Disampaikan oleh Kepala Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur
pada tanggal 22 Juli 2013 di BBPP Kupang
Letak Geografis :
8
0
-12
0
LS dan 118
0
-125
0
BT
Jumlah Pulau :
566 buah (besar dan kecil)
Iklim :
8 bulan (kemarau/kering) dan
4 bulan (hujan/basah)
Luas Wilayah :
± 47.349,9 km
2
Daratan
± 200.000 km
2
Lautan
Wilayah administratif :
Kabupaten : 21 dan 1 kota
Kecamatan : 287 buah
Desa / Kel. : 2.769 buah
Pulau yang bernama :
246 buah
Pulau yang berpenghuni :
POTENSI WILAYAH NTT
Potensi pertanian lahan kering 1.528.308 Ha
dengan tingkat pemanfaatan 54,62 %
Lahan tidak diusahakan 751.185 Ha
Potensi perkebunan luas 888.931 Ha dengan
tingkat pemanfaatan 35,45 %
Padang penggembalaan untuk peternakan
KEBIJAKAN DAN STRATERGI
(RPJMD PROV. NTT 2009 – 2013)
TERWUJUDNYA
MASYARAKAT NUSA
TENGGARA TIMUR YANG
BERKUALITAS, SEJAHTERA,
ADIL DAN DEMOKRATIS
DALAM BINGKAI NEGARA
KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA
TERWUJUDNYA
MASYARAKAT NUSA
TENGGARA TIMUR YANG
SEHAT DAN PRODUKTIF
MELALUI PEMBANGUNAN
PETERNAKAN YANG
TANGGUH BERBASIS
SUMBERDAYA LOKAL
VISI DAERAH (RPJMD)
2009 - 2013
VISI DISNAK
2009 - 2013
7
1. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia
aparatur peternakan.
2. Peningkatan produksi
ternak baik
populasi/jumlah maupun
produktifitas.
3. Peningkatan sumberdaya
manusia peternakan, baik
peternak maupun
pengusaha peternakan.
4. Peningkatan kualitas data
dan informasi
peternakan.
MISI (DISNAK
)
2009 - 2013
MISI DAERAH(RPJMD)
2009 - 2013
1. Meningkatkan pendidikan yang berkualitas, relevan, efisien dan efektif yang dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat.
2. Meningkatkan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat melalui pelayanan yang dapat dijangkau seluruh masyarakat.
3. Memberdayakan ekonomi rakyat dengan mengembangkan pelaku ekonomi yang mampu memanfaatkan keunggulan potensi lokal.
4. Meningkatkan infrastruktur yang memadai agar masyarakat dapat memiliki aksesibilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak.
5. Meningkatkan penegakan supremasi hukum dalam rangka menjelmakan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN serta mewujudkan masyarakat yang adil dan sadar hukum.
6. Meningkatkan pembangunan yang berbasis tata ruang dan lingkungan hidup.
7. Meningkatkan akses perempuan dan anak dalam sektor publik, serta meningkatkan perlindungan terhadap perempuan dan anak.
8. Mempercepat Penanggulangan kemiskinan, pengembangan kawasan perbatasan, pembangunan daerah kepulauan, dan menanggulangi korban bencana alam.
Supremasi
Hukum
Kesetaraan
Gender
Ekonomi
Kerakyatan
Penanganan masalah : Kemiskinan, Wilayah perbatasan, Prov. Kepulauan, Daerah rawan bencanaSDM
yang
berkualitas
DUNIA USAHA MASYARAKAT PEMERINTAH Pembangunan dan peningkatan Infrastruktur
Peningkatan
Kesehatan
Kelestarian
Lingkungan
Hidup
Mengembalikan basis utama
ekonomi unggulan daerah dan
kelembagaan ekonomi rakyat NTT
melalui :
NTT sebagai Provinsi Jagung
NTT sebagai Provinsi Ternak
NTT sebagai Provinsi Cendana
NTT sebagai Provinsi Koperasi
NTT PROVINSI TERNAK
KEBIJAKAN UMUM PEMBANGUNAN
PETERNAKAN NTT
PENGEMBANGAN TERNAK BESAR
DI PULAU TIMOR, ROTE & SUMBA
PENGEMBANGAN TERNAK KECIL
ASPEK
PRODUKSI &
KONSUMSI
ASPEK
SARANA
PRODUKSI
ASPEK
EKONOMI &
PEMASARAN
ASPEK
PERILAKU
PETANI
ASPEK
KELEMBAGAAN
& PERMODALAN
PROBLEM PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI NTT
1.
