• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi teh hijau

Identifikasi teh hijau secara KLT bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa yang sama pada ekstrak teh hijau yang digunakan dengan seduhan daun teh hijau.

Gambar 5. Lempeng KLT diamati dengan sinar biasa dan UV (366 nm) Keterangan :

a = seduhan etanol daun teh hijau b = ekstrak sampel

c = pewarna II LP (campuran yang terdiri dari merah metil P, Natrium fluoroseina P biru metil P, hijau malakit P dalam isopropanol P)

Sinar biasa (254 nm)

a b c

Sinar UV

366 nm

Hasil identifikasi ekstrak teh hijau yang menggunakan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak campuran etil asetat- metiletilketon-asam format-air (50:30:10:10) dengan jarak rambat 15 cm, setelah diamati dengan sinar biasa 254 nm dan sinar UV 366 nm menunjukkan tinggi bercak yang sama antara ekstrak teh hijau dengan larutan pembanding pewarna II LP. Larutan pewarna II LP berfungsi sebagai pembanding untuk mengetahui elusi ekstrak sampel dan seduhan daun teh hijau dan profil KLT dari ekstrak teh hijau dan seduhan daun teh hijau. Harga Rf bercak kesatu adalah 0,46 dan harga Rf bercak kedua adalah 0,76 sedangkan Rf II LP adalah 0,90. Harga Rx yang diperoleh dibandingkan dengan tabel MMI menandakan bahwa ekstrak tersebut merupakan ekstrak teh hijau yang memenuhi kriteria MMI.

Tabel III. Nilai hRx teh hijau pada MMI dan penelitian

Nilai hRx yang tertera pada MMI

Nilai hRx ekstrak teh hijau

49-53 51

80-84 84

Hasil identifikasi ekstrak KLT juga diperkuat dengan adanya identifikasi warna menggunakan pereaksi yang tertera dalam MMI. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kebenaran ekstak teh hijau yang digunakan. Pada tabel dapat diketahui bahwa reaksi warna yang muncul memenuhi syarat ekstrak teh hijau berdasarkan MMI.

Tabel IV. Hasil pemeriksaan identifikasi reaksi warna teh hijau

Pemeriksaan Syarat menurut literatur Hasil pemeriksaan Pemerian Cairan coklat, bau aromatis Cair jernih, coklat,

bau aromatis

PH 5,0 – 7,0 5,4

Identifikasi reaksi warna

a. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes asam sulfat pekat, terbentuk warna kuning b. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes asam

sulfat 10 N, terbentuk warna kuning

c. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida 5 %, terbentuk warna kuning hijau

d. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes larutan kalium hidroksida 5% terbentuk warna coklat e. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes asam

klorida pekat, terbentuk warna kuning

f. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes amonia (25 %), terbentuk warna coklat

g. Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 tetes larutan asam asetat encer, terbentuk warna kuning coklat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang tertera pada tabel MMI maka ekstrak yang digunakan dinyatakan benar merupakan ekstrak teh hijau.

2. Pemeriksaan katekin pada ekstrak teh hijau

Pemeriksaan katekin pada ekstrak teh hijau bertujuan untuk membuktikan adanya katekin yang terdapat pada ekstrak yang berperan dala m anti-aging. Dalam uji katekin ini menggunakan katekin hidrat sebagai baku katekin. Pemeriksaan katekin dilakukan pada panjang gelombang maksimum. Panjang gelombang maksimum adalah panjang gelombang dimana senyawa memberikan serapan paling besar.

Gambar 6. Spektrum perbandingan panjang gelombang antara ekstrak teh hijau dengan katekin hidrat

Hasil identifikasi spektrum panjang gelombang maksimum antara ekstrak teh hijau dengan pembanding katekin hidrat serupa. Katekin Hidrat memiliki panjang gelombang 277,8 nm dan ekstrak teh hijau memiliki panjang gelombang 279 nm. Maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak teh hijau tersebut mengandung katekin hidrat.

3. Uji antioksidan ekstrak teh hijau

Uji aktivitas antioksidan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar aktivitas antioksidan yang dihasilkan dari ekstrak the hijau yang digunakan dalam penelitian ini. Salah satu metode untuk menguji aktivitas antioksidan adalah dengan metode peredaman radikal bebas DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil atau α,α-difenil-β-pikrilhidrazil). Metode DPPH ini dipilih karena metode sederhana, murah, cepat dan peka serta membutuhkan sedikit sampel. Pada metode ini senyawa antioksidan (polifenol ekstrak teh hijau) akan bereaksi dengan radikal bebas DPPH melalui mekanisme donasi atom hidrogen dan menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari ungu ke kuning.

