• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN BAB I Umum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN BAB I Umum"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

BAB

I

PENDAHULUAN

1.1. Umum

Pertama kali pengumpulan data usaha konstruksi rumahtangga/perorangan dilaksanakan secara lengkap melalui Sensus Konstruksi 1977. Kemudian secara lengkap pula terintegrasi pada Sensus Ekonomi 1986, Sensus Ekonomi 1996, dan Sensus Ekonomi 2006. Seiring dengan makin diperlukannya informasi mengenai kegiatan usaha konstruksi rumahtangga/perorangan, maka secara tersendiri pada tahun 2012 Badan Pusat Statistik melaksanakan survei usaha konstruksi rumahtangga/perorangan untuk pertama kali, yang disebutSurvei Usaha Konstruksi Tidak Berbadan Hukum (VTBH12 Konstruksi). Pada tahun 2013ini dengan sampel yang sama seperti VTBH12 Konstruksi, Badan Pusat Statistik kembali akan melaksanakan pengumpulan data usaha konstruksi rumahtangga/perorangan yang kedua melaluiSurvei Usaha Konstruksi Perorangan 2013 pada beberapa kabupaten/kota di seluruh Indonesia.Perubahan nama dan identitas ini mengacu pada tingkatan kualifikasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum yang tertuang dalam Undang Undang No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Tingkatan kualifikasi ini terdiri dari grade 6 dan grade 7 disebut dengan kualifikasi Besar, grade 5 disebut dengan kualifikasi Menengah, grade 2; 3; dan 4 disebut dengan kualifiakasi Kecil sedangkan grade 1 disebut dengan kualifiaksi Perorangan.Sementara VTBH diganti menjadi SKP yang merupakan akronim dari Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

Survei Usaha Konstruksi Perorangan Tahun 2013 yang selanjutnya disebut SKP13 diselenggarakan untuk mengetahui profil, keberadaan, penyebaran, aktivitas, dan karakteristik kegiatan usaha konstruksi perorangan yang menyebar pada beberapa kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Sedang untuk pencacahan sampel SKP13 dilakukan melalui pendekatan usaha.

Buku ini dibuat sebagai pedoman teknis untuk Kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/Kota, pedoman pendataan bagi pencacah, dan pedoman pengawasan/pemeriksaan bagi pengawas agar mempunyai persepsi dan pemahaman yang sama berkaitan dengan pelaksanaan SKP13.

(2)

1.2. Landasan Hukum

Landasan hukum pelaksanaan SKP13:

a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik.

b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik.

c. Keputusan Presiden RI Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja BPS.

d. Keputusan Presiden RI No. 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik.

1.3. Tujuan

Secara umum Survei Usaha Konstruksi Perorangan(SKP13) bertujuan untuk mengetahui profil usaha konstruksi perorangan di Indonesia yang dapat digunakan sebagai bahan perencanaan kegiatan ekonomi secara makro. SKP13 akan mengumpulkan dan menyajikan data tentang kegiatan usaha konstruksi perorangan pada tingkat nasional.

Secara khusus tujuan SKP13 adalah mendapatkan informasi dasar tentang berbagai informasi mengenai kegiatan, seperti:

a. Banyaknya usaha b. Banyaknya tenaga kerja

c. Pengeluaran untuk tenaga kerja d. Struktur input dan output e. Permodalan

f. Kendala dan prospek usaha

g. Keterangan lain yang berkaitan dengan usaha konstruksi perorangan

1.4. Ruang Lingkup

Survei Usaha Konstruksi Perorangan 2013 (SKP13) dilaksanakan di beberapa kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Banyaknya kabupaten/kota yang menjadi lokasi survei adalah 160 kabupaten/kota yang tersebar di 33 Provinsi.

Sampel SKP13sebanyak 12.000 usaha konstruksi perorangan yang berusaha di sektor konstruksi dengan sistem borongan baik borongan bahan dan tenaga kerja maupun borongan tenaga kerja saja dan aktif selama setahun lalu yangtersebar di 1.200 desa/kelurahan.

(3)

1.5. Data dan Keterangan yang Dikumpulkan

Adapun data dan keterangan yang dikumpulkan dalam SKP13:

a. Daftar SKP13-P terdiri dari 6 (enam) blok, yaitu: Blok I : Keterangan Tempat Blok II : Ringkasan

Blok III : Keterangan Petugas dan Pengesahan Blok IV : Catatan

Blok V : Daftar Rumahtangga/Usaha Konstruksi Blok VI : Keterangan Penarikan Sampel

b. Daftar SKP13-S terdiri dari 11 (sebelas) blok, yaitu: Blok I : Keterangan Tempat

Blok II : Keterangan Usaha

Blok III : Keterangan Umum dan Bimbingan/Pelatihan Blok IV : Pekerja, Hari Kerja, Balas Jasa, dan Upah Blok V : Biaya/Pengeluaran Selama Setahun yang Lalu Blok VI : Pendapatan Selama Setahun yang Lalu

Blok VII : Ringkasan Blok VIII : Permodalan

Blok IX : Kendala dan Prospek Usaha

Blok X : Keterangan Responden dan Petugas Blok XI : Catatan

1.6. Jadwal Kegiatan dan Pelaksanaan SKP13

Adapun jadwal kegiatan dan pelaksanaan SKP13yang dilaksanakan pada tahun 2013 seperti tabel di bawah ini:

No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan

(1) (2) (4)

1. Penyusunan Metodologi, Kuesioner dan Buku Pedoman Januari 2013 2. Pencetakan Kuesioner dan Buku Pedoman Pebruari 2013 3. Pengiriman Dokumen ke BPS Provinsi/Kabupaten/Kota Maret 2013

4. Listing dan Pengambilan Sampel Mei 2013

5. Pencacahan Sampel (Daftar S) Juni 2013

6. Pemeriksaan di BPS Kabupaten/Kota Juni – Juli 2013

7. Pengiriman dokumen hasil pencacahan ke BPS Provinsi Juli 2013

(4)

9. Pengiriman dokumen hasil pencacahana ke BPS Agustus 2013 10. Pengolahan (Data Entri & Pasca Konputer) di BPS RI Agust –Sept 2013 11. Finalisasi Tabulasi Hasil di BPS RI 1 – 15 Oktober 2013 12. Penulisan Naskah Publikasi di BPS RI 16 – 30 Oktober 2013

13. Pencetakan Publikasi di BPS RI 1 – 14 Nopember 2013

14. Penyebaran/Diseminasi Publikasi 15 – 31Nopember 2013

1.7. Jenis Dokumen dan Buku yang Digunakan

1) Peta SP2010-WA

Satuan pengamatan SKP13 adalah desa/kelurahan. Oleh karena itu, salinan peta desa/kelurahan (SP2010-WA) sangat dibutuhkan oleh pencacah sebagai panduan dalam mengenali wilayah tugasnya agar tidak terjadi lewat cacah maupun cacah ganda. Hal ini sekaligus untuk memberikan keyakinan bahwa pencacahan yang dilakukan tidak akan melewati batas wilayah kerjanya.

Dokumen SP2010-WA berisi informasi batas wilayah desa/kelurahan dan muatannya. Sebelah kiri atas berisi tulisan SP2010-WA, sebelah kanan atas berisi kode wilayah. Bagian sebelah kanan adalah kotak keterangan legenda yang antara lain berisi informasi nama wilayah mulai desa/kelurahan hingga pulau, arti garis dan arti simbol-simbol lain yang tertera pada gambar sketsa peta.

Dalam Gambar 1, Sketsa SP2010-WA berisi informasi di Desa Limboro dengan kode wilayah 7204082005.Desa ini terdiri dari 6 blok sensus dan 8 rukun tetangga, BS berkode 001B dan 005B berasosiasi masing-masing dengan RT 7 dan RT 8. Kode BS 002B berasosiasi dengan gabungan RT 6 dan RT 5, kode BS 003B berasosiasi dengan gabungan RT 3 dan RT 4, dan kode BS 004B berasosiasi dengan gabungan RT 1 dan RT 2. Simbol tempat kedudukan kantor camat, kantor desa/kelurahan, masjid, sekolah, dan lain-lain tergambar di dalam sketsa peta akan memudahkan proses pencarian respon kegiatan SKP13.

Beberapa hal yang harus disiapkan berkaitan dengan peta SP2010-WA adalah sebagai berikut:

 BPS Kabupaten/Kota menyediakan peta Desa/Kelurahansampel SP2010-WA terpilih.  Apabila ada peta yang tidak lengkap, maka BPS Kabupaten/Kota mencetak (print)

(5)

 Bila pendataan dalam 1 (satu) desa/kelurahanharus diselesaikan oleh 2 (dua) orang pencacah, maka SP2010-WA harus di print dalam ukuran A3 menggunakan tinta warna untuk petugas kedua.

 Pembagian tugas kerja di lapangan harus jelas dengan memperhatikan batas SLS dan BS dalam peta SP2010-WA.

 Sketsa peta SP2010-WA dipinjamkan kepada pencacah pada saat pelatihan untuk digunakan dalam pendataan.

Gambar 1. Contoh peta Desa/Kelurahan SP2010-WA 2) Daftar SKP13-P

 Daftar SKP13-P digunakan untuk pemutakhiran pengusaha/usaha konstruksi perorangan. Daftar ini dicetak (print) pada kertas ukuran A4 bolak-balik di BPS Kabupaten/Kota.

 Untuk 1 (satu) desa/kelurahanyang menggunakan 2 (dua) orang pencacah, maka Daftar SKP13-P Konstruksi harus diprint rangkap 2 (dua).

 Pada lembar SKP13-P ini disediakan baris kosong untuk diisi berdasarkan hasil

(6)

3) Daftar SKP13-RD

 Daftar SKP13-RD diisi oleh pengawas dan digunakan untuk merekap jumlah usaha konstruksi perorangan per desa/kelurahan.

 Daftar SKP13-RD sebagai dasar BPS kabupaten/kota mengalokasikan target sampel usaha konstruksi peroranganper Desa/Kelurahan per bidang pekerjaan utama.

