• Tidak ada hasil yang ditemukan

MINI PROJECT. Disusun oleh: dr. Prajnya Paramitha Narendraswari. Pendamping: dr. Hj. Usmanawati NIP :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MINI PROJECT. Disusun oleh: dr. Prajnya Paramitha Narendraswari. Pendamping: dr. Hj. Usmanawati NIP :"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

MINI PROJECT

PROFIL PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG TUMBUH

KEMBANG DAN PRESKRINING TUMBUH KEMBANG ANAK 0 - 6

TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPINANG MUARA

Disusun oleh:

dr. Prajnya Paramitha Narendraswari

Pendamping:

dr. Hj. Usmanawati

NIP : 196102121988012002

Puskesmas Cipinang Muara

Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur

Program Dokter Internsip Periode Februari 2015 - Februari 2016

DAFTAR ISI

(2)

HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... 1. PENDAHULUAN... 1.1. Latar Belakang... 1.2.Rumusan Masalah... 1.3.Tujuan... 1.3.1...Tujuan Umum 6 1.3.2...Tujuan Khusus 7 1.4.Manfaat... 1.4.1...Manfaat bagi Penulis

7

1.4.2...Manfaat bagi Puskesmas 7

1.4.3...Manfaat bagi Masyarakat 7

2. TINJAUAN PUSTAKA... 2.1.Konsep Dasar Pengetahuan... 2.1.1.Pengertian Pengeahuan... 2.1.2.Kriteria Penilaian Pengetahuan... 2.2. Tumbuh Kembang Anak dan Faktor yang Mempengaruhinya... 2.2.1.Definisi Tumbuh Kembang... 2.2.2.Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang... 2.3. Definisi Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak... 2.4.Fungsi Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak... 2.5. Jenis Kegiatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak... 2.5.1.Deteksi dini Penyimpangan Pertumbuhan... 2.5.2. Deteksi dini Penyimpangan Perkembangan... 2.5.3. Deteksi dini Penyimpangan Mental Emosional... 2.6. Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak...

(3)

2.7. Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak...

3. METODE & HASIL... 3.1.Metodologi... 3.2. T e m p a t d a n W a k t u ... 2 2 3.3. S u b j e k ... 2 2 3.4. J e

(4)

n i s D a t a ... 2 2 3.5. I n s t r u m e n ... 2 3 3.6. P r o s e d u r ... 2 3 3.7. K e

(5)

r a n g k a K o n s e p ... 2 4 3.8. P u s k e s n a s ... 2 5 3.8.1. Gambaran Umum Puskesmas... 3.8.2. Profil Puskesmas Cipinang Muara... 3.8.3. Data Demografik... 3.8.4. Sumber Daya Kesehatan Puskesmas Cipinang Muara... 3.9. K a

(6)

r a k t e r i s t i k R e s p o n d e n ... 3 0 3.9.1. Jenis Kelamin & Pekerjaan... 3.9.2. Usia... 3.9.3. Pendidikan... 3.10.Data Pengetahuan Masyarakat... 3.11.Pemeriksaan Pertumbuhan Anak... 3.12.Pemeriksaan Perkembangan Anak... 4. PEMBAHASAN... 5. KESIMPULAN...

(7)

TABEL

Tabel 2.1. Jenis Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak... Tabel 2.2. Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini Pertumbuhan... Tabel 2.3. Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini Perkembangan... Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Kelurahan Cipinang Muara... Tabel 3.2. Data Sumber Daya Kesehatan... Tabel 3.3. DataSarana Kesehatan... Tabel 3.4. Data Sumber Daya Medis dan Non-medis di Puskesmas Cipinang Muara... Tabel 3.5. Data Posyandu... Tabel 3.6. Perbandingan Data Persentase Peserta yang Menjawab Benar Sebelum dan Sesudah Edukasi...

GAMBAR

Gambar 2.1. Posisi anak dan petugas ketika dilakukan pengukuran panjang badan... Gambar 2.2. Posisi berdiri anak saat diukur tinggi badan... Gambar 2.3. Cara Pengukuran Lingkar Kepala Anak... Gambar 3.1.Peta Kelurahan Cipinang Muara...

BAGAN

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Pengetahuan Orang Tua dan Preskrining Balita dan Anak Prasekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Cipinang Muara...

(8)

Bagan 3.2. Profil Jenis Kelamin Terhadap Pekerjaan Responden... Bagan 3.3. Distribusi Jenis Kelamin Subjek Anak-anak... Bagan 3.4. Profil Tingkat Pendidikan Responden... Bagan 3.5. Gambaran Status Gizi Balita dan Anak Prasekolah... Bagan 3.6. Gambaran Keterlambatan Perkembangan Balita dan Anak Prasekolah... LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan masyarakat merupakan persoalan signifikan yang harus menjadi perhatian pemerintah dan tenaga kesehatan. Salah satu bagian dari program kesehatan masyarakat adalah kesehatan anak usia dini, termasuk pemahaman mengenai karakteristik tumbuh kembang anak usia dini dan keterampilan dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak.1,2 Batasan anak menurut Konvensi Hak-hak Anak

tahun 1990 adalah manusia yang berumur di bawah 18 tahun, sedangkan profesi kedokteran memperhatikan tumbuh kembang anak sejak masa konsepsi sampai remaja.3,4

Pada dasarnya setiap anak akan melewati proses tumbuh kembang sesuai dengan tahapan usianya. Untuk memantau tumbuh kembang anak dengan baik maka para orangtua, tenaga kesehatan, pendidik, kader dan tenaga lainnya perlu mengetahui sekaligus mengenali ciri-ciri serta prinsip tumbuh kembang anak. Sesuai dengan proses tumbuh kembang, pemantauan perlu dilakukan sejak awal yaitu sewaktu dalam kandungan sampai dewasa. Dengan pemantauan yang baik akan dapat dideteksi adanya penyimpangan secara dini sehingga tindakan intervensi dan koreksi yang dilakukan akan mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. 1,2

Pembinaan tumbuh kembang anak merupakan salah satu upaya prioritas dalam mempersiapkan anak Indonesia menjadi calon generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, tangguh dan berbudi luhur. Mengingat jumlah anak di Indonesia sangat besar,

(9)

yaitu sekitar 10 persen dari seluruh populasi.1 Namun, menurut Laporan Akuntabilitas

Kinerja Direktorat Bina Kesehatan Anak Tahun 2013, capaian pelayanan kesehatan balita masih dibawah target (83%) yaitu 70,12% atau sebanyak 14.142 juta dari total 20.169 juta anak.5-7 Hal ini terulang kembali pada tahun 2014 dimana target cakupan pelayanan

kesehatan balita meningkat menjadi 85%, sedangkan pencapaian hanya 75,82%.5 Maka

sebagai calon penerus bangsa, kualitas pelayanan kesehatan balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius, agar mereka mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang. 3

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat merupakan salah satu tataran pelaksanaan pendidikan dan pemantauan kesehatan masyarakat.1 Pemantauan dan deteksi tumbuh kembang anak usia

dini merupakan bagian dari tugas tenaga kesehatan puskesmas di wilayah kerjanya masing-masing melalui program SDIDTK.1 Kegiatan ini dilakukan menyeluruh dan

terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga profesional.8 Tugas tersebut menjadi

sangat penting dan kompleks karena persoalan tumbuh kembang anak bukan semata terarah pada pertumbuhan dan kesehatan fisik saja, melainkan juga komprehensif pada perkembangan psikis anak usia dini. Kesalahan atau disfungsi yang terjadi pada salah satu faktor, baik fisik ataupun psikis akan mengganggu faktor lainnya.4 Apabila tidak

dilakukan pemantauan dan dan deteksi tumbuh kembang anak usia dini secara benar dan cermat, maka disfungsi tersebut dimungkinkan akan menjadi kelainan permanen pada diri anak.1-4 Mengingat pentingnya pengetahuan dan deteksi tumbuh kembang anak usia

dini, maka penulis bermaksud melaksanakan mini project Profil pengetahuan orang tua & peskrining tumbuh kembang balita dan anak prasekolah di wilayah kerja Puskesmas Cipinang Muara. Melalui upaya tersebut diharapkan puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat dapat turut mempersiapkan anak Indonesia menjadi calon generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, tangguh dan berbudi luhur.

