• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN FIQH MUAMALAH TERHADAP SISTEM BAGI HASIL MUDHARABAH PADA PRODUK TAKAFUL DANA PENDIDIKAN DI PERSEROAN TERBATAS ASURANSI TAKAFUL KELUARGA CABANG PALEMBANG - eprint UIN Raden Fatah Palembang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINJAUAN FIQH MUAMALAH TERHADAP SISTEM BAGI HASIL MUDHARABAH PADA PRODUK TAKAFUL DANA PENDIDIKAN DI PERSEROAN TERBATAS ASURANSI TAKAFUL KELUARGA CABANG PALEMBANG - eprint UIN Raden Fatah Palembang"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

Albaiti Nur Jannah NIM : 12170001

SKRIPSI

Disusun dalam rangka untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

PROGRAM STUDI MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN ) RADEN FATAH PALEMBANG

2016

(2)

Nama : Albaiti Nur Jannah

NIM : 12170001

Jenjang : Sarjana (S1)

Menyatakan, bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Palembang, Desember 2016 Saya yang menyatakan,

Abaiti Nur Jannah NIM: 121700

(3)

PENGESAHAN DEKAN

Nama Mahasiswa : Albaiti Nur Jannah NIM / Program Studi : 12 170001/ Muamalah

Judul Skripsi : Tinjauan Fiqh Muamalah Terhadap Sistem Bagi Hasil Mudharabah Pada Produk Takaful Dana Pendidikan Di Perseroan Terbatas Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang

Telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum.

Palembang, Desember 2016 Dekan,

Prof. Dr. H. Romli SA.,M.Ag NIP. 19571210 1986 03 1 00

(4)

PENGESAHAN PEMBIMBING

Nama Mahasiswa : Albaiti Nur Jannah NIM / Program Studi : 12 170001/ Muamalah

Judul Skripsi : Tinjauan Fiqh Muamalah Terhadap Sistem Bagi Hasil Mudharabah Pada Produk Takaful Dana Pendidikan Di Perseroan Terbatas Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang

Telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelah sarjana hukum (S.H)

Palembang, Desember 2016

Pembimbing Utama Pembimbing Kedua

Drs. H. Jafri, MH Yusida Fitriyati, M.Ag

NIP.195611281986031005 NIP.197709152007102001

(5)

Formulir E.4

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Albaiti Nur Jannah

Nim/Program Studi : 12170001/Muamalah

Judul Skripsi :Tinjauan Fiqh Muamalah Terhadap Sistem Bagi Hasil Mudharabah Pada Produk Takaful Dana Pendidikan Di Perseroan Terbatas Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang.

Telah Diterima dalam Ujian Skripsi pada Tanggal 28 Oktober 2016 PANITIA UJIAN SKRIPSI

Tanggal, Pembimbing Utama : Drs. H. Jafri, MH t.t :

Tanggal, Pembimbing Kedua : Yusida Fitriyati, M.Ag t.t :

Tanggal, Penguji Utama :Prof.Dr.H.Izomiddin.MA t.t :

Tanggal, Penguji Kedua : Dr. Ulya Kencana,S.Ag.M.Hum t.t :

Tanggal, Ketua : Yuswalina, SH., MH,

t.t :

Tanggal, Sekretaris : Armasito,S.Ag.MH

t.t :

(6)

Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

(7)

C. Ta’marbutah

(ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafal aslinya).

Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.

ءايلااولا ةمارك Ditulis Karamah al-auliya

2. Bila ta’marbutah hidup atau dengan harkat, fathah, kasrah dan dammah ditulis t.

رطفلا ة اكز Ditulis Zakatul fitri

(8)
(9)

هياأ نوع يف دبعلا ناكامدبعلا نوع يف لاو ,ةراةْااو

٠

(ملسم هااور)

Barangsiapa yang melepaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan melepaskan darinya suatu kesulitan di hari kiamat, barangsiapa yang memudahkan orang yang dalam kesusahan, Allah memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat, dan barangsiapa yang menutup ‘aib orang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba itu suka menolong saudaranya...”(HR. Muslim).

SKRIPSI INI KU PERSEMBAHKAN KEPADA :

 Allah SWT

 Kedua orang tua ku yang tercinta

 Saudara-saudarku yang sangat penulis sayangi

 Teman-teman dan Sahabat-sahabatku

 Guru-guru dan Dosen-dosenku

 Almamater tercintaku UIN Raden Fatah Palembang

KATA PENGANTAR

(10)

TINJAUAN FIQH MUAMALAH TERHADAP SISTEM BAGI HASIL MUDHARABAH PADA PRODUK TAKAFUL DANA PENDIDIKAN DI PERSEROAN TERBATAS ASURANSI TAKAFUL KELUARGA CABANG PALEMBANG”. Shalawat berserta salam semoga tetap tercurahkan pada Junjungan kita Nabi Muhammad SAW, serta para sahabat dan pengikut beliau sejak zaman dahulu hingga akhir zaman. Berkat usaha dan perjuangan beliaulah, kita berada dalam kehidupan lurus dan benar.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.

Dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, disadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik fakultas, keluarga, maupun sahabat-sahabat seperjuangan. Oleh karena itu diucapkan rasa terima kasih yang tulus dan setinggi-tingginya kepada:

1. Allah SWT, berkat rahmat dan ridho-Nya, saya masih diberikan kesehatan dan kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ayahanda (Kusyono,S.Pd.I) dan Ibunda (Ellyana) tercinta yang telah memberikan dorongan moril dan materil selama penulis menjalani studi dan selalu menyertakan do’a restu untuk keberhasilan ini.

3. Mas David Fitriono, Mas Eko Heru Apriono, S.Ud serta Ayuk Iparku Siti Maryam juga ketiga keponakkanku Chaca, Asyifa, dan Risqi yang selalu memberikan suport dalam penulisan skripsi ini.

4. Prof. Drs. H. M. Sirozi, MA., Ph.D, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang beserta staf pimpinan lainnya, yang telah membantu dan memberi fasilitas peneliti dalam belajar.

5. Bapak Prof. Dr. H. Romli SA, MA, selaku Dekan Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang beserta staf pimpinan lainya, para dosen dan karyawan yang telah memberikan yang terbaik berupa

(11)

Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, yang telah membantu peneliti dalam proses penyelesaian skripsi.

7. Ibu Nilawati, S.Ag, M.Hum, selaku Penasehat Akademik (PA) yang selalu membantu penulis dalam banyak hal.

8. Bapak Drs. H. Jafri, MH, selaku Pembimbing Utama dan Ibu Yusida Fitriani, M.Ag, selaku Pembimbing Kedua yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan nasehat, koreksi dan masukanya dalam penelitian skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu dosen dilingkungan Fakultas Syari’ah UIN Raden Fatah Palembang.

10. Bapak Briliansyah, selaku Takaful Agency Directur PT. Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang beserta stafnya yang telah memberikan kemudahan, waktu, dan fasilitas bagi penulis untuk mengadakan penelitian. 11. Kepala dan Staf Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Syari’ah UIN

Raden Fatah Palembang.yang telah memberikan kesempatan memanfaatkan literature yang ada.

12. Sahabatku SMP Setyani Dwi Astuti, dan Eka Febriyanti yang telah memberikan suport dan motivasi untuk penyelesaian skripsi ini.

13. Sahabatku Apriyani, Fitri Fachrunnisa, Fitria erviani, Ismiwika, dan Nike Ardila serta teman-teman seperjuangan khususnya Muamalah 1 angkatan 2012.yang telah memberikan motivasi, bantuan dan dukungan untuk sama-sama menyelesaikan skripsi ini.

14. Kepada teman seospek kelompok 33 Kebun Bunga : Rizky Fazrianti, Listian Permadi, Vivit Heryani, dan Marwiyah yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

15. Terkhusus Ridho Muhammad Hamzah yang selalu menemani dalam menyelesaikan skripsi ini.

(12)

pernah diberikan menjadi amal jariah dan diterima Allah sebagai kelak di hari kemudian nanti, aamiin.

