• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) SISWA SMA KELAS XI PADA TOPIK KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E METODE PRAKTIKUM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) SISWA SMA KELAS XI PADA TOPIK KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E METODE PRAKTIKUM."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) SISWA SMA KELAS XI PADA TOPIK KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

LEARNING CYCLE 5E METODE PRAKTIKUM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh

UNIQUE PANGESTU

0808535

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Profil Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa SMA

Kelas XI Pada Topik Kesetimbangan Kimia Melalui

Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Metode

Praktikum

Oleh Unique Pangestu

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Unique Pangestu2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

UNIQUE PANGESTU

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) SISWA SMA KELAS XI PADA TOPIK KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING

CYCLE 5E METODE PRAKTIKUM

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dra. Hj. Yayan Karyani, MPd NIP.19568261981012001

Pembimbing II

Dr. Yayan Sunarya, M.Si NIP. 19610208199031004

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

(4)
(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memotret profil keterampilan proses sains dari 26 siswa SMA kelas XI pada topik faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan kimia. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif, one group posttest design. Pengumpulan data dilakukan melalui tes essay, lembar kerja siswa, lembar observasi, wawancara dan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa pada kelompok tinggi memperoleh skor tertinggi pada seluruh aspek KPS (mengamati, mengklasifikasi, menafsirkan pengamatan, memprediksi, menggunakan alat atau bahan, menerapkan konsep dan berkomunikasi). Pada siswa pada kelompok sedang memperoleh skor lebih rendah dibandingkan siswa pada kelompok rendah pada aspek menerapkan konsep. Sedangkan pada 6 aspek lainnya, kelompok sedang memperoleh skor lebih tinggi dibandingkan kelompok rendah. Secara keseluruhan, perolehan presentase keterampilan proses sains siswa sebesar 70.12%. Aspek KPS yang paling berkembang adalah KPS mengamati dengan presentase rata-rata sebesar 82.85%, dan KPS yang kurang berkembang adalah KPS memprediksi dengan presentase rata-rata sebesar 49%. Berdasarkan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa KPS siswa yang dibelajarkan melalui Learning Cycle 5E dengan metode praktikum tergolong baik.

(6)

Abstract

The aim of this study is to describe profile of 26 students’s science process skills at 11th

grade of

senior high school in the topic factors affecting chemical equilibrium. The research method was

descriptive used one group posttest design. Data collection was done through an essay test,

worksheet, observationsheet, interview, and questionnaire. The result showed that science process skill’s profile for high achiever get highest score for all science process skills (SPS) (observing, classifying, interpreting data, predicting, using experiment equipment, applying

concept and communicating) aspect. In the other hand, students in average achiever get smaller

score than students in low achiever in applying concept aspect. Whereas, in 6 other aspects, the

average achiever get higher score than low achiever. For overall, the percentage achievement of

science process skills is 70.12%. The most developed science process skills is observation aspect

with average percentage is 82.85% and the less developed is prediction aspect with average percentage is 49%. Based on the result, it could be said that student’s science process skills by Learning Cycle 5E with experimental method is in good category.

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Pembatasan Masalah ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Definisi Operasional... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains ... 7

B. Metode Praktikum ... 11

C. Model Learning Cycle 5E ... 11

D. Definisi Kesetimbangan ... 26

(8)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian... 31

B. Alur Penelitian ... 32

1. Tahap Persiapan ... 33

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 34

3. Tahap Pengolahan Data... 36

C. Instrumen Pengumpulan Data ... 37

D. Objek Penelitian ... 38

E. Sampel Penelitian ... 38

F. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

G. Prosedur Pengumpul Data ... 39

H. Teknik Pengumpul Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KPS Secara Keseluruhan... 47

1. KPS Secara Keseluruhan... 47

B. KPS Pada Aspek yang Diteliti ... 49

1. KPS Pada Aspek Keterampilan Mengamati ... 49

a) Pada Sub Keterampilan Menggunakan Sebanyak Mungkin Indera ... 50

b) Pada Sub Keterampilan Menggunakan Fakta yang Relevan ... 53

2. KPS Pada Aspek Keterampilan Mengklasifikasi ... 56

a) Pada Sub Keterampilan Mencatat Pemgamatan Secara Terpisah. 57 b) Pada Sub Keterampilan Membandingkan ... 59

3. KPS Pada Aspek Menafsirkan Pengamatan ... 62

a) Pada Sub Keterampilan Menghubungkan Hasil-hasil Pengamatan ... 63

(9)

