• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) dan Zink (Zn) Pada Air Sumur Warga di Sekitar TPA Sampah Namo Bintang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) dan Zink (Zn) Pada Air Sumur Warga di Sekitar TPA Sampah Namo Bintang"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 1. Kandungan Logam Besi (Fe) dalam Sampel Air Sumur

No. Kode Sampel Kandungan Logam Fe (mg/L)

1. SU 0,7172 ± 0,0008

2. SS 0,5186 ± 0,0008

3. SB 0,4093 ± 0,0008

4. ST 0,3245 ± 0,0008

Lampiran 2. Kandungan Logam Zink (Zn) dalam Sampel Air Sumur

No. Kode Sampel Kandungan Logam Cu (mg/L)

1. SU 0,6185 ± 0,0009

2. SS 0,3201 ± 0,0002

3. SB 0,1430 ± 0,0008

4. ST 0,1354 ± 0,0001

Lampiran 3. Kondisi Alat Spektrofotometer AA-7000 pada Absorbansi Fe

No. Parameter Spesifikasi

1 Comment Flame

2 Panjang Gelombang (nm) 248,3

3 Lebar Celah (nm) 0,2

4 Ketinggian Burner (mm) 7,0

5 Tipe Nyala Udara – C2H2

6 Kecepatan aliran Gas Pembakar (L/min) 2,2

(3)

No. Parameter Spesifikasi

1 Comment Flame

2 Panjang Gelombang (nm) 213,9

3 Lebar Celah (nm) 0,7

4 Ketinggian Burner (mm) 7,0

5 Tipe Nyala Asitilen – udara

6 Kecepatan aliran Gas Pembakar (L/min) 2,0

7 Kecepatan aliran udara (L/min) 15,0

Lampiran 5. Spektrofotometer Serapan Atom Merk Shimadzu Tipe AA-7000

(4)

No Jenis Parameter Satuan

Kadar Maksimum yang diperbolehkan 1 Parameter yang berhubungan langsung

dengan kesehatan

a. Parameter Mikrobiologi

1. E. Coli Jumlah per 100

ml sampel

0

2. Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 ml sampel

(5)

9. Tembaga mg/L 2

10. Amonia mg/L 1,5

Lampiran 7. TPA Sampah Namo Bintang

(6)

Lampiran 9. Air Sumur sebelah Selatan

(7)
(8)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit Andi

Almatsier, R. 1989. Analisis Pangan. Bogor : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Pangan Dan Gizi

Atkins, D. 2007. Seri Diet Korektif. Jakarta : PT. Alex Media Komputindo

Atmaningsih. 2007. Pemeriksaan Kadar Besi (Fe) Dalam Air Sumur, Air PDAM, Dan Air Instalasi Migas Di Desa Kampung Baru Cepu Secara Spektrofotometer. Jurnal Kimia Dan Teknologi. ISSN 0216-163X

Ashar, T. 2007. Analisis Resiko Asupan Mangan Melalui Air Minum Terhadap Kesehatan Masyarakat Di Sekitar Kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Rawa Kucing Kecamatan Tangerang Provinsi Banten. Depok : Universitas Indonesia

Azwar, A. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : PT. Mutiara Sumber widya

Biswajit, R. 2001. Water Quality And Corrosivity Of Ground Water Of North westernpart of Bankura discrict, West Bengal

Darmono,1995.Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta :UI-Press Day, R. A. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. EdisiKeenam. Jakarta : Penerbit

Erlangga

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Penerbi tKonisius

Fatta, D. 1999. A Study Landfill Leachate And Its Impact On The Groundwater Quality Of The Greater Area. Environ : Geochem

Kennedy, J. H. 1984. Analytical Chemistry Principles. Second Edition. New York : Saunders College Publishing

Kusnaedi, H. 2010. Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta : Penebar Swadaya

(9)

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Saarela, J. 2003. Pilot Investigations Of Surface Parts Of Three Closed Landfills And Factor Fecting Them Eenviron. Monit Asses

Sembel, D.T. 2015. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta : Andi

Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian. Yogyakarta: Liberti

Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Suhartini, 2008. Pengaruh Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Piyungan Terhadap Kualitas Air Sumur Penduduk Disekitarnya. Yogyakarta : Universitas Yogyakarta

Suriawiria, U. 1996. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Air Buangan Secara Biologis. Bandung : . Penerbit Alumni

Sutrisno, C. 2004. TeknologiPenyediaan Air Bersih.CetakanKelima.Jakarta: RinekaCipta

Slamet, J. S. 1994. KesehatanLingkungan.Yogyakarta :GadjahMada Universitaspress

Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro. Edisi Kelima. Jakarta : PT Kalman Media Pusaka

Tebbut, T. H. Y. 1992. Principles Of Water Quality Control. Fourth Edition. Pergamon Press Oxford

(10)

BAB 3

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Alat Penelitian

- Spektrofotometer Serapan Atom Shimadzu AA-7000

- Neraca Analitk Shimadzu ATX 224

- Hot plate Fisher

- Labu ukur Pyrex

- Corong Pyrex

- Beaker Glass Pyrex

- Pipet Volume Pyrex

- Maat Pipet Pyrex

- Kertas saring Whatman No.42

- Indikator pH Universal E. Merck

3.2 Bahan Penelitian

- Larutan standar Zn 1000 mg/L p.a (E.Merck) - Larutan standar Fe 1000 mg/L p.a (E.Merck) - Sampel air Sumur Warga

- HNO3 p.a (E.Merck)

- H2SO4 p.a. (E. Merck)

- FeSO4.7H2O p.a. (E. Merck)

- KMnO4 0,1 N p.a. (E, Merck)

- ZnSO4.7H2O p.a. (E. Merck)

(11)

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Pengambilan Sampel

Sampel diambil dari beberapa air sumur warga yang terletak dari empat arah yang berbeda Tempat pembuangan akhir sampah Namo bintang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara diambil langsung dari air sumur warga dan dimasukkan kedalam botol bersih dan langsung diukur pH nya kemudian diawetkan dengan menambahkan 5 mL HNO3(p) dan ditutup rapat. Kemudian penentuan logam ditentukan dengan menggunakan alat spektrofotometri serapan atom dengan panjang gelombang masing–masing logam.

3.3.2 Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe)

3.3.2.1 Pembuatan Larutan Blanko

Sebanyak 50 mL akuades ditambahkan dengan 5 mL HNO3 pekat kemudian

dipanaskan sampai setengah volume awal kemudian disaring kedalam labu takar 50 mL dan diencerkan sampai garis tanda dan dihomogenkan.

3.3.2.2 Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 1000 mg/L

Sebanyak 4,9643 g FeSO4.7H2O dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah

berisi campuran H2SO4, diaduk hingga seluruh kristal larut sempurna, kemudian

(12)

3.3.2.4 Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 100 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Fe 1000 mg/L dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, ditambahkan akuades higga garis tanda dan kemudian dihomogenkan.

3.3.2.5 Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 10 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Fe 100 mg/L dan dimasukkan kedalam labu takar 100 mL, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan kemudian dihomogenkan.

3.3.2.6 Pembuatan Larutan Seri Standar Fe 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mg/L

Dipipet masing-masing sebanyak 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; dan 5,0 mL larutan standar Fe 10 mg/Ldan dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan kemudian dihomogenkan.

3.3.2.7 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fe

(13)

3.3.3 Penentuan Kadar Logam Seng (Zn) dengan SSA

3.3.3.1 Pembuatan Larutan Blanko

Sebanyak 50 mL akuades ditambahkan dengan 5 mL HNO3 pekat kemudian

dipanaskan sampai setengah volume awal kemudian disaring sampai ke dalam labu takar 50 mL dan diencerkan sampai garis tanda dan kemudian dihomogenkan.

3.3.3.2 Pembuatan Larutan Standar Zn 1000 mg/L

Sebanyak 4,3953 g ZnSO4. 7H2O dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah berisi akuades dan diaduk hingga seluruh kristal larut sempurna, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 1000 mL, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan kemudian dihomogenkan.

