PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) SISWA SMA KELAS XI PADA TOPIK KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
LEARNING CYCLE 5E METODE PRAKTIKUM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh
UNIQUE PANGESTU
0808535
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Profil Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa SMA
Kelas XI Pada Topik Kesetimbangan Kimia Melalui
Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Metode
Praktikum
Oleh Unique Pangestu
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Unique Pangestu2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
UNIQUE PANGESTU
PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) SISWA SMA KELAS XI PADA TOPIK KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING
CYCLE 5E METODE PRAKTIKUM
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dra. Hj. Yayan Karyani, MPd NIP.19568261981012001
Pembimbing II
Dr. Yayan Sunarya, M.Si NIP. 19610208199031004
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memotret profil keterampilan proses sains dari 26 siswa SMA kelas XI pada topik faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan kimia. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif, one group posttest design. Pengumpulan data dilakukan melalui tes essay, lembar kerja siswa, lembar observasi, wawancara dan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa pada kelompok tinggi memperoleh skor tertinggi pada seluruh aspek KPS (mengamati, mengklasifikasi, menafsirkan pengamatan, memprediksi, menggunakan alat atau bahan, menerapkan konsep dan berkomunikasi). Pada siswa pada kelompok sedang memperoleh skor lebih rendah dibandingkan siswa pada kelompok rendah pada aspek menerapkan konsep. Sedangkan pada 6 aspek lainnya, kelompok sedang memperoleh skor lebih tinggi dibandingkan kelompok rendah. Secara keseluruhan, perolehan presentase keterampilan proses sains siswa sebesar 70.12%. Aspek KPS yang paling berkembang adalah KPS mengamati dengan presentase rata-rata sebesar 82.85%, dan KPS yang kurang berkembang adalah KPS memprediksi dengan presentase rata-rata sebesar 49%. Berdasarkan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa KPS siswa yang dibelajarkan melalui Learning Cycle 5E dengan metode praktikum tergolong baik.
Abstract
The aim of this study is to describe profile of 26 students’s science process skills at 11th
grade of
senior high school in the topic factors affecting chemical equilibrium. The research method was
descriptive used one group posttest design. Data collection was done through an essay test,
worksheet, observationsheet, interview, and questionnaire. The result showed that science process skill’s profile for high achiever get highest score for all science process skills (SPS) (observing, classifying, interpreting data, predicting, using experiment equipment, applying
concept and communicating) aspect. In the other hand, students in average achiever get smaller
score than students in low achiever in applying concept aspect. Whereas, in 6 other aspects, the
average achiever get higher score than low achiever. For overall, the percentage achievement of
science process skills is 70.12%. The most developed science process skills is observation aspect
with average percentage is 82.85% and the less developed is prediction aspect with average percentage is 49%. Based on the result, it could be said that student’s science process skills by Learning Cycle 5E with experimental method is in good category.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Pembatasan Masalah ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Definisi Operasional... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains ... 7
B. Metode Praktikum ... 11
C. Model Learning Cycle 5E ... 11
D. Definisi Kesetimbangan ... 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian... 31
B. Alur Penelitian ... 32
1. Tahap Persiapan ... 33
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 34
3. Tahap Pengolahan Data... 36
C. Instrumen Pengumpulan Data ... 37
D. Objek Penelitian ... 38
E. Sampel Penelitian ... 38
F. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38
G. Prosedur Pengumpul Data ... 39
