• Tidak ada hasil yang ditemukan

OTOMATISASI PENERJEMAHAN AL-QUR AN SURAT AL-FIIL DALAM TERJEMAHAN ONLINE ARAB- INDONESIA-INGGRIS QUR AN.COM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OTOMATISASI PENERJEMAHAN AL-QUR AN SURAT AL-FIIL DALAM TERJEMAHAN ONLINE ARAB- INDONESIA-INGGRIS QUR AN.COM"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)Linguistika Akademia Vol.1, No.2, 2012, pp. 139~150 ISSN: 2089-3884. OTOMATISASI PENERJEMAHAN AL-QUR’AN SURAT AL-FIIL DALAM TERJEMAHAN ONLINE ARABINDONESIA-INGGRIS QUR’AN.COM Nofiyanti Fuanda e-mail: Panda_creata@yahoo.co.id ABSTRACT Information is the main requirement of mostly people in the world. To support the distribution of information which is not only between regions, but also between countries, translation becomes very important. In the process of translation, to make the idea well delivered, automatization and foregrounding are usually happen. It encourages the author to examine the automatization that occurs in the translation of the Qur'an especially surah Al-Fiil in one of the online Arabic-English-Indonesia translation machine. The research focuses on how words in Arabic are translated into English. In which, literally there is a difference in meaning between the source language and the target language. In doing the research which aims to ensure that the result of the translation does not deviate from the idea of the source language, the writer will apply the theory of automatization which is triggered by Jan Mukarovsky. In its application the writer uses the method of translation since the sources of the data are in foreign language. As the result of the research, the automation that occurs in the translation of Al-Fiil does not change the meaning and function of words in the source language. As the example is the translation of the word ' ِ ٰ ْ َ ِ 'which means ‘army’ into the word 'companion', although it literally is not synonymous with the word 'army', but they still have the same function.. ABSTRAK Informasi merupakan konsumsi utama penduduk dunia di era global sekarang ini. Untuk menunjang kelancaran informasi yang tidak lagi hanya antar daerah melainkan juga antar Negara, jasa penerjemahan menjadi sangat dibutuhkan. Dalam proses penerjemahan, agar suatu ide dapat tersampaikan dengan baik, sering kali terjadi fenomena automatization dan foregrounding. Hal tersebut mendorong penulis untuk meneliti automatization yang terjadi dalam penerjemahan Al-Qur’an khususnya surat Al-Fiil yang terdapat pada terjemahan online Arab-Indonesia-Inggris Qur’an Online.com. Penelitian fokus pada bagaimana kata-kata dalam surat yang berbahasa Arab tersebut diterjemahkan kedalam dahasa Inggris, dimana secara harfiah terdapat perbedaan makna antara bahasa sumber dan bahasa target. Penelitian yang bertujuan untuk memastikan bahwa hasil terjemahan tidak menyimpang dari isi dalam teks sumbernya ini.