Palembang, Desember 2016 Penulis

Albaiti Nur Jannah Nim: 12170001

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ...

ii

(13)

DEWAN PENGUJI ... v

DARTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

2. Ditinjau dari Segi Transaksi (Cakupan Kerja) ... 24

a. Mudharabah Mutlaqah ... 24

b. Mudharabah Muqayyad... 25

(14)

H. Pembatalan Mudharabah ... 30

I. Hikmah Mudharabah ...31

BAB III DESKRIPSI TENTANG PERSEROAN TERBATAS ASURANSI TAKAFUL KELUARGA CABANG PALEMBANG ... 32

A. Sejarah Singkat Perseroan Terbatas Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang ... 32

B. Visi/Misi ... 35

C. Struktur Organisasi Perseroan Terbatas Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang ... 35

D. Produk- produk Perseroan Terbatas Asuransi Takaful Keluarga .... 38

E. Manfaat Takaful Keluarga ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 44

A. Pelaksanaan Bagi Hasil Mudharabah pada produk Takaful dana pendidikan ... 44

B. Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No: 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah Sebagai Dasar Hukum PT. Asuransi Takaful Keluarga dalam pelaksanaan mudharabah pada produk Takaful Dana Pendidikan ... 52

C. Tinjauan Fiqh Muamalah terhadap sistem pelaksanaan Bagi Hasil mudharabah pada produk Takaful Dana Pendidikan ... 57

BAB V PENUTUP...67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN–LAMPIRAN ... 76 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ABSTRAK

(15)

Cabang Palembang telah menetapkan prosentase sendiri dalam sistem bagi hasil mudharabah pada Produk Takaful Dana Pendidikan antara nasabah dan perusahaan sebesar 85% untuk nasabah dan 15% untuk perusahaan. Mengenai ketententuan nisbah prosentase bagi hasil yang sudah ditetapkan tersebut dilakukan tanpa adanya tawar menawar dengan pihak nasabah Hal ini sangat bertentangan dengan ketentuan Mudharabah dalam Fiqh Muamalah dan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No: 07/DSN-MUI/IV/2000.

Adapun masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan bagi hasil mudharabah pada produk Takaful Dana Pendidikan, apa dasar hukum yang digunakan PT. Asuransi Takaful Kelurga Cabang Palembang terhadap pelaksanaan bagi hasil mudharabah pada produk Takaful Dana Pendidikan, dan bagaimana tinjauan Fiqh Muamalah terhadap bagi hasil Mudharabah pada produk Takaful Dana Pendidikan.Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dimana data primer diambil dari hasil wawancara. Sedangkan data sekunder diambil dari buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan populasi dan sampel, yang berjumlah 14 orang. Sedangkan untuk analisis data teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan mengunakakan metode deskriptif kualitatif.

Dari penelitian yang dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Bagi Hasil Mudharabah pada Takaful Dana Pendidikan berbentuk kerja sama antara nasabah (shahib al-mal) dengan PT. Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang (Mudharib) berlandaskan prinsip ta’awun (tolong-menolong). Transaksi menggunakan Akad Mudharabah untuk hasil investasi dan Akad Tabarru’ sebagai dana kebajikan yang digunakan untuk membantu peserta yang mengalami musibah. Prosentase bagi hasil ditetapkan oleh pihak asuransi untuk nasabah sebesar 85% dan 15% untuk pihak asuransi. Dasar hukum yang digunakan PT. Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang menggunakan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No: 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah. Jikaditinjau dari Fiqh Muamalah, Bagi Hasil Mudharabah pada Produk Takaful Dana Pendidikan di PT. Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang adalah bertentangan menurut hukum Islam, karena tidak adanya kebebasan berkontrak dalam berakad di awal perjanjian dalam menentukan Nisbah Bagi Hasil. Hal ini juga bertentangan dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor: 07/DSN-MUI/IV/2000 yang harus ada unsur kesepakatan kedua belah pihak.

Kata Kunci :Sistem Bagi Hasil (Mudharabah), Produk Takaful Dana Pendidikan

DAFTAR TABEL

(16)

Tabel 3 Model Perhitungan Akad Mudharabah pada Produk Takaful Dana Pendidikan...50

Tabel 4 Ilustrasi Perhitungan Dana Tunai Akad Mudharabah Pada Produk Fulnadi... 50

Tabel 5 Perhitungan Mudharabah Tahun pertama... 51 Tabel 6 Perhitungan Mudharabah Tahun Kedua... 51

(17)

Lampiran 2 Surat Konfirmasi Izin Penelitian dari PT. Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang Untuk Dekan Fakultas Syariah UIN Raden Fatah Palembang

Lampiran 3 Brosur Produk Takaful Dana Pendidikan

Lampiran 4 Formulir Permohonan peserta PT. Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang

Lampiran 5 Tanda Terima Polis untuk nasabah

Lampiran 6 Ilustrasi Takaful Dana Pendidikan

Lampiran 7 Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No :07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh)

Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup

(18)

Islam adalah agama yang mempunyai aturan universal mengatur tentang

segala aspek kehidupan umat manusia, baik dalam bidang ibadah maupun dalam

bidang muamalat.Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Islam selalu dapat

berkembang sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat.Islam selalu

mengajarkan kepada pemeluknya agar dalam menempuh hidupnya ini mereka

dapat menyesuaikan dengan aturan-aturan syari’at Nya, kesemuanya itu dalam

rangka mendapatkan kebahagiaan didunia dan di akherat, dengan berpedoman

pada Al-qur’an dan As-sunnah.1

Al-qur’an dan sunnah Rasulullah sebagai penuntun memiliki daya

jangkaudan daya atur yang universal. Artinya, meliputi segenap aspek kehidupan

umat manusia dan selalu ideal untuk masa lalu, kini dan yang akan datang. Salah

satu bukti bahwa al-qur’an dan sunnah tersebut mempunyai daya jangkau dan

daya atur yang universal dapat dilihat dari segi teksnya yang selalu tepat untuk

diimplikasikan dalam kehidupan aktual. Dari berbagai persoalan yang aktual dan

dibicarakan dunia Islam dewasa ini adalah persoalan Asuransi.2

1Sholihah, siti. Pelaksanaan Asuransi takaful Dana Pendidikan/FULNADI Di PT. ASURANSI Takaful Keluarga cabang Surakarta, (Tesis Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010)., hlm. 11

2Ibid.

(19)

Asuransi berasal dari bahasa Belanda “assuerantie”, yang dalam hukum

Belanda disebut “verzekering”, yang artinya istilah “assuradeur” bagi

penanggung, dan “assureerde” bagi tertanggung.3

Menurut pasal 246 Wetboek van Koophandel (Kitab Undang-Undang

Perniagaan) bahwa yang dimaksud dengan asuransi adalah suatu persetujuan di

mana pihak yang meminjam berjanji kepada pihak yang dijamin untuk menerima

sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang menjamin akan di derita

oleh yang di jamin karena akibat sesuatu peristiwa yang belum jelas terjadi.4

Sedangkan Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha

Perasuransian, memberikan pengertian asuransi pada pasal 1 angka (1), yaitu

asuransi atau pertanggunggan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,

dengan mana pihak penanggung meningkatkan diri kepada tertanggung, dengan

menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung

karena kerugian, kerusakan, atau kehilanggan keuntungan yang diharapkan, atau

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan di derita

tertanggung, yang timbul dari sesuatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk

pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang di

pertanggungkan.5

Berkembangnya Asuransi Syari’ah berawal dari munculnya berbagai

macam lembaga keuangan yang berbasis syariah baik lembaga keuangan bank

maupun non bank.Lembaga keuangan syariah ini bermula dari Bank Muamalat

3Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat,(Jakarta : Amzah, 2013), hlm. 539

4Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Ed. I, Cet. 9, 2014), hlm. 307

(20)

Indonesia. Dengan diundangkanya Undang-undang nomor 10 tahun 1998, tentang

perubahan atas undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, dimana

sistem transaksi dengan prinsip syariah dimuat pada pasal 1 ayat 12dan 13. Dari

sinilah muncul lembaga keuangan yang berbasis syariah termasukdidalamnya

asuransi syariah.

Dalamkehidupannya, manusia senantiasa akan dihadapkan pada

ketidakpastian di masa yang akan datang. Ketidakpastianini sewaktu-waktu dapat

memberikan keuntungan dan juga kerugian. Resiko kerugian merupakan sesuatu

yang tidak diharapkan akan tetapi pasti akan terjadi pada manusia itu sendiri.

Resiko tersebut diantaranya adalah kematian, kecelakaan, kerugian akibat

kehilangan seluruh atau sebagian harta benda, dan lain-lain. Segala resiko tersebut

merupakan kehendak Allah SWT akan tetapi manusia harus berusaha untuk

memperkecil timbulnya resiko tersebut.6

Pada masyarakat modern seperti sekarang, perusahaan asuransimempunyai

peranan dan jangkauan yang sangat luas. Karena perusahaanasuransi tersebut

mempunyai jangkauan yang menyangkut kepentinganekonomi maupun

kepentingan sosial. Di samping itu perusahaan asuransi juga dapat menjangkau

baik kepentingan individu maupun kepentingan masyarakat luas. Pada dasarnya

perusahaan asuransi dalam kegiatannya secara terbuka mengadakan penawaran

yaitu menawarkan suatu perlindungan serta harapan-harapan pada masa yang akan

datang kepada individu atau kelompok-kelompok dalam masyarakat atau institusi

lain atas kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang belum pasti.7

6Muhammad Imran,”Analisis Strategi Promosi Produk Takaful Ukhuwah pada PT. Asuransi Takaful Keluarga”,(Tesis Pascasarjana Universitas Indonesia Jakarta, 2009), hlm. 1

(21)

Perusahaan asuransi dan jenis-jenis bidang perasuransian di Indonesia

dapat ditemukan dalam bab III pasal 3 Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 Dalam

Undang-Undang tersebut disebutkan bentuk-bentuk asuransi pada perusahaan

asuransi sebagai berikut.8

1. Asuransi kerugian adalah perjanjian asuransi yang memberikan jasa dalam

penanggulangan resiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab

hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti.