4) Daftar SKP13-DS

 Daftar SKP13-DS adalah daftar nama dan alamat sampel usaha konstruksi perorangan terpilih per desa/kelurahan.

5) Daftar SKP13-S

 Daftar SKP13-S digunakan pada saat melakukan pendataan karakteristik pada usaha konstruksi perorangan terpilih.

6) Lembar Pembantu

 Lembar Pembantu digunakan untuk mencatat semua informasi dari narasumber tentang keberadaan calon responden hasil snowballing.

7) Buku Pedoman

 Buku ini dibuat sebagai pedoman teknis untuk Pimpinan BPS Propinsi dan Pimpinan BPS Kabupaten/Kota, untuk Pencacah dan Pengawas dalam melakukan pencacahan maupun petunjuk bagi para Pengawas dalam melakukan pengawasan/pemeriksaan.

Alur pendistribusian dokumen Survei Usaha Konstruksi Perorangan2013(SKP13) seperti pada gambar di bawah ini:

(7)

BAB

II

METODOLOGI

2.1. Cakupan Wilayah

Survei Usaha Konstruksi Perorangandilaksanakan di 1.200 Desa/Kelurahan pada 160 Kabupaten/Kotayang tersebar di 33 Provinsi Indonesia.

2.2. Pembentukan Kerangka Sampel

Kerangka sampel yang digunakan terdiri dari 2 jenis, yaitu kerangka sampel untuk pemilihan desa/kelurahan dan kerangka sampel untuk pemilihan usaha.

 Kerangka sampel pemilihan desa/kelurahanadalah daftar nama desa/kelurahankondisi Juli 2011yang dilengkapi dengan informasi banyaknya usaha konstruksi hasil Sensus Ekonomi (SE2006).

 Kerangka sampel pemilihan usaha konstruksi adalah daftar usaha konstruksi hasil pencacahan SE2006 dengan Daftar SE2006-L2,yaitu isian pada Daftar SE2006-L2 Rincian 11 yang berkode 9 (usaha) dan Rincian 14.dberkategori NK (Non kualifikasi).Kerangka sampel ini dimutakhirkan dengan Daftar VTBH12-P pada tahun lalu dan dilengkapi dengan daftar usaha hasil pemutakhiran berdasarkan Daftar SKP13-P.

2.3. Metode Pemilihan Sampel

Survei dirancang menggunakan desain sampel 2 (dua) tahap (two-stage sampling

design), dengan prosedur pemilihan sampel sebagai berikut:

Tahap pertama, pada setiap kabupaten/kota dipilih desa/kelurahansecara probality

proportional to size (PPS) dengan size jumlah usaha konstruksi perorangan hasil

SE2006.

Tahap kedua, dari setiap desa/kelurahan terpilih, dipilih sejumlah usaha konstruksi perorangan dari hasil pendaftaran usaha konstruksi perorangan didesa/kelurahan terpilih secara linear systematic sampling.

Pemilihan sampel desa dilakukan di BPS RI, sedangkan pemilihan sampel usaha dilakukan di BPS Kabupaten/Kota.

(8)

Jumlah sampeldesa/kelurahan dan usaha

Banyaknya sampel desa/kelurahanSKP13 adalah 1.200 desa/kelurahan, dan 12.000 usaha konstruksi perorangan. Alokasi jumlah sampel desa/kelurahan per kabupaten/kota dilakukan secara proporsional berdasarkan banyaknya desa/kelurahan yang terdapat usaha konstruksi perorangan per kabupaten/kota terhadap total usaha konstruksi perorangan di kabupaten/kota terpilih.

2.4. Metode Identifikasi Responden

Identifikasi responden dilakukan dengan Daftar SKP13-P. Identifikasi ini dilakukan untuk memperoleh data populasi usaha konstruksi perorangan di setiap desa terpilih yang selanjutnya digunakan sebagai kerangka sampel untuk pemilihan sampel usaha. Petugas harus melakukan identifikasi adanya usaha konstruksi perorangan di setiap desa secara optimal.

Pengumpulan data pada pelaksanaan SKP13 dilakukan dengan kunjungan dan wawancara langsung dengan responden. Sedang penentuan responden melalui proses identifikasi rumahtangga/usaha konstruksi SE2006 (Daftar SKP13-P) dan snowballing.

Metode identifikasi responden SKP13 dilakukan dengan cara snowballing. Pendataan dengan snowballing atau getok tular adalah pendataan usaha konstruksi perorangan berdasarkan informasi dari berbagai narasumber termasuk pengusaha yang dikunjungi oleh pencacah. Metode ini dilakukan dalam suatu wilayah desa/kelurahan usaha konstruksi perorangan. Pengidentifikasian dimulai dengan mengkonfirmasi keberadaan pengusaha konstruksi yang tercantum pada Daftar SKP13-P kepada Ketua atau pengurusSatuan Lingkungan Setempat (SLS), seperti Ketua Rukun Tetangga/Dusun/Lingkungan/Jorong, maupun tokoh masyarakat setempat. Hasil konfirmasi dari narasumber ini adalah identifikasi pengusaha konstruksi perorangan, yang selanjutnya harus dikunjungi oleh pencacah. Apapun hasil kunjungan pada pengusaha tersebut, pencacah harus melakukan proses snowballing, yaitu dengan menanyakan kepada pengusaha konstruksi tersebut apakah ada pengusaha konstruksi yang lain yang berada dalam desa/kelurahan tersebut.Informasi yang diperoleh dari narasumber tersebut dicantumkan pada Daftar SKP13-P .

(9)

2.5. Alokasi Sampel Usaha

1. Alokasi sampel usaha per bidang pekerjaan utama

Dari populasi usaha menurut bidang pekerjaan utama, seluruh usaha konstruksi sipil dan khusus dipilih sebagai sampel (take all), sedangkan sampel usaha konstruksi gedungdiperoleh dari pengurangan target sampel usaha dengan sampel usaha sipil dan khusus. Penghitungan alokasi sampel usaha menurut bidang pekerjaan utama untuk setiap kabupaten/kota dilakukan di BPS Kabupaten/Kota.

        

3 , 2 ; 1 ; 3 2 j N j n n n ij j ij i ij dengan:

nij : Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan di kabupateni, bidang pekerjaan utama j (1 = gedung, 2 = sipil, 3 = khusus),

ni : Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan di kabupaten i,

Nij : Populasi usaha konstruksi perorangan di kabupaten i, bidang pekerjaan utamaj.

Contoh:

Dari rekapitulasi usaha konstruksi perorangan menurut bidang pekerjaan utama hasil pemutakhiran denga Daftar SKP13-P di suatu kabupaten, diperoleh 449 usaha yang bidang pekerjaan utamanya gedung, 3usaha konstruksi sipil, dan 35 usaha konstruksi khusus. Diketahui target sampel usaha untuk kabupaten tersebut diketahui sebanyak 80 usaha. Alokasikan menurut bidang pekerjaan utamadilakukan sebagai berikut:

Bidang pekerjaan utama

Jumlah Gedung Sipil khusus

(1) (2) (3) (4) (5)

Populasi 449 3 35 487

Sampel 42 3 35 80

2. Alokasi sampel usaha per desa

(10)

setiap desa dilakukan oleh BPS Kabupaten/Kota setelah pemutakhiran seluruh usaha konstruksi perorangan selesai dilakukan dalam satu kabupaten. Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan per bidang kegiatan utama pada setiap desa terpilih dihitung dengan rumus power allocation dengan α = 0,5 , yaitu:

ij K k ijk ijk ij K k ijk ijk ijk n N N n N N n    

 1 1   , dengan:

nijk : Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan di kabupaten i, bidang kegiatan utama j, desa k,

nij : Target sampel usaha konstruksi perorangan di kabupaten i, bidang kegiatan utama j,

Nijk : Jumlahpopulasi usaha konstruksi perorangan hasil pemutakhiran di kabupaten i, bidang kegiatan utama j, desa k.

Contoh:

Dari hasil pemutakhiran usaha konstruksi pada desa terpilih di suatu kabupaten diperoleh populasi usaha konstruksi perorangan dengan bidang pekerjaan utama konstruksi gedung seperti pada tabel berikut pada Kolom (2). Bila target sampel usaha bidang pekerjaan utama konstruksi gedung sebesar 42, maka alokasi jumlah sampel untuk setiap desa dapat dihitung sebagai berikut:

Tabel. Rekap populasi usaha konstruksi bidang pekerjaan utama gedung per desa Provinsi: …

Kabupaten/Kota: … Desa

Populasi usaha konstruksi perorangan bidang kegiatan

utama konstruksi gedung(Hasilpemutakhiran) Jumlah sampel (1) (2) (3) 1 103 10 2 78 9 3 95 10 4 173 13 Jumlah 449 42

7.

Pengisian Daftar SKP13-DS

(11)

2.6.Penarikan Sampel Usaha

Penarikan atau pengambilan sampel usaha dilakukan setelah pemutakhiran usaha dalam satu desa/kelurahan selesai dilakukan dan target sampel per BPU sudah diperoleh dari BPS Kabupaten/Kota.Tugas penarikan atau pengambilan sampel usaha konstruksi perorangan dalam satu desa/kelurahan dilakukan oleh pengawas. Keterangan pengambilan sampel usaha terdapat pada Daftar SKP13-P Blok VI.Tahapan pengambilan sampel usaha dijelaskan sebagai berikut:

- Periksa apakah pemberian tanda cek () pada Kolom (11) s.d.Kolom (13) sudah benar yaitu terisi hanya jika isian Kolom (8) berkode 1. Cek pula apakah benar setiap baris yang sesuai hanya ada satu tanda cek.

- Periksa apakah pemberian nomor urut disamping kanan tanda cek pada Kolom (11) s.d.Kolom (13) sudah benar, yaitu berurutan mulai nomor 1 pada Kolom (11) halaman pertama Blok V yang terisi sampai halaman terakhir, kemudian dilanjutkan ke Kolom (12) halaman pertama Blok V yang terisi sampai halaman terakhir, dan nomor halaman pertama pada Kolom (13) sampai halaman terakhir yang terisi. Jika ditemui ada kesalahan, perbaiki kesalahannya lebih dahulu sebelum melakukan pemilihan sampel.