1.2 Rumusan Masalah

- Bagaimana gambaran pengetahuan orang tua tentang tumbuh kembang anak pada warga Kelurahan Cipinang Muara?

(10)

- Seberapa efektif penyuluhan tentang tumbuh kembang berpengaruh terhadap pengetahuan tumbuh kembang anak pada warga Kelurahan Cipinang Muara?

- Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan anak balita dan anak prasekolah di wilayah kerja Puskesmas Cipinang Muara?

- Bagaimana upaya stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di Puskesmas Cipinang Muara?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

- Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas Cipinang Muara - Puskesmas Cipinang Muara dapat turut mempersiapkan anak Indonesia menjadi calon

generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, tangguh dan berbudi luhur. 1.3.2 Tujuan Khusus

- Terlaksananya program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di Puskesmas Cipinang Muara.

- Meningkatkan pemahaman dan keterampilan orang tua maupun kader di wilayah kerja Puskemas Cipinang Muara, dalam hal pengetahuan mengenai karakteristik, deteksi dini, intervensi, serta stimulasi tumbuh kembang anak usia dini.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat bagi Penulis

- Berperan serta dalam upaya deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak

- Mengaplikasikan pengetahuan mengenai program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak

- Melaksanakan mini project dalam rangka program internsip dokter Indonesia 1.4.2 Manfaat bagi Puskesmas

- Menambah pemahaman dan keterampilan para tenaga kesehatan puskesmas dan kader mengenai karakteristik dan deteksi tumbuh kembang anak usia dini.

- Terdeteksinya anak dengan keterlambatan perkembangan di wilayah kerja Puskesmas Cipinang Muara sehingga dapat dilakukan intervensi yang sesuai

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat

- Masyarakat terfasilitasi dalam program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak.

- Program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak juga diharapkan dapat mencegah dan meminimalisasi adanya efek negatif yang akan dialami anak dari disfungsi tumbuh kembang, seperti gangguan dan kecacatan tertentu, baik fisik

(11)
(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Pengetahuan

2.1.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan sebagian ingatan atas bahan-bahan yang telah dipelajari baik dari pengindraannya akan alam sekitar, maupun dari hal-hal yang terperinci oleh teori. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga.9

Pada bagian lain pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior), karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.9

2.1.2. Kriteria Penilaian Pengetahuan

Untuk mengukur pengetahuan menggunakan rumus:

% 100 x SM SP P  Keterangan : P = Nilai pencapaian (%)

SP = Skor yang didapat

SM = Skor maksimal semua pertanyaan yang dijawab benar

Dalam pemberian skor untuk pertanyaan karakteristik tidak berarti skor, sedangkan jawaban pertanyaan pengetahuan diberi skor 1 untuk jawaban yang benar dan jawaban yang salah diberi skor 0.

Berdasarkan hasil pertimbangan kemudian hasilnya di interprestasikan pada kriteria:

A).Pengetahuan baik = 76 – 100%

B).Pengetahuan cukup = 56 – 75 % C).Pengetahuan kurang = 40 – 55 % D).Pengetahuan buruk = < 40%10

2.2. Tumbuh Kembang Anak dan Faktor yang Mempengaruhinya 2.2.1. Definisi Tumbuh Kembang

(13)

interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang dan berat.1  Berat   badan   lebih   erat   kaitannya   dengan   status   gizi   dan

keseimbangan cairan (dehidrasi, retensi cairan), namun dapat digunakan sebagai data tambahan   untuk   menilai   pertumbuhan   anak.4  Pertambahan   lingkar   kepala   juga   perlu

dipantau,   karena   dapat   berkaitan   dengan   perkembangan   anak.   Perkembangan   adalah bertambahnya   kemampuan   struktur   dan   fungsi   tubuh   yang   lebih   kompleks   dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian, pendengaran, penglihatan, emosi, intelegensia, bahkan perkembangan moral.1,4

2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

Gangguan tumbuh kembang terjadi jika ada faktor genetik internal dan atau karena faktor eksternal (disebut juga faktor lingkungan) yang tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Adapun faktor internal yang dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak antara lain ras/ etnik atau bangsa, keluarga, usia, jenis kelamin, genetik (heredokonstitusional), dan kelainan kromosom. Peran lingkungan sangat penting untuk mencukupi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Faktor lingkungan dibagi lagi menjadi faktor prenatal seperti nutrisi ibu saat hamil, faktor natal (persalinan) seperti adanya komplikasi saat persalinan atau lamanya persalinan, dan yang terakhir adalah faktor postnatal. Masa postnatal termasuk masa yang terpenting karena di masa ini seorang anak dapat mengejar potensi genetiknya apabila mengalami keterlambatan. Contoh dari faktor pasca persalinan ini yaitu terdiri dari kebutuhan biomedis/’asuh’ (nutrisi, imunisasi, higiene, pengobatan, pakaian, tempat tinggal, sanitasi lingkungan dan lain-lain) dan kebutuhan psikososiobudaya/asih dan asah (kasih sayang, penghargaan, komunikasi, sosialisasi, penanaman moral dan lain-lain), serta kebutuhan akan psikoedukatif/ asah (stimulasi mental, emosional, intelegensia dan lain-lain) sejak masa konsepsi sampai akhir remaja.3,4,8 Soedjatmiko (2001) membagi faktor-faktor

risiko di lingkungan menjadi mikro (ibu), mini (lingkungan keluarga dan tempat tinggal), meso (lingkungan tetangga, polusi, budaya, pelayanan kesehatan dan pendidikan) dan makro (kebijakan program) yang dapat mengganggu tumbuh kembang balita.1,3,4

2.3 Definisi Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak

Stimulasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.1 Stimulasi tumbuh

(14)

kembang anak dapat dilakukan oleh setiap orang yang berinteraksi dengan anak, mulai dari ibu, ayah, pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko (fisik, biomedik, psikososial) pada anak usia 0 – 6 tahun. Sedangkan intervensi yang dimaksud adalah suatu kegiatan penanganan segera terhadap adanya penyimpangan tumbuh kembang dengan cara yang sesuai dengan keadaan misalnya perbaikan gizi, stimulasi perkembangan atau merujuk ke pelayanan kesehatan yang sesuai, sehingga anak dapat mencapai kemampuan yang optimal sesuai dengan umurya.3,4 Tumbuh

kembang optimal adalah tercapainya proses tumbuh kembang yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak. Deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita sebaiknya dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisis dan skrining perkembangan yang sistematis agar lebih objektif.

2.4 Fungsi Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Fungsi dari deteksi dini tumbuh kembang anak adalah untuk mengetahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, upaya stimulasi, dan upaya penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal.4

2.5 Jenis Kegiatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Pada pelayanan dasar, terdapat 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan, yaitu:1,3

a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui status gizi anak, serta lingkar kepala.

b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui terdapat penyimpangan dalam perkembangan, daya lihat, dan daya dengar.

c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetatahui adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian, serta hiperaktivitas.