3.3.3.3 Pembuatan Larutan Standar Seng (Zn) 100 mg/L

Larutan standar Seng (Zn) 1000 ppm dipipet sebanyak 10 mL, lalu dimasukkan kedalam labu takar 100 mL kemudian diencerkan dengan aquadest sampai garis batas dan dihomogenkan.

3.4.3.4 Pembuatan Larutan Standar Seng (Zn) 10 mg/L

(14)

3.3.3.5 Pembuatan Larutan Seri Standar Zn 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mg/L

Larutan standar Seng (Zn) 1 ppm berturut-turut dipipet 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; dan 5,0 lalu masing-masing dimasukkan kedalam labu takar 100 mL kemudian diencerkan dengan aquadest sampai garis batas dan dihomogenkan.

3.3.3.6 Pembuatan Kurva Kalibrasi Standar Seng (Zn)

(15)

3.4 Bagan Penelitian

3.4.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi (Fe)

Larutan Blanko Besi (Fe) 0,00 mg/L

Dibuat pada pH ≈ 3

Ditentukan absorbansinya pda

λ = 248,3 nm dengan menggunakan Spektrofotometer Atom

Hasil

Catatan: Dilakukan perlakuan yang sama untuk larutan seri standar logam Besi (Fe) 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1,0 mg/L.

3.4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Zink (Zn)

Larutan Blanko Seng (Zn) 0,00 mg/L

Hasil

Ditentukan absorbansinya pada

λ = 231,9 nm dengan menggunakan Spektrofotometer Atom

Dibuat pada pH ≈ 3

(16)

3.4.3 Preparasi dan Penentuan Kadar Besi (Fe) pada Sampel

(SNI 06-6989.4:2009)

100 mL Sampel Air Baku

Dimasukkan kedalam beaker glass 250 mL

Ditambahkan 5mL HNO3(p)

Dipanaskan perlahan diatas hotplate hingga sisa volume 15 mL

Ditambahkan 50 mL akuades

Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL melalui kertas saring

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk sampai homogen

Diukur absorbansinya dengan SSA pada λ = 248,3 nm

(17)

3.4.4 Preparasi dan Penentuan Kadar Seng (Zn) pada Sampel

(SNI 6989.7:2009)

100 mL Sampel Air Baku

Dimasukkan kedalam beaker glass 250 mL

Ditambahkan 5mL HNO3(p)

Dipanaskan perlahan diatas hotplate hingga sisa volume 15 mL

Ditambahkan 50 mL akuades

Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL melalui kertas saring

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk sampai homogen

Diukur absorbansinya dengan SSA pada λ = 213,9 nm

(18)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Logam Besi (Fe)

Data hasil pengukuran absorbansi Logam Besi (Fe) pada air sumur Warga dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini :

Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Logam Fe pada Air sumur warga denganmetode SSA pada λspesifik = 248,3 nm

No. Kode Sampel Absorbansi

A1 A2 A3 �̅

1 SU 0,0583 0,0578 0,0573 0,0578

2 SS 0,0452 0,0460 0,0464 0,0458

3 SB 0,0231 0,0238 0,0230 0,0233

4 ST 0,0319 0,0321 0,0325 0,0321

Keterangan:

(19)

4.1.1.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi Dengan Metode Kurva

Kalibrasi Untuk Larutan Standar Logam Besi (Fe)

Data Absorbansi Larutan Seri Standar Logam Besi Fe dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2. Data Absorbansi Larutan Seri Standar Logam Besi (Fe) No Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-Rata(Ā)

Data absorbansi yang diperoleh untuk suatu larutan seri standar Fe diplotkan terhadap berbagai konsentrasi larutan standar yaitu pada pengukuran 0,0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 sehingga diperoleh kurva kalibrasi yang berupa garis linear pada gambar 4.1. di bawah ini :

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standar Logam Besi (Fe) y = 0,0798x + 0,0002

(20)

Persamaan garis regresi ini diturunkan dengan metode Least Square, dimana konsentrasi larutan standar dinyatakan sebagai Xi dan absorbansi dinyatakan sebagai Yi dengan data pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.3. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi Larutan Seri Standar Logam Besi (Fe) :

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis : �=��+�

(21)

4.1.1.2 Penentuan Koefisian Korelasi

Koefisien Korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

�= ∑(�� − ��)(�� − ��) �∑(�� − ��)2(�� − ��)2 =

0,05584

�(0,70)(0,00446)= 0,9994

4.1.1.3 Penentuan Kandungan Logam Besi (Fe)

Kandungan logam besi (Fe) dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi dengan mensubstitusi nilai absorbansi yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap persamaan garis regresi kurva kalibrasi.

4.1.1.3.1 Penentuan Kandungan Logam Besi (Fe) pada Air Sumur Warga

dalam mg/L

Dari data pengukuran absorbansi logam besi (Fe) untuk sampel air sumur warga diperoleh absorbansi sebagai berikut :

A1 = 0,0583 A2 = 0,0578 A3 = 0,0573

Dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) ke persamaan garis regresi : �= 0,0798�+ 0,0002

Dengan derajat pengenceran = 1, makan diperoleh konsentrasi Fe total yaitu : X1 = 0,7280

(22)

��= ∑ ��

� = 0,7217 (X1−X�)2 = 0,00003969 (X2−X�)2 = 0,00000001

(X3−X�)2 = 0, 00003844

∑(�� − ��)2 = 0,00002605

maka S = �∑(Xi−X�)

2

n−1 =�

0,00002605

3−1 = 0,003609

didapat Sx =

S √n=

0,003609

√3 = 0,002083

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3, dengan derajat kebebasan (dk) = n - 1 = 2 untuk derajat kepercayaan 95 % (p - 0,05), t = 4,30 maka :

� =��0,05 � (� −1)��

� = 4,30 (0,05 � 2)0,002083 = 0,0009

Sehingga diperoleh hasil pengukuran kandungan Logam Besi (Fe) dalam air Sumur Warga adalah sebesar:

0,7217 ± 0,0009 mg/L

(23)

4.1.2 Logam Zink (Zn)

Data hasil pengukuran absorbansi Logam Zink (Zn) pada air Sumur warga yang terletak di sekitar TPA Sampah Namo Bintang dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini :

Tabel 4.4. Data Hasil Pengukuran Absorbansi logam Zn pada Air Sumur Warga dengan metode SSA pada λspesifik = 213,9 nm

No. Kode Sampel Absorbansi

A1 A2 A3 �̅

1 SU 0,5045 0,5039 0,5036 0,5040

2 SS 0,2122 0,2029 0,2138 0,2096

3 SB 0,1128 0,1142 0,1120 0,1130

4 ST 0,1002 0,1008 0,1006 0,1005

Keterangan :

(24)

4.1.2.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi Dengan Metode Kurva

Kalibrasi Untuk Larutan Standar Logam Zink (Zn)

Data Absorbansi Larutan Seri Standar Logam Besi Fe dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.5. Data Absorbansi Larutan Seri Standar Logam Besi (Fe) No Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-Rata(Ā)

Data absorbansi yang diperoleh untuk suatu larutan seri standar Zn diplotkan terhadap berbagai konsentrasi larutan standar yaitu pada pengukuran 0,0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 sehingga diperoleh kurva kalibrasi yang berupa garis linear pada gambar 4.2. dibawah ini :

(25)

Persamaan garis regresi ini diturunkan dengan metode Least Square, dimana konsentrasi larutan standar dinyatakan sebagai Xi dan absorbansi dinyatakan sebagai Yi dengan data pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.6. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi Larutan Seri Standar Logam Zink (Zn) : Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis : �=��+�

Maka diperoleh Persamaan Garis Regeresi berikut :

(26)

4.1.2.2 Penentuan Koefisian Korelasi

Koefisien Korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

�= ∑(�� − ��)(�� − ��) �∑(�� − ��)2(�� − ��)2 =

0,40427

�(0,70)(0,234551)= 0,9977

4.1.2.3 Penentuan Kandungan Logam Zink (Zn)

Kandungan logam Zn dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi dengan mensubstitusi nilai absorbansi yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap persamaan garis regresi kurva kalibrasi.

