• Tidak ada hasil yang ditemukan

Drone dan Hukum Internasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Drone dan Hukum Internasional"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Kampus Tercinta- IISIP Jakarta

Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta

Kebijakan Penggunaan Drone Amerika Serikat Terhadap

Pelanggaran Hukum Internasional

Disusun sebagai syarat tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Politik Global

Amerika Serikat”

Alvan Neira Putra

2012 230 117

Hubungan Internasional

(2)

Kata Pengantar

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebijakan Penggunaan Drone Amerika Serikat Terhadap Pelanggaran Hukum Internasional”.Tugas makalah ini disusun sebagai syarat pengganti Ujian Akhir Semester (UAS) untuk mata kuliah Politik Global Amerika Serikat (PGAS).

Dalam penyusunan makalah ini,penulis mengangkat tema terkait penggunaan teknologi perang drone atau pesawat tanpa awak dalam kaitannya dengan pelanggaran hukum internasional.Dalam proses penyusunan makalah, penulis melakukan studi kasus melalui analisa data yang ditemukan baik melalui buku,jurnal maupun internet.

Pertama-tama,izinkan penulis dalam hal ini mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis diberi kelancaran dalam proses penyusunan makalah.

2. Dosen pengampu mata kuliah Politik Global Amerika Serikat (PGAS),yaitu Bapak M.Zein Latucosina yang telah banyak memberikan materi secara teoritik.

3. Segenap keluarga dan Teman-teman penulis yang telah membantu penulis dalam memberikan dukungan baik moral maupun materill.

Akhir kata,penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan di sana-sini.Oleh karena itu,penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar kedepannya bisa bermanfaat dalam pengembangan ilmu kita.

Jakarta, 24 Juni 2015

Penulis

(3)

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Ilmu Hubungan Internasional merupakan Ilmu yang mempelajari hubungan antar bangsa dengan bangsa lainnya demi mencapai kepentingan nasionalnya.Alasan utama mengapa kita harus mempelajari Ilmu HI adalah fakta bahwa seluruh penduduk dunia terbagi ke dalam wilayah komunitas politik yang terpisah,atau negara-negara merdeka yang sangat mempengaruhi cara hidup manusia.Hubungan Internasional dalam arti umum selalu membahas isu yang berkaitan tentang Keamanan,Ekonomi Politik hingga isu-isu kontemporer seperti Lingkungan,Gender,dan lainnya.

Salah satu isu yang tidak akan pernah selesai dibahas ialah masalah keamanan.Masalah pertahanan dan keamanan selalu menjadi masalah paling penting dalam politik luar negeri suatu negara,karena keduanya merupakan basis bagi eksistensi negara dan merupakan prasayarat bagi tercapainya tujuan-tujuan negara lain.Sebagaimana tujuan politik luar negeri pada umunya ialah masalah keamanan (security) suatu negara ditentukan oleh apa yang dilakukan oleh negara lain.Di siniliah terletak “security dilemma” yang dihadapi oleh suatu negara.

Hans J Morgenthau dalam bukunya Politics Among Nations berpendapat:

Security Dilemma yakni dalam upayanya untuk memelihara keamanannya sendiri sebuah negara dapat mengambil langkah-langkah yang berdampak mengurangi keamanan negara lainnya dan pada gilirannya negara-negara ini akan mengambil langkah-langkah tertentu yang akan diambil oleh negara pertama.Negara pertama kemudian akan merasa terancam dan terpaksa mengambil tindakan lanjut yang dapat memprovokasi tindakan balasan negara lain dan demikian seterusnya”

Karena itulah,adalah penting bagi suatu negara untuk untuk membangun dan memelihara keseimbangan kekuatan militernya agar mereka bisa terhindar dari intimadi,paksaan dan pengunaan kekuatan militer yang sewenang-wenang oleh negara lain.

(4)

Pembahasan

2.1 Tentang Drone

( A) (B)

Salah satu contoh pesawat Drone

Gambar (A) sendiri ialah MQ-9 Reaper, sebuah UAV pengintai pemburu-pembunuh yang digunakan oleh Angkatan Bersenjata Amerika Serikat dan Angkatan Bersenjata Inggris, terutamanya di Iraq dan Afghanistan.

