• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS BIOLOGI DAN KELIMPAHAN PL ANKTON DI TAMBAK KABUPATEN KEPUL AUAN SEL AYAR PROVINSI SUL AWESI SEL ATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDEKS BIOLOGI DAN KELIMPAHAN PL ANKTON DI TAMBAK KABUPATEN KEPUL AUAN SEL AYAR PROVINSI SUL AWESI SEL ATAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

INDEKS BIOLOGI DAN KELIMPAHAN PL ANKTON DI TAMBAK

KABUPATEN KEPUL AUAN SEL AYAR PROVINSI SUL AWESI SEL ATAN

Admi Athirah, Ruzkiah Asaf, dan Mudian Paena

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: m.athirah@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di lahan budidaya tambak Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan untuk mengetahui indeks biologi dan kelimpahan plankton dalam rangka mendukung pengelolaan tambak pola tradisional yang berkelanjutan. Pengambilan sampel plankton pada lokasi tambak yang representatif dengan menggunakan plankton net No. 25. Sampel plankton dipekatkan dari 100 L menjadi 100 mL kemudian diawetkan dalam larutan MAF. Identifikasi plankton menggunakan mikroskop yang berpedoman pada buku identifikasi plankton dan perhitungannya menggunakan metode counting cell. Hasil penelitian menunjukkan bahwa plankton yang didapatkan pada semua stasiun terdiri atas fitoplankton dan zooplankton dengan nilai minimum 2 genus/spesies dan maksimum 11 genus/spesies. Fitoplankton mendominasi pada setiap stasiun penelitian. Berdasarkan nilai rata-rata hasil uji indeks biologinya menunjukan bahwa kondisi perairan pertambakan di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan secara umum cenderung stabil, komunitas planktonnya menyebar secara merata dan umumnya pada setiap stasiun yang diteliti tidak terdapat spesies yang dominan terhadap spesies lainnya. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sebagai dasar untuk membuat konsep pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan di daerah tersebut.

KATA KUNCI: indeks biologi, kelimpahan, plankton, tambak, Kabupaten Kepulauan Selayar

PENDAHULUAN

Kabupaten Kepulauan Selayar potensial bagi pengembangan tambak dan secara administratif berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba di sebelah Utara, Laut Flores, dan Selat Makassar di sebelah Barat, dan juga dibatasi oleh Laut Flores di sebelah Selatan dan Timur. Luas wilayah daratan Kabupaten Kepulauan Selayar berdasarkan Perda No. 9 Tahun 2001 wilayah administrasi Kabupaten Kepulauan Selayar hampir mencapai 113.928 ha yang terdiri atas beberapa wilayah pulau besar dan pulau-pulau kecil dengan jumlah keseluruhan sekitar 123 buah. Wilayah administrasi terdiri atas 10 kecamatan dan 73 kelurahan/desa (Hasnawi et al., 2010). Dari luasan areal pertambakan tersebut sebagian besar merupakan tambak tradisional, berkaitan dengan kondisi ini maka peranan pakan alami termasuk plankton sangat diperlukan untuk mendukung kelangsungan sistem budidaya tambak secara tradisional tersebut, selain tetap melakukan usaha pengembangan budidaya secara intensif. Kesuburan perairan dapat dilihat dari kandungan bahan-bahan organik yang ada di suatu perairan, di mana kehadiran bahan-bahan organik tersebut merupakan hara utama yang dapat mensuplai kebutuhan zat hara biota penghasil (produsen) yang pada akhirnya produsen tersebut merupakan sumber makanan bagi anakan ikan, udang dan jenis biota perairan lainnya (Anonim, 2002). Dikemukakan Nontji (1984) bahwa fitoplankton sebagai tumbuhan yang berpigmen klorofil mampu melakukan reaksi fotosintesis sebagai penghasil oksigen dan pembentuk zat organik dari zat anorganik. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa secara langsung kehadiran plankton utamanya fitoplankton berperan sangat penting dalam ekosistem perairan tambak, karena keberadaannya dapat dijadikan indikator kesuburan di mana semakin tinggi kuantitas atau jumlah fitoplankton dalam suatu perairan maka perairan tersebut dapat digolongkan dalam kategori produktif.

