• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN KREATIFITAS PEGAWAI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PADA KANTOR KECAMATAN SANGKULIRANG KABUPATEN KUTAI TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN KREATIFITAS PEGAWAI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PADA KANTOR KECAMATAN SANGKULIRANG KABUPATEN KUTAI TIMUR"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

© Copyright 2017 S1 PIN

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN

KREATIFITAS PEGAWAI TERHADAP

KUALITAS PELAYANAN PADA KANTOR

KECAMATAN SANGKULIRANG

KABUPATEN KUTAI TIMUR

Rudi Lestra Sujana1

Abstrak

Artikel ini berkaitan dengan masalah kualitas pelayanan di kantor kecamatan sangkulirang kabupaten kutai timur, dengan mencoba melihat hubungan atau pengaruh kreativitas pegawai dan tingkat pendidikan sebagai faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan. Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner, wawancara, dan observasi langsung dilapangan. Data yang dikumpulkan dianalisis dan mendapat temuan berupa adanya hubungan yang positif antara pariabel tingkat pendidikan dan kreatifitas pegawai dengan variabel kualitas pelayanan, kemudian setelah digunakan rangkaian hasil uju statistik diperoleh hasil tingkat pendidikan dan kreatifitas pegawai memiliki pengaruh terhadap kualitas pelayanan. Hasil uji signifikan diperoleh hasil Ttest

lebih besar dari pada nilai Ttabel, sehingga hipotesis yang penulis ajukan diterima.

Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dan kreatifitas pegawai terhadap kualitas pelayanan sebesar 35,7%.

Kata Kunci: tingkat pendidikan, kreatifitas pegawai, kualitas pelayanan. Pendahuluan

Setiap daerah dalam melakukan pelayanan mempunyai hak dan kewajiban dalam mengatur daerahnya sendiri dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum perundang-undangan yang lebih tinggi atau sesuai hirarki perundangan yang berlaku di Indonesia. Berpedoman pada UUD No 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik setiap organisasi pemerintahan berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Kualitas pelayanan adalah yang keseluruhan ditentukan oleh kesesuaian keinginan yang dihasilkan dari perbandingan keinginan dan kinerja yang dirasakan konsumen dan suatu standar yang harus dicapai oleh seseorang atau kelompok atau organisasi mengenai kualitas sumber daya manusia terhadap kualitas pelayanan yang dihasilkan.

(2)

Melihat betapa pentingnya sumber daya manusia dalam setiap kegiatan organisasi, maka pelaksanaan kegiatan dalam organisasi diperlukan seseorang yang mampu bekerja yakni yang memiliki pendidikan yang cukup untuk mendukung didalam kinerjanya dan keahlian dalam bekerja, keterbukaan, efesiensi, kejelasan, pribadi yang kreatif sehingga dapat menghasilkan kualitas pelayanan yang baik yang diharapkan organisasi untuk keperluan masyarakat.

Artikel ini menyoroti apakah besar atau kecil tinggi atau rendahnya kualitas pelayanan yang dihasilkan pegawai di kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur yang dihubungkan dengan variabel tingkat pendidikan dan kreatifitas pegawai dimana posisinya sebagai faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan. Ada beberapa alasan mengapa fokus kajian ini dipilih. Pertama, untuk menguji pengaruh tingkat pendidikan dengan kualitas pelayanan. Kedua, untuk menguji kreatifitas pegawai dengan kualitas pelayanan. Ketiga, untuk menguji bersama-sama tingkat pendidikan dan kreatifitas pegawai mempengaruhi kualitas pelayanan.

Artikel ini berumuskan masalah yaitu pertama, apakah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan. Kedua, apakah kreatifitas pegawai berpengaruh terhadap kualitas pelayanan. Ketiga, apakah tingkat pendidikan dan kreatifitas pegawai berpengaruh terhadap kualitas pelayanan. Artikel ini juga memakai data-data dari hasil penelitian lapangan yang penulis lakukan dan kemudian dilakukan analisis.

Sebelum memfokuskan bahasan pada pengaruh tingkat pendidikan dan kreatifitas pegawai terhadap kualitas pelayanan di kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur dan agar analisis yang dilakukan mempunyai pijakan teoritis, pada bagian berikut akan dibahas terlebih dahulu kerangka dasar teori.

Kerangka Dasar Teori

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si pendidik menuju terbentuknya kepribadian utama. Menurut Hariandja (2002: 169) menyatakan bahwa tingkat pendidikan seorang karyawan dapat meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki kinerja perusahaan. Pendidikan tidak hanya di tempuh melalui jalur formal. Ada pula seperti jalur nonformal, pendidikan nonformal atau yang lebih dikenal dengan istilah Pendidikan Luar Sekolah (PLS) ini, merupakan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat

Menurut UU SISDIKNAS No. 20 (2003), jenis atau indikator pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta

(3)

didik, yang meliputi Pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Kreatifitas Pegawai

Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris “to create” yang berarti mencipta, yaitu mengarang atau membuat sesuatu yang berbeda baik bentuk, susunan atau gaya dari yang lazim dikenal orang. Menurut Renzulli (dalam Munandar, 2004:98) mengatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan umum untuk mencipta sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberi gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.

Menurut Supriadi (dalam Slameto 2003:17) mengatakan bahwa ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori kognitif dan non kognitif.

