• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MAKNA SIMBOL NAGA PADA RELIEF ARSITEKTUR MAHA VIHARA BUDDHA MAITREYA CEMARA ASRI MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS MAKNA SIMBOL NAGA PADA RELIEF ARSITEKTUR MAHA VIHARA BUDDHA MAITREYA CEMARA ASRI MEDAN."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2014 Penulis

(2)
(3)
(4)

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi ini Diajukan oleh: Clara Vlorentina, NIM 209151005 Jurusan Pendidikan Seni Rupa

Program Studi Pendidikan Seni Rupa/S-1 Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Panitia Ujian

Medan, Februari 2014

Ketua,

Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. NIP. 19641207 199103 2 002 Sekertaris,

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Yesus Kristus atas kasih dan karunai-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul: Analisis Makna Simbol Naga Pada Relief Arsitektur Maha Vihara Buddha Maitreya Cemara Asri Medan.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Segala sesuatu yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa dorongan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Ibu Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Drs. Anam Ibrahim, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Medan sekaligus Dosen penguji.

4. Bapak Dr. Wahyu Tri Atmojo, M.Hum selaku sekretaris jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Medan dan juga sebagai Dosen penguji.

5. Bapak Dr. Daulat Saragi, M.Hum, selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus ’dokter bebas biaya konsultasi’ yang sangat sabar membimbing dan memberikan banyak masukan pada proses penyusunan skripsi ini.

(6)

ii

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan staf jurusan Seni Rupa serta administrasi dan perlengkapan di lingkungan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

8. Bapak Pandita Maha Vihara Maitreya serta Bapak Ferdy selaku staf pengabdi Vihara yang sudah memberikan izin penelitian serta sumber-sumber informasi bagi penulis.

9. Teristimewa kepada orang tua yang saya cintai, Bapak A. Tobing, SE dan Riani Sihombing, S.Pd yang selalu mendukung serta menyediakan waktu dan tenaga untuk saya. Terima kasih atas kasih sayang dan doa yang selalu dipanjatkan bagi saya.

10.Untuk yang tersayang Jefri Oktavianus, S.St. terima kasih atas waktu dan doa dalam penyusunan skripsi ini.

11.Teman-teman Seni Rupa Unimed 2009. Terima kasih atas empat tahun moment kebahagiaan dan kesedihan yang sangat berarti dan tidak akan pernah penulis lupakan.

12.Pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun skripsi ini lebih baik lagi, sehingga dapat bermanfaat bagi peneliti dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Seni Rupa.

Medan, Februari 2014 Penulis

(7)

ABSTRAK

Clara Vlorentina, NIM 209151005. “ANALISIS MAKNA SIMBOL NAGA PADA RELIEF ARSITEKTUR MAHA VIHARA BUDDHA MAITREYA CEMARA ASRI MEDAN”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan 2014.

Budaya Tionghoa kaya akan makna dan simbol, khususnya yang berhubungan dengan naga. Masyarakat Tionghoa selalu mengkaitkan sifat-sifat hewan dengan nilai-nilai hidup yang mencapai kesempurnaan yang diingini oleh setiap manusia. Vihara merupakan salah satu tempat aplikasi budaya Tionghoa yang penuh dengan simbol naga.

Relief naga merupakan suatu simbol atau bentuk yang sudah terkait dengan dunia penafsiran dan secara asosiatif memiliki hubungan dengan berbagai aspek di luar bentuk simbol itu sendiri. Naga bagi masyarakat Tionghoa merupakan suatu simbol keagungan dan kehormatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Naga memiliki fungsi sebagai jembatan untuk menghubungkan dunia manusiawi dan ilahi.

(8)

iv

1. Pengertian Analisis... 11

(9)

v

7. Pengertian Arsitektur ... 27

8. Pengertian Vihara ... 32

9. Pengertian Agama Buddha ... 33

10.Buddha Maitreya ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Model Penelitian ... 41

E. Instrumen Penelitian... 43

F. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 44

G. Teknik Analisis Data ... 46

1. Metode Interpretasi ... 46

2. Metode Induksi dan Deduksi ... 46

3. Metode Deskriptif Kualitatif ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Sekilas Tentang Maha Vihara Maitreya ... 48