(15)

Berdasarkan buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar, jenis deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut:1

Umur Anak

Jenis Deteksi Tumbuh Kembang yang Harus Dilakukan Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional BB/TB LK KPSP TDD TDL KMM E CHAT* GPPH * 0 bulan ✔ ✔ 3 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ 6 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ 9 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ 12 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ 15 bulan ✔ ✔ 18 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 21 bulan ✔ ✔ ✔ 24 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 30 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ 36 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 42 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 48 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 54 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 60 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 66 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 72 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ Keterangan:

BB/TB : Berat Badan terhadap Tinggi Badan LK : Lingkar Kepala

(16)

KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan TDD : Tes Daya Dengar

TDL : Tes Daya Lihat

KMME : Kuesioner Masalah Mental Emosional CHAT : Checklist for Autism in Toddlers

GPPH : Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas Tanda * : Tes dilakukan atas indikasi

Tabel 2.1. Jenis Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak

Diambil dari: Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI, 2006. Hal. 40 2.5.1 Deteksi dini Penyimpangan Pertumbuhan

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dapat dilakukan pada semua tingkat pelayanan. Deteksi dini ini dilakukan dengan mengukur tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut :1,3

Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang Digunakan

 Keluarga

 Masyarakat

 Orang tua

 Kader kesehatan

 Petugas PAUD, BKB, TPA, dan guru TK  KMS  Timbangan dacin  Puskesmas  Dokter  Bidan  Perawat  Ahli Gizi  Petugas Lainnya  Tabel BB/TB  Grafik LK  Timbangan

 Alat ukur tinggi badan

 Pita pengukur lingkar kepala Keterangan:

PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini BKB : Bina Keluarga Balita TPA : Tempat Penitipan Anak TK : Taman Kanak-Kanak LK : Lingkar Kepala

Tabel 2.2. Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini Pertumbuhan

Diambil dari: Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian

(17)

A. Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan ( BB/TB )

Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, normal, kurus, kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang anak (DDTK). Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. 3,7

- Pengukuran Berat Badan/BB : o Menggunakan timbangan bayi

 Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang.

 Letakan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang

 Lihat posisi jarum atau angka harus merujuk ke angka 0

 Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan

 Baringkan bayi dengan hati-hati diatas timbangan

 Lihat jarum timbangan sampai berhenti

 Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbanngan atau angka timbangan

 Jika bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri

o Menggunakan timbangan injak

 Letakan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak

 Lihat posisi jarum atau angka harus merujuk ke angka 0

 Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu

 Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi

 Lihat jarum timbangan sampai berhenti

 Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbangan atau angka timbangan

 Jika anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.

- Pengukuran panjang badan (PB) atau Tinggi Badan (TB) o Cara mengukur dengan posisi berbaring

 Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang

 Bayi dibaringkan terlentang pada alas yang datar

 Kepala bayi menempel pada angka 0

 Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel pada pembatas angka 0 ( pembatas kepala )

 Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan meluruskan batas kaki ke telapak kaki

(18)

Gambar 2.1. Posisi anak dan petugas ketika dilakukan

pengukuran panjang badan

o

Cara mengukur dengan posisi berdiri

Anak tidak memakai sandal atau sepatu

Berdiri tegak menghadap kedepan

Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur

Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun

 Baca angka pada batas tersebut

Gambar 2.2. Posisi berdiri anak saat diukur tinggi badan

o

Penggunaan Tabel BB/TB ( Direktorat Gizi Masyarakat )

Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara di atas

Lihat kolom tinggi/panjang badan anak yang sesuai dengan hasil pengukuran

Pilih kolom berat badan untuk laki-laki ( kiri ) atau perempuan ( kanan ) sesuai jenis kelamin anak, cari angka berat badan yang terdekat dengan berat badan anak

Dari angka berat bdan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui angka standar deviasi ( SD )

(19)

 Interpretasi :

Normal : -2 SD s/d 2 SD atau Gizi baik Kurus : < -2 SD s/d -3 SD atau Gizi kurang Kurus sekali : < -3 SD atau Gizi buruk

Gemuk : > 2 SD atau Gizi lebih

B. Pengukuran Lingkaran Kepala Anak ( LKA )

Pengukuran lingkar kepala anak dalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui perkembangan otak anak. Biasanya besar tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga jika ada hambatan pada perkembangan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat. LKA dapat dipakai sebagai salah satu alat pemantau perkembangan kecerdasan anak.7

Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal. Jadwal disesuaikan dengan umur anak. Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar umur 12-27 bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan. Pengukuran dan penilaian lingkaran kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.7

o Cara mengukur lingkar kepala anak

 Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang.

 Baca angka pada pertemuan dengan angka 0

 Tanyakan tanggal lahir bayi / anak, hitung umur bayi / anak

 Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis kelamin anak

 Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang

Gambar 2.3. Cara Pengukuran Lingkar Kepala Anak

(20)

 Jika ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam “jalur hijau” maka lingkaran kepala anak normal

 Jika ukuran lingkaran kepala anak berada diluar “jalur hijau” maka lingkaran kepala anak tidak normal

 Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2, yaitu makrosefal jika berada diatas “jalur hijau” dan mikrosefal jika berada dibawah “jalur hijau”.

Intervensi :

 Jika ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk ke rumah sakit 2.5.2 Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

Deteksi ini dilakukan di semua tingkat pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut :1

Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang Digunakan

 Keluarga

 Masyarakat

 Orang tua

 Kader kesehatan, BKB, TPA

 Buku KIA

 Petugas Pusat PAUD terlatih

 Guru TK terlatih  KPSP  TDL  TDD  Puskesmas  Dokter  Bidan  Perawat  KPSP  TDL  TDD Keterangan:

PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini BKB : Bina Keluarga Balita TPA : Tempat Penitipan Anak TK : Taman Kanak-Kanak KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan TDL : Tes Daya Lihat

TDD : Tes Daya Dengar

(21)

Diambil dari: Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI, 2007. Hal. 48 o Skrining Perkembangan

Menurut batasan WHO, skrining adalah prosedur yang relatif cepat, sederhana dan murah untuk populasi yang asimtomatik tetapi mempunyai risiko tinggi atau dicurigai mempunyai masalah. Blackman (1992) menganjurkan agar bayi atau anak dengan risiko tinggi (berdasarkan anamnesis atau pemeriksaan fisik rutin) harus dilakukan skrining perkembangan secara periodik. Sedangkan bayi atau anak dengan risiko rendah dimulai dengan kuesioner praskrining yang diisi atau dijawab oleh orangtua. Bila dari kuesioner dicurigai ada gangguan tumbuh kembang dilanjutkan dengan skrining.1,3

A. Skrining/ Pemeriksaan Perkembangan Anak Menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan ( KPSP )

Kuesioner ini diterjemahkan dan dimodifikasi dari Denver Prescreening

Developmental Questionnaire (PDQ) oleh tim Depkes RI yang terdiri dari beberapa

dokter spesialis anak, psikiater anak, neurolog, THT, mata dan lain-lain pada tahun 1986.Tujuanskrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.1,6

Jadwal skrining / pemeriksaan KPSP adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30,36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta datang kembali untuk skrining pada umur 9 bulan. Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda. 6 Berdasarkan rekomendasi IDAI

No.: 002/Rek/PP IDAI/I/2014 tahun 2014 tentang Pemantauan tumbuh kembang anak, pemantauan dapat dilakukan secara regular dan kontinyu dengan jadwal: 1) Usia lahir sampai 12 bulan setiap 1 bulan; 2) Usia 12 bulan sampai 3 tahun setiap 3 bulan; 3) Usia 3 tahun sampai 6 tahun setiap 6 bulan; 4) Usia 6 tahun sampai 18 tahun setiap 1 tahun.11

(22)

o Alat / instrument yang digunakan adalah :

 Formulir KPSP menurut umur, berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.

 Alat Bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola tennis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5-5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biscuit kecil berukuran 0,5-1 cm.

o Cara menggunakan KPSP :1

 Pada waktu pemeriksaan / skrining, anak harus dibawa.

 Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.

 Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.

 KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu: Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: “Dapatkah bayi makan kue sendiri?”

 Perintahkan kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi anda pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk.”

 Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.

 Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.

 Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan.

 Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab. o Interpretasi hasil KPSP :1

 Hitunglah berapa jawaban Ya.

- Jawaban Ya : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.

- Jawaban Tidak : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.

(23)

Jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S)

Jumlah jawaban Ya =7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)

Jumlah jawaban 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)

 Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

B. Tes Daya Dengar ( TDD )

Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.1,4

C. Tes Daya Lihat ( TDL )

Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.1,6

2.5.3 Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalahkegiatan/pemeriksaan untuk menemukan gangguan secara dini adanya masalah emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi. 1

Deteksi dini penyimpangan mental emosional bertujuan untuk menemukan secara dini masalah mental emosional, autisme, serta gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.Bila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Deteksi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan.1,3,4

1) Deteksi dini masalah mental emosional pada anak pra sekolah.

Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mental emosional pada anak pra sekolah.

(24)

2) Deteksi dini autis pada anak pra sekolah.

Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18 bulan sampai 36 bulan.

2.6 Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan anak adalah untuk mengoreksi, memperbaiki dan mengatasi masalah atau penyimpangan perkembangan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya. Waktu yang paling tepat untuk melakukan intervensi dan rujukan dini penyimpangan perkembangan anak adalah sesegera mungkin ketika usia anak masih di bawah lima tahun.Tindak n intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah yang dilakukan secara intensif di rumah selama 2 minggu, yang diikuti dengan evaluasi hasil intervensi stimulasi perkembangan.1,6

2.7 Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Rujukan diperlukan jika masalah/ penyimpangan perkembangan anak tidak dapat ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi. Rujukan penyimpangan tumbuh kembang dilakukan secara berjenjang sebagai berikut: 1,6

1. Tingkat keluarga dan masyarakat

Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader) dianjurkan untuk membawa anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringan atau Rumah Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan pemantauan tumbuh kembang buku KIA

2. Tingkat Puskesmas dan jaringannya

Pada rujukan dini, bidan, perawat di posyandu, Polindes, Pustu termasuk Puskesmas keliling, melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang sesuai standar pelayanan. Bila kasus penyimpangan tersebut memerlukan penanganan lanjut, maka dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas.

3. Tingkat Rumah Sakit Rujukan

Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat di tangani di Puskesmas maka perlu dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten yang mempunyai fasilitas klinik tumbuh kembang anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi serta laboratorium/pemeriksaan

(25)

penunjang diagnostic. Rumah Sakit Provinsi sebagai tempat rujukan sekunder diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang anak yang didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, kesehatan mata, THT, rehabilitasi medic, ahli terapi, ahli gizi dan psikolog. 1,3,6

BAB III METODE & HASIL 3.1. Metodologi

Projek yang dilakukan ini serupa dengan jenis penelitian deskriptif yang berfungsi untuk menentukan gambaran secara sistematik dan faktual tentang pengetahuan orang tua terhadap tumbuh kembang serta skrining tumbuh kembang terhadap balita dan anak prasekolah di wilayah kerja Puskesmas Cipinang Muara. Adapun intervensi yang dilakukan bagi para subjek adalah berupa penyuluhan dan konseling kepada orang tuanya.

3.2. Tempat dan Waktu 3.2.1. Tempat

Pelaksanaan mini project ini dilakukan di tiga tempat yang berbeda, bersamaan dengan dilaksanakannya unit kegiatan masyarakat (UKM) yaitu Posyandu RW 002, Posyandu RW 007, dan PAUD RW 004.

3.2.2. Waktu

Penelitian ini dilakukan selama kegiatan Posyandu dan PAUD pada selama bulan Agustus hingga September 2015.

3.3. Subjek

Pengambilan subjek dilakukan secara acak (random sampling) terhadap warga yang datang ke kegiatan posyandu di RT/RW setempat, serta para orang tua murid PAUD yang

(26)

hadir dalam program skrining di PAUD dan setuju untuk diikut sertakan dalam pengisian kuesioner.Subjek yang dilakukan intervensi, memiliki kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Masyarakat yang tinggal atau bekerja di wilayah Kelurahan Cipinang Muara 2. Masyarakat yang memiliki anak usia 0 – 6 tahun

3. Masyarakat yang dapat membaca/ menulis

Dari kriteria inklusi tersebut, subjek penyuluhan yang setuju ikut serta dalam pengisian kuesioner sejumlah 43 orang tua. Kemudian subjek dimintai persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan preskrining tumbuh kembang pada anaknya dan terkumpul sebanyak 45 anak. 3.4. Jenis Data

Jenis data pada yang dikumpulkan pada laporan ini merupakan data kualitatif tentang pengetuahuan orang tua akan tumbuh kembang anak. Data primer yang dikumpulkan merupakan hasil dari pengisian kuesioner oleh orang tua dari balita atau anak prasekolah yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Cipinang Muara. Selain itu adanya data tumbuh kembang didapatkan dari pemeriksaan terhadap balita dan anak prasekolah di wilayah tersebut.

3.5. Instrumen

Dalam mini project ini instrumen yang digunakan oleh penulis yaitu sebagai berikut: A. Bagian A: Berisi data biografi orang tua dan anak usia 0 – 6 tahun yang terdiri atas

nama, umur balita, jenis kelamin, status pekerjaan, usia ibu,dan tingkat pendidikan. Selain itu terdapat kuesioner tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang balita yang terdiri atas 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban benar dan salah. Skor tertinggi 20, skor terrendah 0. secara deskriptif maka dikategorikan: Baik 76 – 100%, sedang 56 – 75 %, kurang 40 – 55%, tidak baik < 40%.

B. Bagian B: Berisi check-list perkembangan anak yang diadopsi dari ”Buku Kesehatan Ibu dan Anak” terbitan Kemenkes RI.

3.6. Prosedur

Untuk mengetahui masalah yang ada di Puskesmas Cipinang Muara penulis melakukan identifikasi dengan cara membagikan kuesioner pada warga kelurahan Cipinang Muara saat dilakukannya kegiatan unit kesehatan masyarakat (UKM) pada kegiatan posyandu dan juga PAUD. Kuesioner berisikan dua puluh pertanyaan benar atau salah seputar materi dasar mengenai tumbuh kembang anak (terlampir). Selain itu, juga terdapat check-list tingkat

(27)

perkembangan anak yang diadopsi dari “Buku Kesehatan Ibu dan Anak” yang diisi sesuai dengan milestone anak.

Setelah mengisi kuesioner yang dibagikan, dilakukan penyuluhan pada warga mengenai tumbuh kembang anak usia 0 – 6 tahun menggunakan presentasi powerpoint. Penyuluhan berisikan materi tentang definisi, pengukuran, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, serta faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhinya.

Setelah dilakukan penyuluhan, subjek diminta mengisi ulang kuesioner yang berisikan 20 pertanyaan yang sama. Hasil dari kuesioner yang dibagikan sebelum dan sesudah penyuluhan kemudian diolah untuk didapatkan persentase yang mampu menjawab benar pada masing-masing pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana responden mengetahui hal tersebut. Kemudian dilakukan perhitungan nilai rata-rata sebelum dan sesudah penyuluhan pada semua responden untuk menilai adanya peningkatan tingkat pengetahuan subjek mengenai tumbuh kembang anak usia 0 – 6 tahun.

Kemudian dilakukan pengkajian dan tindak lanjut pada responden dengan hasil kuesioner perkembangan anaknya kemungkinan mengalami keterlambatan menggunakan instrumen KPSP. Skrining menggunakan KPSP hanya dilakukan atas seizin orang tua dari anak tersebut. Dilakukan analisis lebih lanjut setelah dilakukan pemeriksaan, dan anak dengan hasil KPSP meragukan/ penyimpangan diberikan tindak lanjut berupa konseling kepada orang tua dan kader/ guru PAUD.

Selain itu, berat badan anak diukur dengan menggunakan timbangan dacin. Sedangkan tinggi badan anak diukur menggunakan pengukur tinggi badan. Hasil pengukuran berat dan tinggi badan kemudian dimasukkan ke dalam kurva CDC untuk BB/TB dan BB/U sesuai dengan usia anak dan dilakukan interpretasi akan gizi anak tersebut.