4.1.2.3.1 Penentuan Kandungan Logam Zink (Zn) Pada Air Sumur warga

dalam mg/L

Dari data pengukuran absorbansi logam zink (zn) untuk sampel air sumur rumah warga diperoleh absorbansi sebagai berikut:

A1 = 0,5045 A2 = 0,5039 A3 = 0,5036

Dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) ke persamaan garis regresi: �= 0,5775�+ 0,0177

Dengan derajat pengenceran = 1, maka diperoleh konsentrasi Zn total yaitu: X1 = 0,6194

(27)

��= ∑ ��

� = 0,6185 (X1−X�)2 = 0,00000081

(X2−X�)2 = 0,00000025

(X3−X�)2 = 0,00000009

�(�� − ��)2 = 0,00000383

maka S = �∑(Xi−X�)

2

n−1 =�

0,00000383

3−1 = 0,00043

didapat Sx =

S √n=

0,00043

√3 = 0,0002

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3, dengan derajat kebebasan (dk) = n - 1 = 2 untuk derajat kepercayaan 95 % (p - 0,05), t = 4,30 maka :

� =��0,05 � (� −1)��

� = 4,30 (0,05 � 2)0,0002 = 0,0009

Sehingga diperoleh hasil pengukuran kandungan Zink dalam air sumur warga sekitar daerah TPA Namo Bintang sebesar:

0,6185 ± 0,0009 mg/L

(28)

4.2Pembahasan

TPA Namo Bintang merupakan salah satu TPA milik Pemerintah Kota Medan yang terletak dikelurahan Namo Bintang kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Luas Areal TPA adalah 176.392 m2. TPA yang mulai dioperasikan pada Tanggal 5 Juli 1987 berjarak 15 Km dari Pusat Kota Medan. Pemusnahan Sampah dikelola dengan metode Open Dumping dimana sampah masuk ke areal TPA dibiarkan menumpuk dan terbuka diatas tanah. TPA Namo Bintang tidak memiliki fasilitas saluran Penampungan dan kolam pengolahan air lindi, pengolahan air tinja dan inisiator. Fasilitas yang ada adalah Kantor dan Pos Jaga.

Disekeliling TPA ditanam tanaman sebagai pagar TPA. Pemukimn warga juga tidak jauh dari TPA yaitu berkisar 500 m dari jarak TPA. Jenis sampah yang dibuang TPA bermacam-macam mulai dari plastik, kaca, baterai bekas, sayuran dan juga kertas. Sampah - sampah yang ditumpuk tersebut kemudian akan mengalami dekomposisi (penguraian) yang berbentuk cair yang disebut air lindi. Air lindi mengandung berbagai senyawa, baik senyawa organik maupun senyawa anorganik. Air lindi ini dapat mencemari air tanah dengan cara masuk kedalam tanah.

Dari hasil penelitian ini diperoleh kadar logam Besi (Fe) dan Zink (Zn) dari masing-masing lokasi dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini :

Tabel 4.7. Data Hasil Penelitian Logam Besi (Fe) dan Zink (Zn) Lokasi Kadar Logam Besi (Fe)

(29)

Sedangkan jika dilihat dari Permenkes No. 492/MENKES/IV/2010 untuk air minum nilai Logam Besi (Fe) telah melampaui ambang batas yaitu 0,3 mg/L. Logam Besi Memang sangat diperlukan dalam tubuh namun apabila logam tersebut telah melampaui batas maka akan merusak tubuh. Kadar besi (Fe) pada air minum yang lebih besar dari 0,3 mg/l, dapat menyebabkan efek-efek yang merugikan seperti mengotori bak yang terbuat dari seng dan mengotori wastafel serta kloset. Konsumsi Fe dalam dosis tinggi bisa menyebabkan toksisitas, dan menyebabkan kematian pada anak-anak berusia kurang dari 6 tahun. Toksisitas ditandai dengan gejala muntah disertai dengan darah.

(30)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Kadar Logam yang terdapat pada air sumur warga mulai dari daerah Utara (Desa Namo Sampir) yaitu 0,7217 mg/L, Selatan (Desa Durin Tonggal) 0,5186 mg/L, Barat (Desa Namo Bintang) 0,4093 mg/L, Timur (Desa Baru) 0,3245 mg/L Semenrata untuk kadar logam Zn yang diperoleh mulai dari daerah Utara (Desa Namo Sampir) 0,6185 mg/L, Selatan (Desa Durin Tonggal) 0,3201 mg/L, Barat (Desa Namo Bintang) 0,1430 mg/L dan Timur (Desa Baru) 0,1354 mg/L.

Kadar Logam Besi (Fe) yang terdapat dalam sampel telah melewati nilai ambang batas atau tidak memenuhi Persyaratan Kualiatas air minum menurut perturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/per/IV/2010 yaitu sebesar 0,3 mg/L Sedangkan untuk kadar logam Zink (Zn) masih memenuhi persyaratan kualiats air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 yaitu sebesar 3 mg/L.

5.2 Saran

(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TPA Namo Bintang

Tempat pembuangan akhir (TPA) Namo Bintang telah beroperasi sejak tahun 1987. Pengelolaan sampah di TPA ini masih menggunakan sistem pembuangan terbuka (open dumping). Timbunan sampah padat dan kurangnya sanitasi menyebabkan polusi lingkungan dan terancamnya komunitas masyarakat yang tinggal di sekitar TPA. TPA Namo Bintang yang memiliki luas lebih kurang 14 hektar tidak memiliki sarana saluran dan kolam penampungan air lindi. Air lindi yang dihasilkan dari biodegradasi sampah yang ditumpuk di lahan TPA berpotensi untuk mengkontaminasi air tanah disekitar kawasan TPA. Sebagian besar masyarakat menggunakan air sumur sebagai air bersih dan juga sebagai air minum (Ashar, 2015).

(32)

Regulasi di Indonesia tidak mengeluarkan pedoman mengenai pengoperasiaan TPA yang menggunakan metode open dumping, namun justru berdasarkan UU No.18 tahun 2008 tentang pengelolaan persampahan dinyatakan bahwa TPA yang beroperasi dengan sistem open dumping harus sudah ditutup paling lama lima tahun setelah undang–undang ini di berlakukan. Oleh sebab itu, pada tahun 2013 pemerintah kota medan wajib tidak mengoperasikan TPA Namo Bintang. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) No.03 3241 1994 tentang cara pemilihan TPA, disebutkan bahwa lokasi pemukiman terdekat dengan TPA adalah 500 meter, sedangkan pada kenyataannya masyarakat yang bermukim di sekitar TPA hanya berjarak 100 meter (Ashar, 2015).

2.2 Pengertian Air

Air merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat vital. Secara langsung air diperlukan untuk minum, mandi, mencuci dn lain-lain. Secara tidak langsung air dibutuhkan sebagai bagian ekosistem yang dengannya kehidupan di bumi dapat berlangsung. Walaupun air merupakan sumber daya yang dapat diperbarui, tetapi air akan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia (Azwar, 1996) .

(33)

Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks, antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan lain sebagainya. Dengan demikian untuk kelangsungan hidup, air harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan berkualitas yang sangat memadai.Air minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting. Seperti diketahui, kadar air pada tubuh manusia mencapai 68%. Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari, tergantung pada berat badan dan aktivitasnya (Suriawiria,1996).

Air terdapat bebas di alam dalam berbagai bentuk. Air bebas ini sangat penting juga dalam pertanian, pencucian dan sanitasi umum maupun pribadi, teknologi pangan dan sebagai air minum. Dalam pabrik pengolahan pangan, air diperlukan untuk berbagai keperluan misalnya : pencucian, pengupasan umbi atau buah, penentuan medium pemanasan atau pendingin,pembentukan uap, sterilisasi dan keperluan-keperluan lainnya. Sumber air dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : air permukaan (run-off water) misalnya air danau, sungai, bendungan, air hujan, dan air dalam tanah misalnya sumur dan artesis (Sudarmadji,1989).

