• Tidak ada hasil yang ditemukan

MINI PROJECT. Pendamping: dr. Diah Palupi Handayani NIP:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MINI PROJECT. Pendamping: dr. Diah Palupi Handayani NIP:"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAPARAN MATERI DAN LOKA-KARYA STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) BAGI GURU-GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

(PAUD)

MINI PROJECT

Disusun oleh: dr. Citra Indah P. Sari dr. Degup Demolin P. Sinurat dr. Indriyanti N. A. U. Kotten dr. Marissa C. Nharaya dr. Melia Indasari dr. Mutiara Ramadhiani dr. Nadim M. Tedyanto dr. William Tendi Pendamping:

dr. Diah Palupi Handayani NIP: 198810032014032002

Program Dokter Internship Puskesmas Kelurahan Dukuh Oktober 2016 – Februari 2017

(2)

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 2 DAFTAR GAMBAR ... 4 DAFTAR TABEL ... 5 DAFTAR LAMPIRAN ... 6 PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Identifikasi Masalah ... 2

Tujuan Umum, Tujuan Khusus serta Manfaat ... 2

1.3.1 Tujuan Umum ... 2 1.3.2 Tujuan Khusus ... 2 1.3.3 Manfaat ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 9 2.1 SDIDTK ... 9 2.1.1 Definisi SDIDTK ... 9 2.1.2 Kegiatan SDIDTK ... 9

2.1.3 Fungsi Kegiatan SDIDTK... 10

2.1.4 Jenis Kegiatan SDIDTK ... 10

2.2 PHBS ... 36

2.3 Cara Memeriksa Telinga ... 40

2.4 Cara Menyikat Gigi ... 41

METODE ... 42

PEMBAHASAN ... 45

4.1 Pembahasan ... 45

4.2 Keterbatasan ... 46

KESIMPULAN DAN SARAN... 48

(3)

iii

LAMPIRAN ... 50

Surat Undangan ke Kelurahan Dukuh ... 50

Surat Undangan ke Kepala Puskesmas Kec. Kramat Jati ... 51

Surat Undangan ke Guru PAUD ... 52

Surat Permohonan Peminjaman Proyektor ... 53

Contoh Sertifikat ... 54

(4)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Snellen chart ... 23

Gambar 2 Kuesioner Masalah Mental Emosional ... 26

Gambar 3. Formulir Deteksi Dini GPPH ... 30

Gambar 4. Formulir deteksi dini tumbuh kembang anak. ... 35

Gambar 5. Cara mencuci tangan dengan air dan sabun ... 40

(5)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak ... 11

Tabel 2. Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini Pertumbuhan ... 12

Tabel 3. Formulir KPSP ... 15

Tabel 4. Instrumen Tes Daya Dengar Menurut Umur Anak ... 22

Tabel 5. Checklist Deteksi Dini Autis Pada Anak ... 28

(6)

vi

(7)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan anak secara fisik, mental, sosial, emosional dipengaruhi oleh banyak hal, di antaranya gizi, kesehatan dan pendidikan. Hal ini telah banyak dibuktikan dalam berbagai penelitian. Penelitian longitudinal oleh Bloom tentang kecerdasan menunjukkan bahwa perkembangan kognitifnya mencapai sekitar 50% dalam kurun waktu 4 tahun pertama usia anak, mencapai sekitar 80% kurun waktu 8 tahun, dan mencapai 100% setelah anak berusia 18 tahun. Oleh sebab itu, stimulasi harus dilakukan sejak 3 tahun pertama dalam kehidupannya guna memaksimalkan kepandaian seorang anak. Selain itu, jumlah sel otak yang dipunyai pada usia tersebut dua kali lebih banyak dari orang dewasa.1,2

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) adalah revisi dari salah satu program pokok Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebelumnya, yakni Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK). Progam itu telah dilakukan sejak tahun 1988. Kegiatan tersebut diselenggarakan melalui kerja sama antara keluarga (orang tua, pengasuh anak, dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat), dan tenaga kesehatan profesional. Melalui kegiatan SDIDTK, diharapkan kondisi paling buruk dari penyimpangan pertumbuhan anak, seperti gizi buruk dapat dicegah karena penyimpangan pertumbuhan dapat terdeteksi melalui kegiatan SDIDTK. Selain mencegah penyimpangan pertumbuhan, kegiatan SDIDTK juga mencegah penyimpangan perkembangan dan mental emosional anak sebeleum terlambat.1,2

Dengan ditemukannya penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak secara dini, intervensi dini juga akan lebih mudah dilakukan. Tenaga kesehatan juga mempunyai lebih banyak waktu untuk membuat rencana tindakan/intervensi yang tepat, terutama saat melibatkan keluarga. Bila penyimpangan terlambat diketahui, intervensi akan lebih sulit dilakukan dan akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan anak adalah untuk mengatasi masalah atau penyimpangan perkembangan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya. Waktu yang paling tepat untuk melakukan intervensi dan rujukan dini penyimpangan perkembangan anak adalah sesegera mungkin ketika usia anak masih di bawah lima tahun.1,2

(8)

2 Untuk meningkatkan kinerja guru di sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), terutama dalam hal deteksi dini kelainan tumbuh kembang balita, maka dibuat sebuah acara bertemakan “Pelatihan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang” di Puskesmas Kelurahan Dukuh berupa sesi materi dan sesi workshop. Acara ini menargetkan seluruh guru sekolah PAUD yang ada di Kelurahan Dukuh. Melalui kegiatan ini, diharapkan terjadi peningkatan yang signifikan pada penanganan masalah tumbuh kembang balita di Kelurahan Dukuh.1,2

Identifikasi Masalah

Guru-guru PAUD memiliki peran penting dalam deteksi dini masalah pertumbuhan dan perkembangan balita sehingga seluruh guru harus paham akan pengetahuan tentang program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang.

