• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V METODE PENELITIAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

METODE PENELITIAN

5.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan mempertimbangkan aspek keterwakilan contoh sesuai dengan batasan dan tujuan penelitian serta rekomendasi dari CV Batu Gede dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Bagian Persuteraan Alam. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 15 April hingga 15 Mei 2010.

5.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani sutera, berupa karakteristik responden, informasi lahan, penggunaan sarana produksi, tahapan kegiatan budidaya ulat sutera, dan data biaya pembudidayaan ulat sutera. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Pemerintah Kecamatan Sukanagara, CV Batu Gede, dan Puslitbang Persuteraan Alam Departemen Kehutanan RI, berupa data kondisi umum lokasi penelitian, data monografi masyarakat Kecamatan Sukanagara, dan informasi terkait pembudidayaan ulat sutera.

5.3 Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden dan observasi langsung ke areal budidaya ulat sutera. Data sekunder diperoleh melalui wawancara dengan Pemerintah Kecamatan Sukanagara, CV Batu Gede, dan Puslitbang Persuteraan Alam Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Selain itu, perolehan data sekunder dilakukan dengan penelusuran dokumen dan sumber informasi cetak lainnya dari Kecamatan Sukanagara, CV Batu Gede, Puslitbang Persuteraan Alam Departemen Kehutanan RI, Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Kehutanan RI, Departemen Perindustrian RI, Departemen Perdagangan RI, dan berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini.

(2)

Petani sutera di Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur berjumlah lima orang sehingga penentuan responden dilakukan dengan metode sensus. Responden dikelompokan ke dalam tiga skala usaha berdasarkan luasan lahan murbei yang dimiliki, yaitu skala usaha I dengan luas lahan 1 ha di Desa Sukamekar, skala usaha II dengan luas lahan 1,5 ha di Desa Sukamekar, Sukanagara, dan Desa Sukalaksana, dan skala usaha III dengan luas lahan 2 ha murbei di Desa Sukamekar. Pengelompokan petani sutera berdasarkan luas lahan murbei dilakukan karena budidaya ulat sutera sangat tergantung pada ketersediaan pakan daun murbei. Ulat sutera yang dipelihara per tahunnya berjumlah 12 boks pada skala usaha I, 20 boks pada skala usaha II, dan 12 boks pada skala usaha III.

Tabel 5 Karakteristik responden pada tiap skala usaha

Karakteristik Skala Usaha

I II III

Lokasi (Desa) Sukamekar Sukamekar Sukanagara Sukalaksana

Sukamekar

Luas Lahan Murbei (ha) 1 1,5 2

Jumlah Ulat (boks/th) 12 20 12

5.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari data primer dan sekunder dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan aspek-aspek kelayakan usaha, meliputi aspek pasar dan pemasaran, teknis dan teknologi, manajemen, sumberdaya manusia, sosial, yuridis, serta aspek lingkungan. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek keuangan dari usaha budidaya ulat sutera.

Informasi dan data yang diperoleh diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 yang hasilnya disajikan dalam bentuk tabulasi untuk mempermudah pengelompokan data. Data berupa arus kas tunai dianalisis menggunakan kriteria kelayakan investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate or Return (IRR), Gross Benefit-Cost Ratio (gross B/C), dan Payback Period.

(3)

5.4.1 Kelayakan Usaha

5.4.1.1 Net Present Value (NPV)

Net Present Value atau nilai sekarang bersih adalah selisih antara total present value (PV) dari manfaat dan biaya pada setiap tahun kegiatan usaha. Usaha atau proyek dikatakan layak jika NPV > 0, sedangkan bila NPV< 0 maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan (Kadariah et al. 1999). Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

= + = n 0 t t t t i) 1 ( C -B NPV keterangan:

Bt = manfaat usaha pada tahun ke-t Ct = biaya usaha pada tahun ke-t t = interval waktu

n = umur ekonomis proyek

i = tingkat suku bunga yang berlaku

5.4.1.2 Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return merupakan tingkat suku bunga pada saat NPV sama dengan nol. Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto yang telah ditentukan maka usaha layak untuk diusahakan (Kadariah et al. 1999). Rumus perhitungannya adalah:

(

2 1

)

2 1 1 1 i - i NPV NPV NPV i IRR = + keterangan: NPV1 = NPV bernilai positif NPV2 = NPV bernilai negatif

i1 = tingkat diskonto yang menyebabkan NPV positif

(4)

5.4.1.3 Gross Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Gross Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih terhadap total dari biaya bersih (Kadariah et al. 1999). Perhitungan ini digunakan untuk mengukur efisiensi dari penggunaan modal. Usaha dikatakan layak untuk diusahakan bila Gross B/C > 1 dan usaha dikatakan tidak layak untuk diusahakan bila Gross B/C < 1. Net Benefit Cost Ratio dihitung dengan rumus:

(

)

= = + + = n 0 t t t n 0 t t t ) i 1 ( C i 1 B C / B Gross keterangan:

