• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS. A. Riset Ide

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS. A. Riset Ide"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

30

BAB III

PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

A. Riset Ide

Gayatri merupakan sosok historis dari masyarakat, oleh karena itu riset idenya merupakan focusing dari eksplanasi historis di atas. Penulis mengangkat tokoh dari Kerajaan Majaapahit yaitu Gayatri Rajapantni sebagai sumber ide dalam karya seni lukis, karena tokoh Gayatri merupakan salah satu dari banyaknya tokoh-tokoh dalam kerajaan Majapahit yang sangat jarang sekali disebut namanya. Gayatri merupakan tokoh yang memiliki jiwa pemimpin seperti ayahnya, dari beberapa kejadian besar dikerajaan tersebut, hampir semua ada Gayatri di belakangnya. Sifatnya yang bijaksana dan sangat ahli dalam hal menata kekuasaan menjadikannya seorang yang sangat disegani dalam kerajaan. Kelebihan inilah yang membuat penulis tertarik untuk menjadikan Gayatri Rajapatni sebagai sumber ide dalam karya seni lukis.

Saat puncak kejayaan dari kerajaan Majapahit, sebenarnya terdapat Gayatri di belakangnya. Gayatri adalah istri dari raja pertama Majapahit yaitu Raden Wijaya. Gayatri adalah anak dari raja Singosari bernama Kertanegara. Diceritakan bahwa Gayatri memiliki wajah yang cantik seperti nenek buyutnya Ken Dedes, namun berbeda dengan empat saudarinya yang lain Gayatri lebih tertarik dengan ilmu kenegaraan. Ia sering kali menghabiskan waktu bersama ayahnya untuk mempelajari hal-hal tentang kenegaraan, taktik perang, dan juga agama.

(2)

Gayatri adalah tokoh yang sangat penting di dalam kerajaan, beberapa kali ia membuat keputusan-keputusan yang sangat kontroversial namun berakibat baik demi kelangsungan kerajaan. Dari beberapa alasan yang dijelaskan di atas, penulis sangat tertarik dengan gaya kepemimpinan Gayatri, cerita-cerita tentang beberapa kejadian yang ia dalangi. Beberapa kejadian tersebut sangat kontroversial sehingga sangat menarik untuk di reinterpretasi dalam bentuk visual yang lebih kekinian sehingga dapat diterima dengan baik.

B. Riset Bentuk

1. Konsep Bentuk Dalam Pewujudan Karya

Bentuk-bentuk yang dimunculkan oleh penulis merupakan hasil dari reinterpretasi sebuah arca yang merupakan satu-satunya acuan dalam bentuk fisik. Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis memunculkan bentuk-bentuk yang mengami distorsi, seperti objek yang dimunculkan memiliki kaki seperti seekor kera, selain itu anatomi kaki, tangan dan kepala sangat mengalami perubahan. Sosok Gayatri yang menakjubkan dalam posisi kenegaraan, dalam hal ini bukan Gayatri dengan kecantikannya yang penulis lukiskan, melainkan Gayatri dengan gaya yang lebih enak untuk dilihat dan dinikmati, lepas dari karakter wanita terpandang. Penulis bermaksud memunculkan hal-hal yang baru dan sedikit kebebasan. Pada setiap karya, penulis juga menampilkan stilasi yaitu penggayaan pada setiap ornamen-ornamen yang dilukiskan. Ornamen tersebut dimaksudkan untuk melengkapi sekaligus memperindah objek-objek secara ekspresif. Ornamen merupakan hal

(3)

paling banyak ditemukan di setiap karya penulis. Ornamen yang dimunculkan merupakan hasil goresan ekspresif tanpa ada kaitan dengan arti-arti simbolis ataupun kaitan dengan masa-masa tertentu. Ornamen yang dimunculkan secara ekspresif muncul untuk memperindah setiap bagian yang ada pada objek.

Karya-karya ini juga menampilkan metamorfosis. Metamorfosis disini merupakan perubahan penampilan, berusaha menampilkan sifat ketokohan seorang Gayatri dengan tampilan yang sangat berbeda, tetapi penulis tetap mempunyai dasar dan acuan yaitu cerita, buku-buku, dan juga arca peninggalan. Bentuk-bentuk yang dimunculkan penulis cenderung menggunakan anatomi hewan kera, namun penulis tidak benar-benar menggambarkan kera, karena menurut penulis wujud seperti kera ini dapat mendukung pose-pose yang ingin digambarkan oleh penulis.