(2) 140. . menggunakan teori otomatisasi yang dicetuskan oleh Jan Mukarovsky. Dalam aplikasinya penulis menggunakan metode transliterasi karena sumber data yang digunakan berbahasa asing: Arab dan Inggris. Dari penelitian yang dilakukan, otomatisasi yang terjadi dalam penerjemahan surat Al-Fiil tidak mengubah makna dan fungsi dari kata dalam bahasa sumber. Contohnya penerjemahan kata ‘tentara’ menjadi ‘companion’, meskipun secara harfiah kata ‘tentara’ tidak sama artinya dengan kata ‘companion’, akan tetapi keduanya masih memiliki fungsi yang sama. Kata kunci: otomatisasi, penerjemahan, Al-Quran, Al-Fiil. A. PENDAHULUAN Pada hakekatnya, manusia sebagai makhluk sosial yang selalu berinteaksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak dapat dilepaskan dari kehadiran ‘informasi’ karena dalam berkomunikasi tentunya terjadi pertukaran informasi. Dalam bahasa Indonesia, informasi sering diidentikan dengan berita atau kabar, padahal kata ‘informasi’ yang berasal dari bahasa latin informationem sebenarnya bermakna ‘ide atau konsep’ (http://id.wikipedia.org/wiki/ Informasi). Jadi, informasi tidak hanya mencakup berita atau kabar. Buku dan sumber pengetahuan lain yang di dalamnya terdapat konsep atau ide, semuanya termasuk dalam kategori informasi. Seiring berkembangnya teknologi informasi, mobilitas informasi baik melalui media cetak atapun media elektronik pun semakin tinggi. Bahkan, perkembangan informasi dewasa ini telah sampai pada era informasi global, dimana konsumsi informasi tidak lagi terbatas hanya antar daerah atau pulau melainkan juga antar negara yang mempunyai bahasa berbeda. Seiring dengan berkembangnya tekhnologi informasi tersebut, jasa penerjemahan menjadi sangat penting untuk kelancaran penyampaian informasi; karena dengan adanya penerjemahan maka informasi dari berbagai negara dengan bahasa berbeda bisa tetap dikonsumsi dengan mudah dan cepat. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa informasi tidak terbatas hanya berupa berita atau kabar, tetapi juga segala sesuatu yang mengandung ide atau konsep, penerjemahan bahasa dewasa ini juga tidak terbatas pada penerjemahan berita. Akan tetapi, sudah begitu luas pada penerjemahan berbagai media informasi seperti buku-buku teori bahkan kitab-kitab suci. Merujuk pada hakekat penerjemahan berdasarkan Larson, dimana penerjemahan merupakan pengalihan makna dari bahasa Linguistika Akademia Vol. 1, No. 2, 2012 : 139 – 150.

(3) Linguistika Akademia. ISSN: 2089-3884. 141. sumber ke dalam bahasa sasaran (Wuryantoro, 2007:1), maka inti dari penerjemahan sebenarnya adalah tersampaikannya ide dari teks sumber, tidak terpaku pada pengalihan bahasa semata. Pada aplikasinya, agar ide dalam teks asli dapat tersampaikan dengan baik, terdapat beberapa metode penerjemahan yang biasa digunakan. Menurut Newmark, delapan metode penerjemahan yang biasa digunakan yaitu: word-for-word translation (penerjemahan kata per kata), literal translation (penerjemahan harfiah), faithful translation (penerjemahan gramatikal), semantic translation (penerjemahan makna), adaptation (adartasi), free translation (penerjemahan bebas), idiomatic translation (penerjemahan aestetik), dan communicative translation (penerjemahan komunikatif) (Newmark, 1988: 46). Pada dasarnya, semua metode mempunyai tujuan yang sama yaitu menyampaikan ide dalam bahasa sumber dengan baik. Akan tetapi, dalam pemilihan metode yang akan digunakan dalam proses penerjemahan harus didasarkan pada beberapa pertimbangan seperti siapa taget pembacanya, bagaimana budaya dari target language (TL), dan apa tujuan dari penerjemahan tersebut. Satu pertimbangan lain yang harus diperhatikan yaitu pertimbangan estetika. Konsep dasar fungsi estetika bahasa yaitu bahwa setiap objek tindakan, termasuk bahasa, memilikai fungsi praktisnya. Sebagai contoh, bahasa memiliki fungsi praktis untuk berkomunikasi. Manakala nilai praktis objek dan tindakan sudah ditinggalkan maka yang ada tinggalah nilai estetis (Alwasiah, 1992:40). Akibat dari pertimbangan estetika ini, dalam penerjemahan sering terjadi otomatisasi dan foregrounding sebagai bentuk penyesuaian terhadap bahasa target. Otomatisasi dalam penerjemahan bahasa merupakan bagian dari konsep fungsi estetika bahasa yang dicetuskan oleh Jan Mukarovsky, salah seorang linguis aliran Praha pada tahun 1930-an. Automatization mengacu pada stimulus yang biasa diharapkan dalam situasi sosial. Sedangkan foregrounding mengacu pada stimulus yang tidak diharapkan dalam situasi social (uncommon). Contoh automatization misalnya adalah penggunaan ungkapan Mau ke mana dalam bahasa Indonesia yang diterjemahkan dalam bahasa inggris bukan menjadi Where are you going melainkan cukup dengan Hello karena fungsi ungkapan Mau ke mana dalam bahasa Indonesia adalah untuk sapaan sedangkan dalam bahsasa Inggris, ungkapan sapaan cukup dengan kata Hello. Akan tetapi, dalam Otomatiasai Penerjemahan Al-Quran Surat al-Fiil…(Nofiyanti Fuanda).