Tujuan Umum, Tujuan Khusus serta Manfaat 1.3.1 Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan guru PAUD di Kelurahan Dukuh dalam hal program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang

1.3.2 Tujuan Khusus

- Mengajarkan cara partisipasi PAUD yang benar dalam program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang kepada guru PAUD di Kelurahan Dukuh

- Memperluas wawasan guru sekolah PAUD akan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) - Mengajarkan cara sikat gigi yang benar pada guru PAUD

- Menyeragamkan cara cuci tangan yang benar sesuai panduan terbaru

1.3.3 Manfaat

1.3.3.1 Manfaat bagi Penulis

- Berperan secara aktif dalam meningkatkan kualitas pelayanan posyandu di Kelurahan Dukuh

(9)

3 - Mengaplikasikan ilmu mengenai deteksi dini masalah tumbuh kembang anak, pola

hidup bersih dan sehat, serta cara sikat gigi yang terbaru

- Mempererat kerja sama dengan guru-guru PAUD di Kelurahan Dukuh

- Menjalankan program mini project yang merupakan salah satu bagian program dokter internsip

1.3.3.2 Manfaat bagi Masyarakat

- Meningkatkan pengetahuan guru PAUD di Kelurahan Dukuh mengenai program SDIDTK dan PHBS,

- Meningkatkan deteksi dini masalah tumbuh kembang balita di Kelurahan Dukuh - Meningkatkan kualitas pengetahuan dan pelayanan guru PAUD di Kelurahan Dukuh

1.3.3.3 Manfaat bagi Puskesmas

- Menjalin hubungan dan kerjasama yang baik dengan guru PAUD di Kelurahan Dukuh - Meningkatkan pelayanan kesehatan balita di Kelurahan Dukuh melalui perpanjangan

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SDIDTK

2.1.1 Definisi SDIDTK

Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan, diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial). Tujuan SDIDTK yaitu semua balita umur 0–5 tahun dan anak prasekolah umur 5-6 tahun tumbuh dan berkembang secara optimal.1,2

2.1.2 Kegiatan SDIDTK

Stimulasi dini yang memadai, yaitu merangsang otak balita agar perkembangan kemampuan gerak, bicara, bahasa, sosialisasi dan kemandirian anak berlangsung secara optimal sesuai usia anak. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap. Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa, serta kemapuan sosialisasi dan kemandirian.1

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu melakukan skrining atau mendeteksi sejak dini terhadap kemungkinan adanya penyimpangan tumbuh kembang anak balita. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga mempunyai “waktu” dalam membuat rencana tindakan/intervensi yang tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu/keluarga. Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.1

(11)

Intervensi dini, yaitu melakukan koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak anak untuk memperbaiki bila ada penyimpangan tumbuh kembang dengan tujuan agar pertumbuhan dan perkembangan anak kembali kejalur normal dan penyimpangannya tidak menjadi lebih berat.1

Rujukan dini, yaitu merujuk/membawa anak ke fasilitas kesehatan bila masalah penyimpangan tumbuh kembang tidak dapat diatasi meskipun sudah dilakukan intervensi dini. Tidak semua umur anak bisa dilakukan pendeteksian. Anak bisa dideteksi ketika menginjak umur 0 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 12 bulan, 15 bulan, 18 bulan, 21 bulan, 24 bulan, 30 bulan, 36 bulan, 42 bulan, 48 bulan, 54 bulan, 60 bulan, 66 bulan, dan 72 bulan. Usia ini adalah standar usia yang telah ditetapkan.1

Jadwal atau waktu pendeteksian anak yaitu :

- Anak umur 0 - 1 tahun = 1 bulan sekali

- Anak umur > 1 - 3 tahun = 3 bulan sekali

- Anak umur > 3 - 6 tahun = 6 bulan sekali

Jika umur si anak belum menginjak usia standar pemeriksaan maka jangan dilakukan

pendeteksian, namun tunggu si anak mencapai usia yang ditentukan.1, 2

2.1.3 Fungsi Kegiatan SDIDTK

Fungsi dari deteksi dini tumbuh kembang anak adalah untuk mengetahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, upaya stimulasi, dan upaya penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan 1 yang jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal.1

2.1.4 Jenis Kegiatan SDIDTK

Pada pelayanan dasar, terdapat 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan, yaitu:

a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui status gizi anak, serta lingkar kepala.

b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui terdapat penyimpangan dalam perkembangan, daya lihat, dan daya dengar.

c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetatahui adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian, serta hiperaktivitas.

(12)

Berdasarkan buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar, jenis deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut:1

Tabel 1. Jenis Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak

(Diambil dari: Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2013. Hal. 43)

Umur Anak

Jenis Deteksi Tumbuh Kembang yang Harus Dilakukan Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional BB/TB LK KPSP TDD TDL KMME CHAT* GPPH* 0 bulan  ✔ 3 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ 6 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ 9 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ 12 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ 15 bulan ✔ ✔ 18 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 21 bulan ✔ ✔ ✔ 24 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 30 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ 36 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 42 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 48 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 54 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 60 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 66 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 72 bulan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ Keterangan:

BB/TB : Berat Badan terhadap Tinggi Badan LK : Lingkar Kepala

(13)

TDD : Tes Daya Dengar TDL : Tes Daya Lihat

KMME: Kuesioner Masalah Mental Emosional CHAT : Checklist for Autism in Toddlers

GPPH : Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas Tanda *: Tes dilakukan atas indikasi

Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dapat dilakukan pada semua tingkat pelayanan. Deteksi dini ini dilakukan dengan mengukur tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut:1

Tabel 2. Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini Pertumbuhan

(Diambil dari: Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2013. Hal. 44)

Keterangan:

PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini BKB : Bina Keluarga Balita TPA : Tempat Penitipan Anak TK : Taman Kanak-Kanak LK : Lingkar Kepala

Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang Digunakan

 Keluarga  Masyarakat

 Orang tua  Kader kesehatan

 Petugas PAUD, BKB, TPA, dan guru TK  KMS  Timbangan dacin  Puskesmas  Dokter  Bidan  Perawat  Ahli Gizi  Petugas Lainnya  Tabel BB/TB  Grafik LK  Timbangan

 Alat ukur tinggi badan  Pita pengukur lingkar

(14)

Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

A. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

Kuesioner ini diterjemahkan dan dimodifikasi dari Denver Prescreening Developmental

Questionnaire (PDQ) oleh tim Depkes RI yang terdiri dari beberapa dokter spesialis anak,

psikiater anak, neurolog, THT, mata dan lain-lain pada tahun 1986. Jika anak dicurigai ada gangguan perkembangan dan perlu dirujuk atau dilakukan skrining dengan Denver II. Untuk memperluas jangkauan skrining perkembangan, Frankenburg menganjurkan agar lebih banyak menggunakan PDQ karena mudah, cepat murah dan dapat dikerjakan sendiri oleh orangtua, kader, ataupun guru PAUD. Kuesioner ini sampai sekarang masih dianjurkan oleh Depkes untuk digunakan ditingkat pelayanan kesehatan primer.3

Tujuan skrinning/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30,36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan.3

Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, maka guru PAUD skrining kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya anak umur 40 bulan, diminta kernbali untuk skrining KPSP pada umur 42 bulan. Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyal masalah tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda.3

- Alat instrumen yang digunakan

Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9 — 10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak.3

- Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan

Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 25 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biscuit kecil berukuran 0.5 - 1 cm.3

- Cara menggunakan KPSP:3

(15)

2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan umur anak lebih 16 han dibulatkan menjadi 1 bulan.