H. Teknik Pengumpul Data ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KPS Secara Keseluruhan... 47
1. KPS Secara Keseluruhan... 47
B. KPS Pada Aspek yang Diteliti ... 49
1. KPS Pada Aspek Keterampilan Mengamati ... 49
a) Pada Sub Keterampilan Menggunakan Sebanyak Mungkin Indera ... 50
b) Pada Sub Keterampilan Menggunakan Fakta yang Relevan ... 53
2. KPS Pada Aspek Keterampilan Mengklasifikasi ... 56
a) Pada Sub Keterampilan Mencatat Pemgamatan Secara Terpisah. 57 b) Pada Sub Keterampilan Membandingkan ... 59
3. KPS Pada Aspek Menafsirkan Pengamatan ... 62
a) Pada Sub Keterampilan Menghubungkan Hasil-hasil Pengamatan ... 63
4. KPS Pada Aspek Keterampilan Memprediksi ... 68
a) Pada Sub Keterampilan Meramalkan Apa yang mungkin Terjadi ... 68
5. KPS Menggunakan Alat atau Bahan ... 71
a) Pada Sub Keterampilan Memakai Alat atau Bahan ... 72
b) Pada Sub Keterampilan Mengetahui Alasan Menggunakan Alat atau Bahan ... 75
6. KPS Menerapkan Konsep ... 78
a) Pada Sub Keterampilan Menerapkan Konsep Pada Situasi Baru . 79 b) Pada Sub Keterampilan Menerapkan Konsep untuk Menjelaskan Apa yang sedang Terjadi ... 81
7. KPS Berkomunikasi ... 84
a) Pada Sub Keterampilan Menggambarkan Hasil Pengamatan dengan Grafik atau Tabel ... 85
b) Pada Sub Keterampilan Mendiskusikan Hasil Percobaan ... 87
C. Respon Siswa Terhadap Model Learning Cycle 5E ... 91
1. Hasil Pengolahan Angket Siswa ... 92
D. Pemetaan KPS Terhadap Fase-Fase yang terdapat dalam Model Learning Cycle 5E ... 96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 109
B. Saran ... 110
DAFTAR PUSTAKA ... 111
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 114
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Keterampilan Proses Sains dan Sub Keterampilan Proses 9 Sains
Tabel 2.2. Sintaks Model Learning Cycle 5E 15
Tabel 2.3. Pemetaan Pengembangan Keterampilan Proses Sains (KPS) 18
dalam Tahapan Model Learning Cycle 5E
Tabel 3.1. Instrumen Pengumpul Data 37
Tabel 3.2. Interpretasi Tingkat Kesukaran 43
Tabel 3.3. Daya Pembeda 44
Tabel 3.4. Interpretasi Skor Post test 44
Tabel 4.1. Jadwal Penelitian 46
Tabel 4.2. Nilai Keterampilan Menggunakan Sebanyak Mungkin 51
Indera
Tabel 4.3. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Menggunakan 52
Sebanyak Mungkin Indera
Tabel 4.4. Nilai Keterampilan Menggunakan Fakta yang Relevan 53
Tabel 4.5. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Menggunakan 54
Tabel 4.6. Nilai Keterampilan Pada Keterampilan Mencatat 57
Pengamatan Secara Terpisah
Tabel 4.7. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Mencatat 58
Pengamatan Secara Terpisah
Tabel 4.8. Nilai Keterampilan Membandingkan 59
Tabel 4.9. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Membandingkan 60
Tabel 4.10 Nilai Keterampilan Menghubungkan Hasil-hasil pengamatan 63
Tabel 4.11 Sebaran Siswa Pada Keterampilan Menghubungkan 64
Hasil-hasil pengamatan
Tabel 4.12. Nilai Keterampilan Menyimpulkan 65
Tabel 4.13. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Menyimpulkan 66
Tabel 4.14 Nilai Keterampilan Memprediksi 68
Tabel 4.15. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Memprediksi 69
Tabel 4.16. Nilai Keterampilan Memakai Alat atau bahan 73
Tabel 4.17. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Memakai 74
Alat atau Bahan
Tabel 4.18 Nilai Keterampilan Mengetahui Alasan Menggunakan 75
Tabel 4.19 Sebaran Nilai Keterampilan Mengetahui Menggunakan 76
Alat atau Bahan
Tabel 4.20. Nilai Keterampilan Menerapkan Konsep Pada Situasi Baru 79
Tabel 4.21. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Menerapkan Konsep 80
Pada Situasi Baru
Tabel 4.22. Nilai Keterampilan Menerapkan Konsep untuk Menjelaskan 81
Apa yang Sedang Terjadi
Tabel 4.23. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Menerapkan Konsep 82
untuk Menjelaskan Apa yang Sedang Terjadi
Tabel 4.24. Nilai Keterampilan Menggambarkan Hasil Pengamatan 86
Dengan Grafik atau Tabel
Tabel 4.25. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Menggambarkan Hasil 86
Pengamatan Dengan Grafik atau Tabel
Tabel 4.26. Nilai Keterampilan Mendiskusikan Hasil Percobaan 88
Tabel 4.27. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Mendiskusikan 89
Hasil Percobaan
Tabel 4.28 Hasil Pengolahan Angket Respon Siswa Terhadap Model 92
Tabel 4.29 Pemetaaan KPS dengan Fase-Fase Belajar yang Terdapat 96
