• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAYA ILOKUSI TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG DALAM CERITA ANAK OSHIIRE NO BOUKEN KARYA FURUTA TARUHI DAN TABATA SEIICHI NASKAH JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAYA ILOKUSI TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG DALAM CERITA ANAK OSHIIRE NO BOUKEN KARYA FURUTA TARUHI DAN TABATA SEIICHI NASKAH JURNAL"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

DAYA ILOKUSI TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG

DALAM CERITA ANAK OSHIIRE NO BOUKEN

KARYA FURUTA TARUHI DAN TABATA SEIICHI

NASKAH JURNAL

Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Menjadi Sarjana Sastra

Oleh:

Ervina Galih Pradika Putri

C12.2014.00506

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG

2016

(2)

2

HALAMAN PENGESAHAN

Jurnal ini telah disetujui dan dinyatakan layak oleh pembimbing pada tanggal 25 Februari 2016, Program Studi Bahasa Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Dian Nuswantoro.

Pembimbing

(3)

3

ABSTRAK

Ervina Galih Pradika Putri. 2016. Daya Ilokusi Tindak Tutur Direktif Langsung Dalam Cerita Anak Oshiire no Bouken Karya Furuta Taruhi dan Tabata Seiichi. Program Studi Sastra Jepang, Universitas Dian Nuswantoro. Semarang. Pembimbing: Bayu Aryanto.

Kata Kunci : Tuturan, tindak tutur ilokusi, makna ilokusi, daya ilokusi, Felicity conditions.

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan daya ilokusi tindak tutur direktif yang ada dalam cerita anak Oshiire no Bouken Karya Furuta Taruhi dan Tabata Seiichi. Penelitian ini menggunakan teori daya ilokusi dan felicity conditions. Data penelitian ini merupakan tuturan yang diasumsikan mengandung tindak tutur direktif langsung. Penelitian ini dikhususkan pada makna direktif saja. Pada hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa makna ilokusi direktif dalam cerita anak Oshiire no Bouken yaitu daya ilokusi direktif: menyuruh, melarang, mengajak, meminta.

ABSTRACT

Ervina Galih Pradika Putri. 2016. The power of directive illocutionary speect act in the Oshiire no Bouken Child Story By Furuta Taruhi and Tabata Seiichi. Japanese Study Program, Dian Nuswantoro University. Semarang. Advisor: Bayu Aryanto.

Keywords: Speech Acts, Illocutionary Acts, illocutionary meaning, illocutionary power,

felicity conditions.

The purpose of this study is to describe the directive illocutionary act in the Oshiire no Bouken Child Story By Furuta Taruhi and Tabata Seiichi. The data were analyzed based on the theory of illocutionary act and felicity conditions. The primary of this study are speech act with directive illocutionary acts. This research focuses only on directive illocutionary act. The directive illocutionary acts found in Oshiire no Bouken are : order, prohibit, invite, and ask.

PENDAHULUAN

Pragmatik adalah salah satu bagian dari ilmu linguistik. Pragmatik adalah kajian mengenai arti dalam hubungannya dengan situasi pada saat tuturan diucapkan (Leech,

(4)

4

1983:6). Menurut Levinson (1983:9), pragmatik adalah kajian hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau terumuskan dalam struktur bahasa tersebut.

Dilihat dari bentuknya, bahasa dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk lisan dan bentuk tulis. Bahasa dalam bentuk lisan dapat dilihat dari percakapan yang diucapkan oleh pemeran yang terdapat dalam film maupun drama. Sedangkan, bentuk bahasa tulis, dapat dilihat dari cerpen ataupun novel. Pada film ataupun cerpen, terdapat pula tuturan antar tokoh.

Tindak tutur (speech act) adalah gejala individu yang bersifat psikologis dan terjadinya ditentukan oleh kemampuan bahasa dari si penutur dalam menghadapi situasi. Pada waktu penutur dan mitra tutur melakukan proses komunikasi, penutur dapat melakukan tindakan meminta, memaksa, mengajak, menyarankan, mendesak, menyuruh, dan sebagainya.