(4) 142. . beberapa kasus penerjemah bertahan dengan penerjemahan harfiah Where are you going untuk maksud dan tujuan tertentu. Hal ini disebut dengan foregrounding yaitu penerjemahan yang secara harfiah (Alwasiah, 1992: 41). Salah satu contoh otomasisasi yang terdapat dalam terjemahan Arab-Indonesia-Inggris online Al-Qur’an surat Al-Fiil adalah otomatisasi penerjemahan kata (َ‫ َ)ر‬yang secara harfiah dalam bahasa indonesia berarti ‘memperhatikan’ kemudian diterjemahkan dalam bahasa inggris menjadi ‘seen’ yang berasal dari kata ‘see’ yang artinya melihat. Perubahan makna secara harfiah dari ‘memperhatikan’ menjadi ‘melihat’ bukanlah sesuatu yang shocking (mengejutkan) pembaca, sehingga fenomena tersebut, mengacu pada teori Jan Mukarovsky termasuk dalam otomatisasi karena kata ‘memperhatikan’ masih mempunyai fungsi yang sama dengan kata ‘melihat’. Melihat fenomena otomatisasi dan forgrounding yang sering terjadi dalam penerjemahan, penulis tertarik untuk menganalisa fenomena otomatisasi yang terjadi dalam penerjemahan Al-qur’an khususnya surat Al-Fiil yang terdapat pada terjemahan online ArabIndonesia-Inggris. Penerjemahan Al-Qur’an sangat menarik untuk dikaji karena kesakralan isinya yang menuntut penerjemah berhatihati menerjemahkan setiap katanya agar isi yang terkandung tetap sama. Penulis memilih objek terjemahan online karena terjemahan online lebih sering digunakan masyarakat dewasa ini yang lebih menyukai hal-hal yang praktis dan cepat saji. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaiman otomatisasi dalam penerjemahan surat tersebut terbentuk. Hal tersebut sangat penting untuk memastikan bahwa hasil terjemahan tidak menyimpang dari isi dalam teks sumbernya. B. OTOMATISASI DAN ESTETIKA BAHASA Otomatisasi, dalam kamus linguistic diartikan sebagai stimulus yang diharapkan terjadi secara normal dalam suatu situasi normal (Kridalaksana, 2008: 169). Seperti yang telah disinggung sebelumnya, Otomatisasi atau automatization merupakan bagian dari konsep fungsi estetika bahasa yang dicetuskan oleh Jan Mukarovsky, salah seorang linguis aliran Praha pada tahun 1930-an. Konsep fungsi estetika yang secara garis besar diuraikan oleh A. Linguistika Akademia Vol. 1, No. 2, 2012 : 139 – 150.