4. KPS Pada Aspek Keterampilan Memprediksi ... 68

a) Pada Sub Keterampilan Meramalkan Apa yang mungkin Terjadi ... 68

5. KPS Menggunakan Alat atau Bahan ... 71

a) Pada Sub Keterampilan Memakai Alat atau Bahan ... 72

b) Pada Sub Keterampilan Mengetahui Alasan Menggunakan Alat atau Bahan ... 75

6. KPS Menerapkan Konsep ... 78

a) Pada Sub Keterampilan Menerapkan Konsep Pada Situasi Baru . 79 b) Pada Sub Keterampilan Menerapkan Konsep untuk Menjelaskan Apa yang sedang Terjadi ... 81

7. KPS Berkomunikasi ... 84

a) Pada Sub Keterampilan Menggambarkan Hasil Pengamatan dengan Grafik atau Tabel ... 85

b) Pada Sub Keterampilan Mendiskusikan Hasil Percobaan ... 87

C. Respon Siswa Terhadap Model Learning Cycle 5E ... 91

1. Hasil Pengolahan Angket Siswa ... 92

D. Pemetaan KPS Terhadap Fase-Fase yang terdapat dalam Model Learning Cycle 5E ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 109

B. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 111

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 114

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Keterampilan Proses Sains dan Sub Keterampilan Proses 9 Sains

Tabel 2.2. Sintaks Model Learning Cycle 5E 15

Tabel 2.3. Pemetaan Pengembangan Keterampilan Proses Sains (KPS) 18

dalam Tahapan Model Learning Cycle 5E

Tabel 3.1. Instrumen Pengumpul Data 37

Tabel 3.2. Interpretasi Tingkat Kesukaran 43

Tabel 3.3. Daya Pembeda 44

Tabel 3.4. Interpretasi Skor Post test 44

Tabel 4.1. Jadwal Penelitian 46

Tabel 4.2. Nilai Keterampilan Menggunakan Sebanyak Mungkin 51

Indera

Tabel 4.3. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Menggunakan 52

Sebanyak Mungkin Indera

Tabel 4.4. Nilai Keterampilan Menggunakan Fakta yang Relevan 53

Tabel 4.5. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Menggunakan 54

(11)

Tabel 4.6. Nilai Keterampilan Pada Keterampilan Mencatat 57

Pengamatan Secara Terpisah

Tabel 4.7. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Mencatat 58

Pengamatan Secara Terpisah

Tabel 4.8. Nilai Keterampilan Membandingkan 59

Tabel 4.9. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Membandingkan 60

Tabel 4.10 Nilai Keterampilan Menghubungkan Hasil-hasil pengamatan 63

Tabel 4.11 Sebaran Siswa Pada Keterampilan Menghubungkan 64

Hasil-hasil pengamatan

Tabel 4.12. Nilai Keterampilan Menyimpulkan 65

Tabel 4.13. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Menyimpulkan 66

Tabel 4.14 Nilai Keterampilan Memprediksi 68

Tabel 4.15. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Memprediksi 69

Tabel 4.16. Nilai Keterampilan Memakai Alat atau bahan 73

Tabel 4.17. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Memakai 74

Alat atau Bahan

Tabel 4.18 Nilai Keterampilan Mengetahui Alasan Menggunakan 75

(12)

Tabel 4.19 Sebaran Nilai Keterampilan Mengetahui Menggunakan 76

Alat atau Bahan

Tabel 4.20. Nilai Keterampilan Menerapkan Konsep Pada Situasi Baru 79

Tabel 4.21. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Menerapkan Konsep 80

Pada Situasi Baru

Tabel 4.22. Nilai Keterampilan Menerapkan Konsep untuk Menjelaskan 81

Apa yang Sedang Terjadi

Tabel 4.23. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Menerapkan Konsep 82

untuk Menjelaskan Apa yang Sedang Terjadi

Tabel 4.24. Nilai Keterampilan Menggambarkan Hasil Pengamatan 86

Dengan Grafik atau Tabel

Tabel 4.25. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Menggambarkan Hasil 86

Pengamatan Dengan Grafik atau Tabel

Tabel 4.26. Nilai Keterampilan Mendiskusikan Hasil Percobaan 88

Tabel 4.27. Sebaran Siswa Pada Keterampilan Mendiskusikan 89

Hasil Percobaan

Tabel 4.28 Hasil Pengolahan Angket Respon Siswa Terhadap Model 92

(13)

Tabel 4.29 Pemetaaan KPS dengan Fase-Fase Belajar yang Terdapat 96

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengaruh Perubahan Konsentrasi Terhadap Pergeseran Kesetimbangan

27

Gambar 2.2 Analogi Pengaruh Tekanan atau Volume Terhadap Pergeseran Kesetimbangan

28

Gambar 2.3 Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Warna Gas NO2

29

Gambar 3.1 Alur Penelitian 32

Gambar 4.1 Jadwal Penelitian 46

Gambar 4.2 Nilai Keterampilan Proses Sains (KPS) Keseluruhan

47

Gambar 4.3 Nilai Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa pada Setiap Aspek dalam Tiga Kategori Kelompok

