yang akan dilaksanakan pada penelitian ini
adalah latihan angklung.
Angklung termasuk dalam kategori musik tradisional yang berasal
dari Jawa Barat yang cukup berpengaruh bagi perkembangan musik di
Indonesia. Angklung adalah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu,
yang dibunyikan dengan cara digoyangkan atau digetarkan. Angklung bisa
dimainkan oleh satu orang, namun harmonisasi bunyi angklung yang
dimainkan secara berkelompok akan terdengar lebih indah.
Pada zaman dulu, angklung merupakan alat musik yang bernada
pentatonis (da mi nati la) tetapi Daeng Sutigna yang merupakan salah satu
tokoh angklung dari tatar Sunda terus melakukan inovasi pada alat musik
angklung yang menjadikan angklung memiliki tangga nada diatonis ( do re
musik yang mendunia bernilai pendidikan yang tinggi seperti menurut
pendapat Susanto (hlm. 5) mengemukakan bahwa:
“Bermain musik angklung menjadi salah satu solusi untuk melatih
kepekaan musikal. Alat musik tradisional berasal dari Jawa Barat ini telah menjadi warisan budaya dunia milik Indonesia. Keunikan alat musik ini telah menjadikan salah satu media belajar musik yang
mudah, murah, menarik, dan bernilai pendidikan yang tinggi”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa angklung
merupakan sebuah media yang bisa digunakan untuk melatih kepekaan
musik salah satunya memberi pengetahuan tangga nada diatonis bagi anak
tunagrahita.
Oleh karena itu, Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh latihan angklung terhadap
pengetahuan tangga nada diatonis anak tunagrahita ringan di SPLB-C
YPLB Cipaganti Kota Bandung”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi masalah
yang akan dijadikan bahan penelitian diantaranya :
1. Banyaknya di lapangan anak tunagrahita ringan kurang
memahami pengetahuan tangga nada diatonis.
2. Pembelajaran musik bagi anak tunagrahita kurang menjadi
perhatian bagi guru.
3. Alat musik jarang digunakan sebagai media pembelajaran.
4. Salah satu cara untuk memahami pengetahuan tangga nada
diatonisanak tunagrahita adalah melalui alat musik angklung.
C. Batasan Masalah
Agar peneliti tidak keluar dari tujuan atau meluas pada hal – hal yang tidak sesuai dengan permasalahan yang diteliti , maka dalam penelitian ini
akan dibatasi pada permasalahan bagaimana pelaksanaan latihan angklung
dapat mempengaruhi pengetahuan tangga nadadiatonis pada anak
4
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, dapat
dikemukakan rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Apakah terdapat pengaruh latihan angklung terhadap pengetahuan tangga nada diatonis anak
tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung?”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh
informasi dan gambaran mengenai sejauh mana pengaruh latihan
angklung dapat meningkatkan pengetahuan tangga nada diatonis
anak tungrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dilaksanakan penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui kondisi pre-test pengetahuan tangganada
diatonis anak tunagrahita ringan pada saat latihan angklung..
2) Untuk mengetahui kondisi post-test pengetahuan tangga nada
diatonisanak tungrahita ringan setelah diberikan perlakuan
pada saat latihan angklung.
3) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh latihan angklung
dalam meningkatkan pengetahuan tangga nada diatonis anak
tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung.
2. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini, penulis berharap laporan penelitian ini dapat
bermanfaat, adapun manfaat tersebut diantaranya adalah:
a. Manfaat Teoritis
1) Sebagai sumbangan karya ilmiah bagi ilmu pengetahuan dalam
bidang pendidikan dan juga ilmu pada umumnya serta
2) Hasil penelitian dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut serta
acuan dalam pengetahuan tangga nada diatonis anak
tunagrahita ringan.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Penulis, Sebagai bahan kajian, diskusi ilmiah mahasiswa
untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman
mengenai pengaruh latihan angklung terhadap pengetahuan
tangga nada diatonis anak tunagrahita ringan.
2) Bagi Orang Tua, Sebagai bahan rujukan untuk menambah
pengetahuan, wawasan, dan upaya yang dapat dilakukan dalam
mengembangkan pengetahuan tangga nada diatonis anak
tunagrahita ringan
3) Bagi pihak sekolah terutama guru, hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
melaksanakan suatu intervensi melalui latihan angklung untuk
mengembangkan pengetahuan tangga nada diatonis pada anak
tunagrahita ringan.