Sedangkan Gambar (B) ialah Pioneer Pesawat tanpa awak ini adalah hasil kolaborasi antara AAI Amerika dan Israel Aircraft Industries. Pesawat ini telah dipergunakan oleh U.S. Marine Corps, U.S. Navy dan U.S. Army sejak 1986. Pioneer bertugas melakukan pengintaian, pengawasan, pencarian target, dan mendukung penembakan angkatan laut baik pada siang hari maupun malam hari. Pesawat ini dapat diluncurkan dari kapal dengan bantuan dorongan roket atau diluncurkan dari darat dengan bantuan ketapel. Dengan panjang badan 14 kaki dan rentang sayap 17 kaki, Pioneer dapat terbang hingga ketinggian 15,000 kaki selama lima jam. Pioneer dapat mengangkut beban hingga 37 Kg dan dapat dilengkapi dengan sensor optic atau infrared dan alat pendeteksi ranjau.

Apakah sebenarnya “Drone ”itu?

(5)

juga disebut dengan Pesawat UAV (Unmadded Aerial Vehicle) atau Pesawat Nirawak (Pesawat Tanpa Awak).

Pesawat ini memiliki dua variasi utama pengendalian. Variasi pertama adalah

dikendalikan oleh pilot secara manual dari jarak jauh dengan menggunakan sistem radio kontrol. Variasi kedua adalah dikendalikan secara otomatis oleh program yang telah ditentukan sebelum terbang.Pesawat tanpa awak ini hampir mirip dengan rudal atau peluru kendali, namun tentunya tidak sama. Pesawat tanpa awak bisa digunakan kembali dan bisa mengangkat atau menjatuhkan senjata, sedangkan rudal hanya bisa digunakan sekali dan merupakan senjata itu sendiri.

Pada awalnya, pesawat tanpa awak ini berfungsi untuk pengintaian dan penyerangan. Oleh karenanya penggunaan terbesar dari pesawat tanpa awak ini adalah di bidang militer. Namun belakangan, pesawat ini juga banyak digunakan oleh sipil (non-militer) seperti pemetaan wilayah, foto/video udara, keamanan sipil, pemadam kebakaran, atau pemeriksaan jalur

pemipaan dan sebagainya. Pesawat tanpa awak ini sering digunakan untuk tugas-tugas kotor atau berbahaya apabila dilakukan oleh pesawat berawak. Dan tentunya pesawat tanpa awak dapat melakukan tugas-tugas tertentu secara efektif dan efisien jika dibandingkan dengan pesawat berawak.

2.2 Drone dengan Kepentingan Negara Amerika Serikat (AS)

Pada dasarnya,perkembangan teknologi militer dianggap suatu kebutuhan sehingga negara—negara dapat hidup berdampingan dan berhadapan satu dengan yang lainnya tanpa terintimidasi atau takluk.Negara-negara yang tidak bersenjata sangatlah jarang sangatlah jarang dalam sejarah sistem negara.Hal ini merupakan fakta penting dalam setiap sistem negara di dunia,Oleh karena itu,banyak negara juga turut serta dalam aliansi-aliansi dengan negara lain untuk meningkatkan keamanan nasionalnya.

(6)

Drone untuk kepentingan perang merupakan wahana pesawat nirawak yang digunakan dalam fase terbaru memerangi teror. Untuk dalam perkembangan teknologi militer terkini di internasional drone menjadi sesuatu yang sangat dipertimbangkansebagai teknologi yang paling akurat dalam medan pertempuran. Dengan pengendalian jarak jauh maka sering drone ini digunakan untuk pengamatan dan banyak juga yang dilengkapi dengan dengan misil sebagai alat untuk serangan udara yang mematikan.Adapun dengan semakin meluasnya penggunaan teknologi robot oleh kalangan militer hal ini mendorong semakin memperluas penggunaan dari jumlah drone sebagai sebuah satu kesatuan tentara.

Karena dengan menentukan peralatan perang yang tingkat presisi dan akurasi tinggi selain akan efisien dari sisi pendanaan, tetapi juga tepat sasaran kepada target yang dituju dengan menghindarkan korban yang tidak dikehendaki.

Tiga alasan utama drone dipandang sebagai masa depan perang adalah : 1. Drone menghilangkan resiko terhadap personil pasukan

2. Drone membuat kesalahan yang relatif kecil dibandingkan persenjataan lainnya

3. Teknologi drone akan terus dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan drone agar menjadi lebih tepat, efisien, dan sempurna untuk kepentingan di masa depan, dibandingkan dengan perang di masa lalu yang karena kekeliruan manusia cenderung kurang tepat dan efisien jika diterapkan di masa depan.