48

Gambar 4.4 Pencapaian Siswa Pada KPS Mengamati 49

Gambar 4.5 Pencapaian Tiap Ketegori Siswa pada Setiap Sub KPS Pada Keterampilan Mengamati

55

Gambar 4.6 Gambar 4.7

Pencapaian Siswa Pada KPS Mengklasifikasi

Pencapaian Tiap Ketegori Siswa pada Setiap Sub KPS Pada Keterampilan Mengklasifikasi

56

61

Gambar 4.8 Pencapaian Siswa Pada KPS Menafsirkan Pengamatan

62

Gambar 4.9 Pencapaian Tiap Ketegori Siswa pada Setiap Sub KPS Pada Keterampilan Menafsirkan Pengamatan

67

Gambar 4.10 Pencapaian Tiap Ketegori Siswa pada Keterampilan Memprediksi

(15)

Gambar 4.13 Pencapaian Siswa Pada Keterampilan Menerapkan Konsep

78

Gambar 4.14 Pencapaian Tiap Ketegori Siswa pada Setiap Sub KPS Pada Keterampilan Menerapkan Konsep

83

Gambar 4.15 Pencapaian Siswa Pada Keterampilan Berkomunikasi

84

Gambar 4.16 Pencapaian Tiap Ketegori Siswa pada Setiap Sub Keterampilan Berkomunikasi

90

Gambar 4.17 Hasil Angket 95

Gambar 4.11 Pencapaian Siswa Pada Keterampilan Menggunakan Alat atau Bahan

71

Gambar 4.12 Pencapaian Tiap Ketegori Siswa pada Setiap Sub KPS Pada Keterampilan Menggunakan Alat atau Bahan

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

1. RPP Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan 114

2. Hasil Optimalisasi Alat 127

3. Lembar Kerja Siswa 129

4. Soal Test Tertulis 139

5. Kunci Jawaban LKS 141

6. Kunci Jawaban Soal Test Tertulis 144

LAMPIRAN B

1. Kisi-kisi Instrumen 146

2. Pedoman Observasi 152

3. Standar Penilaian KPS 154

4. Pedoman Wawancara 167

5. Angket 168

LAMPIRAN C

1. Data Pengelompokkan Siswa 171

2. Data Hasil KPS Secara Keseluruhan 173

3. Data Hasil KPS Mengamati 174

4. Data Hasil KPS Mengklasifikasi 181

5. Data Hasil KPS Menafsirkan Pengamatan 188

6. Data Hasil KPS Menggunakan Alat atau Bahan 194

7. Data Hasil KPS Memprediksi 199

8. Data Hasil KPS Menerapkan Konsep 202

(17)

10.Transkrip Wawancara 217

LAMPIRAN D

1. Surat Izin Melaksanakan Penelitian 223

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laju perkembangan IPTEK yang pesat serta muatan dalam KTSP menuntut dunia pendidikan mampu menghasilkan siswa aktif yang dapat mengembangkan seluruh potensinya secara optimal. Permasalahan yang sering dihadapi selama pembelajaran, siswa tidak berpartisipasi secara aktif dan belum menggunakan keterampilan proses sains yang dimilikinya secara optimal.

KPS sangat penting, karena menurut Rustaman (2005) KPS merupakan seluruh keterampilan yang melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlihat dalam keterampilan proses karena siswa menggunakan alat dan bahan, pengukuran, dan penyusunan alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses sains misalnya mendiskusikan hasil pengamatan. Artinya, KPS merupakan seluruh keterampilan siswa pada saat pembelajaran sains yang menunjang siswa dalam proses pemerolehan ilmu.

(19)

2

Profil merupakan informasi atau tampilan kemampuan siswa yang disajikan serinci mungkin. Penelitian terdahulu mengenai profil keterampilan proses sains siswa SMA jarang diulas. Adapun penelitian terdahulu tentang KPS adalah sebagai berikut:

1. The Effect of Scientific Process Skills Education on Student’s Scientific Creativity, Science Attitude and Academic Achievement oleh Aktamis (2008) diperoleh kesimpulan bahwa siswa pada kelompok eksperimen lebih baik pencapaiannya pada perolehan skor dan kreativitas sainsnya, sementara sikap ilmiah kelompok eksperimen tidak jauh berbeda dengan kelompok kontrol.

2. The Level Science Process Skills of Science Student’s in Turkey oleh Tanriverdi (2008) diperoleh kesimpulan bahwa pada mahasiswa yang berasal dari 7 kampus berbeda, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan level KPS pada 2 dari 8 indikator KPS yakni: pada indikator menentukan variabel dan berinkuiri.

3. How Preservice’s Teacher’s Understand and Perform Science

Skills oleh Chabalengula (2011) diperoleh kesimpulan bahwa pengetahuan konsep yang dimilik guru tergolong kurang, namun penampilan keterampilan proses sains yang dimiliki guru lebih baik berdasarkan test KPS.