(5) Linguistika Akademia. ISSN: 2089-3884. 143. Chaer Alwasiah dalam bukunya yang berjudul Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistik adalah sebagai berikut. Bahwa setiap objek tindakan, termasuk bahasa, bisa mempunyai fungsi praktisnya. Bahasa misalnya mempunyai fungsi praktis komunikasi. Manakala objek atau tindakan itu yang menjadi fokus perhatian, dan untuk objek atau tindakan itu sendiri, bukan untuk fungsi praktisnya –nilai praktisnya sudah ditanggalkan, maka objek atau tindakan tersebut dikatakan mempunyai nilai estetis (Alwasiah, 1992: 40).. Hubungan fungsi estetika dan otomatisasi sebenarnya merupakan hubungan negatif, dimana menurut Jan Mukarovsky, fungsi estetika itu justru yang ditanggalkan dalam otomatisasi yang lebih fokus pada nilai praktisnya yaitu nilai komunikasi. Fungsi estetika justru muncul pada fenomena foregrounding, lawan dari otomatisasi. Otomatisasi seperti yang dijelaskan sebelumnya mengacu pada stimulus yang bisa diharapkan dalam situasi sosial – lazim sesuai fungsinya dalam sosial. Sebaliknya, foregrounding mengacu pada stimulus yang secara cultural tidak diharapkan muncul dalam situasi sosial, hingga ia menarik perhatian – menyimpang dari yang biasanya ada dalam sosial. Dalam praktek penerjemahan, otomatisasi bisa disejajarkan dengan metode communicative translation, dimana penerjemahan yang dilakukan lebih menekankan pada penerjemahan ide atau gagasan yang ada dalam teks, tidak kaku, dan lebih komunikatif. Sementara itu, foregrounding lebih bisa disejajarkan dengan literal translation atau penerjemahan harfiah. C. OTOMATISASI DAN DIKSI DALAM STILISTIKA Konsep otomatisasi juga sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu stilistika. Stilistika yaitu cabang ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam karya sastra; ilmu interdisipliner antara linguistik dan satra atau singkatnya yaitu stilistik adalah penerapan ilmu linguistic pada penelitian gaya bahasa (Kridalaksana, 2008: 128). Otomatisasi dalam konsep Jan Mukarovsky hampir sama denga konsep pemilihan diksi dalam stilistika. Kedua-duanya berkaitan dengan fungsi estetika. Yang membedakan antara keduanya yaitu, otomatisasi dalam konsep Jan Mukarovsky Otomatiasai Penerjemahan Al-Quran Surat al-Fiil…(Nofiyanti Fuanda).

(6) 144. . memilikai hubungan negative dengan fungsi estetika. Maksudnya, otomatisasi justru meninggalkan fungsi estetika dan lebih mengedepankan fungsi komunikasi. Di lain pihak, diksi dalam ilmu stilistika justru sejajar dengan fungsi estetika. Dimana diksi atau pilihan kata merupakan upaya membentuk estetika dalam bahasa dengan cara memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan konteksnya (Keraf Gorys, 1984: 24). Dalam penelitian ini, penulis membatasi pembahasan otomatisasi hanya dengan kaitannya dengan fungsi estetika yang dicetuskan Jan Mukarovsky. D. PEMBAHASAN Surat Al-Fiil merupakan surat ke-105 dalam Al-Qur’an yang terdiri dari lima ayat. Surat ini termasuk dalam surat Makkiyyah karena diterbitkan di Mekah. Surat tersebut menceritakan tentang serangan tentara bergajah yang dipimpin oleh Abrahah Gubernur Yaman yang hendak menghancurkan Ka'bah. Namun, sebelum masuk ke kota Mekah tentara tersebut diserang burung-burung yang melemparinya dengan batu-batu kecil sehingga mereka musnah(http://hikmahteladan.blogspot.com/2012/01/surat-al-fiil-dan terjemah.html). Dalam penelitian ini, penulis mengambil data terjemahan surat Al-Fiil dari Qur’an.com. Terjemahan yang diambil adalah yang berdasarkan soheh Internasional. Hasil terjemahan tersebut adalah sebagai berikut: Have you not considered, [O Muhammad], how your Lord dealt with the companions of the elephant?. Did He not make their plan into misguidance?. And He sent against them birds in flocks,. Linguistika Akademia Vol. 1, No. 2, 2012 : 139 – 150.