2. Asuransi jiwa adalah perjanjian asuransi yang memberikan jasa dalam

penanggulangan resiko yang dikaitkan dengan hidup matinya seseorang yang

dipertanggungkan.

3. Reasuransi adalah perjanjian asuransi yang memberikan jasa dan

pertanggungan ulang terhadap resiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi

kerugian dan atau perusahaan asuransi jiwa.

Masalah asuransi dalam pandangan Islam termasuk masalah ijtihadiah,

artinya hukumnya perlu dikaji sedalam mungkin karena tidak ada ayat Al-Quran

ataupun hadist yang menjelaskan secara jelas tentang hukum asuransi. Dalam

menetapkan hukum asuransi ada segolongan Ulama yang berbeda pendapat,

adapun ulama yang membolehkan asuransi seperti Abdul Wahhab Khalaf,

Muhammad Yusuf Musa, Muathafa Ahnad Zarqa karena termasuk akad

mudharabah dan saling tolong-menolong. Mayoritas Ulama yang menetapkan

dasar hukum asuransi pada Majelis al- Mukarramah.Pendapat ini juga telah

(22)

ditegaskan oleh Dar al-Ifta al-Mishriyyahn ( Lembaga Fatwa Mesir). haramnya

asuransi ini dilandasi oleh beberapa hal, di antaranya:9

1. Bahwa akad asuransi termasuk dalam akad pertukaran harta yang berpotensi

mengandung tipuan besar. Karena saat akad di lakukan, pihak asuransi tidak

bisa memperikarakan kadar yang harus di bayarnya dari pihak penerima

asuransi.

2. Akad asuransi termasuk ke dalam salah satu bentuk judi, karena mengandung

resiko dalam proses pertukaran hartanya, juga mengandung unsur denda

(ganti rugi) tanpa adanya pelanggaran (jinayah) dan unsur keuntungan tanpa

kompensasi yang tidak seimbang.

3. Akad asuransi yang mengandung riba jenis al-fadhl dan an-nasa’. Jika

perusahaan asuransi membayar kepada nasabahnya atau ahli waris atau pihak

terkait lebih banyak dari yang di bayarkan nasabah kepadanya maka di sini

terkandung riba an-nasa’. Kedua jenis riba ini haram hukumnya berdasarkan

nash dan ijma’.

Bagi seorang muslim tidak diperkenankan transaksi seperti ini secara sadar

dan dengan kemauannya sendiri dan tidak diperbolehkan berhubungan dengan

perusahaan-perusahaan asuransi seperti yang telah dijelaskan. Karena hubungan

semacam ini adalah kerjasama dalam dosa dan pelanggaran.10 Seharusnya umat

muslim memilih asuransi yang berbasis syariah yang tidak ada unsur

keragu-raguan dan jelas ketentuan hukumnya dalam Islam. Dengan kata lain asuransi

syariah muncul sebagai alternatif terhadap sistem asuransi konvensional yang

(23)

dinilai mengandung riba, judi dan gharar dalam pelaksanaannya di Indonesia.

Maka, salah satu pilihan dalam menghindari hal tersebut adalah bergabung dengan

perusahaan asuransi syariah dan salah satunya adalah Asuransi Takaful.

Asuransi Syariah di Indonesia dipelopori oleh PT. Syarikat Takaful

Indonesia (STI) yang didirikan pada tanggal 24 Februari 1994, selanjutnya STI

mendirikan dua anak perusahaan yaitu Perusahaan Asuransi Jiwa syariah bernama

PT. Asuransi Takaful keluarga (ATK) dan Perusahaan Asuransi Kerugian syariah

bernama PT. Asuransi Takaful Umum (ATU) .

Dalam menjalankan usahanya, perusahaan asuransi syariah masih

menggunakan pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis

Ulama Indonesia No. 21/DSN-MUI/X/2001 Pedoman Umum Asuransi Syariah.

Pada ketentuan umum point 1 disebutkan bahwa asuransi syariah (ta’min,

takaful, atau tadahmun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di

antara sejumlah orang /pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan /atau

tabarru’ yang memberikan pula pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu

melalui akad ( perikatan ) yang sesuai dengan syariah. Adalah satu konsep yang

didalamnya dikembangkan sikap saling tolong menolong dan memikul risiko

diantara sesama peserta. 11

(24)

Pengertian asuransi Syariah seperti di atas, makin terasa nilainya jika

memerhatikan firman Allah dalam Surah Al-Maidah ayat 2 :12

... : ةدئاملا) ... ۚ ِناَاو ْدُعْلاَاو ِمْثِلْا ىَلَعاْوُنَاو اَعَتَلَاو ۖى ٰوْقّتلاَاوّرِبْلا ىَلَع اْوُنَاو اَعَتَاو

(

۲

“...Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran ...”

Di dalam ayat ini Allah memerintahkan umat muslim untuk saling

tolong-menolong dalam mengerjakan kebaikan dan takwa yang termasuk pokok-pokok

petunjuk dalam al-Qur’an. Karena ia mewajibkan kepada manusia agar

salingmemberi bantuan satu sama lain dalam mengerjakan apa saja yang berguna

bagi umat manusia baik pribadi maupun kelompok.13

Produk asuransi syariah dipahami sebagai suatu jaminan yang dihasilkan

oleh sebuah perusahaan asuransi untuk ditawarkan kepada masyarakat luas agar

ikut berperan sebagai anggota di dalamnya yang secara materi mendapatkan

keuntungan bersama salah satunya produk Takaful Dana Pendidikan. Sebagai

salah satu produk unggulan, Takaful Dana Pendidikan merupakan suatu program

yang dirancang secara khusus untuk mempersiapkan dana pendidikan anak secara

terencana, sekaligus memberikan suatu perlindungan bila terjadi musibah terhadap

orang tua sehingga pendidikan tetap terjamin.14

Pendidikan menentukan masa depan seseorang, dan pada zaman sekarang

ini biaya pendidikan suatu hal yang tidak bisa ditawar lagi. Setiap tahun biaya

pendidikan mengalami peningkatan yang segnifikan. Tantangan dan tuntutan

12Kementrian Agama, Al_Quran Dan Tafsirnya, (Jakarta : Kementrian Agma Ri, 2012), hlm. 350

13Al Maragi, Ahmad Mustofa, Tafsir Al-Maraghi. Diterjemahkan Oleh Harun Abu Bakar Jilid 5, (Semarang: Toha Putra , 1974), hlm.86.

(25)

zaman yang membutuhkan kualitas pendidikan yang lebih baik yang berdampak

kepada meningkatnya biaya. Dengan mengikuti program Takaful Dana

Pendidikan diharapkan kesejahteraan dan kelangsungan belajar bagi anak-anak

pihak tertanggung akan terjamin, apabila pihak tertanggung mencapai usia lanjut

dan sudah tidak mampu memberikan biaya pendidikan kepada anak-anaknya atau

apabila tertanggung meninggal dunia sebelum anak-anaknya dewasa dan masih

memerlukan pendidikan.15

Konsep Asuransi Takaful adalah tolong-menolong, saling bertanggung

jawab, dan saling melindungi antara para pesertanya. Perusahaan diberi

kepercayaan (amanah) oleh para peserta untuk mengelola premi, mengembangkan

dengan jalan yang halal dan memberikan santunan kepada peserta lain yang

membutuhkan, dan juga harus memenuhi rukun dan syarat dari setiap akadnya.

Prinsip asuransi syariah dalam operasional usahanya yang mempunyai konsep

pembagian resiko berdasarkan tolong menolong.Secara umum Asuransi Takaful

ini mempunyai dua akad yaitu tabarru’ dan akad tijjarah. Untuk akad tijjarah

dapat menerapkan akad mudharabah, musytarakah, dan wakalah bil ujrah, dan

sedangkan akad tabarru’ adalah akad yang dilakukan dalam bentuk hibah dengan

tujuan untuk kebajikan antar peserta.