4) Bagi siswa, dengan adanya laihan angklung ini diharapkan
anak tunagrahita ringan bisa memahami mengenai tangga nada
diatonis sehingga mereka menjadi lebih bisa mengembangkan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian
Preexperimental Design.Prasetyo B dan Jannah, L M (2005, hlm. 161)
mengatakan bahwa “peneltian experimen ini digunakan karena keterbatasan jumlah subjek yang akan diteliti”.
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam metode penelitian
Preexperimental Design adalah menggunakan One-grup pre-test-post-test
design. Prasetyo B dan Jannah, L M (2005, hlm. 161) mengemukakan
bahwa One-grup pre-test-post-test design adalah “Satu kelompok
Eksperimen yang diukur variabel dependennya (pre-test), kemudian
diberikan stimulus, dan diukur kembali variabel dependennya post-test),
tanpa ada kelompok pembanding”. Desain ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Keterangan :
O1 = nilai pretest (sebelum diberi Intervensi)
O2 = nilai posttest (setelah diberi Intervensi)
X = Intervensi
B. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel
terikat.Variabel bebas dikenal dengan istilah intervensi atau perlakuan
(Sunanto J, 2006, hlm. 12).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
latihan angklung.Angklung merupakan alat musik diatonis yang berasal
dari Jawa Barat. Angklung merupakan alat musik yang dimainkan
dengan cara digetarkan atau digoyangkan. Angklung dimainkan secara
individu atau kelompok. Biasanya apabila angklung dimainkan secara
lima buah angklung dan dibunyikan sesuai notasinya. Biasanya sebuah
notasi lagu di tulis dalam sebuah kertas besar yang biasa di sebut
partitur.Partitur tersebut digunakan sebagai petunjuk pemain angklung
ketika sedang latihan.Pelatih biasanya menunjuk notasi pada partitur dan
pemain membunyikan angklung sesuai notasinya.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang di ukur sebagai akibat
adanya manipulasi pada variabel bebas.Varabel terikat dalam penelitian
ini adalah pengetahuan tangga nada diatonis.Tangga nada diatonis
menurut Runtuwene (hlm. 3) adalah rangkaian 7 buah nada dalam satu
oktaf yang mempunyai susunan tinggi nada yang teratur. Dalam teori
musik barat, tangga nada diatonis adalah susunan satu set kumpulan not
yang merupakan komponen paling dasar memiliki 7 nada dasar yang
dikenal dengan do-re-mi-fa-sol-la-si. Tangga nada diatonis ini biasa
digunakan oleh alat musik internasional seperti piano, gitar, biola, dll
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiyono (2006, hlm. 89) menyatakan bahwa populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek / subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi
dalam penelitian ini adalah SPLB-C YPLB Cipaganti Kota Bandung.
2. Sampel
`Sampel adalah bagian dari jumlah dan karaktersitik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono 2009, hlm. 81) . Sesuai
dengan pengertian yang dikemukakan di atas, maka sampel
merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap
menggambarkan populasinya.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota
18
jumlah populasi relatif kecil kurang dari 30 orang, istilah lain dari
sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel (Sugiyono, 2009, hlm. 85).
Berdasarkan hasil teknik sampling, yang diambil menjadi
sampel dalam melaksanakan eksperimen mengenai latihan angklung
untuk meningkatkan pengetahuan tangga nada diatonis anak
tunagrahita ringan yang berjumlah 6 orang siswa SMPLB di SPLB-C
YPLB Cipaganti. Sebagaimana tercantum pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1 Subjek Penelitian
D. Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya didalam sebuah penelitian pasti menggunakan alat
ukur.Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen
penelitian.Instrumen penelitian merupakan suatu alat ukur yang menjadi
dasar dalam berlangsungnya sebuah penelitian yang diperoleh melalui tes
ataupun observasi yang didalamnya memuat data hasil dari penelitian yang
dilakukan.