Scanning spektra sinar tampak terhadap larutan blanko yaitu larutan DPPH yang serapannya diukur pada range panjang gelombang 450-550 nm dilakukan terlebih dahulu sebelum pengukuran untuk mendapatkan panjang gelombang maksimum. Berikut adalah reaksi antara katekin dan radikal DPPH :

H O OH O H OH H OH OH DPPH HO OH O H OH H O O 4-(3,4-dihydro-3,5,7-trihydroxy-2H-chromen-2-yl)cyclohexa-3,5-diene-1,2-dione 3,4-dihydro-2-(3,4-dihydroxyphenyl)-2H-chromene-3,5,7-triol

Gambar 7. Reaksi antara katekin dengan DPPH

Pengukuran aktivitas antioksidan the hijau dilakukan pada panjang gelombang maksimum blangko (larutan DPPH). Pengukuran pada panjang gelombang maksimum karena pada panjang gelombang maksimum, perubahan serapan untuk setiap kadar adalah paling besar (Pecsok dkk, 1976). Dari hasil pengukuran didapat panjang gelombang maksimum 516 nm dengan serapan 0,528 kemudian dilakukan pengukuran untuk vitamin C dan ekstrak the hijau.

Berikut adalah data hasil uji aktivitas antioksidan vitamin C dan ekstrak the hijau dan kurva hubungan antara konsentrasi dengan % peredaman radikal bebas.

Tabel V. Aktivitas antioksidan ekstrak the hijau dan vitamin C menggunakan metode DPPH Sampel Konsentrasi (µg/ml) % inhibisi IC50 (µg/ml) Nilai R 5 24,55 ± 0,10 10 37,05 ± 0,66 25 48,67 ± 0,19 50 88,25 ± 0,19 Vitamin C 100 91,40 ± 0,66 26,65 r = 0,9019 rtabel 0,878 5 20,19 ± 0,29 10 33,52 ± 0,38 25 57,82 ± 0,47 50 89,51 ± 0,29 Ekstrak Teh hijau 100 92,48 ± 0,21 26,19 r = 0,8837 rtabel 0,878

Kurva Peredaman Radikal Bebas

0 20 40 60 80 100 120 0 20 40 60 80 100 120 Kadar (ppm)

Peredaman Radikal Bebas

(%)

Baku vitamin C ekstrak teh hijau Linear (Baku vitamin C)

Gambar 8. Kurva hubungan antara konsentrasi (µg/ml) dengan peredaman radikal bebas

(%) pada vitamin C dan pada ekstrak teh hijau sebagai larutan pembanding.

Hasil pengujian aktivitas antioksidan vitamin C dan ekstrak teh hijau dapat dilihat pada tabel V. Dari hasil serapan yang didapat kemudian dihitung % peredaman DPPH, yang menuj ukkan besarnya aktivitas antioksidan larutan uji (vitamin C dan ekstrak teh hijau) terhadap radikal bebas (DPPH). Dari data

dapat dilihat pada konsentrasi 100 µg/ml, % peredaman radikal bebas pada vitamin C dan ekstrak teh hijau secara berturut-turut yaitu 91,40% dan 92,48%. Selanjutnya ditentukan kurva hubungan antara konsentrasi dengan % peredaman radikal bebas sehingga didapat persamaan regresi linier dan dapat dihitung nilai IC50. IC50 yaitu konsentrasi larutan uji yang memberikan peredaman DPPH sebesar 50 %. Hasil uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH menunjukkan bahwa ekstrak teh hijau mempunyai IC50 sebesar 26,19 µg/ml sedangkan aktivitas antioksidan vitamin C yang mempunyai nilai IC50 26,65 µg/ml. IC50 umum digunakan untuk menyatakan aktivitas antioksidan suatu bahan uji dengan metode peredaman radikal bebas DPPH (Molyneux, 2004). Semakin kecil harga IC50 maka akan semakin besar aktivitas antioksidannya.

Antioksidan dinyatakan aktif bila menghambat radikal bebas lebih dari 80 %, dinyatakan sedang bila menghambat radikal bebas 50-80 % dan dinyatakan tidak aktif bila menghambat radikal bebas kurang dari 50 %. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa % inhibisi ekstrak teh hijau sebesar 92,5%. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak teh hijau termasuk dalam kategori aktif sebagai antioksidan karena menghambat radikal bebas lebih dari 80 % sehingga dapat dibuat menjadi sediaan emulgel anti-aging.

Teh hijau mengandung senyawa polifenol yang bersifat sebagai antioksidan. Antioksidan akan menetralkan radikal bebas, yang dapat menyebabkan penuaan kulit. Ada empat polifenol utama dalam daun teh yaitu

epikatekin, epikatekingalat, epigalokatekin dan epigalokatekin galat (Soraya, 2007). O OH OH H O OH OH 2-(3, 4-dihydroxyphenyl)chroman-3, 5,7-triol O O O H HO OH OH O OH OH OH 5,7-dihydroxy-2-(3,4-dihydroxyphenyl)chroman-3-yl 3,4,5-trihydroxybenzoate -Epicatechin - Epicatechin-3-gallate O OH OH HO OH OH OH 2-(3,4,5-trihydroxyphenyl)chroman-3,5,7-triol O O OH HO OH OH OH C O OH OH OH - Epigallocatechin - Epigallocatechin-3-gallate Gambar 9. Struktur senyawa polifenol dalam teh hijau

Struktur senyawa polifenol dari ekstrak teh hijau terdapat gugus hidroksi (OH). Gugus hidroksi ini dapat berperan sebagai antioksidan, semakin banyak gugus hidroksi suatu senyawa maka kemampuannya sebagai antioksidan semakin baik (Rohdiana, 2001).

Dokumen terkait