• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2010:2) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar adalah proses usaha yang dilaukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Oemar (2011:27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.

Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku atau kebiasaan, baik secara jasmaniah ataupun rokhaniah secara keseluruhan yang

(2)

terjadi pada manusia yang dibentuk dari kebiasaan secara otomatis dan seterusnya.

b. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil dari suatu pencapaian yang telah dilakukan oleh seseorang baik secara individu maupun kelompok. Prestasi ini tidak akan didapatkan ataupun dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu usaha untuk mendapatkannya. Menurut Hamdani (2010:138-139) prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Menurut Arifin (2011:12) prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas yang telah dikuasai peserta didik. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Selain itu prestasi belajar dapat dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

McClelland, dkk (2010:25-26) defined the need for Achievement (n Achievement) as “success in competition with some standard of excellence. That is, the goal of some individual

(3)

standard of excellence. The individual may fail to achieve this goal, but the concern over competitionwith a standard of excellence still enables one to identify the goal sought as anachievement goal. Individuals who exhibit the need for Achievement seek to accomplish realistic but challenging goals.

McClelland, dkk (2010:25-26) mejelaskan bahwa kebutuhan prestasi didefinisikan sebagai “sukses dalam persaingan dengan beberapa keunggulan. Artinya tujuan dari beberapa individu adalah untuk menjadikannya sukses dalam hal kompetisi dengan beberapa keunggulan. Selain itu perlu adanya prestasi adalah “keinginan untuk mencapai sesuatu yang sulit, mencapai standar tinggi keberhasilan, dapat menguasai tugas-tugas kompleks, dan dapat melampaui orang lain”.

Penejelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang yang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam nilai setelah mengalami proses belajar mengajar.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Hamdani (2010:139-145) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:

(4)

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain sebagai berikut.

a) Kecerdasan (Intelegensi)

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya inteligensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya sehingga anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu, jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.

b) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis

Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. c) Sikap

Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat

(5)

dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan. Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif (menerima) kepada sesama siswa atau kepada gurunya. Sikap positif ini akan menggerakannya untuk belajar. Adapun siswa yang sikapnya negatif (menolak) kepada sesama siswa atau gurunya tidak akan mempunyai kemauan untuk belajar.

d) Minat

Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan senang. Dapat dikatakan minat itu terjadi karena perasaan senang pada sesuatu. Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap pembelajaran. Jika menyukai suatu mata pelajaran, siswa akan belajar dengan senang hati tanpa beban.

e) Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat itu sendiri

(6)

sangat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar pada bidang-bidang studi tertentu.

f) Motivasi

Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik-tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar kesuksesan belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita.

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula, dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.

2) Faktor Eksternal a) Keadaan keluarga

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat

(7)

penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.

b) Keadaan sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pembelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran, dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.

c) Lingkungan masyarakat

Lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi. Dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak karena dalam pergaulan sehari-hari, seorang anak selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa

(8)

bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar, kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.

2. Tanggung Jawab

Menurut Mustari (2014: 21) bertanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana yang seharusnya seseorang lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, (alam, sosial, budaya). Sukanto (Mustari,2014: 20) menyatakan bahwa diantara tanggung jawab yang mesti ada pada manusia adalah:

Tanggung jawab kepada Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan kehidupan dengan cara takut kepada-Nya, bersyukur, dan memohon petunjuk. Semua manusia bertanggung jawab kepada Tuhan Pencipta Alam Semesta. Tidak ada seorangpun manusia yang lepas bebas dari tanggung jawab, kecuali orang gila atau anak–anak.

1. Tanggung jawab untuk membela diri dari ancaman, siksaan, penindasan, dan perlakuan kejam dari manapun datangnya.

2. Tanggung jawab diri dari kerakusan ekonomi yang berlebihan dalam mencari nafkah, ataupun sebaliknya, dan bersifat kekurangan ekonomi.

