BAB X
RUANG HASIL KALI DALAM
10.1 Hasil Kali DalamDefinisi. Hasil kali dalam adalah fungsi yang mengaitkan setiap pasangan vektor di ruang vektor V (misalkan pasanganu dan v, dinotasikan dengan u , v ) dengan bilangan riil dan memenuhi 4 aksioma , yaitu:
1. Simetris : u , v = v , u
2. Aditivitas : u v , w+ = u , w + v , w 3. Homogenitas : ku , v = k u , v , k skalar 4. Positivitas : u , u ³ 0dan
(
u , u = «0 u= 0)
Ruang vektor yang dilengkapi hasil kali dalam seperti di atas disebut ruang hasil kali dalam yang biasa disebut RHD.
Contoh 10.1
Tunjukkan bahwa operasi perkalian titik-titik standar di R3Euclides merupakan hasil kali dalam!
Penyelesaian:
Akan ditunjukkan bahwa perkalian titik standar memenuhi keempat aksioma hasil kali dalam, yaitu:
Misalkan a= a a ,a
(
1, 2 3)
, b= b b ,b(
1, 2 3)
, c= c c ,c(
1, 2 3)
maka a, b, cÎ ¡ 3 1. Simetris(
)
(
)
(
)
1 1 2 2 3 3 1 1 2 2 3 3 ... = = + + = + + = a b a b a b b a b a b a (terpenuhi) a , b a . b b , a 2. Aditivitas(
)
(
) (
)
(
)
(
) (
) (
)
(
)
(
) (
)
(
) ( )
1 1 2 2 3 3 1 2 3 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 1 1 2 2 3 3 1 1 2 2 3 3 , , , ... + = + = + + + = + + + + + = + + + + + = + = + a b a b a b c c ,c a c b c a c b c a c b c a c a c a c b c b c b c (terpenuhi) a b, c a b . c . a . c b. c a , c b,c 3. Homogenitas(
)
(
)
(
)
(
)
1 1 2 2 3 3 1 1 2 2 3 3 ... k k k k k k k k = = + + = + + = = a b a b a b a b a b a b (terpenuhi) a , b a . b a . b a , b 4. Positivitas(
)
(
2 2 2)
1 2 3 0 ... = = a + a + a ³ (terpenuhi) a , a a . a Dan(
2 2 2)
1 2 3 0 (0,0,0) ... = a + a + a = « = = (terpenuhi) a , a a 0RHD yang memiliki hasil kali dalam berupa perkalian titik standar seperti di atas biasa disebut RHD Euclides.
Contoh 10.2
Diketahui u, v = ad cf+ dengan u = (a, b, c) dan v = (d, e, f). Apakah u, v tersebut merupakan hasil kali dalam?
Penyelesaian:
Akan ditunjukkan apakah u, v tersebut memenuhi keempat aksioma hasil kali dalam 1. Simetris ad cf da fc = + = + = K K K (terpenuhi) u, v v, u
2. Aditivitas Misalkanw = (g, h, i) ( ( + = + + + = + + + = + + + = + K K K (a d,b e,c f),(g,h,i) (a d)g c f)i
(ag ci) dg fi)
(terpenuhi) u v, w u , w v, w 3. Homogenitas ( ) ( ) k kad ckf k ad cf k = + = + = K K K (terpenuhi) u, v u, v 4. Positivitas
(
)
(
2 2)
0 = = a + c ³ K K K(terpenuhi) u , u u . u Dan(
2 2)
0 (0,0,0)= a + c = tidak selalu « = = karena untuk nilai
u , u u 0
(0, ,0) 0
= b dengan b 0 maka nilai ¹ = K K K (tidak terpenuhi)
u u , u
Aksioma positivitas tidak terpenuhi maka u, v = ad cf+ dengan u = (a, b, c) dan v = (d, e, f) bukan merupakan hasil kali dalam.
10.2 Panjang Vektor, Jarak Antar Vektor, dan Besar Sudut dalam RHD
Ketika kita membahas tentang panjang vektor, maka kita harus menghilangkan rumusan yang selama ini kita gunakan mengenai panjang vektor dalam ruang–n Euclides berdasarkan operasi hasil kali titik . Kita akan menghitung panjang suatu berdasarkan hasil kali dalam yang telah diberikan, dan sudah dibuktikan bersama – sama bahwa hasil kali titik dalan ruang – n Euclides juga merupakan hasil kali dalam jadi konsep yang digunakan ini akan lebih luas daripada konsep sebelumnya.