3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai 4. KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaltu:

 Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak,

 Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP.

5. Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya

6. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban. Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.

7. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan terlebih dahulu

(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)

Interpretasi hasil KPSP:3

1. Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.

2. Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.

3. Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.

4. Jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S).

5. Jumlah jawaban ‘ Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M). 6. Jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).

7. Untuk jawaban ‘Tidak‘, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis keterlambatan(gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

Intervensi:3

1. Bila perkembangan anak sesual umur (S), lakukan tindakan berikut:

a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan balk. b) Teruskan pota asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak.

c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak.

d) lkutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak.

e) Lakukan pemeriksaan/Skrinling rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampal 72 bulan.

2. Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:3

a. Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesenng mungkin.

(22)

b. Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi penyimpangan /mengeiar ketertinggalannya.

c. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungklnan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya.

d. Lakukan penllaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.

e. Jika hasil KPSP ulang jawaban “Ya” tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada penyimpangan (P).

3. Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan(P). lakukan tindakan berikut:3

Rujukan ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara & bahasa, sosialisasi dan kemandirian)

B. Tes Daya Dengar (TDD).

Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayl umur kurang dan 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas.3

Alat/sarana yang diperlukan adalah:3

1. Instrumen TDD menurut umur anak.

2. Gambar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia. 3. Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola)

Cara melakukan TDD:3

1. Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan. 2. PiIih daftar pertanyaan TDD yang sesual dengan umur anak.

3. Pada anak umur kurang dari 24 bulan:

a. Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/pengasuh anak. Tidak usah ragu-ragu atau takut menjawab, karena tidak untuk mencari siapa yang salah.

b. Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu berurutan. c. Tunggu jawaban dan orangtua/pengasuh anak.

(23)

1) Jawaban YA jika menurut orang tua/pengasuh, anak dapat melakukannya dalam satu bulan terakhir.

2) Jawaban TIDAK jika menurut orang tua/pengasuh anak tidak pernah / tidak tahu atau tak dapat melakukannya dalam satu bulan terakhir.

4. Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orangtua/pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.

a. Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orangtua/pengasuh. b. Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah‘orangtua/pengasuh.

c. Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah orangtua/pengasuh.

Tabel 4. Instrumen Tes Daya Dengar Menurut Umur Anak Umur lebih dari 3 tahun

1. Perlihatkan benda – benda yang ada disekeliling anak seperti sendok, cangkir, bola, bunga dan sebagainya. Suruh anak menyebutkan nama benda tersebut. Apakah anak dapat menyebutkan nama benda-benda tersebut dengan benar?

Ya Tidak

2. Suruh anak duduk, anda duduk dalam jarak 3 meter didepan anak. Suruh anak mengulangi angka-angka yang telah anda ucapkan: “Empat”, “Satu”, “Delapan” atau menirukan dengan menggunakan jari tangannya. Kemudian tutup mulut anda dengan buku/kertas, ucapkan 4 angka yang berlainan. Apakah anak dapat mengulangi atau menirukan ucapan anda dengan menggunakan jari tangannya? (Anda dapat mengulanginya dengan suara yang lebih keras)

Interpretasi

 Bila ada satu atau lebih jawaban “Tidak”, kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran.

 Catat dalam Buku KIA atau status anak atau formulir deteksi dini tumbuh kembang anak.

Intervensi:

(24)

 Rujuk ke RS bila tidak dapat ditangulangi B. Tes Daya Lihat (TDL)

Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan.

Alat/sarana yang diperlukan adalah:

1. Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang balk 2. Dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk pemeriksa.

3. Poster “E” untuk digantung dan kartu “E” unuk dipegang anak. 4. Alat penunjuk.

(25)

Cara melakukan tes daya lihat:3

1. Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang, dengan penyinaran yang baik. 2. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.

3. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dan poster “E”, menghadap ke poster “E”. 4. Letakkan sebuah kursi Iainnya di samping poster “E” untuk pemeriksa.

5. Pemeriksa memberikan kartu “E” pada anak. Latih anak dalam mengarahkan kartu “E” menghadap atas, bawah, kiri dan kanan sesuai yang ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa. Beri pujian setiap kali anak mau melakukaninya. Lakukan hal ini sampai anak dapat menarahkan kartu “E” dengan benar.

6. Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/kertas.

7. Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster, satu persatu, mulai baris pertama sampai baris keempat atau baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat.

8. Puji anak setiap kali dapat mencocokkan posisi kartu “E” yang dipegangnya dengan huruf “E” pada poster.

9. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang sama.

10. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang telah disediakan: mata kanan ……. mata kin : ……....

Interpretasi:3

Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai baris ketiga pada poster “E”. Bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris ketiga poster “E”, artinya tidak dapat mencocokkan arah kartu “E” yang dipegangnya dengan arah “E” pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.

Intervensi:3

Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaa benikutnya, anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama, atau tidak dapat melihat baris yang sama dengan kedua matanya rujuk ke Rumah Sakit dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya).

I.

Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional autisme dan gangguan pemusatan

(26)

perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.3

Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu:3

1. Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi anak umur 36 bulan sampai 72 bulan. 2. Ceklis autis anak prasekolah (Checklist for Autism in Toddlers/ CHAT) bagi anak umur 18

bulan sampal 36 bulan.

3. Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) menggunakan Abreviated Conner Rating Scale bagi anak umur 36 bulan ke atas.

A. Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah

Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mental emosional pada anak pra sekolah. Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan pada anak umur 36 bulan sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining/pemeriksaan perkembangan anak.3

Alat yang digunakan adalah Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali masalah mental emosional anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.3

Cara melakukan:3

1. Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang tertulis pada KMME kepada orang tua/pengasuh anak.

(27)

Interpretasi :

Bila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional.

Intervensi:

1. Bila jawaban YA hanya I (satu):

a. Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku Pedoman Pola Asuh Yang Mendukung Perkembangan Anak.

b. Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.

(28)

2. Bila jawaban YA ditemukan 2 (dua) atau lebih :

a. Rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.

b. Rujukan harus disertal informasi mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang ditemukan.