B. Klasifikasi Data ... 50

1. Hasil Observasi ... 50

2. Hasil Wawancara ... 53

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 67

D. Fungsi Simbol Pada Maha Vihara Maitreya ... 71

E. Hubungan Naga dengan Siddharta Gautama Dalam Paparan Sejarah Agama Buddha ... 73

(10)

vi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Simpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(11)

viii

DAFTAR TABEL

(12)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Relief Tinggi ... 23

Gambar 2. Relief Rendah ... 24

Gambar 3. Relief Dangkal... 25

Gambar 4. Relief Tenggelam ... 26

Gambar 5. Arsitektur Maha Vihara Maitreya ... 30

Gambar 6. Patung Buddha Maitreya ... 36

Gambar 7. Buddha Maitreya ... 39

Gambar 8. Arsitektur Maha Vihara ... 48

Gambar 9. Naga pada Tiang... 53

Gambar 10. Naga pada Dinding ... 56

Gambar 11. Naga pada Dupa ... 58

Gambar 12. Naga pada Tangga ... 60

Gambar 13. Naga pada Pintu ... 62

Gambar 14. Naga pada Kaki Meja ... 63

Gambar 15. Naga pada Taman Kolam ... 64

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dunia ini banyak hal yang tidak ‘terbaca’ karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk disampaikan secara verbal, maka dengan itu digunakan simbol sebagai` bentuk untuk menyampaikan suatu makna tertentu. Manusia hidup dalam suatu dunia simbolis. Bahasa, mite, seni, dan agama adalah bagian-bagian dari dunia simbolis ini.

Blummer mengemukakan bahwa bentuk-bentuk itu dapat berupa gerak, suara, gambar dan inilah yang disebut sebagai simbol yang dapat menyampaikan makna dan makna disusun dalam konteks budaya tertentu yang dipergunakan untuk interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat (Woods, 1992:338). Dalam kegiatan manusia umumnya melibatkan simbolisme, oleh sebab itu manusia bukan saja animal rationale, tetapi juga animal symbolicum atau makhluk yang bermain dengan simbol-simbol (Cassirer,1990:40).

Aktivitas dan kreativitas manusia meliputi banyak aspek satu diantaranya adalah proses simbolik yang merupakan kegiatan manusia dalam menciptakan makna. Simbol secara universal dapat ditemukan dalam semua aspek kehidupan manusia, termasuk didalamnya kepercayaan masyarakat Tioghoa terhadap simbol naga. Durkheim (1986) menyatakan bahwa kelompok sosial mana pun

(14)

2

keberadaannya bergantung pada nilai-nilai tertentu yang dianut oleh para anggotanya, tanpa simbol, keberadaannya tidak lengkap.

Salah satu yang sudah merupakan budaya manusia adalah simbol, dengan peran simbol dunia dapat berkembang. Manusia dituntut kemampuannya untuk memahami simbol sebagai jembatan baginya untuk tanggap terhadap segala sesuatu yang dihadapi didalam hidupnya. Oleh sebab itu dalam rangka pengembangan budaya, fungsi simbol sangatlah penting, sebab tanpa memahami simbol sulit bagi manusia untuk dapat memahami perubahan.

Simbol merupakan benda atau pola yang apapun sebabnya bekerja pada manusia dan berpengaruh pada manusia melampaui pengakuan semata-mata tentang apa yang disajikan secara harfiah dalam bentuk yang diberikan. Goodenough mengemukakan bahwa daya kekuatan yang terdapat pada simbol bersifat emotif merangsang orang untuk bertindak dan dipandang sebagai ciri-ciri hakikatnya (Dillistone,1986:19).

(15)

3

Vihara awalnya disebut Klenteng, pada zaman Presiden Soeharto keluar Inpres No.14 tahun 1967 tentang pelarangan adat budaya asli Cina, maka Klenteng berganti menjadi Vihara atau tempat ibadah umat Buddha. Pada tahun 2000 Inpres No.14 tahun 1967 tersebut dihapus oleh Presiden Abdurrahman Wahid dan digantikan dengan Keppres No.6 tahun 2000. Selanjutnya Vihara disebut tempat beribadat umat keturunan Cina untuk melaksanakan ajaran Tri Dharma (Ferdy, 09 September 2013 Pukul 11:09).

