• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alat Peraga Sederhana Multifungsi untuk Pembelajaran Geografi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Alat Peraga Sederhana Multifungsi untuk Pembelajaran Geografi"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Mujahidin Agus adalah Guru IPS-Geografi SMP Negeri 3 Belopa Sulawesi Selatan

90

Mujahidin Agus

Abstract: The difficulty on observing natural occurences directly from the real world actually put effect on the difficulty to teach Geography on the lesson of atmosphere occurences. Based on that matter, a peculiar media is needed to reduce or even dismiss those difficulties. One of those media is multifunction modelling. This media is expected to be raise students’ spirit and participation on the learning activity. Result of the research stated that, using this multifunction modelling, the students were get used to behave scientifically. They were doing obervation, analysis, and interpretation on natural occurence which is shown by the modelling device. Beside that, the use of this multifunction modelling can help the students to achieve the competence to face world demand that grew competitif..

Key Words: multifunction peculiar media, observation, analysis, interpretation, natural occurence.

Penyajian materi Pengetahuan Sosial pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang ber-kaitan dengan ilmu Geografi sangat membutuhkan beragam alat peraga. Misalnya materi tentang geja-la-gejala yang terjadi di atmosfer. Sedangkan hing-ga saat ini, alat perahing-ga pembelajaran Geografi yang dimiliki sekolah masih sangat terbatas. Hal ini sa-ngat terkait dengan mahalnya harga dan sulitnya ditemukan alat peraga tersebut di pasaran. Bahkan boleh jadi alat peraga yang dibutuhkan ternyata memang belum pernah diciptakan sebelumnya.

Keterbatasan pengadaan itu terjadi baik kare-na terbatasnya kemampuan sekolah untuk pengada-annya, maupun karena keterbatasan guru yang ku-rang mampu berkreasi dan berinovasi. Misalnya dengan menciptakan alat peraga sederhana. Pada-hal, sudah menjadi salah satu tugas utama guru adalah membuat alat peraga, bahkan menciptakan-nya, dan bukan hanya sekadar menggunakan yang sudah ada. Sebab alat peraga merupakan salah satu aspek penting dalam upaya pencapaian tujuan pem-belajaran.

Akibatketerbatasanalatperaga,makameto- de yang selama ini diterapkan dalam pembelajaran materi tentang gejala-gejala yang terjadi di

atmos-fer hanyalah metode konvensional. Guru hanya menyajikan materi dengan berceramah dan meng-gunakan gambar, foto, atau yang lebih mutakhir dengan memutar VCD. Setelah itu, guru memim-pin diskusi kemudian memberikan penjelasan dan terakhir membimbing siswa menyimpulkannya. Akan tetapi bila media seperti itu tidak dimiliki oleh sekolah atau guru, maka metode yang diterap-kan lebih konvensional lagi. Guru mungkin hanya dapat menjelaskan dengan disertai ilustrasi di pa-pan tulis.

Apabila materi tersebut disajikan dengan me-tode konvensional, maka akan sangat sulit mene-rapkan metode inkuiri ataupun menemene-rapkan pende-katan kontekstual dalam proses pembelajaran. Sis-wa tidak mendapatkan suasana baru yang menjadi pengalaman nyata yang berkaitan dengan kehidup-an sehari-hari. Sehingga mereka sulit untuk me-ngembangkan potensi kecerdasan yang dimilikinya secara optimal. Siswa hanya menerima informasi dari apa yang didengar, dibaca, dan dilihatnya pada saat guru menyajikan materi.

Permasalahan lain yang ditemukan adalah suasana belajar menjadi kurang bergairah. Suasana kelas tidak hidup karena siswa tidak aktif menjadi

(2)

pelaku langsung dalam proses pembelajaran. Ter-kecuali jika siswa memiliki sarana belajar yang memadai di rumah dan terbiasa dengan belajar mandiri, maka metode diskusi dan tanya jawab bisa berlangsung lebih bergairah. Tetapi keadaan seperti itu masih sulit terpenuhi sehingga siswa kurang memiliki pengetahuan dasar untuk bekal melaku-kan diskusi dan tanya jawab.

Pada dasarnya, permasalahan tersebut di atas dapat diatasi manakala para guru mempunyai krea-tivitas yang cukup. Jika tidak mampu menciptakan alat peraga, paling tidak seorang guru harus mam-pu membuat alat peraga meskimam-pun dengan mencon-toh karya cipta orang lain dan tidak harus membeli. Sehingga alat peraga yang dibutuhkan tidak sela-manya hanya dipenuhi dengan biaya tinggi. Alter-natif yang memungkinkan untuk ditempuh adalah membuat alat peraga sederhana dengan biaya yang rendah, misalnya dengan memanfaatkan barang-barang bekas.