Berdasarkan kegunaannya, sumber air dapat dikategorikan menjadi empat golongan, yaitu :

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsuntanpa diolah terlebih dahulu.

2.Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.

3.Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

(34)

2.2.1 Air minum

Bagi manusia, air minum adalah salah satu kebutuhan utama.Air minum seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman, patogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia.Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh.Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya (Slamet, 1994).

Standar air minum yaitu suatu peraturan yang memberi petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter yang sebaiknya diperbolehkan ada di dalam air minum agar tujuan penyediaan air bersih dapat tercapai. Standar demikian akan berlainan dari setiapnegara , tergantung pada keadaan sosio-kultural termasuk kemajuan teknologi suatu negara. Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku.Untuk ini perusahaan air minum, selalu memeriksa kualitas airnya sebelum didistribusikan kepada pelanggan. Karena air baku belum tentu memenuhi standar, maka seringkali dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standar air minum.Tergantung kualitas air bakunya, pengolahan air minum dapat sangat sederhana sampai sangat kompleks. Apabila air bakunya baik, maka mungkin tidak diperlukan pengolahan samasekali. Apabila hanya ada kontaminan kuman, maka disinfeksi saja sudah cukup. Dan apabila air baku semakin jelek kualitasnya, maka pengolahan harus lengkap( Slamet,1994).

2.2.2Sumber Air

(35)

Air menguap akibat panasnya matahari. Penguapan ini terjadi pada air permukaan, air yang berada di dalam lapisan tanah bagian atas (evaporasi), air yang ada di dalam tumbuhan (transpirasi), hewan dan manusia (transpirasi, respirasi). Uap air ini memasuki atmosfir. Di dalam atmosfir uap ini akan menjadi awan dan dalam kondisi cuaca tertentu dapat mendingin dan berubah bentuk menjadi tetesan-tetesan air dan jatuh kembali ke permukaan bumi sebagai hujan.

Air hujan ini ada yang mengalir langsung masuk ke dalam air permukaan

(run-off), ada yang meresap kedalam tanah (perkolasi) dan menjadi air tanah baik yang dangkal maupun yang dalam. Air tanah dalam akan timbul ke permukaan sebagai mata air dan menjadi air permukaan. Air permukaan bersama-sama dengan air tanah dangkal, dan air yang berada di dalam tubuh akan menguap kembali untuk menjadi awan. Maka siklus hidrologis ini berulang (Slamet,J.1994).Sumber air dicirikan oleh tiga komponen utama, yaitu komponen hidrologi, komponen fisika-kimia, dan komponen biologi. Sumber-sumber air dapat dibagi menjadi beberapa bagian seperti berikut ini :

2.2.2.1 Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Air permukaan akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri dan lain sebagainya. Beberapa pengotoran untuk masing-masing air permukaan akan berbeda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan. Jenis pengotorannya merupakan kototan fisik, kimia, dan bakteriologi (Sutrisno, 2004).

(36)

2.2.2.2 Air Tanah (Groundwater)

Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah.Air tanah ditemukan pada akifer.Pergerakan air tanah sangat lambat, kecepatan arus berkisar antara 10-10-10-3m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari lapisan tanah, dan pengisian kembali.Lapisan tanah yang bersifat porous (mampu menahan air) dan permeable (mampu melakukan atau memindahkan air) disebut akifer.Akifer terbagi menjadi, yaitu akifer dangkal dan akifer dalam.Pada akifer dangkal, maka air tanah biasanya lebih dipengaruhi oleh curah hujan.

Pada dasarnya, air tanah dapat berasal dari air hujan (presipitasi), baik melalui proses infiltrasi secara langsung ataupun secara tidak lagsung dari air sungai, danau, waduk, rawa, dan genangan air lainnya. Air tanah biasanya memiliki kandungan besi relatif tinggi. Jika air tanah mengalami kontak dengan udara akan mengalami oksigenasi, ion ferri pada ferri hidroksida yang banyak terdapat dalam air tanah akan teroksidasi menjadi ion ferro, dan segera mengalami presipitasi (pengendapan) serta membentuk warna kemerahan pada air(Effendi,2003).

2.3Jenis-jenis dari air tanah ada 3, yaitu :

2.3.1 Air Tanah Dangkal

(37)

2.3.2 Air Tanah Dalam

Air tanah dalam memiliki metode pengambilan yang jauh lebih sulit dibandingkan dengan air tanah dangkal. Biasanya untuk mengambil air tanah dalam ini digunakan suatu bor dan pipa yang dimasukkan hingga kedalaman 100-300 m lalu akan didapatkan suatu lapisan air. Air akan menyembur keluar jika terdapat tekanan yang cukup besar pada tanah dan biasanya disebut sebagai air sumur artesis. Jika air tidak dapat keluar maka digunakan pipa untuk mendorong air tanah dalam agar dapat dikeluarkan. Dari segi kualitas, air tanah dalam memiliki kualitas yang lebih baik daripada air tanah dangkal karena proses penyaringannya jauh lebih sempurna danbebas dari bakteri. Kandungan zat-zat kimia pada air tanah disusun sesuai dengan masing-masing lapisan-lapisan tanah yang dilalui (Sutrisno, 2004).

2.3.3 Air Atmosfer atau Air Hujan

(38)

2.4 Standar Kualitas Air Minum

Pengertian air minum menurut PERMENKES RI No.492/MENKES/IV/2010 adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan (bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan fisik) dan dapat langsung diminum. Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain didalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu, warna, rasa, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri dan lain sebagainya) dan parameter radioaktif (Effendy, 2003).

2.4.1 Parameter Fisika

Parameter fisika yang biasa digunakan untuk menentukan kualitas air meliputi cahaya, suhu, warna dan bau, kecerahan dan kekeruhan, konduktivitas, padatan total, padatan terlarut, padatan tersuspensi dan salinitas.

Parameter fisika pada air, yaitu sebagai berikut :

1. Suhu

(39)

2. Kekeruhan

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat didalam air.Nilai kekeruhan maksimum yang diperbolehkan pada air minum yaitu sebesar 5 skala NTU.Kekeruhan dapat disebabkan karena adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus). Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempengaruhi proses penyaringan dan mengurangi efektivitas pada proses penjernihan air (Effendy,2003).

Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna yang berlumpur dan kotor. Kekeruhan tidak merupakan sifat dari air yang membahayakan, tetapi ia menjadi tidak disenangi karena rupanya. Terdapatnya suhu, intensitas bau, rasa dan kekeruhan yang melebihi standar yang ditetapkan dapat menimbulkan kekhawatiran terkandungnya bahan-bahan kimia yang dapat mengakibatkan efek toksik terhadap manusia (Sutrisno,2004).

3. Warna dan Bau

(40)

4. Padatan Total, Terlarut, dan Tersuspensi

Padatan total adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami penguapan dan pengeringan pada suhu tertentu. Padatan tersuspensi total yaitu bahan-bahan

tersuspensi biasanya memiliki diameter sebesar>1 μm. Padatan tersuspensi total

terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik. Padatan terlarut total adalah bahan-bahan terlarut dengan ukuran diameter yaitu <10-6 mm yang berupa senyawa-senyawa kimia (Effendy,2003).

