• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berfikir, merasa, dan mempunyai pengaruh dengan sesama. Caring memfasilitasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berfikir, merasa, dan mempunyai pengaruh dengan sesama. Caring memfasilitasi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Caring 2.1.1 Pengertian Caring

Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara perawat

berfikir, merasa, dan mempunyai pengaruh dengan sesama. Caring memfasilitasi kemampuan perawat untuk mengenali pasien, membuat perawat mengetahui masalah pasien dan mencari serta melaksanakan solusinya. Caring sebagai bentuk dasar dari praktek keperawatan dan juga sebagai struktur mempunyai implikasi praktis untuk mengubah praktek keperawatan (Potter & Perry, 2009).

Griffin menggambarkan caring dalam keperawatan sebagai sebuah proses

interpersonal esensial yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran

yang spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu kepada resipien. Aktivitas tersebut menurut Griffin meliputi membantu, menolong dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh pengaruh antara perawat dan pasien (Griffin, 1983 dikutip dari Morrison dan Burnard, 2008).

Barnum (1998) & Melleis (1997) dikutip dari Agustin (2002), menjelaskan makna secara lebih luas dari caring yang terdiri dari 5 (lima) konsep. Pertama

caring as human traits, yang berarti caring merupakan kebiasaan atau sifat dari

manusia berdasarkan pada kepribadian, psikologis, atau budaya. Kedua caring as

moral imperactive, yang artinya caring berpengaruh dengan aspek moral yang

(2)

sebagai manusia. Ketiga caring as affect yang dimanifestasikan dengan emosional, empati, dan mengabdi pada pekerjaan. Keempat caring an

interpersonal interaction, yang artinya perawat dalam memberikan asuhan selalu

berinteraksi dengan pasien dan keluarganya yang merupakan esensi dari caring. Kelima caring a therapeutic intervention, yang artinya caring merupakan terapi keperawatan (therapeutic nursing).

Caring menurut Watson (2006a) dikutip dari Potter & Perry (2009)

merupakan sentral praktek keperawatan. Caring juga merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya terhadap pasien. Caring oleh Swanson (1991) dikutip dari Potter & Perry (2009) di defenisikan sebagai suatu cara pemeliharaan yang berpengaruh dengan menghargai orang lain, disertai perasaan memiliki tanggung jawab. Selanjutnya Benner (1984) dikutip dari Potter & Perry (2009) menggambarkan inti dari praktek keperawatan yang baik adalah caring.

Milton Mayerof (1972) dikutip dari Morrison dan Burnard (2008) menganalisis tentang makna caring dalam pengaruh manusia, menggambarkan

caring sebagai suatu proses yang memberikan kesempatan pada seseorang (baik

pemberi asuhan (carer) maupun penerima asuhan) untuk pertumbuhan pribadi. Aspek utama caring dalam analisis, meliputi: pengetahuan, penggantian irama (belajar dari pengalaman), kesabaran kejujuranrasa percayakerendahan hatiharapan, dan keberanian.

(3)

2.1.2 Caring Menurut Teori Watson

Teori Jean Watson (Asmadi, 2008) yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah “Human Science and Human Care”. Watson percaya bahwa fokus utama dalam keperawatan adalah pada carative factor yang bermula dari perspektif humanistik yang dikombinasikan dengan dasar pengetahuan ilmiah. Dalam praktek keperawatan Watson mengemukakan 10 faktor karatif, yaitu 10 sifat dari karakter perawat yang menjelaskan bagaimana caring dimanifestasikan sebagai esensi dan inti keperawatan. Kesepuluh faktor karatif tersebut adalah sebagai berikut:

a. Membentuk Dan Bertindak Berdasarkan Sistem Nilai Yang Altruistik Dan Manusiawi.

Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik dapat di bangun dari pengalaman, belajar, dan upaya-upaya mengembangkan sikap humanis. Pengembangan dapat ditingkatkan dalam masa pendidikan. Melalui sistem nilai ini perawat dapat merasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada pasien dan juga penilaian terhadap pandangan diri seseorang. Menurut potter dan Perry (2009) perawat harus memberikan kebaikan dan kasih sayang, bersikap membuka diri untuk mempromosikan persetujuan terapi dengan pasien.

b. Menanamkan Keyakinan Dan Harapan (Faith-Hope).

Menggambarkan peran perawat dalam mengembangkan pengaruh perawat dan pasien dalam mempromosikan kesehatan dengan membantu meningkatkan perilaku pasien dalam mencari pertolongan kesehatan. Perawat memfasilitasi pasien dalam membangkitkan perasaan optimis, harapan, dan rasa percaya dan

(4)

mengembangkan pengaruh perawat dengan pasien secara efektif. Faktor ini merupakan gabungan dari nilai humanistik dan altruistik, dan juga memfasilitasi asuhan keperawatan yang holistik kepada pasien.

c. Mengembangkan Sensitivitas Untuk Diri Sendiri Dan Orang Lain.