Ketentuan mengenai akad mudharabah sendiri diatur dalam Fatwa Dewan

Syariah Nasional dan belum diatur secara rinci dalam hukum positif. Walaupun

ketiadaan aturan hukum secara positif dipandang sebagai suatu kelemahan, tetapi

sebagai umat Islam yang berpegang teguh kepada dalil naqli maupun dalil aqli,

penggunaan akad mudharabah tersebut tetap harus dipertanggungjawabkan, tidak

(26)

hanya terkait antara sesama manusia saja tetapi antara manusia dengan sang

pencipta. Maka, dalam menerapkan akad mudharabah, rukun dan syarat

mudharabah mutlak harus terpenuhi di setiap transaksi. Ketentuan tersebut secara

khusus terkait dengan pemenuhan rukun, penetapan syarat-syarat pihak, ketentuan

modal, ketentuan nisbah bagi hasil/keuntungan, sertaaspek kepercayaandalam

akad tersebut, yang menjadikan akad mudharabah bersifat amanah. Apabila salah

satu rukun maupun syarat tersebut tidak terpenuhi, berakibat pada batalnya akad

mudharabah tersebut.16

Perseroan Terbatas Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang telah

menetapkan prosentase sendiri dalam sistem bagi hasil mudharabah pada Produk

Takaful Dana Pendidikan antara nasabah dan perusahaan, sebesar 85% untuk

nasabah dan 15% untuk perusahaan diawal kesepakatan. Mengenai ketentuan

nisbah prosentase bagi hasil yang sudah ditetapkan tersebut dilakukan tanpa

adanya tawar menawar dengan pihak nasabah diawal kesepakatan. Karena banyak

para nasabah yang tidak begitu memperhatikan semuanya dan hanya

mempercayakan pada pihak perusahaan dengan kesyari’ahannya sehingga dalam

penyetujuinya terlihat secara paksa.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat diketahui bahwa para nasabah

yang memilih Produk Takaful Dana Pendidikan harus menerima ketentuan bahwa

bagi hasil untuk nasabah ditetapkan sebesar 85% dan untuk perusahaan sebesar

15%. Hal ini secara tersirat menyatakan bahwa nisbah bagi hasil ditetapkan secara

langsung oleh pihak Asuransi Takaful tanpa ada negosiasi terlebih dahulu dengan

(27)

para nasabah.Jadi, angka besaran nisbah ini tidak muncul sebagai hasil

tawar-menawar antara shahib al-maal dengan mudharib.

Hal ini sangat bertentangan dengan ketentuan Mudharabah dalam Fiqh

Muamalah dan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor : 07/DSN-MUI/IV/

2000 disebutkan bahwa keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat

sebagai kelebihan dari modal, dengan syarat yang harus dipenuhi : bagian

keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada

waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentase (nisbah) dari

keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.

Maka, berdasarkan komparasi antara dua ketentuan tersebut, memberi kesan

bahwa PT. Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang menetapkan secara

sepihak perihal tentang prosentase nisbah bagi perusahaan asuransi sebesar 85%

dan bagi nasabah 15%.

Dari uraian permasalahan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk

meneliti sistem pelaksanaan bagi hasil mudharabah pada Produk Takaful Dana

Pendidikan di PT.Asuransi Takaful Keluarga cabang Palembang dengan tolak

ukur fiqh muamalah dan fatwa MUI No. 7 tahun 2000 dengan judul :

TINJAUAN FIQH MUAMALAH TERHADAP SISTEM BAGI HASIL MUDHARABAH PADA PRODUK TAKAFUL DANA PENDIDIKAN DI PERSEROAN TERBATAS ASURANSI TAKAFUL KELUARGA CABANG PALEMBANG”.

(28)

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang terkait dengan

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan Bagi Hasil Mudharabah pada Produk Takaful Dana

Pendidikan di Perseroan Terbatas Asuransi Takaful Keluarga Cabang

Palembang ?

2. Apakah dasar hukum yang digunakan Perseroan Terbatas Asuransi Takaful

Kelurga Cabang Palembang terhadap pelaksanaan Bagi HasilMudharabah

pada Produk Takaful Dana Pendidikan?

3. Bagaimana tinjauan Fiqh Muamalah terhadap Bagi Hasil Mudharabah pada

Produk Takaful Dana Pendidikan di Perseroan Terbatas Asuransi Takaful

Kelurga Cabang Palembang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini ialah :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Bagi Hasil mudharabah pada Produk Takaful

Dana Pendidikan di Perseroan Terbatas Asuransi Takaful Keluarga Cabang

Palembang.

2. Untuk mengetahui dasar hukum yang digunakan Perseroan Terbatas Asuransi

Takaful Kelurga Cabang Palembang terhadap pelaksanaan Bagi Hasil

mudharabah pada Produk Takaful Dana Pendidikan.

3. Untuk mengetahui tinjauan Fiqh Muamalah terhadap Bagi Hasil Mudharabah

pada Produk Takaful Dana Pendidikan di Perseroan Terbatas Asuransi Takaful

Kelurga Cabang Palembang.

(29)

Hasil kajian awal ditemukan beberapa pandangan tentang bagi hasil

(Mudharabah) diantaranya:

Iis Sundari ( 2005 ) “Analisis Hukum Islam Terhadap Sistem Bagi Hasil

Usaha (SHU) Di Koperasi YON ZIKON 12 KARANA JAYA KERTAPATI

PALEMBANG”. Menyimpulkan bahwa sistem bagi sistem hasil usaha yang

dilakukan Koperasi Yon Zikon 12 Karana Jaya terhadap sisa hasil usaha telah

sesuai dengan ketentuan hukum Islam yang menggunakan sistem Mudharabah

yang memberikan hak-hak mudharib pada saat menjalankan usaha

mudharabahyaitu : Pertama, biaya operasi akan diambil dari keuntungan, jika ada.

Tetapi apabila tidak mendapatkan keuntungan maka dapat diambil dari modal;

Kedua, mudharib mendapatkan bagian keuntungan yang telah disepakati dalam

kontrak jika menghasilkan laba.17

Lusiana Lukita ( 2004 ) “Penerapan Sistem Bagi Hasil (Al-Mudharabah)

pada PT. Asuransi Takaful Keluarga”. Dalam tulisannya mengulas tentang sistem

bagi hasil ( Al-Mudharabah ) yang diterima oleh peserta asuransi takaful keluarga

berdasarkan syariah, yang melakukan kerjasama dengan peserta takaful

berdasarkan prinsip bagi hasil ( Al-Mudharabah ).Hasil investasi dibagikan

kepada seluruh peserta pada setiap akhir tahun buku yang besarnya ditentukan

pada awal perjanjian.18 Perbedaan dengan penelitian sekarang adalah prosentase

bagi hasil ditentukan oleh pihak asuransi tanpa adanya negosiasi dengan pihak

nasabah.

17Iis Sundari, “Analisis Hukum Islam Terhadap Sistem Bagi Hasil Usaha (SHU) Di Koperasi YON ZIKON 12 KARANA JAYA KERTAPATI PALEMBANG” ( Skripsi UIN Raden Fatah Palembang,2005).

(30)

Noprianingrum (2009) “Pelaksanaan Mudharabah pada PT. Bank Muamalat

Cabang Palembang”. Menyimpulkan bahwa pelaksanaan bagi hasildilakukan

terlebih dahulu menghitung HI-1000, yakni angka yang menunjukkan hasil

investasi yang diperoleh dari penyaluran setia seribu rupiah dana nasabah.19Hal ini

berbeda dengan penelitian sekarang yang memfokuskan pada prosentase bagi

hasil yang ditetapkan pihak asuransi tanpa adanya penawaran dengan pihak

nasabah.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa persamaan penelitian dahulu dan

sekarang adalah sama, yaitu sama-sama bertujuan untuk mengetahui cara

pelaksanaan bagi hasil (mudharabah). Perbedaannya adalah pada aspek

pelaksanaan bagi hasil pada Produk Takaful Dana Pendidikan yang

ditinjau dari fiqh muamalah, dimana PT.Asuransi Takaful Kelurga Cabang

Palembang pada Produk Takaful Dana Pendidikan menggunakan Fatwa

Majelis Ulama Indonesia Nomor : 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang

Pembiayaan Mudhrabah sebagai dasar hukumnya.

E. Metodologi Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Asuransi Takaful Keluargayang

beralamat di Jalan Urip Sumoharjo No.94/ 3374 RT.33/13 Kelurahan 2

Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang.

2. Populasi dan Sampel

(31)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan populasi dan sampel,

populasi adalahkeseluruhan objek yang akan diteliti. jumlah karyawan

PT.Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang adalah 14 orang.