- Contoh : Untuk Kolom (11) halaman pertama hingga halaman terakhir, pemberian nomor dimulai dari : 1, 2, 3, 4, ....27. Kemudian lanjutkan pemberian nomor pada

Kolom (12) halaman pertama hingga halaman terakhir dimulai dengan nomor 1, 2,

3, .... 11. Selanjutnya pemberian nomor untuk Kolom (13) halaman pertama hingga

halaman terakhir dengan nomor 1, 2, 3, ....7. Contoh pemberian nomor urut Daftar

SKP13-P Blok V Kolom (11) s.d. Kolom (13) halaman 1 s.d. terakhir:

Halaman 1 dari 5 halaman

1 2 3

(11) (12) (13)

1

1

(12)

2

Halaman 2 dari 5 halaman

1 2 3 (11) (12) (13) 3 2 2 . . . .

Halaman 5 dari 5 halaman

1 2 3

(11) (12) (13)

27

11

7

(13)

usaha dengan cara: gedung BPU ahan desa/kelur per sampel Banyaknya gedung BPU ahan desa/kelur per usaha Banyaknya Ijj j j n m I

Interval sampel dihitung sampai dua angka dibelakang koma.

- Gunakan angka random (AR) yang tertera pada Daftar SKP13-P Blok I Rincian 6, untuk mendapatkan nomor urut sampel rumahtangga/usaha pertama (R1) BPU gedungdengan rumus berikut:

j

I

AR

R

1

- Angka random yang tercantum pada Daftar SKP13-P Blok I Rincian 6 adalah angka yang dibangkitkandengan program sedemikian sehingga mengikuti distribusi Uniform dengan nilai antara 0 sampai dengan 1.

- Catatan: apabila R1<1, maka R1nya adalah 1

- Selanjutnya gunakan interval sampel per desa/kelurahan BPU gedung (Ij) untuk menentukan angka random pemilihan sampel rumahtangga/usaha berikutnya, yaitu R2, R3, ..., Rnj sebagai berikut: R2 = R1 + Ij R3 = R2 + Ij . . . Rnj = R(nj-1) + Ij

- Nomor urut rumahtangga/usaha terpilih adalah yang memiliki nomor urut tanda cek yang sesuai dengan R1, …, Rnjdengan membulatkan hasil perhitungan sampai 0 angka dibelakang koma.

- Lingkari nomor urut pada salah satu tanda cek () Kolom (11) s.d. Kolom(13) yang sesuai dengan R1, …, Rnj.

- Lingkari pula nomor urut rumahtangga/usaha Kolom (1) dan nomor urut usaha Kolom (9) yang berada sebaris dengan nomor urut pada salah satu Kolom (11) s.d. Kolom (13) yang dilingkari.

(14)

2.7.Pengisian Daftar SKP13-DS

Pengisian Daftar SKP13-DS dilakukan setelah selesainya seluruh tahapan pemilihan sampel usaha. Tahapan pemindahan informasi usaha dari Daftar P ke Daftar SKP13-DS dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Salin nomor urut usaha yang diberi lingkaran pada Daftar SKP13-P Blok V Kolom(9) ke Daftar SKP13-DSBlok V Kolom (2) mulai dari nomor urut terkecil.

b. Salin nama usaha atau pengusaha/pemilik pada Daftar SKP13-P Blok V Kolom (2) kedalam Daftar SKP13-DSBlok V Kolom(3), yang nomor urut usaha tanda cek () nya diberi lingkaran.

c. Salin alamat lengkap dan BPU pada SKP13-P Blok V Kolom(3) dan Kolom(11) s.d.Kolom(13) yang nomor urut tanda cek () nya diberi lingkaran, ke Daftar SKP13-DSBlok V Kolom(4) dan Kolom (5).

2.8. Contoh Penarikan Sampel

a. Hasil pemuktahiran Daftar SKP13-P Kelurahan Baros, Kecamatan Baros, Kota Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut:

 Jumlahusaha konstruksi perorangan sebanyak 22 usaha [penjumlahan nomor urut terakhir pada Daftar SKP13-P Blok V Kolom (11) s.d.Kolom (13) = 22].  Jumlah usaha konstruksi perorangankode BPU gedung (usaha konstruksi

dengan bidang pekerjaan utama gedung) sebanyak 12. b. Hasil penghitungan alokasi sampel, dan interval sebagai berikut:

 Target sampel usaha konstruksi perorangan pada kelurahan ini adalah 14.  Target sampel usaha konstruksi perorangan BPU gedungadalah 4.

 Interval untuk usaha konstruksi perorangan BPU gedung adalah 12/4 = 3,00. c. Menghitung R1, …, Rnuntuk BPU gedung sebagai berikut:

 Angka random satu (AR) yang tercantum pada Daftar SKP13-P Blok I Rincian 6 adalah 0,35, maka R1 = AR1 x I = 0,35 x 3,00 = 1,05 ≈ 1. Karena 1 < Interval

(3,00), maka R1= 1

 Setelah didapat R1 selanjutnya menghitung R2s.d. R4 dengan cara:

(15)

R2 = R1 + I = 1,05 + 3,00= 4,05≈ 4

R3 = R2 + I = 4,05 + 3,00 = 7,05 ≈ 7

R4 = R3 + I = 7,05 + 3,00=10,05≈ 10

d. Pemilihan Sampel Usaha

 Berikan lingkaran di kolom BPU gedung, yaitu Kolom (11) pada nomor-nomor tanda cek yang sesuai dengan angka random terpilih. Kemudian lingkari pula pada nomor urut rumahtangga/usaha Kolom (1), dan nomor urut usaha Kolom (9).

(16)
(17)

BAB

III

ORGANISASI LAPANGAN

3.1. Organisasi Lapangan

Untuk memperlancar pelaksanaan lapangan kegiatan SKP13, struktur organisasi lapangan telah ditetapkan sebagai berikut:

3.2. Penanggung Jawab Pelaksanaan SKP13 di Daerah

Seperti survei-survei lainnya yang dilakukan oleh BPS, penanggung jawab pelaksanaan SKP13 di daerah baik teknis maupun administrasi adalah Kepala BPS Provinsi dibantu oleh Kepala BPS Kabupaten/Kota. Dengan demikian BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota mengatur segala hal mulai dari rekruitmen petugas sampai dengan terkumpulnya seluruh dokumen hasil survei.

Tugas masing-masing unsur, yaitu BPS Provinsi, BPS Kabupaten/Kota, Pengawas (PML), dan pencacah (PCL) adalah sebagai berikut:

a. BPS Provinsi

1. Mengkoordinasikan semua kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan

BPS Provinsi BPS Kabupaten/Kota PML Staf BPS PCL KSK/Staf BPS Bidang Statistik Produksi Seksi Statistik Produksi

(18)

sampel per kabupaten/kota.

2. Membuat petunjuk rinci tentang pengerahan petugas sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.

3. Mengatur pengiriman dokumen ke dan dari setiap BPS Kabupaten/Kota sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

4. Mengatur pengiriman dokumen hasil pencacahan ke BPSRI sesuai jadwal yang ditentukan setelah terlebih dahulu diperiksa.

5. Mengkoordinasikan tugas BPS Kabupaten/Kota sesuai dengan beban tugas baik yang menyangkut bidang teknis maupun administrasi.

6. Membuat laporan secara lengkap pelaksanaan kegiatan SKP13, mengenai bidang teknis dan ditujukan ke BPS (Direktur Statistik Industri).

7. BPS Provinsi secara berkala mengadakan pertemuan dengan aparat pelaksana wilayahnya dalam rangka koordinasi untuk mengevaluasi perkembangan kegiatan dan pemecahan permasalahan yang timbul.

8. Membuat Early Warning System (Sistem Peringatan Dini) untuk memantau pelaksanaan kegiatan SKP13, baik kualitas data dan jumlah kuesioner yang telah didaftar oleh petugas maupun ketepatan waktu penyampaian dokumen.

b. BPS Kabupaten/Kota

1. Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan dikoordinir oleh kepala BPS Kabupaten/Kota.

2. Menyediakan surat tugas para petugas lapang (pencacah/pengawas) untuk pelaksanaan dilapangan.

3. Merekrut calon petugas PML/PCL SKP13 yang berasal dari staf BPS Kabupaten/Kota dan KSK.

4. Menyediakan peta desa/kelurahan (SP2010-WA) terpilih untuk diserahkan ke PCL sesuai dengan wilayah kerja yang dimiliki.

5. Melakukan pengawasan lapangan secara langsung pada waktu petugas melakukan pencacahan usaha, dan memeriksa secara sampel hasil pencacahan usaha tersebut. 6. Penghitungan alokasi sampel per desa/kelurahandilakukan di setiap BPS

(19)

berwenang.

7. Pertemuan secara berkala dengan para pelaksana survei harus dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan pemecahan masalah lapangan.

8. Pelaksanaan administrasi dan pengolahan keuangan di BPS Kabupaten/Kota harus sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

9. Pembuatan laporan akuntabilitas tentang penyelengaraan survei harus dibuat oleh setiap BPS Kabupaten/Kota dan dikirim ke BPS Provinsi.

10. Pengiriman dokumen hasil pencacahan yang telah diperiksa harus sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

c. Tugas Pengawas

1. Menyiapkan peta desa/kelurahan (Peta SP2010-WA), Daftar SKP13-P , SKP13-S Konstruksi untuk diteruskan kepada pencacah yang menjadi tanggung jawabnya, serta Daftar SKP13-DS Desa, SKP13-DS, SKP13-RD.

2. Bersama-sama pencacah yang menjadi tanggung jawabnya, melakukan pengamatan dan penelitian lapangan terhadap ketepatan sasaran wilayah pencacahan dan mengenali batas-batas desa/kelurahan yang menjadi tanggungjawab setiap pencacah, dengan berpedoman Peta SP2010-WA.

