BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
Variabel bebas merupakan variabel yang dapat mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat) (Nasir dkk. 2011).Variabel bebas pada penelitian ini adalah akupresur
3.4.2 Variabel terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Nasir dkk. 2011). Variabel terikat pada penelitian ini adalah vertigo.
3.4.3 Variabel perancu
Variabel perancu merupakan variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independent dengan dependen (Nasir dkk. 2011). Variabel perancu pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin dan pekerjaan.
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel
Penelitian
Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala Data Vertigo Merupakan rasa
berputar, vertigo mengacu pada sensasi dimana penderitanya merasa bergerak atau berputar. Instrument Vertigo Symptom Scale-Short Form (VSS-SF) Tidak vertigo < 12 Vertigo ≥ 12 Rasio
Akupresur Akupresur atau penekanan pada titik GB 20 Fengchi, BL 18 Ganshu, Ki 3 Taixi, BL 23 Shenshu, LR 2 Xingjian SOP (Standard Operating Procedure) - -
Variabel Perancu
Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala
Data Usia Umur responden dihitung dalam tahun. Peneliti mengisi format data demografi sesuai hasil wawancara dengan responden. 1. 40-59 tahun 2. 60-59 tahun Interval Jenis Kelamin Identitas Pasien yang sejak lahir. Peneliti mengisi format data demografi sesuai hasil observasi 1. Laki- Laki 2. Perempuan Nominal
Pekerjaan Suatu kegiatan atau aktifitas responden sehari-hari. Peneliti mengisi format data demografi sesuai hasil wawancara dengan responden. 1. Ibu rumah tangga 2. PNS 3. Wiraswasta 4. Honorer 5. Pegawai Swasta 6. Mahasiswa Nominal
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1 Alat Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalah sebagai berikut :
1. Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk memperoleh data karakteristik responden berupa usia, jenis kelamin dan pekerjaan serta studi dokumentasi juga dilakukan untuk mendapatkan data tambahan.
2. Instrument Vertigo Symptom Scale-Short Form (VSS-SF) digunakan untuk mengukur variabel vertigo. Vertigo Symptom Scale-Short Form
Skala ini digunakan untuk membedakan antara individu dengan rentang umur 18-70 tahun dengan gangguan sistem vestibular dan dengan individu dengan rentang umur yang sama tanpa gangguan sistem vestibular. Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) terdiri dari 15 nomor. Setiap nomor memiliki rentang nilai 0-4. Ada tidaknya gejala vertigo didapatkan dengan menjumlahkan nilai dari setiap nomor. Nilai total mulai dari nol sampai enam puluh. Semakin besar nilai menunjukkan bahwa semakin buruk kelainan yang dideritanya.
Nilai total ≥12 menunjukkan seseorang menderita vertigo (Wilhelmsen
et al, 2008). Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)telah
menunjukkan konsistensi internal yang memuaskan dan test-retest
reliability yang cukup.
3. Standard Operating Procedure (SOP) digunakan untuk mengukur variabel akupresur yang terdiri dari fase orentasi, fase kerja dan terminasi
3.5.2 Prosedur Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : 1. Persiapan
a. Prosedur administrasi
Pada saat prosedur administrasi, peneliti mengurus surat studi pendahuluan penelitian di Prodi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta untuk dilanjutkan ke
bagian pendidikan dan penelitian Klinik Sinergy Mind Health dalam rangka untuk memperoleh ijin penelitian, kemudian peneliti menyampaikan surat studi pendahuluan kepada klinik Sinergy Mind
Health Surakarta.
b. Melakukan observasi pada terapis akupresur yang telah melaksanakan pelatihan dan memiliki sertifikat.
2.Pelaksanaan
a. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan penelitian kepada responden.
b. Peneliti memberikan informasi tentang penelitian dan meminta kesediaan responden untuk terlibat dalam penelitian
c. Peneliti memberikan lembar persetujuan bagi responden yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian
d. Peneliti melakukan proses pengambilan data dengan mengisi data karakteristik responden.
e. Peneliti membuat kontrak untuk bertemu pada siklus selanjutnya. f. Pada minggu pertama sebelum dilakukan tindakan akupresur peneliti
mengukur skala vertigo (pre test) dan selanjutnya melakukan observasi pada minggu kedua dan ketiga.
g. Pada minggu ke empat peneliti mengukur kembali skala vertigo setelah dilakukan terapi akupresur pada minggu pertama, kedua dan ketiga selama satu bulan, data ini digunakan sebagai data post test.