Ciri-ciri dari kognitif diantaranya orisinalitas, flekselitas, kelancaran, dan elabrasi. Sedangkan ciri non kognitif diantaranya motivasi sikap dan kepribadian kreatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreatifitas pegawai Menurut Roger (dalam Munandar, 2009 : 56) yaitu Dorongan dari dalam diri sendiri setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Selanjutnya dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik) Munandar (2009 : 44) mengemukakan bahwa lingkungan yang dapat mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan utama dalam pengembangan kreativitas individu.

Kemudian aspek-aspek kreatifitas menurut Guilford (dalam Munandar, 2009 : 39) mengemukakan Aspek-aspek dari kreativitas antara lain kelancaran berpikir, kewulesan berpikir, elaborasi, originalitas,

Kualitas Pelayanan

Menurut Sinambela (2008 : 6), adalah kualitas pelayanan “segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers)” Berdasarkan pengertian di atas bahwa kualitas merupakan hal-hal yang di inginkan dan dibutuhkan pelanggan atau masyarakat. Menurut Tjiptono (2004:56), Kualitas pelayanan adalah sistem manajemen strategik dan integratif yang melibatkan semua manajer dan karyawan, serta menggunakan metode-metode kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki secara berkesinambungan proses-proses organisasi, agar dapat memenuhi dan melebihi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan. Keputusan MENPAN Tahun (2004) mengelompokan tiga jenis pelayanan dari instansi pemerintah serta BUMN/BUMD di antaranya Jenis Pelayanan Administratif, Jenis Pelayanan Barang dan jenis pelayanan jasa. Menurut Gaspersz (dalam Juran 1997:87) karakteristik kualitas memberikan definisi manajemen kualitas sebagai suatu

(4)

kumpulan aktivitas yang berkualitas dengan kualitas tertentu yang memiliki karakteristik, Kualitas menjadi bagian dari setiap agenda manajemen.Sasaran kualitas dimasukan kedalam rencana bisnis, jangkauan di turunkan adalah pada pelanggan dan pada kesesuaian kompetensi disana adalah untuk peningkatan kualitas tahunan, pengukuran ditetapkan seluruhnya. menurut Napitupulu (2007 : 164), pelayanan adalah kegiatan atau proses pemenuhan kebutuhan orang lain secara lebih memuaskan berupa produk jasa dengan sejumlah ciri seperti tidak berwujud, cepat hilang, lebih dapat di rasakan daripada dimiliki, dan pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut.

Pasolong (2008:199-200) jenis pelayanan terdiri dari jenis pelayanan administratif, jenis pelayanan barang dan jenis pelayanan jasa. Menurut Kotler (dalam Napitupulu 2007: 164) menyebutkan sejumlah beberapa karakteristik pelayanan diantaranya tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, berubah-ubah dan bervariasi, cepat hilang dan tidak lama. Menurut Pasolong (2008:213-214) Kriteria yang digunakan untuk melakukan penilaian kualitas pelayanan publik.

Hubungan/Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Kreativitas Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan

Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Kualitas Pelayanan

Menurut UU No 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam mengembangkan bakat diri dan menanmkan daya saing. Menurut Simamora (2001:23) terdapat hubungan dan saling berhubungan antara tingkat pendidikan dan kualitas pelayanan, bahwa tingginya tingkat pendidikan yang dimilikiakan mudah menciptakan kualitas dari suatu pelayanan, sebaliknya kualitas pelayanan dapat diciptakansalah satunya dengan ditunjang dengan tingkat pendidikan tinggi.

Selanjutnya menurut Notoadmojo (2003:42) tingkat pendidikanyang tinggi yang didapat individuakan menjadi bekal dalam menghasilkan pelayanan yang berkualitas dan juga merupakansalah satu upaya dalam mengembangkan sumber daya manusia terutama untuk mengembangkan kualitas, intelektualdan kpribadian manusia dalam melakukan suatu pekerjaan, karena pendidikan tinggi dapat mengembangkan kinerja pegawaidalam meningkatkan kualitas pelayanan, dapat menganalisa data dengan baik,dan menciptakan ide-ide untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Dan dibanyak negara pada umumnya dan instansi pada khususnya, tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan para pegawai.

Dari dua pendapat menunjukkan adanya pengaruh atau hubungan pendidikan terhadap kualitas pelayanan, secara langsung atau tidak langsung pendidikan berpengaruh pada kualitas pelayanan dalam suatu negara atau instansi.

Hubungan Kreatifitas Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan

Selain faktor pendidikan, kualitas pelayanan juga dipengaruhi oleh hal lainnya, kreativitas pegawai juga bisa dijadikan faktor yang mempengaruhi

(5)

kualitas pelayanan. Munandar (2009: 35) mengatakan bahwa pribadi yang kreatifitasnya tinggi biasanya lebih teroganisasi dalam tindakan dan mampu menciptakan kualitas pelayanan dalam kerja yang tinggi. Rencana inovatif serta produk orisinal mereka telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya. Dalam teori kreatif diatas, kreativitas membawa seseorang selalu dalam tindakan, memikirkan dengan matang dan mempertimbangkan dengan masalah yang mungkin timbul. Ini merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki pegawai dalam menciptakan hasil kerja yang bagus dan dalam meningkatkan kualitas pelayanan yang dihasilkan.

