• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TERAPI AKUPRESUR TERHADAP VERTIGO DI KLINIK SINERGY MIND HEALTH SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TERAPI AKUPRESUR TERHADAP VERTIGO DI KLINIK SINERGY MIND HEALTH SURAKARTA"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH TERAPI

AKUPRESUR TERHADAP VERTIGO DI KLINIK SINERGY

MIND HEALTH SURAKARTA

SKRIPSI

“Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”

Oleh :

Krisnanda Aditya Pradana NIM S10022

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

(2)
(3)

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : KRISNANDA ADITYA PRADANA

NIM : S10022

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah di ajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kussuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.

2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim pembimbing dan masukan Tim Penguji.

3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pancabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Surakarta, 2 Januari 2013 Yang membuat Pernyataan

Krisnanda Aditya Pradana NIM S10022

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Anugerah, Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Terapi AkupresurTerhadap Vertigo Di Klinik Sinergy Mind

Health Surakarta“. Skripsi ini di ajukan sebagai persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan Strata Satu Keperawatan di STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati, ingin menyampaikan terimakasih dan rasa hormat kepada

1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menyusun skripsi ini.

2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.kep,Ns., M.Kep selaku ketua prodi S1 Keperawatan serta pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh sabar dan penuh tanggung jawab sampai tersusunnya skripsi ini.

3. Ibu Rufaida Nur Fitriana, S.Kep,Ns selaku pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh tanggung jawab sampai tersusunnya skripsi ini

4. Ibu Happy Indri Hapsari S.Kep,Ns M.Kep selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

(5)

v

5. Bapak Oktavianus S.Kep., Ns selaku dosen pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan masukan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Hanung Prasetya, Skp,S.Psi,

M.Si(Psy),Acupt,CHt,CI,CCH,MNLP selaku Kepala Klinik Sinergy

Mind Health Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan

membantu peneliti selama proses penelitian berlangsung.

7. Kedua orangtua Bapak Narso dan Ibu Surini serta keluarga yang senantiasa memberikan semangat dan doa sehingga skripsi ini bisa selesai pada waktunya.

8. Andria Permata Sari yang senantiasa memberikan semangat dan membantu sehingga skripsi ini bisa selesai.

9. Teman-teman seangkatan 2010 yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

10. Para responden yang telah bersedia dan berpartisipasi selama proses penelitian.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan profesi keperawatan.

Surakarta, Januari 2014

(6)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

SURAT PERNYATAAAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR SKEMA ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi ABSTRAK ... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 4 1.4 Manfaat Penelitian ... 4 1.5 Keaslian Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA5 2.1 Tinjauan Teori ... 7

2.2 Kerangka Teori ... 31

2.3 Kerangka Konsep ... 32

2.4 Hipotesis ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan ... 34

3.2 Populasi dan Sampel ... 35

(7)

vii

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ... 39 3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 42 3.7 Etika Penelitian ... 44 BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Analisa Univariat ... 48 4.2 Analisa Bivariat ... 52 BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden ... 53 5.2 Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total

Sebelum Akupresur ... 55 5.3 Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total

Setelah Akupresur ... 56 5.4 Perbedaan Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form

(VSS-SF) Total Sebelum Dan Setelah Dilakukan Terapi

Akupresur ... 56 BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan ... 58 6.2 Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.2 Keaslian Penelitian ... 5

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 38

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Menurut Umur ... 48

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ... 48

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan ... 49

Tabel 4.4 Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)Total Sebelum Dan Setelah Akupresur ... 49

Tabel 4.5 Rerata Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) TotalSebelum Dan Setelah Interv ... 50

Tabel 4.6 Uji Normalitas Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)Total Sebelum Dan Setelah Terapi Akupresur ... 51

Tabel 4.7 Uji Bivariat Paired Sample t-test Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total Sebelum dan Sesudah Terapi Akupresur ... 52

(9)

ix

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori ... 31 Skema 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 32 Skema 3.1 Desain Peneliti ... 35

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lokasi Titik Akupresur GB 20 ... 27

Gambar 2.2 Lokasi Titik Akupresur BL 18 ... 28

Gambar 2.3 Lokasi Titik Akupresur Ki 3 ... 28

Gambar 2.4 Lokasi Titik Akupresur BL 23 ... 29

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian

Lampiran 2 Surat Permohonan Untuk Berpartisipasi Sebagai Responden Penelitian

Lampiran 3 Formulir Persetujuan Responden

Lampiran 4 Kuesioner Vertigo Symptom Scale-Short Form (VSS-SF)

Lampiran 5 SOP (Standard Operating Prosedure) Akupresur

Lampiran 6 F-1 Usulan Topik Penelitian Lampiran 7 F-2 Pengajuan Persetujuan Judul Lampiran 8 F-4 Pengajuan Izin Studi Pendahuluan Lampiran 9 Surat Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 10 Surat Permohonan Penelitian Lampiran 11 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 12 Hasil Uji Analisis Bivariat Paired Sample t-test Lampiran 13 Sertifikat Terapis

(12)

xii

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

Krisnanda Aditya Pradana

Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Vertigo Di Klinik Sinergy Mind Health

Abstrak

Akupresur merupakan pemberian pemijatan dan stimulasi pada titik-titik tertentu. Vertigo mengacu pada adanya sensasi di mana penderitanya merasa bergerak atau berputar, puyeng, atau merasa seolah-olah benda-benda di sekitar penderita bergerak atau berputar. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi akupresur terhadap vertigo di klinik Sinergy Mind Health Surakarta.

Desain penelitian menggunakan metode quasi eksperimen dengan

pre-post without control design berupa pemberian akupresur sebanyak 3 kali terapi

dalam 1 bulan. Pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling, sejumlah 16 responden .

Hasil penelitian menunjukan rerata Vertigo Symptom Scale - Short Form

(VSS-SF) sebelum akupresur (pre test) 24,69 dan setelah akupresur (post test)

15. Hasil penelitian ini menunjukan ada pengaruh terapi akupresur terhadap vertigo di klinik Sinergy Mind Health Surakarta dengan nilai analisa uji Paired

sample t-test< 0,05(p value =0,000).

Hasil penelitian ini disimpulan bahwa ada pengaruh terapi akupresur terhadap vertigo.

Kata kunci : Akupresur, Vertigo, VSS-SF Daftar Pustaka : 33 (2004-2013)

(13)

xiii

BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA

2014

Krisnanda Aditya Pradana

THE EFFECT OF ACUPRESSURE THERAPY ON VERTIGO AT SINERGY MIND HEALTH CLINIC OF SURAKARTA

ABSTRACT

Acupressure is an alternative medicine technique similar in principle to acupuncture. It is based on the concept of life energy which flows through "meridians" in the body. In treatment, physical pressure is applied to acupuncture points with the aim of clearing blockages in these meridians. Vertigo refers to an abnormal sensation that is described by the persons as a feeling that they are spinning or the world is spinning around them.The objective of this research is to investigate the effect of acupressure therapy on vertigo at Sinergy Mind Health Clinic of Surakarta.

This research used the quasi experimental research with pretest-posttest without control design. The samples of the research were taken by using the consecutive sampling technique. They consisted of 16 respondents. The respondents were exposed to acupressure therapy for three times within one month.

The result of the research shows that the average score of the Vertigo

Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) prior to the treatment with the

acupressure therapy (pre-test) is 24.69, and following the treatment (posttest) it becomes 15. The result of the research indicates that there is an effect of acupressure therapy on vertigo at Sinergy Mind Health Clinic of Surakarta as indicated by the value of paired sample t-test< 0.05 (the value of p=0.000). Thus, it can be concluded that there is an effect of acupressure therapy on vertigo.