3. Mendampingi dan membimbing pencacah pada awal pencacahan, sehingga pencacah mampu melaksanakan pencacahan dengan benar.

4. Memantau aktivitas pencacah di lapangan, untuk menjamin pekerjaan pencacah dapat selesai tepat waktu dan membantu memecahkan masalah jika pencacah menghadapi kesulitan di lapangan.

5. Melakukan pertemuan dengan pencacah yang menjadi tanggungjawabnya secara periodik, untuk mengidentifikasi berbagai masalah yang mungkin dijumpai di lapangan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut.

6. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan, kebenaran dan konsistensi isian Daftar SKP13-P , dan menanyakan kepada pencacah apabila ditemui isian yang meragukan untuk dilakukan pembetulan dan pendaftaran ulang ke lapangan, kalau perlu bersama-sama dengan pencacah.

7. Apabila setiap pencacah telah selesai melakukan pendataan rumahtangga/usaha, maka pengawas harus segera memeriksa tanda cek (√) Daftar SKP13-P Blok V

(20)

untuk usaha konstruksi peroranganpadasalah satu Kolom (11) s.d.Kolom (13) sesuai jenis pekerjaan utama pada Kolom (10).

8. Selanjutnya pengawas memeriksa Daftar SKP13-P Blok V banyaknya usaha ke dalam baris jumlah dari halaman 1 s.d. halaman terakhir.

9. Mengisi rekapitulasi jumlah usaha konstruksi peroranganper desa/kelurahan (SKP13-RD) dari SKP13-P Blok II Rincian 1 populasi usaha konstruksi perorangandan mengisi Blok II Rincian 2 jumlah sampel per bidang pekerjaan utama setelah mendapat target sampel dari BPS Kabupaten/Kota.

10. Berdasarkan target sampel usaha dari BPS Kabupaten/Kota, selanjutnya pengawas bertugas untuk melakukan pemilihan sampel dengan menggunakan Daftar SKP13-P Blok VI Keterangan SKP13-Penarikan Sampel menurut bidang pekerjaan utama.

11. Pengawas harus segera menyalin sampel usaha dari hasil pemutakhiran ke dalam Daftar SKP13-DS di setiap desa/kelurahan terpilih.

12. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan, kebenaran dan konsistensi isian Daftar SKP13-S.

d. Tugas Pencacah

1. Mengamati wilayah kerjanya sebelum melakukan pencacahan dengan acuan Peta SP2010-WA terpilih. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi lewat cacah atau ganda cacah.

2. Memberitahukan dan minta pengesahan aparat desa/lurah atau yang setara sebelum dan sesudah melakukan pencacahan pada wilayah tersebut.

3. Melakukan pemuktahiran dan pendataan dengan Daftar SKP13-P

4. Melakukan pencacahan usaha terpilih dengan Daftar SKP13-S yang berpedoman pada Daftar SKP13-DS (Daftar Sampel).

5. Mengikuti pertemuan dengan pengawas untuk membahas berbagai temuan/masalah yang ditemukan di lapangan, dan cara mengatasinya.

6. Melakukan pencacahan ulang responden yang bermasalah dengan disertai pengawas.

7. Menyerahkan dokumen yang telah selesai kepada pengawas.

(21)

BAB

IV

TATA CARA PENYUSUNAN &

PENGIRIMAN DOKUMEN

Untuk memudahkan pelaksanaan pelatihan petugas dan pelaksanaan pencacahan di BPS Provinsi/Kabupaten/Kota, maka perlu diatur mekanisme pengiriman dokumen baik dari BPS RI ke BPS Provinsi, BPS Provinsi ke BPS Kab/Kota. Begitu sebaliknya BPS Kab/Kota ke BPS Provinsikemudian dari BPS Provinsi ke BPS RI. Adapun mekanismenya adalah sebagai berikut:

4.1. Pengiriman Dokumen dari BPSRI ke BPS Provinsi

a. Seluruh dokumen Survei Usaha Konstruksi Perorangan 2013 (SKP13) akan dikirim melalui ekspedisi.

b. Surat pengantar dilampiri daftar isi dari setiap box/koli yang dikirim secara rinci. c. Surat pengantar pengiriman dokumen dikirim pada box/koli pertama pada setiap

pengiriman.

d. Pada salah satu sisi box/koli dibagian kanan atas dicantumkan nomor box/koli dan banyaknya box/koli, contoh:Bila pengiriman ada sebanyak 3 (tiga) box/koli dokumen yang dikirimkan ke daerah, maka cara penomoran untuk masing-masing

box/koli adalah: Box pertama : [1] [3] Box kedua : [2] [3]

Boxketiga : [3] [3]

4.2. Pengiriman Dokumen dari BPS Provinsi

a. Seluruh dokumen Survei Usaha Konstruksi Perorangandikirim ke BPS Kabupaten/Kota terpilih melalui ekspedisi.

b. Seluruh dokumen hasil Survei Usaha Konstruksi Perorangandikirim ke BPSRI melalui ekspedisi.

c. Surat pengantar dilampiri daftar isi dari setiap box/koli yang dikirim secara rinci. d. Surat pengantar pengiriman dokumen dikirim pada box/koli pertama pada setiap

pengiriman.

e. Pada salah satu sisi box/koli dan banyaknya box/koli dibagian kanan atas dicantumkan nomor box/koli dan banyaknya box/koli. Contoh: Bila pengiriman 3

(22)

(tiga) box/koli dokumen yang dikirimkan ke BPSRI, maka cara penomoran untuk masing-masing box/koli adalah:

Box pertama : [1] [3] Box kedua : [2] [3]

Boxketiga : [3] [3]

f. Pengiriman dokumen hasil pencacahan ke BPS RI ditujukan ke alamat berikut:

dan diinformasikan melalui alamat email: konstruksi@bps.go.id

4.3. Pengiriman Dokumen dari BPS Kab/Kota ke BPS Provinsi

Adapun tata cara pengiriman dokumen dari BPS Kab/Kota ke BPS Provinsi, sebagai berikut:

a. Pengemasan dokumen SKP13tidak boleh dicampur dengan dokumen lain.

b. Pengiriman dokumen tidak perlu menunggu seluruh pencacahan selesai. Pengiriman minimal satu desa/kelurahanselesai.

c. Susunan dokumen harus diurut berdasarkan nomor urut sampel dalam satu desa/kelurahandan dibendel menjadi satu. Kemudian urutkan masing-masing desa/kelurahan di setiap kecamatan. Dokumen yang akan dikirim ke BPS Provinsi harus diurutkan berdasarkan kecamatan.

d. Surat pengantar harus dilampiri daftar isi setiap box/koli yang dikirim rinci.

Subdirektorat Statistik Konstruksi

Direktorat Statistik Industri

Badan Pusat Statistik (BPS)

Jl. Dr. Sutomo No. 6-8

Jakarta Pusat 10010

(23)

BAB

V

TATA CARA

PELAKSANAANPENDATAAN

5.1. Umum

Bab ini dimaksudkan untuk memudahkan petugas dalam memahami berbagai konsep, definisi, tata tertib penulisan daftar, dan mekanisme pendataan survei usaha konstruksi perorangan2013 (SKP13).

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa SKP13 menggunakan 6 (enam) jenis daftar yaitu Daftar SKP13-DSDesa, Daftar SKP13-P, Lembar Pembantu, SKP13-RD, SKP13-DS, dan SKP13-S.

Mengingat banyaknya daftar yang digunakan dalam SKP13, maka setiap petugas harus memahami jenis dan kegunaan masing-masing daftar, dan berbagai informasi serta tata cara pengisian.

5.2. Tata Tertib Pengisian Daftar

Berikut tata tertib pengisian daftar:

a. Semua pengisian daftar harus menggunakan pensil hitam.

b. Semua isian harus ditulis dengan jelas agar mudah dibaca. Penulisan kata-kata harus menggunakan huruf kapital (balok) dan tidak boleh disingkat, kecuali kata-kata yang terlalu panjang.Angka harus ditulis dengan angka biasa (bukan angka romawi).

Contoh:Daftar SKP13-Phasil snowballing

Rincian Penulisan salah Penulisan benar

Blok V Kolom (2): Calon Responden (NamaUsaha/Pengusaha/Pemilik) 1.Rudi 2.Inggar 1.RUDI 2. INGGAR

c. Cara pengisian daftar dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

1. Mengisikan keterangan/jawaban pada tempat yang tersedia dan tuliskan pada kotak yang tersedia.

(24)

Contoh: Daftar SKP13-S Blok III Rincian 3 :

Umur: 41 tahun 4 1

2. Melingkari salah satu kode jawaban yang sesuai, kemudian pindahkan kode jawabannya ke dalam kotak yang tersedia.

Contoh: Daftar SKP13-S

Rincian Penulisan salah Penulisan benar

Blok III Rincian 2 :

Jenis kelamin Laki-laki - 1

Perempuan - 2

Laki-laki - Perempuan - 2

3. Memindahkan isian ke kotak mengikuti kaidah penuh tepi kanan (right justified) Contoh: Daftar SKP13-S

Rincian Penulisan salah Penulisan benar

Blok III Rincian 5 :

b. Penyelenggara bimbingan/ pelatihan/ penyuluhan di bidang konstruksi adalah: Instansi Pemerintah Perusahaan Swasta Yayasan/LSM Lainnya(tuliskan ………) 1 2 4 8 3 0 3

4. Bila keterangan/jawaban responden tidak terdapat pada pilihan jawaban yang tersedia, tuliskan jawaban di lainnya.

Contoh: Daftar SKP13-S

Rincian Penulisan salah Penulisan benar

Blok III Rincian 5 :

b. Penyelenggara bimbingan/ pelatihan/penyuluhan di bidang konstruksi adalah: Instansi Pemerintah Perusahaan Swasta Yayasan/LSM Lainnya(tuliskan………) 1 2 4

Lainnya(tuliskan ……..) Lainnya(.Luar Negeri)

5. Referensi waktu survei: a. Bulan April 2013 . 1 1 1 1 2 8

(25)

b. Selama setahun yang lalu (12 bulan terakhir) yaitu: Mei 2012- April 2013.