ASPEK PRODUKSI
Pelaku pemeliharaan ternak (produsen) sebagian
besar didominasi oleh peternak kecil dengan
ketrampilan
beternak
yang
masih
rendah
(penguasaan tehnologi dan informasi peternakan
yang kurang).
Sistim pemeliharaan didominasi oleh non intensif
maupun semi intensif dan hanya sebagian kecil yang
intensif, menyebabkan produktifitas tidak optimal.
Tingginya pemotongan ternak besar betina
produktif.
PROBLEM PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI NTT
2. ASPEK KONSUMSI
Konsumsi protein hewani masyarakat NTT masih berada di
bawah norma gizi nasional. Terdapat kesenjangan antara
tingkat konsumsi masyarakat perkotaan dengan masyarakat
pedesaan, sedangkan produsen utama adalah masyarakat
pedesaan.
PROBLEM PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI NTT
3. ASPEK PENGEMBANGAN DAN PENGGUNAAN SARANA
PRODUKSI
Lahan sebagai basis ekologi pendukung pakan belum dapat
dimanfaatkan seluruhnya akibat penyebaran sumber air
yang tidak merata.
Ekspansi gulma chromolena odorata semakin luas, sehingga
padang penggembalaan semakin menyempit, menyebabkan
usaha peningkatan produksi ternak di NTT menjadi
terhambat.
Kualitas bibit ternak menunjukan gejala penurunan, yang
disebabkan oleh :
Seleksi dan penyingkiran ternak belum dilaksanakan
secara efektif.
Para petani lebih memilih menjual ternak yang
4. ASPEK EKONOMI & PEMASARAN
Memelihara ternak hanya sebagai usaha sambilan dan
dipelihara secara non intensif / semi intensif sehingga tidak
memberikan pendapatan cash yang optimal. Disamping itu
tidak adanya perencanaan pemasaran hasil secara periodik,
menyebabkan peran hasil penjualan ternak dalam ekonomi
keluarga masih bersifat mengatasi kebutuhan mendesak.
Kualitas atau kondisi ternak yang dipasarkan kurang
memuaskan.
Fasilitas transportasi yang kurang memadai sehingga
menyebabkan penyusutan bobot badan dan kecelakaan /
kematian ternak selama dalam proses pengangkutan.
Belum terintegrasinya usaha peternakan dari hulu sampai hilir
sehingga mengakibatkan kurang efisiennya mata rantai
tataniaga peternakan.
PROBLEM PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI NTT
5. ASPEK PERILAKU PETANI
Perilaku sosial ekonomi sebagian besar masyarakat di pedesaan yang
berkaitan dengan usaha tani menunjukkan masih kuatnya orientasi food
security. Pada keadaan seperti ini ternak ditempatkan pada posisi sebagai
tabungan dalam menghadapi resiko kegagalan usaha tani utama.
6. ASPEK KELEMBAGAAN
Kelembagaan peternakan baik khususnya kelembagaan petani
peternak belum kuat dihadapkan pada tuntutan perkembangan
pembangunan peternakan.
Kelompok tani yang tercatat cukup banyak, namun belum berperan
nyata sebagai lembaga kerjasama dalam bidang produksi / budidaya,
pengolahan maupun pemasaran hasil ternak.
PROBLEM PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI NTT
7. ASPEK PERMODALAN
Rendahnya peran investor dalam usaha peternakan
terutama
pembibitan
ternak,
disebabkan
oleh
pertimbangan resiko kegagalan, lamanya perputaran
modal dan tingginya bunga kredit bank.
Disamping itu masalah kepemilikan lahan dan prasarana
umum juga menjadi salah satu kendala dalam penanaman
modal
diusaha
peternakan.
Dengan
demikian
pembangunan peternakan di NTT masih didominasi oleh
dana pemerintah sedangkan dana swasta dan masyarakat
belum begitu berperan.
Sumberdaya
Manusia (petani
peternak, aparatur)
Sumberdaya Fisik
(alam/lahan, iklim,
vegetasi, ternak)
Sumberdaya Teknologi
(tepatguna, indigenous,
kearifan lokal, TIK)
Sumberdaya Sosial
(way of life,
kelembagaan
kelompok)
PROSPEK PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI NTT
1. Permintaan pasar terhadap ternak dan hasil ternak baik dari
luar NTT maupun di dalam NTT sendiri terus meningkat sejalan
dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk.
2. Lahan yang tersedia dan berpotensi untuk pengembangan
usaha peternakan masih banyak yang belum dimanfaatkan.