Seiring dengan berjalannya waktu,perkembangan drone juga dirasa relevan dalam memenuhi kepentingan nasional AS sendiri,beberapa alasannya antara lain :

 Ancaman-ancaman yang muncul yang bersifat majemuk akan tetap mengancam

kepentingan nasional AS,meskipun diakui bahwa sifatnya anak lebih terbatas  Prioritas keamanan AS akan tetap terfokus ke Eropa,Asia dan Timur Tengah

 Merujuk pada kekuatan negara dari Dunia Ketiga (Third World) yang semakin mengembangkan kemampuan memproduksi senjata dan kekuatan militernya.Contoh: Iran,Iraq,Israel dan Korea Utara.

 Melindungi kepentingan warga negaranya sendiri serta perlindungan aset-aset ekonomi di

luar negeri

 Mencegah timbulnya agresi yang dapat menggangu perdamaian Internasional  Mencegah proliferasi (penyebaran) teknologi persenjataan nuklir

2.3 Pelanggaran Terhadap Hukum Humaniter Internasional

(7)

Amnesty International mengeluarkan pernyataan keras tentang program pesawat tak berawak Amerika, drone, dengan mengatakan beberapa serangan dapat digolongkan sebagai kejahatan perang. Australia ikut dikecam dalam pernyataan itu karena dituding membantu memberikan informasi intelijen.Organisasi HAM itu telah menginvestigasi serangkaian serangan yang dikatakannya menewaskan orang-orang tak berdosa.Pemerintah Pakistan menyatakan, rudal-rudal yang ditembakkan dari pesawat tak berawak bertanggung-jawab atas kematian antara 400 dan 900 warga sipil.

Menurut Amerika Serikat, serangan drone telah menyelamatkan nyawa dan bahwa aksi tersebut legal, namun investigasi Amnesty menunjukkan, serangan itu menewaskan penduduk sipil dan bertentangan dengan hukum internasional.

Human Rights Watch dan Amnesti Internasional pada bulan Oktober menerbitkan dua laporan yang mengkritik keras kerahasiaan program drone Amerika Serikat, dan menyerukan penyelidikan atas kematian korban drone yang jelas-jelas tidak ada hubungannya dengan terorisme. Di Pakistan saja, TBIJ memperkirakan antara 416 hingga 951 warga sipil telah tewas akibat serangan drone AS, termasuk diantaranya 168 sampai 200 korban yang masih anak-anak.

Kritikan-kritikan atas program serangan menggunakan pesawat tak berawak AS ini umumnya memang mengakui bahwa banyak juga korban yang tewas di Pakistan kemungkinan besar adalah anggota kelompok teroris. Walau bagaimanapun, hal itu tidaklah membuat Pakistan senang. Hakimullah Mehsud, pemimpin Taliban Pakistan, yang dituduh bertanggung jawab atas kematian ratusan warga sipil, tewas karena serangan drone AS, tapi kematiannya pada bulan November itu malah mendorong gelombang kemarahan atas serangan drone AS yang telah melanggar kedaulatan nasional Pakistan.

(8)

Dalam hal ini,penggunaan Drone dianggap melanggar ketentuan hukum Internasional antara lain:

1. Protokol 1 Konvensi Jenewa tahun 1949

 Bahwa penduduk sipil dan warga perorangan harus menikmati perlindungan umum dari

bahaya-bahaya yang timbul akibat operasi militer.

 Setiap operasi militer harus dapat membedakan sasaran artinya harus dapat ditujukan

kepada sasaran militer saja.

 Pelarangan penggunaan serangan secara membabi buta

2. Resolusi PBB Nomor 2675 tahun 1970 tentang prinsip dasar perlindungan penduduk sipil dalam sengketa bersenjata

 Bahwa dalam keadaan sengketa bersenjata harus tetap memperhatikan Hak-Hak asasi

manusia

 Dalam setiap operasi militer harus selalu dibedakan antara orang yang aktif dalam perang

(combatant) dan penduduk sipil (non-combatant)

 Penduduk sipil sebisa harus terhindar dari kekejaman perang jika terjadi sengketa

bersenjata

 Penduduk sipil tidak boleh menjadi sasaran penyerangan

Kenyataannya,hal ini sangat bertolak belakang dengan tujuan penggunaan dari Drone itu sendiri.Penggunaan Drone yang awalnya ditujukan untuk menghancurkan musuh tanpa menimbulkan korban jiwa dari tentara dan tanpa menguras Sumber Daya Alam (SDA) yang berlebih harus dibayar mahal tentang penyalahgunaan dari Drone itu sendiri.Bisa dilihat dalam contoh kasus diatas bahwa penggunaan Drone sering salah sasaran,target penyerangan yang tidak jelas sehingga lebih banyak menimbulkan korban jiwa yaitu warga sipil itu sendiri.