Pengambilan sampel berpedoman kepada pendapat Suharsimi

Arikunto yaitu apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil

semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya

jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%

lebih. Karena subjek penelitiannya kurang dari 100, maka peneliti

mengambil semua subjek penelitian yang berjumlah 14 orang karyawan

PT. Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang. Jadi dari data tersebut

sampelnya sebanyak 14 orang.20

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data

kualitatifadalah data yang diungkapkan dalam bentuk kalimat serta

uraian-uraian yang berkaitan dengan pembahasan.21

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder.

a. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

yaitu data asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk menjawab

masalah penelitiannya secara khusus, sumber data primer diperoleh dari

hasil penelitian yang menyangkut jawaban responden, yaitu wawancara

langsung dari seluruh karyawan PT. Asuransi Takaful Keluarga Cabang

(32)

Palembang yang mengenai pelaksanaan bagi hasil mudharabah pada

produk Takaful Dana Pendidikan.

b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai literatur

yang berhubungan dengan masalah penelitian yaitu data yang berbentuk

kepustakaan, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti yaitu berupa buku-buku, jurnal-jurnal, dan internet Rujukan

buku seperti Fiqh sunnah, Fiqh muamalat.

4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh melalui dua cara yaitu:

a. Wawancara adalah teknik pengumpulan informasi dengan cara

mengajukan sejumlah pertanyaan mengenai pelaksanaan bagi hasil

mudharabah pada Produk Takaful Dana Pendidkan secara langsung

kepada 14 karyawan Perseroan Terbatas Asuransi Takaful Keluarga

Cabang Palembang.

b. Studi Kepustakaan, yaitu buku-buku yang mengenai dasar hukum PT.

Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang dan tinjauan fiqh

muamalah pada pelaksanaan bagi hasil yakni diantaranya, Kompilasi

Hukum Ekonomi Syariah, Fiqh Muamalah, dan lain-lain yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu.

5. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka diolah dan dianalisis secara analisis

deskriptif kualitatif yakni menjelaskan seluruh data yang ada pada

(33)

prosentase bagi hasil yang ditetapkan oleh pihak Asuransi Takaful pada

produk Takaful Dana Pendidikan dalam tinjauan fiqh muamalah dan

Fatwa MUI Nomor:07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan

Mudharabah. Penjelasan-penjelasan itu disimpulkan secara deduktif, yaitu

menarik suatu simpulan dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum

ditarik ke khusus, sehingga penyajian hasil penelitian itu dapat dipahami

dengan mudah.

(34)

TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD MUDHARABAH A. Pengertian Bagi Hasil

Sebagai makhluk sosial, kebutuhan akan kerjasama antara satu pihak

dengan pihak lain guna meningkatkan taraf perekonomian dan kebutuhan hidup,

atau keperluan-keperluan lain yang tidak bisa diabaikan, kenyataan menunjukkan

bahwa diantara sebagian manusia memiliki modal tetapi tidak bisa menjalankan

usaha-usaha produktif atau memiliki modal besar dan bisa produktif tetapi

berkeinginan membantu orang lain yang kurang mampu dengan mengalihkan

sebagian modalnya kepada pihak yang memerlukan.22 Kerja sama tersebut

disebabkan diantara satu sama lain saling membutuhkan (tolong-menolong). Salah

satu bentuk kerja sama tolong-menolong bagi sesama manusia dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya adalah bagi hasil.

Bagi Hasil menurut istilah adalah suatu sistem yang meliputi tata

carapembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana.23Sedangkan

menurut terminologi asing (Inggris) bagi hasil dikenal dengan profit

sharing.Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian

laba.Secaradefinisi profit sharring diartikan: "Distribusi beberapa bagian dari

laba(profit) pada para pegawai dari suatu perusahaan".24

Pada umumnya prinsip bagi hasil dalam lembaga keuangan non bank

khususnya yang berbasis syariah seperti asuransi syariah adalah menggunakan

akad mudharabah.

22Sayyid Sabiq Fikih Sunnah , (Jakarta : Kalam Mulia, cet. I, 1991), hlm. 12. 23Ahmad Rofiq, Fiqih Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 153

24Cristopher Pass, et al,Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 1997), Cet. Ke-2,

(35)

B. Pengertian Mudharabah

Mudharabah diambil dari lafadz Ad-Drarb Fi Al-ard yaitu

perjalananuntuk berdagang.25 Adapula yang menyebutkan qiradh dan

mudharabah yang berasal dari lafadz Al-qardhu yang berarti memotong, sebab

pemilik memberikan potongan hartanya untuk diberikan kepada pengusaha agar

mengusahakan harta tersebut, dan pengusaha akan memberikan potongan dari

laba yang diperoleh.26

Menurut Istilah, mudharabah dikemukakan oleh para ulama. Menurut

para fuqaha, mudharabah ialah akad antara dua pihak (orang) saling menanggung,

salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk diperdagangkan

dengan bagian yang telah ditentukan dari keuntungan, seperti setengah atau

sepertiga dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.27

Wabah Az-Zuhailli, mudharabah adalah penyerahan modal oleh si pemilik

kepada pengelola untuk diperdagangkan dan keuntungan dimiliki bersama antara

keduanya sesuai dengan persyaratan yang mereka buat.28

Menurut Hasbi Ash Shiddieqy, mudharabah adalah semacam syarikat

aqad, bermufakat dua orang padanya dengan ketentuan modal dari satu pihak,

sedangkan usaha menghasilkan keuntungan dari pihak yang lain; dan

keuntungannya dibagi di antara mereka.29

25Ahmad Wardi Muslich, op.cit., hlm. 365.

26Rachmat Syafi’I, Fiqih Muamalah ,(Bandung : CV. Pustaka Setia, 2001), hlm. 223. 27Hendi Suhendi, op.cit., hlm. 136

(36)

Mudharabah menurut pengertian Syara’ adalah kesepakatan di antara dua

pihak mengadakan kerja sama perdagangan, satu pihak menyerahkan uangnya

sebagai modal, sedang pihak lainnya menyerahkan uangnya sebagai andil.30

Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami bahwa Mudharabah adalah

kerja sama usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama (sahibul maal)

menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola

(mudharib), dan keuntungan usaha secara dibagi menurut kesepakatan yang

dituangkan dalam kontrak.31

Di dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,

memberikan pengertian mudharabah pada Pasal 1 huruf c, yaitu akad kerja sama

suatu usaha antara pihak pertama (sahibul maal) yang menyediakan seluruh

modal dan pihak kedua (‘amil, mudharib, atau nasabah) yang bertindak selaku

pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan

yang dituangkan dalam akad, sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh

bank syariah kecuali jika pihak kedua melakukan yang disengaja, lalai, atau

menyalahi perjanjian.32

C. Dasar Hukum Mudharabah

Para Ulama Fiqih sepakat bahwa mudharabah merupakan akad yang

dibolehkan oleh syara’.

Adapun dasar hukumnya terdapat dalam firman Allah SWT dalam surah

an-nisa’ ayat 29 :33

30Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam, (Bandung : CV. Diponegoro, cet. III, 1999), hlm. 265

31Mardani, Hukum Bisnis Syariah, (Jakarta : Prenadamedia Group, cet. I, 2014), hlm. 138 32Ibid.

(37)

: أسنلا) . . . ِلِط اَبْل اِب ْمُكَنْيَب ْمُكَلاَوْمَاا ْؐوُلُك ْٓأَت َلاْوُنَمٰا َنْي ِذّلااَهٌي َاٰي

۲۹

(

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan jalan yang batil.”

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT melarang memakan harta

orang lain dengan cara yang batil yang merupakan dosa besar yang berhubungan

dengan hak-hak hamba. Kemudian mengancam pelakunya dengan siksaan yang

teramat berat.34

D. Jenis-Jenis Mudharabah

Jenis-jenis mudharabah terbagi menjadi dua, yaitu ditinjau dari segi

sahnya akad dan ditinjau dari segi transaksi.

1. Ditinjau dari Segi Sahnya Akad, mudharabah terbagi menjadi :

a. Mudharabah Fasid

Mudharabah fasid, yaitu akad mudharabah yang rusak karena tidak

terpenuhinya rukun dan syarat sahnya akad mudharabah. Apabila mudharabah

fasid karena syarat-syarat yang tidak selaras dengan tujuan mudharabah maka

menurut Hanafiyah, Syafi`iyah, dan Hanabilah mudharib tidak berhak

melakukan perbuatan sebagaimana yang dikehendaki oleh mudharabah yang

shahih. Di samping itu mudharib tidak berhak memperoleh biaya operasional

dan keuntungan yang tertentu, melainkan ia hanya memperoleh upah yang

sepadan atas hasil pekerjaannya, baik kegiatan mudharabah tersebut

memperoleh keuntungan atau tidak. Hal tersebut dikarenakan mudharabah

yang fasid sama dengan ijarah yang fasid, di mana ajir juga tidak berhak atas

nafkah dan upah yang pasti, melainkan upah yang sepadan (ajrul mitsil).