5.3. Konsep dan Definisi

Konstruksi adalahsuatukegiatanyang hasil akhirnya berupa bangunan/konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya. Kegiatan konstruksi mencakup pekerjaan baru, perbaikan, penambahan dan perubahan, pendirian prafabrikasi bangunan atau struktur di lokasi proyek, konstruksi yang bersifat sementara , dan juga pembongkaran bangunan. Hasil kegiatan antara lain: gedung, jalan, jembatan, rel dan jembatan kereta api, terowongan, bangunan air dan drainase, bangunan sanitasi, bandara, jaringan listrik dan telekomunikasi, dan lain-lain.

Usahaadalah suatu badan yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang/jasa, terletak di suatu bangunan fisik pada lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri.

Usahakonstruksi perorangan adalah usaha rumahtangga dibidang konstruksi yang modal usahanyatidak dipersyaratkan dan batas nilai satu pekerjaan hingga Rp. 50 juta. Bidang Pekerjaan adalah pengelompokan kegiatan konstruksi berdasarkan golongan pokok2 digit KBLI 2009, yaitu: Konstruksi Gedung (41), Konstruksi Sipil (42), dan Konstruksi Khusus (43).

Bouwheer adalah pemilik/investor pemberi perintah untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi.

Pemborong Umumadalah usaha yang bergerak di bidang pembangunan, perubahan/perombakan, perbaikandan pembongkaran yang pekerjaannya berdasarkan atas dasar borongan langsung dengan pemilik(bouwheer/investor). Jenis-jenis pekerjaannya meliputi: gedung, jalan, jembatan, rel KA dan jembatan kereta api, terowongan, bangunan air dan drainase, bangunan sanitasi, bandara.

Pemborong Khususadalah perusahaan yang khusus mengerjakan sebagian dari satu pekerjaan proyek pembangunan. Jenis-jenis pekerjaannya meliputi: pemasangan alat pendingin (AC); alat pemanas ruangan (heater); pemasangan batu hias, ubin, batu marmer, pintu, jendela, atap; pengerjaan lantai; dekorasi instalasi listrik; fasilitas sanitasi; pondasi; pembongkaran; perbaikan dan pemeliharaan rumah/gedung dsb. Borongan adalah perjanjian antara pemilik pekerjaan (bouwheer) dengan pemborong umum yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan seluruh kegiatan proyek

(26)

pembangunan.

Sub-boronganadalah perjanjian antara pemborong dengan pemborong lain atau pemilik yang biasanya mengerjakan sebagian dari suatu proyek pembangunan.

Nilai Boronganadalahnilai nominal pekerjaan yang disepakati antara pemborong dengan pemilik atau pemborong lain.

Nilai Pekerjaanadalah nilai fisik proyekyang telah diselesaikan oleh pihak pemborong menurut realisasi proyek yang telah diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, ber-dasarkan nilai borongan antara pemilik dengan pemborong.

Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) merupakan klasifikasi baku statistik mengenai kegiatan ekonomi yang terdapat di Indonesia. KBLI hanya mengelompokkan unit produksi menurut kegiatan ekonomi, tidak membedakan unit produksi menurut kepemilikan, jenis badan hukum, formal atau informal.KBLI 2009 menggunakan kode angka 5 digit yang menunjukkan struktur klasifikasi. KBLI untuk sektor konstruksi ada pada bagian Lampiran.

5.4. Penyiapan Dokumen Pendataan

Satuan pengamatan dalam SKP13 adalah desa/kelurahan. Oleh karena itu, peta desa/kelurahan dijadikan pemandu kerja petugas untuk mencapai tempat kerja, agar tidak terjadi lewat cacah dan ganda cacah. Hal ini sekaligus akan memberikan keyakinan bahwa pencacahan tidak akan melewati batas wilayah kerja.

Sebelum melakukan pendataan, beberapa dokumen tertentu yang perlu disiapkan adalah:

a. Salinan Sketsa Peta Desa SP2010-WA di BPS Kabupaten/Kota

1) BPS Kabupaten/Kota menyiapkanSketsa Peta Desa/kelurahan SP2010-WA.

2) Bila pendataan dalam 1 (satu) desa/kelurahan harus diselesaikan oleh 2 (dua) PCL, maka SP2010-WA harus di print dalam ukuran A3 menggunakan tinta warna untuk petugas kedua. Pembagian tugas kerja dilapangan harus jelas dengan memperhatikan batas SLS dan BS dalam peta SP2010-WA.

3) Sketsa peta SP2010-WA dipinjamkan kepada PCL pada saat pelatihan untuk digunakan dalam pendataan.

(27)

muatannya. Sebelah kiri atas berisi tulisan SP2010-WA, sebelah kanan atas berisi kode wilayah. Bagian sebelah kanan adalah kotak keterangan legenda yang antara lain berisi informasi nama wilayah mulai desa/kelurahan hingga pulau, arti garis dan arti simbol-simbol lain yang tertera pada gambar sketsa peta. Informasi batas wilayah terdiri dari batas wilayah desa dan satuan lingkungan setempat (SLS) tingkat 1 ditulis dengan warna merah, sedangkan batas blok sensus (BS) ditulis dengan warna hijau. SLS ini dapat berupa Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Jorong, Korong, Lingkungan, Dusun, atau nama lain yang berlaku di wilayah setempat.

b. Daftar SKP13-P

1) Daftar SKP13-P di print pada kertas ukuran A4 bolak-balik di BPS Kabupaten/Kota.Untuk keperluan penyalinan hasil snowballingdari Lembar Pembantu ke daftar SKP13-PBlok V,tambahkan (print) satu lembar kosongBlok V bolak-balik.

2) Untuk 1 (satu) desa/kelurahan yang menggunakan 2 (dua) PCL, maka Daftar SKP13-P harus di print rangkap 2 (dua).

c. Lembar Pembantu

1) Lembar Pembantu di cetak di BPS Kabupaten/Kota.

2) Setiap informasi narasumber tentang keberadaan calon responden hasil

snowballingsebelum disalin ke daftar SKP13-Pwajib ditulis di Lembar Pembantu.

d. Daftar SKP13-S

1) Daftar SKP13-S di cetak di BPS RI.

2) Daftar SKP13-S digunakan pada saat melakukan pendataan karakteristik pada usaha konstruksi perorangan terpilih.

5.5. Mekanisme Pendataan

Adapun tahapan/proses pendataan SKP13 oleh PCL sebagai berikut:

1) Setiap petugas dibekali dengan instrumen yang diperlukan, yaitu peta desa (SP2010-WA), Daftar SKP13-P (pre-printed), Lembar Pembantu, Daftar SKP13-DS, dan SKP13-S.

2) Kunjungi Kepala Desa/Lurah untuk mendapatkan izin bertugas di wilayah ini dengan membawa surat tugas dari BPS kabupaten/kota.

(28)

Gambar 2. Contoh peta kunjungan SP2010-WA

3) Identifikasi keberadaan pengusaha konstruksi dimulaidari SLS pertama yang tercantum pada Daftar SKP13-P Blok V Kolom (3) yang merupakan bagian dari Alamat Lengkap.

4) Lakukan identifikasi keberadaan pengusaha konstruksi dan identifikasi pengusaha konstruksi yang tercantum pada Daftar SKP13-P untuk setiap SLS dengan menanyakan kepada narasumber (prioritas utama adalah ketua/pengurus SLS setempat).

5) Apabila diperoleh informasi keberadaan pengusaha konstruksi, selanjutnya pencacah melakukan kunjungan ke alamat pengusaha tersebut dan melakukan pendataan dengan Daftar SKP13-P. Jika pengusaha yang dikunjungi termasuk usaha konstruksi perorangan, maka katakan pada respondendilain waktu kemungkinan pendataan akan dilanjutkan dengan pertanyaan yang lebih rinci.

6) Setelah selesai melakukan pendataan pada responden tersebut, tanyakan tentang keberadaan usaha konstruksi perorangan lainnya yang berada di SLS tersebut atau SLS lainnya dalam desa/kelurahan tersebut.Catat nama responden sebagai

(29)

narasumber dan semua informasi keberadaan calon responden lainnya menggunakan Lembar Pembantu.

7) Cek informasi yang telah di catat di Lembar Pembantu dengan daftar nama pengusaha konstruksi yang tercantum pada Daftar SKP13-PBlok V. Jika tidak ada, tuliskan nama pengusaha konstruksi tersebut pada Daftar SKP13-PBlok Vdi baris kosong setelah baris terakhir yang tercetakatau di baris lembar kosong Blok V setelah baris terakhir yang terisi.

8) Selanjutnya kunjungi pengusaha konstruksi yang baru diperoleh informasinya tersebut, dan lengkapi pula dengan informasi lainnya yang diperlukan pada Daftar SKP13-PBlok V.

9) Lakukan lagi proses identifikasi seperti pada butir 5) hingga 8) sampai pendataan selesai dalam satu desa/kelurahan yang menjadi wilayah tugasnya.

Ilustrasi metode snowballing dapat dilihat seperti pada Gambar 3.

(30)
(31)

BAB

VI

TATA CARA

PENGISIAN DAFTAR

6.1. Tata Cara Pengisian Daftar SKP13-P

Daftar SKP13-P digunakan untuk memutakhirkan dan mendata semua usaha konstruksi perorangan yang berada di desa/kelurahan terpilih.

1). Struktur Daftar SKP13-P

BLOK I. KETERANGAN TEMPAT, berisi kode dan nama wilayah administrasi (Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, Klasifikasi Desa/Kelurahan)sertaAngka Random (AR).

BLOK II. RINGKASAN, berisi hasil rekapitulasi jumlah pengusaha dan jumlah sampel.

