• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dalam emulgel anti-aging ekstrak teh hijau [Camelia sinensis [L]O.K] basis carbopol ® 940 dengan aplikasi simplex lattice design - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Optimasi komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dalam emulgel anti-aging ekstrak teh hijau [Camelia sinensis [L]O.K] basis carbopol ® 940 dengan aplikasi simplex lattice design - USD Repository"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI KOMPOSISI TWEEN 80 DAN SPAN 80 SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DALAM EMULGEL ANTI-AGING EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis (L)O.K) BASIS CARBOPOL® 940 DENGAN

APLIKASI SIMPLEX LATTICE DESIGN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Diajukan oleh: Fransiska Rosari Dewi

NIM : 048114104

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

OPTIMASI KOMPOSISI TWEEN 80 DAN SPAN 80 SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DALAM EMULGEL ANTI-AGING EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis (L)O.K) BASIS CARBOPOL® 940 DENGAN

APLIKASI SIMPLEX LATTICE DESIGN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Diajukan oleh: Fransiska Rosari Dewi

NIM : 048114104

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

v

KUPERSEMBAHKAN KARYA KECILKU UNTUK YANG KUKASIHI :

MY HERO””JESUS CHRIST”” PAPA, MAMA, MONIC

HELPIAN MADIANTARI atas semua duk unganny a

(6)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Fransiska Rosari Dewi

Nomor Mahasiswa : 048114104

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

OPTIMASI KOMPOSISI TWEEN 80 DAN SPAN 80 SEBAGAI

EMULSIFYING AGENT DALAM EMULGEL ANTI-AGING EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis (L)O.K) BASIS CARBOPOL® 940 DENGAN

APLIKASI SIMPLEX LATTICE DESIGN

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet ataumedia lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ujin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 18 Agustus 2008 Yang Menyatakan

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas rahmat dan anugerah-Nya yang melimpah penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi di bidang teknologi farmasi dengan judul: “Optimasi Komposisi Tween 80 dan Span 80 Sebagai Emulsifying Agent Dalam Emulgel Anti-aging Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis (L)O.K) Basis Carbopol ® 940 Dengan Aplikasi Simplex Lattice Design”, disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, berbagai pihak telah memberikan dukungan dan bantuan yang sangat besar. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih ya ng tidak terhingga kepada Bapak Saifullah Sulaiman, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah banyak meluangkan perhatian dan waktunya untuk memberikan bimbingan dan saran selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis banyak mengalami kesulitan selama penyelesaian skripsi ini. Tetapi dengan adanya bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

(8)

vii

2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak T.N Saifullah Sulaiman, M.Si., Apt., selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan atas segala bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Sri Hartati Yuliani., Apt., selaku Dosen Penguji atas segala kritik dan sarannya.

5. Ibu Agatha Busi Susiana, M.Si., Apt., selaku Dosen Penguji atas segala kritik dan sarannya.

6. Pak Musrifin, Agung, Iswandi, Ottok, Parlan, Sarwanto, Kunto serta laboran- laboran yang lain atas bantuannya selama penulis menyelesaikan laporan akhir.

7. Papa, mama, dan Monic atas segala dukungan dan doa selama penyusunan skripsi ini.

8. Maria, Finza, DK, Ineke, Ayu atas kerjasama, canda tawa dan keluh kesah selama penyusunan skripsi ini dan semua teman-teman angkatan 2004, terima kasih atas segala semangat dan kebersamaan kita yang indah.

(9)

viii

Penulis juga menyadari sepenuhnya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari keterbatasan dan kekurangan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

(10)

ix

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 14 Juli 2008

(11)

x INTISARI

Gejala penuaan dini sering kali ditakuti oleh kaum wanita. Banyak upaya dilakukan untuk mencegah penuaan dini pada kulit yang disebabkan oleh radikal bebas, diantaranya dengan menggunakan teh hijau. Teh hijau mengandung antioksidan yaitu polifenol dan derivat flavan atau secara umum juga disebut derivat katekin. Berbagai macam bentuk sediaan dibuat untuk memudahkan aplikasi pada kulit, salah satunya adalah emulgel. Pada sediaan emulgel terdapat sistem emulsi dan gel, sehingga emulsifying agent yang digunakan dalam sistem emulsi akan mempengaruhi sifat fisik dan kestabilannya.

Penelitian ini merupakan optimasi formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau (Camellia sinensis (L)O.K) tinjauan terhadap emulsifying agent tween 80 dan span 80. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh range komposisi optimum dari emulsifying agent sehingga dapat diperoleh emulgel yang mempunyai sifat fisik dan stabilitas yang baik. Optimasi tersebut dilakukan terhadap parameter sifat fisik sediaan emulgel (daya sebar dan viskositas) serta stabilitas sediaan emulgel dalam penyimpanan selama 1 bulan. Uji mikromeritik juga dilakukan untuk memberikan informasi tentang ukuran partikel sehingga dapat memberikan nilai estetika yang tinggi. Data hasil uji sifat fisik dianalisis secara statistik menggunakan analisis uji F dengan taraf kepercayaan 95%.

Dari penelitian ini dilakukan optimasi emulsifying agent pada emulgel

anti-aging ekstrak teh hijau (Camellia sinensis (L)O.K) dengan sifat fisik meliputi daya sebar 3-5 cm, viskositas 190-250 d.Pas dan stabilitas emulgel yang ditunjukkan dengan % pergeseran viskositas = 5%. Range komposisi optimum

emulsifying agent tween 80 dan span 80 yang diperoleh dari contour plot

superimposed berdasarkan sifat fisik dan stabilitas emulgel anti-aging ekstrak teh hijau adalah 80% tween 80 : 20% span 80 sampai dengan 100% span 80.

(12)

xi ABSTRACT

Women are often afraid of of premature aging symptoms . Green tea is one of many ways to prevent the skin from premature aging symptoms caused by free radical. Green tea have antioxidant compound which can inhibit the process of premature aging. The antioxidant compound are polyphenols and flavan derivate as generally called catekin derivate. There are many kinds of product has been made to achieve of application on skin, one of them is emulgel. There are two system of emulgel product i.e emulsion system and gelling system. Emulsion system that have been used in emulgel can be influence physical character and stability of emulgel.

This research was about optimization formula of antiaging of green tea extract (Camellia sinensis (L)O.K) emulgel review to tween 80 and span 80 as emulsifying agent. The aiming of this research was to obtain optimum composition range from tween 80 and span 80 as emulsifying agent to achieve a emulgel which had a good physical character and stability. This optimization was included of characteristic of semisolid (spreadability and viscosity) and the stability during storing for a month. Micromeritic test also done to give information about particle size so it could achieve a high aesthetics value. The physical characteristic parameter and stability of emulgel preparation was analyzed with F-test statistic using a 95%.

From this research was done optimization of emulsifying egent of the formulation of green tea extract antiaging emulgel with physical character such as spreadability 3 cm to 5 cm, viscosity 190 d.Pa.S to 250 d.Pa.S and stability which was shown with alteration of viscosity = 5%. The optimum range area exhibited by contour plot superimposes was 80% tween 80 : 20% span 80 until 100% span 80.

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

HALAMAN PEN GESAHAN... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix

INTISARI ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Keaslian Karya ... 4

D. Manfaat Penelitian... 5

(14)

xiii

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 6

A. Teh Hijau... 6

1. Klasifikasi tanaman... 6

2. Kandungan kimia ... 8

3. Khasiat dan Kegunaan ... 10

B. Kulit ... 10

C. Penuaan Kulit ... 15

D. Antioksidan... 20

E. Emulgel... 23

F. Emulsifying Agent... 23

1. Polysorbate 80... 25

2. Span 80... 26

G. Carbopol... 26

H. Mikromeritik ... 21

I. Metode Simplex Lattice Design ... 28

J. Keterangan Empiris... 29

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Jenis Rancangan Penelitian... 33

(15)

xiv

C. Definisi Operasional ... 33

D. Alat dan Bahan... 35

E. Tata Cara Penelitian... 36

1. Pengumpulan bahan penelitian ... 36

2. Pemeriksaan daun teh hijau... 36

3. Pemeriksaan Katekin... 37

4. Uji aktivitas antioksidan... 37

5. Optimasi proses pembuatan sediaan emulgel ... 39

6. Pembuatan sediaan emulgel... 40

7. Evaluasi sediaan emulgel... 41

8. Pengujian mikromeritik... 43

9. Uji iritasi primer... 43

10. Subjective assesment... 43

11. Analisis Data... 44

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Identifikasi teh hijau... 45

B. Pembuatan emulgel anti-aging ekstrak teh hijau... 53

C. Penentuan tipe emulsi ... 56

D. Sifat fisik dan stabilitas emulgel... 59

E. Pemisahan fase emulgel... 71

(16)

xv

G. Uji iritasi... 74

H. Optimasi Formula... 75

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 80

A. Kesimpulan... 80

B. Saran... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN ... 86

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Formula modifikasi untuk emulsifying agent... 38