Simbolisme pada karya penulis ini lebih dikaitkan dengan warna, penulis menggunakan warna-warna untuk memaknai hal-hal atau sifat tertentu, seperti merah yang berarti berani, biru yang berarti sejuk, tenang. Penulis ingin memberi kesan-kesan tertentu dalam penggunaan warna meskipun tidak semua warna yang dipakai penulis memiliki makna, hanya di beberapa bagian tertentu.

Bentuk-bentuk yang dimunculkan penulis juga meerupakan hasil representasi dari tubuh manusia dan binatang. Penulis ingin memunculkan sosok figur dengan kesan-kesan tenang, tanpa beban, datar namun berkarakter demi mewujudkan hasil reinterpretasi dari arca Gayatri dengan mengambil kejadian-kejadian yang pernah ia lalui sebagai latar belakangnya.

(4)

2. Unsur-unsur Dalam Pewujudan Karya a. Garis

Dalam karya-karya yang disajikan nantinya, penulis menggunakan tiga jenis garis untuk menghasilkan visual yang diinginkan. Garis tersebut adalah garis nyata yang akan digunakan untuk menggambarkan ornamen-ornamen yang ada pada objek, garis semu dimana garis ini muncul karena adanya batasan antara bidang dan warna, kemudian ada garis ekspresif yang dimunculkan secara spontan. Garis yang ada pada karya penulis adalah garis lengkung dan garis lurus yang nantinya digunakan untuk menggambarkan bulu dan ornamen-ornamen pada objek lukisan, sedangkan untuk background penulis lebih banyak menggunakan garis lengkung untuk menggambarkan pepohonan dan objek-objek lainnya.

b. Bidang

Bidang dalam karya penulis terdiri dari bidang geometric dan biomorphic. Bidang geometric yang penulis gunakan lebih ke arah bentuk bentuk tiga dimensi, seperti kubus, balok, namun bentuk-bentuk mengalami sedikit distorsi sehingga lebih ekspresif. Bidang biomorphic digunakan untuk memunculkan bentuk yang lebih natural, dan bebas.

c. Warna

Warna yang digunakan oleh penulis merupakan warna-warna pop yang sangat berbeda jauh dengan warna yang ada pada masa-masa kerajaan Majapahit. Warna tersebut dimaksudkan dapat memberi rasa baru pada cerita-cerita lama tentang kerajaan, selain itu warna-warna tersebut

(5)

juga mengandung makna yang menurut penulis sangat tepat. Warna pada background menggunakan warna-warna solid atau satu warna tertentu, untuk menghasilkan kesan ruang pada lukisan ini nantinya akan ada beberapa objek tambahan seperti pepohonan. Penulis juga menggunakan warna-warna dengan intensitas lebih terang seperti kuning, hijau, biru muda, merah muda, dimana warna-warna yang digunakan sangat banyak dan terkesan kekinian. Dalam pemberian warna, penulis menggunakan teknik tertentu yaitu mencampurkan sedikit warna tertentu pada setiap penggunaan warna. Misal, penulis ingin memberi warna biru untuk bagian background, tetapi penulis mencampurkan warna hijau meskipun hanya setetes, begitu juga untuk warna-warna lain penulis tetap memberikan warna hijau meskipun hanya sedikit sekali, hal ini dimakasudkan agar hasil karya nantinya memiliki kesatuan warna.

d. Tekstur

Tekstur dalam karya penulis kali ini adalah tekstur semu. Tekstur ini terbentuk karena penumpukan warna berkali-kali sehingga membentuk kesan seperti kelembutan yang dapat diraba.

3. Komposisi

Komposisi yang penulis gunakan pada karya nya ini adalah komposisi terbuka dimana figur-figur dan objek yang dimunculkan tidak hanya terpusat, namun juga dalam beberapa karya akan berubah-ubah.

(6)

4. Medium dan Teknik

Penulis mengangkat tokoh Gayatri dalam karya tugas akhir ini dalam sebuah karya seni lukis dengan teknik basah dan menggunakan medium kanvas. Penulis memilih kanvas tebal dengan model kayu spanram minimalis, hal ini dikarenakan kanvas jenis ini dapat menyerap dengan baik cat yang di goreskan sehingga mempermudah proses pengerjaannya. Kayu spanram yang dipilih juga melalui proses oven sehingga lebih tahan lama. Bentuk dari kayu spanram sendiri minimalis sehingga lebih enak dipandang walaupun tanpa bingkai.