Keywords: Acupressure, vertigo, and VSS-SF References: 33 (2004-2014)

(14)

7 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vertigo sesuai dengan akar katanya, dari bahasa Yunani ‘vetere’, yang berarti berputar. Vertigo mengacu pada adanya sensasi di mana penderitanya merasa bergerak atau berputar,puyeng, atau merasa seolah-olah benda-benda di sekitar penderita bergerak atau berputar. Vertigo biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan dan vertigo dapat berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang-kadang merasa lebih baik jika berbaring, tetapi vertigo dapat terus berlanjut meskipun penderitanya tidak bergerak sama sekali (Fransisca2013).

Vertigo merupakan gejala kunci yang menandakan adanya gangguan sistem vestibuler dan kadang merupakan gejala kelainan labirin. Namun, tidak jarang vertigo merupakan gejala dari gangguan sistemik lain (misalnya; obat, hipotensi, penyakit endokrin, dan sebagainya) (Wahyudi 2012). Gangguan pada otak kecil yang mengakibatkan vertigo jarang sekali ditemukan. Namun, pasokan oksigen ke otak yang kurang dapat pula menjadi penyebab. Beberapa jenis obat, seperti kina, streptomisin, dan salisilat, diketahui dapat menimbulkan radang kronis telinga dalam. Keadaan ini juga dapat menimbukan vertigo (Fransisca2013).

(15)

8

8

Vertigo adalah keluhan yang sering dijumpai dalam praktek yang sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness,

unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness).Deskripsi keluhan tersebut

penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau sefalgia, terutama karena di kalangan awam.Kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian (Wreksoatmodjo2004).

Insiden vertigodan ketidakseimbangan adalah 5-10%, dan mencapai 40% pada pasien yang berusia lebih tua dari 40 tahun. Insiden jatuh adalah 25% pada pasien yang berusia lebih tua dari 65 tahun di amerika.Laporan

emergency departments (EDs) di amerika dari tahun 1995 - 2004

menunjukkan bahwa vertigo dan pusing 2,5% menyebabkan pasien jatuh (Samy et. al, 2008).Di RSUP Dr. Kariadi Semarang, vertigo berada pada urutan kelima dari gangguan atau penyakit yang dirawat di bangsal saraf. Dari pasien vertigo yang dikirim ke unit EMG untuk pemeriksaan ABR, 20 persen memperlihatkan gangguan fungsi batang otak: mungkin suatu

insufisiensi vertebro basiler (gangguan sistem peredaran darah dasar

otak)(Pudjonarko 2009).Sedangkan berdasarkan hasil studi pendahuluan di klinik Synergy Mind Health didapatkan data jumlah pasien dengan rentang umur 45 sampai dengan 59 yang menderita keluhan vertigo pada Nopember 2013 sebanyak 17 orang.

Penatalaksanaan vertigo bergantung pada lama keluhan dan ketidaknyamanan akibat gejala yang timbul serta patologi yang mendasarinya. Pada vertigo, beberapa tindakan spesifik dapat dianjurkan

(16)

9

9

untuk mengurangi keluhan vertigo. Pada penyakit meniere, misalnya, pengurangan asupan garam dan penggunaan diuretik disarankan untuk mengurangi tekanan endolimfatik. Untuk BPPV (benign

paroxysmalpositional vertigo), dapat dicoba dengan “bedside maneuver”

yang disebut dengan “epleyparticle repositioning maneuver”. Secara umum, penatalaksanaan medikamentosa mempunyai tujuan utama mengeliminasi keluhan vertigo, memperbaiki proses-proses kompensasi vestibuler, dan mengurangi gejala-gejala neurovegetatif ataupun psikoafektif (Wahyudi 2012). Namun masalah efek samping obat tidak bisa dikesampingkan karena dapat menimbulkan berbagai dampak dalam penggunaan obat baik dari sisi ekonomik, psikologik dan keberhasilan terapi. Dampak ekonomik seperti meningkatnya biaya pengobatan dan dampak psikologik pada kepatuhan penderita dalam minum obat akan berakibat kegagalan terapi (Widyaningsih 2012) .

Akupresur merupakan tindakan yang mudah dilakukan oleh perawat dan memiliki banyak keuntungan (Dibble et al 2007). Metode akupresur sudah lama diterapkan di Cina seperti ditulis pada buku acupunture without

needle karya Dr. Cerney(Artika2006). Akupresur juga aman untuk

dilakukan sendiri walaupun belum pernah melakukan sebelumnya, asalkan mengikuti petunjuk yang ada. Titik utama, digunakan untuk segala macam penyebab vertigo : GB 20 fengchi, BL 18 Ganshu, Ki 3 Taixi, BL 23

(17)

10

10

Klinik Synergy Mind Health merupakan klinik komplementer yang mengatasi berbagai masalah pasien yang ingin melakukan pengobatan alternatif dalam mengatasi berbagai penyakit seperti hipertensi, stroke, diabetes militus, nyeri sendi dan salah satunya vertigo. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pasien yang melakukan terapi akupersur untuk mengatasi vertigo, pasien mengatakan sensasi berputar berkurang,dan sakit kepala hilang.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui adakah pengaruh terapi akupresur terhadap vertigo.

1.2 Rumusan Masalah

Latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut, adakah pengaruh terapi akupresur terhadap vertigo di klinik Synergy Mind Health ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh terapi akupresur terhadap vertigo. 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahuivertigo sebelum dilakukan terapi akupresur. 2. Untuk mengetahui vertigo setelah dilakukan terapi akupresur. 3. Untuk menganalisis pengaruh terapi akupresur terhadap

(18)

11

11 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi Peneliti

Menambah pengalaman dan wawasan peneiti dalam keperawatan komplementer pengaruh pemberian terapi akupresurterhadap vertigo.

1.4.2 Manfaat bagi institusi pendididkan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan mengenai pengaruh pemberian terapi akupresurterhadap vertigo.

1.4.3 Manfaat bagi rumah sakit atau masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan sebagai dasar pertimbangan dalam metode pemberian terapi akupresur dalam mengatasi klien yang mengalami vertigo.

1.4.4 Manfaat bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai referensi atau titik tolak tambahan bila diadakan penelitian lebih lanjut khususnya bagi pihak lain yang ingin mempelajari mengenai pengaruh pemberian terapi akupresur dalam mengatasi vertigo.

1.5 Keaslian Penelitian

(19)

12

12

Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Siti Rukayah (2013) pengaruh terapi akupresur terhadap mual muntah lambat akibat kemoterapi pada anak usia sekolah yang menderita kanker di RS kanker Dharmais Jakarta tahun 2013 kuasi eksperimen dengan pre-post without control design. Pengambilan

sampel dengan cara consecutive sampling, jumlah sampel 20 orang responden anak sekolah. Hasil penelitian menunjukkan penurunan rerata mual muntah setelah akupresur ( p value=0,000).

(20)

13 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Vertigo 2.1.1.1 Definisi Vertigo

Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek yang sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness) deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian (Wreksoatmodjo 2004).