Tabel II. Formula emulgel ekstrak teh hijau... 39

Tabel III. Nilai hRx teh hijau pada MMI dan penelitian... 46

Tabel IV. Hasil pemeriksaan identifikasi reaksi warna teh hijau... 47

Tabel V. Aktivitas antioksidan ekstrak teh hijau dan vitamin C menggunakan metode DPPH ... 50

Tabel VI. Nilai HLB formula… ... 56

Tabel VII. Hasil pengukuran sifat fisik emulgel... 60

Tabel VIII. Hasil perhitungan uji F pada daya sebar emulgel anti-aging... 63

Tabel IX. Hasil perhitungan uji F pada viskositas emulgel anti-aging... 67

Tabel X. Hasil perhitungan uji F pada pergeseran viskositas emulgel anti-aging. ... 70

Tabel XI. Hasil uji pH emulgel anti-aging... 70

Tabel XII. Hasil pengukuran tetesan minyak dalam emulgel... 73

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur penampang kulit ... 11

Gambar 2. Mekanisme reaksi antara DPPH dengan antioksidan... 22

Gambar 3. Struktur molekul polysorbate 80 ... 25

Gambar 4. Struktur molekul carbopol... 27

Gambar 5. Lempeng KLT diamati dengan sinar biasa dan UV... 45

Gambar 6. Spektrum perbandingan panjang gelombang antara ekstrak teh hijau dengan katekin hidrat... . 48

Gambar 7. Reaksi antara katekin dengan DPPH... 49

Gambar 8. Kurva hubungan antara konsentrasi (µ g/ml) dengan peredaman radikal bebas (%) pada vitamin C dan pada ekstrak teh hijau sebagai larutan pembanding ... 50

Gambar 9. Struktur senyawa polifenol dalam teh hijau... 52

Gambar 10. Pengenceran emulgel dengan akuadest ... 57

Gambar 11. Pewarnaan emulgel dengan methylen blue... 59

Gambar 12. Grafik hubungan tween 80 dan span 80 dengan respon daya sebar emulgel anti-aging ekstrak teh hijau ... 62

Gambar 13. Grafik hubungan tween 80 dan span 80 dengan respon viskositas emulgel anti-aging ekstrak teh hijau... 66

(19)

xviii

Gambar 15. Grafik distribusi ukuran partikel droplet emulsi dalam emulgel anti- aging ekstrak teh hijau... 73 Gambar 16. Uji iritasi pada kulit kelinci... 75 Gambar 17. Contour Plot daya sebar emulgel anti-aging ekstrak teh hijau.... 77 Gambar 18. Contour Plot viskositas emulgel anti-aging ekstrak teh hijau... 78 Gambar 19. Contour Plot pergeseran viskositas emulgel anti-aging ekstrak teh Hijau... 79 Gambar 20. Contour Plot Superimposed emulgel anti-aging ekstrak teh

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Uji Daya Antioksidan... 86

Lampiran 2. Data Sifat Fisis dan Stabilitas Emulgel ... 88

Lampiran 3. Data pH Emulgel ... 90

Lampiran 4. Persamaan Simplex Lattice Design... 91

Lampiran 5. uji F ... 98

Lampiran 6. Data uji mikromeritik emulgel... 107

Lampiran 7. Data uji Iritasi Primer ... 112

Lampiran 8. Perbandingan Komposisi Basis pada Kriteria Penerimaan Masing- Masing Sifat Fisis Gel... 114

Lampiran 9. Kuisioner subjective assessment... 117

Lampiran 10. Foto emulgel anti-aging ekstrak teh hijau... 124

Lampiran 11. Hasil pemeriksaan ekstrak teh hijau... 125

(21)

1 BAB I

A. LATAR BELAKANG

Penuaan merupakan suatu proses alamiah yang secara normal terjadi di dalam tubuh dan merupakan suatu episode kehidupan yang tak terelakkan. Seperti halnya gigi dan mata, kulit merupakan organ yang bisa berubah karena usia dan karena faktor lain, dan hal itu mudah diamati. Tingkat perubahannya bervariasi pada perorangan maupun pada bagian tubuh yang bersangkutan. Dahulu proses menua dianggap wajar dan tidak mungkin dihindarkan karena berlangsung alami. Namun, seiring dengan kemajuanilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran, saat ini proses menua telah diketahui bukan hanya sebagai akibat usia atau pengaruh genetik melainkan oleh faktor serangan beberapa radikal bebas. Akibatnya tubuh tidak dapat bertahan terhadap kerusakan atau memperbaiki kerusakan jaringan itu (Mitsui, 1997).

(22)

muncul noda- noda hitam pada kulit, kulit kusam, dan tidak bercahaya. Hal ini terjadi karena adanya radikal bebas (Baumann, 2002).

Banyak upaya dilakukan untuk mencegah penuaan dini pada kulit yang disebabkan oleh radikal bebas, diantaranya dengan menggunakan teh hijau. Teh hijau mengandung antioksidan yaitu polifenol dan derivat flavan atau secara umum juga disebut derivat katekin. EGCG (epigalokatekin galat) dan quercetin merupakan antioksidan kuat dengan kekuatan 100 kali lebih, tinggi dari vitamin C dan 25 kali vitamin E yang juga merupakan antioksidan potensial, sebagai penyegar kulit dan mengatur keseimbangan radikal bebas. Adanya kandungan senyawa polifenol berupa katekin ini yang memberikan aktivitas antioksidan sehingga dapat mengurangi kerusakan sel dan proses penuaan dini menjadi lebih lambat (Fulder, 2004).

Ekstrak teh hijau juga dapat digunakan sebagai antipenuaan dini dengan konsentrasi 5-10% (Anonim, 2002). Secara empiris untuk menghambat penuaan dini dapat digunakan 3 gram daun teh hijau yang diseduh dengan 150 ml air mendidih, didiamkan dalam keadaan tertutup sampai dingin dan disaring kemudian digunakan untuk membasuh wajah (Mursito, 2000). Cara-cara tersebut dirasakan kurang praktis, khususnya bagi masyarakat yang memiliki aktifitas cukup padat, karena itu dibuat suatu sediaan topikal yang didesain untuk penggunaan lokal pada kulit secara lebih praktis dan lebih efektif. Ada berbagai macam bentuk sediaan topikal, antara lain

(23)

(Mitsui, 1997). Adanya sistem emulsi dalam bentuk sediaan emulgel, maka akan memberikan penetrasi tinggi di kulit. Atas dasar kelebihan dari emulsi dan gel tersebut maka dibuat sediaan emulgel.

Pada sediaan emulgel terdapat sistem emulsi dan gel. Pada sistem emulsi terdapat dua fase yang tidak saling campur sehingga emulsifying agent yang digunakan dalam sistem emulsi akan mempengaruhi sifat fisik dan kestabilannya. Dalam penelitian ini digunakan tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent.

Penggunaan tween 80 dan span 80 secara bersamaan akan meningkatkan sifat fisik dan

stabilitas emulgel yang dihasilkan. Kombinasi emulsifying agent dapat dilakukan untuk mencapai HLB yang diinginkan. Kombinasi emulsifying agent akan mempengaruhi sifat fisik dan kestabilan sistem emulsi.

Pada penelitian ini akan dilakukan optimasi emulsifiying agent pada sediaan emulgel yang menggunakan tween 80 dan span 80, menggunakan basis gel carbopol, yang berasal dari polimer sintesis dengan berat molekul yang tinggi dari ikatan silang asam akrilat dengan alil eter (Stephenson, 2000). Sebagai bahan utama digunakan ekstrak teh hijau dengan konsentrasi 5 %.

B. PERUMUSAN MASALAH

(24)

2. Bagaimana profil sifat fisik dan stabilitas emulgel anti-aging ekstrak teh hijau (Camellia sinensis (L.)O.K.) dengan berbagai variasi komposisi

emulsifying agent tween 80 dan span 80 ?

3. Pada range komposisi optimum berapakah span 80 dan tween 80 menghasilkan sediaan emulgel anti-aging ekstrak teh hijau (Camellia sinensis (L.)O.K.) yang dikehendaki?

C. KEASLIAN PENELITIAN

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang formulasi sediaan emulgel ekstrak teh hijau yang digunakan sebagai emulgel anti-aging dengan emulsifying agent Polysorbate 80dan Span 80belum pernah dilakukan.

D. TUJUAN PENELITIAN a. Tujuan umum

Memproduksi sediaan emulgel ekstrak teh hijau yang stabil secara fisik. b. Tujuan khusus

(25)

§ Untuk mengetahui profil sifat fisik dan stabilitas emulgel anti-aging ekstrak teh hijau (Camellia sinensis (L.)O.K.) dengan berbagai variasi komposisi emulsifying agent tween 80 dan span 80.