2.4.2 Parameter Kimia

Air minum tidak boleh mengandung zat-zat kimia yang bersifat beracun dan kadarnya tidak boleh melampaui ambang batas yang telah ditentukan. Zat-zat mineral yang dibutuhkan oleh tubuh juga harus memiliki kadar yang sesuai sehingga tidak membahayakan bagi kesehatan manusia. Adapun yang menjadi parameter kimia untuk kualitas air meliputi derajat keasaman (pH), kesadahan, kandungan bahan organik maupun anorganik dan lain-lain. Berikut ini parameter-parameter kimia pada air, yaitu:

1. Derajat keasaman (pH)

(41)

2. Kesadahan

Kesadahan (hardness) yaitu gambaran kation logam divalen. Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan maupun dengan anion-anion akan membentuk karat pada peralatan logam. Kation utama penyebab kesadahan pada umumnya adalah kalsium dan magnesium.Kesadahan air berkaitan erat dengan kemampuan air untuk membentuk busa.Semakin besar kesadahan air, semakin sulit sabun untuk membentuk busa karena terjadi presipitasi.

Tebbut (1992) mengemukakan bahwa nilai kesadahan tidak memiliki implikasi langsung terhadap kesehatan manusia. Kesadahan yang tinggi dapat menghambat sifat toksik dari logam berat karena kation-kation penyusun kesadahan seperti kalsium dan magnesium membentuk senyawa kompleks dengan logam berat tersebut. Air permukaan biasanya memiliki kesadahan yang lebih kecil daripada air tanah. Menurut PERMENKES No.492/MENKES/PER/IV/2010 batas maksimum kesadahan pada air yaitu 500 mg/L.

3. Kandungan bahan organik dan anorganik

Bahan-bahan organik juga dibutuhkan untuk tubuh dalam jumlah tertentu.Tetapi apabila kandungan bahan organik sudah melewati batas maksimum yang ditentukan maka dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada tubuh.Pada perairan alami, nilai kandungan bahan organik pada air berkisar antara 1-30 mg/L. Senyawa anorganik terdiri atas logam dan logam berat yang pada umumnya bersifat toksik. Biasanya senyawa ini dihasilkan dari limbah domestik dan industri. Kandungan bahan kimia anorganik yang terdapat didalam air, antara lain garam dan ion-ion logam seperti besi dan kalsium(Effendy,2003).

2.4.3 Parameter Mikrobiologi

(42)

2.4.4 Standar Baku Air

Standar mutu air atau air untuk kebutuhan rumah tangga ditetapkan berdasarkan peraturan menteri kesehatan republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum. Standarisasi kualitas air minum tersebut betujuan untuk memelihara, melindungi dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat, terutama dalam pengelolaan air atau kegiatan usaha mengolah dan mendistribusikan air minum untuk masyarakat umum. Adanya standarisasi tersebut, dapat dinilai kelayakan pendistribusian sumber air untuk rumah tangga maupun industri (Kusnaedi, 2010).

2.5 Logam Berat

(43)

Logam yang dapat menyebabkan keracunan adalah jenis logam berat saja. Logam ini termasuk logam yang esensial seperti Cu, Zn, Se dan yang non esensial seperti Hg, Pb, Cd, dan As. Terjadinya keracunan logam paling sering disebabkan pengaruh pencemaran lingkungan oleh logam berat, seperti penggunaan logam sebagai pembasmi hama (pestisida), pemupukan maupun karena pembuangan limbah pabrik yang menggunakan logam.Logam juga dapat menyebabkan timbulnya suatu bahaya pada makhluk hidup.Hal ini terjadi jika sejumlah logam mencemari lingkungan.Logam-logam tertentu sangat berbahaya bila ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam lingkungan (dalam air, tanah, dan udara), karena logam tersebut mempunyai sifat yang merusak jaringan tubuh makhluk hidup (Darmono,1995).

2.5.1 Besi (Fe)

Besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak, yang kukuh dan liat. Ia melebur pada 1535 oC. Jarang terdapat besi komersial yang murni; biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Asam nitrat 1+1 atau asam nitrat pekat yang panas melarutkan besi dengan membentuk gas nitrogen oksida dan ion besi(III) :

Fe + HNO3 + 3H+ Fe3+ + NO + 2H2O

Garam-garam besi(II) (atau fero) diturunkan dari besi(II) oksida, FeO. Dalam larutan, garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Garam-garam besi(III) (atau feri) diturunkan dari oksida besi (III), Fe2O3. Mereka lebih stabil daripada garam besi(II). Dalam larutannya, terdapat kation-kation Fe3+ yang berwarna kuning muda (Vogel, 1985).

(44)

Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara Fe berlebih yang bisa mengakibatkan diabetes, kanker, meningkatkan resiko infeksi, reumatik, juga meningkatkan resiko terhadap penyakit jantung. Kadar Fe yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan kerusakan sel akibat radikal bebas. Salah satu penyebab serangan jantung adalah tingginya kadar Fe dalam tubuh (Widowati, 2008).Kandungan besi didalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kedalaman air didalam tanah semakin dalam air yang meresap maka semakin tinggi kelarutan besi, rendahnya pH air dan suhu yang tinggi menyebabkan berkurangnya kadar O2 dalam air menguraikan kadar besi. Air bersih yang mengandung besi biasanya menimbulkan rasa dan bau logam yang amis pada air (Atmaningsih,2007).

2.5.1.1 Toksisitas Besi

Mineral yang sering berada dalam air dengan jumlah besar adalah kandungan Fe. Apabila Fe tersebut berada dalam jumlah yang banyak akan muncul berbagai gangguan lingkungan. Tempat pertama yang mengontrol pemasukan logam besi (Fe) dalam tubuh ialah di dalam usus halus.Bagian usus ini berfungsi untuk absorpsi dan sekaligus sebagai eksresi yang tidak diserap.Besi dalam usus diabsorpsi dalam bentuk feritin, dimana bentuk ferro lebih mudah diabsorpsi daripada bentuk ferri.Feritin masuk ke dalam darah dan berubah bentuk menjadi senyawa transferin.

(45)

2.5.2 Logam Zink (Zn)

Zink adalah logam putih–kebiruan, mudah ditempa dan liat pada 110–1500C. Logam Zn melebur pada suhu 4100C dan mendidih pada 9060C (Svehla, 1985). Zn dapat bereaksi dengan asam, basa dan senyawa nonlogam. Zink (Zn) di alam tidak berada dalam keadaan bebas, tetapi dalam bentuk terikat dengan unsur lain berupa mineral, cat, produk karet, obat-obatan dan sebagainya (Widowati, 2008).

Pada manusia zink merupakan unsur yang terlibat dalam sejumlah besar enzim yang mengkatalisis reaksi metabolik yang vital. Karena fasilitasnya yang digunakan dalam sintesis DNA dan RNA dan dalam metabolisme protein, Zn juga esensial untuk pertumbuhan anak (Darmono, 1995).

2.5.2.1 Toksisitas Logam Zink

Administrasi Makanan dan Obat (Food and Drug Administration) menyatakan bahwa zink dapat merusak saraf dalam hidung dan menyebabkan terjadinya anosmia atau kehilangan kemampuan membau, baik secara permanen atau temporer dan hal ini dapat membahayakan karena penderita anosmia tidak dapat membedakan makanan yang masih segar dengan makanan yang sudah membusuk (Sembel, 2015).

(46)

2.5.2.2 Defisiensi Zink

Zn bukan merupakan senyawa toksik dan merupakan unsur esssensial bagi pertumbuhan semua jenis hewan dan tumbuhan. Zn akan bersifat toksik ketika berada dalam bentuk ionnya. Meskipun logam ini merupakan logam yang essensial namun jika dikonsumsi dalam dosis yang tinggi akan berbahaya dan bersifat toksik.Gejala defisiensi Zn antara lain pertumbuhan terhambat, rambut rontok, diare, berkurangnya fungsi indera penglihatan,danSebagainya

(Widowati,2008).