3. Kebijaksanaan pemerintah yang mendorong badan-badan
usaha milik negara untuk menyisihkan dana guna membantu
usaha kecil dan menengah dengan bunga rendah telah
berjalan. Kebijakan ini memberi peluang untuk melakukan
pengembangan usaha maupun investasi baru dalam bidang
industri peternakan di Provinsi NTT
4. Berbagai pola / skim pinjaman lunak dan sederhana
prosedurnya serta langsung ke kelompok tani ternak seperti
Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) atau Bantuan
Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM) atau Pola Bansos
sebenarnya menjadi peluang yang sangat baik untuk mengatasi
persoalan kesulitan modal bagi petani peternak
5. Melalui diversifikasi dan intensifikasi dengan dukungan
teknologi berprospek untuk meningkatkan produktivitas
6. Peranan sub sektor peternakan pada masa mendatang di NTT
masih tetap besar sebagai penyedia bahan pangan asal ternak
sebagai sumber pendapatan maupun sebagai pembuka
lapangan kerja.
STRATEGI PENGAMANAN DAN
PENGEMBANGAN SUMBERDAYA
PETERNAKAN
internal adjustment oriented
STRATEGI
OPTIMALISASI
PERBIBITAN
PETERNAKAN RAKYAT
growth oriented
strategy
STRATEGI
PERBAIKAN
MANAJEMEN USAHA
DAN KERJASAMA
KEMITRAAN
self-defence strategy
Strategi
pembangunanpeternakan
daerah NTT
1. STRATEGI PENGAMANAN DAN PENGEMBANGAN
SUMBERDAYA PETERNAKAN
1.1. Program
Pengembangan
Kawasan, Sumber Air
dan Lahan
Peternakan
1.2. Program
Pengamanan
Sumberdaya Ternak
1.3. Program
Pengembangan SDM
dan Kelembagaan
• SID lahan /kawasan sentra peternakan
•Perbaikan mutu dan konservasi padang penggembalaan
• Pengembangan areal HMT berbasis kelompok peternak
• Peningkatan ketersediaan air untuk ternak dan untuk
tanaman pakan (embung mini, irigasi tanah dangkal,
sumur gali / pompa)
• Penyelamatan ternak besar betina produktif
• Pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan
• Pengawasan dan pengendalian pemotongan dan
pengeluaran ternak besar
• Pemurnian genetik dan pelestarian plasma nutfah lokal
• Peningkatan kapasitas aparatur (diklat teknis & fungsional
peternakan)
• Peningkatan kapasitas peternak, SMD, pendamping
swadaya.
• Peningkatan kapasitas kelembagaan penunjang agribisnis
peternakan (RPH, Pasar Hewan, Puskeswan,
Laboratorium RS Hewan, Poktan, Koperasi Peternak).
2
. STRATEGI OPTIMALISASI PERBIBITAN PETERNAKAN RAKYAT DI PEDESAAN
2.1. Program
Pengembangan Sentra
Pembibitan Ternak
di Pedesaan
• Peningkatan mutu dan jumlah ternak bibit
• Perbaikan reproduktivitas melalui inovasi teknologi (IB,
dll)
• Penjaringan/seleksi ternak bibit, recording dan culling. • Intensifikasi kawin alam / pejantan unggul.
• Pengembangan ULIB (Unit Layanan Inseminasi Buatan)
3
. STRATEGI PERBAIKAN MANAJEMEN USAHA DAN KERJASAMA KEMITRAAN
3.1. Program
Pengembangan
Agroindustri Hulu dan
Hilir Peternakan
3.2. Program
Peningkatan
Kerjasama Kemitraan
• Pengembangan pengolahan dan pemasaran ternak dan
produk ternak
• Pengembangan agroindustri berbasis produk ikutan / byproduct (penyamakan kulit, tulang, biokompos, biogas) • Pengembangan pabrik pakan mini.
• Pengembangan kerjasama dengan lembaga litbang dan diklat,
lembaga keuangan, perkarantinaan, dll stakeholders.