§ Mengetahui range optimum emulsifying agent pada counter plot dengan metode Simplex Lattice Design terhadap sifat fisik emulgel.

E. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat teoritis

Menambah pengetahuan tentang bentuk sediaan emulgel yang berasal dari bahan alam.

2. Manfaat metodologis

Menambah ilmu pengetahuan dalam bidang kefarmasian mengenai penggunaan metode Simplex Lattice Design dalam formulasi emulgel anti-aging ekstrak teh hijau.

3. Manfaat praktis

Mengetahui range komposisi formula optimum dari profil respon sifat fisik emulgel anti-aging ekstrak teh hijau (Camellia sinensis (L)O.K.) dengan

(26)

6 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A.Teh

Klasifikasi

Devisi : Spermatophyta (tumbuhan biji) Sub devisi : Angiospermae (tumbuhan biji terbuka) Kelas : Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah) Sub kelas : Guttiferales (Clusiales)

Familia (suku) : Camelliaceae (Theaceae)

Genus (marga) : Camellia

Spesies (jenis) : Camellia sinensis

Varietas : Assamica

Sinonim : Camellia bohea Griff, C. sinensis (L) O.K., C. theifera Dyer.,

Thea sinensis L,. T. asamica Mast, T. cochinchinensis

Lour., T. cantoniensis Lour., T. chinensis Sims., T. viridis L. (Tuminah, 2004)

1. Klasifikasi teh

(27)

Teh hijau dibuat melalui inaktivasi enzim polifenol oksidasenya di dalam daun teh segar. Metode inaktivasi enzim polifenol oksidase teh hijau dapat dilakukan melalui pemanasan (udara panas) yaitu memanaskan daun yang sudah kering dan penguapan (steam /uap air) dimana daun teh segar yang masih baru dipetik diuapkan sebentar kemudian dikeringkan. Kedua metode ini berguna untuk mencegah tejadinya oksidasi enzimatis katekin (Fulder, 2004).

Teh hitam dibuat dengan cara memfermentasikan daun teh, yang sebelumnya sedikit dikeringkan dengan udara hangat, dilayukan dan digiling di bawah pengaruh panas yaitu melalui oksidase katekin dalam daun segar dengan katalis polifenol oksidase atau yang disebut dengan fermentasi. Proses fermentasi ini dihasilkan dalam oksidasi polifenol sederhana, ya itu katekin teh diubah menjadi molekul yang lebih kompleks dan pekat sehingga memberi ciri khas teh hitam, yaitu berwarna kuat dan tajam (Syah, 2006).

(28)

2. Kandungan kimia (Syah, 2006)

Bahan-bahan kimia dalam daun teh dapat digolongkan manjadi empat kelompok besar, yaitu substansi fenol, substansi bukan fenol, substansi penyebab aroma dan enzim.

a. Substansi fenol 1) Katekin (polifenol)

Katekin merupakan senyawa dominan dari polifenol teh hijau yang merupakan senyawa larut dalam air, tidak berwarna dan memberikan rasa pahit, tidak bersifat menyamak dan tidak berpengaruh buruk terhadap pencernaan makanan, katekin teh bersifat antimikroba (bakteri, virus), antioksidan, antiradiasi, memperkuat penbuluh darah, melancarkan sekresi air seni dan menghambat pertumbuhan sel kanker.

(29)

2) Flavanol

Flavanol dalam teh meliputi quersetin, kaemferol, dan mirisetin. Flavanol merupakan antioksidan alami yang mampu mengikat logam.

b. Substansi bukan fenol

Substansi bukan fenol terdiri dari: 4 % karbohidrat, 6 % substansi pektin, 3-4 % alkaloid seperti teofilin (1,3-dimetil xantin), teobromin (3,7-dimetil xantin) dan kafein (1,3,7-trimetil xantin). Kafein dapat berfungsi sebagai stimulan pada sistem CNS (Central Nervous System) dalam sistem respiratori dan jantung. Kandungan teh hijau lainnya adalah klorofil dan zat warna lain, protein dan asam-asam amino, asam organik substansi resin, vitamin, substansi mineral (magnesium, kalium, flour, natrium kalsium seng, mangan, tembaga, selenium).

c. Substansi penyebab aroma

Beberapa pendapat menyatakan bahwa aroma teh berasal dari glikosida yang terurai menjadi gula sederhana dan senyawa beraroma. Pendapat lain mengatakan aroma berasal dari oksidasi karotenoid yang menghasilkan senyawa mudah menguap (aldehid dan keton tidak jenuh).

d. Enzim

(30)

3. Khasiat dan guna

Teh hijau mempunyai berbagai macam khasiat antara lain sebagai anti kanker (mencegah terjadinya kanker perut, kanker payudara, kanker kandungan, kanker prostat, kanker rongga mulut, antimikroba dan antibakteri), mencegah karies gigi, antidiabetes, meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah penuaan dini (anti-aging), mengobati diare dan mencegah osteoporosis.

Penelitian ini menitik beratkan pada fungsi teh hijau sebagai pencegah penuaan dini (anti-aging) yang telah lama dibuktikan oleh masyarakat secara empiris yaitu dengan menggunakan 3 gram daun teh hijau yang diseduh dengan 150 ml air mendidih, didiamkan dalam keadaan tertutup sampai dingin dan disaring kemudian digunakan untuk membasuh wajah (Mursito, 2000)

B.Kulit

1. Struktur kulit

(31)

Kulit berfungsi sebagai pelindung tubuh dari pengaruh luar baik secara fisik maupun imunologik. Kulit juga berperan penting dalam interaksi antar individu dengan lingkungan, karena merupakan indera yang sensitif terhadap sentuhan yang kadang membuat perasaan emosional (Rawling, 2002).

Kecantikan kulit dipengaruhi oleh keadaan keratinisasi (pigmentasi lebih gelap) pada permukaan sel, aktivitas kelenjar sekresi, dan keadaan jaringan lemak. Kelembaban kulit yang rendah menyebabkan kulit kering, kasar, dan tidak menarik. Pada tingkatan yang lebih buruk menyebabkan kulit pecah-pecah dan mudah teriritasi (Rawling, 2002).

(32)

2. Fungsi umum kulit

a. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)

Sebagai respon dari suhu lingkungan yang tinggi atau latihan yang sangat berat, produksi dari kelenjar lemak akan membantu untuk menurunkan suhu tubuh kembali ke normal. Perubahan aliran darah ke kulit juga merubah sifat jaringan dan membantu mengatur suhu tubuh.

b. Proteksi

Kulit menutupi tubuh dan merupakan barier atau rintangan fisik yang melindungi jaringan di bawahnya dari abrasi fisik, invasi bakteri, dehid rasi dan radiasi ultraviolet.

c. Pengindera (sensori)

Kulit terdiri dari berbagai ujung saraf dan reseptor yang menerima rangsang suhu, sentuhan, tekanan dan sakit.

d. Ekskresi

(33)

e. Pembentukkan vitamin D

Kulit dapat membentuk vitamin D dari bahan baku 7-dihidroksikolesterol dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih lebih rendah dari kebutuhan tubuh, maka diperlukan vitamin D dari luar melalui makanan.

f. Imunitas

Beberapa sel tertentu dari epidermis merupakan komponen yang penting untuk imunitas, mempunyai kemampuan untuk memerangi penyakit dengan membentuk antibodi.

g. Pembentukkan pigmen

Sel pembentuk pigmen kulit terletak di lapisan basal epidermis. Jumlah melanosit serta jumlah dan besar melanin yang terbentuk menentukan warna kulit. Paparan sinar matahari mempengaruhi produksi melanin, jika paparan sinar matahari bertambah maka produksi melanin akan meningkat.

h. Keratinisasi

(34)

i. Absorpsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan maupun benda padat. Tetapi cairan yang mudah menguap mungkin lebih diserap kulit, begitu pula zat yang larut dalam minyak. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban udara, metabolisme, dan jenis pembawa zat yang menempel pada kulit.

Bermacam- macam senyawa dapat diabsorbsi melalui kulit. Ada 2 macam jalur absorpsi, yang pertama melalui epidermis dan yang kedua melalui kelenjar sebaseus dari folikel rambut. Steroid seperti hormon wanita, hormon pria, dan adrenokortikosteroid dan senyawa-senyawa yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, K diabsorbsi melalui kulit. Tetapi senyawa-senyawa yang larut dalam air tidak mudah diabsorbsi karena adanya barier untuk air dan zat- zat yang larut dalam air, barier ini dibentuk oleh lapisan tanduk. Kelarutan suatu senyawa dalam lemak, umur seseorang, suplai darah ke kulit, komposisi air pada lapisan tanduk, derajat kerusakan lapisan tanduk dan kelembaban merupakan hal- hal yang mempengaruhi absorpsi transdermal.

j. Ekspresi emosi

(35)

C.Penuaan kulit

Sebagai selubung tubuh, kulit merupakan tameng utama menghadapi ancaman kondisi luar tubuh, sinar ultraviolet salah satunya. Sinar ultravio let (UV) dan radikal bebas ini memang sering dianggap menjadi faktor utama penuaan dini alias premature aging. Tak heran kulit yang menua secara dini banyak dijumpai pada bagian tubuh yang terbuka, seperti wajah, lengan dan kaki.

