• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULASI POLA PENDAMPINGAN INOVASI SL-PTT PADI DI PROVINSRI RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FORMULASI POLA PENDAMPINGAN INOVASI SL-PTT PADI DI PROVINSRI RIAU"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

FORMULASI POLA PENDAMPINGAN INOVASI SL-PTT PADI DI PROVINSRI RIAU

Dorlan Sipahutar, Emisari, dan Ali Jamil Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Jl. Kaharuddin Nasution No 341 Marpoyan

Pekanbaru. Riau . Telp (0761) 64181

Abstrak:

Kajian Pola Pendapingan inovasi SL-PTT padi di Provinsi Riau pada tahun anggaran 2011 telah dilakukan guna memperoleh data dan informasi formulasi pola pendampingan SL-PTT yang efektif. Penelitian dilaksanakan disembilan kabupaten wilayah SL-PTT Provinsi Riau. Penentuan sample lokasi penggalian data dan kelompok tani secara pourposive random sampling. Pengumpulan data primer melalui diskusi kelompok terfokus (focus group discussion – FGD), yang melibatkan penyuluh pendamping, pemuka masyarakat dan petani peserta SL-PTT serta petani kooperator demplot PTT. Data yang terkumpul divalidasi, kemudian dipilah berdasarkan kluster topik permasahalan untuk memperoleh gambaran sebaran informasi terkait dengan topik yang dibahas. Selanjutnya data diintrepretasikan berdasarkan referensi dan kepakaran tim. Untuk memperoleh formulasi pola pendampingan inovasi SL-PTT dianalisis melalui analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat). Hasil analisis lingkungan internal (ALI), nilai variabel kekuatan lebih besar dibanding nilai variabel kelemahan (379>355) dan hasil analisis lingkungan eksternal (ALE),diperoleh nilai variabel peluang lebih kecil dibanding dengan nilai variable ancaman (360 < 390). Formulasi pola pendampingan inovasi SL-PTT padi disesuai atas dasar aspek kekuatan (Potensi wilayah, Motivasi, Akses pasar); aspek kelemahan (Adopsi teknologi, Tenaga kerja, Biaya produksi); aspek peluang (Agroekosistem, VUB padi, Promosi inovasi SL-PTT); dan aspek ancaman (Iklim, Sistem pendampingan, Perkembangan teknologi).

MENTORING PATTERNS OF INNOVATION FORMULATION SL-PTT RICE IN RIAU PROVINCE

Abstract:

Patterns Study Assistance SL-PTT rice innovation in the province of Riau in fiscal year 2011 has been done to obtain data and information formulation SL-PTT accompaniment patterns are effective. The experiment was conducted in nine districts SL-PTT areas of Riau Province. Determination of sample excavation site data and farmer groups are pourposive random sampling. Primary data collection through focus group discussions ( FGD), which involves the extension companion, community leaders and farmers participating in the SL-PTT and PTT demonstration plot farmer cooperators. The collected data is validated, then sorted according to topic clusters to obtain a picture of the distribution of information related to the

(2)

2

topics covered. Furthermore, the data is interpreted on the basis of reference and expertise of the team. To obtain a formulation of the pattern of innovation assistance SL-PTT was analyzed through a SWOT analysis (Strength, Weakness, Opportunity and Threat). Results of analysis of internal environment (ALI), the value of variable strength is greater than the value of the variable weakness (379> 355) and the results of the analysis of external environment (ALE), acquired the chance variable with a value smaller than the threat variable (360 <390). Innovation mentoring pattern formulation SL-PTT rice adapted on the basis of aspects of the power (potential region, Motivation, market access); aspects of weakness (Adoption of technology, manpower, production costs); aspects of opportunity (Agroecosystems, VUB rice, promotion of innovation SL-PTT) ; and aspects of threats (climate,mentoring systems, technological development).