Tujuan Vihara sebagai pusat kegiatan keagamaan yang dapat meningkatkan moral dan budi pekerti yang luhur dalam kehidupan beragama bagi umat Buddha, baik dalam lingkungan Vihara pada khususnya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya. Melalui pengertian dan usaha untuk menimbulkan kesadaran yang mendalam mengenai Dhamma (ajaran Buddha), dan juga bertujuan untuk mendidik putra putri bangsa agar menjadi masyarakat yang berguna.

(16)

bangunan-4

bangunan arsitektur Tionghoa banyak sekali simbol-simbol yang manjadi landasan kepercayaan masyarakat Tionghoa agar memberikan keberuntungan. Konsep ini dilandasi cara berpikir masyarakat Tionghoa yang takut akan kekosongan dan roh-roh jahat yang ada di sekitar mereka. Salah satu relief yang banyak dijumpai pada Viharaadalah relief naga.

Naga merupakan hewan mitologi Cina yang memiliki perlambangan yang sangat rumit. Naga dalam kebudayaan Cina merupakan simbol dari unsur kebaikan dan keberuntungan (berbeda dengan persepsi masyarakat Eropa dan agama Kristen terhadap naga yang menganggap naga merupakan makhluk yang buruk dan jahat). Naga Cina merupakan perlambangan dari ras bangsa Cina itu sendiri. Masyarakat Cina yang ada di seluruh dunia dengan bangga mengakui bahwa mereka adalah keturunan naga long de chuan ren (legend of dragon). Sebagai lambang dari kaisar, kuil-kuil dan tempat-tempat keramat dibangun untuk menghormati mereka atas jasa-jasa dalam mengatur alam untuk kebaikan manusia. Simbol naga dianggap religius pada dasarnya berfungsi menjembatani antara dunia manusiawi dan Ilahi. Maka dari itu perlambangan seperti ini memberikan suatu rasa hormat, takut tetapi dengan bentuk dan makna yang menarik. Simbol-simbol itu bukan saja memberikan imajinasi terhadap setiap penganutnya namun memberikan gambaran hubungan komunikasi antara manusia dan Ilahi (http://wikipedia.org/wiki/Naga).

(17)

5

memiliki mitos tentang naga seperti pada masyarakat Minangkabau dikenal dengan Ngarai Sianok yang diyakini diciptakan oleh Sang Naga. Naga juga sangat lekat dengan suku jawa yang terletak di pintu candi, gapura dan digamelan sebagai lambang penjaga, Pada suku Bali naga yang membelit candi ditafsirkan sebagai wujud dari penjagaan kekayaan dewa. Pada suku Dayak, Naga digambarkan sebagai penguasa dunia bawah.

Naga dalam suku Kalimantan alam semesta merupakan perwujudan “

Dwitunggal Semesta” yaitu alam atas yang dikuasai oleh Mahatala atau

Pohotara, yang disimbolkan dengan enggang gading (burung), sedangkan alam

bawah dikuasai oleh Jata atau Juata yang disimbolkan sebagai naga (reptil). Menurut suku di India istilah naga adalah “ular”. Dalam naskah Mahabharata

dikisahkan bahwa para Naga merupakan anak-anak Resi Kasyapa dari perkawinannya dengan Dewi Kadru. Suku Batak juga mempunyai mitologi tentang naga yang dapat dibaca dari tulisan-tulisan sastra batak tentang konstruksi Rumah Adat Batak saat penciptaan alam semesta, bahwa manusia hidup dilindungi oleh Naga Padoha.

(18)

6

(19)

7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Banyak umat Buddha yang beribadah di Maha Vihara Maitreya tidak mengetahui adanya hubungan pandangan hidup masyarakat Tionghoa dengan bentuk dan jenis-jenis simbol naga yang terdapat Vihara tersebut. 2. Banyak masyarakat Tionghoa yang belum mengetahui makna dari simbol

naga tersebut walaupun mereka sudah lama beribadah pada Vihara tersebut.

3. Relief naga pada tiang Vihara selalu dalam posisi kepala naga keatas yang sangat berbeda dengan relief lainnya.

4. Apakah hubungan naga dengan Siddharta Gautama dalam paparan sejarah agama Buddha.

C. Batasan Masalah

(20)

8

D. Perumusan Masalah

Untuk lebih memfokuskan dan memusatkan masalah dalam penelitian maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan pandangan hidup masyarakat Tionghoa dengan bentuk dan jenis-jenis naga tersebut?