• Pengembangan promosi, investasi, informasi pasar,
PROGRAM
SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU
TAHUN 2014
POPULASI TERNAK PADA 1 JUNI 2011 HASIL PSPK
(dilaksanakan oleh BPS)
NO KABUPATEN/KOTA SAPI POTONG SAPI PERAH KERBAU
1 Kota Kupang 4.784 - 19 2 Kabupaten Kupang 151.250 4 1.188 3 TTS 167.834 23 474 4 TTU 98.631 - 501 5 Belu 111.180 5 1.686 6 Alor 4.351 - 60 7 Lembata 3.607 - -8 Flores Timur 1.591 - 11 9 Sikka 11.271 - 1.512 10 Ende 29.447 - 2.387 11 Nagekeo 24.301 - 6.396 12 Ngada 21.523 - 7.585 13 Manggarai Timur 12.062 - 10.243 14 Manggarai 21.870 - 6.767 15 Manggarai Barat 10.312 - 22.557 16 Sumba Barat Daya 2.773 - 13.709 17 Sumba Barat 1.208 - 11.203 18 Sumba Tengah 5.462 - 7.937 19 Sumba Timur 53.051 - 37.052 20 Sabu Raijua 2.646 - 7.216 21 Rote Ndao 39.479 - 11.535 JUMLAH 778.633 32 150.038
Keterangan :
• NTT berada pada urutan
ke-4 di Indonesia dalam hal
populasi sapi potong (setelah
Jatim, Jateng dan Sulsel).
• Populasi kerbau NTT adalah
yang terbanyak di Indonesia.
DATA-DATA TERSEBUT MENUNJUKKAN BAHWA ESTIMASI
KENAIKAN POPULASI MENGGUNAKAN PARAMETER
TEKNIS YANG DIGUNAKAN SELAMA INI PERLU
DIPERBAHARUI / DIKOREKSI.
PARAMETER KENAIKAN POPULASI TERNAK SAPI TAHUN
2010 DAN SEBELUMNYA DIESTIMASIKAN RATA-RATA
1,96% PER TAHUN, PERLU DIKOREKSI MENJADI 4,63% PER
TAHUN MULAI TAHUN 2011 (MENINGKAT). Catatan :
rata-rata nasional tahun 2003-2010 adalah 5,32%.
UNTUK TERNAK KERBAU, PARAMETER KENAIKAN
POPULASI HAMPIR SAMA DENGAN ESTIMASI SELAMA INI,
YAKNI RATA-RATA 1,78% PER TAHUN (TAHUN 2010 DAN
SEBELUMNYA), SEDANGKAN TAHUN 2011 MENJADI 1,72%
(MENURUN).
TARGET DAN SKENARIO KENAIKAN POPULASI TERNAK 2012-2014
TARGET DAN SKENARIO KENAIKAN POPULASI TERNAK 2012-2014
(SAPI DAN KERBAU)
• Apabila kenaikan populasi masih
biasa-biasa saja seperti sekarang ini (business
as usual) maka pada akhir tahun 2014,
populasi ternak sapi diestimasikan baru
mencapai 891.622 ekor dan ternak
kerbau 157.990 ekor.
DALAM RANGKA PENCAPAIAN SWASEMBADA
DAGING SAPI DAN KERBAU TAHUN 2014 SERTA
PERWUJUDAN TEKAD NTT PROVINSI TERNAK,
DAN TERUTAMA UNTUK PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN
PEREKONOMIAN DAERAH, PERLU DILAKUKAN
UPAYA-UPAYA TEROBOSAN (
out of box thinking
)
/ (
business not as usual
), SEHINGGA PADA AKHIR
TAHUN 2014, POPULASI TERNAK SAPI DAPAT
MENCAPAI SATU JUTA EKOR DAN POPULASI
TERNAK KERBAU DAPAT MENCAPAI 165.000
EKOR.
TARGET DAN SKENARIO KENAIKAN POPULASI TERNAK 2012-2014
UNTUK MENCAPAI POPULASI SATU JUTA
EKOR TERNAK SAPI DAN 165.000 EKOR
TERNAK KERBAU PADA TAHUN 2014,
MAKA PERTUMBUHAN POPULASI MULAI
TAHUN 2011/2012 HARUS DITINGKATKAN :
•
TERNAK SAPI : DARI 4,63 % 8,70 %.
•
TERNAK KERBAU : DARI 1,72% 3,22 %.
TARGET DAN SKENARIO KENAIKAN POPULASI TERNAK 2012-2014
• Berdasarkan parameter teknis peternakan NTT,
struktur populasi ternak sapi saat ini adalah
jantan 32% dan betina 68%.
• Jumlah ternak sapi betina dewasa adalah
49,40% dari populasi dan ternak sapi betina
produktif mencapai 41,99% dari populasi.
• Tingkat kelahiran dari populasi saat ini adalah
24,22% atau sama dengan 59% dari betina
produktif (net calf crop).