Karya yang dikerjakan penulis menggunakan teknik basah yaitu teknik yang menggunakan sapuan cat diatas kanvas. Beberapa karya penulis menggunakan sketsa diatas kertas terlebih dahulu untuk memastikan komposisi dan juga lebih mengakuratkan hasil imajinasi diatas kanvas nantinya, tetapi ada juga beberapa lukisan yang tanpa sketsa diatas kertas. Sketsa ini dikerjakan penulis langsung diatasa kanvas dengan menggunakan kuas dan cat. Penulis merasa saat melakukan sketsa langsung diatas kanvas lebih bebas dan tidak terikat dengan apa yang telah digambarkan diatas kertas. Proses pembuatan karya juga menggunakan cat akrilik yang berbasis air, alat yang digunakan seperti kuas berbagai macam jenis, dan alat pendukung lainnya.

5. Proses Pembuatan Karya

Proses pembuatan karya ini, penulis beberapa menggunakan sketsa yang diatas kertas, namun kebanyakan sketsa tidak dilakukan diatas kertas

(7)

tetapi ekspresif langsung diatas kanvas. Adapun proses pembuatan karya seni lukis penulis sebagai berikut:

a. Proses paling awal adalah membuat sketsa, penulis biasa mengerjakan sketsa diatas kertas dengan media pensil atau pensil warna, tetapi pada beberapa karya penulis tidak menggunakan sketsa diatas kertas tetapi langsung diatas kanvas menggunakan cat berwarna terang seperti kuning, hijau, atau biru muda, meskipun hanya goresan-goresan yang lebih ekspresif.

b. Proses selanjutnya penulis membuat background pada kanvas dengan menggunakan cat yang encer sebanyak tiga kali pelapisan, sehingga background pada kanvas kosong dapat tertutup sempurna.

c. Proses selanjutnya, setelah kanvas kering penulis memindahkan sketsa yang sudah dikerjakan di atas kertas ke kanvas, untuk karya yang tanpa proses sketsa di atas kertas penulis langsung menggambar sketsa diatas kanvas dengan menggunakan cat berwarna terang sehingga lebih mudah tertutup dengan cat lain yang digunakan untuk mewarnai objek.

d. Proses selanjutnya adalah mengerjakan background, dimana penulis lebih sering menggunakan background dengan satu warna, tetapi ada beberapa karya yang juga menggunakan objek-objek sebagai background.

Tahap selanjutnya penulis mengerjakan objek yang letaknya didepan background. Penulis melukis hingga selesai bagian yang paling jauh dalam sudut pandang perspektif, jika objek tersebut sudah selesai maka dilanjutkan objek di depannya hingga selesai.

(8)

6. Penyajian

Penyajian merupakan hal paling penting dalam sebuah karya untuk melengkapi sebuah karya seni yang akan disajikan kepada penikmat. Penyajian karya penulis ini memanfaatkan media spanram yang minimalis. Penulis hanya mengecat dengan warna yang senada dengan warna background untuk mendapatkan kesan unity.

(9)

7. Deskripsi Karya Karya 1 Gambar 3.1 “Kelahiran” acrylic on canvas 120x120 cm 2015

(10)

Karya pertama ini berjudul “Kelahiran” berukuran 120x120 cm. Karya ini menggambarkan kelahiran dari sosok Gayatri yang nantinya akan menjadi sosok pemimpin di kerajaan Majapahit. Dalam karya ini penulis memunculkan sosok kura-kura yang menopang bayi. Kura-kura disini merupakan lambang dari lingga yoni. Penulis sangat terinspirasi oleh peninggalan Majapahit di Candi Cetho yang terletak di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah yang banyak sekali memunculkan bentuk kura-kura tersebut sebagai simbol Lingga dan Yoni. Pada sebelah kanan terdapat kristal dan daun-daun, disini penulis ingin menggambarkan kemuliaan dan ada tengkorak disebelah kiri yang melambangkan kematian.

Pembuatan karya ini menggunakan background warna coklat muda dengan maksud menggambarkan semua akan kembali ke tanah. Sosok kura-kura yang dimunculkan memiliki tempurung warna dominan hijau yang menurut penulis menggambarkan pertumbuhan dan perubahan menjadi semakin baik. Gayatri yang nantinya tumbuh menjadi sosok paling berpengaruh di kerajaan juga akhirnya memutuskan menjadi Bhikuni atau Bhiksu wanita untuk mempelajari keagamaan yang lebih tinggi.