Pengukuran vertigo dilakukan oleh peneliti dengan menanyakan isi instrument kepada responden.
h. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada responden atas keterlibatannya dalam penelitian.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data 3.6.1 Teknik Pengolahan Data
1. Editing
Kegiatan melakukan pengecekan kelengkapan, kejelasan, relevansi dan konsistensi isi jawaban kuesioner atau instrument. Dalam penelitian ini, editing dilakukan oleh peneliti dengan memeriksa kuesioner dan instrumen yang digunakan untuk mengukur vertigo. 2. Coding
Kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka. Pada tahap ini diberikan kode atau nilai pada tiap jenis data untuk mnghindari kesalahan dan memudahkan pengolahan data. Variabel yang dikategorikan dengan koding adalah jenis kelamin dan usia.
3. Tabulating
Data dikelompokan kedalam kategori yang telah ditentukan dan dilakukan tabulasi kemudian diberikan kode untuk kemudahan pengolahan data. Proses tabulasi data meliputi :
a. Mempersiapkan table dengan kolom dan baris yang telah disusun dengan cermat sesuai kebutuhan.
b. Menghitung banyaknya frekuensi untuk tiap kategori jawaban c. Menyusun distribusi dan table frekuensi dengan tujuan agar data
dapat tersusun rapi, mudah dibaca dan dianalisis. 4. Entry Data
Data yang telah terkumpul kemudian dimasukan dalam program analisis dengan menggunakan perangkat komputer.
5. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan data yang sudah dimasukan untuk diperiksa ada tidaknya kesalahan
3.6.2 Analisa Data 3.6.2.1 Analisa Univariat
Analisis univariat adalah analisa yang menganalisis tiap variabel darihasil penelitian(Notoatmodjo2005).
Analisis univariat dilakukan untuk mendiskripsikan setiap variabel yang diteliti yaitu dengan melihat semua distribusi data dalam penelitian. Analisis dengan menggunakan perangkat komputer digunakan untuk menganalisis variabel yang bersifat kategorik yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan dan variabel yang bersifat numerik yaitu
menggunakan frekuensi dan prosentase. Data numeric menggunakan mean, standar deviasi dan nilai maksimum minimum.
3.6.2.2 Analisis Bivariat.
Analisis data bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel (Notoadmodjo, 2005).Analisa ini digunakan untuk menguji pengaruh terapi akupresur dalam mengurangi vertigo. Dalam menganalisis data secara bivariat dilakukan uji normalitas data menggunakan Shapiro-Wilk yang bertujuan mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Untuk menganalisis, hasil eksperimen yang menggunakan pre-test dan
post-test designwithout control group peneliti menggunakan uji Paired sample t-test karena data terdistribusi normal untuk mengukur skala
vertigo sebelum dan sesudah dilakukan pemberian terapi akupresur. Dengan tingkat kepercayaan 95% / α= 5% dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika P value > α (0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti terapi akupresur tidak mempengaruhi vertigo serta jika P value ≤ α (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terapi akupresur mempengaruhi penurunan vetigo.
3.7 Etika Penelitian
Penelitian Keperawatan pada umumnya melibatkan manusia sebagai subyek penelitian. Penelitian mempunyai resiko
ketidaknyamanan atau cedera pada subyek mulai dari resiko ringan sampai dengan berat. Manusia sebagai subyek penelitian adalah makhluk yang holistik, merupakan integrasi aspek fisik, psikologis, sosial dan spiritual yang tidak bisa dipisahkan. Masalah yang terjadi pada salah satu aspek yang lain sehingga penelitian keperawatan harus dilandasi dengan etika penelitian yang memberikan jaminan bahwa keuntungan yang di dapat dari penelitian jauh melebihi efek samping yang ditimbulkan (Dharma, 2011).