Misalkan V merupakan ruang hasil kali dalam, u, vÎ V maka a. Panjang u= u , u 12
b. Jaraku dan v, d(u, v) = u v , u v- - 12
c. Misalkan f sudut antarau dan v dalam RHD, maka besar cosf adalah:
f =
cos u , v
u v
Contoh 10.3
Diketahui V adalah RHD dengan hasil kali dalam u, v =
(
u v1 1+ 2u v2 2+ u v3 3)
dengan u= u u ,u(
1, 2 3)
, v= v v ,v(
1, 2 3)
. Jika vektor-vektor u v, Î V dengana = (1,2,3) danb = (1,2,2), tentukana. Besar cosa jika sudut yang dibentuk antara a dan b adalah a! b. Jarak antaraa dan b!
Penyelesaian: f = cos a , b a b a , b = 1.1 + 2.(2.2) + 2.3 = 15 1 18 = 2 + 2.2 + 32 2 = a 1 13 = 2 + 2.2 + 22 2 = b Jadi 15 15 18 13 234 f = = = cos a , b a b 10.3 Basis Orthonormal
Diketahui V ruang hasil kali dalam dan v ,v , ,v1 2 K n adalah vektor-vektor dalam V. Beberapa definisi penting
a. H ={v ,v , ,v1 2 K n} disebut himpunan orthogonal bila setiap vektor dalam V
saling tegak lurus, yaitu v ,vi j = 0 untuk i j¹ dan i, j = 1,2, …,n.
b. G = {v ,v , ,v1 2 K n} disebut himpunan orthonormal bila
- G himpunan orthogonal
- Norm darivi= 1, i = 1, 2, …, n atau v ,vi i = 1
Metode Gramm-Schmidt
Metode Gramm-Schmidt digunakan untuk merubah suatu himpunan vektor yang bebas linier menjadi himpunan yang orthonormal. Jadi, dalam hal ini disyaratkan himpunan yang ditransformasikan ke himpunan orthonormal adalah himpunan yang bebas linier. Jika yang akan ditransformasikan adalah himpunan vektor yang merupakan basis dari ruang vektor V maka metode Gramm-Schmidt akan menghasilkan basis orthonormal untuk V.
Sebelum membahas tentang metode ini, akan dibahas tentang proyeksi orthogonal vektor terhadap ruang yang dibangun oleh himpunan vektor.
Diketahui H ={v ,v , ,v1 2 K n} adalah himpunan vektor yang bebas linier dari ruang vektor V dengan dim n³ dan S = {w ,w , ,w1 2 K n} merupakan himpunan yang orthonormal. Jika W menyatakan ruang yang dibangun oleh w ,w , ,w1 2 K n maka untuk setiap vektor z1 dalam W, dapat dituliskan z1= k1w1+ k2w 2+ K + knwn
dengan k k1, 2,K,kn skalar.
Jika u adalah sembarang vektor dalam V, maka tentunya u dapat dituliskan sebagai jumlah dari dua vektor yang saling tegak lurus misalkan z1 dan z2, jadi
dapat dituliskan u = z1+ z2. Karena z1dalam W, maka sebenarnya z1merupakan
proyeksi orthogonal u terhadap W, sedangkan z2 merupakan komponen vektor u
yang tegak lurus terhadap W. Jadi untuk menentukan z1, maka harus ditentukan
nilai k1, k2, …, kn sedemikian hingga nilai k1 merupakan panjang proyeksi u
terhadap w1, k2 merupakan panjang proyeksi u terhadap w2 dan seterusnya
sehingga kn merupakan panjang proyeksi u terhadap wn. Proyeksi orthogonal u
terhadap wi adalah proy Wi (u) = < u, wi >, dikarenakan w1, w2,…, wn merupakan
vektor – vektor yang orthonormal .
Jadi dapat dituliskan bahwaproyeksi orthogonal u terhadap W adalah :
ProyW (u) = z1= < u, w1> w1+ < u, w2> w2+ ... + < u, wn>wndengan {w1, w2,…,
wn} merupakan himpunan orthonormal.
Komponenu yang tegak lurus terhadap W adalah: z2= u – (< u, w1> w1+ <u, w2> w2+ ... + <u, wn>wn)
Misal diketahui K = {v ,v , ,v1 2 K n}adalah himpunan yang bebas linier, maka K
dapat dirubah menjadi himpunan S = {w1, w2,…, wn} yang orthonormal dengan
metode Gramm-Schmidt yaitu:
1. = 1
1 1
v w
v ini proses normalisasi yang paling sederhana karena hanya melibatkan satu vektor saja. Pembagian dengan v1 bertujuan agar wi
memiliki panjang = 1, pada akhir langkah ini didapatkan w1orthonormal.