Menurut Suharsimi (2002 hlm. 136) menyebutkan bahwa instrumen
penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah, dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk skala yaitu
“skala Guttman” yang merupakan skala pengukuran dengan tipe jawaban tegas “ya-tidak”, “benar-salah”, dan lain-lain. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 139) instrumen penelitian yang menggunakan skala Guttman dapat
dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
No Kode Sampel Jenis Kelamin Karakteristik
1 A Perempuan Tunagrahita Ringan
2 R Laki-laki Tunagrahita Ringan
3 D Laki-laki Tunagrahita Ringan
4 E Perempuan Tunagrahita Ringan
5 Z Perempuan Tunagrahita Ringan
Upaya untuk mencapai tujuan penelitian ini, peneliti membuat
beberapa langkah-langkah untuk mempermudah dalam mencapai tujuan
tersebut, yaitu:
1. Membuat Kisi-Kisi Pernyataan Instrumen
Kisi-kisi pernyataan berisi bagaimana pengetahuan tangga
nada diatonis anak tunagrahita ringan. Kisi-kis pernyataan
tersebut merupakan indikator yang akan dicatat, diamati dan
ditetapkan pada butir-butir soal yang disesuaikan dengan
variabel penelitian.
2. Pembuatan Butir Pernyataan
Butir soal dibuat berdasarkan indikator yang dibuat pada
kisi-kisi instrumen penelitian.Jumlah soal secara keseluruhan
berjumlah 10 butir instrumen.
3. Kriteria Penilaian
Kriteria penilaian dibuat untuk menetapkan skor atau nilai
hasil pengamatan.Skala pengukuran yang digunakan adalah
skala Guttman, kemudian sistem penilaian menggunakan bentuk
checklist pada setiap butir pernyataannya.Adapun kriteria
penilaiannya adalah skor dengan bobot nilai 1 jika anak mampu
dan skor dengan bobot nilai 0 jika anak tidak mampu.
4. Validitas Instrumen
Validitas instrumen yaitu digunakan dalam penelitian ini
yaitu validitas konstrak (contruct validity) dengan meminta
pendapat para ahli (judgment expert) . Penilaian validitas
instrument dilakukan oleh dua orang dosen dan seorang guru .
Penilaian tersebut mencocokan indikator yang ada dalam kisi -
kisi instrumen dengan butir pernyataan yang dibuat oleh peneliti
. Apabila penilai menilai cocok diberi nilai 1 dan jika tidak
cocok diberi nilai 0 , kemudian dihitung dengan rumus menurut
20
Keterangan :
P = Skor / presentase
F = frekuensi cocok menurut penilai
f = Jumlah penilai
5. Reliabilitas Instrumen
Susetyo (2011, hlm. 105) mengemukakan bahwa :
“Suatu perangkat ukur yang dapat dipercaya adalah alat
ukur yang hasilnya tidak berubah atau hasilnya relatif sama jika dilakukan pengetesan secara berulang - ulang
dan alat ukur yang demikian dinamakan dengan realibel”.
Pernyataan yang dikemukakan di atas menunjukkan
bahwa melakukan uji reliabilitas terhadap suatu instrumen
sangat diperlukan, dimana uji reabilitas ini dapat memberikan
gambaran yang benar - benar dipercaya tentang kemampuan
seseorang. Instrumen diuji cobakan pada subjek yang memiliki
karakteristik yang sama dengan subjek penelitian, yaitu siswa
tunagrahita ringan SMPLB.
Pengujian reliabilitas pada penelitian ini diukur dengan
carainternal consistensi, karena mencobakan instrumen hanya
sekali saja. Pengujian reabilitas ini menggunakan tekhnik
Kuder-Richardson 21 menurut Susetyo (2011, hlm. 116) dengan
rumus sebagai berikut:
Keterangan :
ri = reliabilitas instrumen.
K = jumlah butir pertanyaan/pernyataan.
Sebelum menggunakan rumus di atas untuk mencari nilai
reliabilitas, maka harus menghitung Varians Total terlebih
dahulu dengan menggunakan rumus :
�� = ∑ �
2− ∑� ²
� �
Keterangan :
Vt = varians total.
X = jumlah skor keseluruhan.
N = jumlah responden.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan tekhnik Non-Tes daftar inventori. Menurut Margono (2010,
hlm.175) Tekhnik pengumpulan data dengan daftar inventori kepribadian
dimaksudkan untuk mendapatkan ukuran kepribadian dari objek penelitian ,
Sebagaimana yang dikemukakan bahwa:
“Daftar inventori para subjek diberi macam - macam pernyataan yang mengambarkan pola - pola tingkah laku mereka diminta untuk menunjukkan apakah tiap - tiap pernyataan itu merupakan ciri tingkah laku mereka , dengan memberikan tanda ceklis pada jawaban ya atau tidak . Skor dihitung dengan menunjukkan jawaban yang sesuai
dengan sifat yang diukur oleh peneliti”.