Tindak tutur (speech act) pertama kali dicetuskan oleh Austin. Austin membagi tindak tutur menjadi tiga, yaitu : lokusi (tindak mengatakan sesuatu), ilokusi (tindak dalam mengatakan sesuatu), perlokusi (dampak pemahaman pendengar terhadap tuturan penutur). Pada tindak tutur ilokusi masih dibagi lagi menjadi dua, yaitu tindak tutur ilokusi langsung dan tindak tutur ilokusi tidak langsung. Tindak tutur ilokusi langsung merupakan maksud tuturan yang terucap oleh penutur. Sedangkan, tindak tutur ilokusi tidak langsung merupakan maksud dari tuturan si penutur yang tersembunyi. Kemudian, John R. Searle (1969) membagi daya ilokusi menjadi lima, yaitu Aserif (Assertive), Direktif (Direktive), Komisif (Comissive), Ekspresif (Ekspressive), dan Deklaratif (Declarative).

Setiap tindak tutur memiliki tujuan atau arah tuturan untuk mencapai suatu tujuan, dan juga tuturan harus melihat situasi dan kondisinya. Situasi tuturan ini melihat dari sisi situasi sosial, karena terjadi di dalam masyarakat yang luas dan berbeda. Sehingga, diharapkan maksud dan tuturan dapat tersampaikan kepada mitra tutur.

Perhatikan contoh data 1 berikut:

Dalam tindak tutur ini yang bertindak sebagai penutur adalah Bu Guru Mizuno, sedangkan mitra tutur adalah anak-anak taman bermain kanak-kanak Sakura. Tuturan ini terjadi saat anak-anak akan berganti pakaian.

Data 1 : 「さあ、みんな きかえなさーい。」 Saa, Minna Kikaenasa-i.

(5)

5

Ya, Semua Ganti pakaian (Menyuruh) Ilokusi : Direktif

Situasi

Ini adalah taman bermain kanak-kanak yang bernama Sakura. Di taman ini, ada dua benda yang menakutkan. Yang pertama adalah lemari dinding, yang kedua adalah nenek tikus. Pada saat siang hari, dengan menggunakan boneka berbentuk nenek tikus, bu guru bercerita kepada anak-anak. Pada saat siang hari setelah selesai bercerita, Bu Guru Mizuno menyuruh anak-anak untuk berganti pakaian tidur.

Bu Guru Mizunopun berkata :

Mizuno Sensei:「さあ、みんな きかえなさーい。」

Isi Proposisi Tindakan anak-anak pada masa depan.

Persiapan a. Anak-anak dapat melakukan sesuatu yang diperintahkan oleh bu guru Mizuno, yaitu agar anak-anak segera berganti pakaian tidur. Bu guru Mizuno yakin bahwa anak-anak mampu melakukan perintah yang bu guru perintahkan.

Ketulusan Bu guru Mizuno ingin agar anak-anak mengganti pakaian.

Esensial Dilihat sebagai usaha dari Bu Guru Mizuno untuk menyuruh anak-anak agar segera berganti pakaian tidur.

Makna Ilokusi Direktif Daya Ilokusi Menyuruh

Tindak ilokusi ini merupakan tindak ilokusi direktif dengan tipe menyuruh. Oleh karena, kedudukan penutur sebagai seorang guru dan orang yang lebih tua lebih tinggi dibandingkan mitra tutur sebagai murid dan orang yang berkedudukan sebagai orang yang lebih muda, tidak ada indikasi apapun yang menunjukkan bahwa penutur membutuhkan bantuan mitra tutur sehingga penutur menyuruh mitra tutur untuk melakukan sesuatu yang dibutuhkan. Bentuk volitional dari kata なさーい (Nasai) lebih lanjut menegaskan daya menyuruh dari tindak tutur yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang daya ilokusi yang diinterpretasikan dengan teliti supaya terungkap maksud dari tindak tutur tersebut. Sebagai sumber yang dapat membantu penulis, penulis menggunakan sebuah cerita anak yang berjudul Oshiire no Bouken karya Furuta Taruhi dan Tabata Seiichi. Buku cerita anak ini menceritakan tentang anak-anak TK yang dihukum oleh sang guru.

(6)

6

Kemudian, kedua anak ini, terlibat dengan petualangan yang menakutkan melawan tikus-tikus yang ada di dalam lemari dinding. Pada cerita anak ini terdapat beberapa dialog yang menggunakan jenis-jenis tindak tutur terutama tindak tutur direktif langsung.