B. Deteksi dini autis pada anak pra sekolah.

Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18 bulan sampai 36 bulan.Jadwal deteksi dini autis pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi bila ada keluhan dari ibu/pengasuh atau ada kecurigan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, dan guru TK. Keluhan tersebut berupa salah satu atau lebih keadaan dibawah ini :3

- Keterlambatan berbicara

- Gangguan komunikasi/interaksi sosial - Perilaku berulang-ulang

Alat yang digunakan adalah CHAT (Checklist for Autism in Toddlers). CHAT ini ada 2 jenis pertanyaan, yaitu :3

- Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orangtua/pengasuh anak.

Pertanyaan diajukan berurutan, satu persatu. Jelaskan kepada orangtua untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.

- Ada 5 perintah bagi anak, untuk melaksanakan tugas seperti yang tertulis CHAT.

Cara menggunakan CHAT3

 Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang tertulis pada CHAT kepada orangtua/pengasuh anak.

 Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas pada CHAT.

 Catat jawaban orangtua/pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan kemampuan anak, YA atau TIDAK. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab

(29)

Tabel 5. Checklist Deteksi Dini Autis Pada Anak

Interpretasi:3

1) Risiko tinggi menderita autis: bila jawaban “Tidak” pada pertanyaan A5, A7, B2, B3, dan B4.

2) Risiko rendah menderita autis: bila jawaban “Tidak” pada pertanyaan A7 dan B4

3) Kemungkinan gangguan perkembangan lain: bila jawaban “Tidak” jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4; A6; A8-A9; B1; B5.

(30)

Intervensi:3

Bila anak risiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan perkembangan, Rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.

C. Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada Anak Prasekolah

Tujuannya adalah untuk mengetahul secara dini anak adanya Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas.

Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dan orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan. Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini:

1. Anak tidak bisa duduk tenang

2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah 3. Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsif

Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) (Abbreviated Conners Ratting Scale). Formulir ini terdiri 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua/pengasuh anak /guru TK/guru PAUD dan pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.3

Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH:3

1. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orangtua/pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.

2. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesual dengan pertanyaan pada formulir deteksi dini GPPH

3. Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak berada, missal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dli); setiap saat dan ketika anak dengan siapa saja. 4. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan pemeriksaan. 5. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

(31)

Gambar 3. Formulir Deteksi Dini GPPH

Interpretasi3

A. nilai 0  jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak

B. nilai 1  jika keadaan tersebut kadang – kadang ditemukan pada anak

1. nilai 2  jika keadaan tersebut Beri nilai pada masing – masing jawaban sesuai dengan bobot nilai, kemudian jumlahkan nilai masing – masing jawaban menjadi nilai total

C. sering ditemukan pada anak

D. nilai 3  jika keadaan tersebut selalu pada anak

2. Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH Intervensi3

1. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Fasilitas Kesehatan yang memfasilitasi kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk konsultasi dan lebih lanjut

(32)

2. Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu – ragu, jadwalkan pemeriksaan ulang satu bulan kemudian

3. Ajukan pertanyaan kepada orang – orang terdekat dengan anak (orangtua, pengasuh, nenek, guru, dsb)

II. INTERVENSI DAN RUJUKAN DINI PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG ANAK

A. Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan Tumbuh Kembang Anak

Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan tertentu pada anak yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai dengan umurnya. Penyimpangan perkembangan biasa terjadi pada salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian anak.3

Intervensi perkembangan anak dilakukan atas indikasi yaitu:3

1. Perkembangan anak meragukan (M) artinya kemampuan anak tidak sesuai dengan yang seharusnya dimiliki anak, yaitu bila pada umur skrining 3, 6, 9, 12, 15, 18 bulan dan seterusnya, pemeriksaan KPSP jawaban “YA” = 7 atau 8, lakukan intervensi sebagai berikut:

a. Pilih kelompok umur stimulasi yang lebih muda dan umur anak misalnya: Menurut KPSP, anak umur 12 bulan belum bisa berdiri, maka dilihat kelompok umur stimulasi 9 – 12 bulan atau yang lebih muda (bukan kelompok umur stimulasi 12-15 bulan).

b. Ajari orang tua cara melakukan intervensi sesuai dengan masalah/penyimpangan yang ditemukan pada anak tersebut, misalnya, anak mempunyal penyimpangan gerak kasar, maka yang diintervensi adalah gerak kasamya.

c. Beri petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak sesering mungkin, penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan sambil bermain dengan anak agar ia tidak bosan.

d. Intervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap han sekitar 3-4 jam, selama 2 minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi dapat ditambah. Bila anak menolak atau rewel, intervensi dihentikan dahulu, dilanjutkan apabila anak sudah dapat diintervensi tagi.

e. Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu kemudian untuk dilakukan evaluasi hasil intervensi dan melihat apakah ada kemajuan/perkembangan

(33)

atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan KPSP yang sesuai dengan umur skrining yang terdekat.

2. Bila seorang anak mempunyal masalah/penyimpangan perkembangan, sedangkan umur anak saat itu bukan pada jadwal umur skrining, maka lakukan intervensi perkembangan sesuai dengan masalah yang ada sebagai berikut:

a. Misalnya: anak umur 19 bulan belum bisa menyebut ayah ibunya dengan panggilan seperti “papa mama” artinya ada penyimpangan kemampuan bahasa dan bicara. Lihat kelompok umur stimulasi yang lebih muda, lihat tabel Kemampuan Bicara dan Bahasa yang memuat cara melatih anak supaya bisa menyebut kata-kata “papa mama” yaitu pada kelompok umur stimulasi 3-6 bulan.

b. Sedangkan intervensi berupa stimulasi untuk kelompok umur yang lebih muda pada contoh di atas stimulasi untuk kelompok umur 15-18 bulan, tetap diberikan.

c. Ajari orang tua cara melakukan intervensi perkembangan anak sebagaimana yang dianjurkan pada kotak stimulasi tersebut.

d. Beri petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak seserin gmungkin penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan sambil bermain dengan anak agar ia tidak bosan.

e. Intervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar 3-4 jam, selama 2 minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi dapat ditambah. Bila anak menolak atau rewel, intervensi dihentikan dahulu, dilanjutkan apabila anak sudah dapat diintervensi lagi.

f. Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu kemudian untuk dilakukan evaluasi dan intervensi dan melihat apakah ada kemajuan/perkembangan atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan KPSP yang sesuai dengan umur skrining yang terdekat.