(28)
(29)

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Pengetahuan Orang Tua dan Preskrining Balita dan Anak Prasekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Cipinang Muara

3.8 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) 3.8.1 Gambaran Umum Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan meliputi pembangunan yang berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu.2

Wilayah kerja adalah batasan wilayah kerja Puskesmas dalam melaksanakan tugas dan fungsi pembangunan kesehatan, yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan keadaan geografis, demografi, sarana transportasi, masalah kesehatan setempat, keadaan sumber daya, beban kerja Puskesmas dan lain-lain. Selain itu juga harus memperhatikan upaya untuk meningkatkan koordinasi, memperjelas tanggung jawab pembangunan dalam wilayah kecamatan, meningkatkan sinergisme pembangunan dalam wilayah kecamatan, meningkatkan sinergisme kegiatan dan meningkatkan kinerja. Apabila dalam satu wilayah kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menunjuk salah satu Puskesmas sebagai koordinator pembangunan kesehatan di kecamatan.2

Puskesmas memiliki tanggung jawab dalam hal mempromosikan kesehatan kepada seluruh masyarakat sebagai upaya untuk memberikan pengalaman belajar, menyediakan media informasi, dan melakukan edukasi baik untuk perorangan, kelompok, dan masyarakan guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat. Dengan berjalanannya program kesehatan yang dijalankan oleh setiap

(30)

Puskesmas, di harapkan pada akhirnya akan berpengaruh pada perubahan kepada setiap individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara prilaku sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.3

3.8.2 Profil Puskesmas Cipinang Muara

Kelurahan Cipinang Muara merupakan bagian dari Kecamatan Jatinegara yang berada di Kotamadya Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Kelurahan Cipinang Muara terdiri dari 16 Rukun Warga dengan jumlah penduduk 67.849 jiwa.

Kelurahan Cipinang Muara memiliki luas daerah ± 289,5 Ha. Batas wilayah Kelurahan Cipinang Muara:

 Utara : Rel Kereta Api, Kelurahan Cipinang Kecamatan Pulogadung

 Selatan: Kali Malang, Kelurahan Cipinang Melayu Kecamatan Makasar

 Timur : Kali Sunter, Kelurahan Pondok Bambu dan Klender Kecamatan Duren Sawit

 Barat : Jalan Cipinang Jaya, Kelurahan Cipinang Besar Selatan dan Cipinang Besar Utara Kecamatan Jatinegara

(31)

3.8.3 Data Demografik

A. Data Jumlah Penduduk Kelurahan Cipinang Muara

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Kelurahan Cipinang Muara

NO UMUR LK PR JUMLA H 1 0 - 4 3395 4958 8353 2 5 - 9 3780 3649 7429 3 10 - 14 3485 3455 6940 4 15 - 19 3896 3428 7324 5 20 - 24 3579 3684 7263 6 25 - 29 2890 3632 6522 7 30 - 34 3450 2230 5680 8 35 - 39 2897 1454 4351 9 40 - 44 3170 1611 4781 10 45 - 49 1430 1450 2880 11 50 - 54 1280 1447 2727 12 55 - 59 1150 1118 2268 13 60 - 64 220 331 551 14 65 - 69 245 233 478 15 70 - 74 58 152 210 16 ≥ 75 30 62 92 JUMLAH 34955 32894 67849

B. Data Sumber Daya Kesehatan

Tabel 3.2. Data Sumber Daya Kesehatan Jumlah Posyandu Balita 12

Jumlah Posyandu Lansia 7

(32)

Jumlah PAUD 14

Jumlah Sekolah Binaan SD 23

SMP 6

SMU 1

SMK 3

Jumlah Kelas Ibu Hamil 4

Jumlah KP Ibu 4

Jumlah Kader Kesehatan 144

Kader Jumantik 184

D. Data Sarana Kesehatan

Tabel 3.3. Data Sarana Kesehatan 3.8.4 Sumber Daya Kesehatan Puskesmas Cipinang Muara 12

Tabel 3.4. Data

Sumber Daya

Medis dan Non-medis

di Puskesmas Cipinang Muara JABATAN JUMLAH Kepala Puskesmas 1 Dokter Umum 1 Dokter Gigi 1 Dokter Internship 7 Bidan 2 Perawat 2 Perawat Gigi 1 Laboratorium 1 Ass. Apoteker 1 TU 1 Pcare 1 Cleaning Service 2 Security 1 Penjaga Malam 1 TOTAL 15

No Fasilitas Kesehatan Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Puskesmas

Dokter Praktek / Umum Dokter Spesialis Klinik Umum Bidan Praktek Posyandu Balai Kesehatan Apotik 1 5 -12 6 12 1 3 J u m l a h 33

(33)

Tabel 3.5. Data Posyandu 12

No Nama Posyandu Alamat Jumlah Kader

(Orang) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Matahari Flamboyan Melati Melati II Flamboyan II Flamboyan III Mawar Putih Wijaya Kusuma Bambu Kuning Kenanga Cempaka Dahlia RT 007 RW 01 RT 015 RW 02 RT 006 RW 03 RT 006 RW 04 RT 001 RW 05 RT 008 RW 06 RT 002 RW 07 RT 013 RW 08 RT 002 RW 011 RT 005 RW 013 RT 003 RW 014 RT 012 RW 015 27 12 12 15 8 10 13 17 12 15 20 10 3.9. Karakteristik Responden

3.9.1. Jenis Kelamin & Pekerjaan

Dari total 43 responden, sebanyak 42 subjek berjenis kelamin perempuan. Hanya terdapat 1 orang subjek yang berjenis kelamin laki-laki. Hal tersebut dimungkinkan karena sebagian besar (n= 36) responden yang hadir adalah ibu rumah tangga. Hanya terdapat 7 orang subjek yang bekerja sebagai karyawan, dan salah satunya adalah seorang laki-laki.

(34)

Perempuan Laki-laki 0 10 20 30 40 50

Profil Jenis Kelamin & Pekerjaan Responden

Axis Title

Bagan 3.2. Profil Jenis Kelamin Terhadap Pekerjaan Responden

Berdasarkan jenis kelamin anak yang diberlakukan preskrining, terdapat distribusi yang hampir merata. Yaitu sebesar 24 anak perempuan dan 21 anak laki-laki.

47% 53%

Jenis Kelamin Anak

Laki-laki Perempuan

Bagan 3.3. Distribusi Jenis Kelamin Subjek Anak-anak 3.9.2. Usia

Distribusi responden berdasarkan usianya, didapatkan rata-rata usia subjek adalah 31 tahun (Mean = 31,4 tahun) dengan usia paling muda adalah 21 tahun dan usia tertua adalah 48 tahun.

Sedangkan rentang usia anak yang diberlakukan preskrining pada mini project ini adalah usia 4 – 77 bulan. Dengan rerata usia yang diperiksa adalah 48,6 bulan.

3.9.3. Pendidikan

Berdasarkan distribusi tingkat pendidikan orang tua, didapatkan sejumlah 3 responden mencapai jenjang pendidikan setingkat SD atau sederajat, 14 orang mencapai SMP atau sederajat, 25 orang mencapai SMA atau sederajat, 2 orang mencapai tingkat Diploma, dan hanya 1 orang saja yang menjalani pendidikan

(35)

di universitas atau S1. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden mendapatkan pendidikan setingkat SMA yaitu sebesar 58.14%. Sisanya menyusul merupakan tamatan SMP, SD, Diploma, dan S1 yaitu sebesar 27,91%, 6,98%, 4,65%, dan 2,33% secara berurutan.