2. , , -= -2 2 1 1 2 2 2 1 1 v v w w w v v w w
Pada akhir langkah ini didapatkan dua vektor w1 dan w2 yang orthonormal.
3. , , , , - -= - -3 3 1 1 3 2 2 3 3 3 1 1 3 2 2 v v w w v w w w v v w w v w w M
n. , , , , , , - - -= - - -L L n n 1 1 n 2 2 n n-1 n-1 n n n 1 1 n 2 2 n n-1 n-1 v v w w v w w v w w w v v w w v w w v w w Secara umum ( ) ( ) W W pro pro -= -i i i i i v v w
v v dengan W merupakan ruang yang dibangun olehw1,w2,…,wi-1.
Pada metode ini, pemilihan v ,v , ,v1 2 K n tidak harus mengikuti urutan vektor yang
diberikan tetapi bebas sesuai keinginan kita karena satu hal yang perlu diingat bahwa basis suatu ruang vektor tidak tunggal. Jadi dengan mengubah urutan dari
K
1 2 n
v ,v , ,v sangat memungkinkan didapatkan jawaban yang berbeda-beda. Pemilihan urutan dari v ,v , ,v1 2 K n yang disarankan adalah yang mengandung
hasil kali dalam yang bernilai 0 yaitu <vi,vj> = 0, dalam kasus ini bisa diambilv1=
vidan v2= vjdan seterusnya.
Contoh 10.4
Diketahui H = {a , b , c } dengan a = ( 1,1,1 ), b = ( 1,2,1 ) , c = (−1,1,0 ) a. Apakah H basis R3?
b. Jika ya, transformasikan H menjadi basis orthonormal dengan menggunakan hasil kali dalam Euclides !
Penyelesaian:
a. Karena dim(R3) = 3 dan jumlah vektor dalam H = 3, maka untuk menentukan
apakah H merupakan basis R3 atau bukan, adalah dengan cara menghitung
determinan matriks koefisien dari SPL Ax = b dengan b adalah sembarang vektor dalam R3, yaitu = det
1 1 1 1 2 1 1 1 0 é - ù ê ú ê ú ê ú ê ú ë û
. Jika det = 0 maka berarti H bukan merupakan basis R3, sebaliknya jika det ¹ 0 maka berarti vektor-vektor di H bebas linier dan membangun R3, jadi H merupakan basis R3.
Dengan ekspansi kofaktor sepanjang baris ketiga, diperoleh:
1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 2 1 2 1 1 1 1 1 0 -- -= - = - =
Karena det = 1, ini berarti H merupakan basis dari R3.
b. Hasil kali dalam antaraa, b, dan c 4
=
Untuk memilih basis yang perhitungannya lebih sederhana dapat diambil = 1 v a, v2= c, v3= b a. (1,1,1) 3 = = 1 a w a b. , ( 1,1,0) , 2 - -= = = -1 1 2 1 1 c c w w c w c c c w w {Karena ,a c = 0 maka c w, 1 = c a, = a c, = 0} a a c. 1 , 1 , , , 3 2 1 1 , , , , 3 2 - -- -= = - - - -1 1 2 2 3 1 1 2 2 b b a a b c c b b w w b w w w b b w w b w w b b a a b c c 1 6 1 1 1 1 1 , 1 , 2 4 1 1 1 1 1 1 6 3 2 3 2 6 1 1 0 1 2 3 é ù ê ú é ù éù é ù- ê ú é ù ê ú êú ê ú ê ú ê ú ê ú êú ê ú ê ú - - ê ú- êú- ê ú= ê ú= ê ú ê ú ê ú êú ê ú ê ú -ë û ëû ë û ê-ê úú ë û ë û b b a a b c c = 1 , 1 , 6 1 3 2 6 6 - - = = b b a a b c c Jadi 1 1 1 6 2 s é ù ê ú ê ú = ê ú ê ú-ë û 3 w
Normalisasi himpunan orthogonal ke himpunan orthonormal
Diketahui V RHD dan H = {v ,v , ,v1 2 K n} VÎ merupakan himpunan orthogonal dengan vi ≠ 0 maka bisa didapatkan himpunan orthonormal yang didefinisikan
sebagai S = { s1, s2,…, sn } dengan i= i , i
v s
v i =1,2,...,n . Kalau dilihat secara seksama, sebenarnya rumusan ini merupakan rumusan dari metode Gramm– Schmidt yang telah mengalami reduksi yaitu untuk nilai proyW(vi) = 0 akibat dariv1
, v2,…, vn yang saling orthogonal. Proses untuk mendapatkan vektor yang
orthonormal biasa disebut dengan menormalisasikan vektor. Jika dim (V) = n, maka S juga merupakan basis orthonormal dari V.