Vertigo sesuai dengan akar katanya, dari bahasa Yunani ‘vetere’, yang berarti berputar, vertigo mengacu pada adanya sensasi di mana penderitanya merasa bergerak atau perputar, puyeng, atau merasa seolah-olah benda-benda di sekitar penderita bergerak atau berputar. Biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo dapat berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang-kadang merasa lebih baik jika berbaring, tetapi vertigo dapat terus berlanjut meskipun penderitanya tidak bergerak sama sekali (Fransisca 2013).

(21)

34 2.1.1.2 Insiden Vertigo

Di RSUP Dr Kariadi Semarang, vertigo berada pada urutan kelima dari gangguan atau penyakit yang dirawat di bangsal saraf. Dari pasien vertigo yang dikirim ke unit EMG untuk pemeriksaan ABR, 20 persen memperlihatkan gangguan fungsi batang otak: mungkin suatu insufisiensi vertebro basiler (gangguan sistem peredaran darah dasar otak)(Pudjonarko 2009).

Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, angka penelitian menyebutkan kejadian vertigo kira-kira 20% pada sekelompok orang dengan kurun waktu satu bulan(Widiantoro 2010). Di praktik umum, vertigo menempati posisi keempat setelah nyeri, nyeri kepala, dan stroke, dan menempati posisi kedua dibangsal rawat inap (Widiantoro 2010).

2.1.1.3 Patofisiologi

Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat. Menurut Joesoef (2006) dan Wreksoatmodjo (2004), ada beberapa teori yang dapat menerangkan terjadinya vertigo, yaitu:

1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)

Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.

(22)

35 2. Teori Konflik Sensorik

Dalam keadaan normal, informasi untuk alat keseimbangan tubuh ditangkap oleh tiga jenis reseptor, yaitu reseptor vestibuler, penglihatan, dan propioseptik. Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata, vestibulum dan proprioseptik, atau ketidakseimbangan masukan sensorik dari sisi kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi kortikal).

3. Teori neural mismatch

Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik. Menurut teori ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu; sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala

(23)

36

Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha adaptasi gerakan atau perubahan posisi gejala klinis timbul jika sistim simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.

5. Teori Sinap

Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin

releasing factor). Peningkatan kadar CRF selanjutnya akan

mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistem saraf parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.

2.1.1.4 Diagnosis

Menurut Fransisca (2013) untuk mendiagnosis vertigo meliputi : 1. Sebelum memulai pengobatan, harus ditentukan sifat dan penyebab

vertigo.

2. Gerakan mata abnormal menunjukkan adanya kelainan fungsi di telinga bagian dalam atau saraf yang menghubungkan dengan otak.

(24)

37

3. Nistagmus atau juling adalah gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Arah gerakan tersebut dapat membantu dalam menegakkan diagnosis. Nistagmus dapat dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita secara tiba-tiba atau dengan meneteskan air dingin kedalam lubang telinga.

4. Untuk menguji keseimbangan, penderita diminta berdiri dan kemudian berjalan dengan satu garis lurus, awalnya dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup.

5. Tes pendengaran kerap kali dapat menentukan ada/tidaknya kelainan telingan yang mempengaruhi keseimbangan dan pendengaran.

6. Pemeriksaan lainnya adalah dengan CT-scan atau MRI kepala yang dapat menunjukkan kelainan tulang atau tumor yang menekan saraf. 7. Jika ada dugaan dapat suatu infeksi, bias diambil contoh cairan dari

telingan atau sinus, atau dari tulang belakang (pungsi lumbal).

8. Jika ada dugaan terdapat penurunan aliran darah ke otak, dilakukan pemeriksaan angiogram untuk melihat ada/atau tidaknya sumbatan pada pembuluh darah yang menuju otak.

2.1.1.5 Klasifikasi

(25)

38

Menurut Fransisca (2013) ada beberapa jenisvertigo berdasarkan penyebabnya.

1. Vertigo epileptica yaitu pusing yang mengiringi atau terjadi sesudah serangan ayan.

2. Vertigo laringea yaitu pusing karena serangan batuk.

3. Vertigo nocturna yaitu rasa seolah – olah akan terjatuh pada permulaan tidur.

4. Vertigo ocularis yaitu pusing karena penyakit mata khususnya karena kelumpuhan atau ketidakseimbangan kegiatan otot – otot bola mata, 5. Vertigo rotatoria yaitu pusing seolah – olah semua disekitar badan

berputar – putar.

1.4 Berdasarkan Saluran Vestibular

Menurut Israr (2008) vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo

periferaldanvertigo sentral. Saluran vestibular adalah salah satu organ

bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan.

1. Vertigo periferalterjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain penyakit penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali

(26)

39

menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).

Etiologi dari vertigo perifer diantaranya: a. Telinga bagian luar : serumen, benda asing

b. Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan

c. Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus meniere), mabuk gerakan, vertigo postural

d. Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor

e. Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks (Pirawati dan Siboe 2004).

2. Vertigo sentralterjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).

(27)

40

Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba (Israr 2008).

2.1.1.6.1 Penyebab Umum Vertigo

Menurut Israr (2008) penyebab umum vertigo dibagi menjadi : 1. Keadaan lingkungan : Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut) 2. Obat-obatan : Alkohol, Gentamisin

3. Kelainan sirkulasi :Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler

4. Kelainan di telinga:

a. Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)

b. Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri c. Herpes zoster

d. Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga) e. Peradangan saraf vestibuler

(28)

41 a. Sklerosis multiple

b. Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau keduanya

c. Tumor otak

d. Tumor yang menekan saraf vestibularis.

2.1.1.7 Gejala Penyerta Vertigo

Menurut Israr (2008) gejala penyerta vertigo meliputi : 1. Vertigo Periferal (Vestibulogenik)

a. Pandangan gelap

b. Rasa lelah dan stamina menurun c. Jantung berdebar

d. Hilang keseimbangan

e. Tidak mampu berkonsentrasi f. Perasaan seperti mabuk g. Otot terasa sakit

h. Mual dan muntah-muntah i. Memori dan daya pikir menurun j. Sensitif pada cahaya terang dan Suara k. Berkeringat

(29)

42 a. Penglihatan ganda

b. Sukar menelan

c. Kelumpuhan otot-otot wajah d. Sakit kepala yang parah e. Kesadaran terganggu f. Tidak mampu berkata-kata g. Hilangnya koordinasi h. Mual dan muntah-muntah

2.1.1.8 Penatalaksanaan Vertigo 1. Terapi simptomatik

Terapi simptomatik fase akut diantaranya calsium entry blocker, antikolinergik, simpatomimetik/monoaminergik.

a. golongan antihistamin, sedatif tranquilizer, histaminik, antidepresan, atau kombinasi obat-obat tersebut.

b. Terapi simptomatik fase rehabilitasi diantaranya metode brand daroff untuk BPPV, latihan visual vestibuler, dan latihan berjalan (gait exercise).

2. Terapi medicinal kausatif

Terapi ini diberikan sesuai dengan penyebab vertigo seperti antimigren, antiplatelet agregasi, antiepilepsi.

(30)

43

Terapi operatif yang diberikan diantaranya spondilosis servikalis, tumor perdarahan cerebellum, tumor cerebellopontin, tumor ventrikel IV, BPPV, dan Meniere sindrom (Wiranita 2010).