Perawat belajar memahami perasaan pasien sehingga lebih peka, murni, dan tampil apa adanya. Pengembangan kepekaan terhadap diri sendiri dan dalam berinteraksi dengan orang lain. Perawat juga harus mampu memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengekspresikan perasaan mereka.

d. Membina Pengaruh Saling Percaya Dan Saling Bantu (Helping-Trust)

Pengaruh saling percaya akan meningkatkan dan menerima perasaan positif dan negatif. Untuk membina pengaruh saling percaya dengan pasien perawat menunjukkan sikap empati, harmonis, jujur, terbuka dan hangat serta perawat harus dapat berkomunikasi terapeutik yang baik.

e. Meningkatkan Dan Menerima Ekspresi Perasaan Positif Dan Negatif.

Perawat harus dapat menerima perasaan orang lain serta memahami perilaku mereka dan juga perawat mendengarkan segala keluhan pasien. Blais (2007) juga mengemukakan bahwa perawat harus siap untuk perasaan negatif, berbagi perasaan duka cita, cinta, dan kesedihan yang merupakan pengalaman yang penuh resiko.

f. Menggunakan Metode Pemecahan Masalah Yang Sistematis Dalam Pengambilan Keputusan.

Perawat menerapkan proses keperawatan secara sistematis, memecahkan masalah secara ilmiah dalam menyelenggarakan pelayanan yang berfokus

(5)

kepada pasien. Proses keperawatan seperti halnya proses penelitian yaitu sistematis dan terstruktur.

g. Meningkatkan Proses Belajar-Mengajar Interpersonal.

Faktor ini merupakan konsep yang penting dalam keperawatan untuk membedakan caring dan curing. Bagaimana perawat menciptakan situasi yang nyaman dalam memberikan pendidikan kesehatan. Perawat memberi informasi kepada pasien, perawat memfasilitasi proses ini dengan memberikan pendidikan kesehatan yang didesain supaya dapat memampukan pasien memenuhi kebutuhan pribadinya, memberikan asuhan yang mandiri, menetapkan kebutuhan personal pasien.

h. Menyediakan Lingkungan Yang Mendukung, Melindungi, Dan/Atau Memperbaiki Mental, Sosiokultural, Dan Spiritual.

Perawat harus menyadari bahwa lingkungan internal dan eksternal berpengaruh terhadap kesehatan dan kondisi penyakit pasien. Konsep yang relevan dengan lingkungan internal meliputi kepercayaan, sosial budaya, mental dan spiritual pasien. Sementara lingkungan eksternal meliputi kenyamanan, privasi, keamanan, kebersihan dan lingkungan yang estetik. Oleh karena itu Potter dan Perry (2009) menekankan bahwa perawat harus dapat menciptakan kebersamaan, keindahan, kenyamanan, kepercayaan, dan kedamaian.

i. Membantu Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia .

Perawat mmbantu memenuhi kebutuhan dasar pasien meliputi kebutuhan biofisik, psikofisik, psikososial, dan kebutuhan interpersonal pasien. Dan perawat melakukannya dengan sepenuh hati.

(6)

j. Mengembangkan Faktor Kekuatan Eksistensial-Fenomenologis, dan dimensi spiritual caring serta penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara utuh dan ilmiah. Fenomenologis menggambarkan situasi langsung yang membuat orang memahami fenomena tersebut. Watson menyadari bahwa hal ini memang sulit dimengerti. Namun hal ini akan membawa perawat untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain. Sehingga perawat dapat membantu seseorang untuk memahami kehidupan dan kematian dengan melibatkan kekuatan spiritual.

Clarke & Wheeler (1992) dikutip dari Basford & Slevin (2006) memandang fenomena caring pada praktik keperawatan dalam empat kategori dan tema yaitu bersikap suportif, berkomunikasi, tekanan, dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan.

Watson juga mengemukakan tujuh asumsi dasar tentang caring (Asmadi, 2008) yaitu :

a. Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan dipraktekkan secara interpersonal. b. Asuhan keperawatan terlaksana oleh adanya factor carative yang

menghasilkan kepuasan pada kebutuhan manusia.

c. Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan perkembangan individu dan keluarga.

d. Respon asuhan keperawatan tidak hanya menerima seseorang sebagaimana mereka sekarang, tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi padanya nanti. e. Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan

kemungkinan perkembangan potensi dan memberi keleluasaan bagi seseorang untuk memilih kegiatan yang terbaik bagi dirinya dalam waktu yang telah ditentukan.