Dalam kualitas pelayanan, kreativitas memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas dari pelayanan itu sendiri. Misalnya saja seorang pegawai dalam pekerjaannya ingin memberikan pelayanan kepada masyarakat tapi tidak mengetahui bagaimana cara yang harus dilakukan maka ini bisa menjadi penghambat dalam pekerjaan dengan kurangnya kreativitas pegawai. Misalnya seseorang yang memiliki kreativitas tinggi maka dalam mengerjakan suatu pekerjaan akan terasa mudah dan kualitas pelayanan yang dihasilkan akan maksimal.

Hubungan/Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Kreativitas Pegawai Secara Bersama-sama terhadap Kualitas Pelayanan

Selain hubungan secara sendiri-sendiri kualitas pelayanan juga dipengaruhi secara bersama-sama oleh tingkat pendidikan dan kreativitas. Menurut Marimba dan Hariandja (2005:32) bahwa pendidikan tinggi yang dimiliki oleh individu dan kreatifitas yang tinggi akan tertuang pada kualitas pelayanan yang diciptakan. Contohnya saja seperti pegawai yang memiliki tingkat pendidikan formal tinggi tapi tidak memiliki kreativitas, maka bisa saja pegawai tersebut tidak dapat menciptakan kualitas pelayanan dalam hasil kerjanya. Tapi pegawai yang memiliki tingkat pendidikan formal yang rendah tapi sering mendapatkan banyak pengalaman kerja dari orang lain atau dari pengalaman sendiri bisa membuat atau menciptakan kualitas pelayanan yang baik.

Jadi tingkat pendidikan dan kreativitas pegawai ini jika diukur secara bersama-sama bisa mempengaruhi kualitas pelayanan yang dihasilkan pegawai.

Pada artikel ini berhipotesis pertama, bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas pelayanan. Kedua, kreatifitas pegawai berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas pelayanan. Ketiga, tingkat pendidikan dan kreatifitas pegawai secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas pelayanan.

(6)

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur, dengan menempatkan seluruh PNS menjadi responden yang berjumlah 37 orang.

Penelitian ini bersifat asosiatif dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain : (1) observasi, (2) Kuesioner, (3) dokumentasi, (4) penelitian kepustakaan. Adapun pokok-pokok isi kuesioner penelitian ini merupakan indikator dari variabel tingkat pendidikan meliputi : (1) pendidikan dasar, (2) pendidikan menengah, (3) pendidikan tinggi. Variabel kreatifitas pegawai meliputi : (1) pribadi/dorongan kreatif, (2) kegiatan kreatif, (3) hasil produk kreatifitas dan variabel kualitas pelayanan meliputi : (1) Kejelasan, (2) efesiensi, (3) keterbukaan.

Untuk menguji data yang diperoleh dan juga untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, maka penulis menggunakan teknik analisis, yaitu (1) korelasi

pearson product moment, (2) korelasi parsial, (3) regresi linear berganda, (4)

kecermatan prediksi, (5) koefesian penentu atau koefesien determinasi. Dalam penelitian ini menggunakan skala likert sebagai alat pengukur data. Mengenai kriteria atau skor, menurut Singarimbun (1995:110) ada penelitian yang menggunakan jenjang 3 (1,2,3), jenjang 5 (1,2,3,4,5), dan jenjang 7 (1,2,3,4,5,6,7). Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenjang 5, maka jawaban responden dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi (jawaban a diberi nilai 5, jawaban b diberi nilai 4, jawaban c diberi nilai 3, jawaban d diberi nilai 2, dan jawaban e diberi nilai 1).

Hasil dan Pembahasan Analisis Sub Variabel

Tingkat Pendidikan

Untuk variabel dalam penelitian ini terdapat indikator sebagai alat ukur yang menjadi isi koesioner. Untuk variabel tingkat pendidikan terdapat sub variabel antara lain ( pendidikan dasar) : pada indikator pendidikan dasar menerapkan nilai-nilai pentingnya kualitas pelayanan diperoleh hasil jawaban 5 orang responden atau 13,51% berpendapat sangat menerapkan, 14 orang atau 37,83% berpendapat menerapkan, 10 orang atau 27,02% berpendapat cukup menerapkan, 4 orang atau 10,81% berpendapat kurang menerapkan, dan 4 orang responden atau 10,81% tidak menerapkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebanyak 37,83% pegawai kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur dilihat dari pendidikan dasar menerapkan pentingnya kualitas pelayanan. Indikator pendidikan dasar, apakah berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan diperoleh hasil jawaban 5 orang responden atau 13,51% berpendapat sangat berdampak, 8 orang responden atau 21,62% berpendapat berdampak, 12 orang raesponden atau 32,43% berpendapat cukup berdampak, 10 orang responden atau 27,02% berpendapat kurang berdampak, 2 orang responden atau 5,40% berpendapat tidak berdampak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

(7)

sebanyak 32,43% pegawai kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur mempunyai pendidikan dasar yang cukup berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan. Indikator pendidikan dasar, apakah pendidikan dasar yang diikuti dapat mendukung pada peningkatan kualitas pelayanan diperoleh hasil 8 orang responden atau 21,62% berpendapat sangat mendukung, 13 orang responden atau 35,13% berpendapat mendukung, 6 orang responden atau 16,21% berpendapat cukup mendukung, 8 orang responden atau 21,62%kurang mendukung, 2 orang responden atau 5,40% tidak mendukung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 13 orang atau 35,13% pegawai kantor kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur dilihat dari pendidikan dasar mendukung pada peningkatan kualitas pelayanan.