Kata Kunci: Pola Pendampingan, Inovasi, SL-PTT, Padi

PENDAHULUAN

Upaya pemerintah meningkatkan produksi padi untuk memenuhi target 70.6 juta ton telah melakukan berbagai program, salah satunya program sekolah lapang – pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT), yakni merupakan strategi yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai (Anonimus, 2008)

Di provinsi Riau kegiatan SL-PTT padi telah mulai dilaksanakan pada tahun 2009, dimana pendampingan teknologi oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau berjumlah 60 % dari jumlah SL- PTT yang ada. Dalam implimentasi pendampingan BPTP Riau disetiap kawasan SL-PTT senantiasa berkerja sama dengan instansi terkait serta kelompok-kelompok tani. Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani (Hendayana, dkk, 2009). Pada satu unit SL-PTT terdapat satu hektar laboratorium lapang (LL) dan disetiap satu laboratorium lapang digunakan 0,25 ha untuk uji varietas padi atau display padi varietas unggul baru (VUB).

Pada tahun 2010 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau telah melakukan pendampingan SL-PTT padi inhibrida seluas 40.000 ha dan pada tahun 2011 juga melakukan pendampingan SL-PTT padi inhibrida 42.500 ha, artinya adanya kecendrungan peningkatan pendampingan SL-PTT dan mengindikasikan bahwa melalui

(3)

3 program SL-PTT dapat mempercepat inovasi teknologi dan meningkatkan produksi serta pendapatan petani. Pada tahun 2010, kawasan SL-PTT Provinsi Riau menyebar di 9 wilayah kabupaten dengan posentase pendampingan 60%, untuk itu jumlah pendampingan SL-PTT oleh BPTP Riau di Kabupaten Pelalawan berjumlah 96 LL yang menyebar di kecamatan Pangkalan Kuras dan kecamatan Kuala Kampar, 54 LL di kabupaten Bengkalis yang berlokasi di kecamatan Siak Kecil dan Bukit Batu; 96 LL di kabupaten Kaunsing yang berlokasi di kecamatan Gunung Toar, Singingi, Logas Tanah Darat, Kuantan Hilir, Cirenti, Inoman, Kuantan Mudik, Kuantan Tengah, Pangean, dan kecamatan Benai; Kabupaten Indragiri Hilir 208 LL; Kabupaten Kampar 120 LL, Kabupaten Indragiri Hulu 108 LL, Kabupaten Rokan Hilir 120 LL dan kabupaten Siak 84 LL. Di masing-masing kabupaten tersebut dilakukan demplot PTT yang kawasannya diluar SL-PTT dengan luas hamparan yang sama dimasing-masing kabupaten yakni 2 ha/kabupaten.

Berdasarkan uraian tersebut di atas telah dilakukan kajian “Formulasi Pola Pendampingan Inovasi SL-PTT Padi” guna memperoleh formulasi pendampingan inovasi SL-PTT padi tang spesifik I Provinsi Riau.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Sembilan wilayah SL-PTT Provinsi Riau yakni di kabupaten Kampar, Rohul, Kuansing, Inhu, Inhil, Rohil, Pelalawan, Siak dan Bengkalis pada tahun anggaran 2011.

Penentuan sampel lokasi dan petani sebagai sumber data primer di setiap kabupaten secara pourposive random sampling. Pengumpulan data primer melalui diskusi kelompok terfokus (focus group discussion – FGD), yang melibatkan penyuluh pendamping dan petani peserta SL-PTT serta petani kooperator demplot PTT.

Data yang terkumpul divalidasi, kemudian dipilah berdasarkan kluster topik permasahalan dan setiap kluster ditampilkan dalam tabel untuk memperoleh gambaran sebaran informasi terkait dengan topik yang dibahas. Selanjutnya data diintrepretasikan berdasarkan referensi dan kepakaran tim. Untuk memperoleh formulasi pola pendampingan

(4)

4 inovasi SL-PTT dianalisis melalui analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat).