Walaupun pada awalnya penggunaan Drone dilakukan untuk menyelesaikan tugas penyerangan dengan cepat,tetapi pada akhirnya hasil yang diharapkan tidak selalu sesuai dengan kenyataan.Jatuhnya korban warga sipil sebagai tindakan penyerangan yang salah menunjukkan bahwa Drone belum bisa sepenuhnya diandalkan dalam penggunaan operasi militer yang bersifat terorisme.

(9)

menimbulkan apa saja data yang dibutuhkan mengenai sasaran target,siapa otoritas pengambil keputusan? Bagaimana jika (operator Drone) menembak target yang salah? Siapa yang bertanggung jawab apabila terjadi kesalahan?.Hal-hal inilah yang membuat hukum tentang penggunaan Drone menjadi semakin penting.Dengan itulah diharapkan sampar 10-15 tahun lagi akan ada aturan baru yang dibuat terkait penggunaan Drone tersebut.

Bab III

Kesimpulan

(10)

Walaupun begitu,penggunaan Drone sendiri juga tidak lepas dari adanya manfaat yang diperoleh dari penggunaan teknologi ini.Dimana penggunaannya sendiri juga telah menjadi bagian dari kepentingan nasional suatu negara,khususnya dimana negara yang sudah menganggap penggunaan Drone menjadi sebuah kebutuhan yang mendesak.Dengan mengadopsi penggunaan teknologi inilah suatu negara dapat memperkuat kebutuhan teknologinya bagi itu sipil dan militer dan juga mampu menghadapi setiap ancaman nasional yang datang dari berbagai arah.Seyogyanya,penggunaan Drone dalam ranah kepentingan militer harus selalu diperhatikan oleh setiap pihak yang berkepentingan.

Daftar Pustaka

Buku

 Jackson,Robert & Georg Sorensen (2009) .Pengantar Studi Hubungan Internasional

(Dadan Suryadipura,Penerjemah). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

 Rudy,T.May (2002) .Studi Strategis Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca

Perang Dingin. Bandung: PT Refika Aditama

 Rudy,T.May (2003) . Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-Masalah

Global. Bandung: PT Refika Aditama

 Awani,Irawati ,et al (2004). Kebijakan Keamanan AS tahun 1990-an,Implikasi Terhadap

(11)

 Departemen Pertahanan Keamanan Badan Pembina Hukum ABRI (1994). Pokok-Pokok

Hukum Humaniter.Seri A1. Jakarta

Jurnal

 Sudjatmiko,Totok (2012). Analisa Perkembangan Pesawat Nirawak “Unnamed Aerial Vehicle” Sebagai Alat Kepentingan Negara di Dunia Internasional dalam Perspektif hubungan Internasional.Lembaga Penerbangan dan Antariksa internasional. 98-114  Fidi Kinanthi,Fellin (2014). Analisis Relevansi Serangan Drone Amerika Serikat dalam

Operasi Counterterrorism di Pakistan dan Afghanistan dengan Etika Perang. Universitas Airlangga. 1121-1141

 Singer W,Peter . “Digitizing The Laws of War and Other Issues of (UN) Human Rights”. 1-5

Website

 http://www.radioaustralia.net.au/indonesian diakses pada tanggal 22 Juni pukul 16.30  http://www.artileri.org/2014/01 diakses pada tanggal 22 Juni pukul 16.45

Gambar

Gambar (A) sendiri ialah MQ-9 Reaper, sebuah UAV pengintai pemburu-pembunuh yang

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Dini Indriani dengan judul Perbandi- ngan Prestasi Belajar Antara Siswa Yang Diberi Tugas Latihan Soal Secara Kelompok dengan

Bila penyajian materi pelajaran dilakukan dengan menggunakan alat peraga, maka siswa akan memperoleh tambahan informasi atau pengetahuan dari apa yang didengar,

Menentukan faktor konsentrasi tegangan pada suatu material bertakik ada beberapa cara, antara lain eksperimental dan metode elemen hingga. Secara eksperimerital

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa baik secara simultan maupun parsial iklim organisasi dan kompetensi berpengaruh

Sehingga dapat dikatakan bahwa respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan

Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik-tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar

Hubungan yang menyatakan bahwa apa yang di nyatakan dalam klausa pertama berlawanan,atau tidak sama dengan apa yang di nyatakan dalam klausa kedua.. •

bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkit- kan-Nya dari antara orang mati1. 10