Untuk variabel tingkat pendidikan dengan sub variabel (pendidikan menengah) : pada indikator pendidikan menengah yang pernah diikuti mampu meningkatkan kualitas pelayanan diperoleh hasil 0 orang responden atau 0% berpendapat sangat mampu, 22 orang responden atau 59,45% berpendapat mampu, 11 orang responden atau 29,72% berpendapat cukup mampu, 3 orang responden atau 8,10% kurang mampu, 1 orang responden atau 2,70% tidak mampu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 22 orang atau 59,45% pegawai Kantor Camat Sangkulirang dilihat dari pendidikan menengah mampu meningkatkan kualitas pelayanan. Indikator pendidikan menengah berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan diperoleh hasil 5 orang responden atau 13,51% berpendapat sangat berdampak, 13 orang responden atau 35,13% berpendapat berdampak, 16 orang responden atau 43,24% berpendapat cukup berdampak, 2 orang responden atau 5,40% kurang berdampak, 1 orang responden atau 2,70% tidak berdampak. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 16 orang atau 43,24% pegawai Kantor Camat Sangkulirang dilihat dari pendidikan menengah berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan. Indikator pendidikan menengah mampu membentuk sikap dan prilaku dalam hal peningkatan kualitas pelayanan diperoleh hasil 8 orang responden atau 21,62% berpendapat sangat mampu, 12 orang responden atau 32,43% berpendapat mampu, 10 orang responden atau 27,02% berpendapat cukup mampu, 2 orang responden atau 5,40%kurang mampu, 0 orang responden atau 0% tidak mampu. Sehingga disimpulkan sebanyak 12 orang atau 32,43% pegawai Kantor Camat Sangkulirang yang mempunyai pendidikan menengah mampu membentuk sikap dan prilaku dalam hal peningkatan kualitas pelayanan.

Untuk variabel tingkat pendidikan dengan sub variabel ( pendidikan tinggi ) : pada indikator pendidikan tinggi yang pernah diikuti mampu meningkatkan kualitas pelayanan di tempat kerja diperoleh hasil 4 orang responden atau 10,81% berpendapat sangat mampu, 21 orang responden atau 56,75% berpendapat mampu, 10 orang responden atau 27,02% berpendapat cukup mampu, 1 orang responden atau 2,70%kurang mampu, 1 orang responden atau 2,70% tidak mampu. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 21 orang atau 56,75% pegawai Kantor Camat Sangkulirang yang mempunyai pendidikan tinggi mampu

(8)

meningkatkan kualitas pelayanan. Indikator lingkungan pendidikan tinggi mendukung peningkatan kualitas pelayanan ditempat kerja diperoleh hasil 7 orang responden atau 18,91% berpendapat sangat mendukung, 17 orang responden atau 45,94% berpendapat mendukung, 9 orang responden atau 24,32% berpendapat cukup mendukung, 2 orang responden atau 5,40%kurang mendukung, 2 orang responden atau 5,40% tidak mendukung. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 17 orang atau 45,94% pegawai Kantor Camat Sangkulirang lingkungan pendidikan tinggi mendukung kualitas pelayanan. Indikator pendidikan tinggi mampu membentuk sikap dan prilaku diperoleh hasil 10 orang responden atau 27,02% berpendapat sangat mampu, 12 orang responden atau 32,43% berpendapat mampu, 11 orang responden atau 29,72% berpendapat cukup mampu, 3 orang responden atau 8,10% kurang mampu, 1 orang responden atau 2,70% tidak mampu. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 12 orang atau 32,43% pegawai Kantor Camat Sangkulirang yang mempunyai pendidikan tinggi mampu membentuk sikap dan prilaku.

Kreatifitas Pegawai

Untuk variabel kreatifitas pegawai dengan sub variabel (pribadi/dorongan untuk kreatif ) : pada indikator berpikir cepat dalam menyelesaikan suatu permasalahan di peroleh hasil 6 orang responden atau 16,21% berpendapat sangat cepat, 16 orang responden atau 43,24% berpendapat cepat, 11 orang responden atau 29,72% berpendapat cukup cepat, 4 orang responden atau 10,81% kurang cepat, 0 orang responden atau 0% tidak mendukung. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 16 orang atau 43,24% pegawai Kantor Camat Sangkulirang memiliki cara berpikir cepat dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Indikator memiliki gagasan dan ide mampu mengkomunikasikan setiap gagasan di peroleh hasil 5 orang responden atau 13,51% berpendapat sangat memiliki, 18 orang responden atau 48,64% berpendapat memiliki, 11 orang responden atau 29,72% berpendapat cukup memiliki, 3 orang responden atau 8,10%kurang memiliki, orang responden atau 0% tidak memiliki. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 18 orang atau 48,64% pegawai Kantor Camat Sangkulirang memiliki gagasan dan ide dan mampu mengkomunikasikan setiap gagasan. Indikator mampu mengkomunikasikan setiap gagasan di peroleh hasil 4 orang responden atau 10,81% berpendapat sangat mampu, 11 orang responden atau 29,72% berpendapat mampu, 14 orang responden atau 37,83% berpendapat cukup mampu, 7 orang responden atau 18,91%kurang mampu, 1 orang responden atau 2,70% tidak mampu. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 14 orang atau 37,83% pegawai Kantor Camat Sangkulirang dalam mengkomunikasikan setiap gagasan cukup mampu untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