4. Terapi rehabilitasi vestibular

Terapi rehabilitasi vestibular (vestibular rehabilitation therapy/VRT) merupakan terapi fisik untuk menyebuhkan vertigo. Tujuan

terapi ini adalah untukmengurangi pusing, meningkatkan keseimbangan, dan mencegah seseorang jatuhdengan mengembalikan fungsi sistem vestibular.Pada VRT, pasien melakukan latihan agar otak dapat menyesuaikan dan menggantikan penyebab vertigo. Keberhasilan terapi ini bergantung pada beberapa faktor pasien yang meliputi usia, fungsi kognitif (memori, kemampuan mengikuti pentunjuk), kemampuan kordinasi dan gerak, dan kesehatan pasien secara keseluruhan (termasuk sistem saraf pusat), serta kekuatan fisik. Dalam VRT, pasien yang datang ke dokter, akan menjalani beberapa latihan yang akan melatih keseimbangan dalam tingkat yang lebih tinggi, meliputi gerakan kepala, gerakan mata, dan berjalan.Menurut Akademi Neurologi Amerika (American Academy of Neurology) metode yang paling efektif untuk BPPV yang disebabkan oleh kristal kalsium di telinga bagian kanal posterior adalah menggunakan teknik reposisi kanalit (canalithrepositioning) atau epley maneuver. Pada prosedur ini, terapis (dokter) akan meminta pasien untuk menggerakkan kepala dan tubuh. Kemudian kristal kalsium akan keluar dari kanal posterior, dan masuk ke

(31)

44

dalam kanal telinga bagian dalam yang akan diabsorpsi tubuh (Dewi 2009).

2.1.1.9 Instrumen Vertigo

Vertigo Symptom Scale-Short Form (VSS-SF) merupakan versi

pendek dari Vertigo Symptom Scale (VSS). Skala ini digunakan untuk membedakan antara individu dengan rentang umur 18-70 tahun dengan gangguan sistem vestibular dan dengan individu dengan rentang umur yang sama tanpa gangguan sistem vestibular. Vertigo Symptom Scale -

Short Form (VSS-SF)terdiri dari 15 nomor. Setiap nomor memiliki rentang

nilai 0-4. Ada tidaknya gejala vertigo didapatkan dengan menjumlahkan nilai dari setiap nomor. Nilai total mulai dari nol sampai enam puluh. Semakin besar nilai menunjukkan bahwa semakin buruk kelainan yang dideritanya. Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)terdiri dari Frekuensi dan durasi >20 menit atau <20 menit dan gejala penyerta antara lain, perasaan panas atau dingin, mual dan muntah, jantung berdebar-debar, perasaan pusing sepanjang hari atau <20 menit, sakit kepala, tidak dapat berdiri, kesulitan bernafas, kehilangan keseimbangan >20 menit atau <20 menit, keringat berlebih, perasaan lemah, nyeri pada jantung. Nilai total ≥12 menunjukkan seseorang menderita vertigo (Wilhelmsen et al, 2008). Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)telah menunjukkan konsistensi internal yang memuaskan dan test-retest reliability yang cukup.

(32)

45 2.1.2 Terapi Akupresur

2.1.2.1 Definisi Terapi Akupresur

Akupresur merupakan perkembangan terapi pijat yang seiring dengan perkembangan ilmu akupuntur karena teknik pijat akupresur adalah turunan akupuntur (Hartono 2012). Teknik dalam terapi ini menggunakan jari tangan sebagai pengganti jarum tetapi diakukan pada titik-titik yang sama seperti yang digunakan pada terapi akupuntur (Hartono 2012). Akupresur atau biasa yang dikenal dengan terapi totok/tusuk jari adalah salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh (Fengge 2012). Terapi akupresur merupakan pengembangan dari ilmu akupuntur, sehingga pada prinsipnya metode terapi akupresur sama dengan akupuntur yang membedakannya terapi akupresur tidak menggunakan jarum dalam proses pengobatannya. Akupresur berguna untuk mengurangi ataupun mengobati berbagai jenis penyakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan dan kelelahan. Proses pengobatan dengan tehnik akupresur menitikberatkan pada titik-titik saraf ditubuh. Titik-titik akupresur terletak pada kedua telapak tangan dan kedua telapak kaki. Dikedua telapak tangan dan kaki kita terdapat titik akupresur untuk jantung, paru-paru, ginjal, mata, hati, kelenjar tiroid, pancreas, sinus dan otak (Fengge 2012).

(33)

46 2.1.2.2 Tujuan Akupresur

Teknik pengobatan akupresur bertujuan untuk membangun kembali sel-sel dalam tubuh yang melemah serta mampu membuat system pertahanan dan meregenerasi sel tubuh (Fengge 2012). Umumnya penyakit berasal dari tubuh yang teracuni, sehingga pengobatan akupresur memberikan jalan keluar meregenerasikan sel-sel agar daya tahan tubuh kuat untuk mengurangi sel-sel abnormal. Dalam pengobatan akupresur tidak perlu makan obat-obatan, jamu dan ramuan sebab dengan terapi akupresur tubuh kita sudah lengkap obat dalam tubuh jadi tinggal diaktifkan oleh sel-sel saraf dalam tubuh. Tubuh manusia memiliki kemampuan memproduksi zat-zat tertentu yang berguna untuk ketahanan tubuh. Jika ditambah obat-obatan, yang terjadi adalah kelebihan dosis yang justru akan mengakibatkan kerusakan organ tubuh terutama ginjal (Fengge 2012).

2.1.2.3 Manfaat akupresur

Akupresur terbukti bermanfaat untuk pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, rehabilitasi (pemulihan) dan meningkatkan daya tahan tubuh. Untuk pencegahan penyakit, akupresur dipraktekkan pada saat-saat tertentu secara teratur sebelum sakit, tujuannya untuk mencegah masuknya penyebab penyakit dan mempertahankan kondisi tubuh. Melalui terapi akupresur penyakit pasien dapat disembuhkan karena akupresur dapat digunakan untuk menyembuhkan keluhan sakit dan dipraktikkan

(34)

47

ketika dalam keadaan sakit. Akupresur juga dapat bermanfaat sebagai rehabilitasi (pemulihan) dengan cara meningkatkan kondisi kesehatan sesudah sakit. Selain itu, akupresur juga bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau promotif walaupun tidak sedang dalam keadaan sakit (Fengge 2012). Menurut Tournaire & Theau-Yonneau (2007) dengan merangsang titik-titik tertentu disepanjang meridian, yang ditransmisikan melalui serabut saraf besar ke formation reticularis, thalamus dan system limbic tubuh melepaskan endorphin. Endorphin adalah zat penghilang rasa sakit yang secara alami diproduksi dalam tubuh, memicu respon menenangkan dan membangkitkan semangat dalam tubuh, memiliki efek positif pada emosi, dapat menyebabkan relaks dan normalisasi fungsi tubuh dan sebagian dari pelepasan endorphin akan menurunkan tekanan darah dan meningkatkan sirkulasi darah.

2.1.2.4 Teori Dasar Akupresur

Akupresur sebagai seni dan ilmu penyembuhan berlandaskan pada teori keseimbangan yang berasal dari ajaran “Taoisme” yang menyimpulkan bahwa semua isi alam raya dan sifat-sifatnya dapat dikelompokan kedalam kedua kelompok yang disebut “Yin” dan “Yang”. Untuk memudahkan tentang pemahaman terhadapt Yin dan Yang, harus dipahami bahwa semua benda-benda yang sifatnya yang mendekati api dikelompokkan kedalam kelompok “Yang”dan semua benda yang mendekati air dikelompokkan kedalam kelompok “Yin”.Api dan air

(35)

48

digunakan sebagai patokkan dalam keadaan wajar dan dari sifat api dan air tersebut kemudian dirumuskan sifat-sifat penyakit dan bagaimana cara penyembuhannya. Seseorang dikatakan tidak sehat atau sakit apabila Yin dan Yang didalam tubuhnya tidak seimbang (Fengge 2012).