Karya ini menggunakan banyak sekali garis ekspresif untuk menggambarkan ornamen-ornamen. Ornamen yang dimunculkan dalam karya ini didominasi oleh bentuk ekspresif, namun ada beberapa yang mengadopsi ornamen khas Jawa. Karya ini juga menggunakan warna hijau disetiap warna yang digunakan dengan cara mencampurkan warna hijau ke setiap warna yang digunakan meskipun hanya setetes, hal ini dimaksudkan agar lukisan memiliki kesatuan warna.

(11)

Karya 2 Gambar 3.2 “Tantra” acrylic on canvas 120x150 cm 2015

(12)

Karya kedua ini berjudul “Tantra” dengan ukuran 120x150 cm. karya ini menggambarkan sebuah ritual kuno penganut agama Budha pada masa kerajaan Majapahit. Tantra merupakan ritual yang dipercaya dapat membangkitkan kekuatan khusus pada pelakunya. Ritual ini biasa disebut ritual erotis dimana semua pelaku ritual melakukan hal-hal tidak senonoh sebagai persyaratannya.

Penulis terinspirasi oleh bentuk-bentuk relief dan arca Candi Sukuh yang terletak di wilayah Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Pada candi tersebut menggambarkan ritual-ritual tantra, sosok yang dimunculkan oleh penulis merupakan interpretasi dari relief-relief tersebut. Dari relief tersebut penulis memvisualisasikan interpreatasi dalam bentuk sketsa di atas kertas.

Karya ini menggunakan latar belakang warna merah muda, dimana penulis ingin menggambarkan suasana romantis pada karya ini namun tanpa memunculkan adegan yang vulgar. Penulis juga memunculkan sosok-sosok seperti orang yang berwarna hitam dibawah dan digambarkan ikut bersenang-senang. Sosok-sosok kecil tersebut merupakan objek tambahan yang melengkapi objek utama. Badan yang berwarna hitam dimaksudkan wujud yang tidak sempurna, memiliki kesan jahat, namun kepalanya berwarna putih yang menggambarkan kesucian.Penulis menggunakan keseimbangan asimetris dengan menggunakan sosok-sosok makhluk kecil yang menjadi titik beratnya. Sosok yang dimunculkan tersebut juga menjadi kunci dari komposisi pada karya ini karena pose pada objek pertama yang asimetris.

(13)

Karya 3 Gambar 3.3 “Our enemy” acrylic on canvas 120x150 cm 2015

(14)

Karya ketiga ini berjudul “Our Enemy” dengan ukuran 120x120 cm. Karya ini menggambarkan sesosok makhluk yang dalam perjalanan untuk menyerang suatau wilayah, disini penulis ingin menggambarkan pasukan dari kerajaan Mongol yang hendak menyerang tanah Jawa namun dihambat oleh pasukan-pasukan dari setiap sekutu kerajaan Singasari.

Penulis mengambil sosok anjing sebagai inspirasi dari objek dalam karya ini. Sosok kemudian mengalami distorsi dan stilasi pada bagian-bagian tubuhnya, selain itu karya ini terinspirasi dari penyerangan pasukan Mongol ke kerajaan Singasari. Latar belakang pada lukisan ini menggunakan warna biru yang menggambarkan ketenangan, dan dingin, dimana pada saat penyerangan kerajaan Singasari menggunakan siasat untuk menolak setiap kapal dari pasukan Mongol yang hendak berlabuh sehingga pada saat sampai di Jawa para pasukan sudah sakit-sakitan dan lemah. Penulis juga memunculkan sosok-sosok manusia kecil yang berwarna hitam, sosok ini merupakan objek pendukung sebagaimana penulis terinspirasi oleh peristiwa penyerangan tersebut sosok tersebut adalah penggamabaran perlawanan.

Proses pengerjaan karya ini menggunakan sketsa langsung di atas kanvas secara ekspresif. Karya ini menggunakan banyak sekali ornamen, dimana beberapa merupakan ornamen yang penulis adopsi dari ornamen suku maya di Amerika Selatan, namun juga ada ornamen-ornamen khas dari Indonesia. Karya ini menggunakan tekhnik tambahan yaitu aquarel dimana teknik ini biasa digunakan dalam penggunaan cat air.