Untuk variabel kreatifitas pegawai dengan sub variabel ( kegiatan kreatif ) : pada indikator berusaha menyelesaikantugas dengan mengorbankan waktu dan tenaga di peroleh hasil 10 orang responden atau 27,02% berpendapat sangat berusaha, 17 orang responden atau 45,94% berpendapat berusaha, 10 orang

(9)

responden atau 27,02% berpendapat cukup berusaha, 0 orang responden atau 0%kurang berusaha, 0 orang responden atau 0% tidak berusaha. Sehinga dapat disimpulkan sebanyak 17 orang 45,94% pegawai Kantor Camat Sangkulirang berusaha dalam menyelesaikan tugas dengan mengorbankan waktu dan tenaga. Idikator melakukan cara baru dalam pelayanan di peroleh hasil 3 orang responden atau 8,10% berpendapat sangat melakukan, 18 orang responden atau 48,64% berpendapat melakukan, 11 orang responden atau 29,72% berpendapat cukup melakukan, 2 orang responden atau 5,40%kurang melakukan, 3 orang responden atau 8,10% tidak melakukan. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 18 orang atau 48,64% pegawai Kantor Camat Sangkulirang melakukan cara baru dalam proses pelayanan. Indikator memiliki pengetahuan untuk peningkatan kualitas pelayanan diperoleh hasil 7 orang responden atau 18,91% berpendapat sangat memiliki, 13 orang responden atau 35,13% berpendapat memiliki, 15 orang responden atau 40,54% berpendapat cukup memiliki, 2 orang responden atau 5,40%kurang memiliki, 0 orang responden atau 0% tidak memiliki. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 15 orang atau 40,54% pengetahuan sangat berguna bagi pegawai untuk orientasi ke dunia kerja dalam meningkatkan kualitas pelayanan.

Untuk variabel kreatifitas pegawai dengan sub variabel (hasil produk kreatifitas) : pada indikator sering mengajukan ide baru untuk meningkatkan kualitas pelayanan diperoleh hasil 5 orang responden atau 13,51% berpendapat sangat sering mengajukan, 12 orang responden atau 32,43% berpendapat Sering mengajukan, 8 orang responden atau 21,62% berpendapat cukup sering mengajukan, 8 orang responden atau 21,62%kurang sering mengajukan, 4 orang responden atau 10,81% tidak sering mengajukan. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 12 orang atau 32,43% pegawai Kantor Camat Sangkulirang sering mengajukan ide baru untuk meningkatkan kinerja. Indikator melakukan proses kerja yang baru diperoleh hasil 4 orang responden atau 10,81% berpendapat sangat melakukan, 12 orang responden atau 32,43% berpendapat melakukan, 17 orang responden atau 45,94% berpendapat cukup melakukan, 2 orang responden atau 5,40%kurang melakukan, 2 orang responden atau 5,40% tidak melakukan. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 17 orang atau 45,94% pegawai Kantor Camat Sangkulirang cukup melakukan proses kerja yang baru untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Indikator sering mengusulkan cara-cara baru pelayanan diperoleh hasil 1 orang responden atau 2,70% berpendapat sangat sering mengusulkan, 15 orang responden atau 40,54% berpendapat Sering mengusulkan, 13 orang responden atau 35,13% berpendapat cukup sering mengusulkan, 5 orang responden atau 13,51%kurang sering mengusulkan, 3 orang responden atau 8,10% tidak sering mengusulkan. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 15 orang atau 40,54% pegawai Kantor Camat Sangkulirang sering mengusulkan cara-cara baru pelayanan dalam meningkatkan kualitas pelayanan.

(10)

Pada variabel kualitas pelayanan dengan sub variabel (kejelasan) : pada indikator pentingnya kejelasan dalam pemberian pelayanan diperoleh hasil 19 orang responden atau 51,35% berpendapat sangat penting, 7 orang responden atau 18,91% berpendapat penting, 8 orang responden atau 21,62% berpendapat cukup penting, 2 orang responden atau 5,40%kurang penting, 1 orang responden atau 2,70% tidak penting. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 19 orang atau 51,35% pegawai Kantor Camat Sangkulirang sangat penting suatu kejelasan dalam pemberian pelayanan. Indikator dampak kejelasan dan kepastian dalam pelayanan diperoleh hasil 18 orang responden atau 48,64% berpendapat sangat berdampak, 9 orang responden atau 24,32% berpendapat berdampak, 6 orang responden atau 16,21% berpendapat cukup berdampak, 4 orang responden atau 10,81%kurang berdampak, 0 orang responden atau 0% tidak berdampak. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 18 orang atau 48,64% pegawai Kantor Camat Sangkulirang kejelasan dan kepastian dalam pelayanan sangat berdampak dalam kualitas pelayanan. Indikator keterlibatan dalam memberikan pelayanan dan kepastian pelayanan diperoleh hasil 8 orang responden atau 21,62% berpendapat sangat terlibat, 11 orang responden atau 29,72% berpendapat terlibat, 13 orang responden atau 35,15% berpendapat cukup terlibat, 3 orang responden atau 8,10%kurang terlibat, 2 orang responden atau 5,40% tidak terlibat. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 13 orang atau 35,15% pegawai Kantor Camat Sangkulirang cukup terlibat dalam memberikan pelayanan dan kepastian pelayanan.