2.1.2.5 Komponen Dasar Akupresur

Ada tiga komponen dasar akupresur yaitu Ci Sie atau energi vital, system meridian dan titik akupresur

1. Cie Sie (Energi Vital)

Ci sering diartiakan sebagai zat sari-sari makanan dan Sie adalah

darah sehingga secara singkat Ci Sie sering disebut sebagai energi vital. Ada dua sumber asal energy vital bawaan dan energi vital didapat. Enegri vital bawaan berasal dari orang tua, maka sifat, watak, bakat, rupa, kesehatan fisik dan mental dari kedua atau salah satu orang tua sering mencul pada anaknya. Sementara itu, energi vital yang didapat bias berasal dari sari makanan yang diperoleh dari ibu (selama dalam kandungan) maupun yang diperoleh sendiri sesudah lahir. Oleh karena itu, kondisi janin sangat tergantung pada jenis makanan, air dan suhu udara yang diperoleh ibu serta dukungan social dari lingkungannya. Kondisi janin tidak terlepas dari kondisi fisik, mental/psikis sang ibu. Enegri vital inilah yang kemudian memberikan kehidupan pada manusia (Fengge 2012).

(36)

49 2. Sistem meridian

Sistem meridian adalah saluran energi vital yang melintasi seluruh bagian tubuh seperti jaring laba-laba yang memebujur dan melintang untuk menghubungkan seluruh bagian tubuh. Meridian merupakan bagian dari system saraf, pembuluh darah dan saluran limpa.

Fungsi meridian menurut Fengge (2012) :

a. Menghubungkan bagian tubuh yang satu dengan yang lainnya (muka-belakang, atas-bawah, samping kiri-kanan, bagian luar-bagian dalam.

b. Menghubungkan organ tubuh yang satu dengan organ tubuh lainnya, menghubungkan organ dengan panca indra dan jaringan tubuh yang lain. Sifat hubungan bolak balik.

c. Menghubungkan titik-titik akupuntur/akupresur yang satu dengan yang lainnya, menghubungkan titik akupuntur/akupresur dengan organ dan menghubungkan jaringan tubuh dengan panca indra. d. Merupakan saluran untuk menyampaikan kelainan fungsi organ ke

permukaan tubuh yang dapat diketahui melalui kelainan keadaan titik pijat, panca indra atau jaringan tubuh lainnya.

e. Merupakan saluran bagi penyebab penyakit masuk ke dalam organ baik penyebab dari luar tubuh maupun penyebab penyakit dari daam tubuh.

Meridian dikelompokan menjadi meridian umum dan meridian

(37)

50

jantung, limpa, lambung, usus kecil, kantong kemih, ginjal, selaput jantung, tripemanas, kantong empedu dan hati. Sementara meridian istimewa adalah meridian tu dan meridianren yang melintas di garis tengah tubuh. Meridian istimewa ini merupakan pengikat atau penghubungan semua meridian sehingga keempat belas meridian merupakan mata rantai yang tidak terputus. (Sukanta 2008)

2.1.2.6 Kontraindikasi

Akupresur merupakan terapi yang dapat dilakukan dengan mudah dan efek samping yang minimal. Meskipun demikian, akupresur tidak boleh dilakukan pada bagian tubuh yang luka, bengkak, tulang retak atau patah dan kulit yang terbakar (Sukanta 2008).

2.1.2.7 Cara perangsangan titik akupresur

Titik akupresur ialah bagian atau lokasi di tubuh sebagai tempat berakumulasinya energi vital. Pada titik akupresure iniah akan dilakukan pemijatan terapi akupresur. Di dalam tubuh kita terdapat banyak titik akupresur, kurang lebih berjumlah 360 titik akupresur yang terletak di permukaan tubuh di bawah kulit. Pertama kali yang harus diperhatikan sebelum melakukan pijat akupresur adalah kondisi umum si penderita. Pijat akupresur tidak boleh dilakukan terdapat orang yang sedang dalam keadaan yang terlalu lapar atau pun terlalu kenyang, dalam keadaan terlalu

(38)

51

emosional dan pada perempuan yang sedang dalam kondisi hamil (Fengge 2012).

Pijatan bisa dilakukan setelah menemukan titik meridian yang tepat yaitu timbulnya reaksi pada titik pijat berupa rasa nyeri, linu atau pegal. Dalam terapi akupresur pijatan bias dilakukan dengan menggunakan jari tangan (jempol dan jari telunjuk). Semua titik pijat berpasangan kecuali untuk jalur meridian Ren dan Tu. Lama dan banyaknya tekanan (pemijatan) tergantung pada jenis pijatan. Pijatan untuk menguatkan

(Yang) dapat dilakukan dengan maksimal 30 kali tekanan, untuk

masing-masing titik-titik dan pemutaran pemijatannya secara jarum jam sedangkan pemijatan yang berfungsi melemahkan (Yin) dapat dilakukan dengan minimal 50 kali tekanan dan cara pemijatannya berlawanan jarum jam (Fengge 2012).

Menurut Fengge (2012), terdapat tiga macam akupresur yaitu : 1. Titik akupresur umum

Titik akupresur umum ini terdapat di sepanjang saluran meridian. Setiap titik umum diberi nama oleh penemunya dalam bahasa Tionghoa yang memiliki arti tersendiri dan diberi nomor yang bersifat universal. Misalnya, titik Hegu yang memiiki arti kumpulan jurang. Hegusama dengan titik usus besar dengan nomor 4 (UB.4) dan dalam bahasa inggis disebut Large Intestine nomor 4 (LI.4)

(39)

52

Titik akupresur istimewa adalah titik yang berserakan (tidak menentu), ada yang di jalur meridian dan ada pula yang di luar jalur meridian. Tiap-Tiap titik umum mempunyai nama dan fungsi masing-masing. Misalnya, Lamwei, berfungsi sebagai titik untuk mengobati penyakit usus buntu.

3. Titik nyeri ( Yes Point )

Titik nyeri berada di daerah keluhan (daerah yang mengalami masalah) misalnya sakit perut, sakit kepala, dan lain-lain. Untuk menemukan titk nyeri ini adaah dengan meraba keluhan kemudian cari titik yang paling sensitif atau nyeri. Titik ini hanya berfungsi sebagai penghilang rasa sakit setempat saja, tetapi sering juga berpengaruh pada jaringan tubuh lainnya.

2.1.2.8 Akupesur untuk vertigo

Akupresur merupakan suatu cara pengobatan dengan memberikan rangsangan penekanan (pemijatan) pada titik tertentu pada tubuh (Fengge 2012). Titik–titik akupresur untuk vertigo menurut Hartono (2012) yaitu : 1. Titik-titik utama yang sering dipijat untuk mengatasi vertigo adalah

titik GB 20 Fengchi, BL 18 Ganshu, Ki 3 Taixi, BL 23 Shenshu, LR 2

Xingjian.

a. GB 20 Fengchi (sedate) adalah titik yang terletak satu cun batas rambut belakang.