(38)

Ulama Malikiyah berpendapat bahwa mudharib (pengelola) dalam semua

hukum mudharabah yang fasid dikembalikan kepada qiradh yang sepadan

(qiradh mitsl) dalam keuntungan, kerugian, dan lain-lainnya dalam hal-hal

yang bisa dihitung, dan mudharib berhak atas upah yang sepadan dengan

perbuatan yang dilakukannya.

Beberapa hal yang menyebabkan dikembalikannya mudharabah yang

fasid kepada qiradh mitsl adalah

1) Qiradh dengan modal barang bukan uang,

2) Keadaan keuntungan yang tidak jelas,

3) Pembahasan qiradh dengan waktu seperti satu tahun,

4) Menyadarkan qiradh kepada masa yang akan datang, dan

5) Mensyaratkan agar pengelola mengganti modal apabila hilang atau rusak

tanpa sengaja.35

b. Mudharabah Shahih

(39)

Mudharabah yang shahih adalah suatu akad mudharabah yang rukun dan

syaratnya terpenuhi. Pembahasan mengenai mudharabah yang shahih ini

meliputi beberapa hal, yaitu :36

1) Tanggung Jawab Pengusaha

Ulama fiqih telah sepakat bahwa pengusaha bertanggung jawab atas modal

yang ada di tangannya, yakni sebagai titipan. Hal ini karena kepemilikan

modal tersebut atas seizin pemiliknya. Jika disyaratkan bahwa pengusaha

harus bertanggung jawab atas rusaknya modal, menurut ulama Hanafiyah

dan Hanabilah, syarat tersebut batal, tetapi akadnya sah. Sedangkan ulama

Malikiyah dan Syafi’iyah berpendapat bahwa mudharabah batal.

2) Tassaruf Pengusaha

Hukum tentang tassaruf (pengelolaan dan pembelanjaan harta) pengusaha

berbeda-beda bergantung pada mudharabah mutlaq atau terikat.

3) Pada Mudharabah mutlaq

Dalam Mudharabah mutlaq, menurut ulama Hanafiyah, pengusaha

dibolehkan menyerahkan modal tersebut kepada pengusaha lainnya atas

seizin pemilik modal. Jika mendapatkan laba, laba tersebut dibagikan

kepada pemilik modal dan pengusaha pertama sesuai kesepakatan. Ulama

Syafi’iyah berpendapat bahwa modal tidak boleh diberikan kepada

pengusaha lain, baik dalam hal usaha maupun laba, meskipun atas seizin

pemilik modal.

4) Pada Mudharabah terikat

(40)

Secara umum, hukum yang terdapat dalam mudharabah terikat sama

dengan ketetapan yang ada pada mudharabah mutlaq. Namun, ada beberapa

pengecualian antara lain sebagai berikut.

a) Penentuan Tempat

Jika pemilik modal menentukan tempat, seperti ucapan, “ Gunakan

modal ini untuk mudharabah, dengan syarat harus di daerah

Tasikmalaya.”Pengusaha harus mengusahakannya di daerah

Tasikmalaya, sebab syarat tempat termasuk persyaratan yang dibolehkan.

b) Penentuan orang

Ulama Hanafiyah dan Hanabilah membolehkan pemilik modal untuk

menentukan orang yang harus dibeli barangnya oleh pengusaha, sebab

hal ini termasuk syarat yang berfaedah. Ulama Syafi`iyah dan Malikiyah

melarang persyaratan tersebut sebab hal ini mencegah pengusaha untuk

mencari pasar yang sesuai dan menghambat pencarian laba.

c) Penentuan waktu

Ulama Hanafiyah dan Hanabilah membolehkan pemilik modal

menentukan waktu sehingga jika melewati batas, akad batal. Mengenai

hal itu, ulama Syafi’iyah dan Malikiyah melarang persyaratan tersebut

sebab terkadang laba tidak dapat diperoleh dalam waktu sebentar dan

(41)

2. Ditinjau dari Segi Transaksi

Secara umum Mudharabah terbagi menjadi dua jenis yaitu Mudharabah

Mutlaqah dan Mudharabah muqayyadah

a. Mudharabah Mutlaqah

Mudharabah Mutlaqah adalah akad mudharabah di mana pemilik

modal memberikan modal kepada ‘amil (pengelola) tanpa disertai dengan

pembatasan (qaid). Contohnya seperti kata pemilik modal : “Saya

memberikan modal ini kepada Anda dengan Mudharabah, dengan

ketentuan bahwa keuntungan dibagi dua atau dibagi tiga”. Di dalam akad

tersebut tidak ada ketentuan atau pembatasan mengenai tempat kegiatan

usaha, jenis usaha, barang yang dijadikan objek usaha, dan

ketentuan-ketentuan yang lain.37

Disini sahibul maal memberikan keleluasaan kepada mudharib

untuk melakukan usaha sesuai kehendaknya, tetapi sejalan dengan prinsip

syariah, dengan modal yang diberikan kepadanya. Mudharabah harus

diberikan perintah wewenang untuk melakukan hal-hal yang diperlukan

dalam melakukan usaha. Mudharib tidak diperbolehkan untuk melakukan

perhitungan ulang atau menentukan angka mutlak terhadap keuntungan di

muka, keuntungan akan dibagi antara sahibul maal dan mudharib sesuai

dengan proporsi yang telah disetujui di muka dan tercantum secara jelas

pada perjanjian mudharabah.

Semua pembagian laba yang dibagikan sebelum adanya keputusan

final tentang perjanjian mudharabah akan dianggap sebagai sesuatu yang

(42)

ditentukan di muka. Segala kerugian yang terjadi karena resiko bisnis

harus dibebankan terhadap keuntungan sebelum dibebankan terhadap

modal yang dimiliki oleh sahibul maal. Prinsip umum adalah bahwa

sahibul maal hanya menanggung risiko modalnya, sementara risiko

mudharib hanyalah usaha dan waktunya. Itu sebabnya mengapa

mudharabah sering kali disebut kerja sama yang saling menguntungkan.38

b. Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah Muqayyadah adalah suatu akad mudharabah di mana

pemilik modal memberikan ketentuan atau batasan-batasan yang berkaitan

dengan tempat kegiatan usaha, jenis usaha, barang yang menjadi objek

usaha, waktu dan dari siapa barang tersebut dibeli.39 Ulama Hanafiyah dan

Imam Ahmad membolehkan memberi batasan dengan waktu dan orang,

tetapi ulama Syafi’iyah dan Malikiyah melarangnya. Ulama Hanafiyah dan

Ahmad pun membolehkan akad apabila dikaitkan dengan masa yang akan

datang, seperti, ‘Usahakan modal ini mulai bulan depan,’ sedangkan ulama

Syafi’iyah dan Malikiyah melarangnya,40

Kewajiban sahibul maal dalam jenis mudharabah terbatas adalah

pada kontribusi modalnya. Mudharib tidak diperkenankan untuk

melakukan bisnis lebih dari modal yang disetor oleh sahibul maal. Jika ia

melakukannya atas kehendak sendiri, dia tidak berhak atas keuntungan

tersebut dan juga bertanggung jawab terhadap kerugian yang terjadi.

Apabila mudharib yang memiliki modal dengan jumlah tertentu dalam

(43)

perjanjian mudharabah, dia akan menerima seluruh keuntungan sesuai

dengan porsinya sesuai dengan yang sudah disepakati. Mudharabah akan

berakhir apabila jangka waktu habis, selesainya usaha yang dijalankan,

atau kematian salah satu pihak.41

E. Hak-hak Mudharib (pengelola)

Mudharib memiliki dua hak atas harta mudharabah, yaitu :

a. Hak nafkah (membelanjakan)

Para Ulama berbeda pendapat dalam hak nafkah modal. Secara umum,

pendapat mereka dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :42

1. Imam Syafi’i berpendapat bahwa mudharib tidak boleh menafkahkan

modal untuk dirinya, kecuali atas seizin pemilik modal sebab mudharib

akan memiliki keuntungan dari laba.

2. Jumhur ulama, di antaranya Imam Malik, Imam Hanafi, dan Imam

Zaidiyah berpendapat bahwa pengusaha berhak menafkahkan harta

mudharabah dalam perjalanan untuk keperluannya.

b. Hak mendapatkan laba

(44)

Di dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pada Pasal 243, disebutkan

bahwa :43

1. Mudharib berhak atas keuntungan sebagai imbalan pekerjaannya yang

disepakati dalam akad.

2. Mudharib tidak berhak mendapatkan imbalan apabila usaha yang

dilakukannya rugi.