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pengaruh Perubahan Konsentrasi Terhadap Pergeseran Kesetimbangan
27
Gambar 2.2 Analogi Pengaruh Tekanan atau Volume Terhadap Pergeseran Kesetimbangan
28
Gambar 2.3 Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Warna Gas NO2
29
Gambar 3.1 Alur Penelitian 32
Gambar 4.1 Jadwal Penelitian 46
Gambar 4.2 Nilai Keterampilan Proses Sains (KPS) Keseluruhan
47
Gambar 4.3 Nilai Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa pada Setiap Aspek dalam Tiga Kategori Kelompok
48
Gambar 4.4 Pencapaian Siswa Pada KPS Mengamati 49
Gambar 4.5 Pencapaian Tiap Ketegori Siswa pada Setiap Sub KPS Pada Keterampilan Mengamati
55
Gambar 4.6 Gambar 4.7
Pencapaian Siswa Pada KPS Mengklasifikasi
Pencapaian Tiap Ketegori Siswa pada Setiap Sub KPS Pada Keterampilan Mengklasifikasi
56
61
Gambar 4.8 Pencapaian Siswa Pada KPS Menafsirkan Pengamatan
62
Gambar 4.9 Pencapaian Tiap Ketegori Siswa pada Setiap Sub KPS Pada Keterampilan Menafsirkan Pengamatan
67
Gambar 4.10 Pencapaian Tiap Ketegori Siswa pada Keterampilan Memprediksi
Gambar 4.13 Pencapaian Siswa Pada Keterampilan Menerapkan Konsep
78
Gambar 4.14 Pencapaian Tiap Ketegori Siswa pada Setiap Sub KPS Pada Keterampilan Menerapkan Konsep
83
Gambar 4.15 Pencapaian Siswa Pada Keterampilan Berkomunikasi
84
Gambar 4.16 Pencapaian Tiap Ketegori Siswa pada Setiap Sub Keterampilan Berkomunikasi
90
Gambar 4.17 Hasil Angket 95
Gambar 4.11 Pencapaian Siswa Pada Keterampilan Menggunakan Alat atau Bahan
71
Gambar 4.12 Pencapaian Tiap Ketegori Siswa pada Setiap Sub KPS Pada Keterampilan Menggunakan Alat atau Bahan
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
1. RPP Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan 114
2. Hasil Optimalisasi Alat 127
3. Lembar Kerja Siswa 129
4. Soal Test Tertulis 139
5. Kunci Jawaban LKS 141
6. Kunci Jawaban Soal Test Tertulis 144
LAMPIRAN B
1. Kisi-kisi Instrumen 146
2. Pedoman Observasi 152
3. Standar Penilaian KPS 154
4. Pedoman Wawancara 167
5. Angket 168
LAMPIRAN C
1. Data Pengelompokkan Siswa 171
2. Data Hasil KPS Secara Keseluruhan 173
3. Data Hasil KPS Mengamati 174
4. Data Hasil KPS Mengklasifikasi 181
5. Data Hasil KPS Menafsirkan Pengamatan 188
6. Data Hasil KPS Menggunakan Alat atau Bahan 194
7. Data Hasil KPS Memprediksi 199
8. Data Hasil KPS Menerapkan Konsep 202
10.Transkrip Wawancara 217
LAMPIRAN D
1. Surat Izin Melaksanakan Penelitian 223
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laju perkembangan IPTEK yang pesat serta muatan dalam KTSP menuntut dunia pendidikan mampu menghasilkan siswa aktif yang dapat mengembangkan seluruh potensinya secara optimal. Permasalahan yang sering dihadapi selama pembelajaran, siswa tidak berpartisipasi secara aktif dan belum menggunakan keterampilan proses sains yang dimilikinya secara optimal.
KPS sangat penting, karena menurut Rustaman (2005) KPS merupakan seluruh keterampilan yang melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlihat dalam keterampilan proses karena siswa menggunakan alat dan bahan, pengukuran, dan penyusunan alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses sains misalnya mendiskusikan hasil pengamatan. Artinya, KPS merupakan seluruh keterampilan siswa pada saat pembelajaran sains yang menunjang siswa dalam proses pemerolehan ilmu.
2
Profil merupakan informasi atau tampilan kemampuan siswa yang disajikan serinci mungkin. Penelitian terdahulu mengenai profil keterampilan proses sains siswa SMA jarang diulas. Adapun penelitian terdahulu tentang KPS adalah sebagai berikut:
1. The Effect of Scientific Process Skills Education on Student’s Scientific Creativity, Science Attitude and Academic Achievement oleh Aktamis (2008) diperoleh kesimpulan bahwa siswa pada kelompok eksperimen lebih baik pencapaiannya pada perolehan skor dan kreativitas sainsnya, sementara sikap ilmiah kelompok eksperimen tidak jauh berbeda dengan kelompok kontrol.
2. The Level Science Process Skills of Science Student’s in Turkey oleh Tanriverdi (2008) diperoleh kesimpulan bahwa pada mahasiswa yang berasal dari 7 kampus berbeda, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan level KPS pada 2 dari 8 indikator KPS yakni: pada indikator menentukan variabel dan berinkuiri.