(40)

53

b. BL 18 Ganshu (sedate) adalah titik yang terletak dua jari kiri dan kanan meridian GV, setinggi batas bawah thrakal kesembilan. c. KI 3 Taixi (tonic) adalah titik yang terletak malleolus internus dan

tendon achiles, setinggi bagian tertinggi malleolus internus.

d. BL 23 Shensu (tonic) adalah titik yang terletak dua jari kiri dan kanan meridian GV, setinggi batas bawah lumbal kedua.

e. LR 2 Xingjian (sedate) adalah titik yang terletak 0,5cun batas distal lekukan antara ibu jari dan jari kedua kaki.

Gambar 2.1

(41)

54 Gambar 2.2

Lokasi Titik Akupresur BL 18

Gambar 2.3

(42)

55 Gambar 2.4

Lokasi Titik Akupresur BL 23

Gambar 2.5

Lokasi Titik Akupresur LR 2

2. Apabila terjadi keletihan fisik tambahkan titik: GV 20 Baihui, BL 20 Pishu, SP 6 Sanyinjiao, ST 36 Zuzanli, CV 4 Guanyuan.

a. GV 20 Baihui (tonic) adalah titik yang terletak 1,5cun di belakang puncak kepala.

(43)

56

b. BL 20 Pishu (tonic) adalah titik yang terletak dua jari lateral

meridian GV, setinggi batas bawah torakal 12.

c. SP 6 Sanyinjiao (tonic) adalah titik yang terletak tiga cun diatas

malleolus internus.

d. ST 36 Zuzanli (tonic) adalah titik yang terletak tiga cun di bawah

patella, lateral m. tibialis anterior.

e. CV 4 Guanyuan (tonic) adalah titik yang terletak dua cun di atas tulang kemaluan.

3. Apabila terjadi mual muntah tambahkan titik: St 8 Touwei, BL 20

Pishu, St 40 feng long, CV 12 Zhongwan, PC 6 Neiguan.

a. St 8 Touwei (sedate) adalah titik yang teretak pada sudut garis batas rambut, sisi temporal dahi.

b. BL 20 Pishu (sedate) adalah titik yang terletak dua jari kiri dan kanan meridian GV, setinggi batas bawah tulang thorakal dua belas.

c. St 40 feng long (sedate) adalah titik yang terletak dua jari lateral dari tulang kering.

d. CV 12 Zhongwan (sedate) adalah titik yang terletak empat cun di atas umbilicus.

e. PC 6 Neiguan (sedate) adalah titik yang terletak dua cun di atas pergelangan tangan.

(44)

57 2.2 Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka Teori

Keadaan lingkungan : 1. Mabuk darat 2. Mabuk laut Gangguan neurologis : 1. Sklerosis multiple 2. Tumor otak Obat-obatan : 1.Alkohol 2.Gentamisin Gangguan sirkulasi : 1. Transient ischemicatta ck Gangguan telinga : 1. Endapan kalsium

pada salah satu kanalis semisirkularis 2. Infeksi telinga 3. Herpes zoster 4. Labirintitis 5. Peradangan saraf vestibuler 6. Penyakit meniere Akupresur (penekanan pada acupoint) Meningkatkan sirkulasi darah Vertigo menurun pelepasan endorphin

Suplay darah ke otak tidak mencukupi

Vertigo

(45)

58 2.3 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual merupakan kerangka fikir mengenai hubungan antar variable-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada studi kepustakaan (Nasir dkk 2011).

Kerangka konseptual ini menjelaskan tentang variable-variabel yang dapat diukur dalam penelitian ini. Kerangka konsep penelitian ini meliputi tiga komponen yaitu :

Skema 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Vertigo sebelum intervensi  Durasi dan frekuensi

vertigo

 Gejala penyerta  Skala vertigo

Vertigo sesudah intervensi  Durasi dan frekuensi

vertigo

 Gejala penyerta  Skala vertigo Dilakukan terapi

(46)

59 2.4 Hipotesis

Menurut Nasir dkk (2011) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau ingin kita pelajari. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks

1. H0pada penelitian ini adalah tidak ada pengaruh terapi akupresur terhadap vertigo.

2. H1pada penelitian ini adalah ada pengaruh terapi akupresur terhadap vertigo.

(47)

60 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif, eksperimen semu yang bertujuan untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta seberapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan- perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental untuk mengetahui pengaruh terapi akupresur terhadap vertigo. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimental dengan Pre and

post test without control (Control diri sendiri). Yang artinya peneliti hanya

melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa pembanding. Pengaruh perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai post test dengan pre test (Dharma 2011).

Terapi akupresur dilakukan 3 kali terapi dalam satu bulan, pengamatan dilakukan sebelum dan sesudah intervensi akupresur, kelompok diukur

Vertigo Symptom Scale-Short Form (VSS-SF) total (pre test) dengan maksud

untuk mengetahui Vertigo Symptom Scale-Short Form (VSS-SF) total sebelum dilakukan intervensi akupresur. Sesudah dilakukan intervensi akupresur, pengamatan kembali dilakukan pada saat setelah dilakukan terapi akupresur oleh terapis sebagai data post test.

(48)

Menurut Dharma (2011) untuk desain penelitian Quasi Eksperimental dengan Pre and post test without controladalah sebagai berikut :

Skema 3.1 Desain Peneliti

Keterangan :

R = Responden yang mendapatkan perlakuan akupresur O1= Pre test sebelum dilakukan akupresur

O2= Post test setelah dilakukan terapi akupresur X1= Pemberian terapi akupresur

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan (Dharma 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien di Klinik Sinergy Mind Health Surakarta yang mengeluh vertigo. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di klinik Synergy Mind Health didapatkan data jumlah pasien dengan rentang umur 45 sampai dengan 59 yang menderita keluhan vertigo pada Nopember 2013 sebanyak 17 orang.

(49)

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari populasi terjangkau dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau melakukan pengamatan pada unit ini (Dharma 2011).

Teknik pengumpulan sampel menggunakan consecutive sampling yaitu suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih semua individu yang ditemui dan memenuhi kriteria pemilihan, sampai jumlah sampel yang di inginkan terpenuhi (Dharma 2011).

1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Semua pasien yang melakukan terapi akupresur di klinik Synergy

Mind Health pada bulan April – Mei 2014

b. Mengalami vertigo < 1 bulan

c. Pasien dalam kondisi sadar, dapat berorientasi pada tempat, waktu, dan orang

2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah : a. Hamil

b. Klien tidak mengalami kulit yang terluka, bengkak, tulang retak, kulit terbakar

3. Besar Sampel

Sampel adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari populasi terjangkau dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau melakukan pengamatan pada unit ini (Dharma 2011).

(50)

Teknik pengumpulan sample pada penelitian ini mengunakan

Convinience sampling. Convinience sampling adalah suatu teknik

penetapan sampel dengan mencari subjek atas dasar hal-hal yang menyenangkan atau mengenakan peneliti (Nursalam 2008).Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien yang melakukan terapi akupresur pada bulan April – Mei 2014.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di klinik Synergy Mind Health Surakarta.

3.3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dibagi menjadi 3 tahap meliputi penyusunan proposal, pengumpulan data dan pelaporan hasil penelitian dari 21 Oktober sampai dengan 31 Juni 2014.

3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran 3.4.1 Variabel bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang dapat mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat) (Nasir dkk. 2011).Variabel bebas pada penelitian ini adalah akupresur

(51)

3.4.2 Variabel terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Nasir dkk. 2011). Variabel terikat pada penelitian ini adalah vertigo.