Teknik daftar inventori kepribadian ini, peneliti mengamati pola- pola
tingkah laku anak dalam hal ini pengetahuan tangga nada diatonis pada saat
fase pre-test dan fase post-test pada sampel yang diteliti . Inventori adalah
suatu metode untuk mengumpulkan data yang berupa suatu pernyataan
tentang sifat , keadaan , kegiatan tertentu dan sejenisnya. Dari daftar
pernyataan tersebut menyangkut tentang sifat, keadaan, kegiatan
tertentu.Skor yang diperoleh dari hasil pola-pola tingkah laku anak tersebut
selanjutnya ditafsir oleh peneliti tentang keadaan anak.Fungsi dari teknik
daftar inventori ini adalah untuk dasar peneliti dalam mengenal, mengetahui
22
Selain dengan teknik non tes daftar inventor, peneliti juga
mendokumentasikan kegiatan selama penelitian .Dokumentasi merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumentasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data setiap siswa,
mengumpulkan hasil daftar inventori yang telah diujikan kepada siswa,
mengumpulakn hasil gambar-gambar selama penelitian berlangsung.
F. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian dilakukan guna mendapatkan informasi
mengenai prosedur pelaksanaan penelitian yang dilakukan.Informasi
yang diperoleh dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan penelitian.
Sebelum penelitian dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan dan mengetahui
gambaran secara jelas tentang subyek penelitian yang ada di
lapangan.
b. Mengurus surat perizinan
1) Permohonan surat pengantar dari jurusan PKh untuk
pengangkatan dosen pembimbing;
2) Permohonan surat keputusan Dekan FIP mengenai
pengangkatan dosen pembimbing dan surat pengantar izin
penelitian untuk ke direktorat melalui Direktorat
Akademik;
3) Mengurus surat penagntar izin penelitian mealalui
Direktorat Akademik untuk ke Badan Kesatuan Bangsa
(KESBANG);
4) Membuat surat izin penelitian di KESBANG berdasarkan
surat pengantar dari Direktorat Akademik;
5) Menyerahkan surat izin penelitian kepada Kepala Sekolah
yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu SPLB-C
6) Menyusun instrumen penelitian mengenai pengetahuan
tangga nada diatonis. Instrumen penelitian ini meliputi
kisi-kisi instrumen, pembuatan butir soal, pembuatan
program latihan angklung.
7) Melakukan uji coba instrumen penelitian, uji coba
instrumen ini meliputi uji validitas dan reliabilitas. Uji
validitas dilakukan dengan meminta penilaian para ahli
(Expert Judgement). Para ahli tersebut adalah satu orang
dosen, satu orang pelatih angklung di SMP Pasundan 1
Bandung, dan satu orang guru di SPLB-C YPLB
Cipaganti. Kemudian melakukan uji reliabilitas dilakukan
pada siswa SMPLB di SLBN A Citereup.
2. Pelaksanaan Penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian terbagi menjadi beberapa kegiatan
meliputi persiapan, pengambilan data, menghitung dan mengolah
data.Penelitian dilaksanakan pada waktu kegiatan belajar mengajar
dan dilakukan di ruang kesenian. Adapun langkah-langkah yang
ditempuh dalam pelaksanaannya adalah sebagai berikut
a. Meminta izin kepada pihak sekolah untuk melaksanakan
penelitian, mengadakan komunikasi dengan guru kelas mengenai
jadwal penelitian dan mendiskusikan rencana program
pembelajaran;
b. Melaksanakan pre test untuk mengetahui kemampuan dasar subjek
penelitian dalam kegiatan latihan angklung. Pre test dilakukan
kepada siswa SMPLB SPLB-C YPLB Cipaganti dengan
mengamati anak dalam kegiatan latihan angklung. Hasil pre test
yang di dapat murni kemampuan yang dimiliki anak.
Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat jumlah skor
mampu yang diperoleh subjek.
c. Melaksanakan treatment selama empat kali pertemuan, yaitu
24
tangga nada diatonis. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 30
menit
d. Melaksanakan post test, yaitu pengukuran kembali hasil belajar
dari pelaksanaan latihan angklung untuk mengetahui sejauh mana
treatment yang dilakukan berpengaruh terhadap pengetahuan
tangga nada diatonis anak tunagrahita ringan. Post test dilakukan
kepada subjek penelitian dengan mengamati pelaksanaan latihan
angklung yang sama pada saat pre test.