B. Rujukan Dini Penyimpangn Perkembangan Anak

Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan anak tidak dapat ditangan meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi dini. Rujukan penyimpangan tumbuh kembang anak dilakukan secara berjenjang, sebagai berikut.3

1) Tingkat keluarga dan masyarakat.

Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader) dianjurkar untuk membawa anaknya ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringannya atau Rumah

(34)

Sakit. Orang tua/ keluarga perlu diingatkan agar membawa catatan pemantauan tumbuh kembang yang ada di dalam Buku KIA.

2) Tingkat Puskesmas dan jaringannya.

a. Pada rujukan dini, bidan dan perawat di Posyandu, Polindes, Pustu termasuk Puskeling, melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang sesuai standar pelayanan yang terdapat pada buku pedoman.

b. Bila kasus penyimpangan tersebut temyata memerlukan penanganan lanjut, maka dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas (dokter, bidan, perawat, ahli gizi dan tenaga kesehatan terlatih lainnya).

3) Tingkat Rumah Sakit rujukan.

Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat ditangani di tingkat Puskesmas atau memerlukan tindakan yang khusus maka perlu dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten (tingkat rujukan primer) yang mempunyai fasilitas klinik tumbuh kembang anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi serta laboratorium/pemeriksaan penunjang diagnostik. Rumah Sakit Provinsi sebagai tempat rujukan sekunder diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang anak yang didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwa kesehatan mata, THT, rehabilitasi medik, ahli terapi (fisioterapis, terapis bicara, dan sebagainya), ahli gizi dan psikolog.1

(35)
(36)

35 Gambar 4. Formulir deteksi dini tumbuh kembang anak.

(37)

36 2.2 PHBS

2.2.1 Definisi

Pola hidup bersih dan sehat atau lebih dikenal dengan istilah PHBS adalah sekumpulan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan dimana hal-hal yang dilakukan tersebut akan membawa seseorang beserta anggota keluarganya menuju hidup yang lebih sehat. Semua perilaku sehat tersebut harus dilakukan dengan kesadaran sendiri dan dilakukan bersama-sama dengan orang lain dalam hal ini masyarakat sekitar agar lingkungan orang tersebut menjadi lingkungan yang baik dan sehat untuk ditinggali.4

Pada dasarnya, PHBS itu dimulai dari awal oleh satu orang dimana orang tersebut membawa contoh perilaku yang sehat tersebut ke keluarga intinya atau di dalam rumah. Setelah keluarga bersama-sama memiliki perilaku yang sehat, kemudian hal ini akan dibawa lebih lanjut ke lingkungan kerja, sekolah hingga masyarakat setempat. Oleh sebab itu, PHBS memiliki beberapa klasifikasi berdasarkan tempat dilakukannya perilaku tersebut.4

2.2.2 Klasifikasi PHBS a. PHBS di Rumah4

PHBS di rumah merupakan PHBS yang paling umum dan paling dasar yang harus dilakukan setiap orang untuk menciptakan suasana yang sehat dan bersih. Terdapat 10 komponen penting dalam PHBS di rumah yaitu:

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Poin ini maksudnya adalah setiap rumah tangga yang akan memiliki anggota keluarga baru dalam hal ini anak, maka proses persalinan wajib dibantu oleh tenaga kesehatan seperti bidan, dokter dan tenaga medis lainnya.

2. Memberi bayi ASI eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi baru lahir hingga bayi berusia 6 bulan. Selama periode ini, hanya ASI yang boleh diberikan pada anak tanpa makanan atau minuman lain.

(38)

37 Poin ini penting karena membantu orangtua dan tenaga medis untuk mendeteksi secara dini adanya malnutrisi pada anak. Oleh sebab itu, orangtua yang sedang memiliki anak berusia 1 bulan hingga 5 tahun wajib melakukan penimbangan minimal sebulan sekali dan hasilnya akan dicatat dalam buku kesehatan ibu dan anak (KIA) atau kartu menuju sehat (KMS).

4. Menggunakan air bersih

Hal ini cukup jelas, apabila ingin mewujudkan rumah tangga dan keluarga yang sehat, maka sangat penting untuk memiliki air bersih baik untuk minum, memasak, mandi hingga mencuci pakaian dan lainnya.

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Tangan adalah “alat” paling dasar dari seseorang untuk melakukan sesuatu termasuk makan dan minum. Oleh sebab itu, tangan harus rutin dicuci dan dijaga kebersihannya. Proses mencuci tangan hendaknya dilakukan dengan benar dan harus menggunakan sabun agar mikroorganisme yang tertinggal di tangan saat melakukan aktivitas dapat dihilangkan. 6. Menggunakan jamban sehat

Jamban atau tempat pembuangan kotoran saat buang air kecil maupun besar haruslah memenuhi kriteria tertentu agar rumah tetap terjaga kebersihannya. Hal paling penting adalah tempat penampungan kotoran sementara atau septic tank harus berada dalam jarak minimal 10 meter dari sumber air minum. Faktor lain yang berkaitan dengan jambannya sendiri adalah bahwa jambannya harus memiliki penutup agar tidak bau, mudah dibersihkan dan tersedia air, sabun dan alat pembersih.

7. Memberantas jentik di rumah

Jentik-jentik nyamuk harus diberantas secara berkala agar anggota keluarga yang tinggal di dalam rumah terbebas dari penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk seperti demam berdarah atau malaria. Tempat-tempat yang penting untuk diperhatikan adalah penampungan air seperti bak mandi, vas bunga, dan lain-lain. Cara paling sederhana untuk memberantas jentik nyamuk adalah dengan 3M yaitu menguras penampungan air, menutup

(39)

38 tempat yang berpotensi sebagai penampungan air, dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air.

8. Makan buah dan sayur setiap hari

Setiap anggota rumah tangga diharapkan mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari untuk menjaga kesehatan dan memperoleh vitamin bagi tubuh.

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Aktivitas fisik yang dimaksud dalam hal ini adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran energi untuk menjaga kebugaran tubuh. Aktivitas fisik ini harus dilakukan minimal 30 menit setiap hari.

10. Tidak merokok di dalam rumah

Hal ini merupakan hal yang paling penting terutama apabila di dalam rumah terdapat anak-anak atau wanita hamil dan menyusui.

