• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka pada bagian ini akan dikaji teori-teori yang relevan guna memberi kerangka rasional untuk melakukan analisis data penelitian.

2.1. Mutu Pendidikan

2.1.1. Mutu Pendidikan

Bagi setiap institusi mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang paling penting. Filosofi mutu Dr. Edward Deming dikembangkan berdasarkan kebutuhan untuk memperbaiki kondisi kerja bagi setiap pegawai. Berdasarkan filosofi tersebut, Arcaro (2007:75) mengembangkan definisi mutu yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan adalah suatu proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan.

Sedangkan menurut Sallis (2012:51) ada dua konsep tentang mutu. Mutu dalam konsep absolut yaitu suatu idialisme yang tidak dapat di kompromikan. Produk yang bermutu adalah sesuatu yang dibuat sempurna dengan biaya mahal. Sementara dalam

(2)

konsep relatif mutu adalah sesuatu yang memuaskan dan melampui keinginan kebutuhan pelanggan (quality in perception). Dalam dunia pendidikan sallis mempertegas mutu merupakan sebuah filosofi dan metodologi yang membantu sekolah untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan.

Mutu pendidikan menurut Permendiknas nomor 63 tahun 2009 adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional. Selanjutnya menutur Oemar Hamalik (1990) pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi normatif dan segi deskritif. Dalam artian normatif mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan (kriteria), intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteria intrinsik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yakni manusia yang terdidik, sesuai dengan standar ideal. Berdasarkan kriteria eksrinsik, pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih. Dalam artian deskritif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya, misalkan hasil tes prestasi belajar siswa.

Kolerasi mutu dengan pendidikan sebagaimana pengertian yang dikemukakan oleh Dzaujak Ahmad (1996) “mutu pendidikan adalah kemampuan sekolah

(3)

dalam pengelolahan secara operasional efisien terhadap kompenen-komponen yang berkaitan dengan sekolah sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang belaku”.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan bukanlah upaya sederhana, melainkan suatu upaya yang dilakukan secara dinamis, terus berkelanjutan. Pendidikan selalu berubah dan berkembang sesuai dengan perubahan dan perkembangan jaman. Oleh karena itu pendidikan senantiasa melakukan upaya perbaikan dan peningkatan mutu sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan kehidupan pendidikan bagi masyarakat.

2.1.2. Indikator Mutu Pendidikan

Nurhasan (1994:393) indikator atau kriteria yang dapat dijadikan tolak ukur mutu pendidikan yaitu:

a. Siswa dan lingkungan.

b. Instrumen input, yaitu alat berinteraksi dengan (siswa)

c. Proses pendidikan

d. Hasil langsung pendidikan, hasil langsung inilah yang dipakai sebagai titik tolak pengukuran mutu pendidikan suatu lembaga pendidikan. Misalnya tes

(4)

tertulis, daftar cek, anekdot, skala rating dan skala sikap

e. Hasil akhir pendidikan

Dalam dunia pendidikan,hasil akhir mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu setiap catur wulan, semester, setahun, 5 tahun dan sebagainya. Hasil langsung dapat berupa prestasi yang dicapai dapat berupa hasil tes kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, UN, dan lain-lain), dapat pula prestasi di bidang lain misalnya dalam cabang olah raga atau seni. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang intangible seperti suasana disiplin. Keakrapan, saling menghormati dan sebagainya. Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai “input”. Seperti: bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah dukungan administrasi dan sarana prasarana, dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas menyeimbangkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas, baik konteks kurikuler maupun

(5)

ekstra kurikuler, baik dalam lingkup substansi yang akademis maupun yang non akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.