3.4.3 Variabel perancu

Variabel perancu merupakan variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independent dengan dependen (Nasir dkk. 2011). Variabel perancu pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin dan pekerjaan.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel

Penelitian

Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala Data Vertigo Merupakan rasa

berputar, vertigo mengacu pada sensasi dimana penderitanya merasa bergerak atau berputar. Instrument Vertigo Symptom Scale-Short Form (VSS-SF) Tidak vertigo < 12 Vertigo ≥ 12 Rasio

Akupresur Akupresur atau penekanan pada titik GB 20 Fengchi, BL 18 Ganshu, Ki 3 Taixi, BL 23 Shenshu, LR 2 Xingjian SOP (Standard Operating Procedure) - -

(52)

Variabel Perancu

Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala

Data Usia Umur responden dihitung dalam tahun. Peneliti mengisi format data demografi sesuai hasil wawancara dengan responden. 1. 40-59 tahun 2. 60-59 tahun Interval Jenis Kelamin Identitas Pasien yang sejak lahir. Peneliti mengisi format data demografi sesuai hasil observasi 1. Laki- Laki 2. Perempuan Nominal

Pekerjaan Suatu kegiatan atau aktifitas responden sehari-hari. Peneliti mengisi format data demografi sesuai hasil wawancara dengan responden. 1. Ibu rumah tangga 2. PNS 3. Wiraswasta 4. Honorer 5. Pegawai Swasta 6. Mahasiswa Nominal

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1 Alat Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalah sebagai berikut :

1. Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk memperoleh data karakteristik responden berupa usia, jenis kelamin dan pekerjaan serta studi dokumentasi juga dilakukan untuk mendapatkan data tambahan.

2. Instrument Vertigo Symptom Scale-Short Form (VSS-SF) digunakan untuk mengukur variabel vertigo. Vertigo Symptom Scale-Short Form

(53)

Skala ini digunakan untuk membedakan antara individu dengan rentang umur 18-70 tahun dengan gangguan sistem vestibular dan dengan individu dengan rentang umur yang sama tanpa gangguan sistem vestibular. Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) terdiri dari 15 nomor. Setiap nomor memiliki rentang nilai 0-4. Ada tidaknya gejala vertigo didapatkan dengan menjumlahkan nilai dari setiap nomor. Nilai total mulai dari nol sampai enam puluh. Semakin besar nilai menunjukkan bahwa semakin buruk kelainan yang dideritanya.

Nilai total ≥12 menunjukkan seseorang menderita vertigo (Wilhelmsen

et al, 2008). Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)telah

menunjukkan konsistensi internal yang memuaskan dan test-retest

reliability yang cukup.

3. Standard Operating Procedure (SOP) digunakan untuk mengukur variabel akupresur yang terdiri dari fase orentasi, fase kerja dan terminasi

3.5.2 Prosedur Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : 1. Persiapan

a. Prosedur administrasi

Pada saat prosedur administrasi, peneliti mengurus surat studi pendahuluan penelitian di Prodi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta untuk dilanjutkan ke

(54)

bagian pendidikan dan penelitian Klinik Sinergy Mind Health dalam rangka untuk memperoleh ijin penelitian, kemudian peneliti menyampaikan surat studi pendahuluan kepada klinik Sinergy Mind

Health Surakarta.

b. Melakukan observasi pada terapis akupresur yang telah melaksanakan pelatihan dan memiliki sertifikat.

2.Pelaksanaan

a. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan penelitian kepada responden.

b. Peneliti memberikan informasi tentang penelitian dan meminta kesediaan responden untuk terlibat dalam penelitian

c. Peneliti memberikan lembar persetujuan bagi responden yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian

d. Peneliti melakukan proses pengambilan data dengan mengisi data karakteristik responden.

e. Peneliti membuat kontrak untuk bertemu pada siklus selanjutnya. f. Pada minggu pertama sebelum dilakukan tindakan akupresur peneliti

mengukur skala vertigo (pre test) dan selanjutnya melakukan observasi pada minggu kedua dan ketiga.

g. Pada minggu ke empat peneliti mengukur kembali skala vertigo setelah dilakukan terapi akupresur pada minggu pertama, kedua dan ketiga selama satu bulan, data ini digunakan sebagai data post test.

(55)

Pengukuran vertigo dilakukan oleh peneliti dengan menanyakan isi instrument kepada responden.

h. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada responden atas keterlibatannya dalam penelitian.

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data 3.6.1 Teknik Pengolahan Data

1. Editing

Kegiatan melakukan pengecekan kelengkapan, kejelasan, relevansi dan konsistensi isi jawaban kuesioner atau instrument. Dalam penelitian ini, editing dilakukan oleh peneliti dengan memeriksa kuesioner dan instrumen yang digunakan untuk mengukur vertigo. 2. Coding

Kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka. Pada tahap ini diberikan kode atau nilai pada tiap jenis data untuk mnghindari kesalahan dan memudahkan pengolahan data. Variabel yang dikategorikan dengan koding adalah jenis kelamin dan usia.

3. Tabulating

Data dikelompokan kedalam kategori yang telah ditentukan dan dilakukan tabulasi kemudian diberikan kode untuk kemudahan pengolahan data. Proses tabulasi data meliputi :

(56)

a. Mempersiapkan table dengan kolom dan baris yang telah disusun dengan cermat sesuai kebutuhan.

b. Menghitung banyaknya frekuensi untuk tiap kategori jawaban c. Menyusun distribusi dan table frekuensi dengan tujuan agar data

dapat tersusun rapi, mudah dibaca dan dianalisis. 4. Entry Data

Data yang telah terkumpul kemudian dimasukan dalam program analisis dengan menggunakan perangkat komputer.

5. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan data yang sudah dimasukan untuk diperiksa ada tidaknya kesalahan

3.6.2 Analisa Data 3.6.2.1 Analisa Univariat

Analisis univariat adalah analisa yang menganalisis tiap variabel darihasil penelitian(Notoatmodjo2005).

Analisis univariat dilakukan untuk mendiskripsikan setiap variabel yang diteliti yaitu dengan melihat semua distribusi data dalam penelitian. Analisis dengan menggunakan perangkat komputer digunakan untuk menganalisis variabel yang bersifat kategorik yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan dan variabel yang bersifat numerik yaitu

(57)

menggunakan frekuensi dan prosentase. Data numeric menggunakan mean, standar deviasi dan nilai maksimum minimum.

3.6.2.2 Analisis Bivariat.

Analisis data bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel (Notoadmodjo, 2005).Analisa ini digunakan untuk menguji pengaruh terapi akupresur dalam mengurangi vertigo. Dalam menganalisis data secara bivariat dilakukan uji normalitas data menggunakan Shapiro-Wilk yang bertujuan mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Untuk menganalisis, hasil eksperimen yang menggunakan pre-test dan

post-test designwithout control group peneliti menggunakan uji Paired sample t-test karena data terdistribusi normal untuk mengukur skala

vertigo sebelum dan sesudah dilakukan pemberian terapi akupresur. Dengan tingkat kepercayaan 95% / α= 5% dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika P value > α (0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti terapi akupresur tidak mempengaruhi vertigo serta jika P value ≤ α (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terapi akupresur mempengaruhi penurunan vetigo.