3. How Preservice’s Teacher’s Understand and Perform Science
Skills oleh Chabalengula (2011) diperoleh kesimpulan bahwa pengetahuan konsep yang dimilik guru tergolong kurang, namun penampilan keterampilan proses sains yang dimiliki guru lebih baik berdasarkan test KPS.
Dengan demikian perlu adanya suatu pembelajaran yang melatihkan keterampilan proses sains karena dengan pembelajaran melatihkan keterampilan proses sains siswa bukan hanya dilatih aspek intelektual saja, melainkan seluruh keterampilan yang mencangkup keterampilan intelektual, manual, dan sosial.
3
Salah satunya dapat melalui Model Learning Cycle 5E yang tidak lagi berupa transfer ilmu kepada siswa, tetapi berorientasi pada keaktifan siswa dalam pemerolehan ilmu.
Dalam pembelajaran kimia, kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan keterampilan proses sains dapat melalui metode praktikum. Kelebihan metode praktikum dibandingkan metode lain adalah pada metode praktikum, keterampilan proses sains setiap siswa lebih terasah, dikarenakan pada metode praktikum, siswa diberi kesempatan untuk menggunakan keterampilan kognitif, psikomorik dan sosial. Sehingga melalui metode praktikum, potensi siswa pada seluruh aspek dapat tergali. Hal ini sejalan dengan yang di kemukakan oleh Subiantoro (2009) bahwa berdasarkan terminologinya, praktikum dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang memungkinkan siswa mengembangkan berbagai keterampilannya.
Beberapa penelitian terdahulu mengenai praktikum telah dilakukan oleh Iskandar dan Hidayat (2007), Lestari (2007), Tarigan (2009) membuktikan melalui metode praktikum hampir semua jenis KPS dapat digunakan dan dikembangkan.
Beradasarkan latar belakang tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul: ”Profil Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa SMA Kelas XI Pada Topik Kesetimbangan Kimia Melalui
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimana profil keterampilan proses sains siswa SMA kelas XI pada topik kesetimbangan
kimia yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Learning Cycle 5E
metode praktikum?”
Untuk memperjelas arah penelitian, maka rumusan masalah di atas dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1) Bagaimana profil keterampilan proses sains kelompok siswa tinggi, sedang, dan rendah secara keseluruhan pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan melalui model pembelajaran Learning Cycle 5E metode praktikum?
2) Keterampilan proses sains mana yang paling berkembang dan kurang berkembang pada kelompok siswa tinggi, sedang, dan rendah pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan melalui model pembelajaran Learning Cycle 5E metode praktikum?
C. Tujuan Penelitian
1) Mengetahui gambaran mengenai keterampilan proses siswa kelas XI pada submateri faktor-faktor yang mempengaruhi arah pergeseran kesetimbangan.
2) Memperoleh informasi tentang komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran dengan penerapan model Learning Cycle 5E dan metode praktikum pada siswa SMA kelas XI pada submateri faktor-faktor yang mempengaruhi arah pergeseran kesetimbangan.
D. Pembatasan Masalah
1) Materi yang diteliti pada penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan.
5
E. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan yaitu sebagai berikut.
1) Bagi peserta didik, diharapkan dapat memberi informasi tentang melatih keterampilan proses sains (keterampilan mengamati, keterampilan mengklasifikasi, keterampilan menafsirkan pengamatan, keterampilan menggunakan alat dan bahan, keterampilan memprediksi, keterampilan menerapkan konsep, dan keterampilan berkomunikasi) serta memberikan pengalaman baru dalam pembelajaran yang menggunakan metode praktikum.
2) Bagi tenaga pengajar, diharapkan dapat menjadi masukan dalam memperluas pengetahuan tentang keterampilan proses sains (keterampilan mengamati, keterampilan mengklasifikasi, keterampilan menafsirkan pengamatan, keterampilan menggunakan alat dan bahan, keterampilan memprediksi, keterampilan menerapkan konsep, dan keterampilan berkomunikasi) dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran kimia.
3) Sebagai bahan informasi lebih lanjut tentang penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E.
F. Definisi Operasional
1) Profil adalah informasi atau tampilan kemampuan siswa yang disajikan serinci mungkin.
6
melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan.
3) Metode Praktikum adalah metode yang berfungsi menunjang kegiatan proses belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan prinsip-prinsip yang dikembangkan (Arifin dkk, 2000).