Kelimpahan plankton terutama fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh ketersediaan nutrien terutama nitrogen (N) dan fosfor (P). Selain itu, kelimpahan plankton pada suatu perairan ditentukan oleh transparansi (daya tembus sinar matahari ke dalam suatu perairan) sehingga ketersediaan bahan-bahan organik tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik oleh produsen. Komposisi dan kelimpahan

(2)

lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi (Reinolds et al., 1984). Jumlah dan jenis plankton yang berada dalam suatu perairan tergantung dari kondisi lingkungan perairan misalnya suhu, salinitas, dan kandungan nutrien. Jika salinitas air tambak tinggi, maka plankton yang ada tidak berbeda dengan plankton di perairan pantai, sebaliknya salinitas sangat rendah maka jenis planktonnya tidak berbeda dengan plankton air tawar (Sachlan, 1972).

Kondisi lingkungan pertambakan akan berpengaruh terhadap komposisi jenis, kelimpahan dan distribusi plankton yang terkandung di dalamnya. Untuk mengetahui kondisi plankton di kawasan pertambakan Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, telah dilakukan penelitian dengan mengambil sampel secara acak pada lokasi pertambakan yang dapat mewakili masing-masing lingkungan wilayah pertambakan yang berbeda.

BAHAN DAN METODE

Penelitian telah dilakukan di perairan pertambakan Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan pada Maret 2010 dengan cara menentukan stasiun secara acak pada areal pertambakan (Gambar 1). Penentuan stasiun pengambilan sampel pada masing-masing lokasi dipilih lokasi tambak yang representatif yang dapat mewakili masing-masing tipe lingkungan lokasi pertambakan. Sampel plank-ton dikoleksi menggunakan plankplank-ton net No. 25. yang dipekatkan dari 100 L menjadi 100 mL kemudian diawetkan dalam larutan MAF. Identifikasi plankton menggunakan mikroskop yang berpedoman pada buku identifikasi plankton dan perhitungannya menggunakan metode counting cell. Identifikasi plankton (fitopankton dan zooplankton) dilakukan sampai pada tingkat genus dengan bantuan dari buku Yamaji (1979) dan Newell & Newell (1977). Untuk mengetahui tingkat kestabilan perairan dilakukan analisis kuantitatif indeks biologi plankton yang meliputi: indeks keanekaragaman, keseragaman jenis, dan indeks dominansinya berdasarkan rumus Shannon-Wiefer (Wilhm & Dorris 1968 in Masson, 1981):

di mana:

H1 =indeks keanekaragaman Shannon-Wiefer P1= n1/N

Ni =jumlah individu ke-i N =jumlah seluruh individu

Indeks keseragaman dihitung menurut (Odum,1971) sebagai berikut: di mana:

E = indeks keseragaman H1 = indeks keragaman

H1 maks = lnS

S = jumlah spesies

Indeks dominansi dihitung berdasarkan indeks Simpson in Legendre (1983) sebagai berikut: di mana:

C = indeks dominasi Simpson

ni =jumlah individu ke-i

N =jumlah total individu

  1 I pi In pi H1 maks H1 H1 E 

 (ni/N)2 C

(3)
(4)

Indeks keragaman, keseragaman, dan dominansi fitoplankton dan zooplankton yang diperoleh pada setiap stasiun dari penelitian ini tertera pada Tabel 1.

Berdasarkan hasil uji indeks biologi plankton yang tertera pada Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 43 stasiun yang diteliti terdapat 16 (38,64%) stasiun yang nilai H1>1, sehingga perairan pada stasiun

tersebut tergolong dalam stabil sedang (moderat), sedangkan 27 stasiun (61,36%) tergolong ke dalam kondisi tidak stabil karena nilai H’<1. Begitu pula terdapat 39 (88,63%) stasiun yang indeks keseragamannya (E) yang mendekati nilai 1 yang berarti kondisi spesies plankton pada perairan stasiun tersebut termasuk dalam kategori merata. Selanjutnya terdapat 30 (68,18%) stasiun yang nilai indeks dominasinya (D) mendekati nilai 0, yang berarti pada stasiun tersebut tidak ada spesies plankton yang secara ekstrim mendominasi spesies lainnya. Sedangkan sekitar 31,82% stasiun lainnya terdapat spesies plankton yang dominan terhadap spesies lainnya.