3. Tanggung jawab terhadap anak, suami atau istri atau keluarga. 4. Tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar.

(9)

5. Tanggung jawab berpikir, tidak perlu mesti meniru orang lain dan menyetujui pendapat umum atau patuh secara membuat terhadap nilai–nilai tradisi, menyaring segala informasi untuk dipilih, mana yang berguna dan manakah yang merugikan kita.

6. Tanggung jawab dalam memelihara hidup dan kehidupan, termasuk kelestarian lingkungan hidup dari berbagai bentuk pencemaran.

Rasa tanggung jawab harus dipupuk siswa sedari dini, melalui rasa tanggung jawab siswa akan lebih mudah dalam menjalani kehidupan, serta akan lebih memahami hidup yang siswa jalani dengan lebih baik terutama kehidupan sebagai warga negara. Menurut Daryanto (2013: 142-143) tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Indikator perilaku tanggung jawab di sekolah :

1. Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tulisan.

2. Melakukan tugas tanpa disuruh.

3. Menunjukan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat.

4. Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas Indikator perilaku tanggung jawab di kelas:

(10)

1. Pelaksanaan tugas piket secara teratur. 2. Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah. 3. Mengajukan usul pemecahan masalah.

Berdasarkan pengertian yang telah dijabarkan di atas maka tanggung jawab adalah tentang perilaku seorang individu dalam menjalankan tugas serta kewajibannya baik terhadap Tuhan, keluarga, teman maupun lingkungan sosial. Penelitian ini membatasi indikator yang akan dilakukan observasi pada indikator sekolah dengan dibuat poin-poin sebagai berikut:

1. Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tulisan:

a. Mencatat penjelasan guru dibuku tulis

b. Siswa mencatat materi yang ditulis di papan tulis 2. Melakukan tugas tanpa disuruh.

a. Mengerjakan tugas yang diberikan guru

b. Mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru

3. Menunjukan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat.

a. Mengajukan pendapat saat proses pembelajaran

b. Menjawab pertanyaan saat guru melakukan sesi tanya jawab 4. Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas.

(11)

b. Siswa secara mandiri mengerjakan tugas individu yang diberikan guru

3. Kajian tentang Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan salah satu mata pelajaran yang wajib dimuat pada kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Menurut Zamroni (Taniredja, 2009: 2) pendidikan kewarganegaraan ialah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak–hak masyarakat.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan yang mengarahkan setiap warga negara untuk terus menanamkan nilai–nilai pancasila serta memahami akan pentingnya hak serta kewajiban sebagai warga negara, hal ini bertujuan agar kelak para generasi penerus bangsa tidak melupakan jati diri bangsa Indonesia serta mampu bertangggung jawab serta mampu berperan aktif dalam kehidupan di masyarakat. Pentingnya pendidikan kewarganegaraan harus dapat ditanamkan sedari dini terutama dilingkungan sekolah

(12)

melalui penanaman sikap baik saat pembelajaran maupun kegiatan sekolah lainnya.

b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Suatu pembelajaran memiliki tujuan yang akan dicapai,tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan terdapat dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang standarisi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Tujuannya adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta meningkatkan kualitas dirinya sebagai manusia.

2) Meningkatkan kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela Negara, penghargaan terhadap hak–hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, kelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggungjawab sosial, ketaatan kepada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme.

Dari tujuan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan kewarganegaraan ialah untuk dapat menumbuhkan akan nilai–nilai karakter bangsa yang terkandung dalam pancasila dan undang–undang serta membawa para generasi penerus bangsa agar

(13)

lebih mencintai bangsa Indonesia, menyadarkan generasi muda akan pentingnya hak serta kewajiban sebagai warga negara agar kelak dapat turut serta dalam pembangunan negara sehingga bangsa Indonesia dapat menjadi negara maju. Tujuan pendidikan kewarganegaraan dapat dicapai melalui pendidikan yang diterima peserta didik di sekolah maupun di rumah dengan mengamalkan nilai-nilai pancasila juga senantiasa mengaplikasikan pembelajaran yang siswa terima di sekolah ke dalam kehidupan sehari-hari.