(7)

f. Asuhan keperawatan lebih bersifat healthgenik (menyehatkan) daripada

curing (mengobati). Praktek keperawatan mengintegrasikan pengetahuan

biofisik dan perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan dan membantu individu yang sakit.

g. Praktik caring merupakan pusat keperawatan.

2.1.3 Pengukuran Perilaku Caring

Pengukuran perilaku caring dengan mengacu pada pengembangan dari

carative faktor Watson (1979) dikutip dari Poter & Perry (2009) yang mencakup

membentuk sistem nilai humanistik-altruistik, menanamkan keyakinan dan harapan, mengembangkan sensitifitas untuk diri sendiri dan orang lain, membina pengaruh saling percaya dan saling bantu, meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif, menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan keputusan, meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal, menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, memperbaiki mental dan sosiokultural, membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia serta mengembangkan faktor eksistensial- fenomenologis.

2.2 Konsep Kepribadian

Istilah kepribadian atau dalam bahasa inggrisnya (personality) berasal dari bahasa Yunani Kuno proposan atau persona yang berarti ”topeng” yang biasa digunakan dalam teater. Para pemain teater menggunakan topeng dan bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng itu mewakili ciri karakter tertentu. Ada topeng tersenyum yang mewakili karakter gembira, topeng cemberut yang mewakili karakter marah, dan seterusnya. Ini

(8)

menjadi konsep awal dari personality, yaitu tingkah laku yang ditampakkan kepada lingkungan sosial atau kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh orang sekitarnya dalam lingkungan (Hidayat, 2009).

2.2.1 Defenisi Kepribadian

Banyak ahli yang telah merumuskan defenisi kepribadian berdasarkan paradigma yang mereka yakini dan fokus analisis dari teori yang mereka kembangkan. Dengan demikian akan dijumpai banyak variasi defenisi sebanyak ahli yang merumuskannya (Rismawaty, 2008).

Gordon W. Allport mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kepribadian adalah organisasi yang dinamis dalam diri seseorang sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas di dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan (Sumadi, 2005).

Menurut Dr. Sugyanto, kepribadian adalah totalitas ciri-ciri seseorang yang tergambar dalam perilaku dan tak terbatas pada reaksi orang tersebut. Sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut merupakan referensi yang membedakan dirinya dengan orang lain (Pieter dan Lumongga, 2010).

Dalam masyarakat awam, ada beberapa istilah dalam kepribadian yang seringkali dipertukarkan maknanya (Alwisol, 2004 dikutip dari Hidayat, 2009), yaitu:

1. Kepribadian : Penggambaran tingkah laku secara deskriptif tanpa memberikan penilaian .

2. Karakter : Penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun secara implisit.

(9)

3. Watak : Karakter yang telah lama dimiliki dan sampai sekarang tidak berubah.

4. Temperamen : Kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologik (ditentukan oleh genetik orang tua).

5. Sifat : Respon yang sama terhadap kelompok stimulus yang mirip dan berlangsung dalam kurun waktu yang lama.

6. Kebiasaan : Respon yang sama cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula.

2.2.2 Tipologi Kepribadian

Tipologi kepribadian atau tipe-tipe kepribadian adalah konsep yang dikembangkan untuk membagi kepribadian dalam kategori-kategori tertentu. Beberapa rumusan mengenai tipologi kepribadian dalam (Hidayat, 2009) yang sudah dikenal, antara lain:

1. Tipologi Konstitusional

Tipologi konstitusional merupakan tipologi yang dikembangkan atas dasar jasmaniah. Dasar pemikiran yang dipakai para tokoh tipologi konstitusi adalah bahwa keadaan tubuh, baik yang tampak berupa bentuk penampilan fisik maupun yang tidak tampak, misalnya susunan saraf, otak, darah, dst menentukan ciri pribadi seseorang (Hidayat, 2009). Para ahli yang mengembangkan teori ini adalah:

A. Hipocrates Gallenus

Hippocrates dan Galenus dalam (Pieter dan Lumongga, 2010), mengemukakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi empat golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya.

(10)

1) Melancholicus (melankolis), yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya, sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung atau muram, pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga.

2) Sanguinicus (sanguinis), yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga orang-orang tipe ini selalu menunjukkan wajah berseri-seri, periang atau selalu gembira, dan bersikap optimistis.

3) Flegmaticus (flegmatis), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang-orang seperti ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah.

4) Cholericus (koleris), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang bertipe ini bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif.