Antara proses dan pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Akan tetapi agar proses itu tidak salah arah, maka mutu dalam arti hasil output harus dirumuskan terlebih dahulu oleh sekolah, dan jelas target yang akan dicapai untuk setiap tahun kurun waktu tertentu. Berbagai input dan proses harus selalu mengacu pada mutu hasil output yang ingin dicapai. Adapun instrumental input, yaitu alat berinteraksi dengan input (siswa) seperti guru yang harus memiliki komitmen yang tinggi dan total serta kesadaran untuk berubah dan mau berubah untuk maju, menguasai ajar dan metode mengajar yang tepat, kreatif, dengan ide dan gagasan baru tentang cara mengajar maupun materi ajar, membangun kenerja dan disiplin diri yang baik dan mempunyai sikap positif dan antusias terhadap siswa, bahwa mereka mau diajar dan mau belajar. Kemudian sarana dan prasarana belajar harus tersedia dalam kondisi layak pakai, bervariasi sesuai kebutuhan, alat peraga sesuai dengan kebutuhan, media belajar disiapkan sesuai kebutuhan. Biaya pendidikan dengan sumber dana, budgeting, kontrol dengan pembukuan yang jelas. Kurikulum yang

(6)

tujuan pembelajaran, realistis, sesuai dengan fenomena kehidupan yang sedang dihadapi. Tidak kalah penting metode mengajar pun harus dipilih secara variatif, disesuaikan dengan keadaan, artinya guru harus menguasai berbagai metode.

Begitu pula dengan input dan lingkungan, yaitu siswa itu sendiri. Dukungan orang tua dalam hal ini memiliki kepedulian terhadap penyelenggaraan pendidikan, selalu mengingatkan dan peduli pada proses belajar anak di rumah maupun di sekolah.

Gambar 1. penyempurnaan kualitas berkesinambungan dalam pendidikan

Penyempurnaan Kualitas Berkesinambungan Proses Transformasi Assesment Akreditas Input Output - Karakteristik Siswa - Karakteristik Kelas - Sumber daya finansial - Fasilitas - Desain - Input Program - Metode Penyampaian sistem data - Umpan Balik - Analisis - Gagal - Alumni Berprestasi Prestasi siswa - Siswa lulus/drop out

(7)

2.2. Strategi Peningkatan Mutu

Mutu tidak terjadi begitu saja. Ia harus direncanakan terlebih dahulu. Mutu harus menjadi bagian penting dari strategi institusi dan harus didekati secara sistematis dengan menggunakan proses rencana yang strategis. Tanpa arahan jangka panjang yang jelas, sebuah institusi tidak dapat merencanakan peningkatan mutu. Hal ini harus mendasari strategi adalah konsep yang memperkuat fokus terhadap pelanggan. Sebuah visi strategi yang kuat merupakan salah satu faktor kesuksesan yang sangat penting bagi institusi manapun.

Mutu adalah bagian terpenting dari strategi institusi dan harus didekati secara sistematis dengan menggunakan perencanaan yang strategis. Mutu tidak bisa terjadi begitu saja dan harus direncanakan. Sebuah institusi tidak dapat merencanakan peningkatan mutu. Hal yang harus mendasari adalah konsep yang memperkuat fokus terhadap pelanggan.

Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities disigned to achieves a particular educational goal (J.R.David, 1976). Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian

(8)

kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Triyana (1987) menyatakan

strategi adalah suatu tindakan penyesuaian untuk mengadakan reaksi terhadap situasi lingkungan tertentu (baru dankhas) yang dapat dianggap penting, dimana tindakan penyesuaian tersebut dilakukan secara sadar berdasarkan pertimbangan yang wajar. Dalam suatu strategi senantiasa akan terkandung juga perencanaan strategi yang merupakan proses yang berlangsung terus menerus.

Strategi adalah rencana yang komprehensif mengintegrasikan segala resources dan compabilities yang mempunyai tujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetensi strategi. Sekolah menjelaskan metode dan pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan strateginya. Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi (Argyris dalam Rangkuti, 2009).

Hax dan Majluf (dalam Salusi, 1996) mencoba menawarkan rumusan yang komprehensip tentang strategi, yaitu :

1. Strategi adalah pola keputusan yang konsisten, menyatu dan inegral;

(9)

2. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam artian sasaran jangka panjang, program bertindak dan prioritas alokasi sumber daya.

3. Menyeleksi bidang yang akan digeluti

4. Mencoba mendapat keuntungan yang mampu bertahan lama dengan memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal organisasi, kekuatan dan kelemahanya.