Dengan demikian perlu adanya suatu pembelajaran yang melatihkan keterampilan proses sains karena dengan pembelajaran melatihkan keterampilan proses sains siswa bukan hanya dilatih aspek intelektual saja, melainkan seluruh keterampilan yang mencangkup keterampilan intelektual, manual, dan sosial.

(20)

3

Salah satunya dapat melalui Model Learning Cycle 5E yang tidak lagi berupa transfer ilmu kepada siswa, tetapi berorientasi pada keaktifan siswa dalam pemerolehan ilmu.

Dalam pembelajaran kimia, kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan keterampilan proses sains dapat melalui metode praktikum. Kelebihan metode praktikum dibandingkan metode lain adalah pada metode praktikum, keterampilan proses sains setiap siswa lebih terasah, dikarenakan pada metode praktikum, siswa diberi kesempatan untuk menggunakan keterampilan kognitif, psikomorik dan sosial. Sehingga melalui metode praktikum, potensi siswa pada seluruh aspek dapat tergali. Hal ini sejalan dengan yang di kemukakan oleh Subiantoro (2009) bahwa berdasarkan terminologinya, praktikum dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang memungkinkan siswa mengembangkan berbagai keterampilannya.

Beberapa penelitian terdahulu mengenai praktikum telah dilakukan oleh Iskandar dan Hidayat (2007), Lestari (2007), Tarigan (2009) membuktikan melalui metode praktikum hampir semua jenis KPS dapat digunakan dan dikembangkan.

Beradasarkan latar belakang tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul: ”Profil Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa SMA Kelas XI Pada Topik Kesetimbangan Kimia Melalui

(21)

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimana profil keterampilan proses sains siswa SMA kelas XI pada topik kesetimbangan

kimia yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Learning Cycle 5E

metode praktikum?”

Untuk memperjelas arah penelitian, maka rumusan masalah di atas dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Bagaimana profil keterampilan proses sains kelompok siswa tinggi, sedang, dan rendah secara keseluruhan pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan melalui model pembelajaran Learning Cycle 5E metode praktikum?

2) Keterampilan proses sains mana yang paling berkembang dan kurang berkembang pada kelompok siswa tinggi, sedang, dan rendah pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan melalui model pembelajaran Learning Cycle 5E metode praktikum?

C. Tujuan Penelitian

1) Mengetahui gambaran mengenai keterampilan proses siswa kelas XI pada submateri faktor-faktor yang mempengaruhi arah pergeseran kesetimbangan.

2) Memperoleh informasi tentang komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran dengan penerapan model Learning Cycle 5E dan metode praktikum pada siswa SMA kelas XI pada submateri faktor-faktor yang mempengaruhi arah pergeseran kesetimbangan.

D. Pembatasan Masalah

1) Materi yang diteliti pada penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan.

(22)

5

E. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan yaitu sebagai berikut.

1) Bagi peserta didik, diharapkan dapat memberi informasi tentang melatih keterampilan proses sains (keterampilan mengamati, keterampilan mengklasifikasi, keterampilan menafsirkan pengamatan, keterampilan menggunakan alat dan bahan, keterampilan memprediksi, keterampilan menerapkan konsep, dan keterampilan berkomunikasi) serta memberikan pengalaman baru dalam pembelajaran yang menggunakan metode praktikum.

2) Bagi tenaga pengajar, diharapkan dapat menjadi masukan dalam memperluas pengetahuan tentang keterampilan proses sains (keterampilan mengamati, keterampilan mengklasifikasi, keterampilan menafsirkan pengamatan, keterampilan menggunakan alat dan bahan, keterampilan memprediksi, keterampilan menerapkan konsep, dan keterampilan berkomunikasi) dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran kimia.

3) Sebagai bahan informasi lebih lanjut tentang penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E.

F. Definisi Operasional

1) Profil adalah informasi atau tampilan kemampuan siswa yang disajikan serinci mungkin.

(23)

6

melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan.

3) Metode Praktikum adalah metode yang berfungsi menunjang kegiatan proses belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan prinsip-prinsip yang dikembangkan (Arifin dkk, 2000).

4) Learning Cycle 5E merupakan suatu model yang memiliki ciri khas berupa fase-fase sebagai berikut:

(24)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Metode deskriptif adalah cara menggambarkan sesuatu apa

adanya dengan perhitungan statistika seperti frekuensi dan lainnya (Sugiyono, 2010).