(7) Linguistika Akademia. ISSN: 2089-3884. 145. Striking them with stones of hard clay,. And He made them like eaten straw.. Dari terjemahan bahasa Inggris surat Al-Fiil diatas, terdapat beberapa kata yang secara harfiah mempunyai makna berbeda dari bahasa sumbernya. Fenomena tersebut dapat dikategorikan sebagai fenomena otomatisasi. Kata-kata tersebut yaitu: Arab

(8) َ َ  َ َ َ  ِ ٰ ْ َ ِ  ٍ ِ ْ َ  َ ِ َ ‫َأ‬. Tafsir Indonesia (DR. Ahmad, MA.) Memperhatikan (v) Bertindak (v) Tentara (n) Sia-sia (Adv) Berbondong-bondong (Adv). Inggris Considered (v) Deal with (v) Companions (n) Misguidance (Adv) Flock (n). Untuk mengetahui bagaimana otomatisasi penerjemahan kata-kata dalam bahasa Arab tersebut menjadi kata-kata dalam bahasa inggris seperti yang tertera dalam tabel, penulis akan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pembandingnya. Disamping itu, perbandingan makna dalam penelitian ini hanya fokus pada makna secara harfiah yang terdapat dalam kamus. Makna kata bahasa sumber (Arab) diambil dari tafsir per kata oleh DR. Ahmad Hatta, sedangkan makna kata bahasa target (Inggris) diambil dari kamus Ingris Indonesi John Ecol dan Cambridge Advance Lerner’s Dictionary. 1. َ َ  considered Otomatisasi pertama yang ditemukan penulis dalam surat AlFiil adalah otomatisasi penerjemahan kata ‘ََ ’. Dalam tafsir Qur’an per kata, kata tersebut bermakna ‘memperhatikan’. Dalam bahasa Inggris, kata tersebut diterjemahkan menjadi kata ‘considered’ yang berasal dari kata dasar ‘consider’ yang menurut Oxford Learner’s Otomatiasai Penerjemahan Al-Quran Surat al-Fiil…(Nofiyanti Fuanda).

(9) 146. . Dictionary berarti ‘to spend time thinking about a possibility or making a decision’, atau dalam bahasa Indonesia berarti ‘mempertimbangkan’. Makna ‘memperhatikan’ tentu tidak sama dengan ‘mempertimbangkan,’ tetapi hal tersebut merupakan suatu kelaziman. Apabila kata ‘ََ ’ yang artinya ‘memperhatikan’ diterjemahkan menjadi ‘pay attention’ yang yang mempunyai arti sama yaitu ‘memperhatikan’, penerjemahan tersebut justru menjadi tidak lazim (kaku) dan mengejutkan pembacanya, atau yang sering disebut dengan istilah foregrounding atau penerjemahan secara harfiah. Dalam metode penerjemahan, metode penerjemahan harfiah adalah metode pada level terendah yang hasilnya akan kaku dan tidak enak dibaca, selain itu ide dalam bahasa sumber juga dikhawatirkan tidak tersampaikan dengan baik. Sehingga, pilihan otomatisasi penerjemahan kata ‘ََ ’ menjadi ‘considered’ adalah pilihan yang tepat. Menghubungkannya dengan estetika bahasa, dimana berdasarkan teori estetika bahasa Jan Mukarovsky nilai estetis justru muncul pada penerjemahan kata yang menimbulkan shocking bagi pembacanya, maka penerjemahan kata ‘ََ ’ dalam bahasa Arab menjadi kata ‘considered’ dalam bagasa Inggris telah menanggalkan fungsi estetisnya dan hanya mengindahkan fungsi komunikasinya saja. Maksudnya, kata ‘considered’ dalam bahasa inggris masih memiliki fungsi komunikasi yang sama dengan kata ‘ََ ’ dalam bahasa Arab. Kata ‘ََ ’ dalam bahasa arab menempati posisi kata kerja yang fungsinya adalah sebagai action atau tindakan dari subjek. Dalam kalimat pertama dalam Surat Al-Fiil tindakan tersebut adalah ‘memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan gajah’. َ َ َ  deal with Otomatisasi selanjutnya yaitu otomatisasi dalam penerjemahan kata ‘ََ َ ’. Dalam tafsir Qur’an per kata yang disusun oleh DR. Ahmad Hatta, MA, kata tersebut bermakna ‘bertindak’, dalam bahasa inggris kata tersebut diterjemahkan menjadi frase ‘deal with’ yang merupakan sebuah noun phrase yang apabila diterjemahkan secara harfiah atau kata demi kata berarti ‘berhubungan dengan’. 2.. Linguistika Akademia Vol. 1, No. 2, 2012 : 139 – 150.