3. Langkah-langkah latihan angklung
a. Peneliti menyiapkan alat seperti partitur angklung, angklung dan
penunjuk untuk menunjuk partitur angklung.
b. Peneliti menjelaskan kepada siswa/subjek peneliti bahwa akan
sama-sama berlatih angklung.
c. Peneliti memberitahukan lagu yang akan dimainkan yaitu lagu
“Paman Datang”
d. Peneliti bersamaan dengan siswa/subjek peneliti menyanyikan
lagu “Paman Datang”
e. Peneliti melakukan tanya jawab mengenai tangga nada diatonis
(do re mi fa sol la si) yang ditunjuk oleh peneliti pada partitur
angklung yang berisi notasi angka (1=do , 2=re, 3=mi, 4=fa,
5=sol, 6=la, 7=si)
f. Peneliti membagikan satu angklung kepada satu orang anak,
masing-masing anak mempunyai nada yang berbeda satu sama
lain.
g. Peneliti memberitahukan nada yang harus dimainkan oleh
masing-masing anak.
h. Peneliti memberitahu cara membaca partitur dan mengenalkan
tanda-tanda yang ada partitur seperti angka nol (0) artinya
berhenti dan symbol titik (.) artinya bunyikan dengan ketukan
panjang.
i. Peneliti melakukan pemanasan dengan membunyikan angklung
Kemudian pemanasan kedua yaitu membunyikan angklung secara
berurutan ( do re mi fa sol la si).
j. Peneliti menunjuk satu persatu not angka yang ada partitur
angklung satu bagian-satu bagiandan pada kegiatan ini
siswa/subjek penelitian membunyikan angklung miliknya sesuai
nada yang ditunjuk oleh peneliti.
k. Peneliti membenarkan apabila anak keliru dalam membunyikan
angklung
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data
ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau
rumus-rumus tertentu. Pengolahan data bertujuan mengubah data mentah dari hasil
pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan arah untuk
pengkajian lebih lanjut.
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengolah data
adalah teknik statistik deskriptif dengan tujuan memperoleh gambaran
secara jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu. Jadi dalam
penelitian ini data akan disajikan melalui tabel atau grafik. Penggunaan
analisis dengan grafik/tabel ini diharapkan dapat lebih memperjelas
gambaran sebelum, ketika diberi intervensi latihan angklung sebelum dan
sesudah di intervensi dalam pengetahuan tangga nada diatonis anak
tunagrahita ringan.
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis dengan
menggunakan statistik non-parametrik uji Wilcoxon, karena subjek
penelitiannya tidak terlalu banyak dan data yang diolah berskala ordinal.
Menurut Sugiyono (2009, hlm. 212) teknik uji Wilcoxon digunakan untuk
menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datanya
berbentuk ordinal.
Dari pernyataan di atas bermaksud agar data yang diperoleh peneliti
mampu mengolah dan menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
26
2. Mentabulasi skor tes awal dan tes akhir;
3. Membuat tabel perhitungan skor tes awal dan tes akhir;
4. Menghitung selisih skor tes awal dan tes akhir;
5. Menyusun rangking;
6. Melakukan uji tanda dengan membubuhkan tanda (+) untuk selisih
positif antara tes akhir dan tes awal. Tanda ( - ) diberikan untuk
selisih negatif antara tes akhir dan tes awal;
7. Menjumlahkan semua ranking bertanda positif dan negatif;
8. Membandingkan uji tanda hitung (T hitung) dengan uji tanda tabel
(T tabel), untuk uji Wilcoxon;
9. Membuat kesimpulan, yaitu H0 ditolak apabila T hitung ≤ T tabel
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis tentang latihan
angklung untuk meningkatkan pengetahuan tangga nada diatonis anak
tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti dengan jumlah sample 6
orang siswa SMPLB, dapat disimpulkan bahwa latihan angklung
memberikan pengaruh terhadap pengetahuan tangga nada diatonis. Secara
spesifik berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan sebagai berikut :
1. Pada Kondisi Pretest secara keseluruhan anak dapat mengenal tangga
nada diatonis, hanya saja mereka masih belum mampu untuk
menyebutkan, membedakan, memahami tangga nada diatonis serta
mengaplikasikannya pada alat musik angklung.