Berdasarkan nilai rata-rata uji indeks keanekaragaman (H1) sebesar 1,1128 > 1 yang menunjukkan

bahwa secara umum kondisi komunitas plankton di perairan tersebut tergolong dalam kategori stabil sedang moderat. Sedangkan rata-rata hasil uji indeks keseragaman (E) sebesar 0,7218 yang mendekati nilai 1, yang berarti komunitas plankton di perairan tambak tersebut menyebar secara merata, begitu pula hasil uji indeks dominansi (D) sebesar 0,4179 yang berada pada kategori netral sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa 50% dari stasiun yang diteliti pada perairan kawasan tambak tersebut termasuk terdapat spesies plankton yang secara ekstrim mendominasi spesies lainnya. Menurut Strin (1981), bila indeks keragaman (H1) lebih besar nilai 1, maka komunitas plankton

pada suatu perairan adalah termasuk stabil sedang (moderat), sebaliknya bila nilai indeks keragamannya lebih besar nilai 1, maka komunitas plankton pada perairan tersebut termasuk dalam kategori stabil sedang moderat. Sedangkan menurut Lind (1979), bila indeks keseragaman (E) mendekati nilai 1, maka keberadaan spesies plankton pada perairan tersebut relatif merata, sebaliknya bila nilai (E) mendekati nilai 0 maka keberadaan spesies plankton pada perairan tersebut tidak merata. Sedangkan bila nilai indeks dominansi (D) mendekati nilai 1, maka pada perairan tersebut terdapat spesies plankton yang secara ekstrem mendominasi spesies lainnya, sebaliknya bila nilai indeks dominansi (D) mendekati nilai 0, maka pada perairan tersebut tidak terdapat spesies plankton yang mendominasi spesies lainnya.

Jumlah genus dan kelimpahan individu per stasiun yang tercantum pada Tabel 1 tampak bahwa kelimpahan plankton tertinggi terjadi pada stasiun 51 (1.127 ind./L), stasiun 48 (952 ind./L), stasiun 81 (864 ind./L), stasiun 103 (862 ind./L), dan stasiun 49 (798 ind./L). Sedangkan terdapat 6 stasiun tingkat kelimpahannya di bawah 100 ind./L, yaitu secara berturut stasiun 89 (59 ind./L), stasiun 17 (69 ind./L), stasiun 25 (76 ind./L), stasiun 73 (81 ind./L), stasiun 13 (88 ind./L), dan stasiun 79 (97 ind./L). Secara kasat apabila dilihat secara langsung, kelimpahan plankton dalam kategori rendah yaitu stasiun dengan nilai kelimpahan di bawah 100 ind./L tersebar pada stasiun di lokasi awal maupun akhir penelitian.

Kisaran jumlah genus per stasiun adalah 2-11 genus yang secara berturut 3 tertinggi terjadi pada stasiun 99 (11 genus), 95 (10 genus), dan stasiun 80 (9 genus) serta secara berturut 3 terendah terjadi pada stasiun 13, 69, dan 73 (2 genus), stasiun 19, 29, 33, 40, 57, 75, 78, dan 89 (3 genus) dan stasiun 17, 25, 26, 27, 30, 52, 82, dan 103 (4 genus).

Umumnya pada setiap stasiun penelitian tidak terdapat perbedaan yang signifikan dan sedemikian rupa sehingga suatu spesies lebih dominan dari spesies lainnya. Penyebaran plankton yang tidak merata pada suatu perairan selain disebabkan oleh adanya air yang masuk atau arus dan kedalaman suatu perairan, juga dapat disebabkan oleh pasang surut, variasi salinitas, nutrien, aktivitas pemangsaan, dan adanya percampuran dari dua mata air (Davis, 1955). Selain itu, faktor fisika kimia tambak juga sedikit banyaknya mempengaruhi penyebaran plankton di tambak.

Pada Tabel 1 terlihat bahwa jumlah genus/spesies antara 2-11 genus dengan jumlah individu berkisar antara 59-1.127 ind./L. Berdasarkan data kelimpahan dan jumlah genus pada setiap stasiun ternyata pada hasil penelitian ini relatif terjadi korelasi positif antara kelimpahan dan jumlah genus.