Kulit berubah mengikuti usia seseorang. Walaupun proses penuaan tidak dapat dielakkan, pemahaman tentang proses penuaan yang terjadi di kulit sangat penting. Paparan sinar matahari dipercaya akan mempercepat proses perubahan kulit. Penuaan akan dapat dipercepat lagi oleh radikal bebas yang berada di sekitar kita. Diantara tanda-tanda penuan kulit yang dapat terlihat , yaitu kulit terlihat kering, kasar, kendur dan kehilangan elastisitasnya, terdapat bercak atau noda coklat kehitaman, keriput, adanya regangan kulit, timbul lipatan pada leher, dan garis-garis ketuaan di wajah (Baumann, 2002). Kelainan yang terjadi pada penuaan dini berupa kulit kering, kulit berkerut, muncul noda- noda hitam pada kulit karena kerusakan protein dan asam amino yang merupakan struktur utama kolagen dan elastin, dilanjutkan dengan kerusakan pembuluh darah kulit dan menimbulkan pigmentasi kulit, kulit kusam, dan tidak bercahaya. Hal ini terjadi karena adanya radikal bebas (Hermani, 2005).

(36)

adanya noda hitam (pigmentasi), tirosinase merupakan enzim utama dalam pembentukan melanin (Avanti, 2002).

Tirosinase berperan dalam mengkatalisis tiga reaksi yang berbeda dalam pembentukan melanin (melanogenesis), yaitu hidroksilasi tirosin menjadi dihidroksifenilalanin (DOPA), oksidasi DOPA menjadi dopakuinon dan oksidasi dihidroksiindol (DHI) menjadi indolkuinon. Hambatan pada pembentukan ataupun aktivitas enzim ini akan me nyebabkan pigmen melanin berkurang atau tidak terbentuk, sehingga noda hitam tidak terbentuk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan kulit adalah (Tortora, 1990):

1. Faktor eksternal a. Sinar matahari

Pajanan sinar matahari dapat menimbulkan berbagai derajat kerusakan pada kulit dan akhirnya dapat menyebabkan terjadinya penuaan kulit. Derajat kerusakan tergantung dari lamanya paparan serta dosis penyinaran yang diterima.

b. Kelembaban udara

(37)

c. Radikal bebas

Radikal bebas yaitu suatu molekul oksigen dengan atom yang ada orbit terluarnya memiliki elektron yang tidak berpasangan. Akibat dari kehilangan pasangannya itu, elektron menjadi tidak stabil, liar dan radikal. Akibatnya selalu berusaha mencari pasangan elektron, tetapi dengan cara yang radikal, yaitu merebut elektron dari molekul lain. Radikal bebas ini berakibat destruktif bagi melekul sel lain yang elektronnya dirampas. Aksi perampasan elektron itu menimbulkan reaksi berantai sehingga radikal bebas terakhir semakin banyak. Radikal bebas merusak molekul makro pembentuk sel, yaitu protein, karbohidrat (polisakarida), lemak, dan

deoxyribo nucleic acid (DNA). Akibatnya, sel menjadi rusak, mati, atau bermutasi. Peristiwa itu menjadi salah satu penyakit degeneratif seperti kanker dan penuaan sel. Pada sel kulit, misalnya radikal bebas akan merusak senyawa lemak dan membran sel. Lalu, kulit kehilangan ketegangannya (turgor), dan muncullah keriput.

(38)

2. Faktor internal. a. Faktor hormonal

Proses menua fisiologik lebih jelas terlihat pada wanita yang memasuki klimakterium atau menopause. Pada masa itu fungsi ovarium menurun, menyebabkan estrogen berkurang. Akibatnya akan terjadi atrofi sel epitel vagina, kekeringan dan penurunan elastisitas kulit.

b. Faktor keturunan (genetik)

Di mana kondisi kulit orang-orang tertentu mempunyai kecenderungan untuk mengalami penuaan lebih awal, seperti kerut dan uban.

c. Rasial

Ras terbagi menjadi beberapa macam. Masing- masing mempunyai struktur kulit yang berbeda, terutama struktur kulit yang berperan di dalam sistem pertahanan tubuh terhadap lingkungan, misalnya pigmen melanin. Pada ras kaukasia lebih mudah terjadi gejala kulit menua dini dan lebih mudah timbul lesi prakanker atau kanker kulit dibandingkan ras kulit berwarna.

d. Psikis

(39)

Kelainan yang terjadi pada proses penuaan:

1. Kulit kering dan kasar (xerosis cutis)

Kulit kering ditandai dengan adanya kemerahan, sisik-sisik dan retak-retak yang halus. Kulit kering terjadi karena kekurangan lemak kulit atau kandungan air. Di dalam lapisan tanduk terdapat faktor pelembab alami yang dapat mengatur kadar air dalam kulit. Kulit normal bila lapisan atas kulit ari mengandung air + 13%. Bila kadar air tersebut kurang dari 10 %, maka kulit akan terasa kering.

2. Kulit berkerut dan longgar (Wrinkle, laxity)

Kulit berkerut dan longgar/kendur serta garis kulit menjadi lebih jelas adalah merupakan proses penuaan. Keadaan ini disebabkan karena perubahan serabut kolagen dan serabut elastin yang menjaga kelenturan kulit berubah menjadi kaku, tidak lentur sehingga kehilangan elastisitasnya.

3. Bercak ketuaan/pigmentasi (mottled pigmentation)

Bercak tersebut dapat berupa noda yang merata (melasma) atau noda setempat yang dikenal sebagai frekle.

4. Tumor kulit

(40)

D.Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya secara cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali dan dapat merusak reaksi berantai dari radikal bebas (Hudson, 1990).

Antioksidan berdasarkan fungsinya dibedakan atas:

1. Antioksidan primer yang bekerja dengan cara mencegah terbentuknya radikal bebas yang baru dan mengubah radikal bebas menjadi molekul yang tidak merugikan. Sebagian besar zat fenolik, tiokoferol, alkil galat, BHA, BHT dan glutation peroksidase.

2. Antioksidan sekunder yang berfungsi untuk mena ngkap radikal bebas dan menghalangi terjadinya reaksi berantai, misalnya vitamin C, Vitamin E, beta karoten.

3. Antioksidan tersier yang bermanfaat untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel.

4. Oxygen scavenger, antioksidan yang dapat mengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi, misalnya vitamin C, askorbil palmitat.

5. Chelators, kerjanya mengikat logam yang mampu mengkatalisis rekasi

(41)

Aktivitas antioksidan suatu senyawa dapat diukur dengan kemampuan meredam radikal bebas. Dalam penelitian ini radikal bebas yang digunakan adalah DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil atau α,α-difenil-β-pikrilhidrazil). DPPH adalah merupakan suatu senyawa radikal bebas yang stabil. Prinsipnya adalah reaksi penangkapan hidrogen dari antioksidan oleh radikal bebas DPPH yang berwarna ungu dan dirubah menjadi 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin yang berwarna kuning stabil. Sebaliknya senyawa DPPH kehilangan H akan menjadi radikal baru yang reaktif. Suatu senyawa dapat digunakan sebagai radikal bebas yang bermanfaat, apabila setelah bereaksi dengan radikal bebas akan menghasilkan radikal baru yang stabil atau senyawa bukan radikal (Molyneux, 2004).

(42)

Reaksi antara DPPH sebagai radikal bebas dengan antioksidan: Gambar 2. Mekanisme reaksi antara DPPH dengan antioksidan

Nilai IC50 (Inhibiton Concentration 50) adalah konsentrasi antioksidan

(µg/ml) yang mampu menghambat 50 % radikal bebas. Nilai IC50 diperoleh dari

perpotongan garis antara 50 % daya hambatan dengan sumbu konsentrasi, kemudian dimasukkan ke persamaan Y = a + bx dimana Y = 50 dan nilai X menunjukkan IC50 (Yen, 1995).

Antioksidan bekerja mena ngkap radikal bebas yang ada dalam kulit. Molekul antioksidan berfungsi sebagai sumber hidrogen labil yang akan berikatan dengan radikal bebas. Dalam proses tersebut, antioksidan mengikat energi yang akan digunakan untuk pembentukan radikal bebas baru sehingga reaksi oksidasi berhenti. Antioksidan “mengorbankan dirinya” untuk teroksidasi oleh radikal bebas sehingga melindungi protein atau asam amino penyusun kolagen dan elastin (Anonim, 2006 ).