0 5 10 15 20 25 30 3 14 25 2 1

Tingkat Pendidikan

Bagan 3.4. Profil Tingkat Pendidikan Responden 3.10.Data Pengetahuan Masyarakat

Tabel 3.6. Perbandingan Data Persentase Peserta yang Menjawab Benar Sebelum dan Sesudah Edukasi Pertanyaan Jumlah jawaban benar sebelum edukasi Persentase (n = 43 orang) Jumlah jawaban benar sesudah edukasi Persentase (n = 43 orang) Persentase peningkatan Pengertian tumbuh 18 40 % 35 81% 41% Pengukuran pertumbuhan 18 40% 38 88% 48%

Berat badan normal 37 82% 42 98% 15%

Berat badan tidak

normal 38 84% 43 100% 16% Pertumbuhan normal 41 91% 42 98% 7% Pemantauan perkembangan 14 31% 27 63% 32% Penilaian perkembangan 12 27% 29 67% 41% Pengaruh gizi terhadap perkembangan 34 76% 37 86% 10% Faktor yang mempengaruhi perkembangan 11 24% 27 63% 38%

(36)

Pertanyaan Jumlah jawaban benar sebelum edukasi Persentase (n = 43 orang) Jumlah jawaban benar sesudah edukasi Persentase (n = 43 orang) Persentase peningkatan Definisi aspek perkembangan 25 56% 32 74% 19% Pengaruh faktor prenatal terhadap perkembangan 36 80% 36 84% 4%

Tahap dan pola

perkembangan 9 20% 28 65% 45% Perkembangan bayi usia 6 bulan 34 76% 36 84% 8% Perkembangan bayi usia 9 bulan 23 51% 32 74% 23% Perkembangan

anak usia 12 bulan 17 38% 29 67% 30%

Perkembangan

anak usia 18 bulan 38 84% 39 91% 6%

Perkembangan

anak usia 24 bulan 37 82% 39 91% 8%

Perkembangan

anak usia 36 bulan 14 31% 28 65% 34%

Perkembangan

anak usia 60 bulan 40 89% 41 95% 6%

Pengertian usia proses

tumbuh-kembang

6 13% 32 74% 61%

Dari perhitungan nilai, didapatkan sebanyak 6,97% berpengetahuan tidak baik, 34,88% berpengetahuan kurang, 55,81% berpengetahuan cukup, dan hanya 2,32% berpengetahuan baik. Hasil kuesioner dengan pengetahuan paling rendah adalah tentang pengertian usia proses tumbuh-kembang (13%), tahap dan pola perkembangan (20%), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan (24%), serta penilaian perkembangan anak (27%) dengan hasil rata-rata nilai 58,3. Setelah dilakukan penyuluhan, subjek kembali diberikan kuesioner yang berisikan 20 pertanyaan mengenai tumbuh kembang anak. Dari total kuesioner yang diberikan, setelah dilakukan penyuluhan dapat disimpulkan terdapat peningkatan persentase jumlah peserta yang menjawab benar pada semua pertanyaan. Bila dilakukan perbandingan antara sebelum dan sesudah penyuluhan, terdapat peningkatan yang terbesar, yaitu pertanyaan mengenai pengertian usia tumbuh-kembang (62%), disusul oleh pengukuran pertumbuhan (49%), pengertian pertumbuhan (42%), pengertian

(37)

perkembangan (42%), dan tahap serta pola perkembangan (42%) dengan hasil rata-rata nilai setelah penyuluhan adalah 79,5. Terdapat peningkatan pengetahuan rata-rata-rata-rata sebesar 21,1%.

Dari perbandingan nilai rata-rata dan jumlah peserta yang menjawab benar dari tiap pertanyaan, dapat disimpulkan bahwa setelah penyuluhan terdapat peningkatan pengetahuan pada subjek mengenai definisi, tumbuh kembang yang normal, dan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang.

3.11.Pemeriksaan Pertumbuhan Anak

Pemeriksaan pertumbuhan anak dapat dilakukan dengan cara mengukur berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Hal ini erat hubungannya dengan pemeriksaan status gizi anak tersebut. Karena adanya keterbatasan alat dan juga waktu dalam pemeriksaan pertumbuhan anak, Penulis melakukan pengukuran berat badan pada seluruh anak yang menjadi subjek, tinggi badan hanya pada pemeriksaan yang dilakukan di PAUD, sedangkan lingkar kepala tidak diukur. Pemeriksaan juga hanya dilakukan pada orang tua yang setuju anaknya diukur baik berat badan maupun tinggi badannya, yaitu sebesar 43 anak.

Dari hasil pemeriksaan pertumbuhan tersebut, didapatkan sebanyak 7 anak memiliki status gizi kurus/ kurang berdasarkan BB/ TB, 16 anak status gizi normal, 2 anak status gizi overweight, dan 4 anak obesitas. Sedangkan pada penilaian status gizi anak berdasarkan BB/U didapatkan 2 anak berstatus gizi kurus dan 12 anak berstatus gizi normal. Dari hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa pada pemeriksaan pertumbuhan di Kelurahan Cipinang Muara ini didapatkan 9 (21%) anak gizi kurus, 28 (65%) gizi normal, 2 (4,7%) anak overweight, dan 4 (9,3%) anak obesitas. Hasil pemeriksaan anak dengan gizi normal ini masih sedikit dibawah hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunawan G, dimana didapatkan sebanyak 89,9% dengan gizi normal.13 Sedangkan hasil anak dengan gizi kurus sebanyak 10,10% yaitu lebih

rendah dibandingkan yang didapatkan penulis.13 Begitu pula dengan prevalensi status

gizi balita di Jakarta dimana didapatkan sebanyak 2,8% gizi buruk, 11,2% gizi kurang/ kurus, 78,5% gizi normal, dan 7,5% gizi lebih.7

(38)

21%

65% 5%9%

Gambaran Status Gizi Balita dan Anak Prasekolah

Kurus Gizi Normal Overweight Obesitas

Bagan 3.5. Gambaran Status Gizi Balita dan Anak Prasekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Cipinang Muara

Maka, agar dapat meningkatkan pertumbuhan anak balita di lingkungan Kelurahan Cipinang Muara, Puskesmas harus lebih menggalakkan usaha kesehatan masyarakat (UKM) seperti posyandu ataupun melakukan penyuluhan tentang makanan maupun gizi anak kepada masyarakat agar para balita dapat tumbuh secara optimal, sesuai dengan potensi genetiknya.

3.12.Pemeriksaan Perkembangan Anak

Pada mini project ini, perkembangan anak dinilai berdasarkan kuesioner yang diadopsi dari “Buku Kesehatan Ibu dan Anak.” Dari hasil preskrining tersebut, ditemukan sebanyak 8 anak dicurigai mengalami keterlambatan perkembangan. Kemudian dilakukan penilaian ulang kepada 7 menggunakan instrumen KPSP karena salah seorang ibu menolak anaknya dilakukan pemeriksaan. Didapatkan sebanyak 5 anak mendapatkan hasil KPSP meragukan, atau sebesar 11,1%. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Sulani (2011) dimana dilakukan pelaksanaan program SDIDTK bagi 500 anak usia 0-6 tahun di Jakarta. Diperoleh hasil dari 476 anak yang diberi pelayanan SDIDTK, ditemukan 57 (11,9%) anak dengan kelainan tumbuh kembang. Dari hasil pemeriksaan oleh penulis, ditemukan sebanyak 4 anak (8,89%) mengalami keterlambatan dalam bicara dan bahasa, 2 (2,22%) anak keterlambatan dalam motorik kasar, dan 2 (2,22%) anak mengalami keterlambatan dalam motorik halus. Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan di Banjarmasin didapatkan hasil

(39)

pemeriksaan perkembangan dengan nilai KPSP meragukan adalah motorik kasar (6,17%), motorik halus (0,65%), bicara dan bahasa (4,54%), serta sosialisasi dan kemandirian (2,92%).13 6.17% 0.65% 4.54% 2.92% 2.22% 2.22% 8.89% 0.00%

Keterlambatan Perkembangan

Penelitian Lain Cipinang Muara

Bagan 3.6. Gambaran Keterlambatan Perkembangan Balita dan Anak Prasekolah Pada anak-anak dengan hasil KPSP meragukan, dilakukan intervensi dengan cara konseling kepada orang tuanya tentang cara untuk menstimulasi perkembangan anaknya. Perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut pada subjek yang diberikan intervensi, baik dari pengetahuan dan cara orang tuanya memberikan stimulasi, dan juga kemajuan perkembangan anaknya. Selain itu, evaluasi juga penting untuk menentukan perlu atau tidaknya anak tersebut dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut akan tumbuh kembangnya.

(40)

BAB IV PEMBAHASAN

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya diselenggarakan antara lain melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang yang optimal.