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti meminta rekomendasi dari Prodi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta dan meminta izin kepada kepala klinik Sinergy Mind
Health Surakarta. Setelah mendapat persetujuan peneliti melakukan
penelitian dengan memenuhi prinsip etik sebagai berikut :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human
dignity).
Penelitian dilaksanakandengan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Responden memiliki hak asasi dan kebebasan untuk menentukan pilihan ikut untuk menolak penelitian (autonomy). Peneliti tidak memaksa atau memberikan penekanan pada responden untuk bersedia ikut dalam penelitian dan responden berhak untuk mengundurkan diri sewaktu – waktu tanpa sanksi apa pun. Prinsip ini diaplikasikan melalui penjelasan secara singkat dan jelas oleh peneliti kepada responden tentang tujuan, prosedur, durasi keterlibatan
responden, hak responden dan manfaat penelitian. Setelah diberikan penjelasan, responden secara suka rela memberikan tanda tangan pada lembar persetujuan. Selama penelitian semua responden bersedia untuk dilibatkan dalam penelitian.
2. Menghormati prinsip kerahasiaan (respect for privacy and
confidentiality).
Responden sebagai subyek penelitian memiliki privasi dan hak asasi unuk mendapatkan kerahasiaan informasi. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa penelitian menyebabkan terbukanya informasi tentang responden. Peneliti perlu merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut privasi responden yang tidak ingin identitasnya dan segala informasi tentang dirinya diketahui oleh orang lain. Prinsip ini ditrapkan pada penelitian ini dengan cara meniadakan identitas seperti nama dan alamat responden di ganti dengan kode no dan inisial nama responden.
3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice
inclusiveness)
Prinsip keterbukaann dalam penelitian mengandung makna bahwa penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan secara professional. Prinsip keadilan mengandung makna bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan responden. Pada saat penelitian berlangsung terjadi masalah etik dimana dalam satu
ruangan terdapat responden yang belum mendapat tindakan akupresur (pre) dan terdapat responden yang akan dilakukan tindakan akupresur. Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah memberikan informasi kepada responden yang belum dilakukan tindakan akupresur bahwa tindakan akupresur ini akan dilakukan sesuai jadual yang sudah disepakati.
4. Beneficence
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian dan populasi dimana hasil penelitian diterapkan dan meminimalisir dampak yang merugikan bagi subjek penelitian. Manfaat terapi akupresur ini yaitu mengurangi vertigo yang dapat meningkatkan kenyamanan.
5. Right to protection from discomfort
Hak untuk mendapatkan perlindungan dari ketidaknyamanan dan kerugian mengharuskan agar responden dilindungi dari eksploitasi dan peneliti harus menjamin bahwa semua usaha dilakukan meminimalkan bahaya atau kerugin dari suatu penelitian. Prinsip ini diaplikasikan dan cara melakuakn akupresurdengan hati-hati sehingga tidak menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien, pengaturan lingkungan yang nyaman dan penyediaan alat yang cukup.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Analisa Univariat
a. Karakteristik Responden Menurut Umur
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Menurut Umur (N=16) Klasifikasi Umur Responden Frekuensi % 40-59 11 68,75 60-79 5 31,25 Total 16 100
Karakteristik menurut umur menunjukan sebagian besar responden berumur 40-59 sebanyak 11 responden (68,75%) dengan total 16 responden.
b. Karakteriktik Responden Menurut Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin (N=16)
Klasifikasi Jenis
Kelamin Responden Frekuensi %
Perempuan 16 100
Total 16 100
Jenis kelamin responden pada penelitian ini menunjukan seluruh responden memiliki jenis kelamin perempuan.
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan (N=16) Klasifikasi Pekerjaan Responden Frekuensi % Wiraswasta 16 100 Total 16 100
Dari tabel 4.3 menunjukan seluruh responden pada penelitian ini bekerja sebagai wiraswasta
d. Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total Sebelum dan Setelah Intervensi.