Dari uraian di atas penulis memilih judul “Daya Ilokusi Tindak Tutur Direktif Langsung Cerita Anak Oshiire no Bouken Karya Furuta Taruhi dan Tabata Seiichi”

Metode Penelitian

Sumber Data

Data penelitian ini adalah Tuturan Ilokusi Direktif yang terdapat dalam cerita anak yang berjudul Oshiire no Bouken Karya Furuta Taruhi dan Tabata Seiichi.

SATUAN YANG DIUJI

Satuan yang diuji dalam penelitian ini adalah tuturan yang mengandung Tindak Tutur Ilokusi Direktif Langsung yang terdapat dalam cerita anak Oshiire no Bouken karya Furuta Taruhi dan Tabata Seiichi. Cerita anak ini terdiri dari 79 halaman. Dalam cerita anak Oshiire no Bouken terdiri dari empat (4) kategori tindak tutur direktif, yaitu menyuruh, melarang, mengajak, meminta.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA

Sebelum menganalisis data, penulis mencari dan memilah tuturan yang mengandung tindak tutur ilokusi direktif. Kemudian, penulis memilih data yang diasumsikan mengandung tindak tutur direktif langsung. Tahap selanjutnya penulis mengelompokkan berdasarkan teori dan kemudian menganalisisnya dengan menggunakan teori felicity condition.

Setelah data dikumpulkan yaitu tuturan-tuturan yang mengandung tindak tutur direktif, terdapat lima tahap dalam menganalisis data. Pertama, tuturan dilihat dari bentuk gramatikal. Kedua, tuturan dilihat dengan menggunakan teori felicity conditions untuk melihat daya ilokusinya. Ketiga, tuturan dilihat dari segi konteks untuk mendukung klasifikasi tuturan direktif. Kemudian, tahap keempat yaitu menemukan empat daya ilokusi tindak tutur direktif. Tahap yang terakhir yaitu memaparkan hasil analisis secara deskriptif.

4.1.1 Tindak Tutur Direktif Menyuruh

Tindak tutur direktif menyuruh adalah tindak tutur yang mengandung maksud supaya mitra tutur melakukan sesuatu yang disuruhkan oleh penutur.

(7)

7

みずのせんせいがいいます。「はい、しずかにして。」でも、みんな な かなか しずかになりません。せんせいは もう いちど いいます。 「しずかにして。」それでも、しずかにならないと、こんどは せんせ いは おおきな こえで いいます。

‘Saat anak-anak berisik ketika tidur siang atau berisik ketika membagikan makanan, bu guru Mizuno berkata “Oke, tolong tenang semuanya!” Tetapi, anak-anak belum semuanya diam. Bu guru berkata sekali lagi. “Tolong tenang!” Meskipun begitu, jika belum semua anak-anak diam, bu guru berkata sekali lagi dengan suara keras.’

Situasi

Situasi tuturan ini terjadi di sebuah taman bermain kanak-kanak yang bernama Sakura. Partisipan tuturan ini antara seorang guru dengan anak-anak. Di taman ini terdapat dua benda yang menakutkan bagi anak-anak yaitu lemari dinding yang gelap dan boneka nenek tikus yang menyeramkan. Pada suatu hari siang hari, anak-anak berbuat gaduh. Bu Guru yang telah meminta anak-anak untuk diam, namun anak-anak tidak mendengarkan perkataan Bu Guru. Ketika akan tidur siangpun, Bu Guru memperingatkan agar anak-anak tetap diam.

Dalam Bahasa Jepang bentuk kata kerja ~にして (~ni shite) yang berfungsi “Someone willfully changes certain condition to create different situation”(文法辞 典:2007:72), memiliki arti “seseorang berkeinginan atau berkehendak merubah kondisi yang pasti menjadi situasi yang berbeda”. Pada tuturan Bu Guru di atas, Bu Guru menginginkan situasi anak-anak yang gaduh berubah menjadi keadaan yang tenang.

1. Isi Proposisi (Propositional content conditions)

Tindakan anak-anak di masa depan yaitu agar anak-anak berhenti untuk berbuat kegaduhan di dalam ruang kelas.

2. Persiapan (Preparatory conditions)

a. Anak-anak mampu melakukan sesuatu yang dituturkan oleh Bu Guru yaitu agar anak-anak tidak berbuat kegaduhan.

b. Tidak ada kemauan dari anak-anak untuk melakukan pekerjaan yang diperintahkan oleh Bu Guru.

c. Bu Guru memiliki kedudukan yang lebih tinggi sebagai seorang guru dibandingkan anak-anak yang merupakan seorang murid, dan guru memiliki otoritas yang lebih besar untuk menyuruh.