B. Alur Penelitan

(25)

32

Analisis Standar Isi Kimia SMA berdasarkan KTSP

Studi Kepustakaan Mengenai Model Learning Cycle 5E

Studi Kepustakaan Keterampilan Proses Sains Siswa

Studi kepustakaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran arah Kesetimbangan

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan

Pembuatan Lembar Observasi, Angket, Pedoman Wawancara

Validasi Instrumen Penelitian

Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Learning

Cycle 5E Observasi

(26)

33

Berdasarkan alur penelitian pada gambar 3.1, tahap-tahap penelitian dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan analisis materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan berdasarkan standar isi.

b. Melakukan studi kepustakaan mengenai model pembelajaran Learning Cycle 5E dalam pembelajaran kimia.

c. Mengkaji keterampilan proses sains dari berbagai buku sumber dan jurnal-jurnal penelitian.

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta LKS yang mengacu pada model pembelajaran Learning Cycle 5E.

e. Membuat prosedur praktikum dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E yang kemudian dibuat dalam LKS.

f. Kaji ulang LKS dan lembar tes tulis. Kaji ulang LKS ini dilakukan bersamaan dengan uji coba prosedur praktikum. Uji coba prosedur praktikum dilakukan untuk memperoleh prosedur yang baik dan benar.Pada tahap ini juga dilakukan pembuatan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang dibuat adalah lembar penilaian jawaban siswa pada LKS dan tes tertulis, pedoman mengamati, dan pedoman wawancara dengan mengacu kepada RPP yang telah dikembangkan.

(27)

34

Bandung. Kegiatan yang dilaksanakan selama uji coba di lapangan adalah sebagai berikut:

 Peneliti melaksanakan pembelajaran di kelas melalui metode praktikum dengan menggunakan prosedur praktikum yang telah dikembangkan. Uji lapangan dilakukan di satu kelas. Pelaksanaan praktikum dilakukan oleh siswa berdasarkan prosedur praktikum yang dikembangkan.

 Revisi dan penyempurnaan prosedur praktikum dalam bentuk LKS.

h. Analisis instrumen yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen dalam mengukur keterampilan proses sains siswa pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan kimia. Yaitu dengan cara menyesuaikan instrumen dengan keterampilan proses sains siswa yang diteliti pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan kimia, instrumen penelitian tersebut dapat digunakan pada tahap pelaksanaan. Namun jika instrumen penelitian yang dibuat belum sempurna atau belum sesuai dengan tujuan penelitian, maka perlu dikaji ulang, sehingga penelitian kembali ke tahap pengkajian ulang instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian akan dilakukan pada bulan Desember 2012. Pada tahapan ini ada beberapa tahap yang akan dilaksanakan, diantaranya:

(28)

35

akan dilakukan sebagai metode yang akan menggali KPS siswa. Selanjutnya, peneliti bersama dengan guru kimia mendiskusikan skenario rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan kimia. Setelah RPP dan LKS yang akan digunakan pada penelitian di setujui, selanjutnya menentukan kelas yang akan dijadikan tempat penelitian. Peneliti mengelompokkan siswa dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan rata-rata dari hasil ujian sebelumnya. Setiap kelompok siswa pada saat praktikum terdiri dari siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. Setelah siswa dikelompokkan barulah dilakukan pembelajaran. b. Memberikan perlakuan, yaitu kegiatan pembelajaran dengan

Model Learning Cycle 5E. Selama proses pembelajaran siswa di observasi keterampilan proses sainsnya menggunakan pedoman observasi. Setelah pembelajaran selesai siswa diberi tes tertulis untuk mengukur salah satu keterampilan yang tidak dapat diukur dalam LKS, yaitu keterampilan menerapkan konsep dan berkomunikasi lisan.

c. Melakukan tes akhir (postest) kepada kelompok siswa tersebut sebagai upaya untuk mengukur keterampilan proses sains setelah diberi perlakuan.

d. Setelah postes, siswa di beri angket untuk diisi serta di wawancara berkaitan dengan kegiatan pembelajarn yang telah berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagian mana yang sukar di lakukan atau dipahami.

e. Mengolah data hasil penelitian berupa tes akhir, serta menganalisis hasil observasi.

(29)

36

3. Tahap Pengolahan Data

a. Mengolah data hasil penelitian

Data yang didapatkan dari pedoman observasi dan lembar penilaian LKS dan lembar soal tes tertulis diolah ke dalam bentuk tabel dan grafik.

b. Menganalisis dan membahas temuan hasil penelitian

Temuan hasil penelitian kemudian dianalisis dan dibahas. Hasil angket dan wawancara digunakan sebagai data tambahan dalam pembahasan hasil penelitian.

c. Menarik kesimpulan hasil penelitian

Tahap terakhir yang dilakukan adalah menarik kesimpulan. Kesimpulan yang dibuat harus berdasar kepada tujuan penelitian.