2. Setelah diberi perlakuan sebanyak 4 kali, dapat dilihat dari kondisi
Post-test ada beberapa peningkatan seperti secara keseluruhan anak
sudah mampu menyebutkan tangga nada diatonis dari notasi
angka.( 1=do, 2=re, 3=mi, 4=fa, 5=sol, 6=la, 7=si), mampu mengingat
notasi angka yang harus dimainkan ketika latihan angklung, sebagian
dari mereka mampu membedakan tangga nada diatonis dari notasi
angka. ( 1=do, 2=re, 3=mi, 4=fa, 5=sol, 6=la, 7=si), dan satu diantara
mereka mampu membaca tangga nada diatonis dari notasi angka.
( 1=do, 2=re, 3=mi, 4=fa, 5=sol, 6=la, 7=si) pada partitur lagu yang
akan dimainkan. Dalam pengaplikasian tangga nada diatonis terhadap
alat musik angklung mereka pengalami peningkatan pada indicator
ini. Mereka semua mampu membunyikan angklung miliknya sesuai
dengan nada pada notasi angka dari sebuah lagu yang dimainkan pada
saat latihan angklung serta mampu membunyikan angklung secara
berurutan berdasarkan tangga nada diatonis (do re mi fa sol la si).
B. Rekomendasi
Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diungkapkan ,
41
rekomendasi dalam pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah
Latihan angklung dapat menjadi pertimbangan sekolah dalam
pembelajaran musik mengenai pengetahuan tangga nada diatonis bagi
anak tunagrahita. Sekolah bisa menjadikan angklung sebagai wadah
untuk menyalurkan minat dan bakat pada anak tunagrahita.
2. Bagi Guru
Media Angklung dapat menjadi media pembelajaran pada saat
proses pembelajaran seni musik. Karena latihan angklung dapat
melatih kepekaan musik pada anak tunagrahita sebagai penunjang
dalam menyalurkan minat dan bakat yang mereka miliki, selain itu
latihan angklung dapat melatih motorik, konsentrasi, disiplin, gotong
royong, dan tanggung jawab.
3. Bagi Orang Tua
Orang tua seharusnya dapat melihat minat dan bakat yang dimiliki
anak sehingga orang tua dapat bekerja sama dengan guru dalam
mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh anak.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik melakukan
penelitian dengan pelaksanaan latihan angklung bisa lebih
DAFTAR PUSTAKA
Amin M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Arikunto, S. Dan Safuddin AJ, C. (2010). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara
Astati & Mulyati, Lis.(2010). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: CV. Catur
Karya Msndiri
Cudhayanti, G.N.A. (2015). Respons Anak Tunagrahita Ringan Dalam
Pembelajaran Musik Kreatif Studi Kasus: SLB Rela Bhakti 1 Gamping
Sleman. (Skripsi). Institut Seni Indonesia. Yogyakarta.
Efendi, Mohammad. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.
Jakarta: Bumi Aksara
Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI[Online]. Diakses dari :
(http://kbbi.web.id/).
Mahendra, Agus & Ma’mun, Amung.(1998). Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik. Bandung. IKIP Bandung Press
Maryam, Siti Yuliana. (2012) Pengaruh Latihan Identifikasi Objek terhadap
peningkatan konsentrasi anak tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB
Cipaganti.(Skripsi).Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung
Masunah dkk.(2003). Angklung di Jawa Barat Sebuah Perbandingan Volume 1.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional.
Milyartini, Rita. Peran Musik Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. (makalah).
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung
Prasetyo, B.(2007). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada
Purnama, Hendra Jaka. (2012). Pengaruh Metode Hand Sign terhadap Prestasi
Belajar Seni Musik pada Anak Tunagrahita Ringan. (Skripsi) Universitas
43
Runtuwene, Lastiko. Teori Musik (Bahan Penunjaneg Kursus Musik Gereja.
[online] Diakses dari :
http://sulut.kemenag.go.id/file/file/katolik/zpmh1366661602.pdf/ .
Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif dan R&D . Bandung:
Alfabeta.
Somantri, T. Sutjihati. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT.
RefikaAditama..
Susanto, Heri Yonathan. Angklung [Online] Diakses dari
:(http://www.pppgkes.com/index.php?option=com_phocadownload&view
=category&download=78:angklung&id=1:widyaiswara).
Susetyo, B. (2011). Evaluasi Pembelajaran . Jurusan Pendidikan Khusus
Universitas Pendidikan Indonesia.(2014) .Pedoman Karya Tulis Ilmiah. Bandung:
Bumi Aksara
Wiramihardja, Obby A.R. (2003).Membentuk Sebuah Grup Angklung.
Bandung.Tidak diterbitkan.
Wikipedia Indonesia. Pengertian Musik. [Online] Diakses dari