2.6Spektrofotometer Serapan Atom

(47)

2.6.1Intrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom

Instrumen spektrofotometer serapan atom dan bagiannya dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut :

Gambar 2.1. Diagram Spektrofotomer Serapan Atom (Kennedy, 1984). Komponen-komponen Spektroskopi Serapan Atom (SSA):

1. Sumber Sinar

(48)

Akibat dari tabrakan-tabrakan ini membuat unsur-unsur gas mulia akan kehilangan elektron dan menjadi ion bermuatan positif. Ion-ion gas mulia yang bermuatan positif selanjutnya akan bergerak ke katoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi pula. Sebagaimana disebutkan di atas, pada katoda terdapat unsur-unsur yang sesuai dengan unsur yang akan dianalisis. Unsur-unsur ini akan ditabrak oleh ion-ion positif gas mulia. Akibat tabrakan ini, unsur-unsur akan terlempar keluar dari permukaan katoda. Atom-atom unsur dari katoda ini kemudian akan mengalami eksitasi ke tingkat energi-energi elektron yang lebih tinggi dan akan memancarkan spektrum pancaran dari unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisis (Rohman, 2007).

2. Tempat sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan gas. Nyala dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atomnya dan juga berfungsi untuk atomisasi. Pada cara spektrofotometri emisi atom, nyala ini berfungsi untuk mengeksitasikan atom dari tingkat dasar ke tingkat yang lebih tinggi.

Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas yang digunakan, misalnya untuk gas batubara-udara, suhunya kira-kira sebesar 18000C, gas alam-udara 17000C, asetilen-udara 22000Cdan gas asetilen-dinitrogen oksida (N2O) sebesar 30000C.

3. Monokromator

(49)

4. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman.Biasanya digunakan tabung penggandaan foton (photomultiplier tube). Ada dua cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi yaitu yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu dan yang hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi (Rohman, 2007).

5. Readout

Suatu alat sebagai sistem pencatat hasil.Pencatat hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu angka transmisi atau absorbsi.Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu recorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Rohman, 2007).

2.7 Gangguan pada SSA dan Cara Mengatasinya.

Pada penentuan nilai serapan atom seringkali didapatkan suatu harga yang tidak sesuai dengan konsentrasi unsur sampel yang ditentukan.Penyebab dari gangguan ini adalah faktor matriks sampel, faktor kimia adanya gangguan molekuler yang bersifat menyerap radiasi. Sampel dalam bentuk molekul karena disosiasi yang tidak sempurna akan cenderung mengabsorpsi radiasi dari sumber radiasi.

Ada beberapa usaha untuk mengurangi gangguan kimia pada SSA yaitu: 1. Menaikkan temperature nyala agar mempermudah penguraian, untuk itu

dipakai gas pembakar campuran C2H2 + N2O yang memberikan nyala dengan temperatur yang tinggi.

2. Menambahkan elemen pengikat gugus atau atom penyangga, sehingga terikat kuat akan tetapi atom yang ditentukan bebas sebagai atom netral. Misalnya penentuan logam yang terikat sebagai garam, dengan penambahan logam yang lainnya akan terjadi ikatan lebih kuat dengan anion pengganggu.

(50)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan berharga. Kehidupan berasal dari air dan kehidupan juga membutuhkan air. Dari seluruh makhluk hidup yang ada terdapat organisme yang hidup tanpa oksigen yaitu bakteri anaerob, namun tak ada satupun organisme yang dapat bertahan hidup lebih lama tanpa air. (Biswajit, 2001).

Air yang kita gunakan setiap hari tidak lepas dari pencemaran yang di akibatkan oleh ulah manusia. Beberapa bahan pencemar seperti bahan mikrobiologik (bakteri, virus, parasit), bahan organik (pestisida, deterjen) dan beberapa bahan inorganik (garam, asam, logam), serta beberapa bahan kimia lainnya sudah banyak ditemukan dalam air yang kita pergunakan (Darmono, 1995). Air permukaan dan air sumur pada umumnya mengandung bahan-bahan metal terlarut seperti Na, Mg, Ca dan Fe. Pencemaran yang dihasilkan dari logam berat sangat berbahaya karena bersifat toksik. Beberapa logam tersebut, seperti logam besi, tembaga, mangan, dan logam-logam lainnya.

(51)

Lingkungan tempat kita hidup sangat mempengaruhi kualitas kehidupan kita. Beberapa komponen yang sangat erat dalam kehidupan kita ialah udara yang kita hirup setiap saat dan air yang kita minum setiap hari. Udara dan air yang bersih sangat diperlukan untuk kesehatan sehingga dapat menunjang aktivitas kita untuk berkreasi dan menghasilkan hal yang positif. Kebutuhan yang paling utama bagi kesehatan adalah tersedianya air yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Air bersih sangat mempengaruhi kualitas dari air minum yang kita konsumsi. Kualitas air dapat dilakukan dengan beberapa pengujian untuk membuktikan apakah air layak untuk dikonsumsi (Biswajit, 2001).

Sampah mempunyai potensi untuk menimbulkan pencemaran dan menimbulkan masalah bagi kesehatan. Pencemaran dapat terjadi di udara sebagai akibat dekomposisi sampah, dapat pula mencemari air dan tanah yang disebabkan adanya rembesan leachate. Tumpukan sampah dapat menyebabkan kondisi lingkungan fisik dan kimia menjadi tidak sesuai dengan kondisi normal. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan suhu dan perubahan pH tanah maupun air menjadi terlalu asam maupun basa. Tumpukan sampah dapat menjadi sarang ataupun tempat berkembang biak bagi berbagai vector penyakit, misalnya : lalat, nyamuk, tikus dan sebagainya sehingga dapat menyebabkan penyakit (Suhartini, 2008).

(52)

Pencemaran air yang mengandung logam berat sangat berbahaya karena bersifat toksik. Beberapa logam tersebut, seperti logam zink, tembaga, mangan dan logam-logam lainnya. Logam berat tersebut sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk membantu kinerja metabolisme pada tubuh. Namun, akan sangat berbahaya jika dikonsumsi dalam konsentrasi yang berlebih. Apabila air sudah tercemar olehlogam-logam berbahaya tersebut akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan terutama gangguan kesehatan manusia. Selain logam berat, logam-logam mineral juga dibutuhkan oleh tubuh,seperti kalsium dan magnesium menjadi salah satu paramater kimia dalam persyaratan kualitas air. Logam-logam tersebut jika memiliki kadar yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya kesadahan pada air yang juga dapat merugikan manusia (Sunu, 2001).

Saat ini, masalah utama yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air.Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003).

(53)

1.2Permasalahan

1. Berapakah kadar logam Fe dan Zn pada air sumur warga yang berada diempat titik TPA Sampah Namo Bintang yang digunakan sebagai air bersih dan sebagai air Minum?

2.Apakah kandungan logam Fe dan Zn yang terdapat pada air sumur tersebut telah memenuhi persyaratan kualitas air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Repubik Indonesia No. 492/MEN-KES/PER/IV/2010?

1.3 Pembatasan Permasalahan

1. Kandungan Logam yang diteliti dalam sampel ini adalah logam Fe dan Zn 2. Sampel air yang digunakan dalam penelitian ini langsung dari air sumur

warga yang terletak dari arah Timur, Selatan, Barat, dan UtaraTPA sampah Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang yang digunakan oleh warga sebagai air bersih dan juga sebagai air minum.

1.4 Tujuan Penelitian

(54)

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kandungan logam Besi (Fe) dan Zink (Zn) yang ada di dalam air sumur galian yang telah dikonsumsi oleh warga setempat setiap hari dan dapat mengetahui apakah kandungan logam tersebut telah memenuhi persyaratan kualitas air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Repubik Indonesia No.492/MEN-KES/PER/IV/2010.

1.6 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU dan Analisis Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dilakukan di Balai Riset dan Standarisasi (BARISTAND) Medan.

1.7 Metodologi Penelitian

1. Penelitian ini merupakan Penelitian Laboratorium dan berisfat Purposif.

2. Sampel diambil dari beberapa air sumur warga yang letaknya berbeda mulai dari Utara, selatan, Barat, dan Timur Tempat pembuangan akhir sampah Namo bintang di Kabupaten Deliserdang Kecamatan Pancur Batu.

3. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam botol plastik yang berbeda yang sebelumnya telah dibilas dengan akuades dan pengukuran pH langsung dilakukan pada sat pengambilan sampel.