B. Kretschmer

Kretschmer (Pieter dan Lumongga, 2010), ahli penyakit jiwa berkebangsaan Jerman, mengemukakan adanya pengaruh yang erat antara tipe tubuh dengan sifat dan wataknya. Ia membagi manusia dalam empat golongan menurut tipe atau bentuk tubuhnya masing-masing, yaitu berikut ini :

1) Atletis, dengan ciri-ciri tubuh: besar, berotot kuat, kekar dan tegap, berdada lebar. Tipe watak orang yang berbentuk atletis adalah schizothyme, yang mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme, menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri.

2) Astenis, dengan ciri-ciri: tinggi, kurus, tidak kuat, bahu sempit, lengan, dan kaki kecil. Tipe watak orang yang astenis adalah schizothyme, yang

(11)

mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme, menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri.

3) Piknis, dengan ciri-ciri: bulat, gemuk, pendek, muka bulat, leher pendek dan kuat, perut besar. Tipe watak orang yang piknis adalah schizothyme, yang mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme, menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri.

4) Displastis, merupakan penyimpangan dari tipe piknis, leptosome, dan atletis. Tipe watak orang yang displatis adalah cyclothym, yang mempunyai sifat-sifat ramah, cenderung menjadi maniak depresif, mudah mengadakan kontak social atau dunia luar, mudah bergaul, mudah mendapat teman,pergaulan menyenangkan dan mudah merasakan suka dan duka orang lain.

C. Sheldon

Menurut teori Sheldon (Hidayat,2009), manusia bisa digolongkan menjadi tiga macam tipe yaitu :

1) Tipe Endomorf

Menurut Sheldon, orang yang komponen endomorf-nya tinggi, sedangkan kedua komponen lainnya rendah, ditandai oleh alat-alat dalam dan seluruh sistem digestif (yang berasal dari endoderm) memegang peranan penting. Sheldom menyebut tipe endomorf dengan kecenderungan pada kebulatan, keluwesan, kehalusan, dan gemuknya tubuh, serta tangan-kaki yang lembut dan kecil.

2) Tipe Mesomorf

Dalam pandangan Sheldon, orang yang bertipe mesomorf, komponen

(12)

bagian-bagian tubuhnya yang berasal dari mesoderm relatif berkembang lebih baik ketimbang yang lain-lain, misalnya: otot-ototnya dominan, pembuluh-pembuluh darah kuat, jantung juga dominan. Orang tipe ini punya kecenderungan kokoh, keras, otot tampak bersegi-segi, tahan sakit. Termasuk pada golongan tipe ini, misalnya, para olahragawan, pengelana, dan tentara. 3) Tipe Ektomorf

Orang-orang yang termasuk pada golongan tipe ectomorf ini adalah organ-organ mereka berasal dari ectoderm yang terutama berkembang, yaitu kulit, sistem saraf. Kecenderungan tipe ektomorf adalah pada tangan dan kaki yang lurus, tubuhnya tampak lemah dan langsing, jangkung, dada pipih, dan otot-otot hampir tidak tampak berkembang.

2. Tipologi Ketidak Sadaran

C.G. Jung (Sundari, 2005), seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss, membuat pembagian tipe manusia dengan cara lain . Ia menyatakan bahwa perhatian manusia tertuju pada dua arah, yakni keluar dirinya yang disebut

extrovert dan kedalam dirinya yang disebut introvert. Jadi, menurut Jung tipe

manusia bisa dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu :

1) Tipe Extrovert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya, kepada orang-orang lain dan kepada masyarakat. Orang yang tergolong tipe extrovert mempunyai sifat-sifat : berhati terbuka, lancar dalam pergaulan, ramah, penggembira, kontak dengan lingkungan besar sekali. Mereka mudah mempegaruhi dan mudah pula dipengaruhi oleh lingkungannya. 2) Tipe Introvert, orang-orang yang perhatiannya lebih mengarah pada dirinya. Adapun orang-orang yang tergolong introvert memiliki sifat-sifat kurang

(13)

pandai bergaul, pendiam, sukar diselami batinnya, suka menyendiri, bahkan sering takut kepada orang lain.

3. Tipologi berdasarkan Prilaku Organisasi

Tipe kepribadian ini meyakini bahwa pengukuran kepribadian dapat meramalkan kinerja dan perilaku lain dalam pekerjaan. Tipe kepribadian ini terdiri dari the big five personality, locus of control, self efficacy, dan kreativitas (Ivancevich dkk, 2007).

A. Dimensi Kepribadian (The Big Five Personality )

Big five Personality merupakan pendekatan dalam psikologi kepribadian

yang mengelompokkan trait kepribadian dengan analisis faktor. Pelopornya adalah Allport dan Cattell. Big five Personality adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah dominan kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor (Pervin dkk, 2010).