Sepuluh komponen PHBS di atas sebenarnya secara umum juga dilakukan di tempat-tempat lainnya, hanya saja beberapa komponen akan disesuaikan tergantung tempat-tempat dilakukannya PHBS tersebut.

b. PHBS di Sekolah4

Perilaku bersih sehat di sekolah secara umum meliputi komponen PHBS di rumah yang bisa dilakukan di sekolah dengan tambahan konsumsi jajanan sehat di sekolah dan membuang sampah pada tempatnya.

c. PHBS di Tempat Kerja (kantor)5

Perilaku bersih sehat di tempat kerja ini adalah PHBS di rumah yang bisa dilakukan di tempat kerja dengan tambahan kurangi menggunakan sterofoam, manfaatkan kertas bekas,

(40)

39 mematikan komputer dan peralatan listrik lainnya saat sedang tidak digunakan, membuang sampah pada tempatnya dan meminimalkan penggunaan kendaraan pribadi atau maksimalkan penumpang dalam satu mobil.

d. PHBS di Tempat Umum4

Perilaku bersih sehat di tempat umum adalah PHBS di rumah yang bisa dilakukan di tempat umum dengan tambahan membuang sampah pada tempatnya dan tidak meludah sembarangan.

e. PHBS di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (rumah sakit)5

Perilaku bersih sehat di fasilitas pelayanan kesehatan adalah PHBS di rumah yang memungkinkan untuk dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dengan tambahan membuang sampah pada tempatnya dan tidak meludah sembarangan.

Salah satu hal paling dasar yang bisa dilakukan pertama kali untuk memiliki PHBS dimanapun adalah dengan mencuci tangan yang baik dan benar. Dalam hal ini mencuci tangan sesuai rekomendasi WHO adalah dengan menggunakan air dan sabun lalu melakukan 6 langkah yaitu:4,5,6

1. Mengusap kedua telapak tangan 2. Mengusap kedua punggung tangan 3. Membersihkan sela-sela jari 4. Membersihkan buku-buku jari 5. Membersihkan jempol

(41)

40 Gambar 5. Cara mencuci tangan dengan air dan sabun

2.3 Cara Memeriksa Telinga

Telinga merupakan indera pendengaran dan oleh sebab itu sangat penting untuk dijaga kebersihannya agar tidak tersumbat oleh kotoran dan mengurangi kemampuan seseorang dalam mendengar. Proses pembersihan telinga sebaiknya dilakukan oleh dokter terutama apabila serumen telah mengeras. Hal paling penting sebelum dilakukan pembersihan telinga adalah bagaimana memeriksa liang telinga yang benar agar liang telinga terlihat jelas.7

Cara melakukan pemeriksaannya adalah dengan menarik telinga menyerong kearah superior dan posterior dengan tangan yang berlawanan dengan sisi telinga. Jadi apabila telinga kanan yang diperiksa, maka tangan kiri yang digunakan untuk menarik daun telinga dan tangan yang lain memegang senter untuk menerangi liang telinga.7

(42)

41 2.4 Cara Menyikat Gigi

Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang penting. Gigi berfungsi untuk membantu proses makan. Gigi memiliki beberapa peran dalam mengunyah. Proses mengunyah ini sendiri juga dibagi menjadi beberapa bagian yaitu proses memotong, mengoyak makanan dan menggiling atau mengunyah makanan. Dalam menjalankan prosesnya, gigi juga diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Gigi seri adalah gigi yang bertanggungjawab untuk proses memotong makanan pertama kali, sehingga posisi gigi seri berada di depan. Proses berikutnya yaitu mengoyak dilakukan oleh gigi yang memiliki bentuk yang tajam yaitu gigi taring yang letaknya lebih ke dalam daripada gigi seri. Terakhir, gigi yang terletak di area yang paling dalam adalah gigi geraham dimana gigi ini memiliki permukaan yang cukup lebar untuk menggiling makanan menjadi lebih halus.8

Oleh karena posisi gigi ini berbeda-beda berdasarkan fungsinya, maka semua gigi harus dijaga dengan baik. Cara untuk merawat gigi adalah dengan melakukan sikat gigi. Proses sikat gigi ini harus mencakup semua jenis gigi dimana ini berarti sikat gigi harus mampu menjangkau hingga ke bagian dalam mulut dan mengenai semua sisi gigi.8

Sikat gigi merupakan salah satu hal yang wajib dilakukan setiap hari. Metode untuk menyikat gigi berbeda-beda namun salah satu yang cukup ideal untuk dilakukan adalah metode Stillman. Metode ini dilakukan dengan membagi area mulut menjadi 4 bagian dengan masing-masing kiri dan kanan di bagian atas dan bagian bawah. Proses menyikat gigi adalah dengan menyikat gigi sisi luar dan dalam per bagian dengan arah dari gusi ke gigi dimana sikat gigi diposisikan pada 450. Setelah sisi luar dan dalam selesai disikat, maka area mengunyah disikat maju mundur untuk keempat bagian.8

(43)

42

BAB III

METODE

3.1 Desain Kegiatan

Kegiatan mini project yang bertema “Pelatihan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat” terdiri dari dua kegiatan utama, yaitu pemaparan materi dan workshop. Pemaparan materi menjadi kegiatan yang pertama dilakukan, kemudian diikuti dengan workshop yang masih berkaitan dengan materi dari kegiatan sebelumnya.

3.2 Tempat dan Waktu Kegiatan a. Tempat Kegiatan

Mini project dilaksanakan di ruang aula Puskesmas Kelurahan Dukuh. b. Waktu Kegiatan

Mini project dilaksanakan pada hari Kamis,1 Desember 2016.

3.3 Sasaran Kegiatan

Kegiatan mini project “Pelatihan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat” ditujukan kepada seluruh guru PAUD di Kelurahan Dukuh yang belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai stimulasi, deteksi, intervensi dini tumbuh kembang sebagai pengurus kader posyandu balita.

3.4 Instrumen

Instrumen yang dipergunakan dalam kegiatan ini terdiri dari: - LCD proyektor

- Laptop

- Seperangkat sound system - Replika gigi

- Penlight - Handout

(44)

43 - Meja

- Kursi

3.5 Prosedur

Proses registrasi peserta acara “Pelatihan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat” dimulai pukul 12.30. Peserta yang sudah datang diharuskan melakukan registrasi dan akan diberikan nomor kursi. Pukul 13.00, acara akan dibuka oleh pembawa acara, kemudian diikuti kata sambutan yang diberikan oleh Kepala Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, Kasie Pemberdayaan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Kelurahan Dukuh, serta Kepala Puskesmas Kelurahan Dukuh. Setelah itu kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi mengenai stimulasi, deteksi, intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) dan perilaku pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Sesi tanya jawab dilakukan setelah pemaparan materi selesai. Kemudian acara dilanjutkan dengan kegiatan workshop. Workshop terdiri dari 3 pos, yaitu pos menyikat gigi, pos mencuci tangan, serta pos pemeriksaan telinga dan diskusi SDIDTK. Setiap pos dipandu oleh seorang tutor dan setiap 15 menit tutor bergantian sehingga dipastikan semua peserta akan melewati ketiga pos tersebut. Kelompok workshop telah diatur sesuai dengan nomor kursi yang didapatkan peserta ketika melakukan registrasi. Setelah selesai, acara dilanjutkan dengan sesi kuis untuk peserta. Kemudian acara ditutup oleh pembawa acara dan diikuti pembagian sertifikat serta foto bersama.