Penggunaan alat peraga dalam penyajian materi gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dapat memperagakan fenomena alam. Sehingga siswa dapat melihat secara langsung kejadian yang sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Siswa dapat dituntun untuk melakukan penelitian seder-hana. Mereka dapat dilatih untuk mengamati (ob-servasi), mengkaji (analisis), dan menafsirkan (in-terpretasi).

METODE

Model yang diunggulkan untuk memecahkan masalah ataupun kendala yang ditemukan dalam penyajian materi tentang gejala-gejala yang terjadi di atmosfer adalah dengan menggunakan alat pera-ga sederhana. Alat perapera-ga tersebut merupakan hasil inovasi (rancangan dan buatan) penulis sendiri. Di-nyatakan alat peraga sederhana karena mengguna-kan bahan-bahan bekas yang mudah ditemui di ma-na saja, baik di perkotaan maupun di pedesaan. De-mikian pula alat yang dipergunakan untuk membu-at almembu-at serta bahan yang dibutuhkan dalam peraga-annya, juga mudah diperoleh.

Alatperagatersebutjugarelatifmudahdibu- at oleh guru, bahkan oleh siswa. Di samping itu, karena bahan yang dibutuhkan untuk membuatnya merupakan bahan bekas, maka biaya pembuatan-nya pun relatif sangat murah. Biaya yang

dibutuh-kan tidak lebih dari Rp.10.000,00. Hanya saja waktu yang dibutuhkan untuk membuatnya agak lama, sekitar dua atau tiga jam karena memerlukan proses pengeringan lem. Sehingga apabila dijakan sebagai tugas kelompok, sebaiknya siswa di-minta untuk membuatnya di rumah.

Secara tepat, metode pembelajaran yang se-suai untuk penggunaan alat peraga ini adalah meto-de meto-demonstrasi. Guru harus mampu memberi con-toh dan mampu membimbing siswa dalam pembu-atan dan penggunaan alat peraga. Selanjutnya me-tode ini divariasikan dengan meme-tode penugasan dan tanya jawab ataupun diskusi.

HASIL

Sebelum jadwal penyajian materi, terlebih dahulu guru menyampaikan kepada siswa tentang tugas kelompok membuat alat peraga. Guru mem-perlihatkan contoh alat peraga, membagikan petun-juk pembuatan, dan menjelaskan cara pembuatan-nya. Guru menyampaikan bahwa hasil karya terse-but akan dinilai. Berikut adalah alat peraga yang berhasil dibuat siswa:

Gambar 1 Alat Peraga Fenomena Alam

Pada hari penyajian materi, guru menilai ha-sil karya siswa sebelum mereka mempergunakan-nya untuk peragaan. Siswa diminta untuk menggu-nakan alat peraga sesuai dengan petunjuk yang te-lah dibagikan dengan mendapat petunjuk dari guru.

Setelah peragaan, guru memberikan kesem-patan kepada siswa melakukan diskusi kelompok

(3)

untuk menghasilkan rumusan kelompok tentang hasil observasi, analisis, dan interpretasi. Dapat pu-la dijadikan tugas individu untuk menipu-lai kompe-tensi perorangan. Guru memimpin diskusi kelas dengan menampilkan kelompok terpilih untuk me-nyajikan hasil rumusannya. Pada akhir penyajian, guru bersama siswa merumuskan kesimpulan ma-teri pelajaran. Guru melakukan penilaian hasil be-lajar pada akhir penyajian pokok bahasan Cuaca dan Iklim.

Sebagai catatan, karena alat peraga ini me-miliki beberapa fungsi peragaan, maka peragaan-nya dapat dilakukan berdasarkan pokok/sub pokok bahasan saja. Akan tetapi bila dipandang merepot-kan, dapat pula dilakukan semua fungsi peragaan dalam satu atau dua kali tatap muka. Kemudian pa-da pertemuan-pertemuan berikutnya dilakukanlah diskusi.

Fungsi Peragaan Tekanan Udara, Elastisitas Udara, dan Termometer

Gambar berikut memperlihatkan langkah-langkah percobaan yang dilakukan siswa dalam memahami konsep tekanan udara, elastisitas udara, dan termometer.

Gambar 1

Langkah-langkah Percobaan Tekanan Udara, Elatisitas Udara, dan Termometer

Percobaan dimulai dengan menuangkan air panas (bukan air mendidih) ke dalam cangkir. Beri pewarna lalu aduk hingga warnanya merata

(gam-bar 1a). Tuangkan air panas itu ke dalam botol be-sar. Tinggi air jangan melewati sedotan yang ada di dalam botol. Lalu tutup rapat botol besar tersebut (gambar 1b).