5. Melibatkan semua organisasi

2.3. Analisis SWOT

Sallis (2012:221) SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opertunities and Threats (Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman). Analisis SWOT sudah menjadi alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategi pendidikan.

Uji kekuatan dan kelemahan pada dasarnya merupakan audit internal tentang seberapa efektif performa institusi. Sementara peluang dan ancaman berkonsentrasi pada konteks eksternal atau lingkungan tempat sebuah institusi beroperasi. Analisis SWOT bertujuan untuk menemukan aspek-aspek penting dari hal-hal tersebut diatas. Pengujian ini bertujuan untuk

(10)

memaksimalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, mengurangi ancaman, dan membangun peluang. Variabel kunci dalam mengembangkan atau mengembangkan strategi jangka panjang institusi ada dua yaitu menjamin analisa SWOT berfokus pada kebutuhan pelanggan dan konteks kompetitif tempat berjalannya institusi. Bagi satu institute untuk mempertahankan diri dalam persaingan haruslah menentukan strateginya baik untuk jangka pendek maupun jangka panjangnya, agar mampu memaksimalkan daya tarik bagi para pelanggan.

1. Strength (kekuatan)

Strength atau kekuatan dalam Juankhan (2009) adalah beberapa hal yang merupakan kelebihan dari sekolah yang bersangkutan. Hal-hal yang memiliki potensi yang positif jika dikembangkan dengan baik. Faktor-faktor yang termasuk dalam strength misalnya kualitas dan kualifikasi pendidikan guru yang lebih baik, tingkat kelulusan siswa yang tinggi, sarana dan prasarana yang lengkap jumlah guru yang memadai dan lain-lain.

2. Weakness (kelemahan)

Rangkuti (2009) mendeskripsikan weakness atau kelemahan sebagai komponen-komponen yang kurang menunjang keberhasilan penyelenggaraan pendidikan

(11)

yang ingin dicapai sekolah. Kelemahan merupakan kondisi rill yang ada dan terjadi di sekolah misalnya beban tugas yang tinggi, motivasi belajar-mengajar yang masih kurang, jumlah pendaftar yang belum memenuhi target dan lain-lain.

3. Opportunity (peluang)

Opportunity atau peluang dalam Rangkuti (2009) adalah kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai apabila potensi-potensi yang ada disekolah mampu dikembangkan secara optimal oleh sekolah. Peluang juga dapat didefinisikan sebagai kemungkinan yang dapat digunakan oleh sekolah untuk mempromosikan sekolahnya dengan pola yang bijak misalnya peluang untuk menjadi sekolah yang berstandar Nasional (SN) 4. Threats (ancaman)

Juankhan (2008) menyatakan threats atau ancaman adalah kemungkinan yang dapat terjadi atau berpengaruh terhadap kesinambungan dan keberlanjutan kegiatan penyelenggaraan sekolah

Analisis SWOT sudah menjadi alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategi pendidikan, yang dalam pengelolaanya akan dikaitkan dengan input, proses dan output. Analisis SWOT dapat dibagi kedalam dua elemen yaitu analisis internal (uji Kekuatan dan kelemahan) dan analisis

(12)

Tujuan dari analisis ini adalah untuk memaksimalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, mereduksi ancaman, dan membangun peluang. Karena yang di bicarakan di sini adalah mutu pendidikan maka yang dimaksudkan adalah kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada di SD Gugus Jayabaya Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung.

Sallis mengatkan salah satu alat yang sering digunakan dalam merencanakan strategi pendidikan adalah analysis SWOT. Sharpin dalam Sagala (2010), analisis SWOT adalah salah satu tahapan manajemen strategi yang merupakan pendekatan analisis lingkungan, digunakan untuk melihat kekuatan dan kelemahan didalam sekolah sekaligus memantau peluang dan tantangan yang harus dihadapi sekolah. Tujuan dari penelitian menggunakan analisis SWOT adalah untuk memaksimalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, mereduksi ancaman, dan membangun peluang. Analisis SWOT menurut Trimantara (2007: 6-9) jika dikaitkan dengan kualitas pendidikan, maka dapat diuraikan kedalam tiga buah aspek, yaitu :