4) Learning Cycle 5E merupakan suatu model yang memiliki ciri khas berupa fase-fase sebagai berikut:
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Metode deskriptif adalah cara menggambarkan sesuatu apa
adanya dengan perhitungan statistika seperti frekuensi dan lainnya (Sugiyono, 2010).
B. Alur Penelitan
32
Analisis Standar Isi Kimia SMA berdasarkan KTSP
Studi Kepustakaan Mengenai Model Learning Cycle 5E
Studi Kepustakaan Keterampilan Proses Sains Siswa
Studi kepustakaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran arah Kesetimbangan
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan
Pembuatan Lembar Observasi, Angket, Pedoman Wawancara
Validasi Instrumen Penelitian
Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Learning
Cycle 5E Observasi
33
Berdasarkan alur penelitian pada gambar 3.1, tahap-tahap penelitian dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan analisis materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan berdasarkan standar isi.
b. Melakukan studi kepustakaan mengenai model pembelajaran Learning Cycle 5E dalam pembelajaran kimia.
c. Mengkaji keterampilan proses sains dari berbagai buku sumber dan jurnal-jurnal penelitian.
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta LKS yang mengacu pada model pembelajaran Learning Cycle 5E.
e. Membuat prosedur praktikum dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E yang kemudian dibuat dalam LKS.
f. Kaji ulang LKS dan lembar tes tulis. Kaji ulang LKS ini dilakukan bersamaan dengan uji coba prosedur praktikum. Uji coba prosedur praktikum dilakukan untuk memperoleh prosedur yang baik dan benar.Pada tahap ini juga dilakukan pembuatan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang dibuat adalah lembar penilaian jawaban siswa pada LKS dan tes tertulis, pedoman mengamati, dan pedoman wawancara dengan mengacu kepada RPP yang telah dikembangkan.
34
Bandung. Kegiatan yang dilaksanakan selama uji coba di lapangan adalah sebagai berikut:
Peneliti melaksanakan pembelajaran di kelas melalui metode praktikum dengan menggunakan prosedur praktikum yang telah dikembangkan. Uji lapangan dilakukan di satu kelas. Pelaksanaan praktikum dilakukan oleh siswa berdasarkan prosedur praktikum yang dikembangkan.
Revisi dan penyempurnaan prosedur praktikum dalam bentuk LKS.
h. Analisis instrumen yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen dalam mengukur keterampilan proses sains siswa pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan kimia. Yaitu dengan cara menyesuaikan instrumen dengan keterampilan proses sains siswa yang diteliti pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan kimia, instrumen penelitian tersebut dapat digunakan pada tahap pelaksanaan. Namun jika instrumen penelitian yang dibuat belum sempurna atau belum sesuai dengan tujuan penelitian, maka perlu dikaji ulang, sehingga penelitian kembali ke tahap pengkajian ulang instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian akan dilakukan pada bulan Desember 2012. Pada tahapan ini ada beberapa tahap yang akan dilaksanakan, diantaranya:
35
akan dilakukan sebagai metode yang akan menggali KPS siswa. Selanjutnya, peneliti bersama dengan guru kimia mendiskusikan skenario rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan kimia. Setelah RPP dan LKS yang akan digunakan pada penelitian di setujui, selanjutnya menentukan kelas yang akan dijadikan tempat penelitian. Peneliti mengelompokkan siswa dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan rata-rata dari hasil ujian sebelumnya. Setiap kelompok siswa pada saat praktikum terdiri dari siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. Setelah siswa dikelompokkan barulah dilakukan pembelajaran. b. Memberikan perlakuan, yaitu kegiatan pembelajaran dengan
Model Learning Cycle 5E. Selama proses pembelajaran siswa di observasi keterampilan proses sainsnya menggunakan pedoman observasi. Setelah pembelajaran selesai siswa diberi tes tertulis untuk mengukur salah satu keterampilan yang tidak dapat diukur dalam LKS, yaitu keterampilan menerapkan konsep dan berkomunikasi lisan.
c. Melakukan tes akhir (postest) kepada kelompok siswa tersebut sebagai upaya untuk mengukur keterampilan proses sains setelah diberi perlakuan.
d. Setelah postes, siswa di beri angket untuk diisi serta di wawancara berkaitan dengan kegiatan pembelajarn yang telah berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagian mana yang sukar di lakukan atau dipahami.
e. Mengolah data hasil penelitian berupa tes akhir, serta menganalisis hasil observasi.