Baringkan alat peraga tersebut dengan ber-tumpu pada dudukannya (gambar 1c). Amati apa yang terjadi dengan air yang ada di dalam botol. Amati secara terus menerus hingga 2 atau 3 menit. Setelah tidak tampak lagi gelembung udara pada ujung sedotan (suhu menjadi lebih rendah/normal), tempelkan kedua telapak tangan pada botol besar, tapi jangan menekannya (gambar 1d). Amati apa yang terjadi pada tinggi air di dalam sedotan. Ban-dingkan bila botol itu disentuh dengan tangan yang dingin (telah direndam air es sebelumnya).

Setelah air panas dituangkan ke dalam botol besar dan ditutup rapat, lalu alat peraga diduduk-kan pada posisinya, maka air yang terdapat di da-lam botol besar akan memancur keluar melalui se-dotan. Setelah beberapa saat kemudian, air itu akan berhenti memancur dan secara perlahan air yang terdapat dalam sedotan akan bergerak turun. Pada akhirnya, akan terbentuk gelembung udara di ujung sedotan yang tenggelam di dalam air yang terdapat di dalam botol.

Bila suhu udara di dalam botol kembali nor-mal, lalu botol besar tadi disentuh dengan telapak tangan yang panas, maka air akan naik beberapa milimeter melalui sedotan. Tetapi jika disentuh de-ngan tade-ngan yang dingin (telah direndam air es) maka udara luar akan kembali masuk ke dalam bo-tol dan membentuk gelembung udara.

Melalui penggunaan alat peraga ini para sis-wa dapat memperoleh pengalaman nyata yang ba-ru. Mereka lebih mudah mengerti konsep yang di-sajikan kemudian menginterpretasikan dan menje-laskan peristiwa yang disaksikannya dari alat pera-ga tersebut. Hal ini menjadi latihan bagi pengem-bangan beragam potensi kecerdasan yang dimiliki siswa.

Pembiasaan siswa untuk mengamati suatu fe-nomena, menganalisis, menginterpretasi, dan me-ngemukakan pendapatnya sangat bermanfaat dalam upaya pengembangan sikap ilmiah dan kompetensi siswa. Sehingga peranan penggunaan alat peraga sangat penting sebagai media pengganti alam yang dapat menggambarkan fenomena sebenarnya yang terjadi di alam nyata. Menurut pengalaman penulis, siswa dapat pula dituntun untuk melakukan

(4)

peneli-tian. Mereka dapat belajar bagaimana melakukan observasi dan membedakannya dengan proses ana-lisis dan interpretasi.

Penyajian materi pelajaran dengan menggu-nakan alat peraga akan memberikan daya tarik ter-sendiri. Hampir semua siswa melibatkan diri dalam pembuatan, peragaan alat, ataupun pengamatan. Begitu pula dalam diskusi yang membahas hasil percobaan serta hasil analisis dan interpretasi. Sua-sana belajar di dalam kelas akan hidup.

Bila penyajian materi pelajaran dilakukan dengan menggunakan alat peraga, maka siswa akan memperoleh tambahan informasi atau pengetahuan dari apa yang didengar, dibaca, dikerjakan, diama-ti, dan didiskusikannya. Proses tersebut memung-kinkan seluruh potensi siswa dapat berperan secara optimal dalam memahami dan bahkan menemukan informasi baru. Siswa dituntun untuk mengerti apa yang dipelajarinya dan tidak sekadar mengingatnya saja. Terlebih lagi jika aktivitas belajar yang dila-kukannya merupakan pengalaman yang unik (con-tohnya membuat dan memakai alat peraga buatan sendiri). Maka informasi atau pengetahuan yang diperolehnya itu memungkinkan untuk tersimpan lama dalam ingatan anak.

Dalam hal ini, karena setiap siswa memper-oleh pengalaman dan informasi dengan proses pembelajaran yang sama maka penguasaan infor-masi dan pengetahuannya pun relatif sama. Sehing-ga dapat mengurangi kesenjanSehing-gan yang mencolok dalam penguasaan materi pelajaran antara siswa cerdas dan siswa yang kurang cerdas.

Rendahnya kesenjangan nilai antar siswa ter-bukti dengan hasil evaluasi yang dilakukan terha-dap materi gejala-gejala yang terjadi di atmosfer. Rata-rata setiap siswa dapat memenuhi standar kompetensi yang dituntut dengan perbedaan yang tidak terlalu mencolok. Sedangkan dalam penyaji-an materi ypenyaji-ang kurpenyaji-ang melibatkpenyaji-an siswa (tpenyaji-anpa alat peraga), terjadi kesenjangan yang tinggi.

PENUTUP

Penggunaan alat peraga dalam kegiatan bela-jar mengabela-jar sangat menentukan keberhasilan pen-capaian tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Alat peraga dapat menumbuhkan semangat belajar siswa, sehingga proses pembelajaran yang ber-langsung menjadi lebih baik dan bermutu. Jika

seti-ap siswa dseti-apat melibatkan diri dalam proses pem-belajaran dengan aktif maka potensi mereka dapat dikembangkan untuk memiliki kompetensi yang unggul dan mampu berkompetisi.