(43)

E. Emulgel

Emulgel atau gel emulsi merupakan gel yang mengandung emulgator lipofil. Sifat yang mencolok dari basis yang mengandung emulgator lipofil adalah kemampuan menarik air yang besar, karena itu dinyatakan sebagai basis absorpsi. Sistem emulsi dari jenis A/M terdiri dari salep hidrokarbon, hidrofob, salap trigliserida, sediaan hidrofil (M/A, salap polietilen glikol dan salap hidrogel). Basis absorpsi dapat memberikan efek berlemak dan memberikan efek penutup kulit, pernafasan kulit dipengaruhi oleh penggunaan dasar hidrofob. Sistem yang mengandung air memiliki kemampuan menyebar yang baik, mudah dioleskan (Voigt, 1995). Emulgel dibuat dengan mencampurkan emulsi dan gelling agent

dengan perbandingan tertentu. Syarat sediaan emulgel sama seperti syarat untuk sediaan gel, yaitu untuk penggunaan dermatologi harus mempunyai syarat sebagai berikut ; tiksotropik, berlemak, mempunyai daya sebar yang mudah melembutkan, dapat bercampur dengan beberapa zat tambahan (Magdy, 2004).

F.Emulsifying Agent

(44)

Suatu emulsi terdiri dari fase dispers (fase internal atau discontinuous phase), medium dispers (fase eksternal atau continuous phase), dan komponen ketiga yang diketahui sebagai emulsifying agent. Diameter globules fase dispers pada umumnya berada dalam rentang 0,1 – 10 µm meskipun ada beberapa yang lebih kecil dari 0,01 µm dan lebih besar dari 100 µm (Allen, 2002).

Emulsifying agent adalah surfaktan yang mengurangi tegangan antar muka antara minyak dan air, meminimalkan energi permukaan dari droplet yang terbentuk (Allen, 2002). Emulsifying agent merupakan suatu molekul yang mempunyai rantai hidrokarbon nonpolar dan polar pada tiap ujung rantai molekulnya. Emulsifying agent akan dapat menarik fase minyak dan fase air sekaligus dan emulsifying agent akan menempatkan diri berada di antara kedua fase tersebut. Keberadaan emulsifying agent akan menurunkan tegangan permukaan fase minyak dan fase air (Friberg dkk, 1996).

Penggunaan campuran dua macam emulsifying agent biasanya lebih stabil dibanding penggunaan emulsifying agent tunggal dengan menjumlahkan HLB secara langsung. Emulsifying agent dapat dicampurkan dengan perbandingan dan proporsi yang sesuai (Allen, 2002).

Emulsifying agent bekerja dengan membentuk film atau lapisan di

(45)

Penelitian ini digunakan emulsifying agent yang bersifat hidrofil, karena zat aktif yang ditambahkan bersifat hidrofil.

1. Polysorbate 80

Gambar 3. Struktur molekul polysorbate 80 (Anonim, 2007b)

Polysorbate 80 merupakan ester oleat dari sorbitol di mana tiap molekul anhidrida sorbitolnya berkopolimerisasi dengan 20 molekul etilenoksida (anhidrida sorbitol : etilenoksida = 1:20). Polysorbate 80 berupa cairan kental berwarna kuning muda sampai kuning sawo (Anonim, 1993), berbau karamel yang dapat menyebabkan pusing (Greenberg, 1954), panas dan kadang-kadang pahit (Anonim, 1993).

Polysorbate digunakan sebagai emulsifying agent pada emulsi topikal tipe minyak dalam air, dikombinasikan dengan emulsifier hidrofilik pada emulsi minyak dalam air, dan untuk menaikkan kemampuan menahan air pada salep, dengan konsentrasi 1-15% sebagai solubilizer. Polysorbate 80 digunakan secara luas pada kosmetik sebagai emulsifying agent (Smolinske, 1953).

(46)

berada pada suhu 5°-6°C, nilai pH 6.0-8.0, dan stabil dalam larutan dengan pH 2-12 (Greenberg, 1954). Polysorbate 80 digunakan sebagai emulsifier pada krim dan lotion, pelarut minyak esensial dalam air (Greenberg, 1954).

2. Span 80

Span 80 mempunyai nama lain sorbitan monooleat. Pemeriannya berupa warna kuning gading, cairan seperti minyak kental, bau khas tajam, terasa lunak. Kelarutannya tidak larut tetapi terdispersi dalam air, bercampur dengan alkohol, tidak larut dalam propilenglikol, larut dalam hampir semua minyak mineral dan nabati, sedikit larut dalam eter. Berat jenis pada 20oC adalah 1 gram. Nilai HLB 4,3. Viskositas pada 25oC adalah 1000 cps (Smolinske, 1992).

(47)

G.Carbopol

Carbopol merupakan polimer sintesis dari kelompok acrylic polymers

yang membentuk rantai silang dengan polyalkenyl ether (Zatz dan Kushla, 1996). Struktur molekul carbopol sebagai berikut :

C H

H C H

COOH n

Gambar 4. Struktur molekul carbopol

Carbopol digunakan sebagai suspending agent pada konsentrasi sampai 0,4% dan basis gel (Anonim, 1999; Weiner dan Bernstein, 1989). Selain itu, carbopol dapat menstabilkan emulsi dengan mengentalkan fase kontinyu sehingga mengurangi creaming dan coalescence atau dengan berfungsi sebagai emulsifier

pada konsentrasi kurang dari 1% (Barry, 1993; Zatz dan Kushla, 1996). Carbopol sensitif terhadap garam sehingga emulsi polimer yang terbentuk akan pecah ketika diaplikasikan pada kulit dan memberikan lapisan minyak pada permukaan kulit. Lapisan minyak ini tidak akan diemulsikan kembali ketika bersentuhan dengan air sehingga akan melekat pada kulit (Zatz dan Kushla, 1996). Carbopol tidak toksik, tidak mensentisasi, dan tidak mempengaruhi aktivitas biologi obat tertentu (Barry, 1983).

(48)

pseudoplastic, yaitu viskositas menurun seiring dengan kecepatan pencampuran yang meningkat (Zatz dan Kushla, 1996).

H.Mikromeritik

Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi tentang partikel kecil. Dalam bidang kefarmasian ada informasi yang perlu diperoleh dari partikel yaitu bentuk dan luas permukaan partikel serta ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel (Martin dan Cammarata,1993). Data tentang ukuran partikel diperoleh dalam diameter partikel dan distribusi diameter partikel, sedangkan bentuk partikel memberi gambaran tentang luas permukaan spesifik partikel dan texture-nya (kasar atau ha lus permukaan partikel) (Martin dan Bustamante, 1993).

Ukuran partikel merupakan diameter rata-rata partikel dari suatu sampel. Umumnya sifat sampel adalah polydisperse (heterogen) bermacam- macam diameter dengan range atau rentang yang lebar. Sampel dengan ukuran partikel yang sama disebut monodisperse tetapi sangat jarang ditemukan sampel yang

monodisperse. Dalam mikromeritik ada dua metode dasar untuk mengetahui

ukuran partikel yaitu metode mikroskopik dan metode pengayakan (Martin dan Cammarata,1993).

(49)

agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari distribusi, sehingga metode ini membutuhkan waktu dan ketelitian. Namun pengujian mikroskopik dari suatu sampel harus selalu dilaksanakan bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya, karena adanya gumpalan dan partikel-partkel lebih dari satu komponen seringkali bisa dideteksi dengan menggunakan metode mikroskopik (Martin dan Cammarata,1993).

I. Metode Simplex Lattice Design

Metode Simplex Lattice Design merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan suatu formula optimum dari suatu campuran. Dalam desainnya, jumlah total bagian komposisi campuran dibuat tetap, yaitu sama dengan satu (Bolton, 1997).

Dalam pendekatan Simplex Lattice Design akan dihasilkan suatu persamaan sebagai berikut Y = a(A) + b(B) + ab(A)(B)

Keterangan :

Y = Respon atau hasil penelitian A = Kadar proporsi komponen A B = Kadar proporsi komponen B

a, b, ab = Koefisien yang dihitung dari hasil percobaannya (Bolton, 1997).

(50)

Dari persamaan yang didapat maka dapat diprediksikan jumlah zat yang terlarut pada campuran dengan komposisi tertentu, sehingga dapat digambarkan profil antara campuran biner pelarut terhadap jumlah zat yang terlarut. Dari profil tersebut, maka secara teoritis dapat diprediksi bahwa campuran pelarut dengan beberapa bagian pelarut A dan beberapa bagian pelarut B dapat menghasilkan jumlah zat terlarut secara optimal. Hasil secara teoritis ini perlu dicek dengan hasil percobaan (Bolton, 1997).