36
3. Tahap Pengolahan Data
a. Mengolah data hasil penelitian
Data yang didapatkan dari pedoman observasi dan lembar penilaian LKS dan lembar soal tes tertulis diolah ke dalam bentuk tabel dan grafik.
b. Menganalisis dan membahas temuan hasil penelitian
Temuan hasil penelitian kemudian dianalisis dan dibahas. Hasil angket dan wawancara digunakan sebagai data tambahan dalam pembahasan hasil penelitian.
c. Menarik kesimpulan hasil penelitian
Tahap terakhir yang dilakukan adalah menarik kesimpulan. Kesimpulan yang dibuat harus berdasar kepada tujuan penelitian.
C. Instrumen Penelitian
37
Tabel 3.1
Instrumen Pengumpul Data
Instrumen Bentuk Data yang
Diperoleh
Sub KPS yang
Di gali
LKS Skor Keterampilan
mengamati,keterampilan
mengelompokkan, keterampilan
menafsirkan pengamatan,
keterampilan menggunakan alat
dan bahan, keterampilan
menerapkan konsep, dan
keterampilan berkomunikasi
Lembar Observasi Catatan hasil
pengamatan
Keterampilan mengamati, dan
keterampilan menggunakan alat
dan bahan
Lembar Tes Tertulis Skor Keterampilan
mengamati,keterampilan
mengklasifikasi, keterampilan
menafsirkan pengamatan,
keterampilan menggunakan alat
38
meramalkan, keterampilan
menerapkan konsep, dan
keterampilan berkomunikasi
Pedoman Wawancara Hasil wawancara Keterampilan menggunakan alat
dan bahan, dan keterampilan
menerapkan konsep
Angket Data hasil pengisian
angket
Kesulitan siswa dalam
menggunakan berbagai KPS
yang dimiliknya
D. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah siswa kelas XI di salah satu SMA di kota Bandung.
E. Sampel Penelitian
Sampel penelitian terdiri dari siswa SMA kelas XI sebanyak 26 orang dan belum pernah mengikuti pembelajaran materi kesetimbangan, sampel dipilih tanpa metode acak. Pengelompokkan sampel terdiri atas satu kelas tanpa kelas kontrol.
F. Waktu dan Tempat Penelitian
39
G. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data selama pembelajaran kegiatan praktikum yang dilakukan siswa diamati secara langsung oleh para observer untuk memperoleh informasi mengenai gambaran keterampilan proses sains siswa. Setelah pembelajaran selesai, jawaban atas pertanyaan dalam LKS dikumpulkan untuk memperoleh informasi gambaran keterampilan proses sains yang tidak diperoleh melalui pedoman mengamati. Setelah itu, dilakukan tes tulis untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai materi pergeseran kesetimbangan. Setelah kegiatan pembelajaran, dilakukan posttest. Terakhir dilakukan wawancara dan pengisian angket terhadap siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah.
H. Teknik Pengolahan Data
Sebelum instrumen digunakan, dilakukan pengelompokkan siswa terlebih dahulu . Pengelompokkan dengan cara statistik dilakukan dengan menghitung rata-rata nilai ulangan harian mata pelajaran kimia, dan standar deviasi. Adapun rumus untuk mencari rata-rata (mean) yaitu: Mean = (Arikunto, 2009)
Keterangan :
∑ X : Jumlah skor
N : Jumlah siswa
Rumus untuk mencari standar deviasi adalah: SD = √ ( Arikunto, 2009)
Keterangan :
SD : Standar deviasi
: tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi N
40
Setelah itu, di lakukan pengelompokkan siswa dengan rumus: Batas atas = X +SD
Batas bawah = X- SD
Kemudian, dilakukan terlebih dahulu uji validitas konsultasi dengan ahli yakni kimia. Kemudian dilakukan uji statistik berupa uji validitas, uji reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Berikut dijelaskan mengenai uji statistik tersebut.
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk melihat apakah soal yang dibuat tersebut sahih atau tidak. Validitas dilakukan dengan cara membandingkan skor peserta didik yang didapat dalam tes dengan skor yang diangap sebagai nilai baku. Jika suatu tes dapat memberikan informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, maka tes tersebut dikatakan valid untuk tujuan tertentu (Arifin, 2009).
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Effendi, 1995). Instrumen yang valid adalah alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Langkah-langkah mengukur validitas:
a. mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur b. melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden
c. mempersiapkan tabulasi jawaban
d. menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi product moment, yaitu:
41
N = jumlah sampel
X = skor butir tiap responden Y = total skor butir tiap responden
Angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik dari tabel product moment. Bila nilai r positif dan ruji>rtabel , maka item tersebut valid. Item-item pertanyaan yang signifikan atau valid berarti pertanyaan-pertanyaan tersebut memiliki validitas konstruk (terdapat konsistensi internal). Sedangkan jika r negatif dan ruji< rtabel, maka item tersebut dinyakan tidak valid.Nilai korelasi yang negatif menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut bertentangan dengan pertanyaan lainnya.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen.
Suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan
pada kelas yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda (Arifin, 2009).
Reabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Ada beberapa teknik yang dapat
digunakan untuk menghitung indeks realibilitas, antara lain Test-Retest (stability),
Split-half (teknik belah dua) dan Alpha-Cronbach. Dalam penelitian ini, teknik
42
Rumus untuk menghitung koefisien reliabilitas instrumen dengan menggunakan
Alpha-Cronbach adalah sebagai berikut:
(Ghozali, 2002)
Nilai-nilai untuk pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor item
kuesioner yang valid. Item yang tidak valid tidak dilibatkan dalam pengujian
reliabilitas.Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien
yang diperoleh >0,50 (Ghozali, 2002). Ada pendapat lain yang mengemukakan
baik atau buruknya reliabilitas instrumen dapat dikonsultasikan dengan nilai r
tabel. Jika nilai Alpha-Cronbachlebih besar dari nilai r tabel maka instrumen
tersebut dapat dikatakan reliabel.
3. Pengolahan Hasil Postest
a. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran menunujkan sukar atau mudahnya soal. Unuk menentukan indeks kesukaran, dapat digunakan rumus:
P = B JS Dengan:
P = Indeks kesukaran
43
interpretasikan indeks tingkat kesukaran menurut Arikunto (2009) terdapat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Interpretasi Tingkat Kesukaran
Nilai P Interpretasi
0-0,3 Sukar
0,31-0,7 Sedang
0,71-1,00 Mudah
b. Daya Pembeda
Daya pembeda soal digunakan untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.Peserta tes dikelompokkan menjadi kelompok atas(A), dan kelompok bawah (B).
Menggunakan rumus: PA =BA dan PB =BB JA JB Dengan:
PA :Indeks kesukaran pada kelompok A PB :Indeks kesukaran pada kelompok B
BA :Jumlah skor yang diperoleh siswa pada kelompok A BB :Jumlah skor yang diperoleh siswa pada kelompok B JA :Skor total pada kelompok A
JB :Skor total pada kelompok B
Setelah diketahui PA dan PB, kita dapat tentukan daya pembeda dengan menggunakan rumus:
D= PA-PB
44
Tabel 3.3 Interpretasi Daya Pembeda
Nilai P Interpretasi
0-0,20 Jelek
0,21-0,40 Cukup
0,41-0,70 Baik
0,71-1,00 Baik sekali
Bertanda negatif
Tidak baik
c. Data yang diperoleh dari tes berupa skor posttest. Dari skor ini dihitung rata-ratanya sehingga diperoleh rata-rata skor posttest.
d. Untuk menghitung nilai skor postest, maka skor tersebut harus diubah ke dalam bentuk persen dengan cara:
% skor = skor yang diperoleh x 100% skor maksimal
Tabel 3.4 Interpretasi Persen Skor Postest
%Rata-rata Kriteria
80,01%-100% Sangat Tinggi
60,01%-80,00% Tinggi
40,01%-60% Sedang
20,01%-40,00% Rendah
45
4. Pengolahan Data Hasil Observasi
% skor = skor yang diperoleh x 100%
skor maksimal
5. Pengolahan angket
Jenis angket yang digunakan pada penelitian ini adalah menurut Ridwan (2005). Penentuan bobot dilakukan dengan memberikan skor 4-3-2-1. Skor 4 untuk jawaban sangat setuju, skor 3 untuk jawaban setuju, skor 2 untuk jawaban tidak setuju, skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju.
Untuk menghitung hasil angket siswa digunakan rumus:
Keterangan:
f= frekuensi alternatif jawaban
x= skor
n= jumlah sampel
6. Hasil wawancara
1. mengubah hasil wawancara dari lisan menjadi tulisan. 2. menganalisis hasil wawancara.
109
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dari temuan penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Profil Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa kelas XI di sekolah tempat dilaksanakan penelitian, pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan siswa kelompok tinggi memperoleh skor tertinggi pada seluruh aspek KPS (KPS mengamati, mengklasifikasi, menfasirkan pengamatan, memprediksi, menggunakan alat atau bahan, menerapkan konsep dan berkomunikasi). Sedangkan siswa pada kelompok sedang memperoleh skor yang lebih rendah dibandingkan kelompok rendah pada aspek KPS menerapkan konsep. Untuk 6 aspek KPS lainnya, kelompok sedang memperoleh skor lebih tinggi dibandingkan kelompok rendah. Didukung oleh angket dan hasil wawancara terungkap bahwa KPS yang paling berkembang adalah KPS mengamati.