2. Mengapa simbol naga yang terdapat pada tiang Vihara kepala naga selalu dalam posisi keatas?

3. Bagaimanakah hubungan naga dengan Siddharta Gautama dalam paparan sejarah agama Buddha?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mendeskripsikan dan mengkaji bentuk dan jenis simbol naga dari jumlah keseluruhan simbol naga yang terdapat pada relief Maha Vihara Buddha Maitreya.

2. Mengekplorasikan, menemukan hubungan simbol naga dengan masyarakat suku Tionghoa.

3. Mendeskripsikan dan mengkaji simbol naga dengan agama Buddha.

4. Mengkaji dan mendeskripsikan hubungan Sidharta Gautama sebagai pendiri agama Buddha menurut paparan sejarah agama Buddha.

(21)

9

F. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai tambahan literatur bagi jurusan pendidikan seni rupa.

2. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi penelitian yang bermaksud menjadikan penelitian pada permasalahan yang sama.

3. Sebagai penambah ilmu pengetahuan tentang agama Buddha dan kebudayaan masyarakat Cina atau Tionghoa dan kaitannya dengan agama Buddha.

4. Diharapkan dapat berdaya guna dalam perspektif teoritis dan perspektif praktis untuk meneliti tradisi tulisan sejenis Vihara.

(22)

10

G. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Diana Thamrin dari Universitas Kristen Petra dengan judul “Makna Ragam Hias Binatang Pada Klenteng Kwan Sing Bio Di Tuban”

(Skripsi, 2007) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa naga memiliki arti yang sangat berharga dalam tradisi orang Tiongkok. Simbol-simbol yang melambangkan nilai-nilai kebajikan yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Tiongkok.

Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Harry Pujianto Yoswara mahasiswa Institut Teknologi Bandung dengan judul “Simbol dan Makna Bentuk Naga dalam studi kasus : Vihara Satya Budhi Bandung” (Skripsi,2008) dimana hasil penelitiannya menunjukkan tentang

(23)

77 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian yaitu, Simbol Naga, maka beberapa hal yang dapat disimpulkan pada penelitian ini adalah:

1. Relief naga yang terdapat pada bangunan Maha Vihara Maitreya baik pada eksterior maupun interior, sebagai relief yang merupakan ciri khas dari arsitektur Cina yang mengagungkan makhluk mitologis naga sebagai salah satu panutan hidup. Naga merupakan penggambaran seluruh hewan yang ada di dunia, dari hewan di langit, di laut, berkaki empat serta kekuatan masing-masing dari setiap hewan ada pada bentuk naga. Hal ini melambangkan bahwa masyarakat Cina memiliki beragam bentuk budaya yang menjadi satu dalam satu negara.

(24)

78

3. Naga merupakan suatu simbol dari kekuatan yang dapat memberikan kebaikan dan keberuntungan bagi umat manusia. Hal ini dapat terlihat dari bangunan-bangunan dengan arsitektur Cina memiliki ciri khas sendiri dengan memasang naga sebagai salah satu simbol keberuntungan bagi bangunan tersebut. Naga merupakan salah satu syarat pada bangunan-bangunan suci, salah satunya adalah Vihara, karena naga merupakan perwujudan kaisar yang hadir di dalam bangunan-bangunan suci. Kekaisaran sudah lama hilang, namun masyarakat Tionghoa masih mempercayai bahwa naga merupakan penjelmaan dari kaisar mereka sehingga bentuk naga akan selalu hadir di dalam arsitektur Tionghoa.

B. Saran

Bertolak dari intisari makna simbol naga yang terdapat pada Maha Vihara Maitreya, maka relief arsitekur simbol naga tersebut merupakan sebuah karya pemikiran yang mampu dipertahankan dalam bentuk simbol-simbol dalam budaya tradisi. Dengan demikian dimensi simbolis naga pada suku Tionghoa dapat dipahami dan ditafsirkan melalui nilai estetika. Oleh karena itu disarankan sebagai berikut:

1. Kepada kalangan akademisi beserta kalangan ilmiah lainnya untuk mengembangkan penelitian ragam budaya bangsa.

(25)

79

3. Khusunya kepada umat Buddha sendiri, perlu kesadaran estetis,historis, dan antropologis. Dengan kesadaran estetis maka kita dapat lebih santun menghargai lingkungan sekitar, dengan kesadaran historis kita dapat belajar dari pengalaman masa-masa lalu. Supaya dapat dicontoh dan dapat menghindari kesalahan. Kesadaran antropologis akan dapat mengambil hikmah terhadap kenyataan suku bangsa yang pluralis, sehingga saling menghargai dan mengakui eksistensi masing-masing.