(5)

Individu (ind,/L) Genus SY 13 0,6931 1 0,5 88 2 SY 15 1,2374 0,7689 0,3468 232 5 SY 16 1,0662 0,6625 0,4249 153 5 SY 17 1,1947 0,8618 0,3027 69 4 SY 19 0,873 0,7946 0,3744 206 3 SY 20 1,2835 0,7975 0,3449 107 5 SY 23 0,8942 0,5556 0,5488 168 5 SY 25 1,0931 0,7885 0,3061 76 4 SY 26 0,9896 0,7139 0,3502 158 4 SY 27 1,0019 0,7227 0,4629 135 4 SY 29 0,6098 0,5551 0,6819 197 3 SY 30 1,0215 0,7368 0,3526 150 4 SY 33 0,5388 0,4904 0,5716 276 3 SY 35 1,1647 0,5985 0,4479 404 7 SY 39 1,1781 0,7320 0,3748 279 5 SY 40 0,4938 0,4495 0,7507 193 3 SY 48 1,1316 0,5815 0,3928 952 7 SY 49 1,0475 0,6508 0,4139 798 5 SY 51 0,8723 0,4869 0,5924 1127 6 SY 52 1,1346 0,8184 0,3651 223 4 SY 54 1,3029 0,8095 0,3061 441 5 SY 57 0,5727 0,5213 0,6829 666 3 SY 69 0,5884 0,8489 0,6010 109 2 SY 73 0,5447 0,7859 0,6409 81 2 SY 75 1,0307 0,9382 0,3744 284 3 SY 78 0,7026 0,6395 0,5804 234 3 SY 79 1,5556 0,8682 0,2654 97 6 SY 80 1,6256 0,7399 0,2867 594 9 SY 81 1,2588 0,6469 0,3946 864 7 SY 82 0,8537 0,6158 0,5579 263 4 SY 84 1,3330 0,8283 0,3070 338 5 SY 85 1,2427 0,6935 0,4044 270 6 SY 87 1,6914 0,9440 0,2030 244 6 SY 89 0,8753 0,7968 0,4944 59 3 SY 91 1,5284 0,7854 0,2868 177 7 SY 92 1,6925 0,8698 0,2215 645 7 SY 95 1,7774 0,7719 0,2169 342 10 SY 96 1,5836 0,7616 0,2746 320 8 SY 99 1,9568 0,8160 0,1865 524 11 SY 101 1,7587 0,8458 0,2069 423 8 SY 102 1,3373 0,7464 0,3391 442 6 SY 103 0,5609 0,4046 0,7239 862 4 SY 105 0,9567 0,5944 0,5088 312 5 Jumlah 47,8496 31,0382 17,9693 1,4582 218 Rataan 1,1128 0,7218 0,4179 339,1163 5,0698 Jumlah Stasiun H' (keragaman) E (keseragaman) D (dominansi)

Tabel 1. Indeks biologi, kelimpahan, dan jumlah genus/spesies plankton per stasiun pada kawasan pertambakan Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan

(6)

524 ind./L terdiri atas 11 genus, sebaliknya pada stasiun 13 dengan kelimpahan 88 ind./L dengan jumlah genus hanya 2. Semakin besar kelimpahan planktonnya maka semakin banyak pula genus/ spesies yang ditemukan pada rata-rata stasiun penelitian.

KESIMPULAN

1. Kelimpahan plankton pada semua stasiun yang diteliti berkisar 9-1.127 ind./L per stasiun dengan rata-rata kelimpahan sebanyak 331,6136 ind./L/stasiun. Kelimpahan tertinggi terjadi pada stasiun 51 dan dan terendah terjadi pada stasiun 89. Sedangkan jumlah genus pada seluruh stasiun sebanyak 218 genus dengan rata-rata 5 genus/stasiun.

2. Fitoplankton didominasi oleh kelas Bacillariophyceae yaitu sebanyak 8 genus dan zooplankton oleh kelas Crustaceae yang terdiri atas 10 genus.

3. Berdasarkan hasil uji indeks biologi plankton bahwa secara umum kondisi perairan pertambakan di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan termasuk dalam kondisi komunitas planktonnya stabil karena hanya terdapat 16 stasiun (38,64%) stasiun yang diteliti nilai indeks keanekaragamannya (H’) lebih kecil dari 1. Selanjutnya secara umum 88,63% stasiun yang diteliti keberadaan spesies plankton relatif merata, dan 68,18% stasiun yang diteliti tidak terdapat spesies plankton yang secara ekstrim dominan terhadap spesies lainnya.