Tabel 4.4
Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)Total Sebelum dan Setelah Intervensi di Klinik Sinergy Mind Health Surakarta April –
Mei 2014 (N=16)
Responden Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form
(VSS-SF)Total Sebelum Setelah 1. 19 12 2. 33 18 3. 23 15 4. 30 21 5. 25 15 6. 16 12 7. 24 12 8. 25 19 9. 25 15 10. 29 15 11. 29 18 12. 23 15 13. 31 13 14. 21 12 15. 23 15 16. 19 13
Tabel 4.4 menunjukan skor Vertigo Symptom Scale - Short Form
(VSS-SF) total sebelum dan setelah intervensi di dapatkan hasil seluruh
skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) sebelum terapi akupresur dan setelah terapi akupresur mengalami penurunan.
e. Rerata Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total Sebelum dan Setelah Intervensi.
Tabel 4.5
Rerata Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total Sebelum dan Setelah Intervensi di Klinik Sinergy Mind Health
Surakarta April – Mei 2014 (N=16)
No. Variabel Pre Post
Mean Median Modus SD Mean Median Modus SD 1. Skor Vertigo Symptom Scale-Short Form (VSS-SF)Total 24.67 24.5 23 4.74 15 15 15 2.76
Tabel 4.5 menunjukan rerata Vertigo Symptom Scale - Short
Form (VSS-SF) Total pada kelompok yang dilakukan akupresur
sebelumnya adalah 24,67 dengan median=24,5, modus=23 serta SD=4,74 dan setelah dilakukan akupresur adalah 15 dengan median=15, modus=15 dan SD=2,76. Penulis menarik kesimpulan bahwa terjadi penurunan rerata
Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total pada kelompok
4.2 Analisa Bivariat 4.2.1 Uji Normalitas
Analisa bivariat dalam penelitian ini menggambarkan hubungan antara skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total sebelum dan setelah intervensi. Sebelum melakukan anilisis bivariat, asumsi normalitas data harus dipenuhi untuk menentukan uji sebelumnya. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk.
Tabel 4.6
Uji Normalitas Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total Sebelum dan Sesudah Terapi Akupresur di Klinik SinergyMind
Health Surakarta April – Mei 2014 (N=16)
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Sebelum .968 16 .807
Sesudah .881 16 .040
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
P value(Sig.)< 0,05 maka data kelompok terdistribusi tidak
normal sedangkan apabila p value (Sig.)> 0,05 maka data kelompok terdistribusi normal.
Tabel 4.6 Shapiro-Wilk menunjukan p value(pre) = 0,807 sehingga p value> 0,05 maka data kelompok pre terdistribusi normal, dan
postterdistribusi normal. Hasil normalitas terdapat data terdistribusi normal
sehingga uji analisa data menggunakan uji Paired sample t-test.
4.2.2 Uji Analisa Data
Tabel 4.7
Uji Bivariat Paired Sample t-test Skor Vertigo Symptom Scale - Short
Form (VSS-SF) Total Sebelum dan Sesudah Terapi Akupresur di
Klinik Sinergy Mind Health Surakarta April – Mei 2014 (N=16)
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed) 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Sebelum – Sesudah 7.74450 11.63050 10.627 15 .000
P value (Sig.)< 0,05 maka Hoditolak dan Ha diterima yang berarti
terapi akupresur mempengaruhi penurunan vetigo di Klinik Sinergy Mind
Health Surakarta dan sebaliknya apabila p value (Sig.)> 0,05 maka
Hoditerima dan Ha ditolak yang berarti terapi akupresur tidak mempengaruhi penurunan vetigo di Klinik Sinergy Mind Health Surakarta.
Tabel 4.7 uji Paired sample t-test menunjukan nilai p value = 0,000 sehingga p value< 0,05 maka Hoditolak dan Ha diterima sehingga
terapi akupresur mempengaruhi penurunan vetigo di Klinik Sinergy Mind
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
a. Usia
Dari hasil penelitian ini bahwa usia paling tinggi adalah 45 sampai 59 tahun sebanyak 11 responden. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle
age) adalah 45 – 59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60 – 74 tahun,
lanjut usia tua (old) adalah 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho 2008). Insiden vertigo dan ketidakseimbangan adalah 5-10%, dan mencapai 40% pada pasien yang berusia lebih tua dari 40 tahun (Samy et. al 2008). Vertigo tipe perifer sering terjadi pada lansia yang diduga karena adanya perubahan fungsi vestibuler akibat proses menua (Darmojo 2004). Usia yang digunakan pada penelitian ini juga sama dengan usia yang digunakan pada penelitian Wiranita (2010) yang melakukan penelitian pada 36 responden dengan desain cross
sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara otitis media
supuratif dengan terjadinya vertigo di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.Menurut Neuhauser et al. (2008) prevalensi vertigo pada orang dewasa berusia 18-79 adalah 7%.