4. VCT (Value Clarification Technique) dalam pembelajaran PKn a. Hakikat VCT dalam proses pembelajaran

Model pembelajaran sangatlah bervariatif namun tidak semuanya dapat digunakan dalam setiap mata pelajaran. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan menggunakan model pembelajaran VCT (Value Clarification Technique).

1) Hakikat VCT

Menurut Sanjaya (2010: 283) Teknik mengklarifikasi nilai atau VCT (Value Clarification Technique) adalah tekhnik pembelajaran yang membantu peserta didik untuk mencari dan mementukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. Menurut Djahiri (1985:40) VCT (Value Clarification Technique) merupakan tekhnik pengungkapan nilai/sikap/moral serta

(14)

merupakan strategi belajar mengajar yang terdiri dari sejumlah pilihan metode.

Berdasarkan beberapa bendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa VCT ialah model pembelajaran dengan membuat siswa mencari nilai menurut hakekat kebenaran yang sesuai dengan hati nurani masing-masing siswa. VCT sendiri berasal dari Value Education (pendidikan nilai) yang sangat penting diterapkan di sekolah, hal ini diutarakan oleh Jarolimek (1981: 355) :

“Value education must be an essential component of the school programe because (a) one’s value orientation is basic to choice making and decision making; (b) harmonious social life requires commitent to a common core set of values shared by individuals in society; and (c) the behavior of individuals is ultimately determined not only by what they know but perhaps more importantly by what they belive”.

Jarolimek mengutarakan bahwa pendidikan nilai menjadi komponen penting dalam program sekolah karena (a) suatu orientasi nilai merupakan dasar untuk membuat pilihan dan membuat keputusan; (b) kehidupan sosial yang harmonis membutuhkan komitmen untuk pembiasaan inti nilai individu dalam masyarakat; (c) sikap individu dipengaruhi tidak hanya dari apa yang siswa tahu tetapi lebih penting dari apa yang mereka percayai.

Berdasarkan pendapat yang diutarakan oleh Jarolimek tersebut maka dapat kita ketahui bahwa pendidikan nilai sangat

(15)

berperan untuk meningkatkan kesadaran siswa akan pentingnya nilai-nilai yang ada dalam diri. Sehingga diharapkan siswa akan lebih mudah memahami pembelajaran PKn dan dibantu juga dengan penggunaan model pembelajaran VCT. Hal ini juga didukung oleh pendapat dari Djahiri (1985: 40) Strategi ini sengaja digali sejak 1976/1977 karena sadar bahwa membina sikap/nilai/moral memerlukan upaya khusus dan agak berbeda dengan pembinaan pengetahuan/kognitif. 2) Tujuan VCT

Menurut Sanjaya (2010: 284) VCT sebagai suatu model dalam strategi pembelajaran model VCT bertujuan: a) Untuk mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa

tentang suatu nilai;

b) Membina kesadaran siswa tentang nilai–nilai yang dimilikinya baik tingkatannya maupun sifatnya (positif dan negatifnya) untuk kemudian dibina ke arah peningkatan dan pembetulannya;

c) Untuk menanamkan nilai–nilai tertentu kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik siswa; d) Melatih siswa bagaimana cara menilai, menerima, serta

mengambil keputusan terhadap sesuatu persoalan dalam hubungannya dengan kehidupan sehari–hari di masyarakat.