(13)

a. Aspek Input

Segala sesuatu yang harus tersedia karena selalu dibutuhkan untuk berlangsungnya proses pendidikan adalah input. Input pendidikan disini meliputi, sumber daya finansial, fasilitas, kemampuan dasar siswa, program, serta jasa pendukung. Kesiapan input sangat di perlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Tinggi rendahnya input dapat diukur dari tingkat kesiapan input.makin tinggi kesiapan input, makan semakin tinggi pula mutu input tersebut.

b. Aspek Proses

Proses merupakan berubahnya sesuatu menjadi yang lain. Proses meliputi kemampuan guru, desain pembelajaran, metode pembelajaran, fasilitas belajar, kurikulum, media, evaluasi, dan ekstrakulikuler.

c. Aspek output

Output dalam pendidikan merupakan kinerja sekolah, kinerja sekolah adalah kinerja sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sebuah sekolah dapat diukur

(14)

produktifitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, serta moral kerjanya.

Sanjaya (2006) menjelaskan ketika murid sudah menjalani proses pembelajaran maka akan terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Kusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah dapat dijelaskan bahwa output sekolah dapat dikatakan bermutu jika prestasi sekolah, khususnya prestasi belajar siswa menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam Prestasi akademik, dan prestasi non akademik.

2.4. Strategi Peningkatan Mutu Berdasarkan

Analisis SWOT

Salah satu alat analisis yang baik untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan dalam membuat rencana strategis adalah mengunakan analisis SWOT. Sallis (2006:221) mengatakan salah satu alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategis pendidikan termasuk strategi peningkatan mutu sekolah adalah analisis SWOT.

Strategi peningkatan mutu sekolah tidak lepas dari strategi yang dilakukan dalam rangka TQM. Alasan yang mendasarinya adalah :

(15)

1. Peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan unsur–unsur yang ada dalam lingkungan sekolah

2. Menigkatkan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada peserta didik, wali murid, beserta masyarakat sekitar.

Menurut Bolton (dalam Rangkuti 2009) proses untuk melaksanakan analisis kasus dapat dilihat pada diagram analisis kasus. Kasus yang terjadi di sekolah harus dijelaskan sehingga pembaca dapat mengetahui permasalahan yang sedang berlangsung. Setelah itu metode yang sesuai dan dapat menjawab semua permasalahan secara tepat dan efektif dipergunakan. Caranya adalah dengan memahami secara detail keseluruhan informasi yang ada dan melakukan analisis numerik. Lihat gambar 2.1

(16)

Gambar 2.1 Diagram Proses Analisis Kasus

Sumber : Rangkuti, 2009

Setelah selesai mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan organisasi sekolah, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua sumber informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi sekolah. Salah satu model dalam pemecahan masalah yang dapat

Jelaskan Situasi Mengetahui Strategi perusahaan Evaluasi Situasi Cari Pemecahan Masalah

Tentukan dan evaluasi lingkungan peluang dan ancaman

Tentukan dan evaluasi

kekuatan dan

kelemahan perusahaan Analisis masalah tang perlu mendapat perhatikan

Tentukan alternatif dan pilih strategi

(17)

dipergunakan yaitu matriks SWOT dan internal-eksternal.

SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses, Oportunity dan Threats. Rangkuti (2009) Strengths atau kekuatan adalah beberapa hal yang merupakan kelebihan dari sekolah yang bersangkutan. Hal-hal yang memiliki potensi yang positif jika dikembangkan dengan baik . Strengths dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Weaknesses atau kelemahan adalah komponen-komponen yang kurang menunjang keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang ingin dicapai sebuah sekolah. Kelemahan merupakan kondisi riil yang ada dan terjadi di sekolah. Oportunity (peluang) adalah kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai apabila potensi-potensi yang ada di sekolah mampu dikembangkan secara optimal oleh sekolah. Peluang juga dapat di definisikan sebagai kemungkinan yang dapat digunakan oleh sekolah untuk mempromosikan sekolahnya dengan pola yang bijak. Threats atau ancaman adalah kemungkinan yang dapat terjadi atau berpengaruh terhadap kesinambungan dan keberlanjutan kegiatan penyelenggaraan sekolah. Jadi analisis SWOT adalah pengujian terhadap kekuatan

(18)

dan kelemahan internal sekolah, serta kesempatan dan ancaman lingkungan eksternal sekolah.