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Lingkungan Internal (ALI)

Hasil pengamatan terhadap lingkungan internal pendampingan SL-PTT padi difokuskan pada beberapa aspek yakni: 1) Aspek sumberdaya manusia mencakup: tingkat pendidikan, pengetahuan/keterampilan, motivasi dan tingkat adopsi teknologi; 2) Aspek sumberdaya alam: potensi Lahan, potensi pengembangan VUB padi, status kepemilikkan lahan; 3) Aspek usaha tani padi: rata-rata pemilikkan lahan,rata-rata penguasaan lahan, potensi produksi, nilai produksi, keuntungan; 4) Aspek kelembagaan: kinerja kelompok tani, kinerja lembaga penunjang dan hubungan antar lembaga; 5) Aspek pemasaran dan permodalan: manajemen usaha, managemen VUB padi, produk utama dan harga, produk sampingan dan harga. Hasil analisis lingkungan internal pendampingan inovasi SL-PTT diperoleh bahwa nilai bobot kekuatan lebih besar dibanding dengan nilai bobot kelemahan, hal ini mengindikasikan bahwa formulasi pola pendampingan inovasi SL-PTT padi yang sudah diterapkan di lapangan memiliki prospek positif dalam meningkatkan produksi padi (389>365), untuk jelasnya diuraikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis Lingkungan Internal (ALI) Pendampingan Inovasi SL-PTT, 2011

Variabel Kekuatan Kelemahan Rangking

Kekuatan

Rangking Kelemahan Bobot Score Nilai Bobot Score Nilai

1.Aspek Sumberdaya Manusia -Tingkat pendidikan -Pengetahuan/keterampilan -Motivasi -Adopsi teknologi - - 11 - - - 4 - - - 44 - 5 6 - 10 4 4 - 5 20 24 - 50 - - 2 - - - - 1 2.Aspek Sumberdaya Alam:

-Potensi VUB -Potensi wilayah -Status kepemilikkan 10 12 8 3 5 2 30 60 16 - - - - - - - - - - 1 - - - - 3. Aspek Usaha tani padi:

-Rata-rata penguasaan lahan -Rata-rata kepemilikkan lahan -Status usaha tani padi -Teknik budidaya padi

10 8 7 - 4 4 3 - 40 32 21 - - - - 5 - - - 3 - - - 15 - - - - - - - -

(5)

5

-Biaya produksi -Potensi produksi -Nilai produksi

-keuntungan yang dirasakan

- 4 - 4 - 4 - 4 - 16 - 16 7 - 6 - 4 - 4 - 28 - 24 - - - - - 3 - - - 4). Aspek kelembagaan:

-Kinerja kelompok tani -Kinerja lembaga penunjang -Hubungan kerja antar lembaga tani

- - - - - - - - - 7 7 7 3 3 2 21 21 10 - - - - - - 5). Aspek Usaha dan modal:

-Produk utama (jumlah, jenis) -Produk samping (jumlah, jenis) -Manajemen usaha

-Mangement VUB padi -Akses modal -Akses pasar -Akses tenaga kerja -Skala usaha

-Pendapatan usaha tani padi -Kapasitas pedagang 6 - - - - 8 - - 7 5 3 - - - - 5 - - 3 4 18 - - - - 40 - - 21 20 - 7 - 9 - - 10 5 - - 9 - 4 - 4 - - 4 3 - - 3 - 28 - 20 - - 40 27 - - 27 - - - - - 3 - - - - - - - - - - - 2 - - - - Total 100 379 100 355

Sumber: Data primer dari kawasan SL-PTT Provinsi Riau, 2011

Dari Tabel 1 mencerminkan bahwa aspek sumberdaya manusia yakni pendidikan masuk katagori kelemahan, dimana rata-rata pendidikan formal relatif rendah (SD) yang berkaitan dengan adopsi teknologi, khususnya adopsi teknologi budidaya padi VUB. Tabel 1 juga mengindikasikan bahwa secara umum tingkat adopsi teknologi oleh petani dalam pelaksanaan program SL-PTTdi lapangan masuk pada katagori rendah, hal ini seiring dengan pendapat Babbie (1986) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan dan sosial mempengaruhi kemampuan dalam menyerap inovasi teknologi.

Pada faktor internal tercermin bahwa aspek sumberdaya alam lebih memiliki kekuatan dibanding dengan kelemahan, artinya agroekosistem Provinsi Riau sangat mendukung pengembangan SL-PTT padi varietas unggul baru dan perwujudan UU no 39/2008 yakni implimentasi dukungan Badan Litbang Pertanian, mendorong semua unit kerja dan unit pelaksana teknis, khususnya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau sudah proaktif melakukan pendampingan SL-PTT.