J. Keterangan Empiris

Teh hijau bukan hanya sekedar minuman kesehatan tetapi juga bermanfaat untuk menjaga kecantikan. Sejumlah penelitian secara epidemilogis dan farmakologis menyebutkan bahwa ekstrak teh hijau memiliki pengaruh antioksidan yang kuat. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa keempat komponen polifenol teh: epigalokatekin galat, epikatekin galat, epigalokatekin, dan epikatekin merupakan antioksidan penting yang terdapat dalam teh hijau. Dengan kandungan antioksidan itu, teh hijau berpotensi sebagai penyegar kulit dan pengatur keseimbangan radikal bebas yang bisa memperlambat proses penuaan.

(51)

Pada penelitian ini akan dibuat sediaan emulgel dari ekstrak teh hijau. Pembuatan emulgel dilakukan dengan cara mencampurkan emulsi dan gel dengan perbandingan tertentu. Sebagai basis gel digunakan Carbopol® 940 yang merupakan polimer sintetik asam akrilat sebagai peningkat viskositas dan pembentuk gelling agent. Span 80 dan tween 80 digunakan sebagai emulsifying agent untuk menghasilkan emulsi yang stabil.

Parafin liquidum digunakan sebagai fase minyak yang bersifat oklusif, sehingga dapat mencegah penguapan air dan dapat menghidrasi stratum corneum, sehingga daya permeabilitas kulit meningkat dan membantu penetrasi.

Propilen glikol sebagai pelembab (humektan) untuk menarik air baik dari udara yang lembab maupun dari lapisan dermis dari kulit, tergantung tingkat kelembaban, sehingga mencegah kekeringan pada kulit, dan untuk membantu kelarutan metil paraben dan propil paraben sebagai pengawet (Wilkinson, 1982). Selain itu propilen glikol digunakan untuk mencegah kekeringan pada sediaan emulgel dan untuk meningkatkan aktivitas surfaktan nonionik. Kombinasi Metil paraben dan propil paraben menghasilkan efek sinergis dalam mencegah pertumbuhan mikroorganisme karena bentuk sediaan emulgel mengandung jumlah air yang banyak dan sangat menunjang pertumbuhan mikroba yang dapat mempengaruhi stabilitas sediaan.

(52)

di sediaan emulgel perlu dilakukan optimasi komposisi karena komposisi yang optimum akan menghasilkan sediaan emulgel yang stabil secara fisik.

Dalam penelitian ini dilakukan optimasi formula emulgel anti-aging

tinjauan terhadap emulsifyingagent tween 80 dan span 80 menggunakan metode

(53)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni menggunakan

Simplex Lattice Design dan bersifat eksploratif, yaitu mencari formula emulgel ekstrak teh hijau yang optimal yang dapat berfungsi sebagai sediaan anti-aging, stabil dalam penyimpanan dan dapat diterima masyarakat.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : komposisi emulsifiying agent Tween 80 dan Span 80.

2. Variabel tergantung : sifat fisik meliputi viskositas, daya sebar dan stabilitas fisik dari emulgel

3. Variabel pengacau terkendali : lama dan kecepatan pencampuran, dan lama penyimpanan emulgel

4. Variabel pengacau tidak terkendali : suhu ruangan, cemaran debu dan mikroorganisme.

C. Definisi operasional

1. Teh hijau adalah teh yang dibuat melalui inaktivasi enzim polifenol oksidase di dalam daun teh segar yang berperan sebagai zat antioksidan.

2. Emulgel adalah sediaan yang dibuat dengan mencampurkan emulsi baik

berupa tipe minyak dalam air maupun berupa tipe air dalam minyak dan

(54)

3. Komposisi emulsifying agent adalah banyaknya Span 80 dan Tween 80 yang digunakan dalam formula emulgel ekstrak teh hijau.

4. Emulsifying agent merupakan suatu senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan yang berada di antara dua cairan yang tidak saling campur sehingga salah satu cairan dapat terdispersi di dalam cairan yang lainnya.

5. Daya sebar yang optimum adalah daya sebar gel dengan diameter penyebaran dengan range diameter 3 cm – 5 cm.

6. Viskositas optimum adalah viskositas yang mempunyai nilai berkisar antara 190 dPa.s sampai 250 dPa.s.

7. Pergeseran viskositas optimum adalah selisih viskositas emulgel setelah disimpan selama 1 bulan (?2) pada suhu kamar dengan viskositas segera setelah

pembuatan yang telah dirata-rata (?1), dibandingkan dengan viskositas segera

setelah pembuatan. Pergeseran viskositas dihitung menurut rumus:

100%

Pergeseran viskositas yang optimum dalam penelitian ini adalah = 5 %.

8. Komposisi optimum adalah range komposisi humektan yang menghasilkan emulgel dengan daya sebar 3 cm – 5 cm, viskositas 190 dPa.s – 250 dPa.s, dan pergeseran viskositas = 5 %.

(55)

10. Contour plot superimposed adalah gabungan dari semua contour plot yang dapat digunakan untuk menentukan ada tidaknya prediksi komposisi formula optimum emulgel anti-aging.

D. Alat dan Bahan Penelitian 1. Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPPH (kualitas p.a.), metanol (kualitas p.a.), teh hijau (Camellia sinensis (L)O.K) (PT. Tritunggal Artha Makmur), carbopol® 940 (PT. Ikapharmamindo putramas, farmasetis), propilen glikol (Ikapharmamindo putramas, farmasetis), Tween 80 (PT. Ikapharmamindo putramas, farmasetis), Span 80 (PT. Ikapharmamindo putramas, farmasetis), liquid paraffin (PT. Ikapharmamindo putramas, farmasetis), metil paraben (PT. Ikapharmamindo putramas, farmasetis), propil paraben (PT. Ikapharmamindo putramas, farmasetis), aquadest, merah metal P, natrium fluoroseina P, biru metal P, hijau malakit P, isopropanol P (PT. Ikapharmamindo putramas, kualitas p.a.), silica gel GF254 , etil asetat,

metiletilketon P, dan asam format P.

2. Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : gelas ukur (Iwaki TE-32 Pirex® Japan Under lic.), bekker glass (Iwaki TE-32 Pirex® Japan Under lic.), mixer (Cucina Philips® dan Power Supply IC Regulated model ad

01), magnetic stirrer timbangan analitik (Mettler Toledo GB 3002),

(56)

(Casio®), mikroskop (Olympus CH2-Japan), alat pHmeter elektrik seri VT 03

(Rion-Japan) kaca bulat berskala (alat uji daya sebar), dan Viscotester seri VT 04(Rion-Japan).

E. Tata Cara Penelitian 1. Pengumpulan dan penyediaan bahan penelitian

Bahan utama yang digunakan untuk pene litian adalah ekstrak teh hijau (Crodarom, Prancis ).

2. Pemeriksaan ekstrak daun teh hijau

Pemeriksaan ekstrak daun teh hijau dilakukan secara Kromatografi lapis tipis (KLT). Ekstrak teh hijau buatan dan ekstrak teh hijau sampel serta pewarna II LP (campuran yang terdiri dari merah metal P, natrium fluoroseina P, biru metal P dan hijau malakit P sama banyak dalam isopropanol P 0,05%) ditotolkan sebanyak 10µl pada fase diam silica gel GF254. Eluasi dengan campuran etil asetat- metiletilketon asam format

(57)

3. Pemeriksaan Katekin

Pemeriksaan katekin pada teh hijau dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS yaitu dengan membandingkan spektrum yang dihasilkan oleh baku pembanding katekin dengan ekstrak teh hijau yang mengandung katekin. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang antara 266 - 280 nm, menggunakan konsentrasi yang sama (Anonim,2000).

4. Uji aktivitas antioksidan

Ekstrak teh hijau dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan radikal bebas DPPH.