(15)

Karya 4 Gambar 3.4 “Brotherhood” acrylic on canvas 120x120 cm 2015

(16)

Karya keempat berjudul “Brotherhood” berukuran 120x120cm. Karya ini merupakan visualisasi dari perpecahan kerajaan-kerajaan di era Singasari dan Kediri yang sebenarnya masih mempunyai garis keturunan yang sama dari Ken Dedes dan Ken Arok. Penulis terinspirasi oleh kutukan keris Empu Gandring yang akan membunuh tujuh keturunan. Karya ini menggambarakan lima tangan yang berebeda-beda yang berarti lima generasi dari setiap keturunan dari Singasari dan Kediri yang selalu saling membunuh satu sama lain demi sebuah kejayaan. Teratai yang digambarkan berada di tengah dan menjadi rebutan tangan-tangan tersebut menggambarkan sebuah kesucian dan tempat tertinggi dimana tangan-tangan tersebut tidak pernah menggapainya.

Proses pengerjaan karya ini melalui sketsa-sketsa diatas kertas dahulu kemudian dipindah diatas kertas untuk mencari komposisi yang tepat. Pada karya ini menggunakan latar belakang warna hijau tosca dengan artian dalam setiap pertempuran dan aksi balas dendam setiap keturunan tersebut masih ada kelahiran-kelahiran dari generasi berikutnya. Pada karya ini penulis memunculkan sosok manusia-manusia kecil yang bersujud mengelilingi bunga teratai dan juga menjadi pasukan seperti pelindung dari kesucian tersebut. Ornamen-ornamen yang dimunculkan pada karya ini bervariatif, beberapa dimunculkan ornamen dari daerah Jawa, namun ada juga ornamen-ornamen ekspresif dari penulis yang terinspirasi dari ornamen suku Maya di Amerika. Bendera-bendara yang dimunculkan oleh penulis terinspirasi oleh panji-panji dari kerajaan Majapahit yang berwarna merah dan putih.

(17)

Karya 5

Gambar 3.5

“Gayatri Rajapatni Prajnaparamitha” acrylic on canvas

120x150 cm 2015

(18)

Karya kelima ini berjudul “Gayatri Rajapatni Prajnaparamitha” dengan ukuran 120x150 cm. Karya ini merupakan reinterpretasi dari satu-satunya arca Gayatri yang masih terawat baik yaitu dengan wujud Dewi kebijaksanaan tertinggi atau Prajnaparamitha.

Pada karya ini sosok Gayatri sedang duduk dengan pose bersila di atas sebuah teratai, hampir sama dengan arca aslinya namun penulis ingin menggambarkan sebuah teratai yang mekar dengan tangkai nya, hal ini menggambarkan perjalanan atau proses seorang Gayatri dari awal hingga menjadi sosok yang paling berpengaruh.

Proses pengerjaan karya ini penulis mengerjakan sketsa di atas kertas dahulu kemudian dipindahkan di atas kertas untuk mendapatkan komposisi yang diinginkan. Karya ini menggunakan latar belakang warna orange dengan campuran merah muda. Pada karya ini, penulis ingin menggambarkan sosok Gayatri dalam wujud Dewi Kebijaksanaan Tertinggi. Sosok yang dimunculkan merupakan reinterpretasi dari arca Gayatri yang juga berpose sama, namun penulis memvisualkan dengan pengalaman-pengalaman estetis dan imajinasi. Penulis banyak sekali merubah atribut-atribut yang ada pada arca dengan atribut baru seperti pakaian dan corak ornamen yang digunakan merupakan hasil reinterpretasi. Pakaian yang dikenakan oleh sosok tersebut terinspirasi oleh kostum yang dikenakan oleh salah satu anggota komunitas Red Batik Solo yang merupakan sahabat dari penulis. Ornamen yang dimunculkan pada pakaian didiominasi oleh ornamen Jawa, namun ada juga kombinasi dari ornamen dari suku Maya.

(19)

Karya 6

Gambar 3.6

“Gayatri Rajapatni dan kecintaannya” acrylic on canvas

120x150 cm 2015

(20)

Karya keenam berjudul “Gayatri Rajapatni dan Kecintaannya” berukuran 120x150 cm. Karya ini menggambarkan kecintaan dari sosok Gayatri akan ilmu-ilmu kenegaraan dan juga tentang ilmu-ilmu agama.