Aspek usahatani padi dan kelembagaan, lebih memiliki kelemahan dibanding kekuatan, artinya untuk pengembangan usaha tani padi khususnya varietas unggul baru sangat diperlukan perhatian khusus akan sosial budaya ((referensi rasa) dan kelembagaan tani. Keberadaan dan kapasitas kelembagaan tani di kawasan SL-PTT masuk katagori

(6)

6 masih lemah, dimana kelembagaan tani sangat berperan dalam inovasi teknologi. Kelembagaan tani sangat berfungsi dalam pengembangan teknologi, dimana inovasi teknologi dapat meningkatkan produksi, hal ini seiring dengan pendapat Pappas dan Hirschiy (1995), yang menyatakan bahwa aplikasi inovasi teknologi akan menghasilkan produk yang sesuai dengan tujuan usaha.

Dari tabel I, diperoleh nilai kekuatan lebih besar dibanding dengan nilai kelemahan (23,92 : 25,05), artinya bahwa variabel-variabel faktor internal yang dimiliki oleh kawasan SL-PTT Provinsi Riau merupakan salah satu formulasi pola pendampingan inovasi SL-PTT masuk katagori efektif dalam mendukung pengembangan perpadian di di provinsi Riau. Hasil analisis lingkungan internal (ALI) bahwa pendampingan inovasi SL-PTT padi berada pada kuadran 1, hal ini mengindikasikan bahwa pendampingan SL-PTT pada saat ini pada situasi yang menguntungkan dalam percepatan peningkatan produksi dan pendapatan petani yang bersumber dai komoditi padi di Provinsi Riau.

B. Analisis Lingkungan Eksternal (ALE)

Hasil analisis lingkungan eksternal meliputi berbagai aspek yakni: 1) Aspek Kebijakan Pemerintah mencakup variable-variabel: Porsentase pendampingan, kebijakan SL-PTT, Pendistribusian VUB, Label dan promosi, Penangkar dan perijinan, ekstensifikasi; 2) Aspek Geografis: Iklim, kondisi lokasi dan budaya; 3) Aspek ketersediaan teknologi: varietas, budidaya, alsintan, penyimpanan dan pasca panen; 4) Aspek social ekonomi: system pemasaran, persaingan pasar, transportasi, kemitraan, kebutuhan konsumen, reputasi petani, penyuluh pendamping, daya serap pasar; 5) Aspek pasar: perkembangan produksi, perkembangan rice melling, peluang ekspor antar daerah. Dari hasil analisis lingkungan eksternal terhadap variable-variabel yang diamati maka diperoleh nilai bobot ancaman lebih besar dibanding dengan nilai bobot peluang (390>360), untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

(7)

7 Tabel 2. Analisis Lingkungan Eksternal (ALE) Pendampingan Inovasi SL-PTT, 2011

Variabel Peluang Ancaman Ranking

Peluang

Rangking Ancaman Bobot Score Nilai Bobot Score Nilai

1.Aspek Kebijakan Pemeintah -Pengembangan VUB padi -Porsentase pendampingan -Peningkatan produksi padi -Perijinan Penangkar benih -Promosi inovasi SL-PTT -Intensifikasi SL-PTT 5 6 10 - 8 7 5 3 3 - 4 3 25 18 30 - 32 21 - - - 10 - - - - - 4 - - - - - 40 - - - - - - 3 - - - - - - - 2.Aspek geografis: -Iklim -Agroekosistim -Potensi Lokasi SL-PTT - 10 5 - 5 5 - 50 25 10 - - 5 - - 50 - - - 1 - 1 - - 3. Aspek Teknologi:

-Varietas Unggul Baru -Budidaya -Alsintan -Pasca Panen -Desiminasi 10 6 - - - 5 5 - - - 50 30 - - - - - 10 5 5 - - 3 4 4 - - 30 20 20 2 - - - - - - - - - 4). Aspek Sosial Ekonomi:

-Sistem Pendampingan SL-PTT -Kemitraan antar instansi -Kondisi wilayah dan budaya -Akses petani