C. Instrumen Penelitian

(30)

37

Tabel 3.1

Instrumen Pengumpul Data

Instrumen Bentuk Data yang

Diperoleh

Sub KPS yang

Di gali

LKS Skor Keterampilan

mengamati,keterampilan

mengelompokkan, keterampilan

menafsirkan pengamatan,

keterampilan menggunakan alat

dan bahan, keterampilan

menerapkan konsep, dan

keterampilan berkomunikasi

Lembar Observasi Catatan hasil

pengamatan

Keterampilan mengamati, dan

keterampilan menggunakan alat

dan bahan

Lembar Tes Tertulis Skor Keterampilan

mengamati,keterampilan

mengklasifikasi, keterampilan

menafsirkan pengamatan,

keterampilan menggunakan alat

(31)

38

meramalkan, keterampilan

menerapkan konsep, dan

keterampilan berkomunikasi

Pedoman Wawancara Hasil wawancara Keterampilan menggunakan alat

dan bahan, dan keterampilan

menerapkan konsep

Angket Data hasil pengisian

angket

Kesulitan siswa dalam

menggunakan berbagai KPS

yang dimiliknya

D. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah siswa kelas XI di salah satu SMA di kota Bandung.

E. Sampel Penelitian

Sampel penelitian terdiri dari siswa SMA kelas XI sebanyak 26 orang dan belum pernah mengikuti pembelajaran materi kesetimbangan, sampel dipilih tanpa metode acak. Pengelompokkan sampel terdiri atas satu kelas tanpa kelas kontrol.

F. Waktu dan Tempat Penelitian

(32)

39

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data selama pembelajaran kegiatan praktikum yang dilakukan siswa diamati secara langsung oleh para observer untuk memperoleh informasi mengenai gambaran keterampilan proses sains siswa. Setelah pembelajaran selesai, jawaban atas pertanyaan dalam LKS dikumpulkan untuk memperoleh informasi gambaran keterampilan proses sains yang tidak diperoleh melalui pedoman mengamati. Setelah itu, dilakukan tes tulis untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai materi pergeseran kesetimbangan. Setelah kegiatan pembelajaran, dilakukan posttest. Terakhir dilakukan wawancara dan pengisian angket terhadap siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah.

H. Teknik Pengolahan Data

Sebelum instrumen digunakan, dilakukan pengelompokkan siswa terlebih dahulu . Pengelompokkan dengan cara statistik dilakukan dengan menghitung rata-rata nilai ulangan harian mata pelajaran kimia, dan standar deviasi. Adapun rumus untuk mencari rata-rata (mean) yaitu: Mean = (Arikunto, 2009)

Keterangan :

∑ X : Jumlah skor

N : Jumlah siswa

Rumus untuk mencari standar deviasi adalah: SD = √ ( Arikunto, 2009)

Keterangan :

SD : Standar deviasi

: tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi N

(33)

40

Setelah itu, di lakukan pengelompokkan siswa dengan rumus: Batas atas = X +SD

Batas bawah = X- SD

Kemudian, dilakukan terlebih dahulu uji validitas konsultasi dengan ahli yakni kimia. Kemudian dilakukan uji statistik berupa uji validitas, uji reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Berikut dijelaskan mengenai uji statistik tersebut.

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk melihat apakah soal yang dibuat tersebut sahih atau tidak. Validitas dilakukan dengan cara membandingkan skor peserta didik yang didapat dalam tes dengan skor yang diangap sebagai nilai baku. Jika suatu tes dapat memberikan informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, maka tes tersebut dikatakan valid untuk tujuan tertentu (Arifin, 2009).

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Effendi, 1995). Instrumen yang valid adalah alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Langkah-langkah mengukur validitas:

a. mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur b. melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden

c. mempersiapkan tabulasi jawaban

d. menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi product moment, yaitu:

 

(34)

41

N = jumlah sampel

X = skor butir tiap responden Y = total skor butir tiap responden

Angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik dari tabel product moment. Bila nilai r positif dan ruji>rtabel , maka item tersebut valid. Item-item pertanyaan yang signifikan atau valid berarti pertanyaan-pertanyaan tersebut memiliki validitas konstruk (terdapat konsistensi internal). Sedangkan jika r negatif dan ruji< rtabel, maka item tersebut dinyakan tidak valid.Nilai korelasi yang negatif menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut bertentangan dengan pertanyaan lainnya.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen.

Suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan

pada kelas yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda (Arifin, 2009).

Reabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Ada beberapa teknik yang dapat

digunakan untuk menghitung indeks realibilitas, antara lain Test-Retest (stability),

Split-half (teknik belah dua) dan Alpha-Cronbach. Dalam penelitian ini, teknik

(35)

42

Rumus untuk menghitung koefisien reliabilitas instrumen dengan menggunakan

Alpha-Cronbach adalah sebagai berikut:

(Ghozali, 2002)

Nilai-nilai untuk pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor item

kuesioner yang valid. Item yang tidak valid tidak dilibatkan dalam pengujian

reliabilitas.Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien

yang diperoleh >0,50 (Ghozali, 2002). Ada pendapat lain yang mengemukakan

baik atau buruknya reliabilitas instrumen dapat dikonsultasikan dengan nilai r

tabel. Jika nilai Alpha-Cronbachlebih besar dari nilai r tabel maka instrumen

tersebut dapat dikatakan reliabel.