Kepribadian merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan banyak perasaan dan perilaku. Secara harafiah, ratusan dimensi kepribadian telah diidentifikasikan oleh psikolog dalam 100 tahun terakhir. Akan tetapi, dalam 25 tahun terakhir telah muncul kesepakatan bahwa secara umum, kepribadian manusia dapat digambarkan oleh lima dimensi atau faktor yang dikenal dengan . dimensi kepribadian ”big five” (Ivancevich dkk, 2007).

Dimensi kepribadian yang dikembangkan oleh Costa dan Mc.Cray dalam (Pervin, 2010), terdiri dari:

1) Neurotism (N), merupakan penyesuaian diri dengan ketidakstabilan emosi. Faktor ini mengenal individu yang mudah tertekan secara psikologis, ide-ide

(14)

yang tidak realistik, idaman atau dorongan yang berlebihan dan respon yang maladaptif. Adapun ciri-ciri Neurotism adalah:

a. Nilai Tinggi

Individu dengan Neurotism nilai tinggi adalah indvidu yang memiliki rasa takut yang berlebihan, gugup, emosional, tidak aman, tidak cakap.

b. Nilai rendah

Individu dengan neurotism nilai rendah adalah individu yang memiliki rasa tenang, rileks, tidak emosional, kukuh, aman, puas diri.

2) Extraversion (E), menilai kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, level aktivitas, kebutuhan akan stimulasi, dan kapasitas untuk menikmati (kesenangan). Adapun ciri-ciri Extraversion adalah :

a. Nilai tinggi

Individu yang memiliki sifat Extraversion dengan nilai tinggi adalah individu yang dapat bersosialisasi, aktif, senang bercakap-cakap, berorientasi pada orang, optimis, menyukai keceriaan, dan lembut.

b. Nilai rendah

Individu yang mempunyai Extraversion dengan nilai rendah adalah individu yang memiliki sifat pendiam, menahan diri, bijaksana, tidak gembira, menyendiri, berorientasi pada tugas, dan menarik diri.

3) Opennes (O), menilai pencarian proaktif dan penghargaan terhadap pengalaman untuk dirinya sendiri, toleransi bagi dan eksplorasi terhadap yang tidak biasa.

(15)

a. Nilai tinggi

Individu yang memiliki sifat openness dengan nilai tinggi adalah individu yang mempunyai minat yang lebih besar, ingin tahu, kreatif, original, imajinatif, tidak tradisional.

b. Nilai rendah

Individu yang memiliki sifat openness dengan nilai rendah adalah individu yang konvensional, membumi, sedikit minat, tidak artistik, tidak analitis. 4) Agreeableness (A), menilai kualitas orientasi interpersonal seseorang

sepanjang kontinum dari perasaan terhadap antagonisme dalam pemikiran, perasaan dan tindakan.

a. Nilai tinggi

Individu yang digolongkan dalam sifat ini adalah individu yang mudah percaya pada orang lain, lembut, ramah, dipercaya, membantu, memaafkan, mudah dibujuk, terang-terangan.

b. Individu yang memiliki sifat agreableness dengan nilai rendah adalah idividu yang kasar, klinis, curiga, tidak kooperatif, pendendam, bengis, pemarah, manipulatif (suka manipulasi).

5) Conscientiousness (S), menilai tingkat organisasi, ketekunan, motivasi dalam perilaku berarah tujuan. Berlawanan dengan orang yang bergantung kepada orang lain dan cerewet dengan mereka yang malas dan pembangkang.

a. Nilai tinggi

Individu yang memiliki sifat conscientiousness dengan nilai tinggi adalah individu yang dapat diandalkan, terorganisir, pekerja keras, disiplin diri, tepat waktu, cermat, rapi, ambisius, keras hati.

(16)

b. Nilai rendah

Individu yang mempunyai sifat conscientiousness dengan nilai rendah adalah individu yang tidak berjuang, tidak dapat diandalkan, malas, acuh, sembrono, lemah niat, hedonistis.

B. Locus of control

Locus of control (pusat pengendalian) menentukan tingkatan sampai dimana

individu meyakini bahwa perilaku mereka mempengaruhi apa yang terjadi pada mereka. Beberapa orang merasa yakin bahwa mereka mengatur dirinya sendiri dan memiliki tanggung jawab pribadi untuk apa yang terjadi terhadap diri mereka. Ketika mereka berkinerja dengan baik, mereka yakin bahwa hal tersebut disebabkan oleh usaha atau keterampilan mereka. Mereka digolongkan sebagai internal. Yang lainnya memandang diri mereka secara tak berdaya diatur oleh nasib, dikendalikan oleh kekuatan dari luar dimana, kalaupun ada, mereka hanya memiliki sedikit pengaruh. Ketika mereka berkinerja dengan baik, mereka yakin bahwa hal tersebut disebabkan oleh keberuntungan atau karena tugas tersebut merupakan tugas yang mudah. Mereka digolongkan sebagai eksternal .