F. Hak pemilik modal

Di dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pada Pasal 244 disebutkan

bahwa :

a. Pemilik modal berhak atas keuntungan berdasarkan modalnya yang

disepakati dalam akad.

b. Pemilik modal tidak berhak mendapatkan keuntungan apabila usaha yang

dilakukan oleh mudharib merugi.44

G. Rukun dan Syarat Mudharabah

Menurut ulama’ mazhab Hanafi, rukun mudharabah tersebut hanyalah

ijab (ungkapan penyerahan modal dari pemiliknya) dan qabul (ungkapan

menerima modal dan persetujuan mengelola dari pedagang), sedangkan menurut

jumhur ulama’ menyatakan bahwa rukun Mudharabah adalah :

1. Aqidani, yakni pemilik modal dan pengelola

2. Ma’qud alaih, yakni adanya modal dan tenaga (pekerjaan) selama

Mudharabah tersebut berlangsung

43Anonim, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah,(Jakarta : Kencana, Edisi Revisi. Cet. I, 2009),hlm. 74

(45)

3. Sighat, yakni adanya ijab qabul diantara dua orang yang melakukan

perjanjianMudharabah.

Syarat-syarat sah mudharabah berhubungan dengan rukun-rukun

mudharabah itu sendiri. Syarat-syarat sah mudharabah adalah sebagai berikut:

1) Syarat Aqidani

Disyaratkan bagi orang yang akan melakukan akad, yakni pemilik modal dan

pengusaha adalah ahli dalam mewakilkan atau menjadi wakil, sebab mudharib

mengusahakan harta pemilik modal, yakni menjadi wakil.45

2) Syarat Modal (maal)

Modal adalah sejumlah uang yang diberikan oleh penyedia dana atau pengelola

untuk tujuan menginvestasikannya dalam aktivitas Mudharabah. Untuk itu,

modal harus memenuhi syarat-syarat berikut :

a) Modal harus berupa uang, seperti dinar, dirham, atau sejenisnya.

b) Modal harus diketahui dengan jelas dan memiliki ukuran

c) Modal harus ada, bukan berupa utang, tetapi tidak berarti harus ada di

tempat akad.

d) Modal harus diberikan kepada pengusaha/pengelola.

3) Syarat Nisbah (keuntungan)

(46)

Keuntungan adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal.

Keuntungan adalah tujuan akhir Mudharabah. Namun, keuntungan itu terikat

oleh syarat berikut :

a) Keuntungan harus diketahui kadarnya

b) Tujuan diadakannya akad mudharabah adalah untuk memperoleh

keuntungan. Apabila keuntungannya tidak jelas maka akibatnya akad

mudharabah bisa menjadi fasid. Akan tetapi, jika syarat tersebut tidak

menyebabkan keuntungan menjadi tidak jelas maka syarat tersebut batal,

tetapi akadnya tetap sah.

c) Nisbah harus berupa bagian yang umum

Pembagian keuntungan harus sesuai dengan keadaan yang berlaku secara

umum, seperti kesepakatan di antara dua orang yang melangsungkan akad.

Keuntungan harus merupakan bagian yang dimiliki bersama oleh pemilik

pengelola dan pemilik modal yang harus jelas prosentasenya, umpamanya

setengah, sepertiga, atau seperempat dan seterusnya.46

Adapun karakteristik nisbah bagi hasil (mudharabah) yang terdiri dari :47

1. Nisbah bagi hasil harus dinyatakan dalam prosentase (%), bukan dalam

nominal uang tertentu

2. Pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati,

sedangkan pembagian kerugian berdasarkan porsi modal

masing-masing pihak.

(47)

3. Angka besaran nisbah bagi hasil muncul sebagai hasil tawar-menawar

yang dilandasi oleh kata sepakat dari pihak shahibul maal dan

mudharib.

d) Mudharabah bersifat mutlak

Artinya, pemodal tidak boleh membatasi pelaku untuk berbisnis di tempat

tertentu, memperdagangkan barang tertentu, berbisnis di waktu tertentu

saja, hanya berinteraksi dengan orang tertentu saja, atau syarat-syarat

semacamnya. Karena memberikan syarat banyak mengakibatkan

hilangnya tujuan semula dari akad, yaitu mendapatkan keuntungannya.

Demikian pendapat yang dikemukakan Maliki dan Syafi’i.48 Sementara itu,

Abu Hanifah dan Ahmad tidak mensyaratkan seperti itu. Keduanya

berpendapat, “Sebagaimana mudharabah sah dengan cara mutlak, maka ia

boleh pula secara dikaitkan.”49

H. Pembatalan Mudharabah

Beberapa fuqaha berbeda pendapat tentang akad mudharabah menjadi

batalsebagaiberikut :

Menurut Ahmad bin Yahya. Akad mudharabah batal apabila mudharib

tidak memenuhi salah satu syarat sah mudharabah sementara pihak pelaku sudah

menerima modal, dalam kondisi seperti ini pihak pelaku berhak mendapatkan

upah dan keuntungan yang didapatkan menjadi milik pemodal dan pelaku

48Ahmad bin Yahya Al-faifi, Ringkasan Fikih Sunnah, (Jakarta : Ummul Qura, cet. III, 2013), hlm. 818

(48)

melakukan tindakan lalai dalam menjaga modal mudharabah, atau melakukan

sesuatu yang menafikan tujuan akad mudharabah itu sendiri.50

Sedangkan Jumhur Ulama berpendapat bahwa mudharabah batal, jika

salah seorang aqid meninggal dunia, baik pemilik modal maupun mudharib.51

I. Hikmah Mudharabah

Agama Islam telah menetapkan mudharabah sebagai salah satu bentuk

mu’amalah (ajaran) yang diperbolehkan untuk memudahkan bagi manusia dalam

melakukan usaha mencari karunia Allah. Sebab, adakalanya sebagian dari mereka

memiliki harta tetapi tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkannya,

sebagian yang lain adakalanya memiliki kemampuan untuk mengembangkan harta

tetapi tidak memiliki modal. Disini Islam memperbolehkan mudharabah supaya

dapat memberikan manfaat bagi kehidupannya. Pemilik harta dapat mengambil

manfaat dari keahlian mudharib dalam mengembangkan hartanya dan mudharib

dapat mengambil manfaat dari harta yang dikembangkan.

Adapun hikmah mudharabah yang dikehendaki Allah SWT adalah untuk

mengangkat kehinaan, kefakiran dan kemiskinan dari masyarakat juga

mewujudkan rasa cinta kasih dan saling menyayangi diantara sesama manusia

karena seorang yang berharta mau bergabung dengan orang yang pandai

memperdagangkan harta dari modal yang dipinjami orang kaya tersebut.52

50Ahmad bin Yahya Al-faifi, op.cit., hlm. 819. 51Rahmat Syafe’i, op.cit., hlm. 237

(49)

A. Sejarah Singkat Perseroan Terbatas TakafulKeluarga

Untuk mengetahui sejarah asuransi Takaful keluarga di Palembang tentunya

harus tidak dipisahkan dari sejarah asuransi Takaful di Indonesia. Asuransi Takaful

di Indonesia baru muncul pada tahun 1994,seiring dengan diresmikannya Perseroan

Terbatas Syarikat Takaful Indonesia yang kemudiaan mendirikan dua anak

perusahaan yaitu Perseroan Terbatas Asuransi Takaful Keluarga pada tahun 1994

dan Perseroan Terbatas Asuransi Takaful umum pada tahun 1995. Gagasan dan

pemikiran mendirikan Asuransi Islam di Indonesia itu sebenarnya telah muncul sejak

lama dan pemikiran tersebut pada saat diresmikannya operasi Bank Muamalat

Indonesia pada tahun 1991.

Gagasan awal berdirinya Asuransi Islam di Indonesia berasal dari Ikatan

Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI)melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank

Muamalat Indonesia Tbk, Perseroan Terbatas Asuransi Jiwa Tugu Mandiri,

Depatermen Keuangan RI, serta beberapa pengusaha muslim Indonesia. Pada tanggal

27 Juli 1993 ICMI bersama tiga Perseroan Terbatas itu kemudian sepakat

memprakarsai pendirian Asuransi Islam di Indonesia dengan menyusun Tim

Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI).53

TEPATI itulah yang kemudian menjadi perumus dan perealisir dari berdirinya

Asuransi Takaful Indonesia (ATI) dengan mendirikan Perseroan Terbatas Takaful

53 Ahmad Djazuli dan Yadi Janwari, "Lembaga-lembaga Perekonomian Umat Sebuah Pengenalan",(Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, Cet.1 2002), hlm.130

(50)

Keluarga (Asuransi Jiwa) dan Perseroan Terbatas Takaful Umum (Asuransi

Kerugian). Langkah awal yang dilakukan TEPATI dalam membentuk Asuransi

Takaful di Indonesia adalah melakukan studi banding ke Syarikat Takaful Malaysia

Sendirian Berhad di Malaysia pada tanggal 7 sampai dengan 10 September 1993.