Sampel pada uji aktivitas antioksidan (DPPH) adalah ekstrak teh hijau serta menggunakan vitamin C sebagai larutan pembanding.

a. Pembuatan larutan stok 1mM DPPH

Ditimbang seksama 39,5 mg DPPH (BM 394,32) dan dilarutkan dalam metanol p.a dan dimasukkan dalam botol yang telah dilapisi alluminium foil (untuk setiap pengujian larutan harus dibuat baru).

b. Pembuatan larutan DPPH tanpa penghambatan (0% penghambatan) sebagai larutan blangko

(58)

c. Persiapan larutan uji

Ditimbang seksama 5,0 mg sampel (ekstrak teh hijau) dan dilarutkan dalam metanol pro analisis hingga 5,0 ml sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000µg (sebagai larutan induk). Dipipet 25, 50, 125, 250, 500µl dan 1ml larutan induk ke dalam setiap labu ukur 5,0 ml untuk mendapatkan konsentrasi 5, 10, 25, 50, 100 dan 200µg/ml.

d. Persiapan larutan pembanding

Ditimbang seksama 5,0 mg vitamin C dan dilarutkan dalam metanol pro analisis hingga 5,0 ml sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000µg/ml (sebagai larutan induk). Dipipet 25, 50, 125 dan 250µl larutan induk ke dalam setiap labu ukur 5,0 ml untuk mendapatkan konsentrasi 5µg/ml, 10µg/ml, 25µg/ml dan 50µg/ml.

e. Uji aktivitas

(59)

5. Optimasi proses pembuatan sediaan emulgel

Formula chlorphenesin emulgel menurut Magdy (2004) sebagai berikut : Formula (%b/b) :

Purified water to 100

Dilakukan modifikasi dengan mengganti zat aktif dan beberapa eksipiennya. Formula hasil modifikasi adalah sebagai berikut :

Tabel I. Formula modifikasi untuk emulsifying agent

Komposisi I II III

Berdasarkan tabel tersebut, dibuat 5 formula emulgel ekstrak teh hijau. Dalam optimasi formula dengan variasi komposisi emulsifying agent

(60)

Tabel II. Formula emulgel ekstrak teh hijau

6. Pembuatan sediaan emulgel A. Pembuatan emulsi :

a. Fase minyak dibuat dengan mencampur span 80 dengan paraffin cair pada suhu 70-800C, lalu diaduk sampai homogen.

b. Fase air dibuat dengan mencampur tween 80 dan sebagian air pada suhu 70-800C, lalu diaduk sampai homogen.

c. Fase minyak ditambahkan ke fase air kemudian ditambahkan sisa air sambil terus diaduk dengan menggunakan pengaduk sampai terbentuk emulsi yang homogen.

B. Pembuatan dispersi Carbopol :

(61)

C. Pembuatan emulgel :

Emulsi dicampurkan dengan carbopol yang sudah didispersikan sampai terbentuk emulgel kemudian ditambahkan ekstrak teh hijau, metil paraben dan propil paraben yang telah dilarutkan dalam propilen glikol. Dihomo genkan dengan kecepatan pengadukan sebesar 400 RPM dengan waktu 20 menit.

7. Evaluasi sediaan emulgel :

a. Pemeriksaan organoleptik : (warna, bau, tekstur ) b. Pemeriksaan volume pemisahan

Sediaan dimasukkan ke dalam tabung berskala, kemudian diamati perubahan pemisahan fase yang terjadi pada hari ke-0, 1, 3, 5, 7, 14, 21, 28, dan 30. Dihitung persentase emulgel yang stabil dibandingkan dengan total volume emulgel dalam tabung berskala. Pemisahan fase

emulgel dapat dihitung dengan rumus :

Pemisahan fase emulgel = o

keterangan : hu = tinggi emulgel stabil (cm) ho = tinggi emulgel mula- mula (cm)

c. Pemeriksaan Viskositas

Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscosimeter Rion seri VT 04 dengan cara: emulgel dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada

(62)

gerakan jarum penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan dua kali, yaitu segera setelah emulgel selesai dibuat dan setelah penyimpanan selama 1 bulan (Instruction Manual Viscotester VT-03E/VT-04).

d. Pengujian Daya Sebar

Uji daya sebar dilakukan 48 jam setelah pembuatan dengan cara : emulgel ditimbang seberat 1 gram dan diletakkan ditengah kaca bulat berskala. Di atas emulgel diletakkan kaca bulat lain dan pemberat dengan berat total 125 gram, didiamkan selama 1 menit, dicatat diameter penyebarannya (Garg et al., 2002).

e. Tipe emulsi

Penentuan tipe emulsi :

1. Metode Pengenceran

Emulgel diletakkan di gelas arloji kemudian ditambahkan akuades dengan volume dua kali lipat volume emulgel dan diaduk dengan batang pengaduk hingga merata. Lakukan pengamatan apakah

emulgel masih tercampur merata atau tidak. 2) Metode Pewarnaan

Emulgel diletakkan di gelas arloji kemudian ditambahkan 5 tetes

(63)

8. Pengujian Mikromeritik

Penentuan ukuran partikel dengan metode mikroskopi, dengan alat mikroskop. Sebelum dilakukan pengukuran, terlebih dahulu mengkalibrasi lensa mikroskop. pengamatan ukuran partikel sebanyak 500 partikel dari emulgel teh hijau (Martin and Bustamante, 1993).

9. Uji Iritasi primer

Pada punggung kelinci dicukur bulunya dengan ukuran 5 x 5 cm sebanyak 6 kerokan. Pada kerokan pertama diolesi emulgel tanpa ekstrak teh hijau sebagai kontrol negatif dan pada 5 kerokan lainnya masing- masing diolesi dengan 0,5 gram emulgel dengan formula yang berbeda. Kemudian kerokan tersebut ditutup dengan plester. Te mpelan tersebut dibiarkan di kulit selama 1 minggu, kemudian diambil dan diamati pada kulit kelinci terjadinya eritema dan edema pada interval waktu 1 minggu (Lu, 1995).

Skor eritrema dan edema keseluruhan ditambahkan dari jam ke-24 sampai jam ke-74 dan skor rata untuk kulit utuh dan lecet digabungkan, rata-rata gabungan ini disebut indeks iritasi primer.

10.Subjective assesment

(64)

assesment digunakan sebagai pertimbangan unt uk menentukan batasan fisik sediaan emulgel.

11. Analisis data

a. Data daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas yang terkumpul dianalisis dengan pendekatan Simplex Latice Design untuk menghitung koefisien a,b, ab sehingga didapatkan persamaan Simplex Latice Design.

b. Data yang diperoleh dari uji sifat fisik, stabilitas dan efektifitas daya antioksidan emulgel ekstrak teh hijau kemudian dianalisis secara statistik menggunakan analisis uji-F dengan taraf kepercayaan 95 % untuk mengetahui validitas persamaan Simplex Latice Design. Apabila persamaan tersebut valid, maka persamaan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi respon tertentu dari campuran kedua emulsifier

dalam berbagai komposisi.

(65)

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Teh Hijau 1. Identifikasi secara KLT

Identifikasi teh hijau secara KLT bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa yang sama pada ekstrak teh hijau yang digunakan dengan seduhan daun teh hijau.

Gambar 5. Lempeng KLT diamati dengan sinar biasa dan UV (366 nm)

Keterangan :

a = seduhan etanol daun teh hijau b = ekstrak sampel

c = pewarna II LP (campuran yang terdiri dari merah metil P, Natrium fluoroseina P biru metil P, hijau malakit P dalam isopropanol P)

Sinar biasa (254 nm)

a b c

Sinar UV

366 nm

(66)

Hasil identifikasi ekstrak teh hijau yang menggunakan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak campuran etil asetat- metiletilketon-asam format-air (50:30:10:10) dengan jarak rambat 15 cm, setelah diamati dengan sinar biasa 254 nm dan sinar UV 366 nm menunjukkan tinggi bercak yang sama antara ekstrak teh hijau dengan larutan pembanding pewarna II LP. Larutan pewarna II LP berfungsi sebagai pembanding untuk mengetahui elusi ekstrak sampel dan seduhan daun teh hijau dan profil KLT dari ekstrak teh hijau dan seduhan daun teh hijau. Harga Rf bercak kesatu adalah 0,46 dan harga Rf bercak kedua adalah 0,76 sedangkan Rf II LP adalah 0,90. Harga Rx yang diperoleh dibandingkan dengan tabel MMI menandakan bahwa ekstrak tersebut merupakan ekstrak teh hijau yang memenuhi kriteria MMI.

Tabel III. Nilai hRx teh hijau pada MMI dan penelitian

Nilai hRx yang tertera pada MMI

Nilai hRx ekstrak teh hijau

49-53 51

80-84 84

(67)

Tabel IV. Hasil pemeriksaan identifikasi reaksi warna teh hijau

Pemeriksaan Syarat menurut literatur Hasil pemeriksaan

Pemerian Cairan coklat, bau aromatis Cair jernih, coklat, bau aromatis

PH 5,0 – 7,0 5,4

Identifikasi reaksi warna

a. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes asam sulfat pekat, terbentuk warna kuning b. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes asam

sulfat 10 N, terbentuk warna kuning

c. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida 5 %, terbentuk warna kuning hijau

d. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes larutan kalium hidroksida 5% terbentuk warna coklat e. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes asam

klorida pekat, terbentuk warna kuning

f. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes amonia (25 %), terbentuk warna coklat

g. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes larutan asam asetat encer, terbentuk warna kuning coklat

Berdasarkan hasil pengujian yang tertera pada tabel MMI maka ekstrak yang digunakan dinyatakan benar merupakan ekstrak teh hijau.