Bt = manfaat dari usaha pada tahun ke-t

Ct = biaya dari usaha pada tahun ke-t

t = interval waktu

n = umur ekonomis proyek

i = tingkat suku bunga yang berlaku

5.4.1.4 Pay Back Period (Tingkat pengembalian Investasi)

Tingkat pengembalian investasi digunakan untuk mengukur periode pengembalian modal berdasarkan aliran kas (cash flow). Cara perhitungan yang dipilih dalam analisis ini adalah menutup biaya investasi yang dikeluarkan dengan aliran kas bersih pada tahun-tahun berikutnya hingga biaya investasi dapat tertutupi (Umar 2003). Rumus untuk menghitung tingkat pengembalian investasi adalah sebagai berikut:

Net Benefit SetiapTahunnya Investasi PBP =

(5)

Kriteria penilaian yang digunakan, yaitu jika PBP lebih pendek dari maksimum PBP-nya maka proyek dapat diterima. Namun jika PBP lebih lama dari maksimum PBP-nya maka proyek ditolak.

5.4.2 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial kegiatan usaha yang dilaksanakan. Analisis ini akan melihat hal yang akan terjadi dengan hasil kegiatan usaha jika terjadi perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitugan biaya dan manfaat (Kadariah et al. 1999). Analisis sensitivitas (kepekaan) menurut Nugroho (2008) adalah suatu teknik untuk menguji sejauh mana hasil analisis peka terhadap faktor-faktor yang berpengaruh. Kepekaan memiliki arti sebagai besaran perubahan relatif ukuran imbalan atau keuntungan yang disebabkan oleh perubahan-perubahan estimasi faktor-faktor yang berpegaruh.

5.4.3 Asumsi-Asumsi Dasar

Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam pengolahan data, sebagai berikut:

1. Umur proyek berdasarkan umur ekonomis tanaman murbei selama 10 tahun yang dimulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2020. Hal ini dilakukan karena usaha budidaya ulat sutera sangat bergantung pada tanaman murbei sebagai pakan ulat sutera.

2. Modal usaha yang digunakan berasal dari modal pinjaman.

3. Tingkat suku bunga yang digunakan, yaitu suku bunga pinjaman Bank Indonesia tahun 2010 sebesar 12 persen.

4. Menggunakan faktor diskonto (discount factor) pada tingkat suku bunga yang telah ditentukan sebelumnya untuk investasi jangka panjang.

5. Periode pemeliharaan ulat sutera dilakukan selama 12 kali dalam 1 tahun. 6. Satu boks bibit ulat sutera berisi 25.000 ulat.

7. Keadaan perekonomian negara stabil selama jangka waktu analisis.

8. Harga yang digunakan adalah harga pasar yang berlaku pada saat penelitian dan tidak mengalami perubahan selama 10 tahun.

(6)

9. Harga bibit ulat sutera instar III diasumsikan tetap sebesar Rp 130.000 per boks.

10. Produksi kokon yang diperhitungkan merupakan hasil rata-rata per tahun dan diasumsikan tetap selama 10 tahun.

11. Harga jual kokon sebesar Rp 23.000 dengan asumsi kualitas kokon pada grade B atau sedang.

12. Anggota rumah tangga yang bekerja dinilai sebagai tenaga kerja yang mendapat upah.

13. Lahan pribadi yang digunakan untuk kebun murbei dan pemeliharaan ulat sutera diasumsikan sebagai lahan sewa dan diperhitungkan sebagai opportunity cost sebesar Rp 100.000 per hektar per tahun.

14. Besarnya pajak tidak diperhitungkan dalam usaha budidaya ulat sutera. 15. Penyusutan barang investasi dan nilai sisa tidak diperhitungkan.

Gambar

Tabel 5 Karakteristik responden pada tiap skala usaha

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian Edukasi Gema Cermat Dengan Metode CBIA di Desa Jambu Luwuk Kabupaten Bogor dapat dikatakan berhasil dan dengan adanya metode ini dapat meningkatkan

Berdasarkan survei, respon siswa mengenai hambatan yang dialami selama pembelajaran PAI secara daring memanfaatkan Zoom menunjukkan hambatan yang dihadapi banyak

Ini menjadikan jumlah keseluruhan kes positif COVID-19 yang telah pulih atau dibenarkan discaj setakat hari ini adalah seramai 52,609 orang atau 82.43% dari jumlah keseluruhan

kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, dan corporate social responsibility terhadap Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan software

Unit Penyertaan diterbitkan oleh Bank Kustodian untuk transaksi pembelian Unit Penyertaan SCHRODER DANA PASAR UANG oleh calon Pemegang Unit Penyertaan dan/atau Pemegang Unit

Menurut Mcleod (2001, p344) pengertian Sistem informasi pemasaran adalah suatu sistem yang berbasis komputer yang bekerja sama dengan sistem informasi fungsional lainnya

Pada fungsi file transfer activity, pengguna bisa mengirimkan bermacam file -gambar, video, audio, dokumen, aplikasi, dll.- dari smartphone pengguna ke smartphone lain dalam