3. Pengolahan Hasil Postest

a. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran menunujkan sukar atau mudahnya soal. Unuk menentukan indeks kesukaran, dapat digunakan rumus:

P = B JS Dengan:

P = Indeks kesukaran

(36)

43

interpretasikan indeks tingkat kesukaran menurut Arikunto (2009) terdapat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Interpretasi Tingkat Kesukaran

Nilai P Interpretasi

0-0,3 Sukar

0,31-0,7 Sedang

0,71-1,00 Mudah

b. Daya Pembeda

Daya pembeda soal digunakan untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.Peserta tes dikelompokkan menjadi kelompok atas(A), dan kelompok bawah (B).

Menggunakan rumus: PA =BA dan PB =BB JA JB Dengan:

PA :Indeks kesukaran pada kelompok A PB :Indeks kesukaran pada kelompok B

BA :Jumlah skor yang diperoleh siswa pada kelompok A BB :Jumlah skor yang diperoleh siswa pada kelompok B JA :Skor total pada kelompok A

JB :Skor total pada kelompok B

Setelah diketahui PA dan PB, kita dapat tentukan daya pembeda dengan menggunakan rumus:

D= PA-PB

(37)

44

Tabel 3.3 Interpretasi Daya Pembeda

Nilai P Interpretasi

0-0,20 Jelek

0,21-0,40 Cukup

0,41-0,70 Baik

0,71-1,00 Baik sekali

Bertanda negatif

Tidak baik

c. Data yang diperoleh dari tes berupa skor posttest. Dari skor ini dihitung rata-ratanya sehingga diperoleh rata-rata skor posttest.

d. Untuk menghitung nilai skor postest, maka skor tersebut harus diubah ke dalam bentuk persen dengan cara:

% skor = skor yang diperoleh x 100% skor maksimal

Tabel 3.4 Interpretasi Persen Skor Postest

%Rata-rata Kriteria

80,01%-100% Sangat Tinggi

60,01%-80,00% Tinggi

40,01%-60% Sedang

20,01%-40,00% Rendah

(38)

45

4. Pengolahan Data Hasil Observasi

% skor = skor yang diperoleh x 100%

skor maksimal

5. Pengolahan angket

Jenis angket yang digunakan pada penelitian ini adalah menurut Ridwan (2005). Penentuan bobot dilakukan dengan memberikan skor 4-3-2-1. Skor 4 untuk jawaban sangat setuju, skor 3 untuk jawaban setuju, skor 2 untuk jawaban tidak setuju, skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju.

Untuk menghitung hasil angket siswa digunakan rumus:

Keterangan:

f= frekuensi alternatif jawaban

x= skor

n= jumlah sampel

6. Hasil wawancara

1. mengubah hasil wawancara dari lisan menjadi tulisan. 2. menganalisis hasil wawancara.

(39)
(40)

109

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dari temuan penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Profil Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa kelas XI di sekolah tempat dilaksanakan penelitian, pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan siswa kelompok tinggi memperoleh skor tertinggi pada seluruh aspek KPS (KPS mengamati, mengklasifikasi, menfasirkan pengamatan, memprediksi, menggunakan alat atau bahan, menerapkan konsep dan berkomunikasi). Sedangkan siswa pada kelompok sedang memperoleh skor yang lebih rendah dibandingkan kelompok rendah pada aspek KPS menerapkan konsep. Untuk 6 aspek KPS lainnya, kelompok sedang memperoleh skor lebih tinggi dibandingkan kelompok rendah. Didukung oleh angket dan hasil wawancara terungkap bahwa KPS yang paling berkembang adalah KPS mengamati.

2a. Keterampilan proses sains yang paling berkembang pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan hasil observasi dan wawancara adalah pada KPS mengamati sub keterampilan menggunakan sebanyak mungkin indera dengan perolehan pada siswa kelompok tinggi sebesar 94.86%, siswa kelompok sedang sebesar 86.54%, siswa kelompok rendah sebesar 83.75%. Ketiga kelompok memperoleh presentase dengan kategori sangat baik. Sedangkan berdasarkan hasil pengolahan angket, diperoleh data bahwa siswa merasa mudah dalam KPS mengklasifikasi dengan presentase siswa yang menjawab mudah sebesar 85.79%.