Selanjutnya variabel kualitas pelayanan dengan sub variabel (efesiensi) : pada indikator pelayanan yang efesien dapat meningkatkan kualitas pelayanan diperoleh hasil 19 orang responden atau 51,35% berpendapat sangat meningkatkan, 10 orang responden atau 27,02% berpendapat meningkatkan, 6 orang responden atau 16,21% berpendapat cukup meningkatkan, 2 orang responden atau 5,40%kurang meningkatkan, 0 orang responden atau 0% tidak meningkatkan. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 19 orang atau 51,35% pegawai Kantor Camat Sangkulirang berpendapat mengenai pelayanan yang efesien dapat meningkatkan kualitas pelayanan yaitu sangat meningkatkan. Indikator kepuasan menyelesaikan pekerjaan dengan efesien diperoleh hasil 9 orang responden atau 24,32% berpendapat selalu merasa puas, 20 orang responden atau 54,05% berpendapat merasa puas, 6 orang responden atau 16,21% berpendapat cukup merasa puas, 2 orang responden atau 5,40%kurang meras puas, 0 orang responden atau 0% tidak merasa puas. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 20 orang atau 54,05% pegawai Kantor Camat Sangkulirang merasa puas dalam menyelesaikan pekerjaan dengan efesien. Indikator ketepatan waktu dalam meningkatkan kualitas diperoleh hasil 3 orang responden atau 8,10% berpendapat selalu tepat waktu, 16 orang responden atau 43,24% berpendapat tepat waktu, 13 orang responden atau 35,13% berpendapat cukup tepat waktu, 4 orang responden atau 10,81%kurang tepat waktu, 1 orang responden atau 2,70% tidak tepat waktu. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 16 orang atau 43,24%

(11)

pegawai Kantor Camat Sangkulirang tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaan untuk meningkatkan kualitas.

Selanjutnya variabel kualitas pelayanan dengan sub variabel (keterbukaan) : pada indikator komunikasi sesama rekan kerja dalam menyelesaikan masalaha pekerjaan diperoleh hasil 17 orang responden atau 45,94% berpendapat selalu berkomunikasi, 13 orang responden atau 35,13% berpendapat berkomunikasi, 4 orang responden atau 10,81% berpendapat cukup berkomunikasi, 2 orang responden atau 5,40%kurang berkomunikasi, 1 orang responden atau 2,70% tidak berkomunikasi. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 17 orang atau 45,94% pegawai Kantor Camat Sangkulirang selalu berkomunikasi sesama rekan kerja dalam menyelesaikan masalahan pekerjaan. Indikator dampak keterbukaan dalam pelayanan diperoleh hasil 15 orang responden atau 40,54% berpendapat sangat berdampak, 13 orang responden atau 35,13% berpendapat berdampak, 5 orang responden atau 13,51% berpendapat cukup berdampak, 4 orang responden atau 10,81%kurang berdampak, 0 orang responden atau 0% tidak berdampak. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 15 orang atau 40,54% pegawai Kantor Camat Sangkulirang dalam memberikan pelayanan keterbukaan dalam pelayanan sangat berdampak untuk peningkatan kualitas pelayanan yang ada. Indikator pentingnya keterbukaan dalam pemberian pelayanan diperoleh hasil 20 orang responden atau 54,05% berpendapat sangat penting, 7 orang responden atau 18,91% berpendapat penting, 9 orang responden atau 24,32% berpendapat cukup penting, 1 orang responden atau 2,70%kurang penting, 0 orang responden atau 0% tidak penting. Sehingga dapat disimpulkan sebanyak 20 orang atau 54,05% pegawai Kantor Camat Sangkulirang sangat penting keterbukaan dalam pemberian pelayanan.

Pengujian Hipotesis

Berdasarkan perhitungan menggunakan SPSS Statistics versi 20 diperoleh hasil korelasi pearson product moment antara X1 dan Y yaitu r = 0,503. Jadi

terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas pelayanan pada kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur sebesar 0,503. Serta diketahui pula Ftest > Ftabel (12,192 > 2,47) maka korelasi signifikan atau dapat

dikatakan pengawasan memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas pelayanan pada kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur. Hasil korelasi pearson product moment X2 dan Y yaitu r = 0,489. Jadi terdapat

hubungan antara kreatifitas pegawai dengan kualits pelayanan pada kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur sebesar 0,489. Serta diketahui > (11,306 > 2,47) maka korelasi signifikan atau dapat dikatakan kreatifitas pegawai memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas pelayanan pada Kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur.