2. Pemeriksaan katekin pada ekstrak teh hijau

(68)

Gambar 6. Spektrum perbandingan panjang gelombang antara ekstrak teh hijau dengan katekin hidrat

Hasil identifikasi spektrum panjang gelombang maksimum antara ekstrak teh hijau dengan pembanding katekin hidrat serupa. Katekin Hidrat memiliki panjang gelombang 277,8 nm dan ekstrak teh hijau memiliki panjang gelombang 279 nm. Maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak teh hijau tersebut mengandung katekin hidrat.

3. Uji antioksidan ekstrak teh hijau

(69)

Scanning spektra sinar tampak terhadap larutan blanko yaitu larutan DPPH yang serapannya diukur pada range panjang gelombang 450-550 nm dilakukan terlebih dahulu sebelum pengukuran untuk mendapatkan panjang gelombang maksimum. Berikut adalah reaksi antara katekin dan radikal DPPH :

H O

Gambar 7. Reaksi antara katekin dengan DPPH

Pengukuran aktivitas antioksidan the hijau dilakukan pada panjang gelombang maksimum blangko (larutan DPPH). Pengukuran pada panjang gelombang maksimum karena pada panjang gelombang maksimum, perubahan serapan untuk setiap kadar adalah paling besar (Pecsok dkk, 1976). Dari hasil pengukuran didapat panjang gelombang maksimum 516 nm dengan serapan 0,528 kemudian dilakukan pengukuran untuk vitamin C dan ekstrak the hijau.

(70)

Tabel V. Aktivitas antioksidan ekstrak the hijau dan vitamin C

Baku vitamin C ekstrak teh hijau Linear (Baku vitamin C)

Gambar 8. Kurva hubungan antara konsentrasi (µg/ml) dengan peredaman radikal bebas

(%) pada vitamin C dan pada ekstrak teh hijau sebagai larutan pembanding.

(71)

dapat dilihat pada konsentrasi 100 µg/ml, % peredaman radikal bebas pada vitamin C dan ekstrak teh hijau secara berturut-turut yaitu 91,40% dan 92,48%. Selanjutnya ditentukan kurva hubungan antara konsentrasi dengan % peredaman radikal bebas sehingga didapat persamaan regresi linier dan dapat dihitung nilai IC50. IC50 yaitu konsentrasi larutan uji yang memberikan

peredaman DPPH sebesar 50 %. Hasil uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH menunjukkan bahwa ekstrak teh hijau mempunyai IC50 sebesar

26,19 µg/ml sedangkan aktivitas antioksidan vitamin C yang mempunyai nilai IC50 26,65 µg/ml. IC50 umum digunakan untuk menyatakan aktivitas

antioksidan suatu bahan uji dengan metode peredaman radikal bebas DPPH (Molyneux, 2004). Semakin kecil harga IC50 maka akan semakin besar

aktivitas antioksidannya.

Antioksidan dinyatakan aktif bila menghambat radikal bebas lebih dari 80 %, dinyatakan sedang bila menghambat radikal bebas 50-80 % dan dinyatakan tidak aktif bila menghambat radikal bebas kurang dari 50 %. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa % inhibisi ekstrak teh hijau sebesar 92,5%. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak teh hijau termasuk dalam kategori aktif sebagai antioksidan karena menghambat radikal bebas lebih dari 80 % sehingga dapat dibuat menjadi sediaan emulgel anti-aging.

(72)

epikatekin, epikatekingalat, epigalokatekin dan epigalokatekin galat (Soraya,

-Epicatechin - Epicatechin-3-gallate

O

Gambar 9. Struktur senyawa polifenol dalam teh hijau

(73)

B. Pembuatan emulgel anti-aging ekstrak teh hijau

Pembuatan emulgel anti-aging dimulai dengan mencampurkan bahan – bahan

sesuai dengan fasenya. Ada 2 fase berbeda yang tidak saling campur pada formula

emulgel anti-aging, yaitu fase air dan fase minyak. Fase air antara lain terdiri dari :

akuades, dan tween 80. Fase minyak antara lain: span 80, parfum, dan paraffin cair.

Dalam penelitian ini, fase minyak didispersikan ke fase air dengan emulsifying agent

tween 80 dan span 80 untuk membentuk emulsi bertipe M/A.

Secara umum, prins ip proses emulsifikasi yang melibatkan panas adalah

dengan memanaskan fase minyak dan fase air pada suhu kurang lebih 600 C.

Pencampuran dilakukan setelah kedua fase berada pada temperatur yang sama

(Anonim, 2006c). Sementara itu carbopol didispersikan dengan air sambil dipanaskan

dan distirer dengan kecepatan 700 rpm selama 20 menit untuk mempercepat proses

dispersi carbopol. Pada penelitian ini, emulsi yang sudah terbentuk dicampurkan ke

dalam gel kemudian dihomogenkan dengan mixer pada kecepatan 400 rpm selama 20

menit. Pemanasan disini berfungsi untuk memudahkan proses emulsifikasi, dan

menyamakan salah satu fase bahan yang akan dicampur karena pada suhu tersebut

carbopol telah terdispersi sempurna sehingga mudah dicampur dengan bahan–bahan

lain yang berupa cairan. Seiring pencampuran fase emulsi dan gel carbopol

ditambahkan ekstrak teh hijau selanjutnya campuran propil dan metil paraben dalam

propilen glikol. Penambahan bahan-bahan tersebut ditunggu sampai suhu gel dan

emulsi menurun (tidak langsung ditambahkan) hingga menyamai suhu ruangan (± 280

C). Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya oksidasi pada ekstrak teh hijau

dengan adanya panas yang menyebabkan oksidasi polifenol. Terjadinya oksidasi

(74)

mencegah penuaan dini pada kulit. Pada dasarnya carbopol bersifat stabil terhadap

mikroorganisme namun perlu ditambahkan pengawet untuk menstabilkan sistem

emulsi yang dibuat. Penambahan propil dan metil paraben bertujuan untuk mencegah

tumbuhnya jamur dan mikrorganisme secara sinergis dalam sediaan emulgel. Jika

fase air (tween 80) pada emulsi terkontaminasi dengan bakteri maka akan

menyebabkan ikatan pada bagian polar span 80 rusak sehingga ikatan yang semula

terbentuk antara tween 80 dan span 80 tidak kuat dan menyebabkan ketidakstabilan

pada rantai hidrokarbon yang akan mengakibatkan adanya coalesense pada sediaan

emulgel. Pemilihan pengawet dari golongan paraben dikarenakan emulsifying agent

yang digunakan bersifat nonionik. Propilen glikol digunakan untuk melarutkan propil

dan metil paraben, selain itu propilen glikol juga dapat berfungsi sebagai humektan

yang mempertahankan kelembapan kulit.

Efektifitas proses emulsifikasi ditentukan oleh efisiensi pembentukan dan

stabilisasi droplet. Pada penambahan emulsifying agent saat proses emulsifikasi,

tegangan antar muka antara fase minyak dan fase air akan turun. Turunnya tegangan

antar muka pada kedua fase menyebabkan emulsifying agent membentuk lapisan

mengelilingi fase minyak sehingga terbentuk tetesan / droplet minyak yang terdispersi

dalam fase air. Stabilitas sistem emulsi yang terbentuk dapat dicapai dengan adanya

span 80 dan tween 80 yang diprediksi dapat membentuk stable interfacial complex

condensed film. Lapisan ini bersifat fleksibel, viscous, koheren, dan tidak mudah

pecah selama molekul – molekulnya tertata dengan efisien satu dengan yang lainnya.

Kestabilan sistem emulgel terbentuk saat pencampuran emulsi dan gel. Gel mengandung thickening agent yang umumnya bersifat hidrofil. Bagian hidrofil

(75)

membentuk tekstur viskoelastis karena pada sistem emulsi mempunyai tekstur yang encer maka dapat meningkatkan viskositas sediaan emulgel. Pada matrik gel inilah stable interfacial complex condensed film yang terbentuk oleh sistem emulsi tween 80 dan span 80 terikat secara kuat pada tiap bagian thickening agent baik yang polar maupun bagian hidrokarbonnya sehingga menyebabkan ruang gerak antar droplet emulsi sempit. Adanya peningkatan viskositas sediaan menyebabkan ruang gerak antar partikel droplet emulsi sempit sehingga kemungkinan memisah kecil. Hal ini sesuai dengan hukum Stokes yang menyatakan bahwa viskositas sediaan yang tinggi dapat memperlambat laju

creaming sehingga sediaan menjadi lebih stabil.

Propilen glikol dan ekstrak teh hijau dalam sediaan emulgel anti-aging

Gambar

Gambar 18. Contour Plot viskositas emulgel anti-aging ekstrak teh hijau.....
Gambar 1. Penampang kulit manusia (Anonim, 2007a)
Gambar 2. Mekanisme reaksi antara DPPH dengan antioksidan
Gambar 3. Struktur molekul polysorbate 80 (Anonim, 2007b)
+7

Referensi

Dokumen terkait