Gambar 2.2 Diagram Analisis SWOT

Sumber : Rangkuti, 2009

Selain empat komponen dasar tersebut, terdapat asumsi dasar dari model ini yaitu kondisi yang saling berpasangan antara S dan W serta O dan T. Kondisi saling berpasangan ini bisa terjadi karena diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan yang ada dalam sekolah selalu ada kelemahan tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka untuk sekolah selalu ada ancaman yang harus di waspadai oleh pihak sekolah. Ini berarti dari setiap satuan rumusan Streght (S) harus memiliki satu pasangan Weakness (W) dan setiap satu

4. Mendukung strategi agresif BERBAGI PELUANG KELEMAHAN INTERNAL KEKUATAN INTERNAL BERBAGAI ANCAMAN 1. Mendukung strategi turn-arround 2. Mendukun g strategi defensif 3. Mendukung strategi deversifikasi

(19)

rumusan opportunity (O) harus memiliki satu pasangan Threath (T). (David, 1996)

Matrik dibawah ini menjelaskan empat set kemungkinan alternatif strategi seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 2.3 Matrik SWOT

IFAS EFAS STRENGTHS(S) - Menentukan 5-10 faktor kekuatan internal WEAKNESSES (W) - Menentukan 5-10 faktor kelemahan internal OPORTUNIT IES (O) - Menentuka n 5-10 faktor peluang eksternal STRATEGI SO - Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang (agresif) STRATEGI WO - Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang (turn-around) THREATS (T) - Menentuk an 5-10 faktor ancaman eksternal STRATEGI ST - Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman (defensive) STRATEGI WT - Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman (diversifikasi) Sumber : Rangkuti, 2009

(20)

a. Strategi SO

Strategi Ini dilakukan dengan memanfaatkan seluruh kekuatan sekolah untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST

Strategi ini dilakukan dengan memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki sekolah untuk mengatasi ancaman

c. Strategi WO

Strategi ini dilakukan dengan meminimalkan kelemahan yang ada di sekolah untuk menangkap peluang yang ada.

d. Strategi WT

Strategi ini dilakukan dengan meminimalkan kelemahan yang ada di sekolah untuk menghindari ancaman.

1.4.1 Analisis Faktor Strategis Eksternal

Analisis faktor strategis eksternal difokuskan pada kondisi yang ada dan kecenderungan yang muncul dari luar, tetapi dapat memberi pengaruh kinerja organisasi. Menurut Rangkuti (2006) Setelah mengetahui faktor-faktor strategi eksternal, selanjutnya susun tabel faktor-faktor Strategis Eksternal (External Strategic Factors Analysis Summary/EFAS), dengan langkah sebagai berikut :

(21)

1. Menyusun faktor peluang dan ancaman.

2. Memberikan bobot masing-masing faktor mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis yang berupa peluang dan ancaman ini harus berjumlah 1. 3. Menghitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberi skala mulai dari 4 (sangat baik/outstanding) sampai dengan 1 (sangat tidak baik/poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut pada kondisi organisasi. Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat positif, artinya peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi nilai +1. Sementara untuk rating ancaman bersifat sebaliknya, yaitu jika nilai ancamannya besar, maka ratingnya -4 dan jika nilai ancamannya kecil, maka nilainya -1.

4. Mengalikan bobot dengan rating pada. Hasilnya adalah skor pembobotan untuk masing-masing faktor.

5. Menghitung jumlah skor pembobotan. Nilai ini adalah untuk memetakan posisi organisasi pada diagram analisa SWOT.

(22)

Tabel 2.1 Faktor-Faktor Strategis Eksternal (Eksternal Strategic Factors Analysi

Summary/EFAS)