Penggunaan alat peraga akan memberikan pengalaman nyata yang menarik bagi siswa. Mere-ka dapat menemuMere-kan sendiri substansi materi yang dipelajarinya. Siswa mempelajari bukan saja dari apa yang dibaca, dilihat, ataupun didengarnya. Te-tapi lebih jauh lagi, siswa belajar pula dari yang di-alami, dibuat atau dikerjakannya.

Alat peraga dapat pula meringankan tugas guru dalam menyajikan materi. Guru tidak harus menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Guru cukup bertindak sebagai fasilitator dan rekan berdiskusi bagi siswa. Sehingga ia tidak perlu men-dominasi kegiatan pembelajaran. Guru tidak harus berceramah sepanjang waktu dalam kegiatan pem-belajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Americana Corporation. 1975. The Encyclopedia

Americana International Edition, vol. 1. New

York: Americana Corporation.

Arisworo, D., dkk. 2002. Mari Kita Mengenal

Fisi-ka untuk SLTP Kelas II. Bandung: Grafindo

Media Pratama.

Chaeruddin. 2004. Media Membantu Mempertinggi

Mutu Proses Belajar, Buletin Pusat Perbuku-an. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Cuaca

dan Iklim. Makalah disajikan dalam Pelatihan

Terintegrasi Pengetahuan Sosial, Jakarta.

DePorter, B., dkk. 2004. Quantum Teaching,

Mem-praktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang

Kelas. Bandung: Kaifa.

Giancolli, D. C. 1991. Physics 3rd Edition. London: Prentice-Hall International (UK) Limited. Grolier Incorporated. 1964. The Book of Popular

Sciences volume 1. New York: Grolier

Incor-porated.

Handoko. Tanpa tahun terbit. Klimatologi Dasar-landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan

Unsur-unsur Iklim. Jakarta: Pustaka Jaya.

Hayati, S., dkk. 2004. Pengetahuan Sosial

Geogra-fi SMP untuk Kelas VII. Jakarta: Esis.

Jones, ER. & Childers, RL. 1993. Contemporary

(5)

Addison-Wesley Publishing Company, Inc.. Lutgens, FK. & Tarbuck, EJ. 1995. The

Atmosphe-re - An Introduction to Meteorology 6th

editi-on. New Jersey: Prentice-Hall, Inc..

Sellers, A.H. & Robinson, P.J. 1988.

Contempo-rary Climatology. Hongkong: English

Langu-age Book Society/Longman.

Sulistyo, H.B., dkk. 2004. Geografi untuk SMP

Ke-las VII. Jakarta: Erlangga.

Taffel, A. 1986. Physics, Its Methodes, and Mean-ings. Newton: Allyn and Bacon, Inc..

Tanudidjaja, M.M. 1995. Ilmu Pengetahuan Bumi

dan Antariksa untuk SMU. Jakarta:

Depdik-bud.

Thurman, H. 1988. Introductory Oceanography 5th

Gambar

Gambar 1 Alat Peraga Fenomena Alam
Gambar  berikut  memperlihatkan  langkah- langkah-langkah  percobaan  yang  dilakukan  siswa  dalam  memahami konsep tekanan udara, elastisitas udara,  dan termometer

Referensi

Dokumen terkait

ADMIN PENDAFTARAN Pasien Dokter Membuat Rekam Medis Membuat Transaksi Rawat Jalan Memiliki Memiliki APOTEK DATA OBAT Mengelola Memiliki *Id_admin user pass *Id_pasien

GAYA HIDUP SEHAT DENGAN OLAHRAGA...

Siklus I, skor rata-rata aktivitas belajar peserta didik 3,73 dengan kriteria sangat baik, (2) ada peningkatan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran Two

Appearance of Mediating Elements (the Heavenly Swan Maidens); [3] The Theft (of the Cloak) & the Removal of the Lack (by marriage to the trapped maiden); [4] Marriage and

Berdasarkan analisis situasi yang telah dilakukan kepada dua sekolah mitra kegiatan ini, SD Islam Ulil Albab dan SD Al-irsyad Al-islamiyah, ditemukan perilaku yang

Larik yang tepat untuk melengkapi teks pantun tersebut adalah .... Ukuran tugu tiga

Mengingat persoalan dunia virtual sangat beragam dan kompleks, ada baiknya para peneliti media baru tidak hanya terpaku pada metode ini saja, namun perlu melakukan

Dengan begitu penyusun tertarik untuk meneliti bagaimana efektivitas pelaksanaan program KKBPK di Dusun Jasem Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul dan peran