Penulisterinspirasi oleh kegiatan berdoa setelah beribadah dimana cara berdoa setiap orang berbeda-beda, dari sini penulismenggambarkan sosok Gayatri yang sedang menengadahkan tangannya yang berarti meminta atau berdoa kepada Sang Kuasa. Dua sosok burung yang dimunculkan merupakan penggambaran dari hal-hal yang dicintainya yaitu ilmu kenegaraan dan juga ilmu keagamaan. Burung yang bersayap empat merupakan perwujudan dari ilmu keagamaan dimana menurut penulis tingkatannya lebih tinggi sehingga membutuhkan sayap yang lebih banyak untuk menggapai nya, sedangkan burung yang bersayap dua merupakan ilmu kenegaraan, selain itu penulis juga menggambarkan sosok burung yang terinspirasi burung cenderawasih dari Papua yang di daerah sana burung Cenderawasih disebut juga burung para Dewa.

Proses pengerjaan karya ini menggunakan sketsa diatas kertas lebih dahulu untuk memperoleh komposisi yang diinginkan. Karya ini menggunakan latar belakang warna hijau muda, penulis menjadikan warna pada karya ini sebagai simbol, dimana warna ini secara psikologis menyimbolkan adanya tekanan dari sikap permusuhan yang ada pada lingkungannya. Penulis menggunakan warna ini dengan maksud menggambarkan tekanan-tekanan yang ada pada lingkungan kerajaan dimana Gayatri tinggal.

(21)

Karya 7 Gambar 3.7 “Kematian” acrylic on canvas 120x150 cm 2015

(22)

Karya ketujuh ini berjudul “Kematian” berukuran 120x150 cm. Karya ini merupakan penggambaran dari kematian sosok Gayatri sendiri. Sosok yang dimunculkan oleh penulis pada karya ini adalah penggambaran dari anak perempuan Gayatri yaitu Tribuwana Tunggadewi. Karya ini menceritakan peletakan abu dari Gayatri oleh anak perempuannya. Penulis menggambarkan kesedihan namun ada keinginan dari sosok anak yang ingin melanjutkan cita-cita dari ibunya.

Dari objek-objek yang digambargan oleh penulis, terdapat mahkota yang dikenakan oleh sosok tersebut. mahkota tersebut terinspirasi dari mahkota salah satu tokoh pewayangan yaitu Puntadewa yang merupakan saudara paling tua diantara kelima Pandawa.

Proses pengerjaan karya ini tanpa menggunakan sketsa diatas kertas dahulu, penulis secara ekspresf membuat sketsa diatas kanvas. Karya ini menggunakan dominasi warna merah, dimana merah dalam artian keberanian. Penulis memilih warna abu-abu sebagai background karya ini dengan alasan menggunakan warna abu-abu sebagai simbol. Menurut penulis abu-abu merupakan warna yang memiliki arti cemas, terkepung dan ingin menghindari konflik dan menginginkan kondisi lingkungan yang damai, dalam karya ini sebelum kematian Gayatri terjadi beberapa kejadian yag membuat kerajaan yang sementara dipimpin oleh putrinya sedikit terganggu. Kelahiran seorang putera dari Tribuwana yang dinantikan akhirnya lahir dan tumbuh dewasa sesaat sebelum Gayatri meninggal.

Referensi

Dokumen terkait

Simulasi yang dilakukan ditujukan untuk memperlihatkan bahwa untuk level harmonik tegangan output yang sama yang dihasilkan dari topologi inverter multilevel 4 komponen

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel makro yaitu rasio profit sharing, Inflasi, PDB, dan SWBI terhadap Tabungan Mudharabah di Perbankan

Soesilo, RIB/HIR dengan Penjelasan lengkap disertai Undang-undang/Peraturan- peraturan: Hukum Acara Perdata-Hukum Acara Pidana Peradilan Umum, (Bandung :

Hasil uji overlay menunjukkan adanya potensi jamur simbion spons Demospongiae sebagai antibakteri terhadap bakteri uji MDR E.coli dan S.aureus pada uji overlay ini menunjukkan dari

Telah dilakukan penelitian tentang Uji Aktivitas Ekstrak Buah Pare (momordica charantia L.) terhadap pertumbuhan propionibacterium acnes yang bertujuan untuk

Dengan demikian hipotesis Ha diterima dan menolak Ho karena F hitung > F tabel, artinya anggaran waktu audit, kompleksitas dokumen audit dan pengalaman auditor

Kegiatan Audit ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas disipilin dosen pada IBI Darmajaya, pengaruh kegiatan Audit ini secara umum sangat mempengaruhi terhadap

Kuesioner ini dibuat dalam rangka menunjang kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti selaku Mahasiswa Program Manajemen S1, Universitas Widyatama tentang