Faktor-faktor Strategis Eksternal

Bobot Rating Skor Pembobot an (Bobot x Rating) Peluang (Opportunities/O) : 1. Peluang 1 2. Peluang 2 bobot peluang 1 bobot peluang 2 rating peluang 1 rating peluang 2 Jumlah O A b Ancaman (Threats/T) : 1. Ancaman 1 2. Ancaman 2 bobot ancaman 1 bobot ancaman 2 rating ancaman 1 rating ancaman 2 Jumlah T C d T o t a l (a+c) = 1 (b+d) Sumber : Rangkuti, 2006

(23)

Analisis faktor strategis internal adalah analisis yang menilai prestasi/kinerja yang merupakan faktor kekuatan dan kelemahan yang ada untuk mencapai tujuan organisasi. Seperti halnya pada Analisis Faktor Strategis Eksternal, maka dengan cara yang sama menyusun tabel Faktor-faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors Analysis Summary/IFAS). (Rangkuti : 2006)

Tabel 2.2 Faktor-Faktor Strategis Internal (Internal

Strategic Factors Analysis Summary/IFAS)

Faktor-faktor Strategis

Internal Bobot Rating

Skor Pembobo tan (Bobot x Rating) Kekuatan (Stregths/S) : 1. Kekuatan 1 2. Kekuatan 2 bobot kekuatan 1 bobot kekuatan 2 rating kekuatan 1 rating kekuatan 2 Jumlah S A b Kelemahan (Weaknesses/W): 1. Kelemahan 1 Bobot kelemahan 1 bobot kelemahan rating kelemahan 1 rating kelemahan

(24)

2. Kelemahan 2 2 2

Jumlah W C d

T o t a l (a+c) = 1 (b+d)

Sumber : Rangkuti, 2006

2.5. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan yang dilakukan oleh Khoriyah, Siti Mardiyatul (2008) tentang manajemen strategis penigkatan mutu pendidik, menggunkan pendekatan kualitatif dengan metode diskriptif analisis dengan rencana studi multikasus, menunjukkan bahwa: 1) analisis lingkungan dengan analisis SWOT yang menghasilkan program atau kegiatan yang sesuai; 2) formulasi strategic ada dua yaitu perekrutan pendidik dengan comprehensive selection; 3) implementasi strategic yang disesuaikan dengan jadwal yang dibuat oleh panitia atau balai diklat; dan 4) evaluasi dan pengawasan strategik yang meliputi supervise perorangan dan kelompok.

Penelitian lain yang menggunakan analisis SWOT dilakukan wulaningrum, Supramono, dan Loekmono (2006) mengenai studi alternatif peningkatan kualitas Manajemen Pendidikan Melalui pendekatan TQM di SD Kristen Tri Tunggal Semarang. Yang strategi agresif

(25)

yang mendukung pertumbuhan (growth strategy), kemudian

Gambar

Gambar 1. penyempurnaan kualitas berkesinambungan dalam pendidikan
Gambar 2.1 Diagram Proses Analisis Kasus
Gambar 2.2 Diagram Analisis SWOT
Gambar 2.3 Matrik SWOT
+3

Referensi

Dokumen terkait

Secondly, in the area of praxis, the sufistic da`wah of the Gülen Hizmet movement has shown its existence significantly in the development of the life of the global community

Tanaman yang berada pada kategori tinggi umumnya memiliki luas daun yang kecil juga namun permukaan daun tanaman tersebut tidak rata dan terdapat bulu daun sehingga logam

Misalkan pada Gambar 2, jika Anda ingin bepergian dari stasiun Okayama menuju stasiun Kurashiki, maka Anda harus menaiki kereta dengan line hijau (keterangan mengenai jenis

 Peserta didik diberi stimulus atau rangsangan untuk melihat, mengamati, membaca contoh teks cerpen, dan memusatkan perhatian pada materi struktur dan ciri kebahasaan

Pengamatan pengendara dan pengguna jalan (penyeberang dan pengantar), pengadaan rambu dan marka ZoSS, evaluasi ZoSS project dan penyebaran kuesioner untuk mengetahui

[r]

Salah satu bentuk kenakalan remaja yang terus mengalami peningkatan dalam masyarakat Jepang adalah prostitusi remaja putri (White, 1993: 163).. Sejak pertengahan tahun

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dan harga diri dengan konsep diri.Hasil uji hipotesis pertama yang dihitung