(8)

8

3. Ketulusan (Sincerity conditions)

Bu Guru ingin agar anak-anak berhenti membuat kegaduhan karena Bu Guru bermaksud ingin agar anak-anak segera berganti pakaian dan pergi tidur siang.

4. Esensial (Essensial conditions)

Dilihat sebagai upaya dari Bu Guru yang menyuruh anak-anak berhenti berbuat kegaduhan dalam ruang kelas.

5. Makna Ilokusi Direktif 6. Daya Ilokusi

Menyuruh

Tindak tutur di atas merupakan tindak tutur direktif langsung dengan daya ilokusi menyuruh, karena Bu Guru menginginkan anak-anak berhenti membuat kegaduhan karena pada waktu itu, Bu Guru ingin mereka untuk segera berganti pakaian dan segera tidur siang. Tindakan anak-anak yang tidak menghiraukan perkataan Bu Guru. Oleh karena itu, Bu Guru harus mengulangi perkataannya sekali lagi.

Kedudukan Bu Guru yang lebih tinggi sebagai seorang guru dibandingkan anak-anak yang lebih muda sebagai murid. Dilihat dari jarak sosial keduanya, hubungan mereka merupakan hubungan antara guru dan murid. Dilihat dari tempat tuturan, karena tuturan ini dituturkan di taman bermain, maka Bu Guru memiliki otoritas yang lebih besar untuk menyuruh. Oleh karena itu, anak-anak yang lebih muda memiliki kewajiban untuk menuruti perkataan Bu Guru.

4.1.2 Tindak Tutur Direktif Melarang

Tindak tutur direktif melarang adalah tindak tutur yang mengandung maksud supaya mitra tutur melakukan sesuatu yang dilarang oleh penutur.

(Data 5) あきらが うわぎを ぬいだとき、ぽけっとから あかい ミニカーが ころんと ゆかに おちました。あきらが おもわず そのミニカーで あそびはじめると、「あっ、ぼくに かして。」さとしが ひったくり ました。「だめだよ。ぼくのだから。」あきらが とりかえそうとする と、さとしは、「ちょっとぐらい かしてくれたっていいだろ。けち!」 といって にげました。あきらは おいかけました。

‘Ketika Akira melepaskan jasnya, dari sakunya jatuh mobil mainan berwarna merah ke lantai. Akira teringat kalau dia baru saja bermain dengan mobil mainan itu. “Akira, aku pinjam.” Satoshi merebutnya. “ Nggak boleh. Karena

(9)

9

ini punyaku.” Saat Akira berusaha merebutnya kembali, “Nggak masalah kan aku pinjam sebentar. Dasar pelit!” kata Satoshi lalu kabur. Akira mengejarnya.’

Situasi

Tuturan di atas dituturkan di dalam kamar tidur. Partisipan pada tuturan ini antara Satoshi dengan Akira. Setelah Bu Guru meminta anak-anak berganti pakaian, anak-anak dengan segera berganti pakaian. Setelah selesai berganti pakaian tidur, tanpa disadari, saat Akira melepaskan jasnya untuk berganti pakaian tidur, dari saku pakaian Akira jatuh mobil mainan berwarna merah ke lantai. Karena Satoshi melihat mobil mainan itu, dengan segera Satoshi merebut mobil mainan dari tangan Akira. Karena Akira tidak ingin mobil mainan itu disentuh oleh Satoshi. Akira bermaksud mengejar Satoshi untuk mengambil mobil mainan miliknya kembali.

Menurut Kokugo Jiten (国語辞, 1982:551) bentuk kata だめだよ(dame dayo) yang berfungsi “ 1) ((形容動詞))役にたたないこと。2) してはいけないこと。” memiliki

arti “ 1) (( berfungsi sebagai adjektiva –Na)) Hal yang tidak berguna. 2) Hal yang tidak boleh dilakukan”. Ungkapan tersebut merupakan bentuk penegasan yang bermaksud untuk melarang mitra tuturnya melakukan sesuatu yang dituturkan.

1. Isi Proposisi (Propositional content conditions)

Tindakan Satoshi di masa depan yaitu supaya ia tidak menyentuh mobil mainan milik Akira.