C. Self efficacy

Self efficacy berpengaruh dengan keyakinan pribadi mengenai kompetensi dan

kemampuan diri. Secara spesifik, hal tersebut merujuk pada keyakinan seseorang terhadap kemampuan untuk menyelesaikan suatu tugas secara berhasil. Individu dengan tingkat self efficacy yang tinggi sangat yakin dalam kemampuan kinerja mereka. Konsep self efficacy memasukkan tiga dimensi: besarnya, kekuatan, dan generalitas.

(17)

D. Kreativitas

Kreativitas merupakan ciri kepribadian yang melibatkan kemampuan untuk meloloskan diri dari pemikiran kaku dan menghasilkan ide yang baru dan berguna. Kreativitas menghasilkan inovasi dan inovasi merupakan sumber kehidupan dari sejumlah perusahaan.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian Manusia

Sumber utama dalam perkembangan kepribadian adalah pembawaan dan lingkungan, dimana keduanya saling berinteraksi dan akan menghasilkan suatu struktur diri yang merupakan faktor penentu dalam kepribadian (Pieter dan lumongga, 2010).

a. Pembawaan

Artinya bahwa pembentukan kepribadian itu merupakan hasil warisan genetis dari kedua orang tua. Warisan genetis yang khas yaitu fungsi intelektual dari otak yang menghasilkan suatu jaringan komunikasi yang akan menentukan kemampuan (potensi diri) seseorang, seperti pola pikir, penalaran, fantasi, pengalaman ataupun pemecahan masalah bagi seseorang dalam melakukan aktivitas ataupun kegiatan perilaku seseorang.

b. Lingkungan

Artinya lingkungan juga merupakan faktor penentu dalam perkembangan dan pembentukan kepribadian seseorang. Adapun faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh dengan kepribadian adalah lingkungan fisik, psikis, dan sosiokultural.

(18)

c. Stuktur Diri

Yang paling fundamental dalam berfungsinya struktur diri yaitu asumsi-asumsi yang dibuat individu itu sendiri mengenai dirinya sendiri dengan lingkungan. Asumsi-asumsi itu berdasarkan hasil proses pembelajaran yang terdiri dari : 1. Asumsi realitas, yaitu pandangan seseorang mengenai segala sesuatu yang

ada di lingkungan, seperti pikiran atau pandangan mengenai dunia sekitarnya.

2. Asumsi kemungkinan, adalah pandangan seseorang mengenai segala sesuatu yang akan terjadi, seperti perubahan, kesempatan mengembangkan diri, ataupun memperoleh kemajuan sosial.

3. Asumsi nilai, adalah pandangan individu tentang segala sesuatu yang seharusnya, pandangan benar atau salah, baik atau buruk, diterima atau ditolak masyarakat.

2.2.4 Perubahan Kepribadian

Kepribadian pada dasarnya akan mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan fisik dan mental. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan kepribadian (Hidayat, 2009) adalah:

1. Faktor fisik : gangguan otak, kurang gizi, mengkonsumsi obat terlarang dan gangguan organik (kecelakaan atau sakit).

2. Faktor lingkungan sosial budaya : krisis politik, ekonomi, keamanan yang menyebabkan cemas, stress, dan masalah sosial.

3. Faktor diri sendiri : tekanan emosional (frustasi berkepanjangan), proses identifikasi atau imitas (meniru).

(19)

2.2.5 Pengukuran Kepribadian

Ada berbagai alat ukur yang dikembangkan untuk mengukur kepribadian

big five, diantaranya NEO-PI-R, HPI, PCI, NEO FFI, AB5C, CPI, Big Five factor Maker, dll. Berbagai inventori tersebut dalam penggunaannya perlu ijin khusus

dari penciptanya. Sebagai konsekwensinya instrumen-instrumen tersebut tidak dapat digunakan secara bebas oleh ilmuwan lain. Selain itu, juga tidak memungkinkan orang lain untuk mengembangkan maupun merevisinya. Mengingat hal tersebut Goldberg mempelopori adanya bank item mengenai inventori kepribadian yang di publikasikan dalam Internasional Personality Item

Pool (IPIP) website. IPIP website merupakan suatu usaha secara internasional

untuk mengembangkan sebuah set inventori kepribadian yang berasal dari item-item domain publik dan skala tersebut dapat digunakan untuk tujuan ilmiah ataupun tujuan komersil (Mastuti, 2005).