-Akses penyuluh pendamping -Akses peneliti

-Kebutuhan konsumen -Daya saing pasar

- - - 7 7 7 7 - - - - 3 3 3 4 - - - - 21 21 21 28 - 10 10 10 - - - - 10 5 4 3 - - - - 3 50 40 30 - - - - 30 - - - - - - - - 2 - - - - - - - 5). Aspek Daya Saing SL-PTT:

-Perkembangan Teknologi -Perkembangan SDM -Produksi dan produktivitas

- - 5 - - 5 - - 25 10 10 - 4 4 - 40 40 - - - 3 - Total 100 - 360 100 - 390 - -

Sumber: Data primer dari kawasan SL-PTT Provinsi Riau, 2011

Tabel 2 mencerminkan bahwa aspek kebijakan pemerintah dalam perijinan perbenihan padi varietas unggul baru dalam program pengembangan SL-PTT merupakan ancaman yang harus diantisifasi, hal ini terkait dengan aspek geografis wilayah pendampingan SL-PTT. Perobahan iklim atau kondisi iklim yang tidak menentu merupakan salah satu ancaman dalam pendampingan inovasi SL-PTT, demikian juga ketersediaan alsintan dan desiminasi merupakan ancaman pada pendampingan inovasi SL-PTT. Sistem pendampingan BPTP Riau dengan posentase 60%, kemitraan dengan instansi terkait, kondisi wilayah dan budaya pendampingan SL-PTT dan daya saing pasar di kawasan masing-masing SL-PTT padi Provinsi Riau adalah ancaman yang perlu diantisifasi atau dicari solusinya. Perkembangan teknologi dan sumber daya manusia suatu ancaman dalam pendampingan SL-PTT, dimana keberadaan teknologi yang maju memerlukan aplikasi biaya yang mahal dan kebutuhan sumberdaya manusia senantiasa cendrung mengalami

(8)

8 peningkatan, untuk itu pemerintah dalam pelaksanaan pendampingan SL-PTT oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau kedepan perlu mempertimbangkan hal tersebut.

Kebijakan pemerintah dalam pola pendampingan inovasi pada program strategis kementerian pertanian di Provinsi Riau, pendampingan 60% SL-PTT untuk pengembangan VUB padi dalam pemanfaatan potensi wilayah yang didukung dengan ketersediaan teknologi dan akses pendamping oleh peneliti dan penyuluh merupakan kebijakan yang berpeluang untuk dikembangkan guna meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Padi adalah komoditi strategis karena menjadi mata pencaharian dan makanan pokok sebagian besar penduduk Riau, oleh karena itu diperlukan kebijakan-kebijakan yang mendukung pola pendampingan inovasi pada program strategis kementerian pertanian melalui peluang yang dimiliki dan mengantisipasi ancaman-ancaman yang ada.

Aspek teknologi yang menyangkut alsintan, pasca panen dan desiminasi adalah ancaman, hal ini didukung dengan ketersediaan dana dan sosial budaya masyarakat Riau di masing-masing kawasan pendampingan SL-PTT. Pembiayaan pendampingan SL-TT perlu ditingkatkan guna mengantisipasi komponen ancaman untuk pengembangan pola pendampinga inovasi pada program strategis kementerian pertanian di Provinsi Riau.

Hasil analisis terhadap lingkungan ekstenal bahwa pendampingan inovasi SL-PTT oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau dihadapkan pada berbagai ancaman faktor eksternal dan ancaman yang paling pokok yakni iklim dan system pendampingan SL-PTT yang sedang dilaksanakan pada saat ini serta perkembangan teknologi. Analisis lingkungan eksternal berada pada kodran empat, hal ini mengindikasikan bahwa pendampingan SL-PTT yang ada pada saat memerlukan tindakan-tindakan penyempurnaan dalam berbagai kebijakan, khususnya yang menyangkut kebijakan tupoksi masing-masing instansi terkait dalam pembangunan pertanian yang sinergis.