(16)

Disimpulkan bahwa tujuan dari model pembelajaran VCT ialah agar dapat meningkatkan kesadaran peserta didik mengenai nilai–nilai sosial yang ada dalam kehidupan bermasyarakat dengan cara membentuk kepekaan dengan cara yang rasional sehingga siswa dapat mengabil keputusan terhadap persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari– hari. Dengan model pembelajaran VCT Draft/Matrik dapat membuat siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajari terutama pada pembelajaran PKn materi Globalisasi.

b. Model Pembelajaran VCT tipe Draft/Matrik

Menurut Djahiri (1985: 65) Model VCT dengan draft/matrik dinamakan demikian karena instrumen utamanya ialah matrik/daftar. Jenis VCT semacam ini meliputi:

1) Daftar Baik Buruk 2) Daftar Tingkat Urutan 3) Daftar Skala Prioritas

4) Daftar Gejala Kontinum (=yang terus menerus) 5) Daftar Penilaian Diri Sendiri

6) Daftar Membaca Pikiran Orang Lain tentang Diri Kita

Proses belajar mengajar atau KBM dari VCT jenis ini secara umum sebagai berikut:

1) Fase Persiapan: Instrumen yang akan digunakan sudah kita siapkan berikut butir–butir yang akan di VCT-kan (minimal

(17)

butir contoh apabila butir–butir inipun akan digali bersama siswa–sebaliknya). Sebagaimana berulang kali peneliti nyatakan, butir–butir ini berupa hal/keadaan/perbuatan sehari– hari yang merupakan gubahan atau penerapan butir materi pelajaran atau target nilai yang akan kita ajarkan.

2) Fase PBM atau KBM: (diawali dengan penjelasan seperlunya) a) Daftar/stimulus disampaikan baik secara individual

(stensil) maupun klasikal dengan ditulis di papan tulis b) Pengisian butir–butir yang bertautan dengan tema/ topik

tersebut (bila digali bersama siswa)

c) Pengisian jawaban oleh siswa secara individual dan disusul oleh pengisian jawaban kelompok (dimana siswa belajar menilai pendapat orang lain dan pendapatnya sendiri!)

d) Penyampaian hasil kerja sub 2 dan 3 yang oleh guru direkam/ditulis di papan tulis (belum ada penilaian/komentar)

e) Mencari klarifikasi, argumentasi jawaban baik individual kelompok maupun klasikal (peran guru untuk memperjelas dan memanipulasi sangat tinggi/penting) f) Pengambilan kesimpulan (bersama) dan pengarahan guru

(18)

3) Tindak Lanjut:

a) Remedi/perbaikan bagi yang kurang pengayaan bagi yang sudah baik.

b) Latihan/pemantapan

Dalam menerapkan model pembelajaran VCT harus menyesuaikan dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung di dalam kelas yang akan dilakukan penelitian.

5. Pembelajaran Langsung

Dalam penelitian ini proses pembelajaran dilaksanakan di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam pembagiannya kelas eksperimen menggunakan model VCT dengan draft/matrik, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran langsung. Pembelajaran langsung direct instruction dikenal dengan sebutan active learning. Pembelajaran langsung juga dinamakan whole-class teaching. Penyebutan itu mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam menyampaikan isi pengajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas (Suprijono, 2013: 46).

Menurut Arends (Trianto, 2012: 41), model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur

(19)

dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung ditujukan pula untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.

Pembelajaran langsung dalam penelitian ini dilakukan pada kelompok kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah, demonstrasi, serta kerja kelompok. Langkah-langkah pembelajaran antara lain guru harus menyebutkan tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan yang akan diberikan oleh guru.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan model VCT diantaranya penelitian yang dilakukan oleh I Dewa Made Arta Putra, Ign.I Wyn. Suwatra, Desak Pt. Parmiti pada tahun 2014 yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Value Clarification Tehnique (VCT) Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V” dengan jenis penelitian eksperimen didapatkan perolehan data rata–rata hasil belajar PKn kelompok eksperimen adalah 23,95, sedangkan dari rata–rata hasil belajar PKn kelompok kontrol yaitu 14,26. Dari hasil analisis data, diperoleh thitung = 9,06 lebih besar daripada ttabel (pada taraf signifikansi 5%) = 2,000, sehingga hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti

(20)

pembelajaran dengan model pembelajaran Value Clarification Technique dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional

Penelitian lain yang dilakukan oleh Nyoman Wirya, I putu Eka Pratama Putra, dan Made Sulastri pada tahun 2014 yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Value Clarification Technique terhadap Hasil Belajar Pkn Kelas V” dengan jenis penelitian eksperimen diperoleh hasil analisis data, yakni: (1) hasil belajar PKn siswa kelompok eksperimen dengan M = 23,43 tergolong kriteria sangat tinggi, (2) hasil belajar PKn siswa kelompok kontrol dengan M = 18,67 tergolong tinggi, (3) thit = 15,45 dan ttab = 2,021 pada taraf signifikansi 5%, yang berarti thit > ttab, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V di SD Negeri Desa Kalibukbuk Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran VCT efektif meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian yang akan dilakukan memiliki perbedaan dengan penilitian relevan yang telah disampaikan, dalam penelitian akan akan dilakukan oleh peneliti model VCT yang akan digunakan lebih dispesifikan ke VCT draft/matrik. Hal ini bertujuan agar penelitian ini dapat memberikan pengaruh terhadap prestasi serta tanggung jawab pada siswa kelas IV SD N 1 Gandasuli

(21)

C. Kerangka Pikir

Model pembelajaran VCT draft/matrik merupakan model pembelajaran yang menekankan perasaan serta emosi yang dimiliki siswa sehingga membantu siswa dalam menilai pembelajaran sesuai dengan hati nuraninya. Model pembelajaran VCT draft/matrik diharapkan siswa tidak hanya akan mampu meningkatkan hasil belajaranya secara kognitif namun juga siswa dapat lebih memahami pembelajaran dengan lebih baik. Peneliti berasumsi bahwa model ini cocok untuk diterapkan di dalam pembelajaran PKn terutama untuk mengembangkan aspek pengetahuan dan sikap tanggung jawab siswa.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berfikir diatas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh model pembelajaran VCT Draft/Matrik terhadap prestasi belajar pada materi PKn di kelas IV SD N 1 Gandasuli.

2. Terdapat pengaruh model pembelajaran VCT Draft/Matrik terhadap tanggung jawab siswa pada materi PKn di kelas IV SD N 1 Gandasuli.

Referensi

Dokumen terkait

Soal untuk tes setelah pembelajaran menggunakan moodle di validasi oleh dua validator, validator terdiri dari seorang dari dosen unesa dan seorang lagi dari guru SMKN 1

kelengkapan pengisian pendokumentasian yang benar formulir persetujuan tindakan kedokteran kasus bedah mayor di RSUD Ambarawa Periode Bulan Maret Tahun

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui umur simpan dan kelayakan bisnis biskuit MP- ASI berbasis tepung komposit (tepung gandum dan gembili) dengan penambahan protein

Pengujian terhadap sistem E-Healthcare untuk mendiagnosa penyakit Inflamasi Dermatitis Imun pada anak dilakukan untuk memastikan bahwa sistem telah dapat

SMA Al- Ulum Medan adalah sekolah swasta yang memberikan pendidikan bagi masyarakat umum, di bawah naungan Yayasan Pembangunan dan Pendidikan Al-Djihad.. Seperti sekolah

Untuk membuat link ke bagian tertentu document lain anda bisa gunakan anchor name di document yang menjadi tujuan

Setelah barang yang Anda pesan jadi / selesai kami buat, maka akan kami kirimkan foto barang pesanan Anda tersebut via bbm/whatsapp/line/email sebelum barang

Tujuannya adalah melihat secara komprehensif strategi kampanye komunikasi ASI Eksklusif yang dilakukan oleh AIMI Jateng dikota Semarang.. Penelitian ini menggunakan