Dari hasil dilakukannya mini project ini, diketahui tentang pemahaman warga Cipinang Muara tentang tumbuh kembang. Dimana rata-rata nilai pengetahuan warga Cipinang Muara adalah sebesar 58,3 yang mana nilai pengetahuan ini adalah kurang. Kesalahan pengertian terbesar adalah tentang usia terjadinya pertumbuhan dan perkembangan (62%). Masih banyak orang tua yang tidak mengetahui bahwa proses tumbuh kembang terjadi dari semenjak masih di kandungan, hingga seseorang melewati masa pubertasnya. Maka dari itu, edukasi penting dilakukan dari semenjak perempuan memasuki usia yang tepat untuk berreproduksi dan juga ibu yang sedang mengandung. Seperti yang sudah diteliti oleh Nedra W, dimana ia melakukan penelitian pada remaja perempuan tentang kesiapan fisik dan pengetahuan dalam membina tumbuh kembang balita dan dipatkan 48% berpengetahuan rendah.14,15 Saat

ini puskesmas memiliki program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang salah satu fungsinya adalah mengedukasi para remaja akan kesehatan reproduksi. Sebaiknya remaja perempuan dan ibu hamil sebagai calon ibu juga diberikan penyuluhan ataupun konseling tentang tumbuh kembang agar nantinya mereka dapat membesarkan anak yang sehat dan cerdas.

Selain itu pemahaman lain yang sering salah pada masyarakat adalah tentang cara pengukuran pertumbuhan. Banyak orang tua yang berpikir bahwa penggunaan pakaian ataupun aksesoris seperti sepatu, topi, bedong, tidak akan mengganggu hasil pengukuran pertumbuhan seperti berat badan, tinggi (panjang) badan, maupun lingkar kepala. Walaupun perbedaan pengukuran yang terjadi kemungkinan hanya sedikit, tapi penggunaan pakaian ataupun aksesoris yang berlebih akan menurunkan akurasi dari pengukuran sehingga hasilnya dapat menjadi tidak valid dan tidak dapat diandalkan.1 Berdasarkan observasi dari penulis, kesalahan ini kerap terjadi dan

(41)

bahkan dilakukan oleh pembantu tenaga kesehatan atau kader di Posyandu. Hal ini kemungkinan disebabkan karena alasan kepraktisan sehingga banyak kader yang mengabaikan untuk melepaskan pakaian berlebih yang digunakan oleh bayi atau anak yang akan mereka timbang. Pemahaman ini perlu dipahami baik oleh orang tua maupun kader, sehingga hasil dari pengukuran pertumbuhan anak dapat menjadi akurat. Maka dari itu, penyuluhan berkala penting dilakukan oleh tenaga kesehatan di puskemas untuk mengingatkan kembali kepada para kader tentang cara pengukuran pertumbuhan yang baik dan benar.

Dari hasil pemeriksaan pertumbuhan di Kelurahan Cipinang Muara ini didapatkan 21% anak gizi kurang/ kurus, 65% gizi normal, 4,7% anak overweight, dan 9,3% anak obesitas. Prevalensi anak dengan gizi kurang/ kurus di Cipinang Muara lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunawan G, dimana didapatkan sebanyak 10,10% memiliki gizi kurang/ kurus.13 Begitu pula

dengan prevalensi status gizi balita berdasarkan BB/TB di DKI Jakarta dimana didapatkan sebanyak 4,4% gizi buruk dan 5,8% gizi kurang/ kurus.7 Pada

pemeriksaan perkembangan, didapatkan sebanyak 13,3% mengalami masalah dalam perkembangan dengan distribusi 8,89% keterlambatan dalam bicara dan bahasa, 2,22% dalam motorik kasar, dan 2,22% dalam motorik halus. Apabila anak usia 0 – 6 tahun kurang mendapat stimulasi di rumah, maka biasanya akan memperlihatkan gejala-gejala yang mengarah pada kemungkinan ada penyimpangan perkembangan.1

Adanya skrining untuk menemukan masalah perkembangan penting untuk dilakukan terutama pada anak prasekolah untuk mempersiapkan anak dalam mengikuti seluruh pelajaran ketika sudah memasuki sekolah. Menurut batasan WHO, skrining adalah prosedur yang relatif cepat, sederhana dan murah untuk populasi yang asimtomatik tetapi mempunyai risiko tinggi atau dicurigai mempunyai masalah.4 Blackman (1992)

menganjurkan agar bayi atau anak dengan risiko tinggi (berdasarkan anamnesis atau pemeriksaan fisik rutin) harus dilakukan skrining perkembangan secara periodik.4

Sedangkan bayi atau anak dengan risiko rendah dimulai dengan kuesioner praskrining yang diisi atau dijawab oleh orangtua. Bila dari kuesioner dicurigai ada gangguan tumbuh kembang dilanjutkan dengan skrining.4

Puskemas sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan termasuk kedalamnya adalah pelayanan kesehatan anak dan balita. Adanya prevalensi gizi kurang/ kurus dan masalah perkembangan yang cukup tinggi ini kemungkinan disebabkan oleh tidak

(42)

tercapainya cakupan pelayanan kesehatan pada balita. Dimana target cakupan pelayanan kesehatan balita di Indonesia tahun 2014 adalah 83%, sedangkan cakupan pelayanan hanya mencapai 70,12%.5,6 Kesulitan mencapai indikator dirasakan karena

faktor sifat indikator yang merupakan komposit menjadi salah satu penyebab. Selain itu berdasarkan beberapa literatur, tidak tercapainya indikator pelayanan kesehatan anak balita pada tahun 2014 disebabkan antara lain pemahaman tenaga kesehatan tentang indikator tersebut masih rendah.3,4 Belum semua puskesmas melaksanakan

pelayanan kesehatan secara komprehensif di wilayah kerjanya, khususnya pemantauan perkembangan. Selain itu terdapat penurunan angka kunjungan anak balita ke posyandu untuk melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan serta pemberian vitamin A, khususnya setelah usia 1 tahun atau setelah memperoleh imunisasi lengkap.3,4 Penerapan program SDIDTK perlu ditingkatkan kembali oleh

para tenaga kesehatan di puskesmas. Selain itu pemerintah dapat memberikan bantuan melalui penerapan program wajib untuk dilakukan skrining tumbuh kembang di PAUD maupun taman bermain, terutama pada anak-anak prasekolah sehingga adanya ketelambatan tumbuh-kembang dapat dideteksi secara dini. Dengan itu, belum optimalnya kerjasama sektor kesehatan dan sektor pendidikan dalam mengintegrasikan pelayanan kesehatan anak balita pada anak balita yang tidak berkunjung ke Posyandu dapat diatasi dengan adanya pelayanan kesehatan ataupun skrining di PAUD maupun taman bermain.

Dari hasil fasilitasi evaluasi dan pembinaan teknis oleh dinas kesehatan, diketahui bahwa di beberapa wilayah terjadi under-reporting, dimana puskesmas telah melaksanakan pelayanan kesehatan tetapi tidak melaksanakan pencatatan dan pelaporan.8 Terdapat beberapa indikator untuk melihat tingkat keberhasilan kegiatan

SDIDTK anak pada tingkat puskesmas (tabel terlampir). Program SDIDTK menganjurkan puskesmas untuk melakukan pencatatan dan pelaporan menggunakan sistem yang sudah ada dengan tambahan beberapa formulir untuk mencatat dan melaporkan kegiatan ini seperti contohnya Formulir Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak (terlampir). Selain itu, terdapat pemutakhiran dari Register Kohort Kesehatan Bayi serta Register Kohort Kesehatan Anak Balita dan Prasekolah dengan cara menambah kolom-kolom catatan lama yang disesuaikan dengan kebutuhan program terkini (form terlampir).1 Setelah tenaga kesehatan selesai mencatat hasil

pemeriksaan/ skrining tumbuh kembang anak pada Formulir Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak, data-data yang ada tersebut dimasukkan ke Register Kohort Bayi –

(43)

jika umur bayi 0-1 tahun atau Register Kohort Anak Balita dan Prasekolah – jika umur anak 1-6 tahun. Data yang terekam pada register kohort kemudian dipindahkan ke Formulir Laporan Kesehatan Bayi dan Formulir Laporan Kesehatan Anak Balita dan Prasekolah sebagai laporan bulanan dan dibuat rangkap dua. Lembar pertama laporan bulanan ini dianalisa di tingkat Puskesmas dan hasilnya ditindak-lanjuti oleh Kepala Puskesmas. Lembar kedua dikirim ke Pengelola program KIA Kabupaten/ Kota sebagai laporan bulanan puskesmas. Monitoring dan evaluasi kegiatan SDIDTK dilaksanakan dengan cara mengkaji data sekunder dari laporan bulanan yang diperbaharui tiap bulan selama periode 1 tahun kalender. Buku register kohort yang terisi lengkap dapat memberikan informasi seperti jumlah sasaran menurut jenis kelamin dan kelompok umur, data kunjungan baru, dan data hasil kesehatan bayi, anak balita, dan prasekolah sehingga tiap puskesmas dapat membuat rencana kerja bulanan untuk menjangkau dan memberikan pelayanan SDIDTK secara menyeluruh. Adanya rencana kerja puskesmas untuk mengejar SDIDTK kontak pertama mempunyai nilai yang sangat strategis, oleh karena semakin tinggi cakupan kontak pertama SDIDTK (bulanan), maka dalam laporan tahunan cakupan kunjungan bayi di SDIDTK setahun 4 kali dan cakupan SDIDTK anak balita dan prasekolah setahun 2 kali juga akan meningkat. Kerjasama dengan sektor pendidikan seperti PAUD dan taman kanak-kanak seperti adanya implementasi model integrasi posyandu-PAUD dalam memberikan pelayanan kesehatan dapat meningkatkan angka cakupan pelayanan kesehatan balita dan anak prasekolah. Penulis telah melakukan pendistribusian formulir KPSP serta melakukan pelatihan kepada beberapa kader untuk melakukan konseling stimulasi tumbuh kembang guna menunjang terlaksanananya program SDIDTK. Selain itu pertemuan bulanan di tingkat puskesmas dapat dimanfaatkan untuk memonitor pelaksanaan kegiatan SDIDTK di Posyandu, PAUD, sekolah, taman kanak-kanak, dan sebagainya. Apabila program tersebut dapat berjalanan di sebagian besar puskesmas di Indonesia, diharapkan angka cakupan pelayanan kesehatan balita dan anak prasekolah di Indonesia pada tahun 2015 dapat mencapai targetnya yaitu sebesar 87%.5

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Tumbuh kembang merupakan dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Aspek tumbuh kembang pada masa anak merupakan suatu hal yang sangat penting, yang sering diabaikan oleh tenaga kesehatan khususnya di lapangan. Salah satu upaya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita adalah Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK).

Berdasarkan hasil temuan mengenai tingkat pengetahuan orang tua mengenai tumbuh kembang, didapatkan hasil bahwa terdapat sebanyak 6,97% berpengetahuan buruk, 34,88% berpengetahuan kurang, 55,81% berpengetahuan cukup, dan hanya 2,32% berpengetahuan baik. Dengan diberikannya penyuluhan tentang tumbuh kembang, nilai rata-rata keseluruhan meningkat dari 58,3 menjadi 79,5. Pada pemeriksaan pertumbuhan di Kelurahan Cipinang Muara ini didapatkan 9 (21%) anak gizi kurus, 28 (65%) gizi normal, 2 (4,7%) anak overweight, dan 4 (9,3%) anak obesitas. Dari hasil pemeriksaan oleh penulis, ditemukan sebanyak 5 anak (8,89%) mengalami keterlambatan dalam bicara dan bahasa, 2 (2,22%) anak keterlambatan dalam motorik kasar, dan 2 (2,22%) anak mengalami keterlambatan dalam motorik halus.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Pelaksana Mini Project Selanjutnya

 Sebaiknya melakukan pemeriksaan status gizi dengan menggunakan kurva BB/TB agar mendapatkan hasil yang lebih akurat. Selain itu dapat melakukan pemeriksaan lingkar kepala untuk mengukur pertumbuhan.

 Agar memasukkan lebih banyak pertanyaan tentang aspek sosialisasi dan kemandirian pada kuesioner preskrining agar dapat menjaring lebih banyak anak dibandingkan sebelumnya.

 Dapat melakukan pemeriksaan TDD, TDL, dan mental emosional anak agar mendapatkan hasil pemeriksaan perkembangan secara komprehensif dan menyeluruh

 Untuk penelitian lebih lanjut dapat diteliti pula peran dan pengetahuan kader dalam memberikan penyuluhan tumbuh kembang.

(45)

5.2.2 Bagi Puskesmas

 Diharapkan dengan hasil penelitian ini, dapat memperkaya data mengenai program SDIDTK untuk kemajuan program kesehatan selanjutnya.

 Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan kinerja, pencatatan dan pelaporan, serta promosi kesehatan dan meningkatkan pelayanan kesehatan bayi, balita, dan anak prasekolah terutama mengenai tumbuh kembang.

5.2.4 Bagi Masyarakat

 Diharapkan bagi masyarakat untuk lebih aktif berpartisipasi dalam program-program kesehatan sehingga dapat meningkatkan taraf hidup keluarga dan masyarakat sekitarnya.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2007. 2. Depkes RI. Pedoman Kerja Puskesmas Mengacu Indonesia Sehat 2010. Jakarta, 2003.

3. Djauhar Ismail. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak. Diunduh dari:

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195604121983011-ATANG_SETIAWAN/PERKEMBANGAN_ABK/DETEKSI_DINI_TUMBUH_KEMBANG_AN AK.pdf pada tanggal 15 September 2015.

4. Soedjatmiko. Deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita. Jakarta: Sari Ped Vol. 3, No. 3, 2001: p.175 – 88.

5. Direktorat Jenderal Bina Gizi & KIA. Laporan akuntabilitas kinerja direktorat bina kesehatan anak tahun anggaran 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2014.

6. INFODATIN. Kondisi pencapaian program kesehatan anak Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014.

7. Sutardjo US, Primadi O. Data dan informasi tahun 2014 (profil kesehatan Indonesia). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2015.

8. Irmawati. Analisa hubungan fungsi manajemen pelaksana kegiatan stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) dengan cakupan SDIDTK balita dan anak prasekolah di puskesmas Kota Semarang tahun 2007. Semarang: Universitas Diponegoro, 2008.

9. Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2007. 10. Arikunto, S. Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta, 2006.

11. Riset Kesehatan Dasar 2007. Pedoman pengukuran dan Pemeriksaan. Badan Litbang dan Pengembangan Kesehatan RI Departemen Kesehatan, Jakarta 2007.

12. Staff Puskesmas Kelurahan Cipinang Muara. Laporan Tahunan Puskesmas Cipinang Muara Tahun 2014. Jakarta; 2015.

13. Pemantauan tumbuh kembang. Diunduh dari: http://idai.or.id/professional-resources/rekomendasi/pemantauan-tumbuh-kembang-anak.html. Pada tanggal 15 September 2015.

14. Nedra W, Soedjatmiko, Firmansyah A. Kesiapan fisik dan pengetahuan remaja perempuan sebagai calon ibu dalam membina tumbuh kembang balita dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Sari Ped, Vol. 8, No. 3, 2006: 209 – 17.

15. Ariani, Yosoprawoto M. Usia anak dan pengetahuan ibu sebagai faktor risiko gangguan perkembangan anak. Malang: Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 27, No. 2, 2012.

(47)

Gambar

Tabel 2.1. Jenis Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak
Gambar 2.1. Posisi anak dan petugas ketika dilakukan
Gambar 2.3. Cara Pengukuran Lingkar Kepala
Tabel 2.3. Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini Perkembangan
+6

Referensi

Dokumen terkait