2. Persiapan (Preparatory conditions)

a. Satoshi tidak dapat melakukan sesuatu yang dituturkan oleh Akira.

b. Tidak ada kemauan dari Satoshi agar tidak merebut mobil mainan tersebut dari Akira.

c. Akira memiliki otoritas yang lebih besar dibandingkan Satoshi, karena mobil mainan tersebut merupakan milik Akira. Hubungan jarak sosial antara Akira dan Satoshi merupakan berjarak sosial dekat yaitu hubungan sesama teman. 3. Ketulusan (Sincerity conditions)

Akira ingin supaya Satoshi tidak mengambil mobil mainan miliknya. 4. Esensial (Essensial conditions)

Dilihat sebagai upaya dari Akira untuk melarang Satoshi mengambil mobil mainan miliknya.

(10)

10

Direktif 6. Daya Ilokusi

Melarang

Tindak tutur di atas merupakan tindak tutur direktif langsung dengan daya ilokusi melarang. Kedudukan Akira dan Satoshi yang memiliki kedudukan yang sama karena kedudukan keduanya adalah sebagai sesama teman. Dikarenakan mobil mainan tersebut merupakan milik Akira, maka Akira memiliki otoritas yang lebih besar untuk melarang Satoshi. Tuturan ini bermaksud supaya mitra tutur tidak melakukan sesuatu yang akan membuat penutur merasa dirugikan.

4.1.3

Tindak Tutur Direktif Mengajak

Tindak tutur direktif mengajak adalah tindak tutur yang mengandung unsur ajakan yang dimaksudkan agar mitra tutur melakukan sesuatu seperti yang diucapkan penutur. (Data 6) ところが、さとしが いいました。「あーくん。さっきは ごめんね。 ミニカー、かえすよ。これで あそべよ。」さとしの てが したに の びてきました。ミニカーを もらうとき、あきらの てに さとしの てが さわりました。あせを かいた、あつい てでした。あきらは お もわず いいました。「さとちゃん、てを つなごう。」ふたりは あ せで べとべとの てを しっかり にぎりあいました。

‘Akan tetapi, Satoshi berkata “Akira. Tadi maaf ya. Ini aku kembalikan mobil mainanmu. Mainlah dengan ini.” Satoshi menurunkan tangannya ke bawah. Ketika menerima mobil mainan, tangan Satoshi bersentuhan dengan tangan Akira. Tangan yang panas dan berkeringat. Dengan spontan Akira berkata “Satoshi, ayo bergandengan tangan.” Keduanya saling menggenggam erat tangan yang lengket dengan keringat.’

Situasi

Situasi tuturan ini terjadi di dalam lemari dinding. Partisipan tuturan ini antara Satoshi dengan Akira. Setelah Satoshi dan Akira menendang pintu lemari dinding sampai kelelahan. Mereka berdua menyerah. Bu Guru Mizuno merasa lega karena mereka berdua tidak lagi menendang pintu lemari dinding. Kemudian, Satoshi menurunkan tangannya ke bagian bawah lemari dinding tempat Akira berada untuk mengembalikan mobil mainan tersebut. Satoshi meminta maaf kepada Akira karena telah mengambil mobil mainan miliknya. Akira yang masih merasa sedih, menerima mobil mainan yang diberikan oleh Satoshi dan mengajaknya untuk bergandengan tangan. Sehingga tangan

(11)

11

mereka bersentuhan. Tangan yang dingin dan lengket dengan keringat.

Dalam Bahasa Jepang kata kerja ~よう (~you) yang berfungsi “Volitional form

of verb for writing in diaries, thinking or talking to oneself, or expressing speaker’s volition” (文法辞典:2007:391), memiliki arti “bentuk kehendak kata kerja untuk menulis buku harian, berpikir atau berkata kepada diri sendiri, atau mengekspresikan keinginan penutur.”

Dalam Bahasa Jepang adanya bentuk ~つなごう (~tsunagou) merupakan kata kerja dari bentuk kamus つなぐ (tsunagu) yang berarti “menghubungkan.” Bentuk perubahan ini merupakan bentuk perubahan kata kerja I (五段動詞). Karena berubah menjadi つなごう(意向形), maka akan berubah arti menjadi sebuah kata ajakan.

1. Isi Proposisi (Propositional content conditions)

Tindakan Satoshi di masa depan yaitu agar Satoshi mau bergandengan tangan dengan Akira.