(26)

80

DAFTAR PUSTAKA

Cassirer, E.1989. An Essay on Man, An Introduction to Philosophy of Human Culture.Terjemahan. Alois A. Nugroho. New Heaven Connectient: University Press.

Cirlot,J.E. 1971. Dictionary of Symbols.New York: Philosophical Library. Dharmojo, 2005. Sistem Simbol Munaba Waropen Papua.Jakarta: Pusat Bahasa. Dillistone, F.W.1986. The Power of Symbols.Terjemahan.A.Widyamartaya.

London: SCM Press Ltd.

Kerlinger, F. N.1990. Foundation of Behavioral Research.Terjemahan.Landung R. Simatupang.Yogyakarta: GADJAH MADA University Press.

Kusaladhamma.B.2004. Kronologi HidupBuddha.Jakarta:Ehipassiko Foundation.

Mulyono, Grace dan Diana Thamrin.2008. “Dimensi Interior”. Makna Ragam

Hias Binatang Pada Klenteng Kwan Sing Bio Di Tuban.Vol 6, No.1. Jurusan Desain Interior Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra.

Maulana, 2009. Kamus Ilmiah Populer.Yogyakarta: Absolut.

Saragih. D. 1994. Peranan Nilai Estetis Dalam Perkembangan Arsitektur. Yogyakarta.

Saragi, Daulat. 2007. Dimensi Simbolis Patung Primitif Batak Menurut Susanne Knauth Langer.Medan : Jurnal Seni Rupa FBS-UNIMED

Sachari. A. 2003. Pengantar Metodologi Penelitian.Bandung:Erlangga. Sayadaw.T.M. 2008. The Great Chronicle Of Buddhas.Terjemahan. Indra A.Jakarta: Giri Maigala Publications

Sunardi, S. T. 2002. Semiotika Negativa.Yogyakarta: Kanal DN II. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta.

Sumayono, E. 1993. Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat.Yogyakarta: Kanisius Widoyoko, E. P. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.Yogyakarta:

(27)

81

Woods, P. 1992. SymbolicInteractionism: Theory and Method. Dalam The Handbook of Qualitative Research in Education Margaret D. Lecompte et.al. (Ed). New York: Academic Press. Inc.

,2012.Mi Le Fo: Buddha Maitreya. Medan: DPD MAPANBUMI SUMUT. http://de-arch.blogspot.com/2008/10/konsep-pemikiran-arsitektur-modern.html

Gambar

Tabel 1. Perbedaan Antara Tanda dan Simbol ...........................................

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kualitas layanan tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen yang menggunakan Esia Center Darmo Surabaya, dan kepuasan konsumen tidak

Struktur Beton Bertulang 1 28 Ida Bagus Rai Widiarsa,ST, MASc., Ph.D Struktur Beton Bertulang 2 28 I Ketut Sudarsana, ST, Ph.D.. Struktur Beton Bertulang 3

maka menurut dalil pokok dari kalkulus integral, integral tentu diatas dapat dihitung dengan..

Dapat membangun sistem informasi geografis yang mampu menemukan Letak Sensor Gempa Di Gunung Sinabung dan mudah digunakan user..

Dalam ekonomi islam, bisnis dan etika tidak harus dipandang sebagai dua hal yang bertentangan, sebab, bisnis yang merupakan simbol dari urusan duniawi juga dianggap sebagai

Berdasarkan penjelasan-penjelasan pada paragraf sebelumnya bahwa kemungkinan karbon aktif berpotensi mengurangi dampak negatif dari VOCs termasuk formaldehida,

1.Panitia Pengadaan Barang Dan Jasa Madrasah Tsanawiyah Negeri Biau Kabupaten Buol Tahun Anggaran 2012, mengadakan pelelangan Umum pascakualifikasi dengan paket pekerjaan :. No