Selanjutnya analisis korelasi parsial, berdasarkan perhitungan menggunakan SPSS Statistics versi 20.0 diperoleh hasil korelasi sebesar 0,448 dimana variabel kreatifitas pegawai dibuat tetap (dikontrol) untuk seluruh

(12)

responden. Serta diketahui pula lebih besar dari (2,923 > 1,307). Dengan demikian koefesien korelasi variabel tingkat pendidikan dengan kualitas pelayanan pada Kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur dimana variabel kreatifitas pegawai sebagai variabel pengontrol adalah signifikan yaitu dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi pegawai pada Kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur. Kemudian hasil selanjutnya diperoleh > (8,25 > 2,47). Artinya dari hasil perbandingan data diatas maka dapat dikatakan korelasi parsial yang terjadi adalah murni atau dapat dikatakan terdapat hubungan atau pengaruh yang murni antara tingkat pendidikan terhadap kualitas pelayanan pada Kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur dengan mengendalikan variabel kreatifitas pegawai. Selanjutnya variabel tingkat pendidikan sebagai kontrol, korelasi antara tingkat pendidikan dan kreatifitas pegawai terhadap kualitas pelayanan pada Kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur sebesar 0,432, Setelah variabel kreatifitas pegawai dibuat tetap (dikontrol) untuk seluruh sampel, maka korelasinya sebesar 0,432. Serta diketahui lebih besar dari (2,789 > 1,307). Dengan demikian koefesien korelasi variabel kreatifitas pegawai dengan kualitas pelayanan pada Kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur dimana variabel tingkat pendidikan sebagai variabel pengontrol adalah signifikan yaitu dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi pegawai pada Kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur. Selanjutnya diperoleh pula > (7,540 > 2,47). Artinya korelasi parsial yang terjadi adalah murni atau dapat dikatakan terdapat hubungan atau pengaruh yang murni antara kreatifitas pegawai terhadap kualitas pelayanan pada Kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur dengan mengendalikan variabel tingkat pendidikan.

Kemudian ada analisis regresi linear berganda yang menunjukkan arah dan kuatnya pengaruh dua variabel secara bersama-sama atau lebih terhadap variabel lainnya. Berdasarkan perhitungan menggunakan aplikasi SPSS Statistics

versi 20.0 diperoleh persamaan garis regresi pada variabel bebas a =4.514, b1 =

0,450 dan b2 = 0,420, dengan demikian maka persamaan regresinya adalah Y==

4,541+0,450 X1+0,420 X2. Diketahui atau (10,972 > 2,47), maka persamaan garis regresi tersebut signifikan yang berarti dapat dipakai untuk mengetahui hubungan. Kemudian untuk mengetahui koefesien regresi tersebut signifikan atau tidak maka perlu dibandingkan antara dengan

diketahui sebesar 1,307 dan variabel tingkat pendidikan sebesar 2,923 ataui ttest> ttabel(2,923 >1.307) berarti persamaan garisnya adalah signifikan maka

persamaan tersebut bisa digunakan untuk memprediksi pengaruh tingkat pendidikan terhadap kualitas pelayanan. Berikutnya variabel kreativitas pegawai sebesar 2,789. Jika dibandingkan dengan ttabel sebesar 1,307 maka nilai

ttest > ttabel (2,789 > 1,307) berarti persamaan garis tersebut signifikan maka

persamaan tersebut bisa digunakan untuk memprediksi pengaruh kreatifitas pegawai terhadap kualitas pelayanan.

(13)

Berdasarkan tabel koefesien diatas juga bisa diketahui koefesien regresi variable tingkat pendidikan terhadap kualitas pelayanan pada Kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur sebesar 0,450. Hal ini berarti perubahan satu satuan terhadap variabel tingkat pendidikan mangakibatkan perubahan sebesar 0,450 terhadap variabel kualitas pelayanan dan perubahannya cukup tinggi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pendidikan dalam hal ini tingkat pendidikan pegawai pada Kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur memiliki pengaruh yang positif dan signifikan dengan kualitas pelayanan pada Kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur. Selain koefesien regresi variabel tingkat pendidikan, juga bisa diketahui regresi variabel kreatifitas pegawai terhadap kualitas pelayanan pada Kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur. Pengaruhnya adalah sebesar 0,240. Hal ini berarti perubahan satu satuan pada variabel kreatifitas pegawai mengakibatkan perubahan sebesar 0,240 pada kualitas pelayanan. Maka kreatifitas pegawai memiliki pengaruh yang positif terhadap kualitas pelayanan dan signifikan.

Untuk mengetahui kecermatan prediksi dari regresi tersebut maka dilakukan dengan cara membandingkan antara standar deviasi dari Y (Sy) dengan

Standar Error Of Estimate ( )Dengan menggunakan bantuan komputer diperoleh harga yaitu 5,211 dan yaitu 4,180. Demikian maka > . Hal ini menunjukkan bahwa prediksi tersebut di atas cermat.