2. Persiapan (Preparatory conditions)

a. Satoshi mampu melakukan sesuatu yang diucapkan oleh Akira yaitu ajakan untuk bergandengan tangan, dan Akira yakin bahwa Satoshi mau untuk melakukannya.

b. Tidak ada kepastian dari Satoshi untuk melakukan sesuatu yang dituturkan Akira yang mengajaknya bergandengan tangan.

3. Ketulusan (Sincerity conditions)

Akira menginginkan agar Satoshi mau bergandengan tangan dengannya. 4. Esensial (Essensial conditions)

Dilihat sebagai usaha dari Akira yang mengajak Satoshi untuk bergandengan tangan.

5. Makna Ilokusi Direktif 6. Daya Ilokusi

Mengajak

Tindak tutur di atas merupakan tindak tutur direktif langsung dengan daya ilokusi mengajak. Kedudukan antara Akira dan Satoshi yang memiliki kedudukan yang sama, karena kedudukan mereka adalah sesama teman. Karena tidak adanya hubungan jarak diantara Satoshi dengan Akira, maka tidak ada indikasi Akira menyuruh Satoshi. Dilihat dari kekuatan diantara keduanya, berada pada kekuatan yang sama. Tuturan ini

(12)

12

dilakukan oleh penutur dan mitra tutur secara bersama-sama. Dikarenakan perbuatan tersebut dilakukan oleh penutur dan mitra tutur, itu menunjukkan bahwa adanya indikasi sebuah ajakan dari penutur kepada mitra tuturnya.

4.1.4

Tindak Tutur Direktif Meminta

Tindak tutur direktif meminta adalah tindak tutur yang bertujuan untuk memohon dan mengharapkan mitra tutur memberikan sesuatu yang diharapkan oleh penutur. (Data 9) したのだんで、「く、くう」と あきらの なく こえがしました。さ

としは いいました。「なくな、あーくん。あなが あるぞ。そとを み てみろよ。」したのだんにも あなが ありました。あきらも かため を あなに つけてみました。やっぱり、とても ふしぎな かんじが しました。「ふふ、おもしろいね。」あきらは なくのを やめました。 ‘Suara tangisan Akira terdengar dari bagian bawah lemari dinding “huu huu”. Satoshi berkata “Hey Akira. Jangan menangis. Ada lubang lho. Coba lihatlah keluar.” Di bagian bawah juga ada lubang. Akira juga menempelkan sebelah matanya di lubang itu. Seperti yang diduga sebelumnya, ia merasa sangat aneh. “ih, kok aneh ya.” Akira menghentikan tangisannya.’

Situasi

Situasi tuturan ini dituturkan di dalam lemari dinding. Partisipan tuturan ini antara Akira dengan Satoshi. Setelah Akira dan Satoshi dimasukkan ke dalam lemari dinding. Satoshi mengungkapkan kekesalannya dari dalam lemari dinding. Bu Guru yang masih berada di luar lemari dinding, tetap menunggu mereka untuk mengatakan maaf. Sedangkan, Akira yang berada di bagian bawah lemari dinding, tidak kuat menahan rasa sedihnya sehingga membuatnya ingin menangis. Akan tetapi, Satoshi yang masih mencoba untuk tidak menangis, saat ia memperhatikan sekeliling dalam ruang lemari dinding, ia melihat sebuah cahaya yang masuk ke dalam lemari dinding. Dengan rasa penasaran, ia dapat melihat teman-teman lainnya yang berada di luar lemari dinding melalui lubang tersebut. Satoshi yang mendengar suara tangisan Akira, meminta Akira untuk tidak menangis dan melihat keluar.

Dalam Bahasa Jepang bentuk kata kerja みてみろ (mitemiro) berasal dari kata kerja みてみる (mitemiru) yang berfungsi “Try something in order to find out more

about it. Follows volitional verbs.” (文法辞典:2007:199) memiliki arti “mencoba sesuatu untuk menemukan sesuatu yang lebih” adalah bentuk kalimat permintaan yang bermaksud agar mitra tutur melakukan sesuatu yang dituturkan oleh penutur.

(13)

13

1. Isi Proposisi (Propositional content conditions)

Tindakan Akira di masa depan yaitu berjanji untuk menuruti perkataan Satoshi yang memintanya untuk berhenti menangis dan melihat ke luar melalui lubang lemari dinding.