Contoh 10.5
Diketahui a = ( 2,–1,1 ) , b = ( 2,5,1 ) , c = ( –1,0,2 ) dan a , b ,c Î ¡ 3. Jika R3
merupakan RHD Euclides, Transformasikana , b , c ke basis orthonormal ! Penyelesaian 2 2 2 2 2 2 2 2 , 0, , 0, , 0 2 ( 1) 1 6 2 5 1 30 ( 1) 0 2 5 = = = = + - + = = + + = = - + + = a b a c b c a b c
Misalkan H = {a, b, c} maka H merupakan himpunan orthogonal. Dim(R3) = 3 jadi dapat ditentukan basis orthonormal untuk R3.
Misalkan 1 (2, 1,1), 1 (2,5,1), 1 ( 1,0,2) 6 30 5 = = - = = = = -1 a 2 b 3 c s s s a b c
Basis orthonormal untuk R3adalah 1 (2, 1,1), 1 (2,5,1), 1 ( 1,0,2)
6 30 5 ì ü ï ï ï - - ï í ý ï ï ï ï î þ 10.4 Perubahan Basis
Seperti diketahui bahwa suatu ruang vektor bisa memiliki beberapa basis. Dari sifat inilah tentunya jika terdapat sembarang vektor x dalam suatu ruang vektor V yang memiliki himpunan vektor A dan B sebagai basisnya maka x tentunya merupakan kombinasi linier dari vektor-vektor di A dan B. Kajian yang dilakukan sekarang ini adalah melihat hubungan antar kombinasi linier tersebut . Secara sistematis , langkah-langkahnya dapat dilihat seperti berikut ini;
Jika V ruang vektor, S = { s1, s2,…, sn } merupakan basis V maka untuk
sembarang x Î V, dapat dituliskan :
1 2
k k k
= 1+ 2+ K + n
x s s ns dengan k1, k2, …, knskalar.
k1, k2, …, knjuga disebut koordinatx relatif terhadap basis S.
[ ]
1 2 1\n k k s k é ù ê ú ê ú ê ú = ê ú ê ú ê ú ê ú ë û Mx disebut matriksx relatif terhadap basis S.
[ ]
, , , s é ù ê ú ê ú ê ú = êê úú ê ú ê ú ë û M 1 2 n x s x s x x sJika A = {x1,x2} dan B = {y1,y2} berturut-turut merupakan basis dari V, maka untuk
sembarang z Î V bisa didapatkan
[ ]
z danA[ ]
z . Bagaimana hubunganB[ ]
z danA[ ]
z ?B MIsalkan[ ]
B a b é ù ê ú = ê úë û 1 x dan[ ]
B c d é ù ê ú = ê úë û 2 x Dari[ ]
B a b é ù ê ú = ê úë û 1 x didapatkan x1= ay1+ by2...(1) Dari[ ]
B c d é ù ê ú = ê úë û 2 x didapatkan x2= cy1+ dy2...(2) Untuk[ ]
1 2 A k k é ù ê ú = ê úë û z didapatkan z= k1x1+ k2x2...(3)Dengan melakukan substitusi dari persamaan 1 dan 2 ke persamaan 3 didapatkan:
1 2 1 2 1 2 ( ) ( ) ( ) ( ) k a b k c d k a k c k b k d = + + + = + + + 1 2 1 2 1 2 z y y y y y y Ini berarti
[ ]
1 2 1[ ]
1 2 2 B A k a k c a c k P k b k d b d k é + ù é ùé ù ê ú ê úê ú = ê ú= ê úê ú= + ë û ë û ë û z zP disebut matriks transisi dari basis A ke basis B.
Secara umum, jika A = { x1, x2,…, xn } dan B = { y1, y2,…, yn } berturut-turut
merupakan basis dari ruang vektor V, maka matiks transisi basis A ke basis B adalah:
[ ] [ ] [ ]
B B B P é= êëx1 x2 L xn ùúûContoh 10.6
Diketahui A = {v , w } dan B = { x, y } berturut-turut merupaka basis R2, dengan v
= (2,2),w = (3,1), x = (1,3) dan y = (-1, -1) Tentukan:
a. Matriks transisi dari basis A ke basis B! b. Hitung 1 3 A éæ öçê- ÷ùú ÷ ç ÷ êç ÷çè øú ë û c. Hitung 1 3 B éæ öçê- ÷ùú ÷ ç ÷ êç ÷çè øú
ë û dengan menggunakan hasil pada (b)!