BLOK III. KETERANGAN PETUGAS DAN PENGESAHAN, berisi identitas petugas, waktu pelaksanaan dan pengesahan oleh Kepala Desa/Lurah atau yang setara. BLOK IV. CATATAN, berisi keterangan hal-hal yang perlu disampaikan dalam pelaksanaan lapangan.

BLOK V. DAFTAR RUMAHTANGGA/USAHA KONSTRUKSI, berisi atas 12 kolom dengan uraian masing-masing kolom adalah sebagai berikut:

Kolom (1) : No Urut

Nomor yang tercantum pada kolom ini adalah nomor urut rumahtangga dalam desa/kelurahan.

Kolom (2): Calon Responden

Nama-nama yang tercetak tercantum pada kolom ini adalah nama pengusaha yang pada saat pencacahan lengkap SE06 teridentifikasi sebagai pengusaha di sektor konstruksi.

Kolom (3): Alamat Lengkap

Alamat yang tercetak tercantum pada kolom ini adalah alamat tempat tinggal pengusaha pada saat pencacahanlengkap SE06.

Kolom (4): Identifikasi keberadaan calon responden, Ada bila berkode „1‟, Tidak ada bila berkode „0‟.

Ada, adalah kondisi dimana nama pengusaha konstruksi dan alamat pada saat pendataan sama dengan nama kepala rumahtangga dan alamat pada

(32)

saat pencacahan SE06. Termasuk dalam kondisi ini adalah bila nama pengusaha konstruksi berbeda yang diakibatkan karena nama yang tercantum adalah nama panggilan atau alias dan kesalahan dalam penulisan dalam pencacahan SE06, dan perbedaan alamat akibat kesalahan penulisan pada saat pencacahan SE06. Termasuk pengusaha konstruksi yang pindah tetapi masih dalam satu desa/kelurahan, dan pengusaha/usaha konstruksi yang baru (yaitu pada saat pencacahan SE06 bukan sebagai pengusaha/usaha konstruksi, tapi pada saat pendataan SKP13merupakan usaha konstruksi).

Tidak ada, adalah kondisi dimana pengusaha/usaha konstruksi pada saat pendataan tidak dapat ditemukan dan setelah dikonfirmasikan dengan tetangga disekitarnya memang tidak ada yang mengenalnya. Termasuk pengusaha/usaha konstruksi yang pindah keluardesa/kelurahan, dan tidak usaha lagi.

Kolom (5): Ditanyakan kepada calon responden apabila menurut narasumber usaha ini keberadaannya Adaatau Kolom (4) berkode „1‟. Apakahberusaha di sektor konstruksi selama setahun yang lalu, Ya bila isian berkode „1‟, dan kode „0‟ bila Tidak.

Ya, apabila selama setahun yang lalu (Mei 2012 s.d. April 2013) usaha ini masih merupakan usaha konstruksi meskipun saat ini tidak aktif/berubah sektor usahanya.

Tidak, apabila selama setahun yang lalu usaha ini telah Tutup atau berubah sektor usahanya.

Kolom (6): Ditanyakan kepada calon responden apabila usaha ini di sektor konstruksiatau Kolom (5) berkode „1‟. Apakah alamat kantor usaha ada di desa ini, Ya bila berkode „1‟, Tidak bila berkode „0‟.

Ya, adalah kondisi dimana alamat kantor usaha sama persis di alamat lengkap rumahtangga/usaha, atau apabila alamat kantor usaha masih dalam satu desa/kelurahan meskipun berbeda SLS nya dengan alamat lengkap rumahtangga/usaha.

Tidak, adalah kondisi dimana alamat kantor usaha tidak berada di desa/kelurahan alamat lengkap rumahtangga/usaha tersebut.

Kolom (7): Ditanyakan kepada calon responden: Apakah berusaha dengan sistem borongan dan aktif selama setahun yang lalu, isian bila Ya kode „1‟, kode

(33)

„0‟ bila Tidak.

Ya, apabila selama setahun yang lalu (Mei 2012 s.d. April 2013) berusaha dengan sistem borongan meskipun saat ini tidak aktif/berubah sektor usahanya.

Tidak, apabila usaha konstruksi ini selama setahun yang lalu order pekerjaannya tidak ada yang menggunakan sistem borongan.

Kolom (8): Apakah usaha konstruksi iniPerorangan, Ya bila berkode „1‟, Tidak bila berkode „0‟

Kolom (9) – Kolom (13): ada isian bila Kolom (8) berkode „1‟ Kolom (9): Nomor Urut Usaha

Kolom (10): Jenis pekerjaan utama

Kolom (11) – (13): Kode bidang pekerjaan utama

Kode bidang pekerjaan utama terbagi menjadi 3 jenis:

1. Konstruksi Gedung; mencakup rumah tempat tinggal, gedung perkantoran, gedung kesehatan, gedung pendidikan, gedung hiburan, dan gedung lainnya.

2. Konstruksi Sipil; mencakup jalan, jembatan, rel KA, landasan, pengairan, dermaga, lapangan olahraga, lapangan parkir, bangunan pengolah, penyaluran dan penyimpan air limbah, minyak dll.

3. Konstruksi Khusus; mencakup konstruksi bangunan elektrikal dan komunikasi, instalasi gedung dan bangunan sipil, penyelesaian konstruksi gedung, penyewaan alat berat konstruksi dll.

Tabel 1. Ringkasan tugas pengisian Daftar SKP13-P

Uraian Pre printed Diisi oleh

Pencacah Pengawas

Blok I   

Blok II   

Blok III  Rincian 1 & 3 Rincian 2

Blok IV    Blok V Kolom (1) s.d. (3), Identitas Nomor halaman, Kolom (4) s.d. (13), Jumlah a,b,c

Memberi lingkaran Kolom(1), Kolom(9) dan nomor di samping tanda cek salah satu Kolom(11) s.d.Kolom(13) yg terpilih sampel

(34)

2). Pengisian Daftar SKP13-P

BLOK I. KETERANGAN TEMPAT

Blok ini isiannya telah tercetak (pre-printed) mulai dari nama Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, Klasifikasi Desa/Kelurahan, dan Angka Random (AR).

BLOK II. RINGKASAN

Tujuan pengisian Blok II adalah untuk mengetahui rekapitulasi hasil identifikasi calon responden pendataan pengusaha konstruksi peroranganpada satu desa/kelurahan. Blok ini diisi setelah kegiatan pendataan selesai dalam satu desa/kelurahan. Isian Blok II disalin dari halaman terakhir Blok V yang terisi. Sebelum mengisi Blok II, petugas pendataan harus memastikan bahwa isian Blok V telah diperiksa dengan cermat kebenaran isian.

Rincian 1: Populasi usaha konstruksi perorangan

Isian rincian ini disalin dari Blok V Rincianc :“Jumlah kumulatif hingga halaman ini” dengan ketentuan sebagai berikut

 Blok II Rincian 1 Kolom (2) disalin dari Blok V Rincian c Kolom (11) pada halaman terakhir.

 Blok II Rincian 1 Kolom (3) disalin dari Blok V Rincian c Kolom (12) pada halaman terakhir.

 Blok II Rincian 1 Kolom (4) disalin dari Blok V Rincian c Kolom (13) pada halaman terakhir.

Rincian 2: Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan

Isiannya merupakan hasil dari penarikan sampel usaha yaitu banyaknya Ri yang terisi [Blok VIKolom(1) s.d.Kolom (3)].

BLOK III. KETERANGAN PETUGAS DAN PENGESAHAN

Tujuannya adalah untuk mengetahui siapa yang bertanggungjawab melakukan pendaftaran dan pemeriksaan Daftar SKP13-P, serta keterangan waktu pelaksanaan pendataan dan pemeriksaan, serta pengesahan oleh Kepala Desa/Lurah atau yang setara. 1. Nama Petugas

Tuliskan nama pencacah dan pemeriksa pada kolom yang tersedia. 2. Tanggal Pengawasan/Pemeriksaan

(35)

Tuliskan tanggal pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan pada kolom yang tersedia

3. Tanda Tangan

Sebelum membubuhkan tanda tangannya pencacah dan pemeriksa diharuskan memeriksa kebenaran dan kelengkapan isian Daftar SKP13-P. Bubuhkan tanda tangan pada tempat yang disediakan sebagai bentuk tanggungjawab pendataan dan pengawasan/pemeriksaan. Penandatanganan adalah orang yang benar-benar telah melakukan tugasnya.

4. Pengesahaan oleh Kepala Desa/Lurahatau yang setara tempat dimana pendataan dilaksanakan dengan membubuhkan tanggal, nama, tanda tangan, dan cap/stempel. BLOK IV. CATATAN

Gunakan Blok IV untuk menuliskan hal-hal yang perlu diinformasikan dan belum tercakup dalam Daftar SKP13-Pdi desa/kelurahan tersebut.

BLOK V. DAFTAR RUMAHTANGGA/USAHA KONSTRUKSI

Blok ini digunakan untuk melakukan pemutakhiran seluruh pengusaha konstruksipada satu desa/kelurahan. Padasudut kanan atas setiap lembar Blok V tertera “Halaman ….dari ..halaman”, yang pengisiannya dilakukan setelah pendataan bangunan dan rumahtangga dalam satu desa/kelurahan selesai. Sedang sudut kanan bawahnya setiap lembar Blok V tertera identitas desa/kelurahan yang tercetak.

Contoh pengisian “Halaman…dari...halaman” pada Blok VDaftar SKP13-Padalah sebagai berikut:Jika jumlah halaman Blok V yang terpakai ada 5halaman, maka pengisiannya adalah pada halaman pertama Blok V diisi “Halaman 1 dari 5 halaman”, dan halaman terakhir diisi “Halaman 5 dari 5 halaman”.

Kolom (1)-(3) (No. urut, Calon Responden, Alamat)

Kolom (1) hingga kolom (3) Blok V telah tercetak (pre-printed). Bila dari hasil kunjungan ada perubahan informasi, dapat diperbaiki disampingnya dengan cara mencoret kemudian menuliskan informasi yang benar disebelahnya.