4. Genus Oscillatoria sp. Spaerellosys sp., dan Pleurosigma sp., Brachionus sp. dan Tortonus sp., nauplii

Copepoda lebih dominan ditemukan dibandingkan genus lainnya.

5. Secara umum relatif terjadi korelasi positif antara kelimpahan individu dan jumlah jenis genus pada setiap stasiun yang diamati.

DAFTAR ACUAN

Anonim. 2002. Rencana Tata Ruang Wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Provinsi Kalimantan Barat, Badan Perencannaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kalimantan Barat. Pontianak, 80 hlm.

Davis, C.C. 1955. The marine and fresh water plankton, Michigan State University Press, Chicago. Hasnawi et al. 2010. Evaluasi Kesesuaian Lahan Tambak di Pulau Selayar Kabupaten Kepulauan Selayar

Provinsi Sulawesi Selatan.

Legendre, L. & Legendre, P. 1983. Numerical Ecology. Elsvier Scientific Publ. Co. New York. Lind, O.T. 1979. Handbook of Common Methods in Limnology. C.V. Mosby Company St. Louis. Masson, C.V. 1981. Biology of Water Pollution Longman Scientific and Technical Longman Singapure

Publisher Ptc. Ltd. Singopure, 250 pp.

Newell, G.E. & Newell, R. 1977. Marine plankton a Practical Guide 5th. Edition. Hutchinca of London, 244 pp.

Nontji, A. 1984. Biomassa dan Produktivitas Fitoplankton Kaitannya dengan Faktor-faktor Lingkungan. Desertasi Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Reynolds, C.S., Tundisi, J.G., & Hino, K. 1984. Observation on a metalimnetic phytoplankton population in stably stratified tropical lake. Arch. Hydrobyol. Argentina, 97: 7-17.

Sachlan, M. 1972. Planktonologi Correspondence Cource Centre. Direktorat Jenderal Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta, 103 pp.

Strin, I. 1981. Manual Methods Aquatic Enviroment Research. Part. 8. Ecology Assessment of Pollution Effect. FAO, Roma, 70 pp.

(7)

13 15 16 17 19 20 Gymnodinium sp. - - - -Navicula sp. - 9 - - - 10 Oscillatoria sp. 44 86 19 29 39 57 Pleurosigma sp. - - - -Prorocentrum sp. - 17 10 10 - 20 Protoperidinium sp. 44 103 19 20 69 10 Thallasionema sp. - - 10 - - -Nauplii copepoda - 17 95 10 98 10 SY Genus (ind./L)

Lampiran 1. Hasil pengamatan genus plankton pada setiap stasiun (ind./L) pada kawasan pertambakan Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan

23 25 26 27 29 30 Gymnodinium sp. 9 - - - - -Navicula sp. 9 - 10 - - -Oscillatoria sp. 122 28 69 86 28 38 Pleurosigma sp. - - - 10 - 28 Prorocentrum sp. 9 10 - - - 9 Protoperidinium sp. - 10 20 29 9 -Thallasionema sp. - - - -Nauplii copepoda 19 28 59 10 160 75 SY Genus (ind./L) 33 35 39 40 48 49 Anacystis sp. - - - -Cladophora sp. - - - - 10 -Melosira sp. - - - -Microspora sp. - - 10 - 10 29 Navicula sp. - 9 - - - -Oscillatoria sp. 37 46 29 9 490 326 Pleurosigma sp. - - - - 10 29 Prorocentrum sp. - 9 10 - - -Protoperidinium sp. 37 64 86 18 96 20 Surirella sp. - 9 - - - -Volvox sp. - 9 - - - -Ulothrix sp. - - - - 10 -Nauplii copepoda 202 258 144 166 326 394 Genus (ind./L) SY

(8)