2a. Keterampilan proses sains yang paling berkembang pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan hasil observasi dan wawancara adalah pada KPS mengamati sub keterampilan menggunakan sebanyak mungkin indera dengan perolehan pada siswa kelompok tinggi sebesar 94.86%, siswa kelompok sedang sebesar 86.54%, siswa kelompok rendah sebesar 83.75%. Ketiga kelompok memperoleh presentase dengan kategori sangat baik. Sedangkan berdasarkan hasil pengolahan angket, diperoleh data bahwa siswa merasa mudah dalam KPS mengklasifikasi dengan presentase siswa yang menjawab mudah sebesar 85.79%.
110
siswa kelompok sedang sebesar 48.48% tergolong cukup, pada siswa kelompok rendah sebesar 41.67% tergolong kurang. Melalui hasil pengolahan angket dan wawancara, terungkap bahwa keterampilan menggunakan alat atau bahan dan keterampilan mengeluarkan pendapat dirasa sulit oleh seluruh siswa. Berdasarkan angket pula, diperoleh data bahwa keterampilan menyimpulkan dirasa sulit oleh siswa kelompok sedang dan rendah.
Saran
1. Bagi guru disarankan untuk menggunakan model Learning Cycle 5E dengan metode praktikum pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan, karena berdasarkan hasil penelitian, melalui pembelajaran Learning Cycle 5E metode praktikum, banyak keterampilan proses sains dapat
dikembangkan.
2. Agar tercipta dinamika selama pembelajaran, hendaknya setiap anggota kelompok praktikum memiliki kemampuan dan keterampilan yang heterogen. Dengan demikian, siswa yang tergolong kurang terangsang untuk aktif dan bisa belajar meningkatkan keterampilan yang dimilikinya kepada siswa yang memiliki banyak KPS.
111
Unique Pangestu, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Muhtadi. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Topik Wujud Zat Dan Perubahannya Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. Tesis: Tidak diterbitkan.
Abraham, M. R., & Renner, J. W. (1986). The Sequence of Learning Cycle Activities in HighSchool Chemistry. Journal of Research in Science Teaching, 23(2), 121-143.
Aktamis, Hilal. (2008). The Effect of Scientific Process Skills Education on
Student’s Creativity, Science Attitudes and Academic Achievements. Asia
Pasific Forum on Science Learning Teaching, Vol.9 Issue1.
Annisa, Citra. (2012). Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Kelas XI Pada Materi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi. Skripsi
Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Aunurrahman. ( 2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Bybee, R.W.. & Taylor A.J. (2006). The BSCS 5E Instructional Model : Origins, Effectiveness and Aplications. Diunduh pada 3 Maret 2012 dari http://
www.bscs.org/pdf/bscs5eexecsummary.pdf
112
Unique Pangestu, 2013
Chabalengula,Vivien. (2011). How Preservice’s Teacher’s Understand and Perform Science Skills. Southern Illinois University Carbondale, USA.
Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2012,
8(3), 167-176.
Dahar, R.W. (1985). Kesiapan Guru Mengajar Di Sekolah Dasar Ditinjau Dari Segi Pengembangan Keterampilan Proses Sains (suatu studi iluminatif
tentang proses belajar mengajar sains di kelas 4,5, dan 6 sekolah dasar.
Disertasi Doktor pada FPS IKIP. Bandung: Tidak diterbitkan.
Devi, K.Popy. (2010). Keterampilan Proses Sains Dalam Pembelajaran IPA. Jakarta: PPPTK IPA.
Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Fay, McMurry. (2008). Chemistry Fourth Edition. TOC.
Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education (second ed.). New York: McGraw-Hill Book Co.
Haryono. (2006). Model Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses. Semarang: UNNES. Jurnal Pendidikan Dasar.
Hunt, Kendall. (1995). Science for Life and Living: Integrating Science, Technology and Health by BSCS (Biological Science Curriculum Studies).
Lorsbach, Anthony W. (2006). The Learning Cycle as a Tool for Planning Science Instruction. Illinois State University. Vol 1:1-2.
113
Unique Pangestu, 2013
Semiawa, C. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?. Jakarta: Gramedia.
Permana, Ivan. (2009).aKimia SMA/MA Kelas XI. Bandung: PT.Intan Pariwara.
Purba, Michael. (1995). Buku pelajaran Kimia SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Sunarya, Yayan & Setiabudi, Agus. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung: PT. Setia Purna Inves.