(9)

9

C. Pola Pendampingan Inovasi

Hasil analisis lingkungan internal (ALI) dan analisis lingkungan eksternal (ALE) diperoleh pada setiap aspek internal dan eksternal, menyangkut apa yang menjadi kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O) dan ancaman (T), maka dirumuskan dalam suatu formulasi pola pendampingan inovasi yang disusun dalam bentuk matrik, untuk jelasnya ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Matrik Formulasi Pola Pendampingan Inovasi SL-PTT Padi Internal Eksternal Kekuatan (S): . Potensi wilayah . Motivasi . Aspek Pasar Kelemahan (W): . Adopsi teknologi . Tenaga Kerja . Biaya Produksi Peluang (O): .Agroekosistim .VUB . Promosi SLPTT

Formulasi Kekuantan dengan

Peluang (SO):

.Potensi dan agroekosistem wilayah merupakan kekuatan dan peluang

Program pendampingan SL-PTT

yang didukung motivasi dan promosi SLPTT merupakan peluang dalam penyebaran VUB.

.VUB padi dan promosi SLPTT disetiap wilayah SLPTT Prov Riau

berpeluang dikembangan yang

didukung oleh motivasi dan pasar

Formulasi Kelemahan dan Peluang (WO):

. Meningkatkan adopsi teknologi; penyediaan tenaga kerja dan biaya

pendampingan SL-PTT perlu

dipertimbangkan guna mengoptimalkan agroekosistem, VUB padi dan promosi SLPTT.

.Pengembangan VUB disetiap kawasan SLPTT dihadapkan pada permasalahan tenaga kerja dan biaya

Ancaman (T) . Iklim .Sistem Pendampingan .Perkembangan Teknologi

Formulasi Kekuatan dengan

Ancaman (ST):

.Potensi wilayah SLPTT dihadapkan pada permasalahan iklim, system

pendampingan SL-PTT dan

perkembangan teknologi.

.Pola pendampingan yang sudah diakses oleh petani, penyuluh dan peneliti dihadapkan pada ancaman perkembangan teknologi, untuk itu perlu dilakukan kebijakan dalam

peningkatan keterampilan dan

finansial pada pola pendampingan inovasi SL-PTT yang meupakan salah satu program strategis kementerian pertanian di provinsi Riau.

Formulasi Kelemahan dan Ancaman (WT):

.Penting dilakukan pemberdayaan

sumberdaya manusia untuk

meningkatkan adopsi teknologi

menghadapi ancaman iklim

. Meningkatkan akses tenaga kerja dan

sistem pendampingan untuk

mengantisipasi perkembangan teknologi . Meningkatkan biaya pendampingan SL-PTT yang disesuaikan kawasan dan

perkembangan teknologi dan

sumberdaya manusia pada pola

pendampingan inovasi SL-PTT di

Provinsi Riau.

(10)

10 Dari Tabel 3 dapat diformulasikan bahwa pola pendampingan inovasi SL-TT padi yang sudah terlaksana di kawasan pertanian Provinsi Riau, untuk pengembangannya perlu dilakukan tiga strategi yakni: 1) strategi pendampingan inovasi S-LPTT oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Raiu disesuaikan dengan agroekosistem dan social budaya ; 2) Strategi pendampingan inovasi SL-PTT oleh BPTP Riau meningkatkan adopsi teknologi dan biaya pendampingan SLPTT; 3) Strategi pendampingan inovasi SL-PTT oleh BPTP Riau yang secara langsung berdasarkan kualifikasi wilayah pertanian perlu mempertimbangkan system pendampingan dan perkembangan teknologi. Untuk itu formulasi pola pendampingan inovasi pada program strategis kementerian pertanian yakni program SL-PTT yang telah dilaksanakan perlu melakukan pendampingan yang secara langsung mengakseskan potensi, motivasi dan pasar VUB padi dengan mempertimbangkan kebijakan system pendampingan, biaya dan tenaga kerja.

KESIMPULAN:

Pola pendampingan inovasi SL-PTT telah diakses oleh penyuluh, peneliti dan petani di pedesaan dihadapkan pada ancaman iklim, system pendampingan dan perkembangan teknologi. Peluang pengembangan VUB padi dan promosi Sl-PTT dalam upaya penumbuhan penangkar-penangkar benih padi VUB di masing-masing kawasan SL-PTT , disesuaikan dengan agroekosistem dan sosial budaya masyarakat setempat. Formulasi pendampingan SL-PTT sebaiknya melakukan strategi pendampingan secara langsung mengakseskan potensi, motivasi dan pasar VUB padi dengan system pendampingan, biaya produksi ,dan tenaga kerja yang perlu ditingkatkan dengan mempertimbangkan iklim, system pendampingan dan perkembangan teknologi yang butuh biaya besar.