d. Matriks transisi dari basis B ke basis A! Penyelesaian a. Misalkan
[ ]
B = ê úé ùê úba ë û v maka 2 1 1 3 3 1 a b é ù é - ùé ù ê ú ê= úê ú ê ú ê - úê ú ë û ë ûë û, didapatkan 0 2 a b é ù é ù ê ú ê ú= ê ú ê ú -ë û -ë ûdan untuk[ ]
B = ê úé ùê úcd ë û w maka 3 1 1 1 3 1 c d é ù é - ùé ù ê ú ê= úê ú ê ú ê- - úê ú ë û ë ûë û, maka didapatkan 2 5 c d é ù é ù -ê ú -ê ú= ê ú ê ú -ë û -ë ûJadi matriks transisi dari basis A ke basis B adalah: 0 2
2 5 P= êéê - ùúú - -ë û b. Misalkan 1 2 1 3 A k k éæ öçê- ÷ùú é ù ê ú ÷ = ç ÷ êççè ø÷ú ê úë û ë û maka, didapatkan 1 2 1 1 k k é ù é ù ê ú ê ú= ê ú ê ú-ë û ë û c. Dari (a) dan (b) didapatkan 0 2
2 5 P= êéê - ùú ú - -ë û dan 1 1 3 A 1 éæ öçê- ÷ùú é ùê ú ÷ = ç ÷ êççè ø÷ú ê úë û -ë û sehingga 1 0 2 1 2 3 A 2 5 1 3 Pêéçêçç ÷çæ ö- ÷÷ =÷úúù éêê - ùé ù é ùúê ú ê úúê ú ê ú= - - -è ø ë ûë û ë û ë û
d. Matriks transisi dari basis B ke basis A adalah P-1dengan P merupakan matriks transisi terhadap basis A ke basis B.
Jadi 1 1 5 2
2 0 4
P- = - é-ê ùú
ê ú
Latihan
1. Diketahui = + 2 2
1 1 1 2 a b a b
a , b dengan a= (a ,a1 2) dan b= (b ,b1 2). Tunjukkan sifat Hasil kali dalam yang tidak dipenuhi!
2. Diketahui a , b = a b a b1 1- 2 2+ a b3 3 dengan a= (a ,a a1 2, )3 dan b= (b ,b b1 2, )3 . Periksa apakah a , b merupakan hasil kali dalam atau tidak! Jika tidak tentukan aksioma mana yang tidak dipenuhi!
3. R3merupakan RHD dengan hasil kali dalam u , v = u v1 1+ 2u v2 2+u v3 3 dengan 1 2 3
= (u ,u u
u , ) dan v= (v ,v v1 2, )3 . W adalah subruang R3 yang memiliki basis B = { (-2, 2, 2), (1, 3, -3) }
a. Transformasikan B menjadi basis orthonormal!
b. Misalkan x = (2, 2, -4) di R3, nyatakan x = y + z dengan y WÎ dan z
orthogonal terhadap W.
4. R3 merupakan RHD dengan hasil kali dalam u , v = u v1 1+ 2u v2 2+ 2u v3 3 dengan u= (u ,u u1 2, )3 dan v= (v ,v v1 2, )3 . W adalah subruang R3 yang memiliki basis C = {b1= (-1, 0, -1), b2= (2, 1, 2) }
a. Hitung sin b jika b adalah sudut antarab1danb2!
b. Tentukan jarak antara b1dan b2!
c. Misalkan x = (1, 2, -1) di R3, nyatakan y dan z adalah komponen dari x,
dengan y WÎ danz orthogonal terhadap W. Tentukan y dan z! 5. Diketahui P = 1 2
1 1
é ù
ê ú
ê-ë úûmerupakan matriks transisi dari basis A terhadap basis B,
dengan A = { a1, a2 } dan B = { b1, b2} merupakan basis R2. Jika x = 2a1 – a2,
tentukan [x]B! 6. Diketahui A = 1 0 1 2 , 1 , 1 1 1 1 ìé ù é ù éùü ï ï ïê ú ê ú êúï ï ï ïê ú ê ú êúï íê ú ê ú êúý ï ï ïê ú ê ú êúï ïë û ë û ëûï ï ï î þ dan B = 1 0 1 0 , 1 , 1 1 0 1 ìé ù é ù é ù- ü ï ï ïê ú ê ú ê úï ï ï ïê ú ê ú ê ú- ï íê ú ê ú ê úý ï ï ïê ú ê ú ê úï ïë û ë û ë ûï ï ï î þ , basis R3. Jika
[ ]
2 2 1 A é ù ê ú ê ú = ê ú ê ú ë û x , tentukan a. xb. Matriks transisi dari basis A ke basis B c. [x]B