Item – item dalam IPIP telah dibandingkan dengan target berbagai inventory kepribadian yang sudah baku, diantaranya dengan Big Five faktor

Maker, NEO-PI-R, AB5C, 16 PF, CPI, MPQ, dll. Salah satu yang dibandingkan

dengan NEO-PI-R dari 30 faset yang ada item-item dalam ipip mempunyai koefisien alpha 0,64 sampai 0,88. Sementara itu dari item NEO-PI-R yang asli mempunyai koefisien alpha mulai 0,61 sampai 0,84. Hal ini menunjukkan bahwa item-item dalam IPIP mempunyai reliabilitas yang cukup baik. Sementara itu korelasi antara IPIP dan NEO-PI-R mulai 0,51 sampai 0,77 (Mastuti, 2005).

(20)

2.3 Penelitian Terdahulu

Sumbayak (2009) dengan judul skripsi ”Pengaruh Tipe Kepribadian Big

Five Personality Terhadap Coping Stress Pada Polisi Reserse Kriminal Poltabes

Medan”. Penelitian ini menggunakan metode analisis faktor dan analisis jalur satu persamaan jalur. Sehingga dari analisis faktor diperoleh hasil bahwa variabel tipe kepribadian big five personality yang dominan adalah Neurotism, agreeableness dan conscientiousness. Dan di analisis lanjut dengan menggunakan metode analisis jalur satu persamaan jalur, dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tipe kepribadian Neuroticsm, Agreeableness dan conscientiouness secara bersamaan memberi pengaruh sebesar 58,6% terhadap coping stress, dan tipe kepribadian extraversion memberi pengaruh sebesar 20,4% terhadap koping stress (emotion focused coping).

Yana (2005) dengan judul skripsi “Pengaruh Antara tipe Kepribadian

Introvert/Ekstrovert Dengan Rasa Malu Pada Remaja Akhir Yang Mendapat

Keringanan Tidak Membayar SPP di SMA Ar.Rahman Medan”. Penelitian ini menggunakan metode analsisis regresi linier berganda. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara tipe kepribadian

introvert/ekstrovert dengan rasa malu pada remaja akhir dengan nilai korelasi

0,534. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa semakin introvert kepribadian yang dimiliki individu, maka semakin kecil rasa malu yang dialami, sebaliknya semakin ekstrovert tipe kepribadian individu maka rasa malu yang dialami akan semakin besar.

(21)

Gambar 2.1 Secara ringkas tentang teori kepribadian di atas dapat digambarkan sebagai berikut.

1. Tipologi Konstitusional A. Hipocrates Gallenus

No Tipe kepribadian Karakteristik individu

1 Melankolis selalu bersikap murung atau muram, pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga.

2 Sanguinis selalu menunjukkan wajah berseri-seri, periang atau selalu gembira, dan bersikap optimistis.

3 Flegmatis sifatnya lamban dan pemalas,

wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah.

4 Koleris bertubuh besar dan kuat, namun

penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif.

B. Kretschmer

No Tipe kepribadian Karakteristik Individu

1 Atletis ciri-ciri tubuh: besar, berotot kuat, kekar dan tegap, berdada lebar. Tipe watak orang yang berbentuk atletis adalah schizothyme, yang mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme, menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri.

2 Astenis ciri-ciri: tinggi, kurus, tidak kuat, bahu sempit, lengan, dan kaki kecil. Tipe watak orang yang astenis adalah schizothyme, yang mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme, menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri.

3 Piknis ciri-ciri: bulat, gemuk, pendek, muka bulat, leher pendek dan kuat, perut besar. Tipe watak orang yang piknis adalah schizothyme, yang mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme,

(22)

menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri.

4 Displatis ramah, cenderung menjadi maniak depresif, mudah mengadakan kontak sosial atau dunia luar, mudah bergaul, mudah mendapat teman, pergaulan menyenangkan dan mudah merasakan suka dan duka orang lain.

C. Sheldon

No Tipe Kepribadian Karakteristik Individu

1 Endomorf kecenderungan pada kebulatan, keluwesan, kehalusan, dan gemuknya tubuh, serta tangan-kaki yang lembut dan kecil.

2 Mesomorf Orang tipe ini punya kecenderungan kokoh, keras, otot tampak bersegi-segi, tahan sakit. Termasuk pada golongan tipe ini, misalnya, para olahragawan, pengelana, dan tentara.

3 Ektomorf tangan dan kaki yang lurus, tubuhnya tampak lemah dan langsing, jangkung, dada pipih, dan otot-otot hampir tidak tampak berkembang.