(10) Linguistika Akademia. ISSN: 2089-3884. 147. Penerjemahan kata ‘ََ َ ’ dalam bahasa arab menjadi kata ‘deal with’ dalam bahasa inggris, dikategorikan sebagai sebuah otomatisasi penerjemahan karena, makna ‘bertindak’ tentu secara harfiah tidak sama dengan ‘berhubungan’. Akan tetapi, seperti pada kasus pertama, hat tersebut merupakan suatu kelaziman. Apabila kata ‘ََ َ ’ tetap diartikan dengan kata yang maknanya sama yaitu kata ‘take steps’ hasil terjemahan justru menjadi tidak lazim dan kaku. Selain itu, dalam kasus ini, dilihat dari fungsi praktisnya dalam kalimat, frase ‘deal with’ tidak dapat diartika kata per kata. Kedua kata ‘deal’ dan ‘with’ merupakan satu kesatuan yang dalam Cambridge Advance Lerner’s Dictionary diartikan to take action in order to achieve something or in order to solve a problem. Jadi, apabila dilihat dari fungsi praktisnya dalam kalimat, dengan memperhatikan tata bahasa dari bahasa target, maka penerjemahan kata ‘ََ َ ’ menjadi ‘deal with’ dapat diterima. Selain masih memiliki fungsi praktis yang sama dalam kalimat, sebenarnya kata ‘deal with’ dalam bahasa Inggris masih memiliki fungsi komunikasi yang sama dengan kata ‘ََ َ ’ dalam bahasa sumbernya (Arab). Kata ‘ََ َ ’ dalam bahasa arab menempati posisi kata kerja yang fungsinya adalah sebagai action atau tindakan yang dilakukan subjek, begitu juga dengan frase ‘deal with’ dalam kalimat terjemahan Have you not seen how Allah deal with the companions of the Elephant? juga menempati posisi kata kerja yang fungsinya sebagai action yang dilakukan subjek Allah. Menghubungkannya dengan estetika bahasa Jan Mukarovsky, maka penerjemahan kata َ َ َ ’ dalam bahasa Arab menjadi kata ‘deal with’ dalam bagasa Inggris juga telah menanggalkan fungsi estetisnya dan hanya mengindahkan fungsi komunikasi saja. 3.  ِ ٰ

(11) ْ َِ  companion Kata ٰ

(12) ْ َِ dalam tafsir Qur’an per kata yang disusun oleh DR. Ahmad Hatta, MA bermakna ‘tentara’ diterjemahkan kedalam bahasa Inggris menjadi ‘companion’. Kasus ini juga merupakan bentuk otomatisasi karena makna kata  ِ ٰ

(13) ْ َِ secara harfiah berbeda dengan kata ‘companion’. Kata ‘companion’ dalam Cambridge Advance Lerner’s Dictionary diartikan sebagai ‘a person you spend a lot of time with either because you are friends or because you are travelling together’ atau dalam bahasa indonesia berarti ‘rekan’. Otomatiasai Penerjemahan Al-Quran Surat al-Fiil…(Nofiyanti Fuanda).

(14) 148. . Makna kata ‘rekan’ dan ‘tentara’ tentu tidak sama, tetapi hal ini lazim karena dalam bahasa Inggris, subjek sangatlah penting untuk menentukan pilihan kata selanjutnya. Pemilihan kata ‘companion’ bukan ‘army’ untuk menerjemahkan kata ‘tentara’ dikarenakan subjek yang dilekatinya adalah hewan (it). Kata ‘army’ lazimnya digunakan untuk orang seperti yang didefiniskan dalam Cambridge ‘a large group of people who share similar aims or beliefs’. Ketimpangan makna dalam bahasa sumber dan bahasa target yang terjadi dalam kata ini merupakan bentuk otomatisasi yang tidak hanya menekankan fungsi praktis kebahasaan, akan tetapi juga fungsi komunikasi. Melihat fungsi komunikasinya, kata ‘tentara’ dan ‘companion’, keduanya menempati posisi kata benda yang fungsinya sebagai kata benda utama (head) dalam noun phrase  ِ ٰ ْ َ ِ ِ