3.7 Etika Penelitian

Penelitian Keperawatan pada umumnya melibatkan manusia sebagai subyek penelitian. Penelitian mempunyai resiko

(58)

ketidaknyamanan atau cedera pada subyek mulai dari resiko ringan sampai dengan berat. Manusia sebagai subyek penelitian adalah makhluk yang holistik, merupakan integrasi aspek fisik, psikologis, sosial dan spiritual yang tidak bisa dipisahkan. Masalah yang terjadi pada salah satu aspek yang lain sehingga penelitian keperawatan harus dilandasi dengan etika penelitian yang memberikan jaminan bahwa keuntungan yang di dapat dari penelitian jauh melebihi efek samping yang ditimbulkan (Dharma, 2011).

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti meminta rekomendasi dari Prodi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta dan meminta izin kepada kepala klinik Sinergy Mind

Health Surakarta. Setelah mendapat persetujuan peneliti melakukan

penelitian dengan memenuhi prinsip etik sebagai berikut :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human

dignity).

Penelitian dilaksanakandengan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Responden memiliki hak asasi dan kebebasan untuk menentukan pilihan ikut untuk menolak penelitian (autonomy). Peneliti tidak memaksa atau memberikan penekanan pada responden untuk bersedia ikut dalam penelitian dan responden berhak untuk mengundurkan diri sewaktu – waktu tanpa sanksi apa pun. Prinsip ini diaplikasikan melalui penjelasan secara singkat dan jelas oleh peneliti kepada responden tentang tujuan, prosedur, durasi keterlibatan

(59)

responden, hak responden dan manfaat penelitian. Setelah diberikan penjelasan, responden secara suka rela memberikan tanda tangan pada lembar persetujuan. Selama penelitian semua responden bersedia untuk dilibatkan dalam penelitian.

2. Menghormati prinsip kerahasiaan (respect for privacy and

confidentiality).

Responden sebagai subyek penelitian memiliki privasi dan hak asasi unuk mendapatkan kerahasiaan informasi. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa penelitian menyebabkan terbukanya informasi tentang responden. Peneliti perlu merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut privasi responden yang tidak ingin identitasnya dan segala informasi tentang dirinya diketahui oleh orang lain. Prinsip ini ditrapkan pada penelitian ini dengan cara meniadakan identitas seperti nama dan alamat responden di ganti dengan kode no dan inisial nama responden.

3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice

inclusiveness)

Prinsip keterbukaann dalam penelitian mengandung makna bahwa penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan secara professional. Prinsip keadilan mengandung makna bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan responden. Pada saat penelitian berlangsung terjadi masalah etik dimana dalam satu

(60)

ruangan terdapat responden yang belum mendapat tindakan akupresur (pre) dan terdapat responden yang akan dilakukan tindakan akupresur. Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah memberikan informasi kepada responden yang belum dilakukan tindakan akupresur bahwa tindakan akupresur ini akan dilakukan sesuai jadual yang sudah disepakati.

4. Beneficence

Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian dan populasi dimana hasil penelitian diterapkan dan meminimalisir dampak yang merugikan bagi subjek penelitian. Manfaat terapi akupresur ini yaitu mengurangi vertigo yang dapat meningkatkan kenyamanan.

5. Right to protection from discomfort

Hak untuk mendapatkan perlindungan dari ketidaknyamanan dan kerugian mengharuskan agar responden dilindungi dari eksploitasi dan peneliti harus menjamin bahwa semua usaha dilakukan meminimalkan bahaya atau kerugin dari suatu penelitian. Prinsip ini diaplikasikan dan cara melakuakn akupresurdengan hati-hati sehingga tidak menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien, pengaturan lingkungan yang nyaman dan penyediaan alat yang cukup.

(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisa Univariat

a. Karakteristik Responden Menurut Umur

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Menurut Umur (N=16) Klasifikasi Umur Responden Frekuensi % 40-59 11 68,75 60-79 5 31,25 Total 16 100

Karakteristik menurut umur menunjukan sebagian besar responden berumur 40-59 sebanyak 11 responden (68,75%) dengan total 16 responden.

b. Karakteriktik Responden Menurut Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin (N=16)

Klasifikasi Jenis

Kelamin Responden Frekuensi %

Perempuan 16 100

Total 16 100

Jenis kelamin responden pada penelitian ini menunjukan seluruh responden memiliki jenis kelamin perempuan.

(62)

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan (N=16) Klasifikasi Pekerjaan Responden Frekuensi % Wiraswasta 16 100 Total 16 100

Dari tabel 4.3 menunjukan seluruh responden pada penelitian ini bekerja sebagai wiraswasta

d. Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total Sebelum dan Setelah Intervensi.

Tabel 4.4

Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)Total Sebelum dan Setelah Intervensi di Klinik Sinergy Mind Health Surakarta April –

Mei 2014 (N=16)

Responden Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form

(VSS-SF)Total Sebelum Setelah 1. 19 12 2. 33 18 3. 23 15 4. 30 21 5. 25 15 6. 16 12 7. 24 12 8. 25 19 9. 25 15 10. 29 15 11. 29 18 12. 23 15 13. 31 13 14. 21 12 15. 23 15 16. 19 13

(63)

Tabel 4.4 menunjukan skor Vertigo Symptom Scale - Short Form

(VSS-SF) total sebelum dan setelah intervensi di dapatkan hasil seluruh

skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) sebelum terapi akupresur dan setelah terapi akupresur mengalami penurunan.

e. Rerata Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total Sebelum dan Setelah Intervensi.

Tabel 4.5

Rerata Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total Sebelum dan Setelah Intervensi di Klinik Sinergy Mind Health

Surakarta April – Mei 2014 (N=16)

No. Variabel Pre Post

Mean Median Modus SD Mean Median Modus SD 1. Skor Vertigo Symptom Scale-Short Form (VSS-SF)Total 24.67 24.5 23 4.74 15 15 15 2.76

Tabel 4.5 menunjukan rerata Vertigo Symptom Scale - Short

Form (VSS-SF) Total pada kelompok yang dilakukan akupresur

sebelumnya adalah 24,67 dengan median=24,5, modus=23 serta SD=4,74 dan setelah dilakukan akupresur adalah 15 dengan median=15, modus=15 dan SD=2,76. Penulis menarik kesimpulan bahwa terjadi penurunan rerata

Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total pada kelompok

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian  Variabel
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Menurut Umur   (N=16)  Klasifikasi Umur  Responden  Frekuensi  %  40-59  11  68,75  60-79  5  31,25  Total  16  100
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan   (N=16)  Klasifikasi Pekerjaan  Responden  Frekuensi  %  Wiraswasta  16  100  Total  16  100
Tabel 4.4 menunjukan skor Vertigo Symptom Scale - Short Form  (VSS-SF)  total  sebelum  dan  setelah  intervensi  di  dapatkan    hasil  seluruh  skor  Vertigo  Symptom  Scale  -  Short  Form  (VSS-SF)  sebelum  terapi  akupresur dan setelah terapi akupres

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kuantitatif yang digunakan untuk menguji hubungan/pengaruh antara variabel bebas dan variabel

Teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kuantitatif yang digunakan untuk menguji hubungan/pengaruh antara variabel bebas dan

Teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kuantitatif yang digunakan untuk menguji hubungan/pengaruh antara variabel bebas dan

adalah teknik analisa data kuantitatif yang digunakan untuk menguji. hubungan pengaruh antara variabel bebas

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini analisis bivariat digunakan

Analisa bivariat adalah lanjutan dari analisis univariat, analisis ini digunakan untuk membandingkan hasil dari observasi awal ( pretest ) dengan hasil akhir

Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh dua variabel atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen apakah masing- masing variabel

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi akupresur terhadap mual muntah efek samping kemoterapi pada anak usia sekolah yang menderita leukemia