IMPLIKASI KEBIJAKAN

Pemerintah pusat dan daerah perlu menyusun suatu kebijakan yang mengeliminasi praktek monopoli pasar; membangun kemitraan yang lebih sehat diantara instansi terkait dan kelompok-kelompok tani serta kebijakan finansial pendampingan inovasi SL-PTT yang berpihak kepada petani, penyuluh dan peneliti.

(11)

11

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2009. Pedoman Umum PTT Padi Sawah.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, Jakarta.

Babbie, E. 1983. The Practice Social Research. Fourth Edition. Wodsworth Publising Inco. Belmont. California.

Fardiaz, D. 2000. Panduan Analisis SWOT. Lokakarya Manjemen PAATAP. Badan Penelitian dan Pengemabangan Pertanian, Kementerian Pertanian, Jakarta

Hendayana, R., Nandang Sunandar, Erythrina, Sudarmadi, I Nyoman Widarta, 2009. Pendampingan SL-PTT. Petunjuk Pelaksanaan SL-PTT. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Panagan, BBP2TP, Bogor.

Lynch, S.G. 1980. An Analysis of Interview Frequency and Reference Period in Rural Consumtion Expenditure Surveys: A case study from Sierra Leone. Working Paper No 10, MSU Rural Development Series. Michigan State Univ., Michigan.

Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT: Teknik Membeda Kasus Bisnis, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Siegel, S,. 1985. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu Sosial. Penerbit Gramedia, Jakarta

Toha, H.M dan R. Hawkins. 1990. Potensi Pengembangan Produktivitas Tanaman Pangan Melalui Perbaikan Vrietas dan Pemupukkan. Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Analisis Lingkungan Internal (ALI)  Pendampingan Inovasi SL-PTT, 2011
Tabel  2  mencerminkan  bahwa  aspek  kebijakan  pemerintah  dalam  perijinan  perbenihan  padi  varietas  unggul  baru  dalam  program  pengembangan  SL-PTT  merupakan  ancaman  yang  harus  diantisifasi,  hal  ini  terkait  dengan  aspek  geografis  wila
Tabel 3. Matrik Formulasi Pola Pendampingan Inovasi SL-PTT Padi     Internal  Eksternal  Kekuatan (S):

Referensi

Dokumen terkait

Gambar L4.2 Foto Rangkaian Peralatan Pembuatan Biodiesel 62 Gambar L4.3 Foto Rangkaian Peralatan Pembuatan Biodiesel 63 Gambar L4.4 Foto Proses Esterifikasi 63 Gambar L4.5

Dari tabel hasil uji diatas dapat dilihat bahwa seiring dengan terbacanya RFID Tag oleh reader, lampu LED hijau menyala dan data hasil absensi otomatis tersimpan pada database

Dalam penelitian dirasa kurang maksimal, karena peneliti tidak banyak mendapat informasi serta tidak dapat mengakses data yang lebih ke lokasi atau tempat yang

Mengenai pola saluran pemasaran, dapat diketahui bahwa penjualan hasil produksi kepiting bakau di Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiag dijual oleh petani

Berdasarkan uraian yang telah dibahas di atas maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dari penelitian adalah sebagai berikut, “Bagaimanakah gambaran pola makan,

Hasil: DidapatkanT6 pasien rinosinusitis tronis yang dilakukan pemeriksaan tomografi komputer sinus paranasal untuk persiapan- opirasi bedah sinus endoskopi , terdiri

• Umur panen pisang Mas Kirana tergantung dari bibit yang digunakan, apabila bibit berasal dari anakan maka tanaman mulai berbunga pada umur 8 - 10 bulan setelah tanam dan buah

Tekanan-tekanan saat krisis covid-19 ini membuat masyarakat melakukan perubahan perilaku dalam pemenuhan kebutuhan belanja dari yang siatnya konsumtif ke basic need,