Hasil studi banding itu kemudian diseminarkan di Jakarta pada tanggal 19 Oktober

1993 yang merekomendasikan untuk segera dibentuk Asuransi Takaful Indonesia.54

Perseroan Terbatas Asuransi Takaful Keluarga yang bergerak di bidang

asuransi jiwa syariah didirikan pada 4 Agustus 1994 dan mulai beroperasi pada 25

Agustus 1994, yang ditandai dengan peresmian oleh Menteri Keuangan Mar’ie

Muhammad. Diikuti dengan pendirian anak perusahaan yang bergerak di bidang

asuransi umum syariah yaitu Perseroan Terbatas Asuransi Takaful Umum, yang

diresmikan oleh Menristek/ketua BPPT Prof.Dr.B.J. Habibie pada 2 Juni 1995.

Kepemilikan mayoritas saham Syarikat Takaful Indonesia saat ini di kuasai

oleh Syarikat Takaful Malaysia Berhad (56,00%) dan Islamic Development Bank

(IDB, 26,39%), sedangkan selebihnya oleh Permodalan Nasional Madani (PNM) dan

Bank Muamalat Indonesia serta Karya Abdi Bangsa dan lain-lain.55

Tahun 2004, perusahaan melakukan restrukturisasi yang berhasil menyatukan

fungsi pemasaran Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Takaful Umum sehingga

lebih efisien serta lebih efektif dalam penetrasi pasar, juga diikuti dengan peresmian

kantor pusat, Graha Takaful Indonesia di Mampang Prapatan, Jakarta pada Desember

2004. Selain itu, dilakukan pada revitalisasi identitas korporasi termasuk penataan

ruang kantor cabang di seluruh Indonesia, untuk memperkuat citra perusahaan.

54 Ibid., hlm. 131

(51)

Perseroan Terbatas Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang diresmikan pada

tanggal 1 Oktober 1995 di jalan Tasik No. 3 (Kambang Iwak) dan mulai beroperasi

pada Bulan Januari 1996. Pada Tanggal 1 Desember 2003 Perseroan Terbatas

Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang pindah alamat kantornya ke jalan

Kapten A. Rivai No.23. Kemudian pada tahun 2011, PT. Asuransi Takaful Keluarga

Cabang Palembang pindah alamat lagi ke jalan Basuki Rahmat no.3 (simpang polda)

hingga sekarang.56

Dalam meningkatkan kualitas layanan yang diberilkan perusahaan dan menjaga

konsistensinya, perusahaan memperoleh Sertifikasi ISO 90001:2000 dari SGS

JAS-ANZ, Selain itu Asuransi Takaful Umum, serta Asuransi Takaful Keluarga

memperoleh Sertifikasi ISO 9001:2000 dari Det Norske Verritas (DNV), Belanda

pada April 2004. Selain itu, atas upaya keras seluruh jajaran perusahaan, Asuransi

Takaful Keluarga meraih Majelis Ulama Indonesia Awards 2004 sebagai Asuransi

Syariah Terbaik di Indonesia.

Perseroan Terbatas Asuransi Takaful Umum memperoleh penghargaan sebagai

Asuransi Syariah Terbaik di Indonesia, dan Asuransi Takaful Umum memperoleh

penghargaan sebagai asuransi dengan predikat Sangat Bagus dari Majalah Info Bank

secara berturut-turut pada tahun 2004 dan 2005. Dengan dukungan pemerintah dan

tenaga profesional yang berkomitmen untuk mengembangkan asuransi syariah,

Syarikat Takaful Indonesia bertekad untuk menjadi perusahaan asuransi syariah

terkemuka di Indonesia.57

56 Hasil Wawancara Briliansyah, Takaful Agency Director, (Tanggal 30 Agustus 2016: 14.00) di PT. Asuransi Takaful Keluarga Cabang Pa/lembang

(52)

B. Visi dan Misi Perseroan Terbatas Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang

1. Visi

Lembaga keuangan yang konsisten menjalankan transaksi asuransi secara

Islami.Operasional perusahaan dilaksanakan atas dasar prinsip-prinsip

syariah yang bertujuan memberikan fasilitas dan pelayanan terbaik bagi

umat dan masyarakat Indonesia. Sebagai sebuah perusahaan Takaful akan

berjuang dan berkembang untuk menjadi perusahaan yang terkemuka. 58

2. Misi

a. Menyelenggarakan bisnis asuransi syariah secara profesional dengan

memiliki keunggulan dalam standar operasional dan layanan.

b. Menciptakan sumber daya manusia yang handal melalui program

pengembangan sumber daya manusia yang berkelanjutan

c. Mendayagunakan teknologi yang terintegrasi dengan berorientasi pada

pelayanan dan kecepatan, kemudahan serta informatif.59

C. Struktur Organisasi

Struktur organisasiPerseroan Terbatas Asuransi Takaful Keluarga Cabang

Palembang sebagaiberikut:

Direktur dengan sebutan Takaful Agency director (TAD) dibantu 4

(empat) manager dengan sebutan Takaful Sales Manager (TSM), pada setiap

TSM membawahi 2 ( dua) atau 3 (tiga)personil Takaful Agency Consultant.

58 Situs Resmi PT. Takaful Keluarga : http://www.takaful.co.id. /VisiMisi /Diakses pada Tanggal 25 Agustus 2016. Pukul 10.15

(53)

Bagan

Struktur organisasi PT Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang:60

Tabel 1

Personil Perseroan Terbatas Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang61

No. Nama Jabatan Tugas

organisasi keagenan pada unitnya;

g. Melakukan monitoring proses penjualan

60 Hasil Wawancara Briliansyah,Takaful Agency Director, (Tanggal 30 Agustus 2016) di PT. Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang

(54)

merekrut, membina atau memimpin;

b. Melakukan pengembangan pada organisasi keagenan pada unitnya;

a. Agen yang ada di bawah TSM atau dibawah binaan langsung keluarga dengan berbagai instansi

e. Melakukan hubungan baik dengan perbankan syariah maupun konvensional.62

(55)

Rahmawati Consultant (TFC)

E. Produk-produk Perseroan Terbatas Asuransi Takaful Keluarga cabang Palembang

Pada dasarnya segala musibah dan bencana yang menimpa manusia

merupakan qada dan qadar Allah SWT. Namun manusia (muslim) dengan

dengan berikhtiar memperkecil risiko yang timbul. Salah satu caranya yaitu

dengan menabung.Tetapi upaya tersebut sering kali tidak memadai, karena yang

harus di tanggung lebih besar dari yang diperkirakan.

Adapun produk-produk Asuransi Takaful Keluarga adalah sebagai berikut

A. Produk individual

1. Takafulink Salam merupakan program unggulan yang dirancang untuk

memberikan manfaat perlindungan jiwa dan kesehatan menyeluruh

sekaligus membantu Anda untuk berinvestasi secara optimal untuk berbagai

tujuan masa depan termasuk persiapan hari tua. Sejak mengawali

perlindungan, Takafulink Salam memberikan nilai investasi positif sejak

tahun pertama dan selanjutnya meningkat dari tahun ke tahun. Peserta

asuransi bisa memilih jenis investasi sesuai dengan profil investasi peserta

asuransi.

Takafulink Salam menawarkan empat jenis investasi yang dapat

Gambar

Perhitungan Tabel 5Mudharabah Tahun pertama

Referensi

Dokumen terkait

Masih diberikan cairan intravena pada semua anak dengan diare akut atas instruksi dokter, antibiotik dan prebiotik masih diberikan perawat memberikan edukasi mengenai

“Model Pengelolaan Hutan Pesantren (Studi Kasus di Pondok Pesantren Darunnajah 2 Cipining, Desa Argapura, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”. Di

Perilaku kawin diamati setiap hari ditandai dengan posisi mencit jantan menunggangi betinanya, berdasarkan hasil penelitian jumlah tunggangan mencit yang

Keadaan ancaman pangan juga tercermin pada masyarakat pedesaan yang mendiami wilayah perbatasan negara, yang seringkali berada dalam kondisi serba kesulitan dalah

Kompetensi petugas arsip di Pengadilan Negeri Karanganyar belum baik. Petugas arsip tidak begitu terampil dalam penggunaan teknologi dalam mengelola e-arsip selain itu

Perpaduan Adobe Flash dan Actionscript 2.0 saat ini banyak digunakan oleh para developer yang menginginkan aplikasi yang ringan dan memiliki tampilan yang bagus,

Adapun faktor T (konsentrasi) yaitu T1 (15 g), T2 (10 g), dan T3 (7 g) Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bahan pengenyal yang berbeda berpengaruh sangat nyata

Layanan BK untuk meningkatkan sikap tanggung jawab individu dalam kelompok belajar melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)