51 52 54 57 69 73 Anacystis sp. 18 - - - - -Cladophora sp. - - - -Melosira sp. 9 - - - - -Microspora sp. - - 90 - - -Navicula sp. - - - -Oscillatoria sp. 114 90 135 22 30 62 Pleurosigma sp. 44 18 - - - -Prorocentrum sp. - - 9 - - -Protoperidinium sp. 88 18 180 104 19 Surirella sp. - - - -Volvox sp. - - - -Ulothrix sp. - - - -Nauplii copepoda 854 97 27 540 79 -SY Genus (ind./L) 75 78 79 80 81 82 Ceratium sp. - - - -Colurella sp. - - - 48 - -Diaphanosoma sp. - - 9 - - 9 Navicula sp. - - - -Oscillatoria sp. 108 56 43 29 55 27 Pleurosigma sp. - - - -Protoperidinium sp. 49 9 - 114 156 -Acartia sp. - - - 10 - -Apocyclops sp. - - - 30 - -Branchionus sp. - - - 285 506 191 Moina sp. - - - 10 - -Polychaeta - - - -Microsetella sp. - - - -Nauplii copepoda 127 169 18 48 102 36 Labidocera sp. - - 9 20 - -Oithona sp. - - 9 - 9 -Schmackeria sp. - - - - 18 -Temora sp. - - - -Tortanus sp. - - 9 - 18 -SY Genus (ind./L)

(9)

84 85 87 89 91 92 Ceratium sp. - - - 55 Colurella sp. - - - -Diaphanosoma sp. - - - -Navicula sp. - - - -Oscillatoria sp. 150 162 78 39 78 37 Pleurosigma sp. - 9 - - 10 -Protoperidinium sp. 38 18 - - 49 166 Acartia sp. - - - -Apocyclops sp. - - - - 10 92 Branchionus sp. 94 45 - 10 10 -Moina sp. - - - - 10 28 Polychaeta - - - -Microsetella sp. - - 29 - - -Nauplii copepoda 47 27 - - - 221 Labidocera sp. - 9 20 - 10 46 Oithona sp. - - - -Schmackeria sp. - - 49 - - -Temora sp. - - 29 - - -Tortanus sp. 9 - 39 10 - -SY Genus (ind./L) 95 96 99 101 102 103 105 Ceratium sp. 8 - - - -Chaetoceros sp. - - 18 - - - -Merismopedia sp. - - 9 - 10 - -Navicula sp. - - 37 18 - - -Oscillatoria sp. 59 18 64 108 109 37 18 Pleurosigma sp. - - - -Protoperidinium sp. 92 9 46 27 20 89 64 Ulothrix sp. - - - 9 Apocyclops sp. 8 83 18 - - - -Branchionus sp. - 36 166 108 225 727 212 Echinocamptus sp. - 9 - - - - -Nauplii copepoda 109 138 120 108 49 9 9 Labidocera sp. 8 18 28 18 - - -Oithona sp. 8 - 9 - - - -Schmackeria sp. 8 - - 18 - - -Temora sp. 8 - - 18 29 - -Tortanus sp. 34 9 9 - - - -SY Genus (ind./L)

(10)

Gambar

Gambar  1. Lokasi  penelitian  Kabupaten  Kepulauan  Selayar,  Sulawesi  Selatan

Referensi

Dokumen terkait

Progesteron juga dianggap sebagai penyebab munculnya akne pada saat menstruasi selain karena hormon estrogen yang menunm pada fase luteal sildus menstruasi, juga

Berdasarkan tabel diatas dari hasil tindakan siklus I sampai siklus II dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dengan dilakukan bimbingan guru

- Produk yang diterima tidak sesuai dengan produk yang di-order Pelanggan GDN Merchant menyetujui bahwa Pelanggan GDN dapat memiliki opsi untuk memperoleh penukaran

Tindakan perataan laba adalah suatu sarana yang dapat digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi pelaporan penghasilan dan memanipulasi variabel- variabel

16 Gambar ya dalam hala diisikan de gambar gu untuk BPS dan Bupati/ untuk BPS ng ada di man ini ngan bernur Provinsi /Walikota Kab./Kota. Distribussi   Pendudu uk

produk tas tiruan di Kota Denpasar. Pengetahuan produk akan menentukan keputusan pembelian dan secara tidak langsung berpengaruh juga nantinya pada intensitas pembelian.

Realisasi penggunaan alokasi dana desa pada Pos Infrastruktur Desa (Pembangunan Kantor Desa) dalam Pelaksanaan kebijakan penggunaan alokasi dana desa di Desa Maria

Allah  mensifati  orang‐orang  yang  beriman  dengan  sikap  mereka  yang  taat,  mendengar  perintah  dan  tunduk  baik  secara  lahir  dan  batin  terhadap