(15) ِ ْ ‫ا‬ dalam bahasa arab, ‘the companions of the elaphants’ dalam bahasa Inggris, dan ‘tentara gajah’ dalam bahasa Indonesia. Melihat fungsi praktis kebahasaan dan komunikasinya, perbedaan tata bahasa antara bahasa sumber dan bahasa target mengharuskan penyesuaian atau otomatisasi. Berkaitan dengan fungsi estetis Jan Mukarovsky, otomatisasi penerjemahan kata ٰ

(16) ْ َِ menjadi kata ‘companion’ juga telah meninggalkan fungsi estetisnya. 4. ٍ ِ ْ َ  misguidance Alasan penerjemahan kata ٍ ِ ْ َ menjadi ‘misguidance’ pada dasarnya sama yaitu sebagai sebuah kelaziman atau bentuk otomatisasi. Kata ٍ ِ ْ َ yang dalam tafsir Qur’an per kata yang disusun oleh DR. Ahmad Hatta, MA bermakna ‘sia-sia’ sedikit berbeda maknanya dengan kata ‘misguidance’ yang artinya ‘sesat’. Akan tetapi, otomatisasi pemilihan kata ‘misguidance’ bukan tanpa sebab. Kelaziman ini berkaitan dengan fungsi praktis kebahasaan yaitu penyesuaian tata bahasa sumber dengan tata bahasa target. Dalam bahasa sumber, kata ٍ ِ ْ َ menempati posisi kata keterangan yang berfungsi menerangkan kata ْ‫ َآ ْ

(17) َ ُه‬yang bermakan ‘tipu daya’, sedangkan dalam bahasa target, meski menempati posisi dan memiliki fungsi yang sama, tapi menerangkan kata yang makananya sudah berbeda dengan bahasa sumber. Jadi, dalam kasus ini penerjemahan kata ٰ

(18) ْ َِ berhubungan dengan penerjemahan kata sebelumnya yaitu kata ُ‫ َآ ْ

(19) َه‬yang menjadi head atau kata utama. Linguistika Akademia Vol. 1, No. 2, 2012 : 139 – 150.

(20) Linguistika Akademia. ISSN: 2089-3884. 149. Karena kata ُ‫ َآ ْ

(21) َه‬dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi ‘schame’ yang artinya ‘rencana’ dan maknanya belum equivalen dengan ‘tipu daya’ maka untuk menjadikan makna noun phrase keseluruhannya bermakna sama kata keterangan yang mengikutinay pun berbeda. Pemilihan kata ‘misguidance’ menjadikan kata ‘shcame’ memiliki makna yang sama dengan kata ُ‫ َآ ْ

(22) َه‬. Dengan begitu, seperti kasus-kasus sebelumnya, berkaitan dengan konsep estetika Jan Mukarovsky, penerjemahan kata ٍ ِ ْ َ menjadi kata ‘misguidance’ juga telah meninggalkan fungsi estetiknya dan hanya menitik beratkan pada fungsi komunikasi dan fungsi praktisnya. 5. َ َِ‫  َأ‬flock Kata َ َِ‫ َأ‬dalam tafsir Qur’an per kata yang disusun oleh DR. Ahmad Hatta, MA bermakna ‘berbondong-bondong’, sedangkan dalam terjemahan, kata tersebut diterjemahkan menjadi ‘flock’ yang secara harfiah artinya adalah ‘kelompok’. Otomatisasi penerjemahan ini, sama dengan yang lainnya, lebih mengedepankan fungsi komunikasi dan fungsi praktisnya. Maksudnya, kata َ َِ‫ َأ‬dan ‘flock’ sebenarnya masih memiliki fungsi yang sama yaitu menjelaskan kata ‫ ْ