Dengan menggunakan aplikasi SPSS Statistics versi 20.0 maka diperoleh hasil perhitungan koefesien determinasi/penentu = 0,357 x 100% = 35,7% Hal ini berarti besarnya pengaruh variabel tingkat pendidikan dan kreativitas pegawai terhadap kualitas pelayanan adalah 35.7%. hal ini pula menunjukkan bahwa sisa pengaruh sebesar 64,3% adalah merupakan pengaruh dari variabel-variabel lain diluar variabel tingkat pendidikan dan kreatifitas pegawai terhadap kualitas pelayanan pada Kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan analisis data yang diperoleh Tingkat pendidikan memiliki koefesien korelasi dengan kualitas pelayanan pada Kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur termasuk dalam kategori sedang. Kemudian setelah diuji dengan maka korelasi tersebut signifikan. Hal ini berarti tingkat pendidikan pegawai memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan kualitas pelayanan pada Kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur. Kreatifitas pegawai memiliki koefesien korelasi dengan kualitas pelayanan pada Kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur termasuk dalam kategori sedang. Kemudian setelah diuji dengan maka korelasi tersebut signifikan. Hal ini berarti kreatifitas pegawai memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan kualitas pelayanan pada Kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur. Secara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif dan

(14)

signifikan (bermakna) pada tingkat pendidikan dan kreatifitas pegawai terhadap kualitas pelayanan pada kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur. Jadi pada hipotesis ketiga yang diajukan pada penelitian ini ditolak dan diterima.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, tingkat pendidikan lebih dominan mempengaruhi kualitas pelayanan pada kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur. Oleh karena itu, tingkat pendidikan yang sudah dimiliki pegawai perlu lebih ditingkatkan lagi dengan cara melanjutkan pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikan akhir yang diselsaikan oleh para pegawai. Sehingga dengan bertambahnya pendidikan yang dimiliki pegawai akan menambah modal dan wawasan dalam peningkatan kualitas pelayanan agar lebih menjadi baik. Dan diketahui kreatifitas pegawai yang dalam hal ini kreatifitas pegawai memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas pelayanan. Dengan adanya hal tersebut kreatifitas pegawai masih perlu ditingkatkan agar kinerja pegawai dalam meciptakan kualitas pelayanan dapat tercapai, peningkatan kreatifitas pegawai dapat dilakukan dengan lebih banyak mendapatkan pengalaman sebab dari pernyataan responden kreatifitas yang mereka miliki lebih besar bersumber dari pengalaman mereka pribadi dalam bekerja. Dengan peningkatan pengalaman para pegawai sehingga kinerja akan lebih baik guna mencapai kualitas pelayanan yang baik.

Dengan demikian berdasarkan faktor-faktor tersebut diharapkan akan dapat ditemukan strategi-strategi lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada Kantor Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur. Faktor-faktor tersebut bisa dicontohkan seperti tujuan dan kemampuan, keadilan dan hubungan kemanusiaan.

Daftar pustaka

Hariandja, Marihot T.E, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo.

Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta)

Simamora, Henry. 2001. Manajemen Sumber Daya Manuasia. Edisi Kedua Cetakan Ketiga. Yogyakarta: STIE YKPN.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Pasolong Harbani 2008, Kepemimpinan Birokrsi , Bandung : Alfabeta.

Napitupulu, Paimin. 2007. Pelayanan Publik dan Customer Statisfaction. Bandung : Alumni.

Ratminto dan Winarsih Atik Septi, 2010. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar

Sinambela , Lijan Poltak. 2008 . Reformasi Pelayanan Publik , Jakarta: Bumi Aksara.

(15)

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta

Tjiptono, 2004. Pemasaran Jasa. Malang : Bayu Media

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode

R&D edisi Revisi. Bandung : Alfabeta

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta

Dokumen-dokumen:

UU No 20 / 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Kepmen PAN Nomor 81 Tahun 1993

Sumber Internet:

www.damandiri.or.id/file/nurhasyimadunairbab2.pdf

http://dheanurulagustina.blogspot.co.id/2012/01/makalah-perkembangan-kreativitas.html

Referensi

Dokumen terkait

Watermarking adalah sebuah' proses untuk menyisipkan suatu informasi, yang biasanya disebut sebagai watermark, pada suatu data (digital) penampung, seperti gambar, audio, dokumen

Diagnosis keratitis marginal dapat disingkirkan karena pada penderita ini bukan hanya terdapat infiltrasi sel radang pada kornea yang ditandai oleh kekeruhan pada

Tulisan “SURAT SUARA PEMILIHAN PERBEKEL DESA (nama desa), KECAMATAN (nama kecamatan), KOTA DENPASAR TAHUN 2019”, pada posisi tengah - atas diantara lambang Pemerintah

Algoritma klasifikasi yang banyak digunakan secara luas, yaitu Decision/classification trees, Bayesian classifiers/ Nave Bayes classifiers, Neural networks, Analisa

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) bentuk perilaku verbal guru ketika memberikan penguatan adalah bentuk tuturan deklaratif, imperatif, dan interogatif,

Pada penelitian ini masalah yang diteliti adalah konflik internal Partai Amanat Nasional (PAN) di Provinsi Lampung dalam pemberhentian Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW)

Salah satu contoh otomasisasi yang terdapat dalam terjemahan Arab-Indonesia-Inggris online Al-Qur’an surat Al-Fiil adalah otomatisasi penerjemahan kata َ‫ َر‬yang secara

2. Dacrah Tk.I Djatiu di Surabaja*. Kantor Pcndai'taran dan Pencavracan P^ndaftaran Tanah di Surabaja 13* Kopala ICantor Pueat PonbcfifiabaDaan Mofara di Surabaja...