Misalnya kesalahan penulisan alamat, dapat diperbaiki seperti pada contoh berikut:

(36)

No.

Urut Calon Responden Alamat Lengkap

(1) (2) (3)

001 PEMBORONG BANGUNAN „AGUS‟ KP JAMBU RT 10 /RW 05 RT 11

Pengisian Kolom (1)-(3) untuk responden hasil snowballing

Kolom (1): Isikan nomor urut calon responden hasil snowballingdi baris kosong setelah baris yang terisi. Penulisan nomor urut, usaha hasil

snowballingmeneruskan nomor urut baris terakhir yang terisi menggunakan angka biasa.

Kolom (2): Isikan nama lengkap calon responden dengan menggunakan huruf kapital Contoh: 1. ADITA UTAMA (penulisan yang mempunyai nama usaha). 2. PEMBORONG AC „RUDI‟ (penulisan pemborong AC yang

tidak mempunyai nama usaha).

3. PEMBORONG BANGUNAN „SUGI‟ (penulisan

pemborong bangunan yang tidak mempunyai nama usaha). 4. KONSTRUKSI BANGUNAN „BAMBANG‟ (penulisan

nama usaha yang pekerjaannya tidak selalu borongan dan tidak mempunyai nama usaha).

Kolom (3): Isikan alamat lengkap calon responden nama jalan, blok, nomor, SLS, RT/RW.

Pengisian Kolom (4)-(13) untuk responden pre-printeddan hasil snowballing

Kolom (4): Identifikasi keberadaan calon responden pada narasumber isikan kode „1‟ bila ada, dan kode ‟0‟ bila tidak ada.

Kolom (5): Bila Kolom (4) berkode „1‟, Ditanyakan kepada calon responden, Apakah berusaha di sektor konstruksi selama setahun yang lalu.Isikan kode 1 bila menjawab „Ya”, kode „0‟ bila „Tidak‟.

Kolom (6): Bila Kolom (5) berkode „1‟, Ditanyakan kepada calon responden, Apakah alamat kantor usaha di desa ini.Isikan kode 1 bila menjawab „Ya”, kode „0‟ bila „Tidak‟. Perbaiki Kolom (3) bila ada perbedaan alamat lengkap rumahtangga/usaha.

Kolom (7): Isikan kode „1‟ untuk calon responden yang berusaha dengan sistem borongan dan aktif selama setahun yang lalu (lanjutkan ke pertanyaan kolom selanjutnya), dan kode „0‟jika tidak (STOP pendataan pada

(37)

responden ini).

Kolom (8): Isikan apakah usaha konstruksi iniperorangan. Bila „Ya‟ beri kode „1‟ dan bila „Tidak‟ beri kode „0‟.

Kolom (9): Isikan nomor urut usaha pada baris-baris yang termasuk usaha konstruksi perorangan.

Kolom (10): Tuliskan sejelas-sejelasnya jenis pekerjaan utama: Contoh :

Pembangunan tempat tinggal, Pemasangan pagar besi kantor, Pembuatan sumur bor,

Pembuatan saluran irigasi untuk pertanian, Instalasi listrik untuk perumahan,

Pemeliharaan jalan, Pengecatan kantor, dsb.

Kolom (11)-(13): Isikan tanda cek(√) pada salah satu Kolom (11) atau Kolom (12) atau Kolom (13) sesuai uraian Kolom (10).

Misal dari contoh diatas Kolom (10) isiannya „Pembuatan sumur bor‟, maka beri tanda cek(√) Kolom (12) karena isiannya termasuk kategori pekerjaan/konstruksi sipil.

6.2. Penggunaan dan Tata Cara Pengisian Lembar Pembantu

Lembar pembantu digunakan untuk mencatat semua informasi calon responden dari narasumber hasil snowballing. Penulisan lembar pembantu wajib dilakukan, selain sebagai legalitas pemberi informasi juga diperlukan untuk mempermudah pengisian Daftar SKP13-P hasil snowballing.

Tata cara pengisian Lembar Pembantu yaitu:

Kolom (1): Isikan nama Narasumber (Ketua SLS, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Responden dll).

Kolom (2): Isikan Nama calon responden hasil rekomendasi dari Narasumber. Kolom (3): Isikan Alamat Lengkap (Nama jalan, blok, nomor, SLS, RT/RW). Penyalinan isian Lembar Pembantu ke Daftar SKP13-PBlok V

(38)

Salin isian Lembar Pembantu ke Daftar SKP13-P Blok V, yaitu Lembar Pembantu Kolom (2) ke Daftar SKP13-P Blok V Kolom (2) dan Lembar Pembantu Kolom (3) ke Daftar SKP13-P Blok V Kolom (3) di baris kosong setelah baris yang terisi. Sedangkan untuk penulisan nomor urut Kolom (1) Daftar SKP13-P Blok V menggunakan angka biasa dengan meneruskan nomor urut baris terakhir yang terisi.

6.3. Tata Cara Pengisian Daftar SKP13-DS

Daftar sampel survei usaha konstruksi perorangan (SKP13-DS) adalah daftar yang memuat sejumlah sampel usaha konstruksi perorangan dalam 1 (satu) desa/kelurahan. Daftar SKP13-DS digunakan oleh PCL sebagai pedoman untuk mendata dengan Daftar SKP13-S. 1). Struktur Daftar SKP13-DS

BLOK I. KETERANGAN TEMPAT, berisi kode dan nama wilayah administrasi (Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, Klasifikasi Desa/Kelurahan). BLOK II. REKAPITULASI PENCACAHAN, berisi hasil rekapitulasi jumlah pendataan.

BLOK III. KETERANGAN PETUGAS, berisi identitas petugas, waktu pelaksanaan dan tanda tangan.

BLOK IV. CATATAN, berisi keterangan hal-hal yang perlu disampaikan dalam pelaksanaan lapangan.

BLOK V. KETERANGAN USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN, terdiri atas 7 kolom, dengan uraian pada masing-masing kolom adalah sebagai berikut:

Kolom (1): Nomor Urut Sampel

Berisi nomor 1 sampai dengan terakhir Kolom (2): Nomor Urut Usaha

Berisi nomor urut usaha yang terpilih sampel Kolom (3): Nama Usaha/Pengusaha/Pemilik

Berisi nama usaha atau pengusaha atau pemilik usaha Kolom (4): Alamat Lengkap

Berisi alamat lengkap usaha konstruksi perorangan Kolom (5): Bidang Pekerjaan Utama

Berisi kode bidang pekerjaan utama, kode „1‟ atau „2‟atau „3‟ Kolom (6): Keterangan berhasil dicacah

(39)

Berisi kode „1‟ berhasil dicacah, kode „0‟ tidak Kolom (7): Keterangan alasan tidak dapat dicacah

Berisi kode „1‟ atau „2‟ atau „3‟ atau „4‟ Tabel 2. Ringkasan tugas pengisian daftar SKP13-DS

Uraian Diisi oleh

Pencacah Pengawas

Blok I  

Blok II Rincian 2 dan 3 Rincian 1

Blok III  

Blok IV  

Blok V Kolom (6) s.d. (7) Kolom (1) s.d. (5)

2). Pengisian Daftar SKP13-DS BLOK I.KETERANGAN TEMPAT

Blok ini berisi keterangan lokasi dari desa/kelurahan terpilih, yaitu nama dan kode provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, klasifikasi desa/kelurahan. Isian blok ini disalin dari SKP13-P Blok I Rincian 1 s.d. 5.

BLOK II. REKAPITULASI PENCACAHAN

Blok II Rincian 2 dan 3 diisi oleh pencacah setelah selesai melakukan pencacahan pada 1 (satu) desa/kelurahan.

Blok II terdiri dari 3 (tiga) rincian, yaitu:

Rincian 1 : Jumlah target pencacahan

Adalah jumlah sampel usaha konstruksi perorangan Rincian 2 : Jumlah realisasi pencacahan

Adalah jumlah usaha konstruksi perorangan yang berhasil dicacah dengan Daftar SKP13-S.

Rincian 3.a : Bukan usaha konstruksi

Isikan jumlah bukan usaha konstruksibila ternyata responden yang dicacah adalah bukan usaha konstruksi perorangan. Keterangan ini merupakan banyaknya kode „1‟ pada Daftar SKP13-DS Blok V Kolom (7).

(40)

Rincian 3.b : Pindah keluar desa

Isikan jumlah usaha konstruksi peroranganyang tidak dapat dicacah karena alasan ‟pindah keluar desa/kelurahan‟. Keterangan ini merupakan banyaknya kode „2‟ pada Daftar SKP13-DS Blok V Kolom (7).

Rincian 3.c : Tidak ditemukan

Isikan jumlah usaha konstruksi perorangan yang tidak dapat dicacah karena alasan ‟tidak ditemukan‟. Keterangan ini merupakan banyaknya kode „3‟ pada Daftar SKP13-DS Blok V Kolom (7). Rincian 3.d : Lainnya

Isikan jumlah usaha konstruksi perorangan yang tidak dapat dicacah karena alasan ‟lainnya‟. Keterangan ini merupakan banyaknya kode „4‟ pada Daftar SKP13-DS Blok V Kolom (7).

BLOK III.KETERANGAN PETUGAS

Blok III berisi keterangan nama, tanggal pencacahan/pemeriksaan dan tanda tangan dari petugas pencacah serta pengawas.

Rincian 1 s.d. 4 : Tuliskan nama, tanggal pelaksanaan dan tanda tangan pencacah serta pengawas.

BLOK IV. CATATAN

Isikan keterangan dan penjelasan yang berkaitan dengan Daftar SKP13-DS.

BLOK V. KETERANGAN USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN TERPILIH

Terdiri dari 7 (tujuh) kolom yang berisi keterangan nomor urut sampel (NUS), nomor urut usaha (NUU), nama usaha/pengusaha/pemilik, alamat lengkap, serta kode bidang pekerjaan utama. Kolom (1) s.d.Kolom (5) telah diisi oleh pengawas/pemeriksa yang bersumber dari Daftar SKP13-P. Sedangkan Kolom (6) dan (7) diisi oleh petugas pencacah.