(41)

110

siswa kelompok sedang sebesar 48.48% tergolong cukup, pada siswa kelompok rendah sebesar 41.67% tergolong kurang. Melalui hasil pengolahan angket dan wawancara, terungkap bahwa keterampilan menggunakan alat atau bahan dan keterampilan mengeluarkan pendapat dirasa sulit oleh seluruh siswa. Berdasarkan angket pula, diperoleh data bahwa keterampilan menyimpulkan dirasa sulit oleh siswa kelompok sedang dan rendah.

Saran

1. Bagi guru disarankan untuk menggunakan model Learning Cycle 5E dengan metode praktikum pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan, karena berdasarkan hasil penelitian, melalui pembelajaran Learning Cycle 5E metode praktikum, banyak keterampilan proses sains dapat

dikembangkan.

2. Agar tercipta dinamika selama pembelajaran, hendaknya setiap anggota kelompok praktikum memiliki kemampuan dan keterampilan yang heterogen. Dengan demikian, siswa yang tergolong kurang terangsang untuk aktif dan bisa belajar meningkatkan keterampilan yang dimilikinya kepada siswa yang memiliki banyak KPS.

(42)

111

Unique Pangestu, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Muhtadi. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Topik Wujud Zat Dan Perubahannya Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep

Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. Tesis: Tidak diterbitkan.

Abraham, M. R., & Renner, J. W. (1986). The Sequence of Learning Cycle Activities in HighSchool Chemistry. Journal of Research in Science Teaching, 23(2), 121-143.

Aktamis, Hilal. (2008). The Effect of Scientific Process Skills Education on

Student’s Creativity, Science Attitudes and Academic Achievements. Asia

Pasific Forum on Science Learning Teaching, Vol.9 Issue1.

Annisa, Citra. (2012). Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Kelas XI Pada Materi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi. Skripsi

Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Aunurrahman. ( 2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Bybee, R.W.. & Taylor A.J. (2006). The BSCS 5E Instructional Model : Origins, Effectiveness and Aplications. Diunduh pada 3 Maret 2012 dari http://

www.bscs.org/pdf/bscs5eexecsummary.pdf

(43)

112

Unique Pangestu, 2013

Chabalengula,Vivien. (2011). How Preservice’s Teacher’s Understand and Perform Science Skills. Southern Illinois University Carbondale, USA.

Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2012,

8(3), 167-176.

Dahar, R.W. (1985). Kesiapan Guru Mengajar Di Sekolah Dasar Ditinjau Dari Segi Pengembangan Keterampilan Proses Sains (suatu studi iluminatif

tentang proses belajar mengajar sains di kelas 4,5, dan 6 sekolah dasar.

Disertasi Doktor pada FPS IKIP. Bandung: Tidak diterbitkan.

Devi, K.Popy. (2010). Keterampilan Proses Sains Dalam Pembelajaran IPA. Jakarta: PPPTK IPA.

Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fay, McMurry. (2008). Chemistry Fourth Edition. TOC.

Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education (second ed.). New York: McGraw-Hill Book Co.

Haryono. (2006). Model Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses. Semarang: UNNES. Jurnal Pendidikan Dasar.

Hunt, Kendall. (1995). Science for Life and Living: Integrating Science, Technology and Health by BSCS (Biological Science Curriculum Studies).

Lorsbach, Anthony W. (2006). The Learning Cycle as a Tool for Planning Science Instruction. Illinois State University. Vol 1:1-2.

(44)

113

Unique Pangestu, 2013

Semiawa, C. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?. Jakarta: Gramedia.

Permana, Ivan. (2009).aKimia SMA/MA Kelas XI. Bandung: PT.Intan Pariwara.

Purba, Michael. (1995). Buku pelajaran Kimia SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Sunarya, Yayan & Setiabudi, Agus. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung: PT. Setia Purna Inves.

Gambar

Tabel 4.29
Gambar 4.13
Gambar 3.1. Alur PenelitianProfil Keterampilan  Proses Sains (KPS) Siswa Sma Kelas XI Pada Topik Kesetimbangan Kimia
Tabel 3.1 Instrumen Pengumpul Data
+4

Referensi

Dokumen terkait

• Pekerja paruh waktu adalah mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (dahulu disebut

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN KEARSIPAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

“ Pemanfaatan Saluran Komunikasi Dalam Penyerapan Aspirasi Masyarakat Oleh Pusat Pelayanan Informasi Dan Pengaduan ( Pindu) Pemerintah Kabupaten Pinrang ”.. Jurnal Komunikasi

dokumen yang sesuai dengan daftar isian dokumen kualifikasi perusahaan saudara pada. aplikasi SPSE, yang akan dilaksanakan

Pem bukt ian Kualifikasi dilakukan oleh Direkt ur Ut ama/ Pim pinan Perusahaan, at au Penerim a kuasa dari Direkt ur Ut am a/ Pim pinan Perusahaan yang nam anya

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan penanganan diare pada balita di Rumah Sakit Bhayangkara H. Samsoeri Mertojoso

Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka yang telah diuraikan, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: (1) Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa

[r]