2. Tipologi Ketidaksadaran

No Tipe Kepribadian Karakteristik Individu

1 Extrovert sifat-sifat : berhati terbuka, lancar dalam pergaulan, ramah, penggembira, kontak dengan lingkungan besar sekali. Mereka mudah mempegaruhi dan mudah pula dipengaruhi oleh lingkungannya.

2 Introvert

sifat-sifat: kurang pandai bergaul, pendiam, sukar diselami batinnya, suka menyendiri, bahkan sering takut kepada orang lain.

(23)

3. Tipologi Berdasarkan Perilaku Organisasi A. The Big Five Personality

1 Neurotism a. Nilai Tinggi

indvidu yang memiliki rasa takut yang berlebihan, gugup, emosional, tidak aman, tidak cakap, hypocodriacal.

b. Nilai rendah

individu yang memiliki rasa tenang, rileks, tidak emosional, kukuh, aman, puas diri. 2 Extraversion a. Nilai tinggi

individu yang dapat bersosialisasi, aktif, senang bercakap-cakap, berorientasi pada orang, optimis, menyukai keceriaan, dan lembut.

b. Nilai rendah

Individu yang memiliki sifat pendiam, menahan diri, bijaksana, tidak gembira, menyendiri, berorientasi pada tugas, dan menarik diri.

3 Opennes to experience

a. Nilai tinggi

Individu yang mempunyai minat yang lebih besar, ingin tahu, kreatif, original, imajinatif, tidak tradisional.

b. Nilai rendah

Individu yang konvensional, membumi, sedikit minat, tidak artistik, tidak analitis. 4 Agreeableness a. Nilai tinggi

Individu yang mudah percaya pada orang lain, lembut, ramah, dipercaya, membantu, memaafkan, mudah dibujuk, terang-terangan.

b. Individu yang kasar, klinis, curiga, tidak kooperatif, pendendam, bengis, pemarah,

manipulatif (suka manipulasi).

5 Conscientiousness a. Nilai tinggi

Individu yang dapat diandalkan, terorganisir, pekerja keras, disiplin diri, tepat waktu, cermat, rapi, ambisius, keras hati.

b. Nilai rendah

Individu yang tidak berjuang, tidak dapat diandalkan, malas, acuh, sembrono, lemah niat, hedonistis.

(24)

B. locus of control

No Tipe Kepribadian Karakteristik Individu

1 External Individu yang memandang dirinya tak berdaya diatur oleh nasib, dikendalikan oleh kekuatan dari luar. Ketika mereka bekerja dengan baik, mereka yakin bahwa hal tersebut disebabkan oleh keberuntungan atau karena tugas tersebut adalah tugas yang mudah.

2 Internal Individu yang yakin bahwa mereka

mengatur dirinya sendiri dan memiliki tanggung jawab pribadi terhadap diri mereka.

C. Self Efficacy

Individu yang mempunyai keyakinan yang tinggi terhadap kompetensi dan kemampuan diri sendiri.

D. Kreativitas

Kreativitas merupakan ciri kepribadian yang melibatkan kemampuan untuk meloloskan diri dari pemikiran kaku dan menghasilkan ide yang baru dan berguna. Kreativitas menghasilkan inovasi dan inovasi merupakan sumber kehidupan dari sejumlah perusahaan.

Gambar

Gambar 2.1 Secara ringkas tentang teori kepribadian di atas dapat digambarkan     sebagai berikut

Referensi

Dokumen terkait

Setelah data yang berbentuk nilai biner tersebut diterima oleh mikrokontroller maka data hasil output per frekuensi tersebut akan diletakkan secara berurutan di dalam memori

[r]

Penelitian ini akan menelaah tentang adakah perbedaan hasil antara stimulasi ovulasi pada IIU dengan menggunakan preparat oral klomifen sitrat dan apabila menggunakan kombinasi

Adapun kajian yang akan dibahas penulis adalah “Studi Komparasi antara Hukum Positif dan Hukum Islam tentang Menipulasi Akta Nikah dalam perkawinan” dari semua yang

Salah satu program komedi Televisi yang banyak mendapat protes dari masyarakat adalah Pesbukers , program ini sempat ingin dilaporkan kepadapresiden RI, karena isi

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Ketentuan Pasal 46 ayat (7) dan Pasal 54 Ayat (9) Peraturan Walikota Nomor 144 Tahun 2020 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas,

Fakta menyebutkan bahwa faktor pendidikan merupakan penyebab dari tingkat pengetahuan menjadi rendah, sedangkan ada faktor lainnya yaitu kurangnya informasi sehingga

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan: (1) semua kata, frasa, dan kalimat yang mengandung unsur budaya dalam novel Entrok dan terjemahannya pada novel