(23) ًا‬ َ dalam bahasa arab dan kata ‘bird’ dalam bahasa inggris. Akan tetapi keduanya menempati posisi yang berbeda. Kata َ َِ‫َأ‬ dalam bahasa sumber menempati posisi kata keterangan sedangkan kata ‘flock’ dalam bahasa target menempati posisi kata benda. Namun demikian, hal tersebut adalah suatu kelaziman karena tata bahasa dalam bahasa sumber berbeda dengan bahasa target sehingga perubahan jenis kata tidak mengganti atau menghilangkan maknanya. Berkaitan dengan fungsi estetika, seperti yang lainnya, dalam kasus ini fungsi estetika pun telah ditinggalkan. E. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa otomatisasi yang terjadi dalam penerjemahan beberapa kata yang terdapat pada surat Al-Fiil tidak terlepas dari pertimbangan fungsi praktis dan fungsi komunikasi dari kata-kata tersebut. Kata َ mengalami otomatisasi penerjemahan menjadi ‘considered’ karena alasan fungsi komunikasi. Penerjemahan kata َ َ َ menjadi ‘deal with’,  ِ ٰ

(24) ْ َِ menjadi ‘copanions’, ٍ ِ ْ َ menjadi ‘misguidance’ dan ٍ ِ ْ َ menjadi ‘flock’ juga merupakan otomatisasi yang dilatar belkangi Otomatiasai Penerjemahan Al-Quran Surat al-Fiil…(Nofiyanti Fuanda).

(25) 150. . pertimbangan fungsi praktis dan fungsi komunikatif. Meskipun beberapa kata dalam surat Al-Fiil mengalami otomatisasi penerjemahan, makna dari hasil penerjemahan kata-kata tersebut ke dalam bahasa inggris tidak menyimpang dari makna dalam bahasa sumbernya. F. DAFTAR PUSTAKA Alwasiah, Chaedar A. 1992. Beberapa Madhab dan Dikotomi teori Linguistik. Bandung: Penerbit Angkasa. Hatta, Ahmad. 2009. Tafsir Qur’an Per K ata Dilengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Terjemah. Jakarta: Maghfirah Pustaka. Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Ikrar Mandiriabadi. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. Newmark, Peter. 1988. The Text Book of Translation. Tokyo: Prentike Hall international. Sadily, Hadan dkk. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia. Welter, Elisabeth. 2008. Cambridge Advance Lerner’s Dictionary. Cambridge: Cambridge University Press. Wuryantoro, Aris. 2007. Kompetensi Pengalihan (Transfer Competence) dalam Penerjemahan. Jakarta: Auditorium Kampus Gunadarma. http://id.wikipedia.org/wiki/Informasi http://quran.com/105 http://hikmahteladan.blogspot.com/2012/01/surat-al-fiil-dan terjemah.html. Linguistika Akademia Vol. 1, No. 2, 2012 : 139 – 150.

(26)

Referensi

Dokumen terkait

Dari paparan tulisan ini ada beberapa kesimpulan yang digarisbawahi: 1) sejarah Islam di Filipina telah mengalami pasang surut dari agama yang pernah besar ditandai..

Sebuah ungkapan yang juga merupakan filosofi orang Bajo “papu manak ita lino bake isi-isina, kitanaja manusia mamikira bhatingga kolekna mangelolana”, (Wawancara

Sistem pengelolaan air limbah domestic di Kabupaten Pulau Morotai belum tertata / dikelolah dengan benar, pengelolaan limbah rumah tangga black water masih dilakukan

Berdasarkan uraian di atas terlihat beberapa fenomena yang menarik untuk diteliti dan dianalisis, sehingga tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Induksi Kalus Akasia ( Acacia mangium ) Dengan

Gangguan identitas jenis kelamin (F 64), Gangguan prefensi seksual (F 65)dan Gangguan Psikologis dan Perilaku yang berhubungan dengan Perkembangan dan Orientasi

Persepsi masyarakat pengelola lahan terhadap lingkungan dan manfaat hutan Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi tentang manfaat keberadaan hutan di wilayah DAS

Alamat gateway pada implementasi modul network mitm pada websploit untuk memonitoring aktifitas pengguna dalam mengakses internet adalah 192.168.1.1 Berikut ini