b. Jenis kelamin
Hasil penelitian menunjukan bahwa semua responden berjenis kelamin perempuan yaitu 100%. Menurut Bittar et al. (2011) proporsi
Benign Paroxysmal Positional Vertigo antara wanita lebih besar
dibandingkan dengan laki-laki yaitu 2,2 : 1,5. Benign Paroxysmal
Positional Vertigo merupakan gangguan vestibular dimana 17%-20 %
pasien mengeluh vertigo (Bhattacharyya et al. 2008). Sedangkan menurut Neuhauser et al. (2008) prevalensi rasio vertigo dalam satu tahun di dapatkan perbandingan laki-laki dan perempuan yaitu 1:2,7.
c. Jenis pekerjaan
Hasil penelitian menunjukan bahwa semua responden berprofesi sebagai wiraswasta yaitu 100%. Stress kerja merupakan suatu kondisi ketegangan yangmempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang dimana ia terpaksa memberikan tanggapan melebihi kemampuan penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan eksternal (lingkungan). Stress kerja timbul karena tuntutan lingkungan. Stress kerja yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala stress kerja yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka (Novitasari 2009).
Menurut Menurut Joesoef (2006) dan Wreksoatmodjo (2004), rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF
akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistem saraf parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.
5.2 SkorVertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)Total Sebelum Akupresur
Hasil analisa menunjukan rerata Vertigo Symptom Scale - Short
Form (VSS-SF)total sebelum akupresur adalah 24,69 dengan SD=4,74
menunjukan vertigo terjadi dari beberapa gejala seperti rasa pusing yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (Wreksoatmodjo 2004). Selain itu menurut Israr (2008) penyebab vertigo terjadi karena keadaan lingkungan, obat-obatan, kelainan sirkulasi, kelainan di telinga, kelainan neurologis.
Analisa frekuensi durasi > 20 menit, frekuensi durasi < 20 menit dan gejala penyerta pada vertigo dalam rentang 0 sampai 4 dengan
Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)total yang relatif tinggi. Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)menunjukan ada tidaknya
gejala vertigo didapatkan dengan menjumlahkan nilai dari setiap nomor. Nilai total mulai dari nol sampai enam puluh. Semakin besar nilai menunjukkan bahwa semakin buruk kelainan yang dideritanya. Nilai total ≥12 menunjukkan seseorang menderita vertigo (Wilhelmsen et al, 2008).
5.2 SkorVertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)Total Setelah Akupresur
Berdasarkan analisa rerata Vertigo Symptom Scale - Short Form
(VSS-SF)total setelah akupresur adalah 15 dengan SD=2,76 menunjukan
vertigo mengalami penurunan hal ini disebabkan penekanan pada titik meridian akan melepaskan endorphin. Menurut Tournaire & Theau-Yonneau (2007) Endorphin adalah zat penghilang rasa sakit yang secara alami diproduksi dalam tubuh, memicu respon menenangkan dan membangkitkan semangat dalam tubuh, memiliki efek positif pada emosi, dapat menyebabkan relaks dan normalisasi fungsi tubuh dan sebagian dari pelepasan endorphin akan menurunkan tekanan darah dan meningkatkan sirkulasi darah.