4. Sampel di destruksi dengan menggunakan Asam Nitrat Pekat.

(55)

PENENTUAN KADAR LOGAM BESI (Fe) DAN ZINK (Zn) PADA AIR SUMUR WARGA DI SEKITAR

TPA SAMPAH NAMOBINTANG

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai kadar Logam Besi (Fe) dan Zink (Zn) Pada Air Sumur Warga Di Sekitar TPA Sampah Namo Bintang. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini langsung diambil dari sumur warga dan cara penentuan kadar logam dilakukan dengan menggunakan alat SSA dengan λ=248,3 nm untuk Fe dan λ=213,9 nm untuk Zn. Kemudian diperoleh hasilnya secara berturut mulai dari daerah utara (Desa Namo Sampir) 0,7217 mg/L, Selatan (Desa Durin Tonggal) 0,5186 mg/L, Barat (Desa Namo Bintang) 0,4093 mg/L dan Timur (Desa Baru) 0,3145 mg/L dan kadar logam Zn mulai dari daerah Utara (Desa Namo Sampir) 0,6185 mg/L, Selatan (Desa Durin Tonggal) 0,3201 mg/L, Barat (Desa Namo Bintang) 0,1430 mg/L dan Timur (Desa Baru) 0,1354 mg/L. Dari hasil penelitian yang dilakukan kadar logam Besi (Fe) telah melampaui batas menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 sebesar 0,3 mg/L sedangkan kadar logam Zink (Zn) masih berada di bawah ambang batas menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 sebesar 3 mg/L.

(56)

DETERMINATION THE LEVELS OF IRON (Fe) AND ZINC (Zn) IN DIG WELL RESIDENT ARROUND THE

LANDFILL NAMOBINTANG

ABSTRACT

Was research about determination the levels of iron (Fe) and zinc (Zn) in dig well resident arround the landfill Namobintang. How to capture a sample is taken directly from wells and method of determining the metal content were performed using an SSA with λ = 248.3 nm for Fe and λ = 213.9 nm for Zn. Then the results obtained in succession starting from the northern areas (village Namo Sampir) 0.7217 mg/L, South (Village Durin Tonggal) 0.5186 mg/L, the West (Village Namobintang) 0.4093 mg/L and East (Village new) 0.3145 mg/L and Zn metal content ranging from the Northern region (village Namo Sampir) 0.6185 mg/L, South (Village Durin Tonggal) 0.3201 mg/L, the West (Village Namobintang) 0.1430 mg/L and East (New Village) 0.1354 mg/L. From the results of research conducted assay Iron (Fe) has been exceeded by Minister of Health Regulation No.492/Menkes/Per/IV/2010 amounted to 0.3 mg/L while the metal content of Zinc (Zn) is still below the threshold according to Regulation Minister of Health No.492/Menkes/Per/IV/2010 of 3 mg/L.

(57)

PENENTUAN KADAR LOGAM BESI (Fe) DAN ZINK (Zn)

PADA AIR SUMUR WARGA DI SEKITAR

TPA SAMPAH NAMOBINTANG

SKRIPSI

RIZKI MAISAROH PURBA

120802015

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(58)

PENENTUAN KADAR LOGAM BESI (Fe) DAN ZINK (Zn) PADA AIR SUMUR WARGA DI SEKITAR

TPA SAMPAH NAMOBINTANG

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

RIZKI MAISAROH PURBA 120802015

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(59)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) Dan Zink (Zn) Pada Air Sumur Warga Di Sekitar TPA

Sampah Namo Bintang Kategori : Skripsi

Nama : Rizki Maisaroh Purba NIM : 120802015

Program Studi : Sarjana (S1) Kimia Departemen :Kimia

Fakultas : Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di,

Medan, Oktober 2016

Komisi Pembimbing :

Dosen Pembimbing 2, Dosen Pembimbing 1,

Jamahir Gultom, Ph.D Dr. Hamonangan Nainggolan, M.Sc NIP.195209251977031001 NIP. 19562406198301002

Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(60)

PERNYATAAN

PENGARUH KEBERADAAN TPA SAMPAH NAMO BINTANG TERHADAP LOGAM Fe DAN Zn PADA AIR SUMUR

PENDUDUK DISEKITARNYA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing–masing disebutkan sumbernya.

Medan, Oktober 2016

(61)

PENGHARGAAN

Bismillahirrohmanirrohim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Karunia_Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan syarat memperoleh gelar Sarjana Sains dan shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW yang merupakan suritauladan.

Terkhusus dan Teristimewa kepada Ayah tercinta Tigor M. Purba dan Ibunda Dermwani Lubis atas kasih sayang yang telah diberikan. Terima kasih penulis sampaikan kepada Evi Arisah Purba, Fitri Sicilia Purba, Ardika Sally Purba, Tenezia Chrilda Purba dan Egidia Rosalina Purba, Zulham Yahya Purba, Ahya Gusnur Purba dan Aditya Purba atas semangat dukungan dan motivasi yang tiada hentinya diberikan, Juga kepada dua kurcaci kesayangan Ahmad Liem Bintang dan Abdul Hilbram Nur juga kepada Sanak Famili. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Hamonangan Nainggolan, M.Sc selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Jamahir Gultom, Ph.D selaku dosen pembimbing 2 yang telah memberikan arahan dan bimbingan agar skripsi ini menjadi lebih baik.

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS dan Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Sc selaku ketua dan sekretaris Departemen Kimia fmipa USU.

3. Bapak Drs. Philipus H. Siregar, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan nasehat agar menjadi lebih baik juga seluruh Dosen Kimia FMIPA USU yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis. 4. Bapak Drs. H. Alfian Hutauruk, M.Pd yang sangat membantu penulis juga ibu

tersayang Yenny Puspita Saragih, S.Pd, M.Si.

5. Ito Saut Purba dan Lelly Purba yang menemani semasa perkuliahan juga keluarga Kost 86, teman-teman kos G23 Pamen (Lisna, Mifta, Henni, Indah, Nina dan Tika) serta teman sekamar selama 4 tahun Mita yang selalu ada baik dalam suka maupun duka.

6. Teman-teman MAN (Dewi, Fatma, Desot, Iin) yang selalu setia mendengarkan penulis, teman semasa kuliah (Nikmah, Sonya, Rizki, Suha, Dayen, Hasna, Misbah) serta teman kocak yang selalu happy (Novi, Uli, Remita Sahayana, SS, Putri dan Atun) terima kasih untuk kebersamaan kasih sayang yang selama ini diberikan kepada penulis dan terkhusus kepada teman-teman seperjuangan Kimia S1Stambuk 2012 untuk canda tawa, persahabatan dan kekeluargaan selama ini.

7. Untuk seseorang yang Spesial yang telah banyak membantu penulis.

Semoga kita selalu dalam Lindungan_Nya dan segala kebaikan dibalas oleh_Nya. Amiin.

(62)

PENENTUAN KADAR LOGAM BESI (Fe) DAN ZINK (Zn) PADA AIR SUMUR WARGA DI SEKITAR

TPA SAMPAH NAMOBINTANG

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai kadar Logam Besi (Fe) dan Zink (Zn) Pada Air Sumur Warga Di Sekitar TPA Sampah Namo Bintang. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini langsung diambil dari sumur warga dan cara penentuan kadar logam dilakukan dengan menggunakan alat SSA dengan λ=248,3 nm untuk Fe dan λ=213,9 nm untuk Zn. Kemudian diperoleh hasilnya secara berturut mulai dari daerah utara (Desa Namo Sampir) 0,7217 mg/L, Selatan (Desa Durin Tonggal) 0,5186 mg/L, Barat (Desa Namo Bintang) 0,4093 mg/L dan Timur (Desa Baru) 0,3145 mg/L dan kadar logam Zn mulai dari daerah Utara (Desa Namo Sampir) 0,6185 mg/L, Selatan (Desa Durin Tonggal) 0,3201 mg/L, Barat (Desa Namo Bintang) 0,1430 mg/L dan Timur (Desa Baru) 0,1354 mg/L. Dari hasil penelitian yang dilakukan kadar logam Besi (Fe) telah melampaui batas menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 sebesar 0,3 mg/L sedangkan kadar logam Zink (Zn) masih berada di bawah ambang batas menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 sebesar 3 mg/L.