• Secara teoritis, net calf crop sapi Bali dapat
mencapai 80%, sehingga tingkat kelahiran dari
populasi dapat mencapai hingga (80% x
41,99%) = 33,59% (
keadaan saat ini hanya 24,22%
)
.
TARGET DAN SKENARIO KENAIKAN POPULASI TERNAK 2012-2014
TARGET DAN SKENARIO KENAIKAN POPULASI TERNAK 2012-2014
( TERNAK SAPI)
No. Kabupaten / Kota T A H U N
2011 2012 2013 2014 1 Kota Kupang 4.784 5.200 5.653 6.144 2 Kabupaten Kupang 151.250 164.409 178.712 194.260 3 T T S 167.834 182.436 198.307 215.560 4 T T U 98.631 107.212 116.539 126.678 5 Belu 111.180 120.853 131.367 142.796 6 Alor 4.351 4.730 5.141 5.588 7 Lembata 3.607 3.921 4.262 4.633 8 Flores Timur 1.591 1.729 1.880 2.043 9 Sikka 11.271 12.252 13.317 14.476 10 Ende 29.447 32.009 34.794 37.821 11 Nagekeo 24.301 26.415 28.713 31.211 12 Ngada 21.523 23.396 25.431 27.643 13 Manggarai Timur 12.062 13.111 14.252 15.492 14 Manggarai 21.870 23.773 25.841 28.089 15 Manggarai Barat 10.312 11.209 12.184 13.244 16 Sumba Barat Daya 2.773 3.014 3.276 3.562 17 Sumba Barat 1.208 1.313 1.427 1.552 18 Sumba Tengah 5.462 5.937 6.454 7.015 19 Sumba Timur 53.051 57.666 62.683 68.137 20 Sabu Raijua 2.646 2.876 3.126 3.398 21 Rote Ndao 39.479 42.914 46.647 50.705 N T T 778.633 846.374 920.009 1.000.049
TARGET DAN SKENARIO KENAIKAN POPULASI TERNAK 2012-2014
( TERNAK KERBAU)
No. Kabupaten / Kota T A H U N
2011 2012 2013 2014 1Kota Kupang 19 20 20 21 2Kabupaten Kupang 1.188 1.226 1.266 1.306 3T T S 474 489 505 521 4T T U 501 517 534 551 5Belu 1.686 1.740 1.796 1.854 6Alor 60 62 64 66 7Lembata - - - - 8Flores Timur 11 11 12 12 9Sikka 1.512 1.561 1.611 1.663 10Ende 2.387 2.464 2.543 2.625 11Nagekeo 6.396 6.602 6.815 7.034 12Ngada 7.585 7.829 8.081 8.342 13Manggarai Timur 10.243 10.573 10.913 11.265 14Manggarai 6.767 6.985 7.210 7.442 15Manggarai Barat 22.557 23.283 24.033 24.807 16Sumba Barat Daya 13.709 14.150 14.606 15.076 17Sumba Barat 11.203 11.564 11.936 12.320 18Sumba Tengah 7.937 8.193 8.456 8.729 19Sumba Timur 37.052 38.245 39.477 40.748 20Sabu Raijua 7.216 7.448 7.688 7.936 21Rote Ndao 11.535 11.906 12.290 12.686 N T T 150.038 154.869 159.856 165.003
Langkah-langkah Operasional :
• Peningkatan populasi (Aspek Teknis) :
• Meningkatkan Angka Kelahiran Ternak
• Menurunkan Angka Kematian Ternak
(Acuan : 5 Kegiatan pokok dan 13 kegiatan operasional PSDSK-2014).
• Substitusi Daging Ternak Sapi / Kerbau oleh
Daging Ternak Kecil dan Unggas
• Importasi ternak secara khusus untuk tujuan
penggemukan / feedlot fattening (skala
industri, bukan skala rumah tangga)
• Pengembangan SDM dan Kelembagaan.
• Pengembangan sarana pendukung / penunjang
lainnya.
TARGET DAN SKENARIO KENAIKAN POPULASI TERNAK 2012-2014
Gerakan Pelihara Ternak
Penyelamatan Betina Produktif
Pengembangan Pemanfaatan
Limbah Ternak (Pupuk dan Biogas)
Pengembangan Tanaman Pakan, Teknologi Pakan dan Perbaikan Padang Penggembalaan
Perbaikan Mutu Bibit dan Revitalisasi IB
Pengembangan investasi dan kemitraan Pelayanan medis dan penyuluhan
Peningkatan industri pengolahan melalui pengembangan agroindustri