5.4 Perbedaan Skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)Total Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi Akupresur
Hasil analisis frekuensi vertigo yang terjadi beberapa kali, lebih dari beberapa kali, cukup sering (setiap minggu), sangat sering (hampir setiap hari) dalam satu bulan terakhir dalam durasi > 20 menit setiap mengalami vertigo setelah dilakukan akupresur lebih rendah dibandingkan
sebelum dilakukan terapi akupresur. Frekuensi dan durasi < 20 menit sesudah dilakukan akupresur mengalami penurunan dibandingkan sebelum dilakukan akupresur. Gejala penyerta pada vertigo sangat sering (hampir setiap hari) adalah sakit kepala sedangkan setelah dilakukan akupresur sakit kepala mengalami penurunan terjadi cukup sering (setiap minggu).
Responden yang mengalami vertigo akan mengalami berbagai macam tanda dan gejala untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan tindakan komplementer berupa akupresur. Pemberian akupresur pada titik meridian yang sesuai akan melepaskan endorphin yang akan meningkatkan sirkulasi darah sehingga vertigo menurun dan rasa nyaman yang di rasakan oleh responden. Menurut Tournaire & Theau-Yonneau (2007) dengan merangsang titik-titik tertentu disepanjang meridian, yang ditransmisikan melalui serabut saraf besar ke formation reticularis, thalamus dan system limbic tubuh melepaskan endorphin. Selain itu, akupresur dapat melancarkan enegri vital ditubuh (Chi atau Qi) untuk menstimulus aliran energy dimeridian sehingga akan mempengaruhi kesehatan (Turana 2004)
Rata-rata skor Vertigo Symptom Scale - Short Form
(VSS-SF)Total setelah dilakukan akupresur berbeda signifikan dengan sebelum
dilakukan tindakan akupresur (p value=0,000). Hasil penelitian ini mendukung hipotesis penelitian yaitu rata-rata skor Vertigo Symptom Scale
- Short Form (VSS-SF)Total setelah dilakukan tindakan akupresur lebih
rendah dibandingkan sebelum dilakukan tindakan akupresur. Hasil penelitian ini telah menunjukan bahwa akupresur yang dilakukan dapat
menurunkan skor Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF) Total sebesar 9,67.
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh akupresur terhadap vertigo di klinik Synergy Mind Health di Surakarta dapat disimpulkan sebagai berikut :
6.1.1 Hasil rerata Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)total sebelum akupresur adalah 24,69 menunjukan hasil Vertigo
Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)total relatif tinggi.
6.1.2 Hasil rerata Vertigo Symptom Scale - Short Form (VSS-SF)total setelah akupresur adalah 15 menunjukan vertigo mengalami penurunan.
6.1.3 Terdapat pengaruh terapi akupresur terhadap vertigo di klinik
Synergy Mind Health di Surakarta dengan p value = 0,000.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Pelayanan Keperawatan
a. Mengembangkan program seminar dan pelatihan terapi komplementer khususnya akupresur untuk perawat agar dapat diaplikasikan di berbagai penyakit khususnya di rumah sakit. b. Menerapkan terapi akupresur dalam memberikan asuhan
6.2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan
a. Mengembangkan praktik keperawatan bebasis terapi komplementer khususnya terapi akupresur.
c. Menyebarluaskan informasi dan pengetahuan tentang terapi akupresur melalui seminar dan simposium keperawatan.
d. Memuat materi tentang terapi komplementer yang sering digunakan untuk manajemen vertigo ke dalam kurikulum pendidikan sarjana keperawatan.
6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Perlunya penelitian lanjutan tentang pengaruh terapi akupresur terhadap vertigo dengan ditambah karakteristik misalnya diagnosa medis dan jenis medikamentosa.
b. Perlunya penelitian tentang terapi komplementer yang lain untuk mengurangi vertigo misalnya relakasasi, guided imagery dan hipnoterapy.
DAFTAR PUSTAKA
Artika, Putri 2006. Pengaruh Akupresur pada titik Perikardium 6 terhadap
Penurunan Frekuensi Muntah pada Primigravida Trimester Pertama dengan Emesis Gravidarum. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Bhattacharyya N, Baugh F R, Orvidas L. Clinical Practice Guideline: Benign
Paroxysmal Positional Vertigo. Otolaryngology-Head and Neck Surgery.
2008;139:S47-S81.
Bittar et al. Benign Paroxysmal Positional Vertigo: Diagnosis and Treatment.