2. Persiapan (Preparatory conditions)

a. Akira mampu melakukan sesuatu yang diminta oleh Satoshi agar mengikutinya melihat ke luar melalui lubang lemari dinding.

b. Satoshi yakin bahwa Akira dapat melakukan sesuatu yang diminta. 3. Ketulusan (Sincerity conditions)

Satoshi menginginkan agar Akira mau menghentikan tangisannya dan mengikuti sesuatu yang dituturkan Satoshi untuk melihat ke luar melalui lubang.

4. Esensial (Essensial conditions)

Dilihat sebagai usaha Satoshi untuk meminta Akira berhenti menangis dan mengikutinya melihat ke luar lemari dinding.

5. Makna Ilokusi Direktif 6. Daya Ilokusi

Meminta

Pada tuturan di atas, Satoshi ingin agar Akira melakukan sesuatu yang diminta oleh Satoshi yakni untuk berhenti menangis dan melihat ke luar melalui lubang lemari dinding. Tindak ilokusi ini merupakan tindak tutur direktif langsung berdaya ilokusi meminta, karena hubungan mereka merupakan hubungan sesama teman, sehingga tidak ada indikasi bahwa tuturan ini mengandung daya ilokusi menyuruh. Mereka memiliki otoritas yang sama.

KESIMPULAN

a. Pada penelitian ini, ditemukan empat tindak tutur direktif daya ilokusi

menyuruh.

b. Pada penelitian ini, ditemukan satu tindak tutur direktif daya ilokusi melarang. c. Pada penelitian ini, ditemukan tiga tindak tutur direktif daya ilokusi mengajak. d. Pada penelitian ini, ditemukan satu tindak tutur direktif daya ilokusi meminta. DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, Fendy. 2012. Daya Ilokusi Tindak Tutur Direktif Langsung Dalam Nada Sou Sou

(14)

14

Austin, J. L. 1962. How To Do Things With Words. Oxford: Oxford University Press. Leech, Geoffrey 1983. Principles of Pragmatics. New York: Longman Group Limited. Matsuura,Kenji. 1994. Kamus Bahasa Jepang Indonesia. Kyoto. Kyoto Sango University

press

Mutiasyaroch, Siti. 2010. Daya Ilokusi Pada Tindak Tutur Kusakabe Dalam Naskah Film

Tonari No Totoro. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.

Rahardi, Kunjana. 2002. Pragmatik. Kesantunan impertif Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Searle, J.R. 1970. Speech Acts An Essay in the Philosophy of Language. Cambridge. Cambridge University Press.

Searle, J.R. 1970. Expression and Meaning Studies. Cambridge. Cambridge University Press.

Taruhi, Furuta. 1974. Oshiire no Bouken. Japan

Tomomatsu, Etsuko. 2007. Kamus Grammar Bahasa Jepang Donna Toki Dou Tsukau. Japan.

Yule, G. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindak tutur percakapan dalam novel Tanah Tabu terdapat empat jenis tindak tutur ilokusi, yaitu (1) tindak tutur ilokusi representatif, (2)

BAB III BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM KOMIK SHIN TENISU NO OUJISAMA KARYA TAKESHI KONOMI 3.1 Tindak Tutur Langsung

digunakan dengan kalimat berita atau bahkan dengan kalimat tanya. Strategi Tindak Tutur Direktif Meminta Langsung dalam Interaksi Anak Guru di TK Pertiwi 4 Sidoharjo. Tindak tutur

Dalam data “ride the future”, tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif menyuruh modus strategi perintah langsung yang mempunyai maksud untuk para

Hasil penelitian ini menunjukkan (1) bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi direktif pada tuturan khotbah salat Jumat di lingkungan masjid kota Sukoharjo yaitu direalisasikan

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi direktif pada tuturan khotbah salat Jumat di lingkungan masjid kota Sukoharjo, (2)

Berdasar hasil penelitian fungsi dan modus tuturan direktif dalam teks drama Tuk ini ditemukan fungsi tindak tutur direktif (1) menyuruh, (2) memohon, (3) menuntut, (4)

Searle (dalam Gunarwan, 1994:85), mengemukakan tindak tutur direktif terbagi atas lima macam yaitu (a) tindak tutur direktif menyuruh adalah tindak tutur yang