Kolom (1) : Nomor urut sampel (NUS)

Isikan nomor urut dimulai dari 1 sampai dengan terakhir usaha konstruksi perorangan.

Kolom (2) : Nomor urut perusahaan (NUU)

(41)

yang dilingkari.

Kolom (3) : Nama usaha atau pengusaha/pemilik

Salin nama usaha/pengusaha/pemilik dari Daftar SKP13-PBlok V Kolom (2) yang Kolom (1) danKolom (9) dilingkari.

Kolom (4) : Alamat lengkap

Salin alamat lengkap dari Daftar SKP13-PBlok V Kolom (3) yang Kolom (1) dan Kolom (9) dilingkari.

Kolom (5) : Kode bidang pekerjaan utama (BPU)

Salin kode bidang pekerjaan utama dari Daftar SKP13-PBlok VKolom (11) atau Kolom (12) atau Kolom (13) yang nomor tanda cek(√)nya dilingkari.

Kode bidang pekerjaan utama (BPU) meliputi: Kode „1‟ : Konstruksi Gedung

Kode „2‟ : Konstruksi Sipil Kode „3‟ : Konstruksi Khusus

Kolom (6) : Berhasil dicacah? Ya = ‘1’, Tidak = ‘0’

Isikan kode „1‟ jika usaha konstruksi peroranganberhasil dicacah, dan isikan kode „0‟ jika tidak. Pencacah wajib melaporkan jumlah kolom (6) yang berkode =‟0‟ pada pengawas.

Kolom (7) : Jika Kolom (6) berkode ‘0’, alasan tidak dapat dicacah (kode)

Isikan kode alasan tidak dapat dicacah, yaitu: Kode „1‟:

Kode „2‟:

Bukan usaha konstruksi Pindah keluar desa/kelurahan Kode „3‟: Tidak ditemukan

(42)

Penjelasan:

1. Bukan usaha konstruksi (kode ‘1’)

Bukan usaha konstruksi, jika responden yang terpilih sebagai sampel ini ternyata bukan usaha konstruksi perorangan.

2. Pindah keluar desa (kode ‘2’)

Pindah keluar desa, jika keberadaan usaha konstruksi perorangan sudah tidak lagi di desa/kelurahan tersebut.

3. Tidak ditemukan (kode ‘3’)

Jika usaha konstruksi perorangan tersebut tidak ditemukan di lapangan.

4.Lainnya (kode ‘4’)

Jika sampai dengan batas waktu pencacahan yang telahditentukanternyatacontact person/pemilik/pengusaha/

penanggung jawab tidak dapat diwawancarai.

6.4. Tata Cara Pengisian Daftar SKP13-S

Daftar Isian Sampel Survei Usaha Perorangan 2013 (SKP13-S) adalah daftar yang memuat keterangan karakteristik usaha konstruksi perorangan terpilih.

1). Struktur Daftar SKP13-S

BLOK I. KETERANGAN TEMPAT, Rincian 1 s.d. 4 berisi kode dan nama wilayah administrasi (Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan)disalin dari daftar SKP13-DS Blok I sedangkan Rincian 5 dan 6 dari daftar SKP13-DS Blok V Kolom (2) dan Kolom (1).

BLOK II. KETERANGAN USAHA, berisi nama usaha, alamat, bidang pekerjaan, kegiatan utama usaha dan persentase biaya penggunaan bahan/material dan upah pekerja harian.

BLOK III. KETERANGAN UMUM, BIMBINGAN/PELATIHAN/

PENYULUHAN DAN SUMBER MODAL USAHA, berisi identitas pengusaha, bimbingan/pelatihan/penyuluhan, dan sumber modal usaha.

BLOK IV. PEKERJA, HARI KERJA, BALAS JASA DAN UPAH, berisi keterangan pekerja, hari kerja, balas jasa, dan upah.

BLOK V. BIAYA/PENGELUARAN SELAMA SETAHUN YANG LALU, berisi seluruh biaya/pengeluaran usaha selama setahun yang lalu.

(43)

BLOK VI. PENDAPATAN SELAMA SETAHUN YANG LALU, berisi pendapatan usaha konstruksi dan pendapatan dari kegiatan lainnya selama setahun yang lalu.

BLOK VII. RINGKASAN, berisi rekapitulasi pendapatan dan biaya/pengeluaran yang diisi oleh pengawas.

BLOK VIII. PERMODALAN, berisi modal usaha konstruksi pada 30 April 2013. BLOK IX. KENDALA DAN PROSPEK USAHA, berisi permasalahan, kondisi, dan prospek usaha konstruksi.

BLOK X. KETERANGAN RESPONDEN DAN PETUGAS, berisi identitas pemberi jawaban, petugas, pemeriksa dengan keterangan no. telp/HP, tanggal pelaksanaan dan tanda tangan.

BLOK XI. CATATAN, berisi keterangan hal-hal yang perlu disampaikan dalam pelaksanaan lapangan.

2). Pengisian Daftar SKP13-S

BLOK I : KETERANGAN TEMPAT

Blok ini digunakan untuk mencatat identitas usaha konstruksi, diisi sebelum melakukan wawancara terhadap responden disalin dari Daftar SKP13-DS.

Rincian 1 s.d. 4 : Pengisian keterangan dan kode disalin dari Daftar SKP13-DS rincian yang sama.

Rincian 2 dan 4 Pada rincian 2 dan 4 coret salah satu keterangan wilayah sesuai dengan tempat tugasnya, seperti Kabupaten/Kotaatau Desa/Kelurahan.

Rincian 5 : Nomor Urut Usaha

Pengisian keterangan dan kode disalin dari Daftar SKP13-DS Blok V Kolom (2).

Rincian 6 : Nomor Urut Sampel

Pengisian keterangan dan kode disalin dari Daftar SKP13-DS Blok V Kolom (1).

BLOK II : KETERANGAN USAHA

Tujuan blok ini adalah untuk mendapatkan keterangan usaha seperti: nama, alamat, bidang pekerjaan usaha konstruksi, dan kegiatan utama yang dilakukan setahun yang lalu

(44)

besertapersentase nilai penggunaan bahan/material dan persentase upah pekerja harian terhadap nilai kegiatan utama tersebut.

Rincian 1 : Nama Usaha

Tuliskan nama usaha konstruksi tersebut dengan lengkap. Jika tidak ada nama usahanya, isikan nama pengusahanya. Cek nama usaha dengan daftar SKP13-DS Blok V Kolom (3). Jika nama usaha yang tercantum dalam daftar tidak sesuai dengan nama yang ada di lapangan maka nama tersebut harus disesuaikan.

Rincian 2 : Alamat Usaha

Alamat usaha adalah alamat dimana usaha tersebut berada. Tuliskan alamat usaha konstruksi dengan lengkap, seperti nama jalan, gang, lorong, nomor bangunan, kavling, nama gedung, lantai, nomor ruangan (room). Apabila alamat yang tercantum di daftar SKP13-DS tidak sesuai dengan keadaan di lapangan, termasuk disini perubahan nama jalan maka sesuaikan, misalnya Jl. R. Hartonomenjadi Jl. Jenderal Suprapto (keberadaan perusahaan tetap).

Rincian 3 : Bidang pekerjaan usaha konstruksi

Pilihlah salah satu bidang pekerjaan usaha konstruksi.

1. Konstruksi gedung mencakup kegiatan pembangunan gedung baru, perbaikan gedung, penambahan dan renovasi gedung, pendirian bangunan atau struktur prafabrikasi pada lokasi dan konstruksi yang bersifat sementara. Seperti: bangunan tempat tinggal, pabrik industri, bangunan kantor, sekolah, rumah sakit, hotel, mall, tempat ibadah, restoran, fasilitas olahraga di dalam ruangan, garasi parkir, dan lain-lain.

2. Konstruksi sipil mencakup kegiatan konstruksi fasilitas industri, proyek infrastruktur dan sarana umum, sistem pembuangan dan irigasi, saluran pipa dan jaringan listrik, fasilitas olahraga ditempat terbuka, dan lain-lain. Seperti: jalan raya, jalan kendaraan bermotor, jembatan terowongan, rel kereta api, lapangan udara, pelabuhan dan bangunan air lainnya, sistem irigasi, sistem limbah, dan lain-lain.

Gambar

Gambar 1. Contoh peta Desa/Kelurahan SP2010-WA  2)  Daftar SKP13-P
Gambar 2. Contoh peta kunjungan SP2010-WA
Ilustrasi metode snowballing dapat dilihat seperti pada Gambar 3.
Tabel 1. Ringkasan tugas pengisian Daftar SKP13-P
+2

Referensi

Dokumen terkait

 Perawatan korektif (corrective maintenance) merupakan jenis perawatan yang dilakukan untuk menentukan tindak lanjut apa yang dibutuhkan untuk mencegah terulangnya

Pada tahun 1961 status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel), PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos

Analisis data bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel (Notoadmodjo, 2005).Analisa ini digunakan untuk menguji pengaruh terapi akupresur dalam

Berhasil mengusulkan Best Practice dan/atau karya inovasi yang dapat menjadi dasar pencarian solusi dan menjadi kesepakatan diskusi tahap pencarian dan

1) Ilmu-ilmu yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan teknologi adalah ilmu-ilmu dasar yaitu, ilmu fisika, ilmu kimia, biologi, dan matematika. 2) Ilmu-ilmu dasar fisika,

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) sebagian besar kepribadian guru masuk dalam kategori kurang dan cukup yaitu sebesar 26%, (2) motivasi belajar siswa masuk

Karena sebab itulah peneliti mengambil judul “Analisis Perbandingan dalam Perlindungan Nasabah di Lembaga Keuangan Perbankan Dan Lembaga Keuangan Non

dari kejadian itu adalah karena anak buah Asano tidak membayar gaji/upah yang cukup ketika Asano belajar pada Pangeran Kira sehingga Pangeran Kira mengajarkan hal yang salah, dan