(45)

44 3.6 Alur Workshop

(46)

45

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Pelatihan sosialisasi Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Dukuh memiliki kegiatan, memberikan informasi jika terdapat penyimpangan dari perkembangan, pertumbuhan dan mental emosional serta pola hidup bersih dan sehat, pada anak didik di PAUD maupun taman kanak-kanak (TK) itu sendiri.

PAUD adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Pelaksanaan pelatihan SDIDTK dan PHBS pada guru-guru PAUD sendiri dilaksanakan dalam satu hari pada hari kamis tanggal 1 Desember 2017 pada pukul 13.00 WIB, di Aula Puskesmas Kelurahan Dukuh. Pelatihan tersebut ditujukan untuk 11 PAUD dan 2 TK di wilayah kerja Kelurahan Dukuh. Sebelas PAUD diantaranya berasal dari PAUD Cempaka, PAUD Merpati, PAUD Al Hasanah, PAUD Cendana, PAUD Anggrek, PAUD Bougenville, PAUD Melati, PAUD Pandawa, PAUD Al Hidayah, PAUD Teratai, dan PAUD Ria Pembangunan. Sedangkan 2 TK lainnya berasal dari TK Kuntum Suci dan TK Riadhus Solihin.

Dari sebelas PAUD dan dua TK di wilayah kerja Kelurahan Dukuh yang mendapat undangan untuk pelatihan SDIDTK dan PHBS dari 48 guru hanya 39 guru PAUD dan TK yang hadir dan mengikuti pelatihan. Sedangkan sisanya 9 orang peserta pelatihan lainnya tidak dapat hadir. Hal ini dikarenakan peserta yang 9 orang tersebut telah memiliki kegiatan lain di luar pelatihan, seperti bekerja, memiliki kegiatan lain yang sudah terjadwal sebelumnya, dan lainnya. Berdasarkan data sebaran yang didapat, peserta pelatihan SDIDTK dan PHBS sebanyak 100% berjenis kelamin perempuan. Dalam acara pelatihan tersebut kami turut mengundang tamu khusus dari pihak Kelurahan Dukuh dan Kepala Puskesmas Kecamatan Kramat Jati.

(47)

46 Pada pelaksanaan SDIDTK dan PHBS yang dilaksanakan di Puskesmas Kelurahan Dukuh diberikan penyuluhan dan informasi tentang pemantauan perkembangan dan pertumbuhan yang dilakukan sejak dini, serta pola hidup bersih dan sehat untuk anak didik di PAUD maupun TK itu sendiri. Materi yang diberikan untuk perserta adalah latar belakang, status gizi balita tahun terakhir 2015, pengertian serta tujuan, jenis pemeriksaan SDIDTK, cara menilai dan memantau jika ditemukan penyimpangan SDIDTK, cara cuci tangan yang benar menurut WHO dan menyikat gigi yang terbaru dari PDGI. Para peserta juga diberikan kesempatan untuk bertanya di akhir sesi jika ada materi yang diberikan belum jelas. Setelah pemberian materi dan sesi pertanyaan berakhir, dilanjutkan dengan sesi pelatihan bagi para perserta yang dibagi dalam enam kelompok. Masing-masing kelompok terdapat satu tutor dari dokter internsip yang memberikan pembahasan dan pengajaran mengenai cara menilai penyimpangan SDIDTK menggunakan kuesioner maupun alat penilaian lain, cara menyikat gigi yang benar menurut PDGI, dan cara cuci tangan yang benar menurut WHO. Para peserta diberikan kesempatan untuk mempraktekkan dan bertanya mengenai materi yang diberikan di masing-masing kelompok.

Dari hasil pengamatan selama berlangsungnya pelatihan SDIDTK dan PHBS, para peserta guru-guru PAUD dan TK sangat antusias terhadap materi yang diberikan. Sebagian besar para peserta sudah banyak mengetahui cara sikat gigi dan cuci tangan namun ada beberapa hal yang masih kurang maupun salah dalam mempraktekkannya. Untuk penilaian penyimpangan SDIDTK sendiri, para peserta sangat bersemangat untuk mengetahui bagaimana membedakan yang normal atau menyimpang, karena terkadang mereka menemukan di anak didik yang kurang lebih perilaku, perkembangan dan pertumbuhannya menyerupai seperti pembahasan materi yang sudah di jelaskan.

4.2 Keterbatasan

Pelaksanaan pelatihan SDIDTK dan PHBS yang dilangsungkan di Aula Puskesmas Kelurahan Dukuh juga memiliki beberapa kendala yang terjadi. Dari segi waktu yang telah di tetapkan mengalami keterlambatan setengah jam dari waktu yang di tentukan. Acara ditetapkan mulai pada pukul 13.00 WIB namun baru dapat terlaksana pada pukul 13.30 WIB. Hal ini dikarenakan banyak peserta pelatihan yang datang terlambat sesuai dengan jadwal acara.

(48)

47 Beberapa tamu undangan khusus lainnya yang kami harapkan datang juga tidak sepenuhnya hadir. Seperti tamu undangan dari pihak Kelurahan Dukuh yang tidak sempat hadir dikarenakan memiliki kegiatan lain yang sudah di agendakan sebelumnya.

Jumlah peserta pelatihan SDIDTK dan PHBS yang hadir tidak semuanya hadir dalam acara. Masih ada 19% peserta yang sudah mendaftar namun tidak hadir dalam acara pelatihan sehingga amat disayangkan informasi yang di dapat tidak menyeluruh ke semua peserta pelatihan.