(63)

DETERMINATION THE LEVELS OF IRON (Fe) AND ZINC (Zn) IN DIG WELL RESIDENT ARROUND THE

LANDFILL NAMOBINTANG

ABSTRACT

Was research about determination the levels of iron (Fe) and zinc (Zn) in dig well resident arround the landfill Namobintang. How to capture a sample is taken directly from wells and method of determining the metal content were performed using an SSA with λ = 248.3 nm for Fe and λ = 213.9 nm for Zn. Then the results obtained in succession starting from the northern areas (village Namo Sampir) 0.7217 mg/L, South (Village Durin Tonggal) 0.5186 mg/L, the West (Village Namobintang) 0.4093 mg/L and East (Village new) 0.3145 mg/L and Zn metal content ranging from the Northern region (village Namo Sampir) 0.6185 mg/L, South (Village Durin Tonggal) 0.3201 mg/L, the West (Village Namobintang) 0.1430 mg/L and East (New Village) 0.1354 mg/L. From the results of research conducted assay Iron (Fe) has been exceeded by Minister of Health Regulation No.492/Menkes/Per/IV/2010 amounted to 0.3 mg/L while the metal content of Zinc (Zn) is still below the threshold according to Regulation Minister of Health No.492/Menkes/Per/IV/2010 of 3 mg/L.

(64)

DAFTAR ISI

1.3 Pembatasan Masalah 4

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 4

1.6 Lokasi Penelitian 5

1.7 Metodologi Penelitian 5

Bab 2. Tinjauan Pustaka

2.1 TPA Namo Bintang 6

2.3.3 Air Atmosfer atau Air Hujan 14

2.4 Standar Kualitas Air Minum 13

2.4.1 Parameter Fisika 13

2.4.2 Parameter Kimia 15

2.4.3 Parameter Mikrobiologi 16

2.4.4 Standar Baku Air 17

(65)

2.5.1 Toksisitas Besi 19

2.5.2 Logam Zink (Zn) 19

2.5.2.1 Toksisitas Logam Zink 20

2.5.2.1 Defisiensi Zink 21

2.6 Spektrofotometri Serapan Atom 21

2.6.1 Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom 22 2.7 Gangguan SSA dan Cara Mengatasinya 24 Bab 3. Metodologi Penelitian

3.1 Alat Penelitian 25

3.2 Bahan Penelitian 25

3.3 Prosedur Penelitian 26

3.3.1 Pengambilan Sampel 26

3.3.2 Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 26 3.3.2.1 Pembuatan Larutan Blanko 26 3.3.2.2 Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 26 1000 mg/L

3.3.2.3 Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 27 100 mg/L

3.3.2.4 Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 27 10 mg/L

3.3.2.5 Pembuatan Larutan Seri Standar Fe 27 0,0; 0,2; 0,4 0,6; 0,8 dan 1,0 mg/L

3.3.2.6 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan 27 Standar Besi (Fe)

3.3.3 Penentuan kadar Logam Zink (Zn) dengan SSA 28 3.3.3.1 Pembuatan Larutan Blanko 28 3.3.3.2 Pembuatan Larutan Zink (Zn) 28

1000 mg/L

3.3.3.3 Pembuatan Larutan Standar Zink (Zn) 28 100 mg/L

3.3.3.4 Pembuatan Larutan Standar Zink (Zn) 28 10 mg/L

3.3.3.5 Pembuatan Larutan Seri Standar Zn 29 0,0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 mg/L

3.3.3.6 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan 29 Standar Zink (Zn)

3.4 Bagan Penelitian 30

3.4.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi (Fe) 30 3.4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Zink (Zn) 30 3.4.3 Preparasi dan Penentuan Kadar Besi (Fe) 31

dalam sampel

3.4.4 Preparasi dan Penentuan Kadar Zink (Zn ) 32 dalam Sampel

(66)

4.1 Hasil Penelitian 33

4.1.1 Logam Besi (Fe) 33

4.1.1.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi 34 Dengan Metode Kurva Kalibrasi untuk

Larutan standar Besi (Fe)

4.1.1.2 Penentuan Koefisien Korelasi 36 4.1.2.2 Penentuan Kandungan Logam 36

Besi (Fe)

4.1.2.2.1 Penentuan Kandungan logam 36 Besi (Fe) Pada air sumur

warga dalam mg/L

4.1.2 Logam Zink (Zn) 38

4.1.2.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi 39 dengan Metode Kurva Kalibrasi untuk

Larutan Standar Zink (Zn)

4.1.2.2 Penentuan Koefisien Korelasi 41 4.1.2.3 Penentuan Kandungan Logam 41

(67)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

4.1 Data Hasil Pengukuran Absorbansi Logam Fe pada Air 33 Sumur Warga dengan metode SSA pada λspesifik = 248,3 nm

4.2 Data Absorbansi Larutan Seri Standar Logam Besi (Fe) 34 4.3 Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi Larutan 35

Seri Standar Fe

4.4 Data Hasil Pengukuran Absorbansi Logam Zn pada Air 38 Sumur Warga dengan metode SSA pada λspesifik = 213,9 nm

4.5 Data Absorbansi Larutan Seri Standar Logam Zink (Zn) 39 4.6 Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi Larutan 40

Seri Standar Zn

(68)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar

(69)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran

1 Kandungan Logam Besi (Fe) dalam Sampel Air 49 Sumur

2 Kandungan Logam Zink (Zn) dalam Sampel Air 49 Sumur

3 Kondisi Alat Spektrofotometer AA-7000 pada 49 Absorbansi Fe

4 Kondisi Alat Spektrofotometer AA-7000 pada 50 Absorbansi Zn

5 Spektrofotometer Serapan Atom Merk Shimadzu 50 Tipe AA-7000

6 Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 51 Untuk Air Minum

7 TPA Sampah Namo Bintang 52

8 Air Sumur Sebelah Utara 52

9 Air Sumur Sebelah Selatan 53

10 Air Sumur Sebelah Barat 53

Gambar

Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Logam Fe pada Air sumur warga
gambar 4.1. di bawah ini :
Tabel 4.3. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi Larutan Seri
Tabel 4.4. Data Hasil Pengukuran Absorbansi logam Zn pada Air Sumur Warga
+5

Referensi

Dokumen terkait

Download Ribuan Bank Soal Matematika di :

Hasil distribusi di dapatkan Frekuensi tingkat kebutuhan perawatan ortodontik siswa-siswi SMP Negeri 1 Salatiga menurut IOTN dengan indeks DHC 39,3% atau 33 siswa-siswi dari

Perubahan dan perkembangan yang sangat mendasar dalam Undang-undang No.11 Tahun 2012 adalah ditegaskannya ketentuan tentang Diversi sebagai proses penanganan anak

“Tebe prihatin dengan perilaku warga yang membuang hamper semua limbah ke Danau Toba.” Setiap bertemu kerabat, Sersan Tebe tidak segan - segan mengutarakan keprihatinannya

Dari sekian banyak manfaat jaringan komputer, yang dibutuhkan oleh pengguna adalah adanya sebuah sistem jaringan komputer yang bisa melakukan validasi client yang

PENGARUH DAYA TARIK WISATA DAN EDUKASI TERHADAP MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN DI KAMPUNG CIREUNDEU1. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Manfaat tersebut bukan hanya berasal dari Hasil Hutan Kayu yang hanya memberikan sumbangan 20%, melainkan juga manfaat hasil hutan non kayu (HHNK) dan jasa

ASEAN perlu mencari jalan untuk mempertemukan kekhatra- tiran ASEAN terhadap senjata nuklir dongan kepentingan strategi global dari AS* &#34;Sehingga zona bebas senjata nuklir