(49)

48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang sudah dipaparkan makan dapat disimpulkan bahwa:

1. Lebih dari 80% peserta yang mendaftar, datang dan mengikuti acara sepenuh-penuhnya. 2. Acara dapat berlangsung lancer dan selesai tepat waktu

3. Peserta menunjukkan antusiasme dan interaktif dalam pelaksanaan lokakarya

4. Acara pelatihan seperti ini merupakan cara yang bermanfaat untuk penyebaran infomasi dari program kesehatan puskesmas kepada masyarakat terutama guru-guru PAUD.

5.2 Saran

Bagi Pelaksana Mini Project berikutnya

- Mengadakan penyegaran ilmu kepada guru-guru PAUD dan juga peserta mini-project bertemakan SDIDTK sebelumnya seperti kader posyandu.

Bagi Puskesmas Kelurahan Dukuh

- Diharapkan untuk terus mendukung kegiatan mini project berikutnya sebagai salah satu upaya dalam program peningkatan peran serta masyarakat (PPSM)

- Diharapkan untuk terus bersiap sebagai ujung tombak dalam melayani anak-anak yang masuk dalam skrining SDIDTK.

- Mengevaluasi kembali baik secara informal maupun formal, pengetahuan peserta (guru PAUD)

Bagi Masyarakat

- Diharapkan secara aktif menggunakan pengetahuan yang sudah diberikan di tempat pengabdian masing-masing

- Diharapkan untuk berpeartisipasi dalam program-program kesehatan lainnya sebagai upaya peningkatan taraf hidup dan derajat sehat masyarakat.

(50)

49

DAFTAR REFERENSI

1. Departemen Kesehatan Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2013

2. Kementerian Kesehatan RI. Pelayanan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak. [online, diakses pada 1 Desember 2016]. [ diakses di: depkes.go.id]. 3. Soedjatmiko. Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita. Sari Pediatri; Vol 3; 2001;

p.175 – 88.

4. Rumah tangga sehat dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Indonesia: Departemen Kesehatan RI; 2009.

5. Perilaku hidup bersih dan sehat (article on the Internet). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. [cited at 2016 November 19]. Available from: http://promkes.depkes.go.id/program/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat/

6. World Health Organization. WHO guidelines on hand hygiene in health care. Switzerland: WHO Press; 2009.

7. Soepardi E A, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti R D. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher. 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia; 2012.

8. Varun. Types of tooth brushing techniques (article on the Internet). Posted in 2013. [cited at 2016 November 19]. Available from: http://www.juniordentist.com/types-of-tooth-brushing-techniques.html

(51)

50

LAMPIRAN

Surat Undangan ke Kelurahan Dukuh

Jakarta, 28 November 2016

Nomor :

Perihal : Undangan Acara Pelatihan SDIDTK dan PHBS Guru PAUD Kelurahan Dukuh Yth.

Kasie Pemberdayaan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Kelurahan Dukuh

Yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Puskesmas Kelurahan Dukuh, bersama ini mengharapkan kehadiran saudara/i pada

Hari / Tanggal : Kamis , 1 Desember 2016 Waktu : Pukul 12.30 WIB - selesai

Tempat : Aula Puskesmas Kelurahan Dukuh

Acara : Pelatihan SDIDTK dan PHBS Guru PAUD Kelurahan Dukuh

Sehubungan dengan pentingnya acara di atas, kami harapkan saudara/i hadir tepat waktu.

Atas perhatian saudara/i, kami ucapkan terima kasih.

Kepala Puskesmas Kelurahan Dukuh

drg. Elviena Tauvany NIP. 196802071998032002

(52)

51 Surat Undangan ke Kepala Puskesmas Kec. Kramat Jati

Jakarta, 28 November 2016

Nomor :

Perihal : Undangan Acara Pelatihan SDIDTK dan PHBS Guru PAUD Kelurahan Dukuh Yth.

drg. S. Sholikhah Darmawie

Kepala Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Jakarta Timur

Yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Puskesmas Kelurahan Dukuh, bersama ini mengharapkan kehadiran Ibu, pada

Hari / Tanggal : Kamis, 1 Desember 2016 Waktu : Pukul 12.30 WIB - selesai

Tempat : Aula Puskesmas Kelurahan Dukuh

Acara : Pelatihan SDIDTK dan PHBS Guru PAUD Kelurahan Dukuh

Sehubungan dengan pentingnya acara diatas, kami harapkan kesediaan Ibu untuk hadir.

Atas perhatian Ibu, kami ucapkan terima kasih.

Kepala Puskesmas Kelurahan Dukuh

drg. Elviena Tauvany NIP. 196802071998032002

(53)

52 Surat Undangan ke Guru PAUD

Nomor :

Lampiran : - Perihal : Biasa

Hal : Pelatihan SDIDTK & PHBS

Jakarta, 28 November 2016 Yth.

Guru-guru PAUD di Kelurahan Dukuh

Yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Puskesmas Kelurahan Dukuh, bersama ini mengharapkan kehadiran saudara/i pada

Hari / Tanggal : Kamis, 1 Desember 2016 Waktu : Pukul 12.30 WIB - selesai

Tempat : Aula Puskesmas Kelurahan Dukuh

Acara : Pelatihan SDIDTK & PHBS Pada Guru-guru PAUD Sehubungan dengan pentingnya acara diatas, kami harapkan saudara/i hadir tepat waktu.

Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih

Kepala Puskesmas Kelurahan Dukuh

drg. ELVIENA TAUVANY NIP. 196802071998032002

(54)

53 Surat Permohonan Peminjaman Proyektor

Jakarta, 28 November 2016

Nomor :

Perihal : Permohonan Peminjaman Proyektor Yth.

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Jakarta Timur

Yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Puskesmas Kelurahan Dukuh, bersama ini memohon untuk peminjaman alat berupa proyektor, pada

Hari / Tanggal : Kamis / 1 Desember 2016 Waktu : Pukul 12.30 WIB - selesai

Tujuan Peminjaman : Untuk Pelaksanaan Pelatihan SDIDTK dan PHBS Guru PAUD Kelurahan Dukuh

Tempat : Aula Puskesmas Kelurahan Dukuh

Sehubungan dengan pentingnya acara diatas, kami harapkan saudara/i hadir tepat waktu.

Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Kepala Puskesmas Kelurahan Dukuh

drg. ELVIENA TAUVANY NIP. 196802071998032002

(55)

54 Contoh Sertifikat

(56)

55 Foto-Foto Kegiatan

(57)
(58)
(59)
(60)

Gambar

Tabel 1. Jenis Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak
Tabel 2. Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini Pertumbuhan
Tabel 3. Formulir KPSP
Tabel 4. Instrumen Tes Daya Dengar Menurut Umur Anak
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait